SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI KALIMANTAN
Makalah
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Projek Kolaboratif Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,
Bahasa Indonesia, dan Matematika Wajib
Kelompok :
Aulia Suci Ajeng P L (202110055)
M. Nur Fadillah (202110242)
Neni Yulianti (202110275)
Nesta Fitria Ramadani (202110276)
Rindiani Aulia Putri (202110328)
Sila Serilda (202110364)
Winia Regita Putri R (202110418)
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
SMAN 1 CILILIN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tidak
lupa kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul "Penyebaran Islam di Kalimantan" bertujuan untuk memenuhi
tugas Projek PAT pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkolaborasi dengan mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika Wajib.
Selama proses penyusunan makalah, kami mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada:
1. H. Asep Nurul Mutaqin, M.Pd. selaku guru pembimbing
2. Ruslan, S.Pd. selaku guru pembimbing
3. Saripah, S.Pd. selaku guru pembimbing
4. Pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Kami penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan kami
agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULULAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................1
B. Batasan Masalah ..............................................................................................................2
C. Rumusan Masalah............................................................................................................2
D. Tujuan dan Mamfaat ........................................................................................................2
BAB II SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI KALIMANTAN
A. Sejarah Masuknya Islam Ke Kalimantan.........................................................................3
B. Strategi Penyebaran Islam Di Kalimantan ......................................................................8
C. Perkembangan umat Islam di Kalimantan Sekarang ......................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarkat yang majemuk. Kemajemukan itu bisa terlihat dari
ras, suku bangsa/etnik, dan juga agama. Di Negera kita ada beberapa pulau seperti Jawa, Bali,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Setiap pulau memiliki keanekaragaman
budaya seperti ras, suku, agama, bahasa, dan seni budaya.
Berbicara agama berdasarkan undang-undang, agama yang disahkan/akui berada di
Indonesia yakni Sebagaimana di sebutkan di dalam Pasal 1 UU PNPS No 1 Tahun 1965 tentang
Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, yang menyatakan bahwa “Agama- agama
yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong
Hu Cu (Confusius)”.
Dalam agama Islam bahwa setiap umat Islam dianjurkan untuk berda’wah ada dalam Al-
qur’an surat Ali Imran ayat 104
و ْلت ُك ْن ِم ْن ُك ْم اُ َّمة يَّ ْد ُع ْون اِلى ا ْلخ ْي ِر ويأْ ُم ُر ْون ِبا ْلم ْع ُر ْو ِف وي ْنه ْون ع ِن ا ْل ُم ْنك ِر ۗ واُو ٰۤل ِٕىك هُ ُم ا ْل ُم ْف ِل ُح ْون.
Artinya: "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung."
Kita sebagai pemeluk agama Islam jarang sekali terpikirkan kapan agama Islam masuk ke
nusantara. Khususnya ke Kalimantan, Mengetahui kapan masuknya Islam ke nusantara bisa
membantu kita mengetahui bagaimana Islam masuk ke nusnatara dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Atas dasar uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji penyebaran Islam ke Nusantara
lebih lengkap. Oleh karena itu penulis merumuskan judul makalah ini sebagai berikut “SEJARAH
MASUKNYA ISLAM DI KALIMATAN”.
