RKETING. E-BULLEMIC. MATIN. ISLA
ISLAMIC MARKETING
BEHIND THE TOPIC
Pemasaran syariah telah menjadi topik yang hangat diperbincangkan
dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh tumbuhnya
industri halal di berbagai negara di dunia, tidak hanya negara dengan
populasi mayoritas Muslim, tetapi juga di negara-negara dengan
populasi Muslim minoritas. Tumbuhnya industri pariwisata yang
menggunakan syariah seperti industri kuliner, farmasi, kosmetik,
perbankan, dan logistik menjadi salah satu alasan kuat
berkembangnya adaptasi hukum Islam (syariah) di dalam dunia bisnis.
JUST SCROLL IN IT
KRITIK TERHADAP PEMASARAN
KONVENSIONAL
Tidak adanya standar baku dalam hal moralitas
pada konsep pemasaran konvensional
menciptakan banyak dampak negatif terhadap
perilaku pemangku kepentingan (stakeholders)
di dalam pasar. Seperti menjamurnya kredit
daring (online) di Indonesia yang banyak
memakan korban dari masyarakat menengah ke
bawah; jumlah manusia yang meninggal akibat
rokok (baik secara aktif maupun pasif);
banyaknya masyarakat yang terpapar dampak
negatif narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya (NAPZA); kecenderungan “saling
membunuh” dalam kompetisi bisnis; iklan yang
menipu masyarakat; dan munculnya dugaan
praktik kartel harga atau oligopoli yang
dilakukan maskapai di Indonesia.
KRITIK TERHADAP PEMASARAN
KONVENSIONAL
Semua masalah di atas terjadi karena semua
pihak bebas menafsirkan standar moralitas
sesuai kehendak mereka. Dalam konteks kasus
dugaan kartel harga tiket pesawat misalnya,
konsumen banyak yang merasa dizalimi,
namun maskapai bisa saja membela diri
dengan menggunakan prinsip penawaran dan
permintaan guna menjadi alasan, di mana
banyaknya permintaan tiket pesawat dengan
pasokan yang terbatas, mengakibatkan harga
melambung tinggi. Padahal mestinya harga
yang ditetapkan tidak “murni” mengikuti
prinsip penawaran dan permintaan, melainkan
diduga diatur atau diintervensi oleh kekuatan
kartel.
KRITIK TERHADAP PEMASARAN
KONVENSIONAL
Contoh lain dari dampak negatif pemasaran
konvensional adalah banyaknya masyarakat
yang menjadi korban dari asap rokok, namun
perusahaan rokok tidak akan mau disalahkan
begitu saja sebagai penyebab suatu penyakit
yang diderita masyarakat, yang tidak sedikit di
antara mereka berujung dengan kematian.
Mereka akan berdalih bahwa banyak karyawan
yang akan menjadi pengangguran jika pabrik
rokok ditutup. Selanjutnya, laporan keluhan
konsumen terhadap perusahaan kredit online
menunjukkan tren yang tinggi pada kuartal
akhir tahun 2018 lalu, namun perusahaan
kredit online juga akan membela diri dengan
melempar semua kesalahan kepada
konsumen karena telat membayar atau karena
kredit macet.
Semua contoh di atas menunjukkan bahwa
semua pihak bebas menafsirkan standar baik
dan buruk, sehingga mengakibatkan
kerusakan pada moralitas pasar. Rusaknya
moralitas pasar di suatu negeri akan menjadi
penyebab murka dan azab dari Allah,
sebagaimana firman Allah berikut:
“Dan tidaklah Kami akan menghancurkan
negeri-negeri itu kecuali karena para
penduduknya adalah orang-orang yang zalim.”
(QS. Al Qashash: 59).
KEADILAN DALAM SYARIAH
Pemasaran (marketing) adalah salah satu bentuk
muamalah yang dibenarkan dalam Islam,
sepanjang dalam segala proses transaksinya
terpelihara dari hal-hal yang terlarang oleh
ketentuan syariah. Profesor Philip Kotler
mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah
proses sosial dan manajerial dimana individu-
individu dan kelompokkelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-
produk atau value dengan pihak lainnya.
Sedangkan pemasaran syariah (marketing
syariah) adalah bentuk pemasaran yang
berlandaskan pada hukum Islam, pada
peraturan-peraturan Islam, serta tidak
bertentangan dengan peraturan tersebut.
Adapun karakteristik pemasaran sesuai dengan
syariah adalah :
1) Ketuhanan (rabbaniyah)
2) Etis (akhlaqiyyah)
3) Realistis (al-waqi'yyah)
4) Humanistis (insaniyyah)
Secara umum konsep pemasaran syariah
secara epistemologi bersifat sharia-driven
(digerakkan oleh syariah sebagai sumber
hukum) yang berorientasi guna memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen serta
menciptakan value bagi mereka selama tidak
bertentangan dengan sumber utama di dalam
Islam, yakni Alquran dan Hadis. Konsep
aksiologi dalam pemasaran syariah pun jelas,
di mana standar moralitas (benar atau salah
dan baik atau buruk) yang digunakan,
semuanya bersumber dari Alquran dan Hadis,
baik yang bersifat qouli (ucapan), fi’li
(perbuatan), maupun taqriri (persetujuan atas
perbuatan para sahabat Rasul). Hal ini sejalan
dengan firman Allah dalam berikut:
“Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya.”
(QS. An-Nisa: 59).
Kejelasan sumber etika dan moralitas
pemasaran syariah (Alquran dan Hadis) inilah
yang membedakan konsep pemasaran
konvensional dengan pemasaran syariah.
Kejelasan sumber moralitas dan rangkaian
masalah-masalah yang dijelaskan di atas,
merupakan alasan ontologis mengapa
pemasaran yang berbasis syariah sangat
dibutuhkan?. Tujuannya satu, yakni untuk
menciptakan keadilan yang sebenar-benarnya
bagi seluruh stakeholders di pasar. Tujuan ini
juga sejalan dengan konsep maqashid (tujuan)
syariah, yakni untuk menjaga agama, jiwa,
keturunan, harta, dan akal.
Dalam menjaga kelima hal tersebut,
pemasaran syariah memiliki tujuan untuk
menjaga moralitas pasar sehingga terciptalah
keadilan di dalam pasar bagi seluruh
stakeholders. Konsep keadilan dalam
pemasaran syariah diharapkan mampu
menjadi solusi atas permasalahan-
permasalahan yang disebutkan sebelumnya.
Inilah yang menjadi alasan mengapa
masyarakat global perlu mengkaji dan
mengimplementasikan pemasaran syariah di
dunia bisnis.
REFERENSI
Aji, Mustiko Hendy. (2019). Pemasaran Syariah:
Apa yang berbeda dengan model konvensional?
Diakses pada 21 November 2022 dari
https://fecon.uii.ac.id/2019/09/pemasaran-syariah-
apa-yang-berbeda-dengan-model-konvensional/
Farida, Ida. (2011). Pengaruh Penerapan Layanan
Marketing Syariah dan Kepuasan Pelanggan
Terhadap Loyalitas Pelanggan. Diakses pada 21
November 2022 dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12
3456789/1628/1/IDA%20FARIDA-FSH.PDF
TERIMA KASIH
SUDAH MEMBACA!
APABILA TERDAPAT KRITIK MAUPUN SARAN
TERKAIT E-BULLETIN, BISA MENGHUBUNGI
INSTAGRAM @FOSEIUNSOED, YAA