2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Lembar Kegiatan Mahasiswa (E-LKM) Matakuliah Botani Tumbuhan Rendah bermuatan etnosains pada materi pteridophyta telah terselesaikan dengan baik. Belajar saat ini tidak lagi dibatasi ruang dan waktu, belajar dapat kapan saja dan dimana saja. Dengan perkembangan teknologi, mengharuskan kita untuk semakin inovatif dan kreatif dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. Pengembangan E-LKM ini merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang semakin pesat, dirancang bersifat interaktif agar memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta disusun untuk mencapai Kompetensi Dasar. Penyusun menyadari bahwa E-LKM ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan terhadap ELKM ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ELKM ini. Semoga E-LKM ini bermanfaat.
3 PANDUAN PENGGUNAAN Agar anda berhasil mencapai kompetensi yang dibutuhkan maka ikuti petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan selama mempelajari E-LKM Mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah Bermuatan Etnosains Pada Materi Pteridophyta ini yaitu: 1. Baca dan pahami kompetensi yang harus di capai dan dipelajari dalam E-LKM Botani Tumbuhan Rendah Bermuatan Etnosains Pada Materi Pteridophyta , cermati pula tujuan pembelajaran dari masingmasing kegiatan pembelajaran. 2. Baca dan pahami materi yang ada dalam e-Lkm Botani tumbuhan rendah Bermuatan Etnosains Pada Materi Pteridophyta ini dengan baik, jika menemukan kesulitan, silahkan tanyakan kepada dosen. 3. Jika E-LKM Botani tumbuhan rendah Bermuatan Etnosains Pada Materi Pteridophyta ini dirasa belum cukup memberikan informasi, carilah referensi yang menunjang anda dalam menyelesaikan kegiatan belajar dan tugas. 4. Untuk keberhasilan anda, dalam mempelajari E-LKM mata kuliah Botani Tumbuhan Rendah Bermuatan Etnosains Pada Materi Pteridophyta, urutan kegiatan harus di ikuti dengan benar .
4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2 PANDUAN PENGGUNAAN .............................................................................. 3 DAFTAR ISI......................................................................................................... 4 TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................................. 5 BAB 1..................................................................................................................... 6 A. Pengertian Pteridohpya............................................................................... 7 B. Ciri-Ciri Pteridophyta ................................................................................. 9 C.Klasifikasi Pteridophyta ............................................................................... 12 D. Daur Hidup Pteridophyta ........................................................................... 22 BAB 2............................................................................................................... 24 A.Pengertian Etnosains..................................................................................... 25 B.Manfaat Pteridohyta Bermuatan Etnosains.................................................. 26 PRAKTIKUM .................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 36
5 TUJUAN PEMBELAJARAN 1 • Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Pteridophyta 2 • Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri ciri Pteridophyta 3 • Mahasiswa Mampu Mengklasifikasi Kelas Pteridophyta 4 • Mahasiswa mampu mengintegrasikan Etnosains ke dalam pembelajaran pada materi Pteridophyta
6 BAB 1 DESKRIPSI MATERI
7 A. Pengertian Pteridohpya Gambar 1. Tumbuhan Paku Tumbuhan paku atau Pteridophyta (Yunani, pteron = bulu, phyton = tumbuhan) merupakan kelompok Plantae yang sudah berkormus (memiliki akar, batang, dan daun sejati) dan bereproduksi dengan spora. Merupakan tumbuhan vaskuler (Tracheophyta) karena memiliki jaringan pengangkut air dan mineral (xilem) dan zat makanan (floem). Tahukah peserta didik sekalian ternyata tumbuhan paku memiliki banyak peranan yang dimanfaatkan manusia dan juga berperan dalam keseimbangan ekosistem. Tumbuhan ini sangat mudah ditemui dan tumbuh disekitar kita.Distribusi tumbuhan paku tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Pteridofit di dunia Diperkirakan berjumlah lebih dari 14.200 taksa, di Indonesia mencapai 1.611 taksa. jumlah ini diperoleh bila menggunakan dasar klasifikasi yang digunakan di Herbarium Bogoriensa Sebagian besar orang beranggapan bahwa tumbuhan paku berdaun lunak bagaikan bulu, kenyataannyatidak semua tumbuhan paku selalu memiliki daun daun - lembut seperti bulu. Paku tidak menghasilkan bunga, buah, dan biji. Pada umumnya masyarakat tidak begitu mengenal semua jenis tumbuhan paku. Mereka hanya mengenal jenis-jenis tumbuhan paku yang biasa dipakai sebagai bahan pangan, seperti Acrostichum aureum, Diplazium esculentum, dan Stenochalena palustris. Bahkan Tumbuhan paku (Pteridophyta) masih terasa asing didengar karena tumbuhan ini dianggap tanaman liar yang tidak memiliki kegunaan.