B. Batasan Masalah
1. Sejarah Islam masuk ke-Kalimatan ?
2. Strategi penyebaran Islam di Kalimatan?
3. Perkembangan umat Islam di Kalimatan Sekarang?
C. Rumusan Masalah
1. Bagaiman sejarah Islam masuk ke-Kalimatan ?
2. Bagaimana strategi penyebaran Islam di Kalimatan?
3. Bagaiamana perkembangan umat Islam di Kalimatan Sekarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah perkembangan peradaban Islam di Kalimantan
b. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan peradaban Islam di Kalimantan
c. Sebagai pelajaran untuk diterapkan dimasa sekarang
2. Manfaat
a. Memunculkan kesadaran umat Islam akan pentingnya ilmu pengetahuan, mengutamakan
pentingnya ukhuwah Islamiyah, dan pentingnya kemurnian ajaran Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam Ke Kalimantan
Proses penyebaran Islam di Kalimantan Selatan akan berpusat pada seorang pewaris sah
kerajaan Negara Daha yang bernama Raden Samudera. Ia dinobatkan menjadi Raja Banjar oleh Patih
Masih, Muhur, Balit dan Kuwin (Poesponegoro dan Notosusanto, 1992: 86). Dalam beberapa
referensi. Demak membantu Banjar dalam perdagangan dan kemiliteran untuk merebut Nagara Daha
dengan syarat kalua menang raja samudera dan pengikutnya harus memeluk agama Islam.
1. Islam Masuk di Kalimantan Barat
Menurut Mas Pur dalam (https://www.freedomsiana.id/, Maret 16, 2017 ), Di Kalimantan
Barat daerah yang pertama kali mendapat sentuhan agama Islam adalah Pontianak, Matan dan
Mempawah yang diperkirakan antara tahun 1741, 1743 dan 1750. Menurut salah satu versi pembawa
Islam pertama bernama Syarief Husein, orang Arab. Ini sejalan dengan teori sejarawan Belanda
diantaranya.
2. Islam masuk di Kalimantan Selatan
Sumber yang cukup tua menyebutkan bahwa Kalimantan pada periode menjelang masuknya
Islam di Kalimantan ialah Negara Kartagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca tahun 1365 ini telah
menyebut daerah Kalsel yang diketahui ialah daerah sungai Negara, sungai Barito dan sekitarnya.
A.A. Cense dalam bukunya “De Kroniek van Banjarmasin”, menjelaskan bahwa ketika
Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung raja Negara Daha.
Pangeran Samudera menghadapi bahaya yang berat yaitu kelaparan di kalangan pengikutnya. Atas
usul Patih Masih Pangeran Samudera meminta bantuan pada Kerajaan Islam Demak yang saat itu
kerajaan terkuat setelah Majapahit. Patih Balit diutus menghadap Sultan Demak dengan 400
pengiring dan 10 buah kapal. Patih Balit menghadap Sultan Tranggana dengan membawa sepucuk
surat dari Pangeran Samudera. F.S.A. De Clereq dalam bukunya. De Vroegste Geschiedenis van
Banjarmasin (1877) halaman 264 memuat isi surat Pangeran Samudera itu. Surat itu tertulis dalam
bahasa Banjar dalam huruf Arab-Melayu. Isi surat itu adalah : “Salam sembah putera andika
Pangeran di Banjarmasin datang kepada Sultan Demak. Putera andika menantu nugraha minta tolong
bantuan tandingan lawan sampean kerana putera andika berebut kerajaan lawan parnah mamarina
yaitu namanya Pangeran Tumenggung. Tiada dua-dua putera andika yaitu masuk mengula pada
andika maka persembahan putera andika intan 10 biji, pekat 1.000 galung, tudung 1.000 buah, damar
1.000 kandi, jeranang 10 pikul dan lilin 10 pikul”. Yang menarik dari surat ini adalah bahwa surat
itu tertulis dalam huruf Arab. Kalau huruf Arab sudah dikenal oleh Pangeran Samudera, adalah jelas
menunjukkan bukti bahwa masyarakat Islam sudah lama terbentuk di Banjarmasin. Terbentuknya
masyarakat Islam dan lahirnya kepandaian membaca dan menulis huruf Arab memerlukan waktu
yang cukup lama. Kalau Kerajaan Islam Banjar terbentuknya pada permulaan abad ke- 16, maka
dapatlah diambil kesimpulan bahwa masyarakat Islam di Banjarmasin sudah terbentuk pada abad
ke- 15. Karena itulah masuknya agama Islam ke Kalimantan Selatan setidak-tidaknya terjadi pada
permulaan abad ke- 15.
