The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by putrimawaddah060202, 2023-05-12 22:45:09

MODUL MANAJEMEN RITEL UTS

MODUL MANAJEMEN RITEL UTS

MODUL MANAJEMEN RITEL Dosen Pengampu: Drs. Arief Syah Safrianto, SE., MM Nama : Putri Mawaddah NIM : 2034021263 Waktu Kuliah : 11:00 – 12:40 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA 2023


BAB I Mengenal Dunia Bisnis Ritel A. Apa itu bisnis ritel Bisnis ritel adalah bisnis yang melibatkan penjualan barang atau jasa kepada konsumen dalam jumlah satuan atau eceran. Konsumen yang membeli produk atau jasa secara eceran ini bertujuan untuk mengonsumsinya atau menggunakannya secara pribadi dan tidak menjualnya kembali. Bisnis ritel berbeda dari bisnis grosiran. Konsumen bisnis ritel tidak menjual kembali produk yang telah dibelinya, sementara konsumen bisnis grosir menjual kembali produk yang telah dibelinya. Hal ini berdampak besar pada harga barang yang ditawarkan di level ritel dan grosir. https://www.hsbc.co.id/1/PA_esf-ca-app-content/content/indonesia/personal/offers/news-andlifestyle/files/articles/html/201906/memahami-apa-itu-bisnis-retail-dan-karakteristiknya.html B. Struktur dasar bisnis ritel Berlanjutnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya rata-rata pendapatan yang biasanya dibelanjakan memperbesarkan permintaan akan toko eceran yang lebih khusus dan spesifik. Bisa diperkirakan bahwa berbagai masalah akan menjadi lebih parah dengan makin meningkatnya perbedaan yang diminta oleh sektor yang berlainan dalam masyarakat. Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pemebli potensial. Peningkatan segmentasi dunia industri tersebut memperjelas arti bahwa rumusan pedagangan eceran lama tidak akan mungkin terus berhasil dan generalisasi harus menyingkir untuk kemudian diganti dengan spesifikasi atau diferensiasi untuk kelompok pelanggan tertentu. downacademia.com_struktur-dasar-bisnis-ritel-dan-perilaku-konsumen-dalam-bisnis-ritel C. Konsep pemasaran ritel Menurut Wal Mart yang dikutip oleh Usman Thoyip (1998) dalam Sunyoto (2015;5) telah memanfaatkan suatu pendekatan yang terkoordinasi dan merata di seluruh perusahaan terhadap perkembangan dan implementasi strategi dan memiliki suatu orientasi tujuan yang jelas. Berikut ini gambar konsep pemasaran ritel: Gambar 1 Konsep Pemasaran Ritel.


Keterangan : ▪ Orientasi Konsumen, seorang peritel harus menentukan atribut-atroibut dan kebutuhankebutuhan para konsumennya, serta harus menyediakan diri untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut secara maksimal. ▪ Usaha yang terkoordinir, dimana seorang peritel harus mengintegrasikan semua rencana dan kegiatan untuk melakukan efisiensi. ▪ Orientasi tujuan, dimana seorang peritel harus menetapkan tujuan dan selanjutnya menggunakan strateginya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Konsep ritel mensyaratkan komunikasi dengan para konsumen dan mempertimbangkan keinginan-keinginan para konsumen ini sebagai sesuatu yang sangat penting bagi keberhasilan peritel yang bersangkutan, mengembangkan dan menindaklanjuti suatu strategi yang konsisten dan bekerja keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang berarti, khusus dan mudah dijangkau. Konsep pemasaran ritel ini tidak berhubungan dengan kemampuan internal suatu perusahaan atau keunggulan kompetitif, namun menawarkan suatu kerangka kerja yang luas untuk perencanaan (Usman Thoyip (1998) dalam Sunyoto (2015;6)). https://www.google.com/amp/s/www.hestanto.web.id/pemasaran-ritel/amp/ D. Karakteristik bisnis ritel Menurut Berman dan Evans, ada 3 karakteristik bisnis ritel, antara lain sebagai berikut. 1. Kuantitas yang kecil Bisnis ritel menjual barang dalam porsi kecil dengan jumlah yang cukup untuk dikonsumsi dalam waktu tertentu. 2. Pembelian impulsif Pilihan yang banyak dan harga yang ditawarkan oleh ritel membuat konsumen ingin membelinya. Konsumen seringkali memutuskan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak menjadi daftar belanjanya. 3. Kondisi toko Ada beberapa hal yang mempengaruhi kondisi toko yaitu lokasi, efektivitas penanganan barang, jam buka tutup toko, tingkat harga, layout toko, kebersihan, dan pencahayaannya. https://www.ruangguru.com/blog/smk-kelas-11-konsep-dan-struktur-dasar-bisnis-ritel E. Jenis - jenis bisnis ritel 1. Hypermarket Hypermarket menjual semua jenis produk, baik itu primer, sekunder atau tersier, dengan area penjualan yang luas dan menggunakan konsep pertokoan yang besar. 2. Supermarket Supermarket menjual produk primer atau pokok, seperti makanan, daging, sayuran, dan produk-produk makanan lainnya. 3. Minimarket Minimarket menjual seluruh produk-produk kebutuhan pokok atau primer dengan area penjualan yang relatif lebih kecil. Setiap pembeli dapat mengambil sendiri barang yang diperlukan dan membayar di kasir. 4. Department Store


Department store menyediakan beberapa layanan seperti layanan pelanggan, menyediakan produk-produk untuk kebutuhan sandang konsumen, seperti pakaian, sepatu, tas, topi, dan sebagainya. 5. Convenience Store Convenience store adalah jenis usaha ritel yang buka hingga 24 jam dan menjual produkproduk ready to eat, seperti snack dan roti, mie instan, dan sebagainya. Fasilitas utama yang disediakan adalah WiFi. 6. Speciality Store Jenis usaha ritel speciality store adalah jenis usaha yang menjual produk-produk khusus, seperti apotek, peralatan optik, kosmetik, hingga software. https://www.ruangguru.com/blog/smk-kelas-11-konsep-dan-struktur-dasar-bisnis-ritel F. Peran penjualan ritel Selain trend ekonomi , kebijakan pemerintah dan gaya belanja ternyata industri ritel memiliki trend trend tertentu dengan prinsip mencari tahu perkembangan yang ada selama ini.Di ibukota propinsi ada bebrapa daerah yang memilki rubric khusus tentang dunia ritel, misalkan tentng tenologi yang berkaitan dengan produk yg sedang trend, format toko yang baru, pelayanan pelanggan, internet , delivery , mailing list dan lain-lain. Pengelolaan ritel di Indonesia memang memilki prospek yang baik karena potensi pasarnya yang sanagt besar . Hukum alam sellu ada jika ada ritel yang berkembang dengan cepat otomatis akan banyak pesaing baru yang bermunculan. Tinggi rendahnya persaingan akan berpengaruh muus tidaknya bisnis ritelyang dijalankan oleh setiap peritel. Mereka yang memiliki informasi adalah mereka yang akhirnya dapat menjadi pemenangnya sehingga bisnisnya tetap dapat berjalan. Dalam suatu channel distribusi, retailing memainkan suatu peranan penting sebagai penengah antara para produsen, agen dan para konsumen akhir. Retailer mengumpulkan berbagai jenis barang dan jasa dari berbagai sumber dan menawarkannya kepada konsumen.Retailing tidak harus melibatkan suatu toko.Mail order atau telepon order, penjualan langsung ke konsumen di rumah-rumah dan kantor, mesinmesin penjaja termasuk dalam scope retailing. Bisnis Retail merupakan salah satu bisnis yang tumbuh cukup baik di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.Jumlah penduduk yang cukup banyak menunjang perputaran uang yang tinggi terutama untuk kebutuhan konsumsi. Produsen menjual produknya kepada grosir (wholesaler). Kemudian grosir menjualnya kepada pedagang eceran / ritel ( pengecer / peritel). Pengecer / peritel adalah orang-orang atau toko yang kegiatan utamanya mengecerkan barang. Pemasaran ritel ini sangat penting artinya bagi produsen karena melalui usaha ritel, produsen dapat memperoleh informasi berharga mengenai produknya. Produsen dapat mewawancarai peritel mengenai pendapat konsumen mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya.Selain itu juga dapat diketahui mengenai kondisi perusahaan pesaing.Produsen dan peritel dapat menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.Produsen dapat memasang iklan, mengadakan undian, atau memberi hadiah kepada konsumen melalui toko-toko peritel. Kadang kala ada produsen yang langsung memberikan bonus kepada peritel. Usaha ritel memberikan kegunaan bagi pelanggan melalui lima cara, antara lain:


a. Memberikan suplai / pasokan barang dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit atau tanpa penundaan. Usaha ritel biasanya berlokasi didekat rumah pelanggan, sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu menunggu lama. b. Memudahkan konsumen/pelanggan dalam memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta jasa yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan barang yang diinginkan pada tempat yang nyaman.Mereka hampir ingin selalu belanja di mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan kualitas, bentuk, dan harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman. c. Menjaga harga jual tetap rendah agar mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan. d. Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat. Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli.Hasil akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk. e. Adanya usaha ritel juga memungkinkan dilakukannya produksi besar-besaran (produksi massal). Produksi massal tidak akan dapat dilakukan tanpa sistem pengecer yang efektif dalam mendistribusikan produk yang dibuat secara massal bagi pelanggan. Peran ritel dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan, yaitu sebagai pihak akhir (final link) dalam suatu rantai produksi, yang dimulai dari pengolahan bahan baku, sampai dengan distribusi barang (dan jasa ) ke konsumen akhir. https://marioandi.blogspot.com/2018/02/pengertian-peranan-dan-fungsi-ritel.html G. Fungsi dan kelebihan serta kekurangan bisnis ritel Bisnis ritel berfungsi sebagai lokasi bagi produsen untuk menawarkan berbagai macam barang sehari-hari. Konsumen juga merasa lebih mudah untuk memilih dan mendapatkan semua hal yang mereka butuhkan setiap hari. Secara umum, terdapat dua jenis usaha ritel di lingkungan kita, yaitu bisnis ritel tradisional dan ritel modern. Selain perbedaan lokasi, salah satu unsur yang membedakan keduanya adalah sistem manajemennya, yaitu dengan sistem ekonomi tradisional dan sistem ekonomi modern. Terlepas dari perbedaan antara keduanya, bisnis ritel memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri yang membuatnya berbeda dari jenis bisnis yang lain. Berikut penjelasannya: ❖ Kelebihan Bisnis Ritel Berikut ini beberapa kelebihan dari bisnis retail yang perlu kamu ketahui: 1. Laba atau Keuntungan yang Besar Manfaat terbesar dari bisnis ritel adalah margin keuntungan atau laba yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena bisnis ritel membutuhkan modal yang relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan jenis bisnis lainnya. Pengecer memperoleh barang-barang mereka langsung dari produsen atau grosir, di mana harganya jauh lebih rendah daripada di tempat lain. Selanjutnya, jika mereka membelinya dalam jumlah besar, mereka akan memperoleh harga yang jauh lebih murah lagi. Kemudian mereka akan menawarkannya pada konseumen tingkat akhir secara ecer dengan harga yang lebih


