The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ferdinandmartin70, 2020-04-05 07:42:53

Warta Padua No. 12 April 2020 finale

Warta Padua No. 12 April 2020 finale

DAFTAR ISI 22 KISAH SI SANDAL JEPIT

2 SALAM REDAKSI Misteri Golgota

Kepedulian dan Persaudaraan dalam Bayang Corona

23 PROFIL

4 SALAM GEMBALA Romo Bono: Bergembiralah Senantiasa

Kristus Jaya, Kita Bersukacita…! dalam Tuhan!

6 SALAM BANG ANTON 26 RUANG KOMSOS

Mataku Mata-Mu, Tanganku Tangan-Mu Karya Pemenang Lomba Desain Meme 2020
Karya Pemenang Lomba Nulis 2020


8 SOROTAN UTAMA
39 LENSA PAROKI
Dokumen Persaudaraan Insani—Dari Fransiskus
53 SEKELUMIT CERITA
ke Fransiskus: Merekatkan Tali Silaturahmi Dua Sisi Koin Covid-19

Katolik–Islam 54 PANITIA PASKAH

11 SOROTAN UTAMA Mendengarkan dan Mengimani Suara Tuhan

Celengan Yesus Tunawisma: Aksi Nyata dalam Tahun 57 PANITIA PASKAH

Keadilan Sosial 2020 Susunan Panitia Paskah Paroki Bidaracina

15 SOROTAN UTAMA

SPSE Tanggap Banjir 58 PENUTUP

18 SOROTAN UTAMA

Bank Sampah: Cara Sederhana Peduli Lingkungan



21 POJOK OMK

Ngobam, Yuk!

TIM REDAKSI Rosdiana Damanik, Francisca Misske Siane
Oktavina Klemen, Ignatius Sandyawan, Ignatius
Penerbit: Andri, A. Fordiyanto, Richard Mantiri, Antonius Tri S.
SEKSI KOMSOS
Paroki Bidaracina Gereja St. Antonius Padua Kontributor Tulisan:
Rm. Andreas Nugroho, SCJ, Ignatius Rudi Susanto
Moderator: dan Clara Yanthy Panggabean, Adi Octavianus
Rm. Blasius Sumaryo, SCJ
Desainer Sampul:
Dewan Paroki Pendamping: Yohanes Herman Sriwijaya
Ignatius Heldy Lawadihardja
Yosep Isa Wisnu Wardana Desainer Majalah:
Ferdinand Martin
Koordinator Warta Padua Edisi 12: Ignatius Andri
Veronica Gabriella
Fotografer:
Editor: Herman Wibowo, Fernando Senewe, A. Eko Y.
Veronica B. Vonny Fangohoy, Marcus J. Dwiyanto, Veronica B. Vonny,
Veronica Gabriella Ferdinand Martin, Jessica Dita, Francisca Misske
Siane Oktavina Klemen, Lucia Rosdiana Damanik,
Tim Redaksi: Ignatius Sandyawan
Veronica B. Vonny, Veronica Gabriella, A. Eko Y.
Fangohoy, Fernando Senewe, Thessa Nadia H., EDISI 12/ PASKAH 2020 1
Marcus J. Dwiyanto, Ferdinand Martin, Caecilia
Marios Putri Handayani, Jessica Dita, Lucia

WARTA PADUA

SAPA REDAKSI

Kepedulian dan Persaudaraan
dalam Bayang Corona

Pandemi Covid-19 membuat segalanya jadi luar dikirimkan ke redaksi tidak jadi dimuat.
biasa. Jauh di luar kebiasaan, maksud kami. Gereja
ditutup. Misa harian dan mingguan tidak ada. Maka, sumbangan-sumbangan yang sudah masuk
Misa-Ibadat Pekan Suci hingga Perayaan Paskah pun sudah dikembalikan oleh Panitia, dengan
pun ditiadakan. Kita hanya bisa mengikuti misa live memberikan pilihan juga kepada para donatur
streaming dari gawai atau televisi kita dan hanya apabila hendak mengalihkan donasinya untuk
bisa menerima komuni batin. Semua ini sungguh bela rasa bagi para korban ataupun mereka yang
tak pernah terbayangkan oleh kita, bukan? kehidupannya terdampak Covid-19. Donasi ini
disalurkan melalui Seksi Pengembangan Sosial
Sebagai imbasnya, lembar mingguan Warta Paroki Ekonomi (SPSE), dan salah satu wujudnya adalah
dan Warta Komsos untuk sementara berhenti donasi ke RS Carolus, yang bisa dilihat foto-
terbit, sampai misa mingguan bisa diadakan lagi di fotonya dalam rubrik Lensa Paroki edisi ini, selain
Gereja St. Antonius Padua tercinta. Majalah Warta tentunya foto-foto kegiatan paroki sejak Perayaan
Padua ini pun, untuk pertama kalinya terpaksa Natal 2019 hingga Maret 2020, saat kita masih
hanya dapat diterbitkan dalam bentuk digital, dapat berkumpul dan berkegiatan dengan bebas.
tidak ada edisi cetaknya. Dan, satu lagi yang luar
biasa kali ini: untuk pertama kalinya pula, Warta Ketika bencana banjir melanda Jakarta awal tahun
Padua No. 12/April 2020 ini (selanjutnya kami ini, SPSE juga sudah menyalurkan ribuan paket
sebut WP12) terbit tanpa iklan. Romo Blasius bantuan kepada umat Paroki yang menjadi korban
Sumaryo, SCJ selaku Kepala Paroki Bidaracina banjir. Liputan tentang “Bantuan Banjir” ini bisa
memutuskan bahwa WP12—yang, ketika Anda baca dalam salah satu Sorotan Utama WP12.
keputusan ini dikeluarkan, pengerjaan isinya sudah Pada Sorotan Utama lainnya, kami juga membahas
rampung 80%—hanya akan terbit secara digital dan tentang “Dokumen Abu Dhabi”, yaitu kesepakatan
disebarkan di media-media sosial dengan hanya perdamaian dan persaudaraan dunia antara Paus
berisi artikel/tulisan. Jadi, jangan heran jika Anda Fransiskus dan pemimpin agama Islam di Timur
tak menemukan satu iklan pun dalam WP12 ini. Tengah. Dari paroki kita sendiri, kami menyoroti
pula tentang “Celengan Yesus Tunawisma” dan
Mewakili Panitia Paskah 2020, kami mengucapkan “Bank Sampah” sebagai aksi nyata kita dalam
terima kasih sekaligus permohonan maaf sebesar- Tahun Keadilan Sosial 2020 ini.
besarnya kepada para donatur atas niat baik Anda
semua untuk turut berpartisipasi dalam Perayaan O, ya, dalam edisi ini, kami memuat pula beberapa
Paskah Paroki Bidaracina 2020. Namun, apalah desain meme dan tulisan karya para pemenang
daya, karena Perayaan Paskah ditiadakan, WP12 “Lomba Desain Meme dan Lomba Nulis Komsos
tidak jadi dicetak dan diedarkan di gereja seperti Bidaracina 2020” yang tema utamanya juga
biasanya, dan iklan-iklan yang sudah didesainkan/ tentang keadilan sosial.

2 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Selain itu, masih banyak lagi artikel menarik Sementara, di atasnya, virus corona yang
lainnya yang semoga dapat menemani Anda digambarkan sebesar matahari ‘bersinar terik’.
sekeluarga ber-social distancing di rumah masing- Namun, tak seperti matahari yang menerangi
masing. seluruh dunia dan membawa kehangatan,
sebaliknya si Covid-19 justru membawa kegelapan
Atas dasar semua itulah, kami memilih gambar dan kesakitan, sebagaimana direpresentasikan
kover seperti yang sudah Anda lihat di halaman oleh sosok “Yesus Tunawisma” yang terkapar di
pertama. Gereja Santo Antonius Padua, gereja kita jalanan.
tercinta, dengan menara khasnya (yang gereja lain
tak punya, hehehe…) tampak gelap karena tanpa Meski begitu, terlepas dari semua bencana
umat di dalamnya. ini, dalam bayang gelap corona ini, kita semua
disadarkan akan banyak hal. Kita jadi semakin
dekat dengan keluarga, berhubung banyak yang
harus bekerja dari rumah dan belajar di rumah.
Kita jadi makin sadar akan kebersihan diri sendiri
dan lingkungan sekitar. Kita juga semakin sadar
akan pentingnya kepedulian dan persaudaraan.
(Terima kasih buat rekan kami, salah satu pendiri
Komsos Bidaracina yang masih selalu mendukung
kami, Yohanes Herman Sriwijaya, yang telah
menggambarkan ide dasar kami dengan sangat
apik.)

Akhirnya, mari kita terus berdoa agar bencana ini
segera berakhir, kita semua tetap sehat, selalu
diberkati dan dilindungi Tuhan, serta kita doakan
pula agar para korban yang meninggal dunia
diberikan kedamaian abadi oleh Allah Bapa di
surga dan agar tidak jatuh korban lebih banyak
lagi. Mari kita petik hikmah-hikmah positif saja dari
balik wabah ini, dan mari kita bangkit dari corona
dalam sukacita kebangkitan Tuhan. Selamat
membaca di rumah, dan selamat Paskah!

Salam hangat,

Tim Redaksi

#WP12digital #WP12noiklan #WP12nocetak
#WP12redaksidarirumah #bacaWP12dirumahaja

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 3

SALAM GEMBALA

KRISTUS JAYA, KITA BERSUKACITA…!

Kemenangan Kristus adalah kemenangan kita. Yesus menang atas gelap pekatnya maut
yang mengurung manusia. Itulah sukacita kita. Kita senang karena Yesus menang. Kita lega
karena Yesus memenangkan kita. Terang Kristus sebagai Cahaya Dunia menyibak gelapnya
dunia. Kita pun berlutut menyembah dan mengucapkan “syukur kepada Allah”. Itulah ungkapan
kegembiraan kita akan DIA yang telah menang untuk kita.

Peristiwa Paskah mengajak umat beriman untuk menyakini kembali bahwa Allah solider dengan
tiap gerak dan ritme hidup manusia. Tuhan yang kita imani tidak hanya dikandung dan dilahirkan
di Betlehem dan dibesarkan secara manusiawi di Nazaret. Tuhan kita Yesus Kristus juga
melakukan warta kebaikan dan cinta kasih Allah lewat sabda pengajaran yang penuh wibawa
dan karya-Nya yang mengagumkan. Karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Sang Putra
memuncak dalam peristiwa sengsara wafat dan kebangkitan-Nya. Memang benar, Allah kita,
“Imanuel”, menyertai tiap langkah hidup dari lahir hingga kematian, sampai kita pada saatnya
nanti mengalami hidup kekal. Paus Benediktus XVI pernah menyampaikan: “Kematian-Nya di kayu
salib adalah puncak tindakan Allah yang menanggalkan diri-Nya, dengan mengorbankan dirinya
sendiri untuk mengangkat kembali manusia dan menyelamatkannya. Di sini kasih menemukan
bentuknya yang paling radikal” (Ensiklik Deus Caritas Est No. 12, 2005).

Para rasul adalah kelompok pertama yang mengalami bahwa Yesus Sang Guru bangkit dari
antara orang mati dan menjumpai mereka. Memang ada banyak upaya untuk menutupi realitas
kebangkitan Tuhan (lih. Mat. 28:11–15). Namun, sukacita akan kebangkitan Yesus menggelora
dan berkobar di hati para murid dan menjadikan mereka saksi akan kebangkitan-Nya dan
menyerukan Yesus adalah Tuhan. Sukacita injili itu bersifat kekal. Amatlah tidak mudah menjadi
pewarta kebangkitan Tuhan karena mereka harus menghadapi tantangan, penganiayaan, dan
nyawa taruhannya. Namun, mereka tidak gentar mewartakan kabar sukacita kebangkitan itu.

“Sukacita injili adalah sesuatu yang tidak dapat dirampas dari kita
oleh siapa pun atau oleh apa pun” (Seruan Apostolik Paus
Fransiskus, Evangelii Gaudium, 24 November 2013, No.
84).

Sukacita para murid Yesus akan menjadi sukacita
kita bila kita mau mendengarkan dan menerima
Kabar Gembira akan wafat dan kebangkitan
Yesus. Apa tandanya bahwa kita telah
menerima Yesus yang telah bangkit mulia
lewat sengsara dan wafat-Nya? Tandanya
adalah bila kita mau ikut berbela rasa
dengan sesama. Kita yakin bahwa sudah
ada begitu banyak upaya kebaikan yang
telah dilakukan sebagai pribadi atau
komunitas/kelompok, baik di wilayah,
lingkungan, maupun komunitas. Ada
masalah bersama, kita tanggung
bersama. Bencana banjir beberapa
waktu lalu yang melanda ratusan kepala

4 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

keluarga di paroki kita menggerakkan banyak umat di
antara kita untuk berbagi sebagian harta milik, waktu,
tenaga, perhatian, dan dana. Itu adalah bukti ketergerakan
hati kita melihat kenyataan penderitaan sesama. Seperti
disampaikan oleh Bapa Paus Fransiskus, “Menempatkan
misteri Paskah di tengah kehidupan berarti kita turut
berbela rasa terhadap luka-luka Kristus tersalib yang
tampak dalam penderitaan sesama” (lih. Pesan Bapa Suci
Paus Fransiskus untuk Prapaskah 2020). Dengan mau
berbagi, membuat kita semakin manusiawi sekaligus ilahi
karena kita meneladan Sang Guru yang telah memberikan
hidup-Nya untuk kita.

Semoga kita bisa mengisi sukacita Paskah
pada Tahun Keadilan Sosial 2020 ini dengan
semakin berbela rasa kepada saudara-saudari
kita yang kurang beruntung karena kita
sama-sama mengimani Yesus yang harus
mengalami sengsara dan wafat untuk
menunjukkan kemuliaan-Nya.

SELAMAT PASKAH, KRISTUS TELAH
BANGKIT DENGAN JAYA… ALLELUYA!