Perdagangan sangat ramai setelah bandar pindah ke Banjarmasin. Disini dapat pula kita lihat
perbedaan perekonomian antara Negara Daha dan Banjarmasin. Negara Daha menitik beratkan pada
ekonomi pertanian sedangkan Banjarmasin menitik beratkan pada perekonomian perdagangan.
Hubungan itu adalah hubungan ekonomi perdagangan dan akhirnya meningkat menjadi hubungan
bantuan militer ketika Pangeran Samudera berhadapan dengan Raja Daha Pangeran Tumenggung.
Pangeran Samudera adalah cikal bakal raja-raja Banjarmasin. Dia adalah cucu Maharaja
Sukarama dari Negara Daha. Pangeran Samudera terpaksa melarikan diri demi keselamatan dirinya
dari ancaman pembunuhan pamannya Pangeran Tumenggung raja terakhir dari Negara Daha. Patih
Masih adalah Kepala dari orang-orang Melayu atau Oloh Masih dalam Bahasa Ngaju. Sebagai
seorang Patih atau Kepala Suku, tidaklah berlebihan kalau dia sangat memahami situasi politik
Negara Daha, dia juga mengetahui tentang kewajiban sebagai daerah takluk dari Negara Daha,
dengan berbagai upeti dan pajak yang harus diserahkan ke Negara Daha. Patih Masih mengadakan
pertemuan dengan Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, Patih Kuwin untuk mencari jalan agar
jangan terus-menerus desa mereka menjadi desa. Mereka sepakat mencari Pangeran Samudera cucu
Maharaja Sukarama yang menurut sumber berita sedang bersembunyi di daerah Balandean, Serapat,
karena Pangeran Tumenggung yang sekarang Menjadi raja di Negara Daha pamannya sendiri ingin
membunuh Pangeran Samudera.
Pangeran Samudera dirajakan di kerajaan baru Banjar setelah berhasil merebut bandar Muara
Bahan, bandar dari Negara Daha dan memindahkan bandar tersebut ke Banjar dengan para pedagang
dan penduduknya. Bagi Pangeran Tumenggung sebagai raja Negara Daha, hal ini berarti suatu
pemberontakan yang tidak dapat dimaafkan dan harus dihancurkan, perang tidak dapat dihindarkan
lagi. Pangeran Tumenggung kalah, mundur dan bertahan di muara sungai Amandit.
Dalam perjalanan sejarah raja-raja di Kalimantan Selatan, bila diteliti dengan seksama nampak
bahwa pergantian raja-raja dari Negara Daha sampai Banjarmasin dari :
a) Maharaja Sari Kaburangan/Raden Sekar Sungsang
b) Maharaja Sukarama
c) Pangeran Mangkubumi/Raden Manteri
d) Pangeran Tumenggung
e) Pangeran Samudera
Bukan pergantian yang lumrah dari ayah kepada anak tapi dari tangan musuh yang satu ketangan
musuh yang lain, melalui revolusi istana. Raden Sekar Sungsang Usurpator pertama adalah
pembangunan dinasti Hindu Negara Daha, dan Pangeran Samudera usurpator kedua adalah
pembangun dinasti Islam Banjarmasin.
3. Islam masuk di Kalimantan Timur
Kerajaan Islam di Kalimantan timur adalah Kesultanan Kutai yang merupakan kelanjutan
dari kerajaan Hindu Kutai Kartanegara yang sudah berdiri sejak tahun 1300. Pada masa
pemerintahan Aji Raja Mahkota (1525-600) kerajaan Kutai Kartanegara kedatangan dua orang
ulama dari Makassar, yaitu Syekh Abdul Qadir Khatib Tunggal yang bergelar Datok Ri Bandang
dan Datok Ri Tiro yang dikenal dengan gelar Tunggang Parangan. Seperti yang di kisahkan dalam
Silsilah Kutai, tujuan kedatangan dua ulama tersebut adalah untuk menyebarkan agama Islam
dengan cara mengajak Aji Raja Mahkota Untuk memeluk agama Islam, pada awalnya ajakan ulama
ini di tolak oleh Aji Raja Mahkota dengan alasan bahwa agama di kerajaan Kutai Kartanegara adalah
Hindu.