murah tadi. Bahkan jika mereka menjualnya dengan keuntungan yang kecil, volume barang yang dijual memastikan bahwa keuntungan yang diperoleh pada akhirnya cukup besar. Karena kelebihan ini, ritel menjadi contoh bisnis yang memungkinkan. 2. Mudah Ditemukan Kelebihan lain dari bisnis ritel adalah lebih mudah untuk ditemukan dan dijangkau, karena usaha ritel selalu berlokasi di tempat yang strategis. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bisnis retail adalah salah satu bisnis yang paling banyak diminati oleh masyarakat yang ingin mendirikan suatu bisnis. Maka dari itu sering kita jumpai, para ‘pendatang baru’ di dunia bisnis ini memiliki ide-ide baru untuk diterapkan dalam bisnis ritel mereka, termasuk penempatan bisnis. Secara umum, lokasi yang dipilih untuk usaha ritel tidak berbeda dengan lokasi usaha lainnya. Yaitu, berada di antara kerumunan atau didekat pusat aktivitas masyarakat, seperti sekolah atau tempat kerja. Satu-satunya bisnis yang membedakan ritel dari usaha lain adalah penetapan harga. Jika dibandingkan dengan jenis bisnis lain, bisnis ritel menawarkan barang dengan biaya atau harga yang rerlatif terjangkau atau rendah. 3. Hubungan Emosional Pelanggan Hubungan yang erat dengan pelanggan adalah kelebihan lain yang bisa dinikmati oleh bisnis ritel. Meskipun bisnis mereka sederhana, ritel adalah bentuk bisnis yang bisa mempunyai pelanggan setia. Tidak mengherankan bahwa konsumen dapat mengunjungi bisnis ritel beberapa kali setiap hari untuk memenuhi permintaannya. Semakin sering kamu bertemu, semakin banyak konsumen dan penjual saling mengenal, berkomunikasi dan hubungan emosional mungkin berkembang. Saling percaya adalah hubungan emosional yang dimaksud. Tidak heran jika ada penjual yang memberikan pinjaman hutang kepada pelanggannya ketika ada rasa saling percaya. Pemberian utang ini hanya dapat dilakukan oleh pelaku usaha ritel dan menjadi keuntungan tersendiri karena justru hal itulah yang membantu pelaku usaha ritel memiliki pelanggan yang setia. 4. Tawar Harga Kelebihan lain dari bisnis retail yang sering dialami adalah kemampuan untuk menegosiasikan harga. Ini merupakan faktor lain yang membuat usaha ritel bisa mempunyai banyak pelanggan setia. Terlepas dari kenyataan bahwa keuntungan yang mereka hasilkan dari setiap barang yang mereka jual tidak besar, namun banyak penjual yang memberikan diskon kepada pelanggan mereka. 5. Modal Kecil Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, ritel adalah suatu bentuk bisnis yang dapat dimulai dengan modal yang sedikit. Bahkan jika kamu kekurangan dana, kamu bisa mencoba untuk mendapatkan modal usaha dari pemerintah untuk menjalankan bisnis ini. ❖ Kekurangan Bisnis Ritel Berikut ini adalah beberapa kekurangan dari bisnis ritel yang perlu kamu ketahui, antara lain: 1. Tidak Dianggap Serius Kekurangan pertama dari bisnis ritel adalah anggapan bahwa mereka yang menjalankannya tidak serius dalam berbisnis. Salah satu alasannya adalah karena


jenis usahanya kecil, dan keuntungan yang diperoleh dari satu produk yang dijual juga sedikit, sehingga hanya dianggap sebagai usaha sampingan. Pada kenyataannya, ketika keuntungan yang dihasilkan oleh bisnis ritel dihitung dari waktu ke waktu, itu cukup besar. 2. Tidak Ada Pelaporan Administrasi Jika kamu ingin memperoleh pelaporan administrasi dari bisnis ritel, kamu mungkin tidak akan puas karena mereka tidak memiliki informasi yang kamu butuhkan. Terutama bisnis ritel yang berbentuk sederhana. Laporan yang dikeluarkan oleh pelaku usaha ritel seringkali hanya berupa pelaporan barang yang habis, daftar belanjaan, dan daftar utang. Neraca, pelaporan aset, daftar investor, dan jenis pelaporan akuntansi lainnya sering dihindari oleh bisnis ritel. Itulah sebabnya, terlepas dari kenyataan bahwa bisnis ritel bisa menghasilkan keuntungan yang cukup besar, namun pelaku ritel tidak dapat menjelaskannya berupa pelaporan. 3. Analisa Pasar yang Kurang Seperti yang dikatakan sebelumnya, ritel adalah jenis bisnis yang tidak terlalu mementingkan pelaporan akuntansi. Analisis pasar adalah salah satu konsekuensi dari pelaporan yang buruk. Mereka tidak peduli dengan keadaan pasar. Mungkin karena mereka hanya menawarkan produk-produk primer yang dibutuhkan semua orang, maka produk yang mereka jual pasti laku. 4. Promosi Tidak Dilakukan Secara Maksimal Seperti jenis bisnis lainnya, bisnis ritel juga melakukan kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualannya. Namun, dibandingkan dengan jenis usaha lainnya, promosi mereka tidak mereka lakukan secara maksimal. Beberapa alasan promosi mereka tidak efektif adalah karena hampir semua orang tahu barang apa yang mereka tawarkan, dan mereka menjual produk yang sudah laris manis di pasar karena pembuatnya melakukan promosi, sehingga mereka menganggap tidak perlu melakukan promosi lagi. 5. Dianggap Mengganggu Ketertiban Kekurangan paling mendasar dari bisnis ritel adalah mereka mengganggu ketertiban. Hal ini sebagian besar ditujukan kepada orang-orang dengan bisnis ritel sederhana atau pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima merupakan jenis usaha yang terkadang bentrok dengan pemerintah daerah karena selalu dianggap mengganggu ketertiban umum. Karena legalitasnya dalam menjalankan bisnis, bisnis semacam ini terus-menerus ‘kucing-kucingan’ dengan petugas ketertiban kota. https://www.teknatekno.com/24582/kelebihan-dan-kekurangan-bisnis-ritel.html H. Saluran pemasaran ritel Yang membedakan Retail Multilevel & Retail Konvensional adalah strategi pemasarannya, strategi strategi yang di implementasikan tujuannya adalah, tidak lebih tidak kurang yaitu menyediakan produk yang diproduksi dari pabrik kepada konsumen akhir. Strategi yang diaplikasikan oleh Retail konvensional adalah melalui media iklan secara gencar melalui media massa / radio / televisi. untuk mempromosikan produknya, oleh sebab panjangnya proses distribusi yang dilaluinya. Strategi yang diaplikasikan oleh Retail Multilevel adalah melalui individu per individu, yang dimana testimoni / positive word of mouth menjadi media promosi utama Retail


Multilevel, terkadang media media lain juga digunakan, tetapi hal cara promosi yang paling utama tetap melalui individu individu yang dissupport secara penuh oleh perusahaan ; dapat melalui sampling produk, seminar / berpromosi pada komunitas komunitas besar dan lain lain. Kedua jenis retail diatas sama sama memiliki strategi pemasaran yang baik. http://inovapos.com/saluran-pemasaran-ritel/ I. Memulai bisnis ritel Jika Anda tertarik untuk memulai bisnis retail, berikut ini adalah beberapa persiapan yang harus diperhatikan sebelum memulainya. 1. Pastikan memiliki cukup modal Persiapan yang harus Anda lakukan untuk memulai usaha retail adalah memastikan bahwa Anda memiliki cukup modal. Modal ini biasanya meliputi biaya pembelian produk, biaya sewa toko, biaya air dan listrik, biaya pengiriman, biaya pemasaran, dan gaji karyawan. Jika Anda memiliki modal yang minim, Anda bisa memulai dengan menjual barang secara online di berbagai marketplace. 2. Tentukan produk yang dijual Persiapan selanjutnya adalah menentukan produk yang akan dijual. Anda bisa memilih produk yang sesuai dengan hobi dan minat. Selain itu, pemilihan produk harus sesuai dengan permintaan pasar. Untuk mendapatkan produk yang dijual, Ada harus mencari supplier yang menjual produk dengan harga terjangkau sehingga Anda bisa mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan produk tersebut. 3. Pilih lokasi yang tepat Langkah mempersiapkan usaha retail selanjutnya adalah memilih lokasi yang tepat. Lokasi sebaiknya dekat dengan pelanggan Anda. Tujuannya agar para pelanggan bisa datang ke tempat Anda untuk membeli produk secara langsung. 4. Kenali konsumen yang ditargetkan Salah satu persiapan dalam memulai bisnis retail adalah mengenali konsumen target. Lakukan riset terhadap calon konsumen dan pelajari juga tentang kompetisi pasar. Tujuannya agar Anda mengenal siapa kompetitor, beserta kelebihan dan kekurangannya. Selain itu, Anda bisa membuat rencana pemasaran dan penjualan yang lebih efektif dan unggul daripada kompetitor-kompetitor lainnya. 5. Rekrut karyawan yang memiliki kualifikasi bagus Jika Anda membuka bisnis retail yang besar, pastikan Anda merekrut calon karyawan untuk menjaga dan menjalankan usaha. Lakukan sendiri pemilihan dan penyeleksian calon karyawan. Setelah menemukan calon karyawan yang tepat, beri mereka pelatihan tentang penggunaan teknologi, pelayanan, pemasaran, kepribadian, hingga product knowledge. 6. Pilih supplier yang dapat dipercaya Memilih supplier yang dapat dipercaya untuk memenuhi kebutuhan produk Anda sangatlah penting. Pastikan supplier yang dipilih bisa dipercaya dan cakap. Supplier yang cakap dan andal tidak hanya menawarkan harga murah, namun memberikan layanan yang efisien dan menawarkan berbagai produk yang berkualitas baik. Supplier yang andal akan merespons customer-nya secara cepat, memberikan jawaban ketersediaan produk, serta melakukan pengiriman dengan tepat waktu. Selain itu, Anda bisa mempertimbangkan penggunaan sistem pembelian untuk memudahkan Anda menemukan supplier yang tepat.