Salam dan Berkat Tuhan t
Romo Andreas Nugroho, SCJ

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 5

SALAM BANG ANTON saudara, bukan sekadar memberi
sumbangan lantas berlalu?
Mataku, Mata-Mu Yesus memang meneladankan
Tanganku, Tangan-Mu Sumber foto: gofundme.com kita semua untuk saling
berbagi, membantu sesama
Di batas senja yang semakin bertiga dibagi lima saja mungkin sebagai saudara. Yesus tidak
memudar berganti malam, tidak mengenyangkan, harus hanya meneladankan pada
saya duduk manis menanti disisihkan pula untuk makan batas permukaan, namun Ia
kendaraan umum untuk pulang. binatang. Tetapi, mereka tampak juga berani menyelami dan
Hanya ada beberapa orang di baik-baik saja, tetap makan merangkul semua orang di
dalam halte. Masing-masing sambil bercanda. Rupanya, segala lapisan. Tanpa keraguan,
hanyut dalam keasyikan mereka kebahagiaan tidak melulu dimiliki Yesus berkenan menjumpai
bermain gawai, mencoba oleh orang-orang atau keluarga manusia dalam segala kondisi,
melupakan penat yang sama, yang mapan, dan tidak melulu kekurangannya, menyembuhkan
menunggu. Saya perhatikan karena materi yang melimpah. orang-orang yang sakit, bahkan
ke sekeliling, beberapa wajah Pemandangan keluarga-keluarga membawa orang yang berdosa
letih sepulang kerja, ada juga atau komunitas pinggiran, yang untuk diselamatkan-Nya.
penjual makanan yang masih acapkali kita jumpai, menjadi Yesus telah memberi kesaksian
lantang menjajakan dagangan, sebuah realitas, bahwa kita dalam tindakan nyata dalam
dan di sudut sana, ada sebuah hidup berdampingan dengan mewartakan Sabda Allah. Ia
keluarga, dengan tiga anak orang-orang dari segala tidak sekadar berkhotbah, tetapi
yang masih kecil-kecil. Sang ibu lapisan. Mungkin lebih mudah juga melakukan aksi nyata
tengah membereskan beberapa bagi kita untuk menjalin relasi dari semua perkataan-Nya.
karung yang tergeletak di atau membantu rekan-rekan Yesus sungguh menghidupi
samping gerobak. Ah, rupanya sekerja, juga atasan kita, Sang Sabda. Kiranya teladan
mereka salah satu dari banyak dibanding memberi perhatian inilah yang dikehendaki Yesus,
keluarga pinggiran Ibu Kota. kepada saudari-saudara kita untuk juga kita lakukan. Kita
Saya tetap mengamati mereka. yang dari segi ekonomi kurang diharapkan mengesampingkan
Selang beberapa saat kemudian, mampu atau dari segi fisik sikap individual kita dan berani
sepertinya sang ayah datang tidak sempurna. Ada semacam membarui relasi kita dengan
dengan menenteng plastik. keengganan yang membatasi sikap solidaritas, terutama
Dia disambut senang oleh kita untuk membuka relasi kepada orang-orang yang kecil,
anak-anaknya, dan mereka dengan mereka yang kurang lemah, menderita, tersingkir, dan
lalu duduk saja di alas trotoar. beruntung. Entah itu perasaan difabel. Golongan inilah yang,
Ada 3 bungkus makanan yang sungkan atau mungkin entah disadari atau tidak, sering
dikeluarkan. Sang ibu mulai kita gengsi untuk menyapa kali kita abaikan, sehingga tidak
membuka dan membagi-bagi mereka. Kadang pula asumsi ada keadilan dan kesejahteraan
jatah makan dengan adil. Mereka enggan memberi karena takut yang merata.
berlima, tetapi mengapa dibagi membuahkan budaya malas
menjadi enam? Selagi saya kepada mereka, membuat kita Gereja Katolik secara khusus
membatin bingung, dan mereka menutup mata pada penderitaan mengangkat Pancasila sila
mulai makan, sang ibu malah sesama. Padahal, kekurangan kelima dalam tema Tahun
bergegas menuju pohon dekat yang mereka miliki bukan berarti Keadilan Sosial 2020: “Amalkan
gerobak mereka dan memberikan karena mereka yang malas atau Pancasila: Kita Adil, Bangsa
bagian yang lebih itu untuk induk tidak mau berusaha untuk hidup Sejahtera”. Dasar Ajaran Sosial
dan anak kucing liar. lebih layak. Gereja yang bersumber pada
iman akan Kristus memberi
Saya terpana dengan peristiwa Sebagai seorang kristiani, kesempatan pada kita untuk
sore ini. Bagaimana bisa sang apakah kita masih menutup berbuah, bukan hanya dengan
ibu masih sempat terpikir untuk mata pada orang-orang kecil pewartaan melalui kata-kata,
membagi jatah makan mereka demikian? Beranikah seorang tetapi juga berani dipertegas
dengan binatang liar? Jatah nasi kristiani menyapa sebagai dengan tindakan nyata,
teristimewa kepada mereka
6 EDISI 12/ PASKAH 2020 yang tidak mendapat keadilan
dan kesejahteraan dalam hidup.
Manusia, yang pada hakikatnya
diciptakan seturut citra Allah,
diharapkan saling menghargai
dan menghormati. Sebagai
anak-anak Allah, kita memiliki
peranan untuk berpartisipasi
menciptakan kesejahteraan
bersama. Tantangannya bagi kita
adalah berani mengesampingkan

WARTA PADUA

batasan yang kita buat sendiri tanggung jawab manusia untuk Dalam Perayaan Paskah
dan memberi perhatian pada mengusahakan dan memelihara Agung ini, Kristus yang
yang kecil, lemah, menderita, alam semesta. Saling menjaga bangkit mengajak kita semua
tersingkir, dan difabel. Dari segi kelestarian bumi agar menjadi tidak hanya mengamati dan
ekonomi ataupun kesehatan, tempat yang nyaman dan layak; membuat jarak, tetapi juga
mereka mungkin tidak mengupayakan penghijauan, berani masuk dan meyelami
seberuntung kita, tetapi dalam bijak dalam menggunakan hidup bersaudara. Kristus yang
kehidupan berbangsa dan air, membuang sampah pada bangkit mengajak kita untuk
bernegara mereka juga berhak tempatnya, mengurangi berani berserah diri kepada-Nya
mendapat perlakuan yang sama, pemakaian kendaraan pribadi, dan memperkenankan Roh-
memiliki kesempatan untuk mengurangi penggunaan plastik, Nya yang Kudus menggerakkan
berkembang, juga pemberlakuan dan beragam cara bijak manusia kita keluar dari zona nyaman,
hukum yang adil. Keadilan sosial dalam menjaga relasi dengan entah itu dalam lingkup keluarga
divisualisasikan dalam ilustrasi alam. Kebaikan yang diberikan atau hidup menggereja untuk
lima manusia yang berbeda- manusia kepada alam akan melakukan karya nyata bagi
beda yang terdapat dalam logo membuahkan kebaikan bagi kita saudari-saudara kita yang kecil,
Tahun Keadilan Sosial yang semua yang hidup di dalamnya. lemah, menderita, tersingkir, dan
mewakili perbedaan ras, suku, difabel. Berbela rasa kepada
agama, budaya, bahasa, dll.; Kaum yang kecil, lemah, kaum kecil yang terpinggir, dan
juga mewakili unsur-unsur, menderita, tersingkir, dan memberi mereka kesempatan
perempuan dan laki-laki, anak- difabel bisa jadi adalah Allah untuk memperjuangkan hak
anak, orang muda, orang tua, yang ingin menyapa kita. hidup mereka yang lebih layak;
keluarga, dan mereka yang Ketidakmampuan kita untuk bisa dengan memberikan
berkebutuhan khusus. Semua berbagi mungkin karena tidak pelatihan, membuka kesempatan
berjalan bersama dan saling adanya kesadaran bahwa untuk bekerja, menyisihkan
membantu. Allah Sang Pemilik kita dipilih sebagai alat-Nya tabungan kita untuk membantu
Semesta saja berkenan turun untuk menyalurkan berkat bagi anak-anak mengenyam
dan hadir dalam Yesus yang mereka yang berkekurangan. pendidikan, dan lain sebagainya.
sederhana untuk menyapa dan Kita bisa memulainya dengan
memberi pengharapan kepada membuka hati dan diri kita atas “Aku berkata kepadamu,
kaum miskin, maka demikianlah kehadiran mereka. Kemudian, sesungguhnya segala sesuatu
yang Allah kehendaki untuk kita apa yang bisa kita berikan yang kamu lakukan untuk salah
perbuat. untuk meringankan kesulitan seorang dari saudaraKu yang
mereka, atau apa kiranya paling hina ini, kamu telah
Allah menyediakan bumi dan yang bisa kita bagikan untuk melakukannya untuk Aku.”
segala isinya menjadi rumah mereka mengembangkan diri (Mat. 25:40). Allah memberkati
besar bagi keberlangsungan meski dalam keterbatasannya. manusia dengan napas
hidup semua makhluk ciptaan- Tindakan sang ibu dalam cerita kehidupan. Mata Allah melihat
Nya, agar yang tinggal di di awal bisa menjadi langkah dengan matamu. Telinga Allah
dalamnya dapat saling konkret untuk membangun sikap mendengar dengan telingamu.
membantu, saling berbagi adil atas segala ciptaan. Jika Lidah Allah menghibur dengan
dengan adil. Tentu saja, yang berkekurangan bisa tetap mulutmu. Tangan Allah bekerja
keadilan dan kesejahteraan berbagi dengan sesama ciptaan, dengan tanganmu.
tidak hanya sebatas relasi kenapa kita tidak bisa berbagi
manusia dengan manusia, dengan adil kepada kaum yang Selamat Paskah, Tuhan beserta
tetapi juga berkaitan dengan berkekurangan? kita!

WARTA PADUA Salam, Bang Anton

EDISI 12/ PASKAH 2020 7

SOROTAN UTAMA

Dokumen Persaudaraan Insani

DARI FRANSISKUS KE FRANSISKUS:
MEREKATKAN TALI SILATURAHMI
KATOLIK–ISLAM

“Asalamualaikum,” kata Fransiskus dari Asisi kepada Sultan Malik al-Kamil (masih kerabat Sultan
Saladin). Memang bukan kata-kata Arab ini yang persisnya diucapkan oleh santo pendiri Ordo Saudara
Hina Dina ini—ia mengatakan, “Semoga damai Tuhan besertamu” atau “Damai besertamu”—tetapi itu
sudah cukup mencairkan kebekuan yang terjadi. Dilaporkan oleh St. Bonaventura, ucapan salam dari

Fransiskus ini mengejutkan Sang Sultan yang segera terpesona oleh kesucian Fransiskus.

Di tengah-tengah situasi Perang Salib yang bagaimana mereka sampai di situ; Fransiskus
memanas, Sultan Mesir itu mengumumkan menjawab bahwa mereka dikirim oleh Allah,
bahwa siapa pun yang bisa membawa kepala bukan manusia, untuk menunjukkan padanya dan
seorang Kristen akan dihadiahi sekeping emas bawahannya jalan keselamatan serta mewartakan
Bizantin. Suhu perang saat itu sedang berada di kebenaran pesan Injil. Ketika Sultan melihat
puncak dan Sultan ingin segera mengakhirinya. semangat dan keberaniannya, ia mendengarkannya
Pada Agustus tahun 1219, pasukan Sultan berhasil dengan sepenuh hati dan mendesaknya untuk
mempertahankan wilayah Damietta, termasuk tinggal bersamanya.”
membunuh sekitar 5.000 tentara Salib.
Kedatangan Fransikus Asisi—ditemani Bruder #800YearsChallenge
Illuminatus—yang dengan berani menyeberangi Drama 800 tahun yang lalu itu menjadi salah satu
daerah perang, tanpa senjata, mengejutkan momen penting dalam relasi antara Gereja Katolik
pasukan Sultan. Setelah sempat dipukul, para dan umat Islam. Perjumpaan kedua kelompok
tentara Sultan tidak membunuh mereka dan malah besar ini sebelum dan sesudahnya memang sering
menghadapkan mereka kepada Sultan. diwarnai konflik, bahkan pertumpahan darah, serta
St. Bonaventura melaporkan perjumpaan itu: meninggalkan luka-luka mendalam yang sukar
“Sultan bertanya pada mereka siapa dan mengapa disembuhkan.
serta dalam kapasitas apa mereka dikirim, dan
WARTA PADUA
8 EDISI 12/ PASKAH 2020

Hampir delapan ratus tahun kemudian, Gereja Fransiskus Asisi kepada paus yang menyandang
Katolik secara resmi mengeluarkan pernyataan nama santo dari Italia ini.
yang lebih menghargai umat Islam. Dalam
dokumen Konsili Vatikan ke-2, Nostra Aetate, Seolah-olah menanggapi tantangan untuk
tertulis: “Gereja juga menghargai umat Islam, yang melakukan hal serupa yang pernah dilakukan
menyembah Allah satu-satunya, yang hidup dan delapan abad lalu, pada tanggal itu, Paus
berdaulat, penuh belas kasihan dan mahakuasa, Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed
Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda el-Tayeb, menandatangani “Dokumen tentang
kepada umat manusia. Kaum muslimin berusaha Persaudaraan Insani demi Perdamaian Dunia dan
menyerahkan diri dengan segenap hati kepada Hidup Bersama”, selama Konferensi Global tentang
ketetapan-ketetapan Allah juga yang bersifat topik itu di Abu Dhabi.
rahasia, seperti dahulu Abraham—iman Islam
dengan sukarela mengacu kepadanya—telah Titik Tolak
menyerahkan diri kepada Allah” (NA 3). Walaupun “Iman menuntun orang beriman untuk melihat
mengakui adanya perbedaan, Gereja melihat dalam orang lain seorang saudara laki-laki atau
bahwa umat Islam memiliki beberapa “kemiripan”, saudara perempuan yang harus didukung dan
seperti menghormati Yesus sebagai Nabi. “Mereka dicintai. Melalui iman kepada Allah yang telah
juga menghormati Maria Bunda-Nya yang tetap menciptakan alam semesta, segala makhluk, dan
perawan.” semua manusia (setara karena belas kasihan-
Nya), orang-orang beriman dipanggil untuk
Konsili mengakui bahwa “Di sepanjang zaman mengungkapkan persaudaraan insani ini dengan
cukup sering timbul pertikaian dan permusuhan melestarikan ciptaan dan seluruh alam semesta
antara umat Kristiani dan kaum Muslimin” (NA dan mendukung semua orang, terutama yang
3). Namun, konsili mendorong supaya semua termiskin dan mereka yang paling berkebutuhan.”
pihak “melupakan yang sudah-sudah, dan dengan
tulus hati melatih diri untuk saling memahami, Nilai transendental ini menjadi titik tolak
dan supaya bersama-sama membela serta pertemuan yang ditandai dengan suasana
mengembangkan keadilan sosial bagi semua persahabatan dan persaudaraan serta berbagi
orang, nilai-nilai moral maupun perdamaian dan sukacita, kesedihan, dan masalah-masalah
kebebasan”. dunia sekarang. Mereka melakukannya dengan
memikirkan kemajuan ilmiah dan teknis,
Apa yang dilakukan Fransiskus dari Asisi dan apa pencapaian medis, era digital, media massa
yang tertuang dalam NA 3 itu semakin dipertegas dan komunikasi, serta berefleksi tentang
oleh Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019 yang kemiskinan, konflik, dan penderitaan akibat dari
lalu. Bukan kebetulan jika nama “Fransiskus” perlombaan senjata, ketidakadilan sosial, korupsi,
disandang oleh paus asal Argentina ini. Rupanya, ketimpangan, kemerosotan moral, terorisme,
semangat untuk berdialog dan berjumpa dengan diskriminasi, ekstremisme, dan banyak penyebab
saudara-saudara Muslim ini diwariskan dari lainnya.