Langkah dakwah kedua ulama ini untuk mengajak Aji Raja Mahkota di tolak oleh sang Raja.
Karena langkah dakwah ini buntu, Tuan ri Bandang memutuskan kembali ke Makassar dan
meninggalkan Tunggang Parangan di kerajaan Kutai Kartanegara. Sebagai jalan akhir, Tunggang
Parangan menawarkan solusi kepada Aji Raja Mahkota untuk mengadu kesaktian dengan taruhan
apabila Aji Raja Mahkota kalah, maka sang raja bersedia untuk memeluk Islam. Akan tetapi jika Aji
Raja Mahkota yang akan menang maka Tunggang Parangan akan mengabdikan hidupnya untuk
kerajaan Kutai Kartanegara. Solusi Tunggang Parangan di setujui oleh Raja Mahkota. Adu kesaktian
akhirnya di gelar dan berujung dengan kekalahan Aji Raja Mahkota. Sebagai konskuensi kekalahan,
maka Aji Raja Mahkota Akhirnya masuk Islam. Sejak Aji Raja Masuk Islam maka pengaruh Hindu
yang telah tertular lewat interaksi dengan kerajaan majapahit lambat laun luntur dan berganti dengan
pengaruh Islam dan sebagian rakyat yang masih memilih untuk memeluk agama hindu kemudia
tersisih dan berangsur-angsur pindah ke daerah pinggiran kerajaan.
Islam yang datang diterima dengan baik oleh Kerajaan Kutai dan kemudian berubah menjadi
kesultanan pada abad ke-18. Sultan pertama yang memerintah di Kesultanan Kutai adalah Sultan Aji
Muhammad Idris 1732-1739. Pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Idris, beliau pergi ke
Sulawesi Selatan untuk menolong rakyat Sulawesi yang sedang berperang melawan penjajahan
Belanda. Sehingga tahta kesultanan Kutai direbut oleh Aji Kado yang resmi menjadi Sultan dengan
gelar Sultan Aji Muhammad Aliyuddin (1739-1780). Tahta kesultanan kutai sebenarnya akan
diberikan kepada Aji Imbut putra mahkota Sultan Aji Muhammad Idris , namun karena usianya yang
masih belia, Aji Kado mengambil alih kesultanannya. Setelah Aji Imbut dewasa dan dinobatkan
sebagai Sultan Kutai denga gelar Aji Muhammad Muslihuddin (1780-1816). Sejak itu dimulai
perlawanan terhadap Aji Imbut. Karena Aji Imbut mendapat bannyak bantuan dari rakyat sehingga
ia dapat memenangi perlawanan Aji Muhammad Aliyuddin dihukum mati. Dalam kesultanan Kutai
Islam dijadikan sebagai agama resmi Negara. Para ulama mendapat kedudukan terhormat sebagai
penasehat sultan dan pejabat-pejabat kesultanan, disamping sebagai hakim. Hukum Islam
diberlakukan dalam menyelesaikan perkara perdata dan keluarga. Sehingga ajaran Islam sangat
berpengaruh di daerah tersebut.