7. Lakukan promosi secara intensif dan kreatif Agar banyak pelanggan mengenal toko baru Anda, pastikan Anda melakukan promosi secara intensif dan kreatif. Promosi bisa dilakukan dengan memberikan potongan harga pada hari pertama toko dibuka atau membagikan voucer dan suvenir untuk pembeli pertama. Manfaatkan penggunaan media sosial untuk untuk melakukan promosi. 8. Catat Setiap Pengeluaran dan Pemasukan Bisnis retail, terutama jenis barang, adalah bisnis yang sangat lekat dengan pengelolaan stok yang ketat, oleh sebab itu penting bagi Anda untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan. Tidak hanya pencatatan keuangan, pencatatan ini juga berlaku untuk stok yang Anda jual. Hal ini dilakukan agar stok Anda tidak menumpuk yang akan menyebabkan kerusakan barang atau kekurangan stok sehingga Anda tidak bisa memenuhi kebuutuhan pelanggan yang secara langsung akan berdampak pada reputasi bisnis Anda. https://accurate.id/bisnis-ukm/pmembangun-bisnis-retail/ J. Faktor sukses menjalankan bisnis ritel Dalam membangun sebuah bisnis, ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis, diantaranya: 1. Lokasi Usaha Faktor pertama yang harus kamu perhatikan adalah lokasi bisnis. Pastikan kamu memilih lokasi yang strategis untuk membangun bisnis ritel kamu. Berikut ini beberapa tips dalam memilih lokasi terbaik untuk membangun bisnis: ➢ Fasilitas Umum Fasilitas umum yang tepat bisa mengundang calon pembeli untuk berbelanja di toko ritel. Misalnya, memilih lokasi bisnis di dekat pusat transit seperti terminal transportasi umum atau stasiun kereta api. ➢ Peraturan atau Perizinan Membuka Usaha Izin usaha ritel juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan pertumbuhan bisnis. Pastikan kamu memilih tempat yang tidak diperebutkan dan semua peraturan yang berlaku kamu patuhi. 2. Lingkungan Toko Kondisi lokasi usaha merupakan salah satu faktor yang memicu keberhasilan usaha ritel. Lingkungan yang ramah bisa menarik calon pembeli untuk mengunjungi toko kamu. 3. Barang Produksi Produksi juga merupakan komponen penting dalam sektor bisnis, seperti bisnis ritel. Kamu perlu memutuskan barang dan jasa apa yang akan kamu jual. Memproduksi sesuatu biasanya merupakan langkah pertama dalam memulai bisnis. Umumnya, hal ini berisi tentang ide produk yang mungkin diperoleh dari berbagai sumber. Tahap paling sederhana adalah membandingkan langsung barang-barang yang sebanding dengan yang akan dipasarkan dengan melakukan studi pasar singkat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan produk yang akan kamu jual. Produksi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam membangun bisnis retail. Jika kamu berencana untuk mendirikan bisnis ritel, pastikan kamu telah memikirkannya dengan matang.


4. Promosi Promosi produk juga merupakan faktor penting dari bisnis ritel. Periklanan merupakan salah satu strategi yang paling efektif untuk melakukan promosi. Periklanan dilakukan dengan memperhatikan kemanjuran dan efisiensinya untuk kamu maupun pengusaha lain yang baru memulai bisnis. Buat kamu yang mencari efektivitas periklanan sebaiknya pilihlah media promosi yang sesuai dengan tipe pasar dari produk yang akan kamu jual. Jika anggaran kamu tidak memungkinkan kamu untuk menjalankan iklan, maka kamu bisa menggunakan media sosial sebagai gantinya. Dan pada tahap awal pendirian usaha sebaiknya faktor biaya juga menjadi bahan pertimbangan dan prioritas agar tidak timbul masalah nantinya. Pastikan produk, lokasi, dan biaya promosi mencukupi. https://www.teknatekno.com/24582/kelebihan-dan-kekurangan-bisnis-ritel.html K. Kesalahan kesalahan bisnis ritel 1. Tidak Mengenal Konsumen dengan Baik Apa yang bisa Anda harapkan dari bisnis ritel apabila Anda bahkan tidak mengenal konsumen dengna baik? Banyak pengusaha ritel yang tidak mau berusaha mengetahui apa keinginan konsumennya sehingga mereka akan menjual produk yang salah. Tidak hanya itu, beberapa pengusaha ritel bahkan menjual produk kepada konsumen yang salah. Bagaimana bisa hal tersebut terjadi? Menjual produk kepada konsumen yang tidak tepat bisa disebabkan karena target market yang tidak sesuai. Sebelum memulai bisnis ritel, Anda perlu menentukan siapa calon konsumen ideal berdasarkan beberapa faktor. Faktor tersebut di antaranya seperti demografis, karakteristik psikografis, dan tindakan perilaku. Anda tidak boleh asal-asalan dalam membidik calon konsumen. Anda justru perlu fokus pada calon konsumen berkualitas yang memiliki potensi untuk membeli produk Anda. 2. Lokasi yang Tidak Tepat Penentuan lokasi sangat berpengaruh pada penjualan ritel Anda. Memilih lokasi yang tidak strategis tentunya akan membuat toko Anda sepi pengunjung. Akan tetapi, memilih lokasi strategis yang sudah dipenuhi oleh banyak ritel yang menjual produk yang sama juga tidak membuat keadaan lebih baik. Kecuali jika produk-produk Anda memiliki lebih banyak keunggulan. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan riset mengenai lokasi-lokasi yang cocok untuk toko Anda. Jika Anda masih ragu untuk membuka toko, Anda bisa menjual produk-produk Anda secara online terlebih dahulu. 3. Strategi Pemasaran Bisnis Ritel yang Kurang Kreatif Bisnis ritel Anda akan bergerak statis jika hanya mengandalkan strategi pemasaran konvensional. Inilah kesalahan bisnis ritel lainnya yang perlu dihindari. Jika menginginkan toko Anda ramai pengunjung, maka Anda harus menjemput mereka. Hal ini bisa dilakukan dnegan membuat versi online dari toko Anda, memasang iklan di mesin pencarian, membuat konten menarik di media sosial, dan masih banyak lagi. Perbanyak prospek yang sesuai target, bangun hubungan yang lebih baik dengan klien dengan bantuan software. 4. Pesan Negatif yang Disampaikan Melalui Iklan dan Produk


Sebagai pengusaha ritel, Anda harus peka terhadap isu-isu sosial untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian pesan. Baik melalui iklan, maupun produkproduk Anda. Tentunya Anda ingin brand dinilai baik oleh konsumen. Maka dari itu, Anda perlu membangun brand image yang positif melalui iklan dan produk yang akan dijual. Pastikan tidak ada unsur-unsur negatif seperti rasisme, seksisme, diskriminasi, kekerasan, atau unsur politik dalam iklan dan produk-produk tersebut. 5. Pengelolaan Inventaris yang Asal-Asalan Manajemen inventaris merupakan salah satu faktor paling penting yang perlu diperhatikan oleh pebisnis ritel. Kesalahan bisnis ritel yang dapat menghambat kelancaran bisnis ialah kelalaian dalam pengelolaan stok. Hal ini menyebabkan Anda perlu memiliki strategi penanganan stok yang baik agar Anda mampu memenuhi permintaan konsumen dan menjaga keuangan bisnis dengan baik. Pastikan bahwa tingkat persediaan produk Anda selalu memadai, tidak kurang, dan tidak berlebihan juga. 6. Berlebihan dalam Melakukan Promosi Meskipun melakukan promosi dapat membantu meningkatkan penjualan, Anda tetap perlu strategi untuk melakukannya. Memberikan diskon yang terlalu sering, harga yang terlalu rendah, dan berbagai macam akan merugikan bisnis Anda. Ingatlah bahwa harga produk yang terlalu murah dapat menimbulkan persepsi yang kurang baik terhadap kualitas produk. Alangkah baiknya, Anda mempelajari terlebih dahulu trik dan tips melakukan promosi yang akan membantu mengoptimalkan penjualan Anda. 7. Manajemen Pelanggan yang Buruk Bukan hanya iklan dan produk dengan pesan negatif saja yang bisa merusak citra bisnis ritel Anda, tetapi juga perilaku karyawan terhadap pelanggan. Sebagai pemilik bisnis ritel, Anda wajib mendidik seluruh karyawan untuk menjadi representative yang baik bagi bisnis, terutama mereka yang berhadapan langsung dengan pelanggan Anda. Anda tidak ingin kan kehilangan pelanggan karena karyawan yang tidak ramah dan tidak peka, bukan? Selain memberikan pelatihan serta menjadi contoh yang baik kepada karyawan, sebaiknya Anda juga menyediakan layanan pelanggan yang fleksibel untuk mengelola keberagaman pertanyaan dan kelugan. Cara ini bisa meningkatkan kepercayaan pelangaan terhadap toko dan Anda pun bisa lebih meingkatkan kualitas layanan maupun produk yang Anda berikan. 8. Menolak Digitalisasi Di era serba digital seperti saat ini, sudah bukan saatnya Anda mengandalkan caracara lama yang sudah tidak lagi efektif dan efisien. Perubahan memang sedikit menakutkan di awal waktu. Akan tetapi, perlu diingat jika perubahan terjadi hanya karena masih ada ruang untuk meningkatkan cara-cara lama. Termasuk cara-cara dalam menjalankan bisnis ritel. Dalam menjalankan bisnis ritel, inventaris dan perkasiran merupakan dua hal yang sangat berpengaruh pada operasional sehari-hari. Dua hal ini pula yang seringkali menghambat. Misalnya, data inventaris yang tidak sesuai antara pencatatan dan jumlah asli, pendapatan harian yang tidak sesuai dengan jumlah pencatatan, atau hambatan-hambatan lainnya. Hal semacam ini masih sering terjadi jika sistem pencatatan masih dilakukan secara manual. https://www.programipos.co.id/blog/kesalahan-bisnis-ritel-yang-perlu-dihindari-agar-andasukses/


L. Penyebab pelanggan meninggalkan bisnis ritel Pernahkan Anda ingin membeli suatu produk, tapi tak jadi karena harus mengantri terlalu lama?. Menunggu terlalu lama memang telah lama menjadi salah satu alasan yang membuat para konsumen kabur. Seperti dikutip dari Inc, Rabu (19/2/2014), para pengusaha kadang tidak memandang usahanya dari kacamata konsumen. Sehingga seringkali pelayanan membuat para konsumen jengah dan memilih membeli produk serupa di tempat lain. Untuk lebih menjaring lebih banyak pelanggan, para pengusaha sebaiknya menghindari hal-hal yang tidak disukai para konsumen. Berikut 5 hal yang harus dihindari para pebisnis karena bisa membuat para konsumen kabur: 1. Membuat konsumen menunggu Dalam menjalankan sebuah bisnis, Anda tentu menghadapi banyak pelanggan. Meski demikian, para konsumen tak akan mau mengerti dan tetap benci menunggu. Menurut sejumlah penelitian, para konsumen akan batal membeli sebuah produk jika dia harus menunggu dalam waktu terlalu lama. Artinya, para pelanggan selalu berharap dapat dilayani sesuai harapannya tanpa banyak membuang waktu. 2. Memberikan pesanan konsumen sesuai yang dijanjikan Memang benar, mengirimkan pesanan konsumen sesuai perjanjian merupakan hal yang tepat dalam berbisnis. Tapi jangan salah, memberikan kejutan lebih dari sekadar yang dijanjikan akan menarik para konsumen untuk datang kembali membeli produk Anda. Berikanlah penawaran-penawaran bonus yang membuat para konsumen tetap bertahan menggunakan produk Anda. Tanpa ada yang spesial, para konsumen akan dengan mudah meninggalkan bisnsi Anda. 3. Penjual sulit dihubungi Waktu adalah uang. Para konsumen tidak suka menunggu para pengusaha untuk menjawab pertanyaannya terkait produk yang dijual. Terlebih lagi, sang pebisnis sulit untuk dihubungi. Hal ini membuat para pelanggan jenuh dan berpaling pada penjual lain. Sebaiknya sediakan fasilitas FAQ (Frequently Asked Questions) pada situs promosi Anda. Sehingga para pelanggan tak perlu repot-repot menunggu jawaban langsung dari Anda. 4. Melakukan penawaran produk secara agresif Para konsumen sangat membenci promosi berulang yang dilakukan para penjual produk. Tak jarang, email atau telepon berisi iklan produk yang sama berdatangan berulang kali dalam sehari. Hal tersebut sangat mengganggu konsumen dan justru membuatnya enggan membeli produk Anda. 5. Merahasiakan sebagian informasi produk Kadang memang para pebisnis harus selektif dalam memilih informasi yang disampaikan pada para calon pembeli. Tapi itu bukan berarti Anda merahasiakan informasi yang seharusnya diterima para konsumen. Yang paling penting, Anda terlihat objektif dalam menyampaikan informasi. Artinya tak hanya keunggulan, Anda juga perlu membeberkan kelemahan dari produk tersebut. https://www.liputan6.com/bisnis/read/830865/5-hal-yang-bisa-bikin-konsumen-kabur