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 9

Selanjutnya, dokumen ini membuat beberapa 11. Perlindungan hak dasar anak untuk tumbuh
penegasan berikut ini. dalam lingkungan keluarga.
1. Keluarga sebagai pangkal dasar masyarakat
12. Perlindungan hak-hak kaum lanjut usia,
untuk melahirkan anak-anak berbudi luhur. lemah, disabilitas, dan tertindas.
2. Pentingnya membangkitkan kesadaran moral
Penutup dan Kesimpulan
dan agama pada generasi muda. Sebagai tindak lanjut, dokumen menyatakan
3. Mengutuk semua praktik yang mengancam bahwa “Gereja Katolik dan Al-Azhar berjanji untuk
menyampaikan dokumen ini kepada semua pihak
kehidupan seperti genosida, aksi terorisme, berwenang, para pemimpin, dan umat beragama
pemindahan paksa, perdagangan manusia, di seluruh dunia.” Kedua pihak juga meminta agar
aborsi, dan eutanasia. dokumen ini menjadi bahan penelitian dan refleksi
4. Agama tidak boleh memprovokasi peperangan, di semua lembaga pendidikan dan pembinaan.
kebencian, permusuhan, ekstremisme, dan
memancing kekerasan atau pertumpahan Sebagai kesimpulan, aspirasi para penandatangan
darah. dokumen adalah:
5. Allah Yang Mahakuasa tidak perlu dibela oleh 1. Deklarasi ini dapat menjadi undangan untuk
siapa pun dan tidak ingin nama-Nya digunakan
untuk meneror orang. mengadakan rekonsiliasi dan persaudaraan
di antara semua orang beriman dan semua
Berikutnya, inilah 12 nilai pokok yang dijunjung orang yang berkehendak baik;
tinggi Dokumen Abu Dhabi, yakni: 2. Deklarasi ini dapat menjadi seruan bagi
1. Keyakinan teguh bahwa ajaran autentik setiap hati nurani yang tulus yang menolak
kekerasan dan ekstremisme buta;
agama-agama mengundang kita untuk 3. Deklarasi ini dapat menjadi kesaksian akan
tetap berakar pada nilai-nilai perdamaian, kebesaran iman kepada Allah;
persaudaraan harmonis, keadilan, dan kasih. 4. Deklarasi ini dapat menjadi tanda kedekatan
2. Kebebasan adalah hak setiap orang. seluruh umat di seluruh dunia.
3. Keadilan berdasarkan belas kasih.
4. Dialog penting untuk memahami budaya Akhirnya, dokumen ini berharap bahwa
toleransi keberagamaan. perdamaian universal dapat dinikmati oleh semua
5. Dialog antarumat beragama untuk menyadari orang dalam hidup ini.
nilai-nilai moral, manusiawi, dan sosial.
6. Penyerangan rumah ibadah merupakan Apakah dokumen ini muncul pada saat yang tepat?
penyimpangan ajaran agama dan pelanggaran Barangkali pertanyaan ini hanya bisa dijawab dari
hukum internasional. masing-masing komunitas tempat umat Katolik
7. Terorisme harus dianggap kejahatan dan umat Islam saling berinteraksi. Di Indonesia,
internasional yang mengancam keamanan dokumen ini, walaupun mungkin kurang terasa
dan perdamaian. gaungnya, bisa menjadi cerminan bagi para
8. Konsep kewarganegaraan didasarkan pemuka agama—atau para aktivis kerukunan
pada kesetaraan hak dan kewajiban; antarumat beragama—mengenai harapan dan
menolak penggunaan istilah minoritas target-target selanjutnya dalam meniti hubungan
yang menimbulkan perasaan terisolasi dan antaragama.
inferioritas.
9. Pentingnya hubungan baik antara Timur dan Tentu, karena di Indonesia dan juga di belahan-
Barat. belahan lain dunia konflik-konflik agama masih
10. Pengakuan secara mutlak hak perempuan tetap terjadi—seperti baru-baru ini, pembangunan
atas pendidikan, pekerjaan, dan berpolitik. gereja baru di Karimun, Keuskupan Pangkalpinang,
yang dipermasalahkan sekelompok orang—
Allah Yang Mahakuasa dokumen ini seharusnya bisa disosialisasikan
tidak perlu dibela oleh dan disuarakan lebih keras di antara para aktivis
siapa pun dan tidak ingin kerukunan agama. Kiranya, tantangan Fransiskus
nama-Nya digunakan Asisi 800 tahun lalu dan yang kini diulangi lagi
untuk meneror orang. oleh Paus Fransiskus tetap membakar semangat
kerukunan di antara kedua kelompok umat
beragama ini.

Eko YAF

10 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

SOROTAN UTAMA

CELENGAN YESUS TUNAWISMA

Aksi Nyata dalam Tahun Keadilan Sosial 2020

Mengawali Gerakan Pastoral-Evangelisasi Tahun Keadilan Sosial 2020 Keuskupan Agung Jakarta
(KAJ) bertema “Kita Adil, Bangsa Sejahtera”, setiap gereja, termasuk Gereja St. Antonius Padua Paroki
Bidaracina meresmikan gerakan “Celengan Yesus Tunawisma”. Melalui gerakan ini, kita dituntut untuk
tidak hanya berempati, tetapi juga aktif berbela rasa kepada sesama yang kurang beruntung, yaitu mereka

yang Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel (KLMTD).

Gerakan Celengan Yesus Tunawisma (Sentra Bimbingan Usaha Kecil). Menurut Ketua
dilaksanakan oleh seluruh umat, sehingga SPSE, Susana S.A. Umisanti—yang biasa dipanggil
diharapkan peran aktif kita dengan menyisihkan Atiek—SPSE lebih menekankan pada bantuan
uang sesuai kemampuan setiap keluarga (minimal untuk kebutuhan hidup, sedangkan SABUK, yang
dua ribu rupiah per hari). Setiap kepala keluarga dikoordinatori oleh Andreas Firman, lebih bertujuan
diberikan stiker “Celengan 2020 Tahun Keadilan mengembangkan kemampuan bagi mereka yang
Sosial KAJ” untuk ditempelkan pada salah satu miskin dan pengangguran melalui pelatihan
sisi celengan. Celengan tidak dibagikan oleh paroki soft skill maupun hard skill. Pelatihan ini, imbuh
kepada umat, tetapi setiap kepala keluarga diminta Firman, diharapkan dapat membantu saudara kita
membuatnya sendiri menggunakan bahan-bahan yang berkekurangan untuk dapat memperbaiki
bekas, seperti botol air mineral, kaleng, kardus, hidup mereka. Berjalan atau tidaknya kegiatan ini
dll., sebagai bentuk kepedulian kita terhadap bergantung pada dukungan dan kepedulian kita
lingkungan hidup dan gerakan mengurangi terhadap sesama.
sampah. Uang hasil tabungan umat disetorkan
oleh ketua lingkungan ke paroki dalam empat Lingkungan St. Diego dari Wilayah IV adalah salah
periode, yaitu periode pertama: 12 Januari–19 satu contoh lingkungan yang memiliki kepedulian
Februari, dilanjutkan periode kedua: 13 April–31 cukup tinggi terhadap sesama. Pada pengumpulan
Juli, periode ketiga: 1 Agustus–31 Oktober, dan uang celengan periode pertama, mereka termasuk
periode keempat: 1 November–31 Desember 2020. lingkungan yang menyumbangkan hasil celengan
terbanyak.
Dana yang terkumpul akan diolah dan
dimanfaatkan lebih lanjut oleh Tim Penggerak “Semua kegiatan yang dilakukan oleh gereja
Tahun Keadilan Sosial untuk kegiatan bela rasa adalah sebuah wadah harapan untuk memberikan
bagi sesama yang ada di lingkungan sekitar, baik yang terbaik bagi Tuhan dan sesama. Setiap usaha
di lingkup lingkungan, wilayah, maupun paroki, dan hal baik yang kita berikan, pastinya berkat itu
dan kaum KLMTD melalui kegiatan SPSE (Seksi akan selalu turun untuk keluarga,” ucap Restituta
Pengembangan Sosial Ekonomi) dan SABUK Nurhaeni, Ketua Tim Penggerak Tahun Keadilan
Sosial Paroki Bidaracina 2020 saat ditemui Tim
WARTA PADUA
EDISI 12/ PASKAH 2020 11

Komsos. Resti memberikan tanggapan terkait Suatu hari seorang pendeta mendatanginya dan
adanya kontra terhadap kegiatan ini. Ketidakaktifan menyampaikan bahwa semua yang ia lakukan
umat/kepala keluarga di lingkungan, sikap tak berhasil. Keajaiban ini terlihat di akhir cerita.
acuh terhadap program paroki, merasa sudah Ratusan orang datang dan menyalakan lilin
terbebani dengan iuran-iuran lainnya, serta di depan rumahnya. Namun, ini bukan untuk
ketidaktahuan mengenai tujuan sebenarnya dari sebuah perayaan, melainkan untuk mengenang
celengan tersebut, menurut Atiek dan Resti, adalah meninggalnya Trevor yang menyerahkan nyawanya
beberapa hal yang masih menjadi kendala untuk untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Tidak ada
dapat mewujudkan kepedulian melalui program seorang pun yang memaksa dia, tetapi dia aktif
celengan ini. untuk memberikan kepeduliannya. Sosok Yesus
tergambar jelas dalam diri Trevor: Yesus yang
Untuk itu, “Gereja mengharapkan peran aktif para datang untuk menebus kita, yang memberi tanpa
ketua lingkungan untuk menyosialisasikan kembali mengharapkan balasan. Yesus mengharapkan kita
kepada warga lingkungannya mengenai pentingnya peduli terhadap sesama. Seperti halnya Trevor,
kepedulian kita terhadap kaum papa. Melakukan kita juga dipanggil untuk serupa dengan Yesus
survei dan pendekatan pribadi kepada kepala mendatangkan kebaikan dan sukacita.
keluarga dapat dijadikan salah satu solusi untuk
dapat menumbuhkan kesadaran mereka agar mau Berbuat tanpa pamrih memang memerlukan
aktif berperan serta,” timpal Firman. suatu sikap mental yang bertolak belakang
dengan kebiasaan manusia sekarang. Terkadang,
Keadilan sosial tidak hanya terpaku pada kita hanya mau memberikan sesuatu asalkan
pemenuhan hak, tetapi juga pemenuhan kebutuhan mendapat imbalan.
hidup setiap individu. “Karena sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah Celengan Yesus Tuna Wisma sekali lagi membawa
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu kita untuk lebih merenungkan dan menyadari
telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40). hadirnya Yesus dalam wajah kaum papa—kaum
yang diasingkan, dikucilkan, dan ditinggalkan.
Belajar dari Trevor Mereka adalah saudara kita, sahabat kita,
gambaran Yesus yang mengasihi. Sekali lagi,
Kesadaran timbul karena adanya keinginan dalam mari kita merenungkan pertanyaan ini: “Apa
diri sendiri. Pernahkah kita merefleksikan, apakah yang kamu lakukan ketika Aku sakit, tunawisma,
yang sudah kita lakukan untuk mengubah sesama, lapar dan haus, telanjang, dalam penjara...?”
lingkungan sekitar, bahkan dunia? Apa yang kita (Matius 25:31–46).
lakukan untuk peduli terhadap sesama kaum
papa? Saat ini, kita pasti mulai berpikir, apa yang TJD, LRD
sudah kita lakukan atau mungkin kita bingung mau
melakukan apa? Pernahkah kita berpikir dapat WARTA PADUA
mengubah dunia dengan berbela rasa dan peduli?
Jawabannya, bisa.

Itulah yang dilakukan oleh Trevor McKinney,
seorang tokoh anak kecil dalam film Pay It Forward
yang berlatar di Negeri Paman Sam. Ia tidak
menunggu orang lain untuk memulai, tapi dirinya
sendirilah yang memulai. Suatu ketika, di pelajaran
sosial, Trevor mendapat tugas dari gurunya. Sang
guru bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan
untuk mengubah dunia?” Beberapa anak bingung,
tetapi Trevor tidak. Ia memiliki ide bahwa sebuah
tanggung jawab moral akan cukup untuk mengikat
seseorang untuk melakukan suatu kebaikan.
Singkatnya, dia akan berbuat kebaikan untuk 3
orang, lalu orang tersebut diminta melakukan
kebaikan kepada 3 orang lain, begitu seterusnya,
sehingga akan terus berlipat ganda.