Masa kejayaan Kesultanan Kutai ialah pada masa pemerintahan Sultan Muhammad
Muslihuddin dan Sultan Muhammad Salihuddin. Pada masa itu Kesultanan Kutai tampil sebagai
daerah maritime yang memiliki armada pelayaran yang meramikan perdagangan. Hasil rempah yang
dihasilkan Kesultanan Kutai diantaranya adalah lada, kopi, kopra, dan rempah-rempah. Sedangkan
barang yang masuk ke daerah Kutai yaitu, sutra, porselin, dll. Para pedagang dari Kesultanan Kutai
sangat aktif berlayar di Kepulauan Nusantara, bahkan sampai ke Singapura, Filipina, dan Cina.
4. Islam masuk di Kalimantan Tengah
Masuknya Islam di Kalimantan Tengah yaitu :
a. Di Wilayah Kotawaringin
Seorang ulama yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan,
khususnya di wilayah Kotawaringin. Ulama tersebut adalah Kiai Gede, seorang ulama asal Jawa
yang diutus oleh Kesultanan Demak untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Kalimantan.
Kedatangan Kiai Gede tersebut ternyata disambut baik oleh Sultan Mustainubillah. Oleh sang
Sultan, Kiai Gede kemudian ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah Kotawaringin, sekaligus
membawa misi untuk merintis kesultanan baru di wilayah ini.
Berkat jasa-jasanya yang besar dalam menyebarkan Islam dan membangun wilayah
Kotawaringin, Sultan Mustainubillah kemudian menganugerahi jabatan kepada Kiai Gede
sebagai Adipati di Kotawaringin dengan pangkat Patih Hamengkubumi dan bergelar Adipati
Gede Ing Kotawaringin. Namun, hadiah yang paling berharga dari sang Sultan bagi Kiai Gede
adalah dibangunnya sebuah masjid yang kelak bukan sekedar sebagai tempat beribadah,
melainkan juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan kemasyarakatan bagi Kiai Gede dan para
pengikutnya. Bersama para pengikutnya, yang waktu itu hanya berjumlah 40 orang, Kiai Gede
kemudian membangun Kotawaringin dari hutan belantara menjadi sebuah kawasan permukiman
yang cukup maju. Kalaupun wilayah Kotawaringin sekarang ini menjadi salah satu kota yang
terbilang maju di Kalimantan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari jasa besar Kiai Gede dan para
pengikutnya. Kiai Gede membangun sebuah masjid yang bernama Masjid Kiai Gede, masjid ini
menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di Kotawaringin. Masjid Kiai Gede dibangun pada
tahun 1632 Miladiyah atau tahun 1052 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan
Mustain Billah (1650-1678 M), raja keempat dari Kesultanan Banjarmasin.
b. Di Wliayah Mandomai
Seperti penyebaran Islam yang ada di daerah umum lainnya, Islam masuk ke daerah
Mandomai melewati jalur perniagaan, pedagang dari daerah Kuin, Bandarmasih yang sudah
terlebih dahulu memeluk agama Islam ini mensyiarkan Islam sambil melakukan aktifitas
perdagangannya. Diperkirakan Islam masuk ke daerah Mandomai ini abad ke-18, para penghuni
“huma hai” pun tertarik dengan ajaran Islam yang menurut mereka sangat relevan dengan
kehidupan manusia. Penyebaran Islam begitu pesat di Mandomai, hal ini terbukti dari adanya
pembauran budaya setempat dengan corak budaya Islam, seperti nisan makam yang berbentuk
tinggi seperti sapundu (titian menuju surga menurut ajaran agama Kaharingan) berukirkan
kaligrafi arab di sebuah makam seorang penghuni “huma hai” yaitu Oedjan.
Perkembangan Islam di Mandomai berkaitan erat dengan seorang tokoh di “huma hai” yaitu
Oedjan ini, ayah Oedjan berasal dari daerah Palingkau, tepatnya Doesoen Timoer Patai, Oedjan
adalah anak dari Damboeng Doijoe yang juga disebut seorang Temenggung Madoedoe sepupu
dari Soetawana ayah Soetarnoe di Tamiang Layang, Temenggung Madoedoe ini anak dari
Djampi yang merupakan kakek dari Oedjan yang sudah memeluk ajaran Islam. Oedjan ini
menikah dengan seorang gadis keturunan Portugis yang bernama Makau (Saleh). Dari
perkawinannya ini di anugerahi 9 anak yaitu Sahaboe, Oemar, Aloeh, Galoeh, Soci, Ali, Esah,
Tarih, dan Njai.
