The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Krisyanti, 2024-06-10 04:49:24

Pengukuran New

Pengukuran New

i


ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI............................................................................................................ i DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 A. Diskripsi Mata Kuliah ...................................................................................1 B. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar.................................................................1 C. Kompetensi Dasar .........................................................................................2 BAB II PENGUKURAN..........................................................................................3 A. Arti Pengukuran.............................................................................................4 B. Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung .................................................5 C. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran ...........................................................5 D. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran ..............................................................7 E. Aturan-Aturan Penulisan Angka Penting ......................................................8 F. Angka Penting pada Bilangan Sepuluh Berpangkat......................................8 G. Aturan-aturan Mengoperasikan Angka Penting ............................................9 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................78


iii


1 BAB I PENDAHULUAN A. Diskripsi Mata Kuliah Mata Kuliah alat ukur dan pengukuran merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap mahasiswa disiplin ilmu sains sebelum melaksanakan kegiatan eksperimen di laboratorium. Pada buku ajar ini, akan dibahas mengenai arti dari pengukuran, cara menggunakan alat-alat ukur, cara menuliskan hasil pengukuran, cara mengolah hasil pengukuran, teori ketidakpastian dan beberapa alat-alat pengukuran dasar seperti (1) pengukuran panjang dengan alat ukur jangka sorong, mikrometer skrup, spherometer; (3) pengukuran massa dan berat dengan alat ukur neraca ohauss 2610, neraca ohauss 311, neraca ohauss 310 dan neraca pegas; (4) pengukuran waktu dengan alat ukur stop watch; (5) pengukuran panas dengan alat ukur termometer; (6) pengukuran listrik dengan alat ukur voltmeter dan amperemeter. Dengan menyelesaikan buku ajar ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep-konsep dasar pengukuran serta mengaplikasikannya pada kegiatan-kegiatan praktikum selanjutnya. B. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar 1. Petunjuk Bagi mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dan berinteraksi dengan sumber belajar yang dapat digunakan, karena itu harus memperhatikan hal-hal berikut:Perlengkapan yang harus dipersiapkan Guna menunjang keselamatan dan kelancaran tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan, maka persiapkanlah seluruh perelengkapan yang diperlukan. Beberapa perlengkapan yang harus dipersiapkan adalah: 1) Peralatan tulis 2) Perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja 3) Piranti alat ukur. 2. Peran Dosen yang akan mengajarkan buku ajar ini hendaknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya yaitu mencakup aspek strategi pembelajaran, penguasaan materi, pemilihan metode, alat bantu media pembelajaran, dan perangkat evaluasi. Dosen harus mempersiapkan rancangan strategi pembelajaran yang mampu mewujudkan mahasiswa


2 terlibat aktif dalam proses pencapaian/penguasaan kompetensi yang telah diprogramkan. C. Kompetensi Dasar 1. Memahami konsep pengukuran mulai dari cara mengukur, membaca dan menuliskan hasil pengukuran mengolah hasil pengukuran dan dapat menggunakan teori ketidakpastian dalam pengukuran 2. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur panjang seperti: jangka sorong, mikrometer skrup, spherometer, serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur. 3. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur massa dan berat seperti: neraca ohauss 2610, neraca ohauss 311, neraca ohauss 310 dan neraca pegas, serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur. 4. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur listrik seperti: voltmeter dan amperemeter serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur 5. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur panas seperti: termometer dan kalorimeter, serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur 6. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur waktu seperti: stop watch serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur.


