The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gimbal.wiwi, 2016-03-13 12:49:07

PROFIL MAX

PROFIL MAX

merebut kesempatan dan berprestasi pada bidang-bidang yang langka, misalnya yang menjadi duta
besar, jenderal, pengusaha besar, pilot, dokter ahli, atlit perebut medali olimpiade, dan lain-lain –
termasuk mereka yang berhasil pada lapangan kerja yang `dipandang sebelah mata’ tetapi fakta
menunjukkan bahwa lapangan kerja itu selama ini didominasi oleh masyarakat pendatang. Misalnya:
penjahit, tukang jual obat, pengusaha warung makan, dan sebagainya. Dengan menggunakan media
massa dan dikemas menarik, para tokoh ini bisa menceritakan bagaimana mereka berhasil membangun
karir mereka, dan sekaligus menyampaikan hal-hal apa saja yang harus dimiliki oleh setiap generasi
Moni agar berhasil membangun masa depan mereka masing-masing.

51

BagPiaENnUETUPmpat

52

Taruhan Politik

Pada dasarnya, kebijakan Otsus adalah sebuah “taruhan” politik baru untuk menyelesaikan masalah
Moni. Bahwa dalam 5 tahun wajah kemiskinan Moni akan berubah.

Disebut “taruhan” karena ada triliunan rupiah uang rakyat (dana otsus dan APBN) yang sudah dan
terus dikucurkan ke Moni, dengan dead-line bebrapa tahun ke depan, dan jaminannya adalah WAJAH
KEMISKINAN MONI HARUS BERUBAH, dalam rangka menuju Go Internasional.

Bagaimana jika GAGAL? Risiko paling buruk adalah PAPUA MERDEKA. Itulah deal lain yang terselubung
di balik kebijakan hasil reformasi itu. Kalau boleh jujur, Otsus itu ada karena adanya aspirasi Papua
MERDEKA itu. Namun perlu juga disadari bahwa di belahan negara manapun, format otonomi khusus
merupakan jalan tengah penyelesaian konflik antara pemerintah pusat dan daerah-daerah tertentu
yang bergejolak.

Maka demi keutuhan NKRI, Negara tidak boleh gagal. Caranya? Tidak cukup hanya dengan semboyan
‘NKRI harga mati’, tetapi melalui upaya-upaya pembangunan yang lebih bermartabat. Harus ada
kesepakatan baru bagi orang asli Moni berupa desain pembangunan yang bersifat diskriminasi positif
(affirmative policies) bagi penegakkan hak-hak dasar penduduk asli Moni.

Harus menetapkan strategi yang lebih komprehensif guna Percepatan Pembangunan Kabupaten Intan
Jaya. Melalui kebijakan baru ini, pembangunan Moni didasarkan atas pendekatan kawasan, terutama
kawasan terisolir dan kampung-kampung di Pegunungan Tengah Papua, di Kabupaten Intan Jaya,
sebagai daerah tertinggal, terpencil, dan terpencar.

Bagaimana ke Depan?
Beberapa poin yang bisa ditawarkan demi memajukan suku Moni sebagai bagian tak terpisahkan dari
NKRI :

Pertama, mengurangi resistensi untuk menjamin tercapainya tujuan sesuai target waktu
yang telah dipertaruhkan dalam UU Otsus, yakni tahun 2026. Bentuk-bentuk resistensi itu kita
bisa pinjam istilah Lemhanas yaitu ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan). Kita sadari
bersama bahwa salah satu bentuk ATHG dimaksud antara lain belum sinkronnya koordinasi pemerintah
pusat dan daerah dalam mengimplementasikan program-program OTSUS, khususnya dlam program
percepatan pembangunan bagi Moni.

Kedua, sambil secara arif menghadapi semua resistensi, mencari strategi terbaik untuk
mempercepat pencapaian kemajuan bagi Moni dengan sumber dana yang terukur. Seperti,
pembangunan sejumlah infrastruktur di wilayah pedalaman Moni, pembukaan lahan pertanian dan
peternakan rakyat, penguatan sistem transportasi terpadu untuk menurunkan tingkat kemahalan, air
bersih, perumahan layak huni bagi rakyat dan pengembangan energi terbarukan, pariwisata juga desain
anggaran dan sistem insentif yang tepat sesuai indeks konstruksi kemahalan.

Ketiga, selalu terbuka berdialog untuk menerima pandangan perihal langkah-langkah
afirmatif apa lagi yang dibutuhkan oleh orang asli Moni. Tetapi, Pemerintah tidak membuka
ruang dialog bagi keinginan memisahkan diri dari NKRI. Adalah tugas konstitusi untuk menjaga
kedaulatan nasional, tidak mentolerir tindakan untuk membentuk negara di dalam negara.