8 Gambar 2. Paku Sayur Diplazium esculentum Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun. Selain itu tumbuhan ini juga sudah memiliki sistem pembuluh/ berkas pengangkut berupa xilem dan floem yang tidak dijumpai pada lumut. Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut dan bagian bagian ujung dilindungi oleh kaliptra Batang pada sebagian besar tumbuhan paku tidak terlihat karena berada di dalam tanah berupa rizom/rimpang. Tumbuhan paku sangat heterogen, apabila ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya. Berdasarkan habitusnya ada jenis-jenis tumbuhan paku yang sangat kecil dengan daun-daun yang kecil dan memiliki struktur yang sangat sederhana, ada pula yang besar. Berdasarkan cara hidupnya ada jenis-jenis paku yang hidup di atas tanah (teresterial), ada yang hidupnya menumpang pada tumbuhan lain (epifit), dan ada paku air (akuatik) Tumbuhan paku cenderung meyukai tempat tempat teduh dengan derajat kelembapan yang tinggi dan tidak tahan pada kondisi dengan ketersediaan air yang terbatas.
9 B. Ciri-Ciri Pteridophyta Ciri tumbuhan paku meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh yang memiliki ukuran bervariasi dari yang tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di air, sampai tumbuhan paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m, Tumbuhan paku purba yang telah menjadi fosil misalnya paku tiang (Alsophyla glauca).diperkirakan ada yang mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku yang hidup saat ini bervariasi, ada yang berbentuk lembaran, perdu atau pohon, dan ada yang seperti tanduk rusa pada gambar dibawah ini Gambar 3. Paku Tanduk Rusa Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut. Perakaran embrionya dibedakan menjadi katub atas dan bawah. Katub atas berkembang menjadi rimpang dan daun, sedangkan katub bawahnya membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. Akar tumbuhan paku awalnya berasal kemudian gugur dan digantikan akar- akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang berasal dari batangnya Umunya pertumbuhan batang tidak nyata, namun pada paku pohon, batangnya tumbuh menyerupai batang pinang. Batang tumbuhan paku umumnya berupa akar tongkat atau rimpang, ada yang berbentuk batang sesungguhnya. Batang tumbuhan paku dapat berbentuk tiang, merambat, atau memanjat. Beberapa tumbuhan paku yang hidup di tanah, batangnya tumbuh sejajar dengan permukaan tanah sehingga disebut rimpang. Daun pada tumbuhan paku umumnya dikenal dengan istilah ental (frond). Daun tumbuhan paku terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai (stipe). Daun
10 tumbuhan paku umumnya mengumpul atau menyebar di sepanjang stipe dan rachis. Daun muda umumnya menggulung yang dikenal dengan istilah coil atau gelung. Bentuk daun pada daun muda berbeda dengan daun dewasa. Bentuk daun bersirip (pinnate), tiap anak daun disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip berada disebut rakis (rachis). Gambar 4. Struktur Morfologi tumbuhan Paku Berdasarkan Bentuk dan sifatnya,Tumbuhan Paku di bagi menjadi 2 golongan, Yaitu : Megaphyllus, yaitu tumbuhan paku yang mempunyai daun besar, bertulang, bertangkai, daun yang bercabang-cabang dengan tangkai daun yang panjang dan telah mempunyai daging dan (mesofil) yang terdiri atas jaringan tiang dan bunga karang sehingga mudah dibedakan atas batang dan daun. Gambar 5. Tumbuhan paku yang jelas dibedakan antara akar, batang, dan daun Microphyllus, yaitu tumbuhan paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa rambut atau sisik tidak bertangkai daun kecil pada paku kawat dan paku ekor kuda. Pada masa mikrofil tumbuhan paku dapat dibedakan antara epidemis, daging daun (mesofil), dan tulang daun.