M.Mengubah ancaman menjadi peluang Bagaimana dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM? Tentu jawabnya adalah banyak sekali, terutama menyangkut mengenai harga, baik harga barang atau harga jasa yang akan menyesuaikan atas kenaikan BBM tersebut, dan penyesuaian di sini menuju pada kenaikan harga produk. Dengan adanya kenaikan harga berbagai produk juga berakibat pada perilaku konsumen yang akan menyesuaikan juga anggaran belanja sehari-hari, antara lain mengurangi pembelian, dan belanja seefisien mungkin atau melakukan penghematan pengeluaran biaya anggaran rumah tangga. Dalam bisnis ritel, juga melakukan penyesuaian agar dapat melayani para konsumen dengan harga yang masih terjangkau. Untuk itu diperlukan perencanaan bisnis ritel yang matang. Namun kalau pada akhirnya ga gal pada sebuah rencana, rencana cadangan telah siap untuk dijalankan. Pengusaha yang tangguh adalah yang dapat mengubah berbagai ancaman menjadi sebuah peluang. Oleh karena itu sebelum bertindak untuk mengambil sebuah peluang, harus cermat mengukur dan mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi. Beberapa peluang yang secara umum dapat dimanfaatkan oleh pelaku ritel. Berikut ini beberapa peluang yang secara umum dapat dimanfaatkan oleh pelaku ritel (M.Taufiq Amir, 2004): 1. Bekerja sama dalam hal pembelian dan promosi, baik dengan pemasok barang, pemilik ruangan ritel (pusat belanja), atau jasa perbankan. 2. Bekerja sama dengan pemasok dan pemberi jasa manajemen persediaan dan hak pengembalian barang. 3. Memilih lokasi di tempat kelas dua di mana harganya lebih murah dan gaji karyawan tidak terlalu tinggi. 4. Membeli peralatan bekas atau second hand yang masih bagus kuali tasnya. 5. Menghemat biaya gudang, fokus saja kepada lokasi gudang yang paling murah dan mudah akses pencapaiannya. 6. Lebih memiliki keterkaitan secara vertikal dengan pemasok produsen dan perusahaan distribusi serta berbagai elemen ritel lainnya. 7. Menjalankan usaha patungan dengan produsen barang. https://www.beginisob.com/2022/01/cara-mengubah-ancaman-menjadi-peluang.html N. Mengubah kelemahan menjadi kekuatan Tidak ada orang yang lahir tanpa kelemahan. Kelemahan seseorang mengacu pada semua kualitas diri yang dianggap merusak performa diri mereka sendiri dan bahkan kualitas ini dapat merusak kehidupan seseorang. Selain itu, kelemahan diri sendiri terkadang menimbulkan rasa pesimis. Dan ketika itu terjadi, sulit bagi seseorang untuk move on karena mereka pikir diri mereka benar-benar tidak berharga. Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki kelemahan, itu sangat menyedihkan. Apalagi kelemahan ini bisa menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan membuat tidak mungkin untuk berkonsentrasi pada kegiatan lain. ✓ Berhenti Menyalahkan Keadaan Saat Anda ingin berdamai dengan diri sendiri, cobalah untuk berhenti menyalahkan keadaan. ketika Kamu sering menyalahkan keadaan pada kekuranganmu sendiri, hal itu


membuat kita lupa bahwa kita memiliki banyak kelebihan juga. Jika Anda sering menyalahkan keadaan, Anda akan dipenuhi dengan pikiran negatif yang akan menghalangi Anda untuk maju. Jadi berhentilah menyalahkan keadaan! ✓ Lebih Meningkatkan Terhadap Kemampuan Yang Dimiliki Jika Anda sudah mengetahui kelemahan Anda, Anda harus terus belajar. Belajarlah untuk meningkatkan keterampilan yang Anda miliki dan jelajahi semua pilihan Anda. Kembangkan strategi yang tepat untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Jangan mudah menyerah dan terus belajar. Dengan terus belajar, Anda dapat mengubah kelemahan Anda menjadi kekuatan yang akan bermanfaat bagi Anda di masa depan. ✓ Jangan Membandingkan Proses Kamu Dengan Orang Lain Jangan pernah membandingkan proses Anda dengan orang lain karena setiap orang memiliki proses dan potensi yang berbeda. Jika Anda membandingkan proses Anda dengan proses orang lain, Anda tidak akan pernah merasa percaya diri dengan proses dan kemampuan yang Anda miliki. ✓ Jadikan Kritikan Orang Lain Menjadi Sebuah Motivasi Saat berinteraksi dengan orang lain, kita sering mendapatkan reaksi yang berbedabeda. Salah satunya adalah kritik atas kekurangan kita. Jadi, jangan pernah kita marah dengan kritikan itu selagi tidak menyangkut dengan hal yang dapat merusak nama baik kita, gunakan kritik sebagai cara untuk maju. Gunakan kritik diri untuk memperbaiki diri. ✓ Stop Bersifat Melankolis Berlebihan Apakah kamu termasuk orang yang selalu meratapi kekuranganmu? cobalah untuk berhenti melakukan hal tersebut. Cobalah untuk mengarahkan pikiran Anda ke hal-hal positif dan optimis. Karena orang yang terus menerus mengeluh dan meratapi biasanya selalu fokus pada segala kekurangannya. Mereka tidak ingin melihat bahwa di balik setiap kelemahan ada kelebihan yang bisa disempurnakan. Akibatnya, ia tidak pernah bisa maju dan berkembang. ✓ Selalu Memperbaiki Diri Tanamkan pola pikir yang harus dihadapi setiap orang dalam hidup ini. Tidak ada pencapaian yang abadi, karena masih ada surga di atas surga. Bahkan jika Anda mencoba mengubahnya, hasilnya mungkin tidak seperti yang diharapkan. Misalnya, Anda adalah juara di sekolah selama 2 tahun berturut-turut. Tetapi Anda memiliki sifat yang terlalu pemalu dan paranoid. Anda juga berusaha memperbaiki sikap ini. Tetapi setelah itu Anda menjadi terlalu berani dalam sikap Anda. Perubahan harus dilakukan dengan jelas. Dan proses seperti itu wajar. Jangan pernah malu untuk mengakui bahwa ketika Anda mencoba untuk berubah, hasilnya tidak seperti yang Anda harapkan. https://edoostory.id/story/detail/32007/mengubah-kelemahan-menjadi-kekuatan


BAB II Tipe Bisnis Ritel A. Jenis - jenis Multichanel Ritel Saat ini, konsumen telah menjadi pembelanja multisaluran, dan pengecer harus memahami setiap jenis saluran untuk menentukan nilainya karena beberapa saluran berfungsi lebih baik untuk tahap perjalanan pembeli. 1. Saluran media sosial Platform media sosial adalah cara terbaik bagi orang untuk menemukan produk dan toko baru. Influencer membagikan pengalaman mereka setiap hari, dan postingan bersponsor dapat mendorong lalu lintas, jika bukan penjualan. Situs-situs seperti Facebook, Instagram, dan Pinterest memungkinkan pengguna menandai produk untuk dibeli sebuah tren yang sudah membayar dividen sementara yang lain seperti TikTok dan Twitter menampilkan saluran bermerek yang mengiklankan dan berinteraksi dengan pelanggan. Dengan BigCommerce, Anda dapat meningkatkan kesadaran merek dan mendorong penjualan offline dan online di platform sosial paling populer seperti Meta, TikTok, dan lainnya. Menggunakan kemampuan Feedonomics kami dapat memastikan bahwa cantuman Anda sesuai dengan persyaratan setiap saluran sosial. Dua dari tiga pembeli global telah membeli melalui media sosial dalam satu tahun terakhir. Bahkan jika Anda adalah pengecer atau distributor barang dagangan bermerek, Anda pasti ingin berinvestasi di media sosial untuk terlibat dan membangun hubungan dengan audiens Anda. 2. Situs web dan keranjang belanja Anda Toko web dan keranjang belanja bawaan sangat penting bagi pengecer, terutama karena memungkinkan Anda menyesuaikan dan mempersonalisasi pengalaman berbelanja. Dengan situs web khusus, Anda dapat membuat konten pendidikan untuk menjawab pertanyaan pengguna dan menarik pengunjung baru. Anda juga dapat menggunakan pemasaran email untuk pemeliharaan prospek dan advokasi merek. Membangun situs dan aplikasi yang mobile-friendly dan intuitif sangat penting di dunia modern, memungkinkan bisnis untuk berkembang ke pasar yang lebih luas dan memanfaatkan kebiasaan menjelajah jutaan orang. 3. Perbandingan mesin belanja. Harga dan kenyamanan adalah dua faktor yang paling berpengaruh dalam keputusan pembelian. Mesin telusur adalah bagian dari proses ini, mendorong apa yang dicari pelanggan dan seberapa mudah mereka menemukan apa yang mereka inginkan. Mesin perbandingan belanja seperti Google Shopping, Shopzilla, dan PriceGrabber memahami hal ini, memberikan informasi harga yang cepat dan nyaman kepada pembeli yang mereka inginkan. Sebagai penjual, Anda dapat menawar lalu lintas sebagai bagian dari strategi iklan berbayar Anda, memanfaatkan kenyamanan bawaan yang telah diandalkan oleh pelanggan. Saat Anda menggunakan solusi BigCommerce, Anda mendapatkan akses ke integrasi perusahaan dan platform e-niaga yang canggih , dari Google Shopping hingga Storefeeder, semuanya dengan menekan satu tombol. 4. Pasar