1) Hubungan kekerabatan ‘huma hai” dan orang Kuin, Bandarmasih Abdullah bin Abu Samal
memiliki dua orang isteri, yang pertama beliau beristeri dengan Seah binti Akuh bin Aboe
Naim yang masih keturunan Habib Pajar, kemudian isteri beliau yang kedua adalah Datuk
Mantjung, dari istrinya yang pertama beliau dianugerahi 7 orang anak dan dari isterinya yang
kedua beliau dianugerahi 6 orang anak. Yang berkaitan erat hubungannya dalam
perkembangan Islam adalah berbesannya Abdullah bin Abu Samal dengan Oedjan bin
Damboeng bin Djampi, yakni anak dari Abdullah bin Abu Samal dengan isterinya yang
pertama yaitu KH. Abdul Gapoer dengan anaknya Oedjan bin Damboeng dari isterinya yang
bernama Makau (Saleh) yaitu anaknya yang ke-7 bernama Esah, dari pernikahan ini lahir 2
orang putra yang berpengaruh dalam perkembangan Islam maupun perjuangan mencapai
kemerdekaan yakni Igak dan H.M. Sanoesi yang sekarang makamnya ada di makam
pahlawan di Kabupaten Pulang Pisau. Menurut sumber sejarah dikatakan bahwa Abu Samal
yang merupakan ayah dari Abdullah adalah masih kerabat dekat dengan Raja Banjar yaitu
Sultan Suriansyah yang kubahnya sekarang ada di Kuin, Banjarmasin Kalimantan Selatan.
2) Pesatnya perkembangan Islam ditandai dengan dibangunnya sarana tempat ibadah.
Pada tahun 1903, tepatnya pada tanggal 04-08-1903 didirikanlah sebuah Masjid Jami Al-
Ikhlas, yang di prakarsai oleh 4 tokoh masyarakat yaitu Rahman Abdi bin H. Muhammad
Arsyad (Kuin), Abdullah bin H. Muhammad (penghulu Mandomai), Sabri bin H.Muchtar,
Sahaboe bin H. Muhammad Aspar. Nama-nama para pemprakarsa pembangunan masjid ini
terpahat di 4 tiang mesjid Jami Al- Ikhlas ini yang disebut “4 tiang guru”.H. Muhammad
Aspar ini sepupunya H. Muhammad Sanoesi dan Igak yang juga keponakan dari KH. Abdul
Gapoer (Tokoh syiar Islam di Mandomai). Masjid ini dilihat dari arsitekturnya mengadopsi
dari arsitek masjid-masjid yang ada di Kalsel, bangunannya hampir serupa dengan Masjid
Jami yang ada di kelurahan Mambulau ketika belum di renovasi, yang selama ini di klaim
sebagai masjid tertua yang ada di Kabupaten Kapuas, namun dari bukti sejarah yang telah
kami telusuri dan terdapat bukti-bukti kebenaran sejarahnya, ternyata masjid tertua yang ada
di kabupaten Kapuas adalah Masjid Jami Al-Ikhlas yang menurut perhitungan penanggalan
tahun masehi sudah berusia kurang lebih 107 tahun, ini dihitung dari peletakan batu pertama
pembangunannya sampai dengan sekarang. Masjid ini sudah mengalami beberapa kali
renovasi dengan tidak merubah bentuk aslinya secara keseluruhan, namun bentuk kubah,
dinding, atap, bentuk jendela dan pintunya sudah mengalami perubahan. Selama ini masjid
bersejarah ini kurang begitu diperhatikan oleh pemerintah. Dalam (http://kota-
Islam.blogspot.com ,November14, 2013
B. Strategi Penyebaran Islam Di Kalimatan
Beberapa hal yang membuat Islam dapat dengan mudah untuk diterima oleh masyarakat dan
menyebar luas sampai ke daerah pedalaman. Adapun Faktor-Faktor Tersebut Sebagai Berikut :
1. Melalui Perkawinan Campuran Yang Dilakukan Oleh Orang Muslim Dengan Orang Non
muslim. Adanya perkawinan campuran ini dapat dilihat pada kerajaan Pontianak yang
rajanya Syarief Abdurrahman Al-Kadri menikah dengan Nya’I Tua putri Dayak kerajaan
Matan.