11 Gambar.6 Tumbuhan paku yang sukar dibedakan bagian struktur tubuh Bagian-bagian struktur tubuh tumbuhan paku antara lain: 1) Akar Sistem perakaran tumbuhan paku merupakan akar serabut. Perakaran embrionya dibedakan menjadi katub atas dan bawah. Katub atas berkembang menjadi rimpang dan daun, sedangkan katub bawahnya membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh dari rimpang. Akar tumbuhan paku awalnya berasal dari embrio kemudian gugur dan digantikan akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang berasal dari batangnya. 2) Batang Batang tumbuhan paku dapat berbentuk tiang, menjalar atau memanjat (rhizoma); pendek dan kompak (stock, rootstock, atau caudex) ada pula yang tumbuh lurus/tegak seperti pohon dengan daun berada di bagian ujung (trunk). a) Bentuk, ukuran, dan cara tumbuh Umumnya pertumbuhan batang tidak nyata, namun pada paku pohon, batangnya tumbuh menyerupai batang pinang. Batang tumbuhan paku umumnya berupa akar tongkat atau rimpang, ada yang berbentuk batang sesungguhnya. Batang tumbuhan paku dapat berbentuk tiang, merambat, atau memanjat. Beberapa tumbuhan paku yang hidup di tanah, batangnya. b) Percabangan Tumbuhan paku memiliki percabangan dikotomi sederhana (titik tumbuh apikal terbagi dalam dua bagian yang sama). c) Rambut, bulu, dan sisik Pada bagian batang yang masih muda sering kali tertutup oleh sisik atau rambut. Sisik dan rambut juga menutupi daun muda ketika masih dalam kondisi menggulung. pada batang dan daun dewasa, rambut dan sisik
12 dapat semakin bertambah ataupun berkurang. Sementara sisik dapat berbentuk linear, lanceolate, oblong, peltate, flabellelate. 3) Daun Daun pada tumbuhan paku umumnya dikenal dengan istilah ental (frond). Daun tumbuhan paku terdiri atas helaian daun (lamina) dan tangkai (stipe). Daun tumbuhan paku umumnya mengumpul atau menyebar di sepanjang stipe dan rachis. Daun muda umumnya menggulung yang dikenal dengan istilah coil atau gelung. Bentuk daun pada daun muda berbeda dengan daun dewasa. Bentuk daun bersirip (pinnate), tiap anak daun disebut sirip (pinna) dan poros tempat sirip berada disebut rakis (rachis). Gambar.7 Tangkai Daun/stripe (sumber: Advend Sianturi, 2020) C.Klasifikasi Pteridophyta Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
13 Tumbuhan paku diklasifikasikan ke dalam empat kelas termasuk yang sudah punah, yaitu: a. Kelas Psilophytinae (Paku Purba) Ciri-ciri Psilophytinae yang paling khas adalah tidak memiliki daun dan akar. Namun pakis purba yang memiliki daun, daunnya berukuran kecil dan berbentuk menyerupai sisik. Spora yang dihasilkan dari sporofil paku purba adalah satu jenis spora atau bersifat homospora. Kelas Psolophytinae terbagi menjadi dua ordo (Sugiarti, 2017), yaitu: 1) Ordo Psilophytales (Paku Telanjang) Paku telanjang memiliki ciri rhizoma sebagian besar tersembunyi di tanah dan percabangannya dikotom. Psilophytales ini hidup atau berada di daerah tropis dan subtropis serta hanya mempunyai satu family yaitu Psilotaceae (Afifah, 2018). Gambar.8 Psilophytales (Paku Telanjang) 2) Ordo Psilotales adalah ordo yang menunjukkan ciri-ciri yang pada dasarnya primitif, yaitu tidak mempunyai akar sejati dan batangnya