Toko e-niaga online mungkin yang terbaik untuk pembeli dalam tahap pertimbangan dan keputusan di mana pembeli berniat membeli dan sudah memikirkan merek atau produk. Dengan menjual dari vendor pihak ketiga ke konsumen, pasar ini mampu membuat pengalaman membeli yang terpusat, meskipun sederhana. https://idmetafora.com/news/read/2696/Multi-Channel-Retailing-Definition-BenefitsChallenges.html B. Manfaat Multichanel Ritel Toko tradisional dan katalog yang menggunakan beberapa saluran, biasanya menambah dan lebih menekankan pada saluran elektronik mereka untuk lima alasan. Pertama, saluran elektronik memberikan pengecer kesempatan untuk mengatasi keterbatasan saluran utama mereka. Dengan menggunakan kombinasi berbagai saluran, pengecer dapat memenuhi kebutuhan konsumen mereka secara lebih baik, dengan memanfaatkan manfaat dan mengatasi kekurangan dari masing-masing saluran. Misalnya selain menjual menggunakan saluran toko saja, pengecer juga dapat menjual menggunakan saluran internet, saluran internet memungkinkan pengecer untuk menjaga biaya persediaan mereka tetap rendah, dan juga dapat menyediakan informasi real-time tentang ketersediaan stok dan harga barang dagangan kepada pelanggan. Kedua, meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Ketiga, saluran elektronik memungkinkan pengecer untuk mendapatkan wawasan berharga tentang perilaku belanja pelanggan mereka. Saluran elektronik dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana dan mengapa pelanggan merasa puas atau tidak puas dengan pengalaman berbelanja mereka. Dengan menempatkan cookie (program kecil komputer yang dapat mengumpulkan informasi tentang penggunaan komputer) pada hard drive pelanggan, pengecer dapat memonitor setiap klik mouse. Data klik-stream dapat memberikan wawasan seperti apa karakteristik pelanggan, produk yang dipertimbangkan, dan produk apa yang dilihat pelanggan tapi tidak dibeli. Untuk mengumpulkan informasi ini dari toko atau katalog akan cukup sulit; seseorang harus mengikuti pembeli di sekitar toko atau mengamati pembeli melalui halaman katalog. Keempat, dengan menggunakan saluran elektronik atau katalog, pengecer dapat secara ekonomis memasuki pasar baru. Dengan menambahkan saluran internet, pengecer dapat memperluas pasar mereka tanpa harus membangun toko baru. Menambahkan saluran elektronik sangat menarik untuk pengecer dengan nama merek yang kuat tapi memiliki keterbatasan lokasi dan distribusi. Kelima, saluran multichannel memberikan dasar untuk membangun keuntungan strategis. Pengecer multichannel memiliki kesempatan untuk mengembangkan keuntungan strategis atas pesaing single-channel. Sumber daya strategis lain yang dimiliki oleh pengecer multichannel yang efektif adalah pengetahuan yang berhubungan dengan mengintegrasikan beberapa saluran. https://e-journal.uajy.ac.id/8725/3/2EM18860.pdf C. Konsumen Multichanel Ritel Konsumen multi-channel adalah mereka yang berbelanja di tiga atau lebih saluran, seperti brick & mortar stores, katalog, internet, TV home shopping, pemasaran langsung, dan sebagainya. Mereka menghabiskan empat kali lebih banyak sebagai konsumen yang membatasi diri pada satu saluran untuk semua pembelian mereka (Goel, 2006).


Suatu hal yang penting untuk pengecer multi-channel adalah channel pilihan konsumen. Konsumen karena itu dapat bermigrasi antar saluran dan atau pengecer, tergantung pada manfaat belanja mereka. Menangkap daya beli konsumen yang canggih ini merupakan tantangan sulit dan konstan untuk pengecer (Williams dan Larson, 2000). Dalam rangka mempertahankan konsumen dan mengurangi migrasi konsumen ke pengecer lain, pengecer harus menyediakan jenis yang sama pada pengalaman belanja di semua saluran tersebut. Migrasi channel adalah fenomena yang kompleks, dan mengingat bahwa multi-channel ritel adalah proposisi menantang, juga menawarkan pengecer peluang yang besar. Ketika pengecer dapat mengintegrasikan operasi multi-channel secara efektif, mereka mendapatkan cara-cara baru untuk membangun loyalitas di antara konsumen yang ada, bersama dengan potensi untuk menarik konsumen yang baru (Crawford, 2005). Model Proses Keputusan Konsumen berdasarkan Blackwell et al., (2012) menggambarkan proses perilaku pengambilan keputusan konsumen dari pengakuan kebutuhan sampai kepuasan setelah membeli produk. Dalam model ini, ada dua kategori yang mempengaruhi pengambilan keputusan: pengaruh lingkungan dan perbedaan individu. Faktor-faktor ini memainkan peran penting ketika konsumen menghadapi masalah sebelum membeli: apakah akan membeli, kapan harus membeli, apa yang harus dibeli, di mana akan membeli, dan bagaimana cara membayar. Namun, model ini kurang penekanan pada pememilihan sumber pembelian (yaitu di mana untuk membeli) dan tidak menentukan apa perbedaan individu dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen pada pilihan pengecer. Sudah ada penelitian yang telah mempelajari hubungan perbedaan individu dengan pilihan sumber pembelian (misalnya Goldsmith dan Flynn 2005 ; Schoenbachler dan Gordon, 2002). Sebagai contoh, Kanu et al., (2003) menemukan perbedaan yang signifikan antara karakteristik tiga jenis pembeli: pembeli tradisional (yaitu pembeli yang membeli produk dari brick & mortar stores saja), pembeli on-off "switch" (yaitu pembeli yang suka berselancar di Internet dan mengumpulkan informasi secara online, tetapi lebih suka berbelanja offline), dan pembeli online (yaitu pembeli yang suka berselancar di internet, mengumpulkan informasi secara online, dan berbelanja online). Berdasarkan hasil, pembeli tradisional tidak berselancar di internet untuk informasi komparatif, mereka juga tidak mencari barang murah melalui internet. https://e-journal.uajy.ac.id/8725/3/2EM18860.pdf


BAB III Bisnis Ritel Dengan MultiChannel A. Jenis bisnis ritel Jenis-jenis usaha retail dibedakan berdasarkan produk yang dijual, kepemilikan, dan juga lokasi penjualan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya; 1. Berdasarkan Produk yang Dijual Apabila dilihat dari produk yang mereka jual, maka bisnis retail akan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu produk retail yang menyediakan produk atau barang, retail yang menyediakan layanan atau jasa, dan jenis non-store retail yang memanfaatkan suatu media untuk memasarkan produk yang mereka sediakan. Misalnya bisnis retail berupa toko mainan dan juga toko elektronik yang memasarkan produk lebih sedikit dibandingkan pusatnya. Sedangkan untuk contoh bisnis retail yang menyediakan layanan atau jasa yaitu layanan perawatan taman, perbaikan kendaraan, pengasuh anak, dan layanan supir. Sementara untuk non retail adalah vending machine dan berbagai macam toko online yang tergabung ke dalam sistem e-commerce. 2. Berdasarkan Kepemilikan Ada tiga jenis retail berdasarkan kepemilikannya. Pertama yaitu retail mandiri, kelompok usaha, dan waralaba. Untuk retail mandiri biasanya berjalan secara independen tanpa bergantung pada pihak lain. Contoh retail mandiri adalah toko kelontong, ruko, warung, dan lainnya. Sedangkan untuk retail waralaba atau biasa dikenal dengan istilah franchise merupakan jenis retail yang memasarkan produk yang serupa dan biasanya terdiri dari dari perusahaan pusat dan perusahaan turunan. Kemudian yang terakhir yaitu retail kelompok usaha, ini adalah sebuah kelompok perusahaan retail yang saling berkaitan atau terhubung di dalam satu manajemen. Misalnya saja swalayan dan department store. 3. Berdasarkan Lokasi Penjualan Jika berdasarkan pada lokasi penjualan, jenis retail yang satu ini memiliki akses langsung untuk turun langsung ke jalan umum. Contoh dari retail jenis ini adalah retail strip mal atau lahan komersial lainnya. Selain itu, ada juga perbelanjaan atau pusat bisnis yang terbentuk dari kelompok pengusaha retail yang menyediakan produk dan juga layanan di dalam satu bangunan serta kawasan yang sama. https://www.gramedia.com/literasi/bisnis-retail/ B. Ritel produk umum Ritel produk umum merupkaan ritel yang menjual produk yang umum digunakan masyarakat. Contoh ritel produk umum adalah department store, toko khusus, toko diskon, factory outlet, dan drugstore. https://www.kompas.com/skola/read/2021/10/04/133000169/pengertian-ritel-fungsi-jenis-dancontohnya C. Ritel Non Toko Retail berjenis non – toko ini menjual produk atau jasa dengan menggunakan media di luar toko fisik sebagai teknik pemasarannya. Contoh non – store retailing yaitu penjualan yang


dilakukan melalui direct selling, email, vending machine, televisi, dan media elektronik / digital lainnya. https://www.pawoon.com/mengenalbisnisretaildanklasifikasi/#:~:text=Retail%20berjenis%20no n%20%E2%80%93%20toko%20ini,dan%20media%20elektronik%20%2F%20digital%20lainny a. D. Independent Ritels Contoh retail yang juga merupakan usaha retail independen adalah toko-toko, terlepas dari skala usahanya, yang dikelola langsung oleh pemilik retail. Hampir seluruh usaha retail informasi seperti warung atau toko kelontong termasuk dalam usaha retail independen karena hampir seluruh operasional yang dilakukan dalam bisnis tersebut ditangani langsung dan secara mandiri dilakukan oleh pemilik usaha: mulai dari pengadaan barang, pengaturan ketersediaan stok, hingga proses penjualan hariannya. Koperasi termasuk dalam contoh retail independen karena tidak memiliki afiliasi maupun penggabungan dengan toko lainnya. Terlebih, seluruh anggota koperasi juga merupakan pemilik dari koperasi tersebut, menjadikan pengelolaannya sepenuhnya mandiri. https://majoo.id/solusi/detail/pengertian-retail E. Chain Ritels Salah satu masalah besar yang dikhawatirkan oleh setiap pemilik bisnis retail adalah tersendatnya profitabilitas yang diakibatkan oleh ketidaklancaran dalam rantai pasokan barang. Hal ini dapat disebabkan perolehan barang yang terlambat, kekurangan stok, logistik yang tidak berjalan dengan baik, dan lain-lain. Agar hal-hal tersebut tidak terjadi pada bisnis, perlu mengoptimalkan manajemen rantai pasokan/ Supply Chain Management. Berikut ini adalah beberapa tips sederhananya. 1. Jaga Tingkat Stok Barang dengan Baik inventory memainkan peran paling penting dalam rantai pasokan, sebab inventory menentukan tercapainya pemenuhan permintaan konsumen. Menjaga tingkat persediaan akan membantu menjaga kepuasan konsumen. Untuk menjaga agar persediaan barang selalu memadai, terlebih dahulu harus menentukan tingkat minimum persediaan. Pastikan sistem inventory yang digunakan menyediakan informasi low inventory yang mengingatkan bahwa persediaan sudah mendekati batas minimum. Penting sekali bagi Anda untuk mengecek ketersediaan pasokan secara teratur. Oleh karena itu, pastikan bahwa Anda dapat melihat data inventory secara real-time melalui sistem inventory. 2. Bangun Hubungan yang Baik dengan Supplier Manajemen rantai pasokan dalam bisnis retail tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan Supplier. Inilah mengapa penting bagi Anda untuk memiliki hubungan yang baik dengan mereka. Anggap Supplier Anda sebagai partner, karena kedua belah pihak bekerja sama untuk meningkatkan hubungan antara pembeli dan Supplier. Oleh karena itu, pastikan komunikasi dengan Supplier selalu lancar tanpa hambatan. Penting juga untuk membayar seluruh tagihan tepat waktu agar Supplier tetap percaya. Pertimbangkan untuk menggunakan sistem terpusat yang memudahkan Anda mulai dari mengecek tagihan dari Supplier, melihat penawaran, mengirim permintaan dan purchase order, hingga mengirim bukti pembayaran. 3. Tingkatkan Efisiensi Logistik