Terakhir, kita patut mengapresiasi tekad ke depan dengan meluncurkan komitmen ‘Moni Tanah
Damai’ (Moni Land of Peace) sebagai konstruksi sosial politik yang harus dipegang oleh semua pihak,
baik Pemerintah di Jakarta maupun berbagai kelompok-kelompok strategis di Tanah Moni.

53

mTaexnitmanugs tipagau

54

Adalah seorang anak kampung Ugimba-Moni, lahir di kampung
Bulapa, dari ayah Nico Tipagau dan mama, Miliam Kobogau.
Sejak kecil ke Tembagapura sekalipun belum menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di Galugama, kemudian belajar secara
informal dan bergaul dengan beberapa orang barat asal Amerika
Serikat, Jerman, Australia, Canada juga beberapa orang dari negara
lain ketika mereka sedang bertugas sebagai tenaga ahli PTFI di
Tembagapura, Timika dan luar negeri, selama tujuh tahun.

Hasil belajar dan bergaul tersebut, kemampuannya bisa fasih
berbahasa Inggris dan Indonesia, pintar berhitung (matematika)
dan memiliki kompetensi. Memunyai networking dan hubungan
kerja yang tidak terbatas, bukan hanya dalam negeri tetapi juga
go internasional.

Punya orang tua angkat keturunan Yahudi (Israel) Micke Arnold sebagai Vice President Keuangan
perusahaan tambang raksasa Freeport di USA sampai sekarang, juga Patrick Fide karyawan Freeport dari
Amerika Serikat keturunan Yahudi.

Selama empat belas tahun bekerja sebaga karyawan PT Freeport Indonesia, awalnya sebagai operator
dump truck tambang. Mengakhiri kariernya sebagai instruktur tambang bagi pegawai baru yang
direkrut pada unit kerjanya.

Tokoh dunia dan Indonesia yang menginspirasinya untuk ingin membawa Intan Jaya go Internasional
seperti : Nelson Mandela, Ir Soekarno Presiden I Republik Indonesia, Surya Paloh, Djoko Widodo
Presiden RI periode 2014-2019, dan Tokoh Papua yang punya reputasi Internasional, Barnabas Suebu.

Bekerja dengan promosi terus menerus selama 14 tahun di Freeport tak kuasa membendung hasrat
pria kelahiran 7 Mei 1983 ini untuk melepas karir moncernya begitu saja. Perusahaan multinasional ini
memberinya kenyamanan, namun “Max” nama panggilan Maximus Tipagau, memilih untuk berkarya di
zona bebas bagi masyarakat di tanah kelahirannya, Kabupaten Intan Jaya – Papua.

Setelah 70 tahun Indonesia merdeka, kondisi masyarakat pegunungan Papua masih memprihatinkan
dari segala sisi, sebuah ironi mengingat Papua adalah wilayah yang sangat kaya. Mengharapkan
pemerintah bergerak adalah kemuskilan ketika kehidupan masyarakat harus tetap berjalan.

Max “gatal” berbuat sesuatu. Suaranya begitu menggebu ketika menceritakan keresahan dan
mimpinya, kesejahteraan yang merata bagi seluruh masyarakat Papua. Pahitnya masa kecil menjadi
alasan lain yang memicunya tak lama-lama berkubang dalam kenyamanan. Max, dengan segala
potensinya, segera menyisingkan lengan, melobi, bersinergi, dan “bertempur” demi Papua.

Tempat, tanggal lahir    :  Bulapa, Kabupaten Intan Jaya – Papua, 7 Mei 1983
Ayah                            :  Nico Tipagau
Ibu                            :  Milian Kobogau
Anak sulung                 :  dari 4 bersaudara (2 meninggal)

Riwayat Pendidikan
zz SD Galunggama, Kabupaten Intan Jaya, Papua
zz SMP Tembagapura
zz SMA Tembagapura

Riwayat Pekerjaan
zz Operator tambang Freeport (1998 – 2002)
zz Guru alat berat di tambang Freeport (2004 – 2007)
zz Konselor Freeport (2005 – 2009)
zz Technical Advisor for Scholarship Freeport (2009 – 2010)
zz Direktur Carstensz Adventure (2011 – sekarang)
zz Pendiri Yayasan Somatua (2012 – sekarang)

Maximus sudah bekerja di Freeport sejak berusia 14 tahun dan bekerja selama 14 tahun pula. Tugasnya
beragam mulai dari operator alat-alat tambang, guru alat berat, konselor, hingga technical advisor.
Sebagai konselor, Max bertugas menginvestigasi masalah, memberi peringatan, bahkan memutuskan