2. Melalui perdagangan. Mayoritas penduduk Kalbar tinggal di daerah pesisir sungai atau
pantai. Islam disebar luaskan dan berkembang melalui kegiatan perdagangan, mulanya
di kawasan pantai seperti Kota Pontianak, Ketapang, atau Sambas, kemudian menyebar
ke arah perhuluan sungai.
3. Melalui dakwah. Adapun nama-nama mubaligh dan guru agama yang terlibat dalam
menyebarkan agama Islam di Kalbar tersebut pada awal abad ke 20 menurut Mohd Malik
diantaranya adalah Haji Mustafa dari Banjar (1917-1918), Syeh Abdurrahman dari Taif,
Madinah (1926-1932), Haji Abdul Hamid dari Palembang (1932-1937), Sulaiman dari
Nangah Pinoh, dan Haji Ahmad asal Jongkong (sekarang). Para guru agama ini
mengajarkan membaca Al-Qur’an, fiqih dan lain-lain, di rumah dan juga di masjid.
4. Melalui kekuasaan (otoriter). Islamisasi ini terjadi pada masa Sultan Aman di kerajaan
Sintang. Pada masa ini beliau melakukan peperangan kepada siapa saja yang tidak mau
masuk Islam. Tercatat raja-raja kerajaan Silat, Suhaid, jongkong, Selimbau dan Bunut
diperangi karena tidak mau masuk Islam. Setelah raja tersebut dapat ditaklukan dan
menyatakan diri memeluk Islam, mereka diharuskan berjanji untuk tidak ingkar. Bagi
yang melanggar akan dihukum mati.
3) Melalui kesenian tradisional. Sastra tradisional di Cupang Gading memperlihatkan adanya
keIslaman. Dengan mengkolaborasikan antara nilai Islam dengan nilai kesenian ini
memberikan kemudahan dalam menyebarkan Islam itu sendiri. Berpadunya nilai lokal
dengan Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat yang dikenal dengan istilah berkesah dan
melalui puisi tradisional, seperti pantun, mantra, dan syair. Selain itu Islam juga disebarkan
melalui kesenian Jepin Lembut yang ada di daerah Sambas. Dengan berbagai macam
kesenian inilah yang kemudian dijadikan media dakwah dalam menyebarkan Islam di
Kalbar. Dalam (http://kota-Islam.blogspot.com ,November14, 2013
C. Perkembangan umat Islam di Kalimatan Sekarang
Data pemeluk agama Islam di Kalimantan pada masa lampau :
Waktu Persentase
Abad ke-13 11,15%
Abad ke-14 13,17%
Abad ke-15 15,18%
Abad ke-16 25,19%
Abad ke-17 34,66%
Jumlah 100%
Data pemeluk agama Islam pada masa sekarang :
JUMLAH
30,000
20,000
10,000
0 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
2008-2009 JUMLAH
Modus dari data tahun 2008-2013 :
Diketahui :
1. Tepi bawah : 2012-0,5 = 2011,5
2. D1 = 2000
3. D2 = 0
4. P = 2013,5-2011,5 = 2
Rumus : MO = TB + ( d1 / d1 + d2 ) x p
= 2011,5 + ( 2000 / 2000 + 0 ) x 2
= 2011,5 + ( 4000/2000)
= 2011,5 + 2
= 2013,5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses penyebaran Islam di Kalimantan Selatan akan berpusat pada seorang pewaris sah
kerajaan Negara Daha yang bernama Raden Samudera. Ia dinobatkan menjadi Raja Banjar
oleh Patih Masih, Muhur, Balit dan Kuwin (Poesponegoro dan Notosusanto, 1992: 86).