14 terdapat daun-daun kecil berbentuk sisik. Contohnya adalah Psilotum nudum dan Psilotum triquetrum (Sugiarti, 2017). Gambar.9 Psitotales b. Kelas Lycopodinae (Paku Kawat) Lycopodinae memiliki ciri berupa tumbuhan yang menjalar di atas tanah, serta batang dan akarnya memiliki bercabangan yang berbentuk menggarpu. Memiliki daun mikrofil, tidak bertangkai dan daun tersusun melingkar atau berhadapan. Kelas Lycopodinae terdiri dari lima ordo (Afifah, 2018), yaitu: 1) Ordo Lycopodiales Tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Lycopodiales merupakan tumbuhan paku homospora. Tumbuhan paku ini memiliki ciri daun-daun seperti sisik, batang mempunyai berkas pengangkut yang masih sederhana, memiliki akar sejati yang tumbuh secara adventif, dan akar bercabang menggarpu. Contoh tumbuhan paku dari ordo Lycopodiales adalah Lycopodium mularifolium (Sugiarti, 2017).
15 Gambar.10 Lycopodiales 2) Ordo Isoetales Tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Isoetales memiliki ciri akar parenial yang menghasilkan meristem, dan daun mikrofil dengan bentuk seperti pita. Ordo Isoetales memiliki satu family yaitu Isotaceae dan contoh spesies yang dimiliki adalah Isoetes coromandeliana (Afifah, 2018). Gambar.11 Isoetales 3) Ordo Selaginellales Tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Selaginellales merupakan tumbuhan paku heterospora yang memiliki daun tersusun spiral. Memiliki batang dengan cabang menggarpu serta sebagian batang dengan posisi berbaring dan berdiri tegak. Pada
16 bagian atas daun terdapat lidah-lidah atau ligula. Contohnya adalah Selaginella caudata dan Selaginella plana (Komaria, 2015) Gambar.12 Selaginellales 4) Ordo Lepidodendrales Tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Lepidodendrales kini telah punah. Tumbuhan paku yang tergolong ke dalam ordo ini memiliki ciri tunas awal membalah menjadi akar dan tunas lainnya menjadi batang yang tegak. Memiliki batang dengan penebalan dinding sekunder dan daunnya merupakan daun mikrofil, jika daunnya gugur akan meninggalkan berkas pembuluh. Contohnya adalah Lepidodendron vasculare, dan Lepidostrobus major (Sugiarti, 2017). Gambar.12 Lepidodendrales 5) Ordo Pleuromiales Tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Pleuromiales termasuk ke dalam jenis heterospora dan menyerupai pohon. Ordo Pleuromiales memiliki satu family yaitu
17 Pleuromeiaceae dan tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Pleuromiales ini kini telah punah (Afifah, 2018). Gambar.12 Pleuromiales c. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda) Tumbuhan paku kelas Equisetinae menyukai tempat dengan kondisi yang lembab serta memiliki akar, batang, dan daun sejati. Pada batang terdapat ruas-ruas dimana setiap ruas terdapat daun kecil seperti sisik. Kelas Equisetinae mempunyai sporangium yang tersusun dalam strobilus dan menghasilkan satu jenis spora. Terdapat tiga ordo yang termasuk ke dalam kelas Equisetinae (Komaria, 2015), yaitu:
18 1) Ordo Equisetales Tumbuhan paku yang termasuk ke dalam ordo Equisetales ada yang hidup di darat dan ada yang hidup di rawa. Ciri tumbuhan paku ordo Equisetales memiliki rimpang dengan cabang berdiri tegak sehingga tampak seperti rumputrumputan. Jenis daun mikrofil seperti sisik atau selaput yang terletak pada bukubuku batang dan melekat mengelilingi batang. Contohnya adalah Equisetum debile dan Equisetum ramosissimum (Komaria, 2015). Gambar.13 Equisetum debile 2) Ordo Sphenophyllales memiliki tumbuhan paku dengan ciri daun menggarpu atau berbentuk pasak, tersusun berkarang dimana setiap karangnya biasanya terdiri dari 6 daun. Contohnya adalah Sphenophyllum cuneifolium dan Sphenophyllum dawsoni (Sugiarti, 2017). Gambar.13 Sphenophyllales