Trevor percaya, hasil tidak akan mengkhianati
proses. Selama kita memberikan kebaikan maka
orang lain akan memberikannya juga. Namun,
seiring berjalannya waktu, Trevor mulai tersadar
bahwa tanggung jawab moral tidak dapat mengikat
seseorang untuk berbuat baik pada orang lain
dan pada akhirnya ia merasa ide ini gagal. Meski
begitu, tidak ada kekecewaan dalam diri Trevor.

12 EDISI 12/ PASKAH 2020

“Di Jalan-Jalan, Sumber Foto: Dari pelbagai sumber di internet
Tunawisma, ya, Seperti Itu”
Padua. “Pembuat patungnya sendiri berasal dari
Kisah Yesus yang Numpang Meletakkan Kepala Yogyakarta.” Ia mengakui bahwa selain sesuai
dengan tema Tahun Keadilan Sosial, desain patung
Gerakan Celengan Yesus Tunawisma berjalan ini berasal dari Matius 25.
cukup baik. Banyak umat Paroki Bidaracina yang
antusias ikut serta. Saat dimulai pertama kali, Pose Yesus seperti itu, menurutnya, sesuai dengan
gerakan ini juga memopulerkan patung yang gambaran tunawisma. “Itu sesuai dengan fakta
unik, yaitu patung yang sering disebut “Yesus sehari-hari,” jelasnya. “Kenyataannya, di jalan-
Tunawisma”. Banyak umat Katolik di Keuskupan jalan, tunawisma, ya, seperti itu.” Ia juga menilai
Agung Jakarta yang kagum—mungkin ada juga bahwa umat yang “kaget” atau “kurang menerima”
yang risih?—pada patung atau nama patung ini. patung seperti itu merupakan hal biasa. “Hal baru
Entah mereka risih dengan visualisasi dalam rupa selalu mengundang pro dan kontra,” katanya.
patung ini atau pada penamaan yang dianggap Menurutnya, ini justru menjadi tawaran penanda
tidak lazim ini: tunawisma atau gelandangan. Tahun Keadilan Sosial KAJ untuk menginspirasi
umat dalam mewujudkan keadilan sosial di
Patung yang terletak di sebelah kanan bangunan tengah masyarakat. “Kalau tidak merasa terbantu,
Gereja Katedral (atau sebelah kiri gereja jika masih ada penanda lain, yaitu Celengan Yesus
kita melihatnya dari depan) ini menggambarkan Tunawisma,” tuturnya.
seorang pria dengan ukuran proporsional yang
tidur di atas suatu batu padat yang sering Patung yang diluncurkan bersama Gerakan
digambarkan sebagai “bangku taman”. Pria Celengan Yesus Tunawisma ini sebenarnya
ini berselimut sementara tangan kanannya diinspirasi dari suatu patung serupa, yaitu patung
diletakkan di samping sampai pinggangnya dan “Homeless Jesus” atau “Jesus the Homeless”.
tangan kirinya diletakkan di atas dahi kepalanya. Pematung dari Kanada bernama Timothy Schmalz
Di bawahnya, tampak tulisan “Apa yang kamu membuat patung perunggu yang mencitrakan
lakukan ketika aku sakit, tunawisma, lapar dan Yesus berselubungkan selimut terbaring di bangku
haus, tidak punya pakaian, dalam penjara” (Lih. taman dengan menonjolkan luka-luka di kedua
Mat. 25:31–46). Beberapa “tokoh” pernah berfoto kaki. Patung yang dibuat pada tahun 2013 ini
di samping patung ini, seperti Uskup Agung diletakkan di Regis College, Universitas Toronto,
Semarang, Mgr. R. Rubiyatmoko. Tentu, patung Toronto, Kanada.
pria itu menggambarkan Yesus sendiri, Yesus Sang
Tunawisma. Schmalz masih membuat banyak pahatan lagi
yang diinstalasi di berbagai tempat, seperti
Sumber Foto: Dari pelbagai sumber di internet Katedral St. Paul, Buffalo, New York, dan Taman
Gereja Our Lady and Saint Nicholas, Liverpool,
Menurut Romo Harry Sulistyo, Pr., Ketua Komisi Inggris. Sebuah pahatan dipasang juga di Via
Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Jakarta, ia della Conziliazione, jalan yang mengarah ke
memang mendesain patung itu sebagai tanggapan Basilika Santo Petrus, Vatikan. Sementara itu, versi
atas tema Tahun Keadilan Sosial. “Saya yang miniatur patung ini dipersembahkan sendiri oleh
merancang dengan terlebih dahulu membuat foto Schmalz kepada Paus Fransiskus pada tahun
dengan seorang model,” katanya kepada Warta
EDISI 12/ PASKAH 2020 13
WARTA PADUA

2013. Schmalz ingat bagaimana reaksi paus asal Sumber Foto: Dari pelbagai sumber di internet
Argentina ini. “Ia berjalan ke patung ini, dan itu
sangat mendebarkan karena ia menyentuh lutut di bagian batu diambil dari ayat berbeda, yaitu
Yesus Sang Tunawisma, dan ia menutup matanya dari Matius 8:20: “Serigala mempunyai liang dan
serta berdoa. Itu seperti, itulah yang ia lakukan di burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia
seluruh dunia: Paus Fransiskus merengkuh mereka tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-
yang terpinggirkan,” kenangnya. Nya.”

Romo Harry berharap, patung desainnya bisa Yesus Tunawisma, Yesus Sang Gelandangan, atau
menggerakkan semua orang untuk mewujudkan apa pun namanya, mungkin itu hanya sebutan
keadilan sosial. “Terlebih di masa wabah ini, bagi gambaran yang sudah tradisional dalam Injil
banyak masyarakat prasejahtera semakin terpuruk. Matius tadi. Visualisasi Yesus sebagai orang yang
Kita wajib membantu mereka dengan pelbagai cara tidak punya tempat atau rumah untuk “meletakkan
yang bisa kita lakukan,” jelasnya. kepala” bukan sesuatu yang tabu atau baru.
Barangkali, umat sekadar baru menyadarinya
Patung yang didesain Romo Harry ini dibuatkan baru-baru ini saja atau baru melihatnya dalam
replika-replika kecil yang diserahkan kepada versi seperti yang sekarang. Mereka seolah baru
beberapa paroki untuk dipasang di dalam gereja tersadar setelah Yesus numpang tidur, meletakkan
masing-masing—salah satunya Paroki Bidaracina kepala, dengan hanya berselimut dan beralaskan
yang memperoleh kehormatan itu. Sementara batu di gereja-gereja mereka. Namun, visualisasi
itu, replika dalam ukuran besar juga dipasang di dalam bentuk apa pun tampaknya cukup efektif
beberapa gereja, seperti Gereja St. Laurensius Alam dalam menggerakkan umat untuk meneladani
Sutera. Berbeda dengan yang di Katedral, patung Yesus sendiri yang merengkuh orang-orang yang
di Alam Sutera ini berwarna putih dengan tulisan terpinggirkan.

Eko YAF

14 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

SOROTAN UTAMA

SPSE
Tanggap Banjir

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 15

Tahun 2020 memang luar biasa. Tahun baru, yang seharusnya diawali dengan keriaan, berubah menjadi
kesengsaraan karena Jakarta dilanda banjir besar. Tak cukup hanya sekali, rumah-rumah yang telah susah

payah dibersihkan dari lumpur kembali harus tergenang banjir untuk kedua kalinya pada akhir Februari.
Banyak umat Paroki Bidaracina yang tak luput dari musibah ini. Bagaimana Paroki dan sesama umat
menyikapi hal ini? Terwujudkah gerakan Tahun Keadilan Sosial dalam situasi ini?

Banjir pertama terjadi tepat pada tanggal 1 Januari Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (SPSE)
2020. Hujan deras yang mengguyur Ibu Kota sejak Paroki Bidaracina yang diketuai oleh Susana S.A.
sore terakhir tahun 2019 terus berlangsung hingga Umisanti (Atiek), dengan segenap subseksinya,
tanggal 1 Januari sore. Menurut Badan Nasional terutama Subseksi Sentra Bimbingan Usaha Kecil
Penanggulangan Bencana (BNPB), curah hujan (SABUK), sejak hari pertama banjir cepat tanggap
ini merupakan yang tertinggi sejak lebih dari 100 dengan membentuk pos penyaluran bantuan untuk
tahun lalu. Harian Kompas mencatat bahwa tahun warga Paroki Bidaracina yang menjadi korban
1866 curah hujan hanya 185 mm/hari; tahun 1918 banjir. Bantuan yang berdatangan dari segenap
= 125,2 mm/hari; tahun 1979 = 198 mm/hari; umat yang peduli dikumpulkan di sepanjang
tahun 1996 = 216 mm/hari; tahun 2002 = 150mm/ selasar Gedung Hati Kudus Yesus, dikoordinatori
hari, sedangkan tahun 2020 sangat tinggi, hingga oleh Sekretaris SPSE, Helena Sukotjo.
377 mm/hari. Puncak banjir terjadi pada dua hari
pertama bulan Januari. Hujan deras ini dilengkapi Pada hari pertama itu, Paroki Bidaracina
kiriman air dari Bogor dan Bekasi. Belum lagi menyalurkan lebih dari 1.000 paket makanan
dengan air pasang yang sempat naik, sehingga (nasi kotak/nasi bungkus, snack, roti, dsb.) dan
semakin menambah volume air di Jakarta. bahan makanan (beras, minyak, gula, telur, mi
instan, dsb.) untuk korban banjir di daerah Halim,
Warga yang masih larut dalam suasana tahun Cipinang Melayu, Tanjung Lengkong, dan Kebon
baru tidak siap menghadapi hujan yang seakan Sayur. Romo Andreas Nugroho, SCJ bahkan
lupa berhenti itu. Banyak yang tidak ada di rumah ikut menyalurkan bantuan pakaian bekas untuk
saat air meluap, karena masih berada di luar pengungsi di daerah Halim.
kota. Akibatnya, banyak rumah yang terendam air,
terutama di daerah Cipinang Melayu dan sepanjang Hari berikutnya, terutama sejak Seksi Komunikasi
bantaran Sungai Ciliwung, dan seisi rumah—harta Sosial (Komsos) membuat pengumuman donasi
benda, pakaian, dan surat-surat berharga—tidak dan memuat berbagai foto penyaluran bantuan
terselamatkan. Yang paling parah, tinggi air ada tersebut di media sosial, bantuan pun terus
yang mencapai tiga meter! Hampir seluruh wilayah berdatangan. Setiap harinya, Paroki mampu
Jakarta rata terendam banjir. menyalurkan ribuan paket makanan, mulai dari
siang hingga malam hari.

16 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

akibat banjir awal tahun, mereka sudah kembali
diterjang banjir susulan, termasuk yang bermukim
di daerah Cipinang Melayu pun terkena imbasnya.
Bahkan, mereka terpaksa mengikuti Misa Rabu
Abu dalam kondisi kebanjiran—meskipun pada hari
Rabu Abu sendiri cuaca benar-benar cerah, tak
turun hujan setitik pun.

Kembali sigap menghadapi bencana susulan ini,
Paroki Bidaracina yang kembali digawangi oleh
SPSE, membuka lagi dapur umum. Bantuan logistik
kembali disalurkan untuk memastikan warga yang
terdampak bisa memenuhi kebutuhan mereka.
Ribuan paket makanan kembali diedarkan setiap
harinya selama kurang lebih lima hari. Untungnya,
banjir kali ini tidak disertai dengan kiriman air
dari Bogor dan Bekasi, sehingga wilayah yang
terdampak tidak sebesar banjir pertama.

Gerakan Berdamai dengan Alam

Proses penyaluran bantuan itu dibuat simpel Banjir yang terjadi di Jakarta ini seharusnya
dan cepat mencapai sasaran. Setiap lingkungan sudah menjadi genderang perang bagi kita untuk
diminta mendata jumlah korban di lingkungannya. mulai bergerak memperbaiki lingkungan sekitar.
Kemudian, ketua atau perwakilan lingkungan Gerakan sadar lingkungan dan peduli ekosistem
langsung mengambil paket bantuan tersebut di sudah seharusnya digalakkan mulai saat ini.
Paroki, sebanyak jumlah warganya yang menjadi Kenyataan di lapangan sudah membuktikan bahwa
korban dan sudah terdata. Selanjutnya, bantuan- ekosistem yang buruk, drainase yang tidak terawat,
bantuan langsung dibagikan ke para korban. sampah yang menumpuk, hingga ketidakpedulian
Dengan konsep seperti ini, bantuan dari para kita, telah mengambil peran besar atas berbagai
donatur bisa langsung disalurkan tanpa perlu bencana yang terjadi. Semoga di Tahun Keadilan
berlama-lama ditampung atau ditimbun di Paroki, Sosial ini kita tidak hanya adil bagi sesama yang
dan tidak pula ‘nyasar’ ke pihak-pihak lain yang membutuhkan, tetapi juga bisa adil dengan
tidak berhak. lingkungan sekitar kita.

Pada hari ketiga banjir, puji Tuhan, air mulai Untuk itu, dengan semangat perdamaian yang
surut. Bantuan dari para donatur tidak hanya diserukan Bapa Suci Fransiskus melalui “Dokumen
makanan, tetapi ada juga bantuan pakaian bekas, Abu Dhabi”, mari kita juga mulai berdamai dengan
selimut, obat-obatan, alat mandi, hingga alat alam sekitar kita, menjaganya dengan baik,
kebersihan rumah. Bantuan-bantuan itu tetap selayaknya kita menjaga kehidupan. Karena,
disalurkan Paroki hingga tanggal 7 Januari, atau bagaimanapun, kita tidak hidup sendirian di muka
seminggu setelah banjir. Bukan warga Paroki bumi ini. Semoga.
saja yang tergerak mengirimkan bantuan. Banyak
juga sumbangan dari luar Paroki, baik personal NNDT
maupun dari berbagai komunitas/kelompok dan
perusahaan, termasuk yang beragama lain. EDISI 12/ PASKAH 2020 17

Seakan tidak mau usai, banjir yang telah surut
itu kembali lagi untuk kedua kalinya dalam kurun
waktu kurang dari dua bulan, tepatnya pada akhir
Februari. Sama seperti pada awal Januari, banjir
kali kedua itu juga terjadi akibat hujan deras yang
turun setiap hari. Belum usai warga meratapi nasib

WARTA PADUA

SOROTAN UTAMA BANK

SAMPAH

CARA SEDERHANA
PEDULI LINGKUNGAN

Tanggal 21 Februari dikenal sebagai Hari Sampah Nasional, untuk mengenang tragedi Leuwigajah yang
memakan banyak korban. Peristiwa tersebut terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah,

Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Dikarenakan curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana,
tumpukan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter tersebut longsor dan menyebabkan dua
kawasan permukiman tertimbun sampah, yaitu Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Tak kurang dari
157 jiwa melayang.