Dalam beberapa referensi. Demak membantu Banjar dalam perdagangan dan kemiliteran
untuk merebut Nagara Daha dengan syarat kalua menang raja samudera dan pengikutnya
harus memeluk agama IslamPusat penyebaran Islam yang lain adalah di Kalimantan Barat
di dekat Muara Sambas. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad XVI di bawa
oleh orang-orang dari Johor, menyusul kemudian daerah Sambas ditaklukkan oleh kerajaan
Johor.
2. Islam tersebar melalui tiga proses berikut.
a. Melalui Perkawinan Campuran Yang Dilakukan Oleh Orang Muslim Dengan Orang
Non muslim. Adanya perkawinan campuran ini dapat dilihat pada kerajaan Pontianak
yang rajanya Syarief Abdurrahman Al-Kadri menikah dengan Nya’I Tua putri Dayak
kerajaan Matan.
b. Islam juga tersebar melalui perdagangan. Mayoritas penduduk Kalbar tinggal di daerah
pesisir sungai atau pantai. Islam disebar luaskan dan berkembang melalui kegiatan
perdagangan, mulanya di kawasan pantai seperti Kota Pontianak, Ketapang, atau
Sambas, kemudian menyebar ke arah perhuluan sungai.
c. Proses dakwah juga menentukan keberhasilan pnyebaran Islam. Adapun nama-nama
mubaligh dan guru agama yang terlibat dalam menyebarkan agama Islam di Kalbar
tersebut pada awal abad ke 20 menurut Mohd Malik diantaranya adalah Haji Mustafa
dari Banjar (1917-1918), Syeh Abdurrahman dari Taif, Madinah (1926-1932), Haji
Abdul Hamid dari Palembang (1932-1937), Sulaiman dari Nangah Pinoh, dan Haji
Ahmad asal Jongkong (sekarang). Para guru agama ini mengajarkan membaca Al-
Qur’an, fiqih dan lain-lain, di rumah dan juga di masjid. Kekuasaan menentukan
Islamisasi contoh masa Sultan Aman di kerajaan Sintang. Pada masa ini beliau
melakukan peperangan kepada siapa saja yang tidak mau masuk Islam. Tercatat raja-
raja kerajaan Silat, Suhaid, jongkong, Selimbau dan Bunut diperangi karena tidak mau
masuk Islam. Setelah raja tersebut dapat ditaklukan dan menyatakan diri memeluk
Islam, mereka diharuskan berjanji untuk tidak ingkar. Bagi yang melanggar akan
dihukum mati.
3. Islam abad ke abad memperlihatkan perkembangan yang sngat signifikan pada bad ke 13
pemeluk agama Islam sekitar 11,15 persen. Berdasarakan data yang didapat sampai abad
ke 17 sudah sekitar 34 persen.
B. Saran
Bagi pembaca setelah membaca makalah ini di harapkan lebih memahami penyebaran Islam
di Kalimantan dan Sumatera.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. 1992. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai
Pustaka
Mas, Pur. Maret 16, 2017 / sejarah-masuk-dan-berkembangnya-Islam-di-kalimantan-barat/) dalam
(https://www.freedomsiana.id//
kota-Islam.blogspot.com, November 14, 2013/ Sejarah Perkembangan Islam di Kalimantan Barat -
Kota Islam/ https://kota-Islam.blogspot.com/