3 BAB II PENGUKURAN Berbicara tentang pengukuran, ada sebuah kutipan yang diungkapkan dari seorang ilmuwan Fisika Lord Kelvin (1883) yang ada kaitannya dengan masalah pengukuran,yaitu: When you can measure what you are speaking about and express itin numbers, you know something about it, but when you can not measure it, when you can not express it in numbers, yourknowledge is of a meager and unsatisfactory kind .... Ungkapan di atas mengandung makna “Bila kita dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka berarti kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu. , sebaliknya bila kita tidak dapat mengukur apa yang sedang kita bicarakan, berarti kita tidak mengetahui dengan baik apa yang kita bicarakan tersebut” Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan benda hidup dan benda mati. Suatu saat kita kadang-kadang harusmengkomunikasikan sesuatu obyek, baik obyek hidup (bergerak) maupunobyek mati (diam) kepada orang lain. Seandainya informasi tentangobyek yang kita komunikasikan itu kurang lengkap maka orang yangmenerima informasi sangat dimungkinkan untuk bertanya lebih jauh lagi.Misalnya kita mengkomunikasikan besar dan beratnya sebuah truk,cepatnya lari sebuah mobil, jauhnya perjalanan, panasnya suatu benda dan sebagainya. Orang yang menerima informasi tentu akan bertanya lebihjauh lagi tentang seberapa beratnya truktersebut, berapa kecepatan mobil tersebut, seberapa jauh perjalanan yang ditempuh, seberapa tinggipanas benda tersebut, dan sebagainya. Pertanyaan di atas sangatmemungkinkan timbul apabila obyek yang dikomunikasikan tidakdilengkapi dengan obyek pelengkap. Obyek pelengkap ini biasanyadinyatakan dalam bentuk ukuran dan satuan sehingga obyek yangdiinformasikan mempunyai arti lebih luas. Misalnya, truk tersebutberatnya 5ton, kecepatan mobil80 km/jam, jalanyang sudah ditempuh sekitar 5 km, panas badannya sekitar 370C, dan sebagainya. Dengan demikian peranan obyek pelengkap sebagai penambah keterangan dari obyek yang diinformasikan memang sangat penting.


4 A. Arti Pengukuran Pengukuran adalah bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif. Contoh: Bila seseorang mengukur panjang sebuah balok dengan menggunakan meteran, maka yang diperoleh adalah besarnya panjang balok itu. Bila dua buah balok didekatkan maka hasil yang diperoleh mungkin balok yang satu lebih panjang dari balok yang lain, atau mungkin balok yang satu sama panjangnya dengan balok yang lain. Kegiatan pertama menghasilkan informasi kuantitatif, sedangkan kegiatan kedua menghasilkan data kualitatif. Demikian pula halnya bila seseorang menimbang dengan menggunakan neraca dapat pula memperoleh informasi kuantitatif maupun informasi kualitatif. Dalam pembelajaran sains Fisika, seorang pendidik tidak hanya menyampaikan kumpulan fakta-fakta saja tetapi seharusnya mengajarkan sains sebagai proses (menggunakan pendekatan proses). Oleh karena itu, melakukan percobaan atau eksperimen dalam Sains Fisika sangat penting. Melakukan percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam kemudian melakukan pengukuran. Sebelum melakukan percobaan, maka setiap orang hendaknya memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pengukuran. Tanpa memahami pengukuran, besar kemungkinan dalam melakukan percobaan akan banyak terjadi kesalahan. Pada contoh yang telah dikemukakan di atas, panjang meteran disamakan dengan panjang balok. Artinya, panjang balok berapa kali panjang dari meteran yang digunakan. Demikian pula balok yang satu dibandingkan dengan balok yang lain. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa melakukan pengukuran adalah membandingkan antara suatu besaran dengan besaran lain yang sejenis yang dijadikan acuan. Jadi yang dibandingkan adalah besaran panjang balok dengan besaran panjang meteran; kedua besaran ini sejenis yaitu besaran panjang dengan besaran panjang.