Sejak tahun 2006, Keuskupan Beberapa paroki, termasuk baru grand launching-nya,
Agung Jakarta (KAJ) mulai Paroki Bidaracina, sudah sekaligus memperingati Hari
mencanangkan kepedulian mengalakkan kegiatan ini. Sampah Nasional dan tragedi
terhadap pengolahan sampah, di Operasional perdana bank Leuwigajah,” imbuh Sugijarto
antaranya melalui kegiatan bank sampah yang diberi nama yang akrab dipanggil Ato.
sampah. Peristiwa di Leuwigajah “Berkah Alam Semesta” ini Peresmian itu dihadiri oleh Lurah
itulah yang juga menjadi salah dilaksanakan pada Sabtu, 30 Bidaracina Drs. D. Yudi Hartono,
satu latar belakang terbentuknya November 2019, bertempat di M.Si., Kepala Suku Dinas
bank sampah. Bank sampah area parkir depan kantin PSAA Lingkungan Hidup (Kasudin LH)
adalah suatu wadah kegiatan Vincentius Puteri. Di bawah Kota Administratif Jakarta Timur
mengumpulkan sisa sampah koordinasi Subseksi Lingkungan Herwansyah, SKM, M.Si., Kepala
non-organik yang sudah dipilah Hidup Seksi Keadilan dan Satuan Pelaksana Lingkungan
dan masih layak didaur ulang. Perdamaian, kegiatan ini Hidup (Kasatpel LH) Kecamatan
Sampah-sampah itu diangkut mendapatkan respons positif Jatinegara Matani, S.Sos., Ketua
oleh Suku Dinas Lingkungan dari umat dan warga sekitar. RW 05 Kelurahan Bidaracina
Hidup untuk diolah lebih lanjut. Ini terlihat dari langsung Uripyanto, dan puluhan nasabah
terdaftarnya 40 nasabah pada BS BAS.
18 EDISI 12/ PASKAH 2020 pembukaan perdana dan
jumlahnya terus meningkat. Menggali Berkah dari Sampah

“Sampai operasional ke-8 Ketertarikan Sugijarto dan
pada Sabtu, 14 Maret, nasabah semangatnya untuk mewujudkan
personal sudah 99 orang dan berdirinya bank sampah di
nasabah komunitas sudah 13 Paroki Bidaracina sudah ada
kelompok,” jelas Heribertus semenjak ia sering mengikuti
Sugijarto, Ketua Bank Sampah berbagai kegiatan mengenai
Berkah Alam Semesta (BS BAS). lingkungan hidup, termasuk bank
Ia menjelaskan, kata “Berkah” sampah, yang diadakan oleh
sendiri merupakan akronim dari KAJ. Ditambah lagi, pada Tahun
“Bersama Kelola Sampah”. Keadilan Sosial ini gerakan
peduli sampah juga menjadi
BS BAS diresmikan dan diberkati salah satu program yang harus
oleh Romo Andreas Nugroho, dilaksanakan paroki-paroki.
SCJ pada Sabtu, 29 Februari Keprihatinan Ato terhadap
2020 di tempat yang sama. kebersihan lingkungan
“Tanggal 30 November yang lalu
baru soft launching. Sekarang WARTA PADUA

mengerakkan keinginannya Ato mengakui, mengurus segala diketahui orang-orang di luar
untuk mengenal dan sesuatu terkait bank sampah paroki dan mereka tertarik untuk
mempelajari lebih jauh mengenai bukanlah hal yang mudah. bergabung.
bank sampah. Seluk-beluk bank Banyak rintangan yang harus
sampah terutama dipelajarinya dihadapi. Juga diperlukan Kegiatan operasional BS BAS
dari Mona Windoe, pendiri Bank kesabaran untuk mengurus dilakukan setiap hari Sabtu
Sampah “Bhakti Semesta” segala prosedur pendiriannya pada minggu ke-2 dan ke-4,
di Paroki Rawamangun yang dari pihak pemerintah, yaitu pukul 08.00–10.30 WIB. Prinsip
sudah berjalan lebih dari empat izin dari Lurah Bidaracina, utama kegiatan ini adalah
tahun. Dari sinilah Bp. Sugijarto survei pemerintah, persetujuan mengumpulkan dan memilah
mulai memahami tentang cara dan pengadaan peralatan sampah, lalu sampah ditimbang
pendirian dan pengelolaan bank dan petugas dari Suku Dinas menurut jenisnya (karena punya
sampah. Lingkungan Hidup Jakarta Timur, nilai jual berbeda-beda per
sampai akhirnya keluar surat kilogramnya), kemudian hasil
Keinginan dan bekal yang persetujuan dan penunjukan timbangan dicatat dalam buku
didapatkannya disampaikan pengurus (SK) dari Lurah tabungan yang dimiliki setiap
saat berkumpul dengan Bidaracina. nasabah. Sampah yang dapat
sesama aktivis lingkungan diterima, misalnya kardus, botol
hidup di Bidaracina. Setelah Tidak hanya umat Paroki plastik, barang pecah belah,
mendapatkan persetujuan Bidaracina yang menjadi majalah, buku, kertas HVS, besi,
dari Pastor Paroki, mereka lalu nasabah, tetapi juga masyarakat logam, dan lain-lain, yang masih
membentuk suatu panitia kecil sekitar gereja dan umat paroki bisa didaur ulang.
yang menjadi cikal-bakal para lain. Nasabah lintas agama yang
pengurus inti BS BAS. Komitmen tinggalnya jauh dari Bidaracina “Dengan kegiatan ini kita
dan kemauan serta kepedulian pun ada. Ini membuktikan, diajarkan untuk bijak dalam
menjadi kunci yang diterapkan walaupun baru berdiri beberapa memilah sampah serta
dalam kepengurusan. bulan, keberadaan BS BAS sudah menumbuhkan kesadaran

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 19

mengolah sampah dan
kepedulian pada lingkungan;
tidak hanya pada sesama.
Kegiatan bank sampah
menuntut kita untuk ambil
bagian dalam membersihkan
lingkungan dari sampah demi
masa depan kita, sekaligus
juga kreatif mengolah sampah
tersebut,” ujar Ato.

Ecobrick, Komposter, dan
Hidroponik

Selain membawa sampah kering
ke bank sampah, ada lagi cara
kreatif lainnya untuk mengurangi
sampah, yaitu ecobrick (arti
harfiahnya: ‘bata ramah
lingkungan’). Prinsip ecobrick
adalah ‘memenjarakan’ kantong-
kantong plastik kresek dan bekas
kemasan kopi, susu, sabun,
camilan, dsb., ke dalam botol-
botol plastik bekas minuman/
air mineral, dan menjadikannya

sebagai pengganti bata/blok. sambutannya saat peresmian BS
Cara membuatnya: plastik- BAS, paroki kita akan diberikan
plastik tersebut digunting- alat komposter untuk mengolah
gunting seukuran 2x2 cm (atau sampah organik menjadi pupuk
sesukanya), lalu dimasukkan kompos. Diharapkan, upaya
ke dalam botol hingga padat ini dapat mengurangi semakin
dengan bantuan alat penyodok. tingginya gunungan sampah di
Botol-botol tersebut lalu TPA Bantargebang, yang tiap
disatukan dengan lem. Kreasi harinya mendapat ‘hantaran’
ecobrick dapat dijadikan meja, 1.200 truk sampah.
bangku, sofa, pot tanaman,
dinding kolam, hingga tembok Selain itu, yang juga menjadi
bangunan. Ini menunjukkan, program KAJ dalam Tahun
sampah mempunyai nilai Keadilan Sosial ini adalah
jual sehingga pengelolaan Gerakan Hidroponik. Umat diajak
sampah perlu terus menanam sayuran organik
dikembangkan. dengan media tanam hidroponik
yang tidak memerlukan tanah.
Tahun ini, ada lagi yang akan Umat akan digerakkan lagi untuk
dilakukan Paroki Bidaracina, ikut berhidroponik di rumah.
khususnya untuk mengolah
sampah basah/organik, misalnya VBV, TJD, MSK
sampah dapur. Seperti dijanjikan
Kasudin Lingkungan Hidup
Jaktim, Herwansyah, dalam

20 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

POJOK OMK

NGOBAM YUK!

Kali ini, mudika Santo Antonius mengadakan acara “NGOBAM, YUK!” Eits, jangan salah paham
dulu, Sobat Padua. Ngobam di sini bukan berarti mabuk-mabukan, lho. Ngobam yang dimaksud
adalah “Ngobrol Bareng Mudika”. Acara ini rencananya akan dibuat rutin setiap bulan dengan
tema berbeda-beda, dan tema yang diangkat pada pertemuan bulan Februari kemarin adalah “Cinta
Punya Cerita”. Seperti apa serunya berkumpul sambil curhat tentang cinta? Simak ceritanya berikut ini.

Orang Muda Katolik (OMK) yang hadir dalam acara ini datang dengan pakaian kasual santai tetapi
tetap sopan. Dipandu oleh Ignatius Andri (Igna) dan Valentinus Eka (Eka), para OMK yang hadir
diajak menceritakan pengalaman cinta yang pernah mereka alami. Ada yang
bercerita tentang cinta pertama, bagaimana masa-masa pacaran dapat
memberikan pengaruh pada hidup mereka, atau mengenai suka-duka
dalam kehidupan cinta mereka.

Selain itu, ada hal yang membuat acara ini lebih spesial. Ya, Ngobam
kali ini mengundang Romo Andreas Nughroho, SCJ atau yang
akrab dipanggil Romo Nugie. Romo yang juga menjadi
pembimbing Seksi Kepemudaan ini juga datang dalam
balutan baju kasual bermotif kotak-kotak. Tidak berbeda
dengan teman-teman OMK lainnya, Romo Nugie juga
bercerita tentang kehidupan cintanya, lho, yaitu pada saat
beliau masih seorang murid di misionaris.

Saat itu, beliau mengaku sempat merasakan pengalaman
jatuh cinta. Namun, pada akhirnya beliau lebih memilih
panggilan untuk melayani umat sebagai seorang romo.

Seusai sharing cerita dari Romo Nugie, para OMK
disugguhi makanan ringan dan air mineral. Selagi
menikmati hidangan ringan tersebut, mereka diminta
menuliskan kisah cinta yang paling berkesan di secarik
kertas yang dibagikan oleh pembawa acara. Kemudian,
kisah-kisah tersebut dibacakan oleh pembawa acara.
Beberapa anak OMK yang menuliskan namanya di kertas

tersebut juga diminta menceritakan
pengalaman mereka masing-masing.
Kisah yang diceritakan beragam, mulai
dari kisah cinta yang menyenangkan,
hingga pengalaman kurang
mengenakkan selama menjalin
hubungan kasih.

Acara Ngobam menjadi saat
yang tepat untuk mengenal
satu sama lain dan berbagi
pengalaman. Melalui sharing
pengalaman tersebut, kita
juga bisa memperoleh nasihat
dan opini yang mungkin dapat
membantu kita. Ayo, jangan
sampai kelewatan acara
Ngobam selanjutnya!

FM, VG

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 21

KISAH SI SANDAL JEPIT “Hm… sekarang Yesus
ditinggikan melalui salib. Melalui
MISTERI GOLGOTA diri-Nya, orang-orang dapat
melihat dengan jelas kasih setia
(Bacaan: Matius 27:54, Filipi 2:6–8, Efesus 2:4–10, Allah dan karya penyelamatan-
2 Tawarikh 36:14–23, Yohanes 3:14–21) Nya bagi manusia. Dengan
demikian, siapa yang percaya
Senja mulai merayap di puncak Jepit yang dalam hatinya tak akan memperoleh hidup
Golgota. Tiga kayu palang pernah berhenti memikirkan kekal. Karena Anak Allah
masih terpancang dengan Pribadi yang sekarang hadir ke dunia bukan untuk
kokoh, membisu. Mereka seakan tergantung di atasnya. menghakimi ketidaksetiaan
menjadi saksi bisu dari tragedi manusia, melainkan untuk
yang menimpa Yesus, Putra “Ah…, Yesus ! Mengapa semua menyelamatkannya.”
Allah. Sekarang Tubuh-Nya, ini harus terjadi? Aku tak
yang ditinggikan di kayu salib, mengerti, mengapa Engkau yang Dug...!
dipenuhi bilur-bilur berdarah. disebut sebagai Anak Allah, yang
Orang-orang yang sejak pagi berkuasa menyembuhkan orang “Aduh!” Kepala Sandal Jepit
mengikuti drama penyaliban sakit bahkan menghidupkan terantuk bangku di depannya.
itu sudah kembali ke rumah yang mati, kini tersalib tak Rupanya ia sedang bermeditasi
masing-masing dengan berdaya? sampai tertidur dan terbawa
perasaan puas. mimpi hingga ke Bukit Golgota.
“Tapi, kok, kepala serdadu
Sementara itu, orang-orang itu bersaksi bahwa Engkau “Untung, deh, gua masuk
yang selama ini menyatakan diri sungguh Anak Allah? Kalau dalam golongan orang yang
sebagai murid-murid-Nya tak begitu, betapa hebatnya Engkau. keras kepala,” kata Sandal
berkutik, bahkan menghindar. Kendati Engkau adalah Anak Jepit sembari mengelus-elus
Hari semakin gelap, segelap Allah, Engkau rela merendahkan kepalanya dan memandang salib
hati para pelaku penyaliban itu. diri sebagai manusia. Sebagai tua di dinding.
Di Bukit Tengkorak, suasana manusia Engkau pun rela
menjadi sunyi mencekam. menjadi manusia yang paling “Yesus ! Salib-Mu
hina. Dengan salib, Engkau menyelamatkan manusia. Tetapi,
Di kaki salib, duduk bersimpuh disamakan dengan para penjahat masihkah Engkau menjumpai
seorang wanita dengan yang ada di samping-Mu. Yesus, kepercayaan dalam diri manusia,
kerudung hitam, tanda dukanya apa sih mau-Mu? O…, ternyata sehingga kurban salib-Mu
yang mendalam. Di belakangnya melalui salib, Engkau mau sungguh berguna? Atau, justru
berdiri seorang lelaki yang menunjukkan dan membuktikan kegelapan manusia yang engkau
memandangi Yesus seakan kekayaan rahmat dan kasih jumpai di zaman ini? Kalau
hendak mengajukan berbagai Allah kepada manusia, kendati begitu, ketidakpercayaan dan
pertanyaan yang tak terjawab. manusia kerap tidak setia. kegelapan hati manusia siap
Tepat di kaki salib terlihat Sandal mengantar-Mu kembali ke
Golgota. Dan, untuk kesekian
22 EDISI 12/ PASKAH 2020 kalinya, hati-Mu tersalib karena
keangkuhan dan kesombongan
manusia.”