55

hubungan kerja. Sebagai technical advisor, Max Dalam wawancara, penilaiannya terhadap
bertanggung jawab mencari para pengajar Freeport belum berbuat banyak bagi masyarakat.
dari dalam dan luar negeri yang dapat melatih Sebaliknya, selama puluhan tahun perusahaan
para karyawan. ini menggali sangat banyak emas dari tanah
Papua. Di sebuah kota di Jerman, terdapat pabrik
Maximus adalah orang asli Papua asal Moni mobil VW yang menyejahterakan masyarakat
dengan pendidikan yang tidak terlalu tinggi. sekelilingnya. Freeport mengambil berton-ton
Kemampuan belajar yang cepat kemungkinan emas tapi masyarakatnya masih menangis sedih.
besar menjadikannya sebagai salah seorang yang Artinya, Freeport belum berbuat apa-apa.
dipercaya. Max menguasai bahasa Inggris dan
kemampuan leadership. Pangkat dan gajinya Inilah yang akhirnya mendorong Max mendirikan
terus meningkat. Jika masih bergabung bersama Carstensz Adventure dan Yayasan Somatua.
Freeport, mungkin “Max” sudah berstatus Max mencoba memperkenalkan profil dan
sebagai manajer. Semboyannya : “tingkat potensi pariwisata Papua hingga ke dunia
kecerdasan seseorang tidak bisa diukur dari internasional. Beliau melihat pariwisata sebagai
tingkat pendidikannya”. gerakan ekonomi yang berdampak langsung
bagi masyarakat. Melalui Yayasan Somatua, dia
Masalahnya, Max ingin mandiri dan menolong ingin menolong masyarakat dari sektor ekonomi,
masyarakat tanpa bantuan Freeport. Jika masih di
Freeport, Max tidak bisa bebas dan tidak maksimal
dalam membantu masyarakat. Max ingin mencari
partner yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.

56

pendidikan, dan kesehatan. Korban berikutnya adalah ibunya. Singkat kata,
ia mengalami siksaan fisik hingga kandungan
Lebih lanjut mengatakan : Pemerintah dan indungnya pecah. Ia meninggal lima hari kemudian
perusahaan multinasional seperti Freeport tidak saat adik perempuannya yang paling bungsu
memberikan perhatian yang seharusnya. Selama masih menyusui. Tiga bulan kemudian, adiknya
ini, masyarakat hanya diperkenalkan pada pun menyusul harus meninggal.
“politik jahat”. Fasilitas ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan selalu terabaikan. Maximus akhirnya tinggal dan dibesarkan nenek.
Neneknya juga meninggal tanpa tertolong
Masalahnya bukan uang karena seberapa obat-obatan. Keluarga yang disayanginya harus
banyak pun uang akan selalu habis. Masalahnya meninggal sia-sia tanpa pertolongan medis sama
adalah pengabaian terhadap masalah ekonomi, sekali. Lebih lanjut menurut perkiraannya hampir
pendidikan, dan kesehatan yang diperparah 90% masyarakat Papua pegunungan merasakan
oleh pendidikan politik yang tidak benar. Tanpa penderitaan yang sama seperti keluarganya.
pendidikan yang baik dan fasilitas pendukung Indonesia sudah merdeka 70 tahun namun hingga
yang semestinya, masyarakat Papua kebingungan detik ini, masyarakat pegunungan Jayawijaya
untuk menata hidupnya secara berdikari. hampir belum pernah menikmati pelayanan medis.

Sejak berusia enam tahun, dia sudah ikut ayahnya Bisa dikatakan bahwa pelayanan medis Flying
ke gunung es. Usia tujuh tahun, ayahnya jatuh Doctors (Dokter Terbang) yang dilakukan
dari gunung es yang berlokasi dekat Carstensz. doctorSHARE bekerjasama dengan Yayasan
Kakinya patah. Jangankan dokter, mantri pun Somatua yang dipimpinnya adalah kali pertama
tak ada. Satu setengah tahun berikutnya, ia hadirnya pelayanan medis secara langsung di
harus tinggal di rumah dengan posisi kaki patah. berbagai lokasi di Kabupaten Intan Jaya. Sudah
Ia begitu lelah tersiksa dengan perasaan telah dua kali tim Flying Doctors memberikan pelayanan
menyusahkan semua orang, termasuk ibu saya. medis berupa pengobatan umum, bedah minor,
Ayahnya akhirnya meninggal dan orang-orang dan penyuluhan kesehatan yang disambut warga
membuang jasadnya ke sungai. dengan penuh semangat.

57










Click to View FlipBook Version