5 B. Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung Ditinjau dari cara pengukurannya, besaran-besaran fisika ada yang diukur secara langsung dan ada (lebih banyak) yang diukur secara tidak langsung. • Pengukuran langsung adalah pengukuran suatu besaran yang tidak bergantung pada pengukuran besaran-besaran lain. Contoh: - Mengukur panjang tongkat dengan mistar, - Mengukur waktu dengan stopwatch/ stopclock. Jadi pengukuran suatu besaran secara langsung adalah membandingkan besaran tersebut secara langsung dengan besaran acuan. • Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran besaran fisika dengan cara tidak langsung membandingkannya dengan besaran acuan, akan tetapi dengan besaran-besaran lain. Contoh: - Mengukur suhu dengan cara mengukur perubahan volume air raksa, - Mengukur berat benda dengan cara mengukur pertambahan panjang pegas, - Mengukur kecepatan, kalor, dll. Semuanya merupakan pengukuran tidak langsung. C. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran 1. Ketepatan (Accuracy) Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan “tepat”.Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya. Sebagai contoh yang sederhana seseorang menembak satu sasaran seratus kali dengan pistol dan cara menembak yang identik, ternyata dari seratus kali tembakan tersebut sembilan puluh lima kali diantaranya mengenai sasaran. Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki ketepatan yang tinggi dalam menembak. Demikian pula halnya dengan proses pengukuran. Apabila seseorang melakukan pengukuran terhadap suatu obyek dengan cara berulang-ulang dan


6 diperoleh hasil yang hampir sama dari masing-masing pengukuran bila dibandingkan harga rata-rata pengukuran yang berulang-ulang tersebut, maka dikatakan proses pengukuran itu mempunyai ketepatan yang tinggi. 2. Ketelitian (Precision) Kata teliti dalam suatu pengukuran memiliki dua makna, pertama teliti yang dikaitkan dengan apakah hasil suatu pengukuran persis atau mendekati sama dengan ukuran yang sudah ditentukan. Misalnya, pada tangkai bor biasanya dicantumkan ukuran diameter bor tersebut. Lalu kita ingin mengecek ukuran tersebut dengan menggunakan mikrometer. Setelah diukur ternyata diperoleh hasil yang sama persis dengan ukuran yang ada pada tangkai bor tersebut. Keadaan seperti ini dinamakan dengan istilah teliti. Kedua, teliti yang dikaitkan dengan proses pengukuran itu sendiri. Misalnya, seseorang mencoba mengecek ukuran diameter bor yang besarnya tertera pada tangkai bor tersebut. Alat yang yang digunakan adalah mistar baja. Setelah diletakkannya pada ujung tangkai bor tersebut kemudian dibaca skalanya, ternyata hasil pembacaan menunjukan bahwa diameter bor tersebut lebih besar tiga skala dari pada mistar baja. Lalu orang yang mengukur tadi berkesimpulan bahwa ukuran yang tercantum pada tangkai bor tersebut adalah salah. Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran disebut teliti (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda). (a) (b) (c) Gambar 2. 1Ketelitian dalam Pengukuran Keterangan: Gbr (a) : Pengukuran teliti, mengumpul pada daerah tertentu, teliti tapi tidak tepat X X X X X X X X X X X X