Diambil dari Kisah dan Renungan
Kehidupan:

Cara Sederhana Menikmati dan
Merayakan Hidup

—Kumpulan Warta Paroki St.
Antonius Padua

oleh
Romo Agustinus Riyanto,SCJ

(2002)

WARTA PADUA

PROFIL

BERGEMBIRALAH
SENANTIASA

DALAM TUHAN

Umat Paroki Bidaracina pasti sudah tidak asing
lagi dengan Romo yang satu ini. Romo ini
memiliki pribadi yang menyenangkan dan dekat
di hati umat, terutama anak-anak. Yap, siapa
lagi kalau bukan Romo Philipus Adithya Subono,
SCJ atau yang akrab dipanggil dengan Romo
Bono. Romo kelahiran Klaten, 31 Agustus 1955 ini
mempunyai nama baptis Philipus (Filipus) yang
merupakan salah satu murid Yesus.

Sama seperti Rasul Filipus, Romo Bono juga menerima, ada pula yang menolak. Namun, seiring
ingin menjadi perantara dalam mewartakan Injil berjalannya waktu, semua keluarga menerima
(kabar gembira) ke semua orang. Romo Bono pun karena melihat keluarga Romo yang lebih rukun
sangat mengagumi keteladanan Filipus dalam dan dapat menjadi contoh, bahkan sering
mewartakan kabar gembira sampai mancanegara.  dipandang sebagai “wong Kristen apik-apik” oleh
orang sekitar yang melihat keluarga Romo setelah
Kecintaan Romo Bono pada Injil sudah ada sejak menjadi Katolik.
beliau duduk di bangku sekolah dasar. Berawal
dari sang kakak—yang sedang sekolah teologi Ketertarikan Romo kepada Alkitab tidak berhenti
untuk menjadi pendeta—mengenalkan Alkitab sampai di situ. Beliau memutuskan untuk masuk
kepadanya. Setiap selesai belajar, Romo selalu ke seminari menengah. Namun, niatnya terhenti
membaca Alkitab setiap malam, sampai berulang. saat beliau tidak mendapat rekomendasi dari romo
Sejak saat itu, Romo Bono sudah mengenal dan paroki. Ditolak masuk seminari, Romo kemudian
fasih dengan cerita tokoh-tokoh di Alkitab, seperti bekerja di perusahaan pertanian selama setahun
Abraham, Yakub, Daud, Yesus, dan lain-lain. delapan bulan. Keinginannya yang kuat untuk
Tidak hanya Romo Bono, tetapi keluarganya juga menjadi seorang romo mendorongnya untuk
merasakan ketentraman dan sukacita setelah berhenti dari pekerjaan dan menemui suster untuk
membaca Alkitab.  membantunya mendapatkan rekomendasi dari
romo paroki. Usahanya tersebut membuahkan
Romo dan keluarganya yang saat itu belum hasil. Akhirnya, Romo Bono dapat belajar seminari
memeluk agama Katolik memutuskan untuk di Palembang dan memilih kongregasi SCJ. Kedua
berpindah agama menjadi Katolik. Menurutnya, orang tuanya mendukung keputusannya untuk
Katolik merupakan suatu agama yang didasari oleh masuk ke seminari. Namun, perkataan sang Ibu
kasih, sekaligus kecintaan dan kenyamanan yang sempat membuat Romo Bono bingung. “Kalau
mereka rasakan. Selain itu, Romo Bono bercerita kamu jadi romo, nanti aku ikut siapa?” kata ibunya.
bahwa di dekat rumahnya ada dua gereja, yaitu Berkat penguatan dari Rektor Seminari, yaitu Romo
Gereja Katolik dan Gereja Kristen Protestan. Dari Thomas, yang mengatakan bahwa orang
dua gereja tersebut, kebetulan umat di gereja
Katolik lebih banyak. Oleh karena itu, Romo Bono EDISI 12/ PASKAH 2020 23
sekeluarga memilih gereja Katolik. Untuk menjadi
Katolik, Romo harus mempelajari agama Katolik
selama satu setengah tahun. Keluarga besar beliau
memberikan respons yang beragam. Ada yang

WARTA PADUA

tua Romo Bono akan dijamin hari tuanya, membuat
beliau semakin mantap untuk menjadi romo. Bagi
keluarga Romo Bono, pendidikan adalah hal yang
sangat penting. Hal itu yang membuat Romo kerap
mendapat nilai 100 di seminari.

Selesai tahbisan, Romo Bono ditempatkan
di Paroki Allah Maha Murah, Pasang Surut,
Sumatera Selatan, di PSE Keuskupan. Kemudian,
di Yogyakarta sebagai pembimbing frater dan di
Palembang sebagai dosen, serta pernah belajar
Bahasa Inggris di Filipina. Romo Bono juga pernah
ditempatkan di Madagaskar sebagai misionaris.

Tujuan awal pelayanannya ke Madagaskar adalah tanpa obat bius yang memadai. Melihat kondisi ini,
untuk melayani pekerja tambang. Namun, tambang Romo Bono dipulangkan ke Indonesia dan dirawat
tersebut tutup saat Romo hendak pergi ke sana, di RS St. Carolus selama dua tahun. Kecelakaannya
sehingga tugas pelayanannya dialihkan ke salah yang parah membuat Romo tidak bisa pulih seperti
satu paroki di Madagaskar. Saat melayani di sana, sedia kala. 
Romo mengalami musibah. Sepeda motor yang
dikendarainya mengalami kecelakaan tunggal. Di Jakarta, Romo Bono ditempatkan di Paroki
Saat itu, sepeda motor yang dikendarai Romo Bidaracina. Di sini, Romo Bono menjadi
sudah dalam keadaan “cacat”, knalpot dan ban pendamping Legio Maria, PWK Santa Monika,
motor bergesekan. Tiba di tikungan, Romo terjatuh dan Voice of Anthony (VOA). VOA merupakan
dan terbentur pohon. Jalanan saat itu sangat sepi, kelompok paduan suara anak yang dibentuk sendiri
hampir tidak ada kendaraan yang lewat. Beruntung oleh Romo Bono karena kecintaannya terhadap
ada anak yang membawa alat bertani sedang musik dan anak-anak serta talentanya dalam
melewati jalan tersebut. Romo Bono meminta menciptakan lagu. Romo Bono berharap VOA ini
bantuan anak tersebut untuk memberi tahu dapat membentuk karakter anak-anak dan masa
keadaannya saat itu kepada paroki dan meminta depan Gereja. Di setiap latihan, banyak nilai yang
untuk dijemput menggunakan mobil pick-up serta beliau ajarkan kepada anak-anak, antara lain
kasur. Dalam kesakitan, Romo Bono dibawa ke kedisiplinan, keberanian, relasi dengan Allah, dan
rumah sakit terdekat. Namun, karena keterbatasan sebagainya. Kondisinya yang tidak seperti sedia
rumah sakit, Romo harus dipindahkan ke rumah kala tidak membuat Romo larut dalam penderitaan.
sakit lain. Penderitaannya tidak berhenti sampai Sebaliknya, Romo berusaha untuk tetap bisa
di situ. Peralatan di rumah sakit tersebut masih melayani dengan sukacita. Dalam
terbatas, sehingga Romo harus menjalani operasi

24 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

kondisi seperti ini, Romo masih bisa memimpin misa juga menurutnya hampir semuanya bagus,
misa mingguan tiga kali dalam satu hari Minggu, baik lektor, pemazmur, koor, maupun petugas-
memberikan sakramen perminyakan, penguatan, petugas lainnya.
dan penghiburan kepada orang sakit.
Pada akhir wawancara, Romo Bono berpesan
Sepanjang perjalanan pelayanannya, beliau tidak kepada seluruh umat paroki untuk setia kepada
pernah sekali pun menyesali keputusannya untuk hidup beriman dan panggilan hidup masing-
melayani sebagai romo. “Saya tidak pernah merasa masing, baik menjadi awam maupun rohaniwan.
ada duka dalam pelayanan saya. Hal ini seperti Kepada keluarga Katolik, Romo berpesan untuk
moto hidup saya: bergembiralah senantiasa dalam menjaga agar doa bersama keluarga tetap terus
Tuhan,” aku Romo Bono. Moto tersebut membuat dijalankan karena akan membawa kedamaian
Romo Bono kuat dalam setiap pelayanannya di dalam keluarga dan menjadi “jaminan pasti
meskipun pernah mengalami peristiwa yang diberkati”. Romo Bono menutup wawancara ini
kurang menyenangkan. dengan menyanyikan lagu favoritnya, “Jumpa
untuk Berpisah”. Bagi beliau, lagu tersebut dekat
Selama bertugas di paroki ini, Romo Bono merasa dengan kehidupan dan mengingatkan bahwa
sangat senang karena keterlibatan umat nyata setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
dalam setiap kegiatan paroki. Aktivitas-aktivitas di
Paroki Bidaracina terlihat hidup. Selain itu, petugas CMPH, IS

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 25

RUANG KOMSOS

Pemenang “Lomba Desain Meme dan
Lomba Menulis Komsos Bidaracina 2020”

Dalam rangka mendukung Tahun Keadilan Sosial, sebagai Program Karya Pelayanan Prioritas 2020, Seksi
Komunikasi Sosial (Komsos) mengadakan dua lomba, yaitu “Lomba Desain Meme” dan “Lomba Menulis”.

Tujuan lomba-lomba ini adalah mengasah kreativitas dan menggali ide-ide peserta untuk dituangkan
dalam bentuk karya desain meme maupun tulisan sesuai pilihan tema yang kami berikan.

Untuk Lomba Desain Meme, tema-tema pilihannya adalah: 1. Bersih itu Sehat; 2. Keadilan atau
Ketidakadilan di Sekitar Kita; 3. Peduli KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel). Sedangkan,
untuk Lomba Menulis, tema-tema pilihannya adalah: 1. Wirausaha Katolik; 2. Bela rasa; 3. Pemberdayaan
Ekonomi. Jenis tulisan juga dapat dipilih, berupa esai/opini/kisah pengalaman/cerpen/jurnal/anekdot.

Dewan Juri untuk Lomba Desain Meme adalah:
1. Romo Andreas Nugroho, SCJ
2. Yohanes Sukarmin (DPH)

3. R.B.E. Agung Nugroho (mantan Ketua Komsos Bidaracina dan mantan Pemred Majalah HIDUP).

Dewan Juri Lomba Menulis:
1. Romo Antonius Heruyono, SCJ
2. Resti Sartono (Pendidik dan pengurus Seksi Katekese)
3. Andreas Firman (Koordinator SABUK/Sentra Bimbingan Usaha Kecil - SPSE)

Kedua lomba sudah dilaksanakan pada 16 Februari hingga 16 Maret 2020. Peserta mengirimkan karya
lewat email. Hasilnya, untuk Lomba Desain Meme masuk 5 karya meme dari 5 peserta dan untuk Lomba

Menulis masuk 11 karya dari 9 peserta (ada 2 peserta yang masing-masing mengirimkan 2 karya).

Setelah menilai dan mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya, yang berhasil menjadi pemenangnya
adalah sebagai berikut.

PEMENANG LOMBA DESAIN MEME:
1. “Peduli” (Tema: Peduli KLMTD), karya Herman Sriwijaya.
2. “Bukankah Siswa Butuh Keadilan?” (Tema: Ketidakadilan di Sekitar Kita), karya Christiano Setiadi.
3. “Buanglah Sampah pada Tempatnya” (Tema: Bersih itu Sehat), karya Ignatius Andri.

PEMENANG LOMBA MENULIS:
1. “Spontan dengan Niat Tulus” (Tema: Bela Rasa; Jenis: Kisah Pengalaman), karya Lusia Soetanto.
2. “’Bela Rasa’ atau ‘Belas Kasih’?” (Tema: Bela Rasa; Jenis: Opini), karya Yohanes Indra Kara Kumanireng.

3. “Bela Rasa Milik Siapa?” (Tema: Bela Rasa; Jenis: Esai), karya Herman Sriwijaya.

Selamat kepada para pemenang!
Para pembaca silakan menikmati karya-karya para pemenang di halaman berikut.