Dalam bisnis retail juga harus mengevaluasi dan meninjau pengaturan transportasi dengan mitra logistik untuk memastikan proses penerimaan dan pengiriman barang selalu berjalan dengan baik. Penting juga untuk mencari peluang untuk mengimplementasikan perjanjian tingkat layanan (SLA) dengan mitra pengiriman demi meningkatkan tingkat kepercayaan. 4. Gunakan Software ERP Mungkin ini terdengar seperti investasi yang mahal untuk bisnis Anda. Tetapi, mengimplementasikan software ERP sebenarnya akan menjadi keputusan terbaik yang pernah Anda ambil. Apalagi saat ini sudah banyak sekali retailer di Indonesia yang sudah menggunakan solusi otomatis ini. Software ERP untuk retail membantu mengotomatiskan berbagai proses yang memakan banyak waktu dan rentan terhadap error. Mulai dari prediksi permintaan, pengecekan inventory, pembelian barang ke Supplier, pengiriman barang, hingga pengembalian barang. Dengan Software ERP ini, akan dapat memiliki visibilitas yang lengkap dan menyeluruh terhadap rantai pasokan Anda. 5. Minimalkan Risiko Melalui Peninjauan Berkala Penting untuk selalu meninjau ulang prosedur dan kebijakan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas. Ini tidak hanya akan membantu menghindari terhambatnya proses dan memudahkan operasional, tetapi juga mengurangi risiko pencurian dan penipuan. Kunci meminimalkan risiko yang baik adalah kerja sama dengan Supplier Anda. Ini dimulai dengan memilih Supplier yang handal dan kompeten. Selanjutnya, fokus untuk mempersingkat proses perolehan barang dari Supplier dan pengiriman barang ke konsumen. Manfaatkan teknologi sebagai cara untuk menghindari atau memperbaiki keterlambatan. Dengan meninjau proses Anda secara teratur, Anda akan dapat mengetahui masalah apapun secara dini dan bertindak secara proaktif untuk memperbaikinya. https://turboly.com/blog/2021/10/Tips-Mengoptimalkan-Rantai-Suplai-Bisnis-Retail.html F. Franchase Ritel Waralaba ritel adalah strategi perusahaan untuk memperluas bisnis dan mendistribusikan barang dan jasa dengan pihak lain melalui kerjasama dalam bentuk pemberian lisensi atau izin untuk menjual produk tertentu secara eksklusif. Pewaralaba atau franchisee adalah badan usaha atau perorangan yang menerima izin lisensi dengan membayar biaya lisensi dan royalti berkelanjutan kepada pemilik waralaba (franchisor) untuk menggunakan merek, logo, dan sistem bisnis perusahaan yang sudah berjalan, serta hak untuk menjual produk atau jasa dari franchisor dan mendapat layanan bantuan / konsultasi manajemen dari franchisor selama jangka waktu tertentu sesuai perjanjian waralaba yang sudah disepakati. Ada dua bentuk utama waralaba: ➢ Waralaba Merek, di mana pemilik waralaba menjual atau melisensikan hak untuk menggunakan nama perusahaan atau merek produk tertentu. ➢ Waralaba Sistem Bisnis, di mana pemilik waralaba menyediakan berbagai layanan atau produk jasa dan memberikan izin kepada pihak lain atas perjanjian waralaba agar dapat digunakan oleh pihak lain dengan otorisasi penuh. Sering kali, bisnis waralaba menggunakan model hybrid yang menggabungkan kedua bentuk ini. Membuat dan menjalankan bisnis ritel itu memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Pengusaha ritel harus mampu membaca peluang-peluang baru setiap saat untuk menjawab kebutuhan pelanggan, mengubah pola pikir atau mindset agar memiliki jiwa seorang entrepreneur,


memiliki rencana bisnis yang jelas, riset produk atau jasa, membentuk tim yang solid, dan membuat analisis untuk perencanaan strategi pemasaran baik melalui media sosial ataupun menggunakan sistem pendekatan lainya. Dengan pernyataan diatas, itu tidak mengartikan bahwa bisnis waralaba tidak memiliki resiko, karena pada setiap bisnis pasti memiliki tingkat resikonya masing-masing. Tetapi salah satu keunggulan dari bisnis waralaba ketimbang membangun usaha dari awal, adalah waralaba memiliki peluang sukses yang lebih tinggi itu dikarenakan waralaba sudah memiliki merek yang sudah dikenal banyak segmen dan standar operasi yang sudah teruji. Hal ini akan membuat penerima waralaba/ franchisee tidak perlu lagi untuk membuat standar operasi dan promosi gencar untuk mengenalkan produk atau jasa yang akan dijual. Dengan bisnis waralaba, model bisnis, panduan bisnis, dan pelatihan bisnis sudah distandarisasi dan disiapkan oleh franchisor, sehingga franchisee sebagai penerima hak waralaba hanya perlu mengikutinya saja. Maka jika ingin membuka bisnis dengan cepat dan memiliki peluang bisnis bertumbuh, waralaba bisa menjadi pilihan yang tepat. https://turboly.com/blog/2022/07/Apaituwaralabaritel.html#:~:text=Waralaba%20ritel%20adalah %20strategi%20perusahaan,menjual%20produk%20tertentu%20secara%20eksklusif. G. Leased department ( Departemen penyewaan ) Pengertian sewa menurut kamus besar bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2001) adalah pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa, uang yang dibayarkan karena memakai atau meminjamkan sesuatu, yang boleh pakai dengan membayar uang dengan uang. Sedangkan pengertian penyewaan adalah proses, cara, pembuatan menyewa atau menyewakan. Yang dimaksud dengan sewa, yaitu balas jasa atas sewa ruang ruangan dalam keadaan kosong yang dapat ditagih dimuka (pada awal pemakaian mobil) atau dibelakang, sesuai dengan kontrak (perjanjian). (R. Subekti, 1996) Sewa menyewa adalah perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan suatu benda untuk dipakai selama suatu jangka waktu tertentu, sedangkan pihak lainnya menyanggupi akan membayar harga yang telah ditetapkan untuk pemakaian itu pada waktu-waktu yang ditentukan. Sesuai dengan yang dikemukakan R. Subekti, bahwa pihak penyewa memiliki dua kewajiban pokok, yaitu : 1. Membayar uang sewa pada waktunya. 2. Memelihara barang yang disewa itu sebaikbaiknya seolah-olah barang miliknya sendiri. Sewa menyewa seperti halnya jual-beli, adalah suatu perjanjian yang sangat sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, baik jual beli maupun sewa menyewa adalah merupakan suatu upaya yang lazim dipergunakan oleh para warga masyarakat dalam rangka memenuhi kepentingankepentingannya (Noemin S, 1998). https://e-journal.uajy.ac.id/8487/4/TF306169.pdf H. Vertikal Marketing Sistem Sistem pemasaran vertikal (VMS) ini terdiri dari produsen, pedagang besar, dan pengecer yang merupakan satu kesatuan sistem dan mereka saling bekerja sama. Terdapat tiga jenis saluran pemasaran vertikal (VMS), yaitu korporat, administrasi dan kontrak. 1) Vms korporat mengkombinasikan serangkaian tahap produksi dan distribusi di bawah kepemilikan tunggal. Integrasi vertikal dapat dicapai dengan integrasi ke belakang atau ke


depan. Contoh VMS korporat adalah Giant Food Stores yang mengoperasikan fasilitas pembuatan es, pembotolan minuman ringan, dan toko roti dan kemudian memasok ke toko Giant. Jadi mereka membuat dan juga memiliki toko untuk menjual produknya. 2) VMS administrasi, mengkoordinasi serangkaian tahap produksi dan distribusi tidak melalui kepemilikan biasa tetapi lewat besar dan kekuatan salah satu pihak. Jadi produsen yang kuat dapat mempertahankan kerjasama yang kuat sehingga mendapat dukungan dari penjualnya. Misalnya merk Kodak, Gillette adalah contoh produk yang cukup mendominasi pasar. 3) VMS kontrak, merupakan perusahaan independen di tingkat produksi dan distribusi yang berbeda yang melakukan penggabungan program berdasarkan pada suatu perjanjian yang lebih menguntungkan daripada melakukannya sendiri. VMS koorporat ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: jaringan sukarela yang disponsori pedagang besar. Koperasi pengecer dan organisasi franchise sukarela yang disponsori pedagang besar membantu pedagang besar untuk bersaing secara efektif dengan jaringan organisasi yang lebih besar. Koperasi pengecer adalah tempat pembelian produk oleh anggota yang akan memberikan laba sesuai dengan jumlah pembelian. VMS kontrak yang ketiga adalah organisasi franchise. Perkembangan franchise sangat cepat saat ini seperti banyaknya restoran fast food yang berasal dari luar negeri. Franchise ini memiliki tiga bentuk, yaitu franchise pengecer yang disponsori produsen, seperti Ford yang memberikan lisensi pada penyalur untuk menjual mobil. Kedua adalah franchise pedagang besar yang disponsori produsen misalnya coca cola yang memberikan hak pembotolannya yang membeli sari sirupnya untuk dijual ke pengecer lokal. Ketiga franchise pengecer yang disponsori perusahaan jasa. http://websuplemen.ut.ac.id/ekma4216/ekma4216a/modul_2_topik_4.htm#:~:text=Sistem%20pe masaran%20vertikal%20(Vertikal%20Marketing,yaitu%20korporat%2C%20administrasi%20da n%20kontrak. I. Consumer Cooperatif Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM RI selalu berusaha mencari satu cara untuk mengembangkan usaha Koperasi dan UMKM, apalagi di tengah menjamurnya ritel modern yang menyebabkan daya saing ritel tradisional yang rendah semakin tergilas oleh peritel modern masa kini yang dibekali dengan modal besar dan cara kerja efisien. Oleh karena itu dua tahun terakhir ini, pemerintah mencoba membuat gebrakan baru dengan meluncurkan UKM Mart. UKM Mart adalah toko ritel modern berbasis koperasi. UKM Mart ini dijadikan semacam perangsang bagi gerakan koperasi untuk lebih mampu menata kemampuan manajemennya. Pengembangan UKM Mart ini diawali dengan Waserda yang sudah ada di Koperasi difasilitasi dengan dana bantuan agar menjadi minimarket modern berskala UKM. Keberadaan UKM Mart berpotensi membangun jaringan bisnis antargerai UKM Mart dan UKM dengan pemasok. Peningkatan kapasitas usaha Waserda menjadi UKM Mart dengan tagline Koperasi Kita, merupakan respons sekaligus sebagai upaya sistematis, untuk menghadapi dan menanggapi fenomena permasalahan bisnis ritel di Indonesia yang terus berkembang. Program ini diadopsi dari toko-toko ritel modern yang telah eksis di Indonesia, tetapi model yang dikembangkan lebih menonjolkan pemberdayaan kepada lembaga koperasi. UKM Mart membuka diri secara luas terhadap pasokan komoditas lokal dari koperasi dan UKM. Meski demikian, UKM Mart itu tetap diminta mengikuti pola kemandirian, tanpa melupakan aspek profesionalisme dan identitas khas toko ritel koperasi.