7 5 6 7 Gambar 2. 2Membandingkan dua Gbr (b) : Pengukuran tepat, menyebar sekitar harga sebenarnya tapi berada di luar daerah sebenarnya, tepat tapi tidak teliti, Gbr (c): Pengukuran tepat dan teliti sebab menyebar disekitar harga sebenarnya dan tiap pengukuran mengumpul pada daerah harga sebenarnya. D. Cara Menuliskan Hasil Pengukuran Gambar 1 berikut menunjukkan pengukuran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar biasa dengan NST 1 mm atau 0,1 cm. Hasil pengukuran yang ditunjukkan alat ukur adalah 62,5 mm atau 6,25 cm. Pada contoh di atas, angka terakhir merupakan angka taksiran. Oleh karena itu, tidak masuk akal jika di belakang angka terakhir masih ditambah angka lagi dikarenakan mata kita cuma mampu membagi dua jarak antara dua goresan dalam kasus mistar biasa. Ketiga angka yang dapat ditulis dari hasil pengukuran tersebut disebut angka penting. Dua dari angka pasti, karena ada bagian skala menunjuk angka itu. Dari hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa makin kecil NST alat makin banyak angka penting yang dapat dituliskan dari hasil pengukuran. Bilangan yang menyatakan nilai hasil pengukuran tidak eksak atau tidak pasti. Jadi hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Penulisan hasil pengukuran mempunyai arti jika ditulis dengan jumlah angka penting yang tepat. Apabila antara skala 62 dan 63 terdapat lagi 10 skala-skala kecil, maka NST alat menjadi 0,1 mm. Maka hasil pengukuran yang diperoleh mungkin 62,4 mm atau 62,5 mm. Berarti angka 4 atau 5 bukan lagi merupakan angka taksiran melainkan angka pasti, sehingga angka pentingnya bertambah. Kalau hasil pengukuran


8 10 menunjukkan 62,4 mm maka dengan NST 0,1 mm, hasil tersebut harus ditulis 62,40 mm. Jadi 62,4 mm tidak sama artinya dengan 62,40 mm. E. Aturan-Aturan Penulisan Angka Penting 1. Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting, Contoh: 265,4 m mengandung 4 angka penting. 25,7 smengandung 3 angka penting. 2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Contoh: 25,04 A mengandung 4 angka penting. 10,3 cm mengandung 3 angka penting. 3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang masih dianggap penting. Contoh: 22,30 m mengandung 4 angka penting. 22,300 m mengandung 4 angka penting. 1250 mA mengandung 3 angka penting. 4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,47 cm mengandung 2 angka penting. 0,025 g mengandung 2 angka penting. F. Angka Penting pada Bilangan Sepuluh Berpangkat Dalam Sains Fisika sering dijumpai besaran-besaran yang nilainya sangat kecil atau sangat besar, misalnya muatan elektron = -0, 000 000 000 000 000 000 160 C. Bila besaran seperti ini ditulis biasa akan memerlukan waktu dan tempat yang banyak. Oleh karena itu, terdapat kebiasaan dalam bidang sains fisika menulis nilai besaran seperti ini dalam bentuk: Di mana besarnya a antara -10 dan -1 atau antara +1 sampai +10. Dan n bilangan bulat positif atau negatif. Penulisan dalam bentuk seperti di atas dikenal sebagai notasi ilmiah.Jadi muatan elektron sebaiknya ditulis -1,60 x 10-19 C. Contoh: Kecepatan cahaya 299 792 500 m/s, ditulis 2,997925 x 108 m/s.


9 2,5 kg (hasil pengukuran) akan dijadikan mg. 2,5 kg = 2.500.000 mg = 2,5 x 106 mg. 0,15 mm akan dijadikan km. 0,15mm = 0,000 000 15 km = 1,5 x 10-7 km Dari contoh-contoh di atas yang menyatakan bahwa perubahan satuan tidak boleh merubah jumlah angka penting. Jadi, bilangan a menunjukkan angka penting. G. Aturan-aturan Mengoperasikan Angka Penting Apabila luas suatu bidang akan ditentukan, maka panjang dan lebar bidang tersebut harus diukur, misalnya panjangnya = 8,50 cm dan lebarnya = 4,25 cm. Jika dihitung dengan cara biasa maka luas bidang tersebut = 36,125 cm2 . Ini memperlihatkan bahwa hasilnya mengandung 5 angka penting. Hasil hitungan ini menjadi lebih teliti daripada sumbernya, yaitu pengukuran panjang dan lebarnya hanya mengandung 3 angka penting. Jadi aneh apabila hasilnya lebih teliti daripada sumbernya. Karena hasil pengukuran terdiri dari 3 angka penting, maka luas bidang yang diharapkan dari pengukuran ini tidak mungkin lebih dari 3 angka penting. Paling teliti sama dengan ketelitian pengukuran. Oleh karena itu, hasilnya tidak ditulis dengan 36,125 cm2 , melainkan 36,1 cm2 (3 angka penting). 1. Pembulatan Dalam mengoperasikan angka penting, pembulatan harus selalu dilakukan. Oleh karena itu, aturan pembulatan harus diikuti sebagai berikut: a. Jika yang akan dibulatkan lebih besar dari lima, maka pembulatannya ke atas. Contoh: 25,56 untuk 3 angka penting, pembulatannya menjadi 25,6 b. Jika yang akan dibulatkan kurang dari 5, maka pembulatannya ke bawah. Contoh: 25,54 menjadi 25,5 0,273 menjadi 0,27 c. Jika yang dibulatkan memiliki angka terakhir 5, maka pembulatannya dilakukan sedemikian rupa sehingga angka penting terakhir selalu genap.