19 3) Ordo Protoarticulatales Tumbuhan yang termasuk ke dalam ordo Protoarticulatates memiliki ciri berupa semak kecil dengan percabangan menggarpu, helaian daun sempit, tersusun berkarang dan tidak beraturan. Anggota dari ordo Protoarticulatales kini sudah berupa fosil. Contohnya adalah Hyenia elegans (Komaria, 2015). Gambar.14 Hyenia elegans d. Kelas Filicinae (Paku Sejati) Filicinae (paku sejati) memiliki ciri hidup di tempat dengan kondisi yang teduh dan lembab, mempunyai daun yang besar dan bertangkai, serta terdapat tulang daun. Pada tumbuhan muda daunnya menggulung pada bagian ujung dan bagian bawah daun memiliki banyak sporangium, contohnya adalah Adiantum farleyense dan Platycerium bifurcatum. Kelas Filicinae terdiri dati tiga anak kelas, antara lain anak kelas Eusporangiate, Leptosporangiate, dan Hydropterides (Sugiarti, 2017). 1) Anak Kelas Eusporangiatae Anak kelas Eusporangiatae terdiri dari dua ordo, yaitu ordo Ophioglossales dan ordo Marattiales. Spesies dari ordo Ophioglossales memiliki ciri batang di dalam tanah yang pendek dan daunnya memiliki bagian khusus yang berfungsi untuk berlangsungnya fotosinteisis dan bagian lainnya berfungsi untuk
20 menghasilkan alat reproduksi. Ciri berikutnya yaitu memiliki sporangium dengan ukuran yang besar dan berbentuk hampir bulat. Contoh marga dari ordo Ophioglossales, yaitu Ophioglossum, Botrychium, dan Helminthostachys. Spesies dari ordo Marattiales memiliki ciri daun makrofil dengan tulang daun menyirip ganda, terdapat sporangium yang terletak di bawah daun, dan mempunyai dinding yang tebal. Contoh marga dari ordo Marattiales, yaitu Christensenia, Angiopteris, dan Marattia (Afifah, 2018). Gambar. 15 Marattia 2) Anak Kelas Leptosporangiatae Terdapat sepuluh ordo yang termasuk ke dalam anak kelas Leptosporangiatae, yaitu ordo Osmundales, Shizacales, Gleicniales, Matoniales, Laxomales, Hymenophyllales, Dicksoniales, Thyrsopteridales, Cyatheales, dan Polypodiales (Sugiarti, 2017) Gambar. 16 Polypodiales
21 3) Anak Kelas Hydropterides Spesies dari anak kelas Hydropterides merupakan paku air atau tumbuhan rawa. Anak kelas Hydropterides terdiri dari dua suku, yaitu suku Salviniaceae dan Marsileaceae. Suku Salviniaceae memiliki ciri paku air kecil yang mengapung pada permukaan air, sporocorpia bisa terletak pada bagian daun yang tenggelam di dalam air, berkelamin tunggal dan biasanya berumah satu. Contoh spesies dari suku Salviniaceae adalah Salvinia mata lele dan Salvinia lukut cae. Ciri suku Marsileaceae yaitu memiliki akar rimpang merayap dan daun muda menggulung. Megaspore terdiri dari satu apora betina yang besar dan beberapa spora jantan yang kecil. Contoh spesies dari suku Marsileaceae adalah Marsilea crenata (Komaria, 2015). Gambar. 16 Marsilea crenata
22 D. Daur Hidup Pteridophyta Fase gametofit dan fase sporofit adalah dua fase utama dalam daur hidup tumbuhan paku. Pembentukan atau adanya spora adalah bentuk fase sporofit. Prothallus atau prothallium dinamakan sebagai bentuk generasi fase gametofit, berupa tumbuhan kecil berbentuk hati, berwarna hijau, tidak memiliki akar (namun memiliki rizoid untuk meyerap zat hara), tidak memiliki batang, serta tidak memiliki daun. Prothallium kemudian akan berkembang menjadi anteridium dan arkegonium. Spermatozoid yang dihasilkan dari anteridium dan ovum yang dihasilkan dari arkegonium akan mengalami pembuahan dan berkembang menjadi zigot, lalu embrio, hingga menjadi tumbuhan paku baru (Kinho, 2009) Gholibah (2020), menyatakan bahwa tumbuhan paku dapat