Salam hangat,
Komsos Bidaracina

26 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Karya Herman Sriwijaya

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 27

Karya Christiano Setiadi

28 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Karya Ignatius Andri

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 29

RUANG KOMSOS

Spontan dengan Niat Tulus

Suatu Pengalaman Pribadi

Lusia Soetanto

Pada 1 Maret 1970, lima puluh tahun yang lalu, Bulan berikutnya, saat Mbah Baito berjalan-jalan
saya dan suami menikah di Gereja Santo Antonius ke Gelanggang Remaja Jakarta Timur, ia bertemu
Padua Bidaracina,. dengan seorang wanita bernama Mira (bukan
nama sebenarnya) yang membawa dua anak
Pada 10 Februari 1971, saya melahirkan anak kandungnya, satu laki-laki bernama Randy (bukan
pertama, Anastasia Ratih Damayanti. Keadaan nama sebenarnya) berusia sekitar 8 tahun dan
keluarga kami yang tinggal di Kompleks 10 satu anak perempuan bernama Tia (bukan nama
Cipinang Cempedak, Polonia Jakarta Timur, masih sebenarnya) berusia sekitar 5 tahun. Mira beserta
sangat sederhana. Maklum, kami berdua berasal kedua anak kandungnya berasal dari Suku Dayak
dari keluarga biasa yang hidupnya pas-pasan. Kalimantan.

Saya memilih profesi sebagai guru privat yang Waktu Mira masih gadis, ia menikah dengan
mengajar di rumah, sambil mengasuh anak saya seorang sarjana hukum yang sedang bertugas di
yang masih bayi. Suami saya adalah wartawan Kalimantan, dekat dengan rumah Mira. Setelah
film yang bekerja sebagai pegawai negeri di Pusat Mira melahirkan dua anak, suami Mira berakhir
Film Negara (PFN), yang kemudian bernama Pusat tugasnya di Kalimantan dan kembali ke Jakarta.
Produksi Film Negara (PPFN). Sejak saat itu, Mira tidak menerima nafkah dan
kabar apa pun dari suaminya. Sungguh-sungguh
Kami mempunyai tetangga, seorang ibu beragama hilang kontak.
Islam yang sudah lanjut usia (sekitar 80 tahun) dan
kami memanggil beliau “Mbah Baito”. Beliau hidup Dengan niat baik, Mira menjual seluruh harta
seorang diri, tanpa keluarga. Setiap hari, Mbah bendanya di Kalimantan, termasuk rumah,
Baito datang ke rumah kami, menimang-nimang kemudian membawa kedua anaknya ke Jakarta,
anak saya, sehingga kami menganggap beliau dengan harapan dapat bertemu dan bersatu
sebagai orang tua sendiri. Kami sering makan kembali dengan suaminya. Mereka bertiga berhari-
bersama-sama di rumah. hari penuh perjuangan, berusaha mencari ayah
kedua anaknya. Setelah uang hasil penjualan
Pada suatu hari, Mbah Baito bercerita bahwa seluruh harta benda di Kalimantan nyaris habis,
dahulu kala ia tinggal di sebuah panti jompo, puji Tuhan, akhirnya mereka dapat menemukan
namun panti itu kemudian digusur dan dirobohkan, rumah orang yang dicari.
serta di atasnya dibangun Gelanggang Remaja
Jakarta Timur, yang letaknya tidak jauh dari Laki-laki sarjana hukum yang merupakan suami
Gedung PFN. Atas kebaikan hati seseorang, Mbah Mira itu membuka pintu dan bertemu muka dengan
Baito diberi tempat tinggal sangat sederhana di Mira serta kedua anak kandungnya. Betapa
Kompleks 10 Polonia, satu kompleks dengan kami. sedih dan hancur hati Mira, ketika suaminya
mengatakan: “Saya tidak mengenal kamu, pergilah

30 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

dari sini!” Mira menangis, meratap, memohon belas Padua, Bidaracina, Jakarta Timur, tidak disangka,
kasihan dari suaminya. Namun, apa daya, pintu melihat Mira yang juga sedang menunggu giliran.
rumah mewah itu pun ditutup oleh suaminya yang Setelah selesai pengakuan dosa, kami pun saling
sudah mempunyai keluarga sebelum bertugas di melepas rindu. Mira terlihat sangat sehat dan
Kalimantan. bersemangat menghadapi kehidupan yang tidak
mudah, terlebih harus berpisah dengan kedua anak
Begitulah kisah Mira yang diceriterakan kepada kandungnya.
Mbah Baito. Mira dan kedua anak kandungnya—
mereka bertiga beragama Katolik—diajak oleh Namun, pada Kamis Putih, beberapa hari setelah
Mbah Baito ke rumah kami yang sangat sederhana. pertemuan kami, kami menerima kabar yang
Mungkin, dalam pertimbangan Mbah Baito, kami sangat memprihatinkan, yaitu bahwa Mira jatuh
sama-sama beragama Katolik. Kami semua sangat dari pintu depan bus ketika bertugas, dan kakinya
terharu. terlindas oleh ban belakang bus tersebut, sehingga
kakinya terputus. Mira dilarikan ke Rumah Sakit
Kemudian, Mbah Baito menampung Mira dan Cipto Mangunkusumo, tetapi tidak mendapat
kedua anaknya untuk boleh berdesak-desakan perawatan yang baik. Ini terjadi karena rumah
tinggal di rumahnya yang sempit. Setiap hari Mira sakit ini beberapa kali menerima pasien korban
membuat es lilin. Kedua anaknya menjajakan es kecelakaan bus Pelita Mas Jaya, namun pihak
lilin tersebut agar memperoleh uang untuk makan manajemen bus ini tidak pernah bertanggung
sehari-hari. Kami sekeluarga setiap hari mengajak jawab alias tidak mau membayar biaya perawatan
mereka bertiga dan Mbah Baito makan bersama di di rumah sakit tersebut. Hal ini kami ketahui dari
rumah. Sungguh menyedihkan kisah Mira tersebut. petugas rumah sakit.

Agar Mira dapat bekerja, kami menyarankan agar Bergegas, setelah mengikuti upacara Pembasuhan
anak laki-lakinya, Randy, dititipkan di Panti Asuhan Kaki dan Misa Kamis Putih, saya bersama suami
Vincentius Putera, sedangkan anak perempuannya, menuju Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Tia, dititipkan di Panti Asuhan Vincentius Puteri. mendatangi tempat Mira dirawat. Dari jauh, bau
Mira setuju. Kedua anak kandung Mira pun sudah menyengat hidung kami, karena para pasien yang
memperoleh tempat tinggal dan pendidikan yang mengalami luka parah, disatukan di satu ruangan,
sangat baik. Terima kasih, para Romo Fransiskan termasuk Mira.
di Panti Asuhan Vincentius Putera dan para Suster
Ursulin di Panti Asuhan Vincentius Puteri. Dalam penderitaannya selama terbaring di tempat
tidur rumah sakit dengan bau yang sangat tidak
Tanpa beban kedua anaknya, Mira berusaha sedap, Mira bercerita kepada kami bahwa kakinya
melamar kerja. Tentunya kerja fisik karena ia tidak yang putus harus disambung dengan pen. Namun,
mempunyai ijazah. Betapa bahagia ketika kami karena tiada biaya dan pihak manajemen bus
mendengar kabar bahwa Mira diterima bekerja tidak mau bertanggung jawab, Mira hanya dapat
sebagai kondektur bus Pelita Mas Jaya, rute berpasrah pada nasib.
Cililitan–Lapangan Banteng lewat Senen.
Bersama suami, esok harinya saya datang ke
Sekian tahun berlalu, betapa bahagianya saat saya pangkalan bus tersebut. Suami yang wartawan
bersama suami, ketika sedang antre mengaku dosa membawa kamera untuk memotret. Kami
pada Masa Prapaskah di Gereja Santo Antonius menghadap pimpinan perusahaan bus ini dengan

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 31

menceritakan keadaan Mira yang kakinya sudah Kami semua berbahagia. Sayangnya, Mbah Baito
membusuk karena beberapa hari tidak ditangani pada waktu itu sudah berpulang sehingga tidak
oleh rumah sakit dengan baik. mengalami peristiwa ini. Kedua anak kandung
Mira yang tinggal di panti asuhan, Randy dan Tia,
Kami sangat terkejut ketika pimpinan perusahaan sangat berbahagia pula, karena mama mereka
bus ini berkata: “Kami tidak memerlukan tenaga sudah keluar dari rumah sakit walaupun jalannya
kondektur dengan jenis kelamin perempuan. masih tertatih-tatih. Terima kasih, Tuhan.
Semua kondektur bus kami berjenis kelamin laki-
laki. Waktu datang ke sini, Mira memaksa saya Beberapa tahun lalu, di Gereja Santo Antonius
untuk diterima sebagai kondektur. Jadi, kecelakaan Padua, Bidaracina, saya bertemu dengan Tia, anak
yang dialami Mira bukan tanggung jawab kami.” kandung perempuan Mira. Ia sudah berkeluarga
dan terlihat cukup bahagia. Kami berdua duduk
Dengan menahan semua perasaan dan emosi, bersama di bangku gereja. Ternyata, anak laki-
akhirnya saya memberanikan diri untuk berkata laki Tia sedang bertugas sebagai putra altar. Saya
kepada pimpinan ini: “Baiklah, Pak. Sekarang, merasa bahagia sekali.
terlepas dari Peraturan Perusahaan yang tidak
menerima kondektur perempuan, apakah Bapak Dari Tia, saya menerima kabar bahwa Randy
masih mempunyai hati nurani dan kemanusiaan juga sudah menikah dan hidup bahagia bersama
untuk membantu biaya Mira?” keluarganya. Puji Syukur kepada Tuhan Yesus yang
Mahabaik.
Bagaimanapun saya memohon kepada pimpinan
perusahaan bus ini, permohonan saya tetap
ditolak. Tidak ada belas kasihan sama sekali.
Kami sungguh sangat sedih, karena pada waktu
itu, keadaan ekonomi keluarga kami belum
memungkinkan untuk membantu biaya perawatan
dan pengobatan Mira yang sungguh sangat
menderita.

Kami berdua mencoba menghadap Pastor Kepala
Paroki Bidaracina dan menceritakan kisah Mira
tersebut. Puji Tuhan, Pastor Kepala meminta para
siswa SD dan SMP Santo Antonius, yang berada
di kompleks pastoran dan Gereja Santo Antonius,
untuk mengumpulkan kolekte untuk membantu
Mira.

Syukur kepada Tuhan yang Mahabaik, akhirnya
Mira dapat ditangani dengan baik oleh para dokter
di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hingga ia
bisa sembuh dan keluar dari rumah sakit dengan
dua tongkat di ketiaknya.

32 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

RUANG KOMSOS

“Bela Rasa” atau “Belas Kasih”?
Yohanes Indra Kara Kumanireng

Dalam kosakata Bahasa Dalam praktik kehidupan bisa memberikan solusi dan
Indonesia, kata “bela rasa” sehari-hari, berbela rasa dapat jawaban atas persoalan yang
jarang sekali kita dengar. Kata diartikan sebagai sikap empati orang lain ceritakan kepada kita.
“belas kasih” lebih sering kita terhadap orang lain dan mau Berbela rasa hanya menuntut
dengar daripada “bela rasa”. merasakan apa yang dirasakan kita menggunakan telinga untuk
Menurut Kamus Besar Bahasa orang lain. Namun, berbela mendengarkan mereka.
Indonesia (KBBI), kata “belas rasa bukanlah sesuatu hal
kasih” berarti ‘rasa kasih karena yang mudah dilakukan. Apalagi, Berbela rasa dapat mendorong
iba’. Namun, dalam Alkitab, jika yang sedang dirasakan seseorang untuk bisa berbelas
khususnya di dalam Kitab-kitab orang lain itu adalah perasaan kasih. Melakukan tindakkan
Injil, “bela rasa” adalah suatu negatif seperti sedih, kecewa, belas kasih bukan hanya
kata yang istimewa. Kisah- marah, dan sebagainya. Kita kegiatan amal, melainkan belas
kisah Injil menghadirkan Yesus biasanya pasti akan menghindar kasih merupakan buah dari hati
sebagai seorang yang memiliki dari orang lain yang sedang yang sungguh tergerak: tergerak
“belas kasih”, yang tergerak oleh mengalami perasaan-perasaan dalam lapisan hidup kita yang
“bela rasa”.Dari situ, kita dapat tersebut. Padahal, justru paling mendasar. Belas kasih
memaknai bahwa “bela rasa” orang-orang seperti inilah yang itu adalah pemberian hidup dan
adalah sikap empati, sedangkan sangat membutuhkan belas menggerakkan apa yang baik.
“belas kasih” adalah sikap kasih kita. Berbela rasa tidak Belas kasih itu terbuka dan
simpati. selalu menuntut kita untuk menantang, belas kasih