10 Contoh: 25,55 menjadi 25,6 dan 25,45 menjadi 25,4 0,273 menjadi 0,27 dan 0,265 menjadi 0,26 2. Penjumlahan dan Pengurangan Pada waktu menjumlahkan bilangan-bilangan tidak eksak (angka penting) maka hasil terakhir hanya boleh mengandung satu angka ragu-ragu dengan memperhatikan aturan berikut: a. Angka ragu-ragu ditambah atau dikurang dengan angka ragu-ragu menghasilkan angka ragu-ragu. b. Angka pasti ditambah atau dikurang dengan angka ragu-ragu menghasilkan angka ragu-ragu. c. Angka pasti ditambah atau dikurangi dengan angka pasti menghasilkan angka pasti. Contoh: 215,3 angka 3 angka ragu-ragu 25,45+ angka 5 angka ragu-ragu angka ragu-ragu Jadi hasilnya: 240,8 angka ragu-ragu 127,74 angka 4 angka ragu-ragu 12,5 - angka 5 angka ragu-ragu 115,24 ≈ 115,2 3. Mengali dan Membagi Pada waktu mengalikan dan membagi bilangan tidak eksak dengan bilangan eksak, hasilnya mengandung angka penting sebanyak angka penting yang paling sedikit di antara yang diperkalikan atau dibagi itu. Contoh: 2,50 x 2,5 = 6,25 ≈ 6,2 (2 angka penting ) 2,50 x 2,50 = 6,25 (3 angka penting ) 6,25 5,0 = 1,25 ≈ 1,2 (2 angka penting ) 240,75


11 6,25 2,50 = 2,5 ≈ 2,50 (3 angka penting ) 4. Memangkatkan Bila suatu bilangan non eksak dipangkatkan, hasilnya memiliki angka penting sebanyak angka penting bilangan yang dipangkatkan Contoh: (3,25) = 10,5625 ≈ 10,6 Hasilnya 3 angka penting karena 3,25 terdiri dari 3 angka penting. 3252 = 105625 ≈ 106000 Hasilnya 3 angka penting karena 325 terdiri dari 3 angka penting. 0,5 = 0,125 ≈ 0,1 Hasilnya 1 angka penting karena 0,5 terdiri dari 1 angka penting. 5. Menarik Akar Akar pangkat dua atau lebih dari suatu bilangan tidak eksak, hasilnya memiliki angka penting sebanyak angka penting dari bilangan yang ditarik akarnya. Contoh: √125 = 5, karena 125 memiliki 3 angka penting maka hasilnya harus memiliki 3 angka penting, yaitu 5,00. √144,0 = 12 ≈ 12,00, karena 144,0 memiliki 4 angka penting. Latihan 1 1. Beri contoh pengukuran yang akurat dan presisi, dan pengukuran yang presisi tapi tidak akurat. 2. Jelaskan pengertian angka pasti dan angka ragu-ragu (beri contoh dengan gambar). 3. Di bawah ini ada 4 skala pengukuran. Isi tabel yang ada di bawahnya! a. 5 10 cm