bereproduksi dengan dua cara yaitu, dengan cara seksual maupun aseksual. Reproduksi secara aseksual pada tumbuhan paku salah satunya dengan cara pembentukan spora di dalam sporangium yang terdapat pada bagian daun atau batang. Jika melalui proses fertilisasi, yaitu dengan penyataun atau peleburan antara sperma dan ovum di arkegonium, yang nantinya akan menghasilkan zigot. Proses fertilisasi tersebut merupakan cara reproduksi tumbuhan paku secara seksual. Kemudian setelah terbentuknya zigot maka akan berkembang menjadi embrio dan prothallium, yang selanjutnya akan terlihat perbedaan organ yang membentuk akar, batang, daun, dan kaki. (Kinho, 2009), menyatakan bahwa pada tempat yang lembab, spora yang jatuh akan tumbuh menjadi prothallium. Selanjutnya dari prothallium akan berkembang menjadi antheridium (penghasil sperma) dan arkegonium (penghasil ovum). Dalam siklus hidup tumbuhan paku, pembentukan spora merupakan salah satu proses reproduksi secara aseksual. Menurut Afifah, (2018), membedakan tumbuhan paku berdasarkan jenis spora, yaitu :
23 1) Tumbuhan paku yang memiliki satu bentuk dan ukuran spora adalah tumbuhan paku homospora. Umumnya memiliki panjang atau diameter antara 30 sampai 50 mikrometer. Contohnya paku homospora adalah Lycopodium. 2) Tumbuhan paku yang memiliki dua bentuk dan ukuran spora yang berbeda adalah tumbuhan paku heterospora. Contohnya adalah Selaginella. 3) Peralihan antara tumbuhan paku homospora dengan heterospora, dimana menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama namun berbeda jenis kelamin adalah tumbuhan paku peralihan. Contohnya adalah Equisetum debile. Gambar 17. Daur Hidup Pteridophytaophyta
24 BAB 2 ETNOSAINS
25 A.Pengertian Etnosains Tumbuhan paku atau bisa disebut dengan Pakis (Pteridophyta) memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Paku Semanggi (Marselia crenata) merupakan tumbuhan paku yang sering dimanfatkan sebagai olahan sayursayuran oleh masyarakat. Paku jenis Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan Anabaena azoella berperan dalam fiksasi nitrogen bebas dan dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Paku suplir (Adiantum creneatum), paku sarang (Aspenium cuneatum) dan paku tanduk (Platycerum bifurcatum) dimana dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias, Paku rane (Selaginella crenata) sebagai obat penyembuh luka. (Hasanudin, 2006). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah dengan mempergunakan aspek budaya lokal dalam pembelajaran (Arfinawati, 2016). Etnosains merupakan kegiatan mentransformasikan antara sains asli masyarakat dengan sains ilmiah (Rahayu, 2015). Penerapan pembelajaran sains dengan pendekatan etnosains memerlukan kemampuan dalam mengabungkan antara pengetahuan asli dengan pengetahuan ilmiah (Novitasari, 2017). Kata ethnoscience (etnosains) bersasal dari kata ethnos (bahasa Yunani) yang berarti bangsa, dan scientia (bahasa Latin) artinya pengetahuan. Oleh sebab itu etnosains adalah pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi suatu suku bangsa atau kelompok sosial tertentu sebagai system of knowledge and cognition typical of a givel culture (Parmin, 2017). Menurut Sudarmin (2015) Pendekatan ilmiah yang disarankan dalam pendidikan di Indonesia saat ini adalah Etnosains, yaitu pengetahuan asli dalam bentuk bahasa, adat istiadat dan budaya, moral; sebagai begitu juga teknologi yang diciptakan oleh masyarakat atau orang tertentu yang mengandung pengetahuan ilmiah.