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 33

membuat manusia menjadi itu secara keseluruhan baik akan merasa terpanggil untuk
dekat, setia, ramah, dan penuh jasmani maupun rohani secara memberikan bantuan kepada
hormat. seimbang. Di situlah letak bela sesama mereka. Kita sebagai
rasa dan belas kasih. manusia dipanggil untuk
Dalam kehidupan kita mengasah rasa empati kita
sehari-hari, kita pasti akan Melakukan sesuatu yang baik setiap saat dalam kehidupan
membutuhkan sesama untuk kepada sesama akan terasa yang kita jalani sehingga kita
kerja sama. Demikian juga sempurna jika perbuatan kita mampu merasakan penderitaan
dengan berbela rasa dan itu didorong oleh keinginan yang dialami orang lain dan
berbelas kasih. Kita harus untuk berbela rasa dan berbelas dapat berbelas kasih kepada
memiliki komitmen dengan diri kasih. Korelasi antara kedua mereka yang membutuhkan
kita dan semua milik kita, agar sikap tersebut sangatlah kuat. bantuan.
kedua sikap itu bisa menjadi Ketika kita berbela rasa kepada
kenyataan. Kita membutuhkan sesama tanpa sikap simpati Berbela rasa dan belas kasih
orang lain agar kedua sikap itu (belas kasih), sama seperti sayur bukanlah tujuan dari etika yang
dipraktikkan secara terstruktur yang terasa hambar. Begitu pun dipegang dalam kehidupan,
dan diteguhkan dalam sikap diri sebaliknya, ketika kita berbelas melainkan cara menjalani
kita. kasih kepada sesama tanpa ada kehidupan bersama sesama dan
sikap empati (bela rasa), itu tak ciptaan lain. Bahkan, hukum
Mudah bagi kita untuk berbela jauh berbeda dengan orang- pun sebenarnya tidak bisa
rasa dan berbelas kasih kepada orang Farisi yang melakukan menjadi solusi bagi kita untuk
orang yang kita sukai atau semua perbuatannya supaya mengatasi masalah sosial.
menguntungkan. Namun, dilihat banyak orang. Ada kecenderungan menaati
bagaimana kita bisa berbela hukum ketika ada yang tegas
rasa dan berbelas kasih kepada Yang jelas, salah satu penyebab menegakkan. Sebaliknya, dalam
mereka yang tidak ada sangkut kurangnya kepedulian dan semangat berbela rasa dan
pautnya dengan kita? Kadang, perhatian kita terhadap sesama berbelas kasih, kita menangkap
bisa saja kita berbela rasa adalah kurangnya atau bahkan roh yang sejati dari relasi
menolong seseorang yang tidak adanya rasa empati (bela antarmanusia, melampaui
tidak dikenal, yang jatuh karena rasa) dari diri kita. Empati semangat pembentukan hukum
sepeda motornya tergelincir. lebih dalam dari rasa simpati, atau aturan.
Namun, dalam kasus seperti ini, saat seseorang benar-benar
biasanya orang hanya bersedia merasakan posisi dan kondisi Namun, pada kenyataannya,
sampai batas memberikan yang sedang dialami orang kedua sikap ini tidak banyak
pertolongan di mana dirinya lain. Seseorang yang tidak dilakukan oleh kita sebagai
tidak perlu dilibatkan sampai memiliki rasa empati dalam manusia modern. Kita lebih
jauh. Misalnya, sampai menyita dirinya tidak akan mampu disibukkan oleh segala tujuan
banyak waktu, tenaga, dan merasakan penderitaan atau dan prestasi yang kita inginkan.
materi untuk menolong orang kesusahan yang sedang dialami Waktu 24 jam yang kita miliki
itu. Berbela rasa dan berbelas oleh orang lain. Akibatnya, ia sehari sudah penuh untuk
kasih bukan hanya memberikan tidak akan berbelas kasihan meladeni segala kebutuhan,
pertolongan ala kadarnya bahkan terkesan cuek ketika keinginan, dan keegoisan kita.
kepada sesama. Kita harus menyaksikan sesamanya Padahal, tanpa disadari, kita
melihat kebutuhan orang mengalami kesusahan. Ia tidak sedang hidup bersama-sama

34 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

dengan orang lain. Segala yang perasaan negatif. Kita juga harus menyediakan diri bagi orang lain,
berhasil kita raih pun tidak berbela rasa dan berbelas kasih kita akan memahami betapa
terlepas dari kontribusi orang kepada sesama yang sedang berarti hidup kita. Salah satu
lain. Namun, pernahkah kita berada dalam perasaan positif. tempat terbaik untuk mencarinya
mencoba memperhatikan orang- Ketika mereka ingin berbagi adalah di luar—mencari pada
orang di sekeliling kita? kegembiraan, sudah selayaknya diri orang lain, yaitu sesama
kita memberikan apresiasi. manusia.
Mungkin kita melihat semua Ketika mereka ingin berbagi
orang tersenyum, tak ada kesedihan, sudah selayaknya Saat ini kita dapat berefleksi
masalah terpancar dari raut kita memberikan bahu kita tentang bela rasa dan belas
wajah mereka. Namun, di balik untuk menangis. Caranya tidak kasih Allah atas kehidupan
senyuman itu sangat mungkin sulit. Cukup pasang telinga manusia. Apakah Allah
ada masalah yang sangat besar dan mendengarkan sebagai akan berpikir panjang untuk
yang tidak dapat ia tanggung tanda berbela rasa. Setelah menentukan antara bela rasa
sendiri. Mungkin mereka sedang itu, bersukacita dengan orang dan belas kasih? Tidak. Apakah
menunggu ada seseorang yang yang bersukacita, dan menangis Allah hanya mempunyai rasa
mau diajak berbagi segala dengan orang yang menangis berbela rasa kepada manusia
masalah kehidupannya. sebagai tanda berbelas kasih. dan tidak mempunyai rasa
belas kasih? Tidak. Untuk
Sekarang, kita mestinya sadar Mari lakukan setiap langkah menunjukkan betapa besar
bahwa kita harus lebih peduli seberapa pun kecilnya yang Allah berbela rasa dan berbelas
pada orang-orang di sekeliling dapat membuat orang di sekitar kasih kepada kita, Dia bahkan
kita. Berbela rasa dan berbelas kita merasakan sukacita. memberikan anak-Nya bagi
kasih itu tidak harus kita Tindakan berbagi dan menolong kita untuk keselamatan kita.
lakukan kepada sesama yang pasti bisa dilipatgandakan demi Sungguh, Allah kita itu sangat
sedang berada dalam perasaan- kebaikan orang lain. Dengan baik!

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 35

RUANG KOMSOS

Bela Rasa Milik Siapa?

Herman Sriwijaya

Bela rasa, yang pengertian sederhananya adalah diajak berpantang dan berpuasa sebagai bentuk
wujud nyata dari rasa peduli pada sesama, mulai pertobatan. Paus Fransiskus telah melihat lebih
gencar digaungkan oleh Keuskupan Agung Jakarta jauh dan dalam mengenai pantang dan puasa
(KAJ) sejak pencanangan program Berkhat Santo ini dengan mengeluarkan rekomendasi sejak
Yusuf (BKSY). Kini pada tahun 2020, yang adalah beberapa tahun lalu: “Puasa mengeluarkan kata-
Tahun Keadilan Sosial, ketika KAJ memasuki tahun kata yang menyerang dan ubahlah dengan kata-
ke-5 yang merupakan tahun terakhir pelaksanaan kata yang manis dan lembut, puasa kecewa/tidak
Arah Dasar 2016–2020 dengan tema “Amalkan puas, dan penuhilah dirimu dengan rasa syukur,
Pancasila: Kita Adil, Bangsa Sejahtera”, umat diajak puasa marah dan penuhi dirimu dengan sikap taat
untuk makin beriman, makin berbela rasa, makin dan sabar ...” dan beberapa hal lain yang bukan
bersaudara dengan melakukan Gerakan Celengan sekadar puasa dan pantang daging, garam, kopi,
Yesus Tunawisma sebagai bentuk nyata dari bela atau rokok.
rasa kepada kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir,
difabel (KLMTD). Becermin dari pengertian Bapa Suci yang
mendalam itu, ditambah kita juga tentunya tahu
Gerakan bela rasa ini didasari oleh perkataan bahwa Yesus selalu menyampaikan ajaran-Nya
Yesus dalam Injil Matius: “Sebab ketika Aku lapar, dengan perumpamaan agar para murid-Nya bisa
kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, memaknai secara mendalam dan tidak terjebak
kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang pada hal-hal yang harfiah, boleh atau tidak boleh,
asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku seharusnya kita juga bisa menggali lebih dalam
telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku lagi makna Matius 25:35–36 yang menjadi dasar
sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam kita berbela rasa.
penjara, kamu mengunjungi Aku.”
Sebab Ketika Aku Lapar, Kamu Memberi Aku
Kalau kita cermati, kata “bela rasa” selalu dimaknai Makan
dalam bentuk kepedulian dengan mengumpulkan
uang yang nantinya akan digunakan untuk Ketika Yesus dicobai Iblis di padang gurun, Iblis
membantu kaum KLTMD. Dengan demikian, berkata: “Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah
banyak di antara umat berpendapat bahwa hanya supaya batu-batu ini menjadi roti.” Iblis tahu,
memberikan uang orang bisa berbela rasa pada Yesus merasa lapar karena berpuasa 40 hari.
sesama. Yang menjadi pertanyaannya sekarang Namun, Yesus berkata: “Ada tertulis: Manusia
adalah: apakah orang miskin yang tidak bisa hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman
memberikan/menyumbangkan uang berarti tidak yang keluar dari mulut Allah.” Jelas, di sini rasa
bisa berbela rasa? lapar manusia bukan hanya tertuju pada makanan
yang mengenyangkan perut melainkan juga bisa
Saat ini kita memasuki Masa Prapaskah, masa berarti makanan yang mengenyangkan jiwa, yaitu
pantang dan puasa, yang di dalamnya kita firman Allah.

36 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Ketika Aku Haus, Kamu Memberi Aku Minum kepada perempuan itu.” Di sini kita melihat
bahwa perempuan tersebut telah ditelanjangi,
Ketika Yesus berkhotbah di bukit, sabda-Nya bukan dalam arti pakaiannya dilucuti melainkan
dikenal sebagai Sabda Bahagia. Dalam salah karena harkat dan martabatnya telah diinjak-
satu sabda-Nya tersebut, Yesus berkata: injak dan dipermalukan, perbuatan salahnya telah
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan menjadi bahan teriakan di depan umum. Yesus
kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.” Ketika tidak ikut dalam penindasan tersebut, tetapi Dia
Yesus bertemu dan bercakap-cakap dengan mengembalikan martabat perempuan tersebut.
perempuan Samaria di pinggir sumur, Yesus
menyatakan diri-Nya sebagai Air Kehidupan. Dari Ketika Aku Sakit, Kamu Melawat Aku
sini kita bisa melihat bahwa memberi minum bukan
lagi sekadar memberikan air, melainkan bisa berarti Ketika Yesus berada di rumah Simon, ada seorang
memberi kebenaran sejati, yaitu Yesus sendiri. perempuan berdosa yang membasuh kaki Yesus
dengan air matanya, mengusap dengan rambutnya,
Ketika Aku Seorang Asing, Kamu Memberi Aku dan mengurapi kepala-Nya. Simon tidak mengerti
Tumpangan mengapa Yesus membiarkan diri-Nya disentuh
oleh perempuan berdosa. Yesus berkata: “Engkau
Kita tahu bahwa para murid Yesus mempunyai lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu,
latar belakang yang berbeda, dari nelayan, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk
pemungut cukai, petani, sampai pemberontak. membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasuhi kaki-
Mereka bukan dari kalangan Farisi yang dipercaya Ku dengan air mata dan menyekanya dengan
masyarakat. Mereka tak ubahnya seperti orang rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi
asing yang tidak mendapat tempat, tidak dipercaya sejak Aku masuk ia tidak henti-hentinya mencium
oleh masyarakat pada umumnya karena mereka kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku
hanya orang-orang kelas bawah. Namun, Yesus dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku
memberikan mereka tempat, menjadikan mereka dengan minyak wangi. Karena itu, Aku berkata
murid-murid-Nya sehingga mereka mendapatkan kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah
kepercayaan di masyarakat. Di sini kita melihat diampuni, sebab ia telah banyak mengasihi.
bahwa memberikan tumpangan pada orang asing Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga
bukan sekadar memberikan tempat berteduh ia mengasihi.” Kita melihat di sini bahwa sakit
melainkan memberikan kepercayaan pada orang- bukan hanya terjadi pada tubuh, melainkan jiwa
orang yang tersingkirkan. yang berdosa juga merupakan kondisi orang sakit,
sementara pengampunan adalah lawatan terbaik
Ketika Aku Telanjang, Kamu Memberi Aku Pakaian bagi jiwa yang berdosa.

Pada waktu seorang perempuan yang berzina Ketika Aku di Dalam Penjara, Kamu Mengunjungi
dihadapkan kepada Yesus oleh orang Farisi untuk Aku
dirajam, mereka berkata: “Rabi, perempuan ini
tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Zakheus, seorang pemungut cukai, mengumpulkan
Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita uang pajak orang Yahudi untuk diserahkan kepada
untuk melempari perempuan-perempuan yang penjajah Romawi. Profesinya ini tentu membuat
demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal Zakheus dikucilkan. Ia tak ubahnya hidup dalam
itu?” Yesus hanya menulis di tanah dan berkata: penjara yang terisolasi. Namun, ketika Yesus
“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, datang ke kotanya, ia segera memanjat pohon
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu ara—karena ia pendek—untuk melihat Yesus. Yesus

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 37

yang melihat Zakheus menyapanya dan berkata
bahwa Dia akan berkunjung ke rumah Zakheus.
Pada akhirnya, Zakheus mengalami pertobatan.
Di sini kita melihat bahwa penjara bukan lagi soal
terkurungnya tubuh melainkan terpenjaranya
jiwa yang hanya bisa dibebaskan dengan sapaan
bersahabat yang tidak menghakimi.

Jadi, dilihat dari hal-hal di atas, jelas sekali bahwa
bela rasa bukan sekadar memberi sumbangan
uang bagi orang yang tidak mampu, melainkan
lebih dari itu: mewartakan sabda Tuhan,
membagikan kebenaran, memberikan kepercayaan,
menjaga harkat dan martabat, memberikan
pengampunan dan sapaan persahabatan kepada
orang lain. Hal-hal ini bisa dilakukan siapa saja,
baik orang kaya maupun orang miskin.

Oleh karena itu, bela rasa bukan lagi hanya milik
orang yang mampu memberikan/menyumbangkan
uang untuk orang lain, melainkan menjadi milik
setiap orang yang mampu memberikan hal-hal
tersebut.

38 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

LENSA PADUA

ADR

2nd

Anniversary

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 39

Misa dan Adorasi Malam Tahun Baru

40 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

WARTA PADUA Pembukaan Tahun
Keadilan Sosial

EDISI 12/ PASKAH 2020 41

Perayaan Natal PWK St. Monica

Perayaan Imlek 2020 WARTA PADUA

42 EDISI 12/ PASKAH 2020

Pembekalan dan Pelantikan Komsos

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 43

Ngopi Bareng SPSE

Penerimaan Bantuan Karitatif

44 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Ngobrol Bareng
Anak Muda
(NGOBAM)

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 45

Rekoleksi
Siswa Peserta

ASAK

46 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Hari Anak
Misioner

2020

WARTA PADUA EDISI 12/ PASKAH 2020 47

RABU ABU

48 EDISI 12/ PASKAH 2020 WARTA PADUA

Bantuan dari Donatur
untuk RS Darurat Covid-19,

Wisma Atlet Kemayoran

Bantuan dari SPSE Paroki untuk EDISI 12/ PASKAH 2020 49
Rumah Sakit St. Carolus

WARTA PADUA


Click to View FlipBook Version