Pada setiap pendirian UKM Mart, Kemenkop dan UKM RI memberikan bantuan stimulus antara Rp 51 juta sampai Rp 65 juta kepada setiap pengelola UKM Mart. Dana tersebut dialokasikan untuk memperbaiki infrastruktur dan sarana usaha. Perbaikan yang dimaksud mencakup desain toko agar menyerupai toko ritel modern, yang dilengkapi pendingin ruangan. Juga, pengadaan produk dalam wadah rak, dan dukungan teknologi informasi untuk memperlancar transaksi. Sedangkan pelatihan manajemen yang diberikan kepada pengelola diharapkan bisa memberikan layanan standar toko modern. Sistem pelayanan ritel modern berbasis koperasi diharapkan bisa bersaing dengan toko modern yang lebih dulu eksis. Penampilan toko UKM Mart juga dipulas agar lebih menarik. Sisi keamanan produk juga dijaga, seperti keharusan melengkapi produk dengan keterangan tanggal kadaluwarsa. https://koperasi.kulonprogokab.go.id/detil/91/toko-ritel-modern-berbasis-koperasi-ukm-martmengangkat-derajat-umkm-kulon-progo


BAB IV PERILAKU PEMBELIAN PELANGGAN A. Pengertian Perilaku Pembelian Konsumen Hampir setiap hari kita dihadapkan pada suatu keputusan untuk menentukan pilihan dalam membeli barang. Hal ini yang kemudian ditangkap oleh para pengusaha karena penentuan pilihan sangat memengaruhi keberhasilan produk yang ditawarkan. Industri-industri besar menghabiskan dana yang besar untuk melakukan penelitian untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, dimana mereka membeli, berapa dan bagaimana mereka membeli, kapan mereka dan mengapa mereka membeli. Untuk mendalami lebih lanjut mengenai perilaku konsumen, berikut ini pengertian perilaku konsumen menurut bebrapa ahli: • Menurut Wilkie (1994:14) perilaku konsumen merupakan aktivitas mental, emosi, dan fisik yang berpengaruh pada saat orang memilih, membeli, menggunakan, dan membuang produk dan jasa setelah memuaskan kebutuhan dan keinginannya”. • Loudon dan Bitta (1993:6) perilaku konsumen yaitu proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik seseorang yang mempengaruhinya saat mengevaluasi, menggunakan atau membuang produk dan jasa”. https://www.hestanto.web.id/perilaku-pembelian-konsumen/ B. Jenis Perilaku Pembelian konsumen Sekarang, kita bahas berbagai jenis perilaku konsumen : 1. Perilaku membeli yang kompleks (complex buying behavior) Misalnya, si X ingin membeli laptop seharga Rp40 juta. Tentu X berpikir panjang sebelum memutuskan pembelian. Sebab, produk tersebut jarang sekali dibeli. Belum lagi, harganya relatif mahal. Inilah yang dimaksud dengan complex buying behavior. Sebelum membeli produk, konsumen cenderung berpikir panjang. 2. Perilaku membeli yang mengurangi perbedaan (dissonance-reducing buying behavior) Saat punya perilaku ini, mengutip Britannica, konsumen akan sangat terlibat dalam proses pembelian. Akan tetapi, mereka kesulitan menentukan perbedaan antarmerek. Nah, kesulitan ini disebut dengan disonansi atau mengurangi perbedaan. Supaya lebih jelas, Glints akan memberikan contoh. Misalnya, kamu ingin membeli penggorengan. Menurutmu, tak ada perbedaan antara merek penggorengan A, B, C, dan D. Padahal, keempatnya punya sedikit titik beda. Inilah yang disebut dengan disonansi. 3. Perilaku membeli yang telah terbiasa (habitual buying behavior) Misalnya, si Y ingin membeli sampo. Y telah terbiasa membeli sampo merek E, dan tidak ingin melirik merek lainnya. Dapat disimpulkan, dalam kasus ini, Y memiliki habitual buying behavior. Ia tak banyak terlibat saat mencari produk. Pemilihan merek cenderung didasarkan kebiasaan. Dengan begitu, keputusan pembelian tidak dipengaruhi oleh loyalitas ataupun campaign dari produk yang dibeli. Ini tentu berbeda dengan dissonance-reducing buying behavior. Dalam habitual buying behavior, konsumen tak benar-benar terlibat dalam pemilihan merek. Mereka membeli sesuatu hanya karena kebiasaan. Sementara itu, dalam dissonance-reducing buying behavior, konsumen terlibat dalam pemilihan produk. Mereka tak sekadar membeli karena terbiasa. Akan tetapi, mereka kesulitan menemukan perbedaan antarmerek yang ada. Nah, biasanya, habitual buying behavior muncul saat konsumen membeli barang pokok.


4. Perilaku mencari keragaman produk (variety seeking behavior) Pada tipe ini, konsumen membeli produk yang berbeda. Akan tetapi, ini dilakukan bukan karena mereka tidak puas dengan produk sebelumnya. Perilaku tersebut didasari oleh motivasi untuk mencari variasi dari produk yang telah mereka miliki. https://glints.com/id/lowongan/perilaku-konsumen/#.ZDQZI3ZBzIU C. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Kotler dan Amstrong, konsumen akan melalui lima tahap proses keputusan pembelian, yakni: 1) Pengenalan kebutuhan 2) Pencarian informasi 3) Evaluasi alternatif 4) Keputusan pembelian 5) Perilaku pasca pembelian. Berikut penjelasannya: • Pengenalan kebutuhan Menurut Purboyo, dkk dalam buku Perilaku Konsumen (Tinjauan Konseptual dan Praktis) (2021), pengenalan kebutuhan adalah tahapan di mana konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Konsumen merasakan timbulnya perbedaan antara keadaan nyata serta keadaan yang diinginkannya. Dalam tahap ini pula, konsumen akan membedakan kebutuhan serta keinginannya. • Pencarian informasi Dilansir dari buku Consumer Behaviour in Era Millenial (2018) karya Yossie Rossanty, dkk, pencarian informasi dilakukan saat konsumen memandang bahwa kebutuhannya bisa dipenuhi dengan membeli serta mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan berupaya mencari informasi yang tersimpan dalam ingatannya (pencarian internal) serta mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). • Evaluasi alternatif Adalah proses evaluasi pilihan produk dan merek sesuai keinginan konsumen. Pada tahapan ini, konsumen akan membandingkan berbagai merek pilihannya, yang dapat memberi manfaat dan mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. • Keputusan pembelian Setelah melewati berbagai tahap, konsumen akan menentukan sikap dan mengambil keputusannya apakah akan membeli atau tidak. Jika memilih membeli, konsumen akan dihadapkan pada beberapa alternatif pengambilan keputusan. Mulai dari produk dan merek, hingga penentuan kuantitas serta waktu pembeliannya. • Perilaku pasca pembelian Proses keputusan pembelian yang paling terakhir ini menggambarkan apakah sebuah produk atau perusahaan bisa membentuk konsumennya menjadi loyal atau tidak. Baca juga: Disonansi Kognitif dalam Perilaku Konsumen Hal ini bisa terlihat dari perilaku pascapembelian konsumen. Misalnya, apakah konsumen merasa puas atau tidak dengan produk yang dibelinya, dan apakah konsumen akan melakukan pembelian ulang atau tidak. https://www.kompas.com/skola/read/2022/02/11/120000069/tahap-proses-keputusan-pembeliankonsumen


BAB V STATEGI RITEL A. Pengertian Bisnis Ritel Bisnis ritel atau pedagang eceran adalah sebuah bisnis yang menjual barang atau jasa secara langsung kepada konsumen untuk dikonsumsi secara pribadi dan tidak jual kembali (cukup untuk penggunaan pribadi saja). Menurut salah satu ahli bernama Sopiah & E.M. Sangadji, ritel dapat diartikan sebagai kegiatan penjualan barang atau jasa sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Adapun penjelasan lainnya terkait definisi ritel menurut para ahli tertuang dalam penjelasan berikut ini. • Barry R. Berman dan Joel R. Evans Berman dan Evans memaparkan jika yang dimaksud dengan ritel adalah aktivitas bisnis yang erat kaitannya dengan pemasaran produk dengan tujuan akhir barang dan jasa yang ditawarkan bisa sampai ke konsumen dan digunakan untuk diri sendiri maupun memenuhi kebutuhan rumah tangga. • Philip Kotler Menurut Kotler, ritel adalah serangkaian proses penjualan barang dan jasa secara satuan (eceran) untuk bisa sampai ke tangan konsumen dan dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. • David Gilbert Sedangkan Gilbert berpendapat bahwasannya, ritel adalah semua upaya yang dilakukan untuk dapat memuaskan konsumen tingkat akhir mulai dari mengerahkan keahlian pemasaran sampai dengan jasa atau pelayanan. Dari penjelasan yang ada, secara gamblang bisnis ritel dapat didefinisikan sebagai usaha yang menjual jasa dan barang eceran (satuan) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan harian masyarakat dan tidak untuk diperjualbelikan kembali. https://www.bfi.co.id/id/blog/apa-itu-bisnis-ritel B. Konsep Pemasaran Ritel Perdagangan ritel adalah suatu kegiatan menjual barang atau jasa kepada seseorang untuk keperluan diri sendiri, keluarga, maupun dalam berumah tangga (Berman, 2001). Retailer adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang terutama kekonsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis (Stanton, 1991). Menurut Gilbert (2003, p.14), ritel adalah setiap usaha yang mengarahkan upaya pemasarannya ke arah memuaskan pelanggan berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai sarana distribusi. Dalam saluran distribusi, ritel memegang peranan penting yaitu sebagai penghubung antara konsumen dan produsen dimana memiliki karakteristik yang berbeda. Ritel diharapkan dapat meningkatkan efisiensi bagi pemasok serta meningkatkan nilai barang yang dijual melalui peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen. Retailer tentunya memiliki kesempatan dan posisi yang ideal untuk membangun pengalaman positif untuk konsumen (Schmitt, 2003, p.36). Menurut Berman (2003), karakteristik dalam suatu bisnis ritel yang membedakannya dengan ensitas bisnis lain yaitu :