12 50 100 mg b. c. d. Pengukuran Nst Alat Hasil Pengukuran (X) Jumlah angka penting A B C D 4. Hasil pengukuran besaran-besaran A, B, C dan D adalah sebagai berikut: a. 1750,5 g b. 0,0650 A c. 525,0 cm d. 0,0125 m Isi tabel di bawah ini: Besaran Jumlah angka penting a x 10n Nst alat ukur A B C D 5. Hasil pengukuran panjang dua balok kecil adalah 20,55 mm dan 15,75 cm. Gambar masing-masing skala pengukurannya. 6. Bulatkan angka berikut sampai 3 angka penting. a. 1652 b. 0,2759 c. 17875 d. 0,12452 7. Hitunglah: a. 25 x 25 10 20 30 mA 5 6 mg


13 b. c. 15,75 + 0,2 + 2,0 Pengunci berfungsi untuk menahan poros gerak agar tidak bergerak saat proses pengukuran suatu benda. a. Sleeve Merupakan batang logam tempat terletaknya skala utama (dalam satuan mm) b. Thimble Merupakan batang logam yang dapat diputar, berukuran lebih besar dari sleeve dan merupakan tempat terletaknya skala nonius atau skala putar (dalam satuan mm) c. Ratchet Berfungsi untuk mengencangkan poros gerak jika sudah menyentuh benda dengan cara diputar searah jarum jam sampai terdengar suatu bunyi ketukan logam (tik). Untuk memastika ujung poros gerak telah menempel sempurna dengan benda maka ratchet dapat diputar sebanyak 2-3 putaran. 1. Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup Cara kerja mikrometer sekrup adalah sebagai 6,25


14


15 DAFTAR PUSTAKA Basuki, Drs dkk. 1998. Prinsip Kerja Alat Ukur. Dikmenjur: Jakarta. Cooper W.D. 1985. Instrumentasi Elektronik dan Teknik Pengukuran. Erlangga: Jakarta. Djumadi, Drs dkk. 1999. Pengukuran Listrik. Angkasa: Bandung. Sapiie S., Nishino O. 1979. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik. Pradnya Paramita: Jakarta. Suryatmo S. 1999. Teknik Pengukuran Listrik dan Elektronika. Bumi aksara: Jakarta. . 1998. Fundamental Electrical Instrumentation. Singapore: Yokogawa. http://www.fisikabc.com/2017/04/jangka-sorong.html http://www.fisikabc.com/2017/04/mikrometer-sekrup.html http://www.studiobelajar.com/mikrometer-sekrup http://saulkakensei.blogspot.co.id/2014/09/priinsip-kerja-spherometer.html http://www.kuttabku.com/2016/12/macam-macam-dan-jenis-jenis-alat-ukur-yangdigunakan-dalam-sistem-pengukuran-fisika.html http://gamapenta.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-dan-fungsi-neracaohauss.html http://scales-4-less.com/acatalog/Triple_Beam_Balance.html https://uchilusiamagda.blogspot.co.id/2012/12/neraca-ohaus-neraca-teknis.html http://belajaragamaislamyulina.blogspot.co.id/ http://komputerizam.blogspot.co.id/2012/07/cara-membaca-amperemeter-danvoltmeter.html http://komputerizam.blogspot.co.id/2012/07/cara-memasang-amperemeter-danvoltmeter.html http://www.seputarilmu.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-macam-macam.html https://informasiana.com/jenis-fungsi-dan-cara-kerja-termometer-zat-padat/ http://dianetristina.blogspot.co.id/2015/03/termometer-air-raksa_25 html


16 https://www.onetigris.com/product/onetigris-mechanical-stopwatch-timer-analogstopwatch-chronometer/ https://www.amazon.com/Stopwatch-Performance-Precision-TrainersCompetition/dp/B01CNJV92I


View publication stats


Click to View FlipBook Version