26 B.Manfaat Pteridohyta Bermuatan Etnosains 1.Manfaat Pteridophyta Bagi Masyarakat Riau a. Kaluk Paku Filosofi Kaluk Paku Melambangkan Kepribadian yang kuat,Corak Motif Kaluk Pakis (kaluk paku) untuk Ukir Tekat Tenun Songketmerupakan gambaran pohon/tetumbuhan pakis/paku yang berkeluk-keluk atau meliuk-liuk, tak hanya diperuntukkan bagi kerajinan tekat maupun tenunan dan sejenisnya. Motif Kaluk Pakis/Paku lazim pula dipakai untuk ukiran bangunan dan ukiran benda-benda lainnya. Semua corak motif melayu disepadukan dengan cermat sehingga kelihatan serasi dan saling mengisi ruang. Motif ini sering di pakai pada aksesoris pelengkap pakaian adat melayu riau,biasanya terdapat pada songket.Motif ini seperti disebutkan tadi bisa di jumpai pada rumah adat melayu (selaso jatuh kembar).Belakangan ini motif ini tetap banyak di temui pada songket dll.Hanya saja nama motif yg terdapat tidak banyak yang mengetahuinya.Motif ini juga berpotensi besar untuk di alkulturasikan ke budaya lain (sumber:www.tamadunmelayu.info) Gambar. 18 Motif Kaluk Paku
27 b. Bubur Sempolet Gambar. 19 Bubur Sempolet Makanan ini biasanya ditemukan pada masyarakat Melayu di Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis, Meranti dan Siak. Tentunya asal-usul sejarahnya tidak jauh karena atas pengaruh budaya, lingkungan, kebiasaan masyarakat yang di daerahnya memiliki penghasillah sagu yang cukup besar. Menggunakan bahan dasar Sagu berisi sayuran Paku dan berbagai seafod dengan rasa pedas sangat memanjakan lidah.Selain memiliki rasa yang enak dan unik, makanan ini memiliki manfaat kesehatan yang bagus karena kaya akan gizi. Proses pengolahan makanan ini cukup sederhana yaitu tepung sagu di campurkan pada air mendidih sambil diaduk-aduk sampai mengental dan menjadi kuah. Lalu ditambahkan dengan sayuran paku serta ikan serta bumbu masakan sederhana. Proses pemasakan cukup hanya sekitar 15 menit saja lalu siap di hidangkan. Bahan makanan dari sagu ini di produksi sendiri oleh masyarakat dengan adanya kilang-kilang pengolahan sagu masayarakat di sekitar. Bagi masyarakat membuat dan mengkonsumsi makanan ini tidak sematamata hanya untuk mengenyangkan perut. Tak lain juga dapat melesttarikan budaya yang merupakan kearifan local yang terus dijaga untuk generasi yang selanjutnya. (Sumber dinkes.inhilkab.go.id)
28 c. Anyang Pangkek Gambar.20 Anyang Pangkek Di Rokan Hulu (Rohul), Provinsi Riau. ada salah satu kuliner khas yang masuk dalam makanan berat.Kuliner ini namanya Anyang Pangkek. Menu ini menggunakan dua bahan baku utama, yakni pangkek atau rotan, dan daun paku. Sekilas, kuliner ini terlihat seperti urap, namun ternyata berbeda. Jika Urap menggunakan kelapa parut, maka Anyang Pangkek menggunakan santan sebagai bahan pelengkapnya.Dari bumbu pelengkap, Urap dan Anyang Pangkek juga berbeda. Urap menggunakan kencur, sedangkan Anyang Pangkek tidak menggunakan kencur.Selain ditambah daun paku rebus, Anyang Pangkek juga dicampur dengan cabai merah, lengkuas, bawang merah, jeruk nipis, santan dan serai.Tak lupa, kuliner yang biasanya disantap saat Ramadhan ini juga ditambah dengan kelapa parut, yang membuat citarasa Anyang Pangkek menjadi luar biasa lezat. (Sumber : MelayuPedia)
29 B.Manfaat Pteridophyta Bagi Masyarakat Minang Kaluak Paku Kacang Balimbiang Gambar.21 Kaluak Paku Kacang Balimbiang Jika dikaji secara mandalam motif ukiran Kaluak Paku Kacang Balimbiang tidak hanya sekedar simbolisasi namun juga memiliki nilai keindahan atau estetika. Nilai keindahan pada motif ukiran Kaluak Paku Kacang Balimbiang seharusnya menjadi nilai kebanggan tersendiri bagi mayarakat suku Minangkabau. Sebab dibalik bentuk dan motif ukiran Kaluak Paku Kacang Balimbiang tidak hanya mengandung nilai kebudayaan semata namun juga dapat dinikmati aspek keindahannya (estetika).Tumbuhan paku atau pakis sudah menjadi makanan sehari-hari bagi orang Minangkabau, kaluak paku atau relung pakis adalah bagian dari tanaman pakis yang masih muda yang bagian ujungnya melingkar padat. Kaluak paku melambangkan tanggung jawab seorang laki-laki Minang yang memiliki 2 fungsi, sebagai ayah dari anak-anaknya dan sebagai mamak dari kemanakannya. Ia harus membimbing dan mendidik anak dan kemenakannya sehingga menjadi orang yang berguna dan bertanggung jawab terhadap keluarga kaum dan nagari.Anak adalah anak kandung. Dipangku adalah diurus dengan prioritas utama. Kamanakan adalah anak dari adik atau kakak perempuan. Dibimbiang diurus dengan prioritas kedua.Tanggung jawab yang diembannya bukan hanya sebatas anak dan istrinya namun lebih dari itu termasuk adik dan kakak perempuannya yang tentu sudah dengan notabene sang ipar atau sumondo. beserta anak-anaknya (akan lebih khusus lagi bila anak-anaknya tersebut adalah semua perempuan). (Sumber: Padang.expo)
30 PRAKTIKUM
31
32
33
34
35
36 DAFTAR PUSTAKA Afifah, Nurul. (2018). “SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Prasyarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Biologi Oleh : HARYATIN NURUL AFIFAH.” Gholibah, Hamidah. (2020). “IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU TERESTRIAL DI HUTAN CAGAR ALAM SITU PATENGGANG.” Universitas Pasundan. Komaria, Nurul.( 2015). “Identifikasi Dan Inventarisasi Tumbuhan Paku Epifit Di Lingkungan Kampus Universitas Jember Untuk Penyusunan Buku Nonteks.” Kinho, J. (2009). “Mengenal Beberapa Jenis Tumbuhan Paku Di Kawasan Hutan Payahe Taman Nasional Aketajawe Lolobata Maluku Utara.” Balai Penelitian Kehutanan Manado. Manado 1–47. Parmin (2017). Ethnosains (Semarang: Swadaya Manunggal) Sudarmin (2015). Pendidikan Karakter, Etnosains Dan Kearifan Lokal: KONSEP Dan Penerapannya hearts Penelitian Dan Pembelajaran Sains [ Pendidikan Karakter, etnosains dan Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi dalam Penelitian dan Ilmu Pendidikan Karakter Pendidikan: Etnosains dan Kearifan Lokal], and others (ed.) (Semarang: CV. Swadaya Manunggal) Sugiarti, Asih. (2017). “Identifikasi Jenis Paku-Pakuan ( Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Pagerwunung Darupono Kabupaten Kendal.” Jurnal Biologi 32– 42.