a. Kuantiti yang kecil, yaitu partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikomsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu. b. Impulse buying, yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses belanja konsumen. c. Kondisi toko, yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko. https://malianariska26.wordpress.com/konsep-pemasaran-ritel/ C. Karakteristik Ritel Dengan memahami karakteristik ini, kamu dapat membayangkan strategi apa yang akan kamu gunakan pada bisnis kamu. Saat bisnis kamu telah berjalan nantinya, kamu bisa membuat perubahan dan penyesuaian. Berikut beberapa karakteristik bisnis ritel yang harus kamu ketahui. 1. Menjual Barang dalam Jumlah Satuan Karakteristik bisnis ritel yang pertama adalah menjual produk atau barang dalam jumlah satuan. Salah satu strategi yang harus diperhitungkan pengecer atau peritel yaitu memasang harga yang bersaing. Tidak lupa melakukan berbagai teknik promosi agar bisnis ritelnya menjadi langganan banyak orang serta memastikan stok tersedia. 2. Berhadapan Langsung dengan Konsumen Karakteristik bisnis ritel selanjutnya yaitu pelaku bisnis ini akan berhadapan langsung dengan konsumen. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kamu adalah ujung tombak penjualan dan menjual produk ke konsumen akhir. Maka. kamu harus memikirkan strategi marketing mutakhir untuk menarik konsumen. Dalam bisnis ritel, kamu memerlukan sistem pembayaran produk yang cepat dan mudah. Kamu harus menentukan harga yang bersaing dengan peritel atau pengecer lainnya. Banyak ritel lain pula yang memberikan layanan ekstra seperti membuka toko online, poin, dan lain-lain. 3. Menyediakan Berbagai Produk Sebab ritel menjual barang dengan sistem ecer atau satuan, maka barang yang disediakan pun beragam. Hal itu ditujukan agar konsumen dapat belanja segala kebutuhannya dalam satu waktu dan satu tempat. Kamu dapat memilih jenis bisnis ritel apa dan pilihan produk yang ingin kamu kembangkan. https://koinworks.com/blog/apa-itu-bisnis-ritel/ D. Jenis - Jenis Bisnis Ritel Jenis bisnis ritel dibagi ke berdasarkan produk yang dijual, kepemilikan, dan yang terakhir berdasarkan lokasi penjualan. Mari kita simak penjelasan lengkapnya di uraian berikut ini. 1) Berdasarkan Produk yang Dijual Jika diklasifikasikan berdasarkan produk yang dijual, ritel memiliki 3 kategori berbeda. • Ritel yang Menjual Barang (Product Retail) Ritel yang satu ini berfokus pada penjualan produk tertentu. Salah satu contohnya bisnis thrift shop yang khusus menjual baju-baju preloved (baju bekas). • Ritel yang Menawarkan Jasa (Service Retail) Selain barang, ada juga jenis ritel yang berfokus menawarkan jasa. Misalnya usaha bengkel motor yang kehadirannya cukup penting mengingat jumlah pengendara motor di Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi.


• Ritel yang Menjual Barang dengan Media Tertentu (Non-Store Retail) Tidak semua ritel menggunakan tenaga manusia sebagai ujung tombak kesuksesan penjualan. Ada juga jenis ritel yang menggunakan mesin untuk menawarkan produk yang mereka miliki. Misalnya barang-barang yang dijual dalam vending machine. Selain lebih praktis, para konsumen pun bisa lebih leluasa untuk memilih produk yang mereka inginkan. 2) Berdasarkan Kepemilikan Berdasarkan kepemilikannya, ritel dibagi menjadi 3 jenis. Diantaranya yaitu ada ritel mandiri, ritel waralaba, dan ritel kelompok. • Ritel Mandiri Sesuai dengan namanya, ritel jenis ini bergerak secara mandiri dimana operasional yang berlangsung tidak bergantung pada pihak lain. Contohnya yaitu toko kelontong, warung sembako, dan ruko. • Ritel Waralaba (Franchise) Ritel jenis ini memasarkan produk yang serupa dengan perusahaan pusat dimana pemilik bisnis franchise tidak perlu memulai usaha yang ada dari nol. Cukup dengan mengikuti aturan main dari pihak pusat serta membeli hak milik sesuai kesepakatan. 3) Berdasarkan Lokasi Penjualan Selain 2 hal di atas, ritel juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat berjualan. Dimana terdapat banyak penjual dalam 1 tempat yang menawarkan beraneka ragam kebutuhan, mulai dari barang sampai dengan jasa. Contohnya yaitu ritel strip atau sebutan lainnya lahan komersial. 4) Berdasarkan Skala Usaha Banyak jenis ritel yang ada menjadikan ritel terbagi menjadi 2 skala berbeda yaitu ritel skala besar dan skala kecil. • Ritel Skala Besar Ritel jenis ini menjual barang dengan skala besar atau banyak. Umumnya ritel ini menjual berbagai pilihan produk yang cukup lengkap dan banyak pilihannya. Contohnya yaitu toko serba ada, department store, chain store, dan lain-lain. • Ritel Skala Kecil Ritel jenis ini cenderung menawarkan produk dalam jumlah terbatas. Adapun contohnya yaitu pedagang kaki lima, pedagang keliling, kios, dan penjual tidak tetap. https://www.bfi.co.id/id/blog/apaitubisnisritel#:~:text=Berdasarkan%20kepemilikannya%2C%0r itel%20dibagi%20menjadi,ritel%20waralaba%2C%20dan%20ritel%20kelompok. E. Faktor Sukses Menjalankan Bisnis Ritel Kesuksesan jalannya usaha sangat bergantung pada beberapa faktor pendukung. Adapun faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan bisnis ritel adalah lokasi strategis hingga suasana tempat usaha. Berikut ini penjelasan lengkapnya. ▪ Lokasi Usaha Faktor utama yang wajib diperhatikan dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis ritel adalah lokasi tempat usaha. Berikut ini beberapa cara untuk memilih lokasi yang tepat. ▪ Fasilitas umum Fasilitas umum yang memadai dapat menjadi pendorong minat calon pembeli untuk berbelanja di toko ritel. Misalnya, lokasi memilih lokasi yang berada di dekat sarana transportasi, baik itu terminal angkutan umum ataupun stasiun kereta. ▪ Peraturan/perizinan


Perijinan bisnis ritel adalah salah satu faktor penting dalam kesuksesan kegiatan usaha. Pastikan untuk memilih lokasi yang bukan sengketa dengan mempertimbangkan beberapa peraturan berlaku. ▪ Harga yang Tepat Selanjutnya, faktor pendukung dari bisnis ritel adalah penetapan harga. Jika suatu toko menawarkan produk dengan harga tinggi, maka calon konsumen akan berpindah ke toko lain yang memiliki harga lebih rendah. Namun, penentuan harga terlalu murah pun dapat mengakibatkan sedikitnya perolehan keuntungan. ▪ Suasana Toko Komponen lain sebagai pendorong majunya bisnis ritel adalah keadaan tempat usaha. Suasana yang nyaman dapat mendorong minat calon pelanggan untuk datang ke toko Anda. Misalnya, memasang musik kekinian maupun mengatur lighting toko. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/11/11/bisnis-ritel F. Penyebab Pelanggan Tinggalkan Bisnis Ritel 1) Salah menentukan harga Selain harga pokok produk, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan harga, yaitu pasar, rantai distribusi, dan persaingan. Pasti kan kita menghitung betul, berapa harga pokok pro duk kita. Pertimbangkan juga berapa pesaing kita menjual produk yang sama, apakah lebih mahal atau sebaliknya. Kita juga perlu memperhatikan rantai distribusi, tentunya kita bisa memberi harga yang lebih murah jika membeli langsung dari pabriknya, atau dari vendor ataupun dari distributor. Dan yang tidak kalah penting, sejauh mana pelanggan mau membeli produk kita, dengan harga yang kita patok. Penentuan harga yang salah, tentunya bisa membuat pelanggan malas untuk kembali datang ke toko kita. Meski, faktanya harga bukan menjadi satu-satunya faktor penentu, apakah pelanggan akan loyal ataukah tidak. 2) Buruknya pelayanan Terkadang kita tidak bisa menghindari pelanggan yang rewel. Seba gus apa pun produk yang kita jual, atau sebaik apa pun kita mem berikan pelayanan, masalah pelanggan yang rewel ini tetap akan muncul. Bagaimana menghadapinya? Setidaknya kita harus tetap tenang, biarkan pelanggan menyampaikan keluhannya, dengarkan baik-baik, pastikan kita menanyakan apa yang membuat dia marah. Dengan mendengarkan keluhannya, setidaknya dia tahu bahwa kita peduli betul dengan masalah yang dia hadapi. Sehingga, dia bisa lebih tenang, dan kita bisa mencarikan solusi yang tepat dengan sikap yang tetap sopan. 3) Suasana toko yang kurang mendukung Image sebuah toko adalah segalanya. Kita perlu memperhatikan bagaimana keseluruhan penataan toko. Bayangkan saja ketika kita belanja di sebuah toko yang lantainya ataupun langit-langit yang jelek, lorong yang sesak, musik yang ter lalu keras, atau persediaan keranjang belanja kurang, dan masih banyak lagi. Pastikan kita menciptakan suasana belanja yang benar benar nyaman, sehingga membuat pelanggan kita betah. 4) Tidak mengetahui persaingan Selama proses perencanaan bisnis, kita perlu memahami bagaimana peta per saingan yang ada. Termasuk memahami strategi pemasaran, strategi penentuan harga, manajemen, serta tahu siapa yang menjadi pesaing kita. 5) Kurang memahami produk yang dijual


Tentunya akan sangat susah bagi kita untuk menjual sebuah produk ataupun jasa, jika kita sendiri tidak menguasai produk tersebut. Kita tidak bisa menunjukkan apa manfaat produk tersebut untuk pelang gan. Bagaimana mungkin kita bisa membujuk pelanggan untuk membeli, salah-salah malah pelanggan kita menjadi ragu-ragu. https://www.beginisob.com/2022/01/apa-saja-penyebab-pelanggan.html


BAB VI LOKASI BISNIS RITEL A. Beberapa Hal Yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Menentukan Lokasi 1. Dekat dengan target market. Pastikan siapa target pasar produk Anda, apakah untuk kalangan tertentu, umur tertentu, atau mungkin lebih spesifik lagi. Satu nilai tambah untuk toko Anda, bisa menjangkau market lebih dekat, sehingga pelanggan lebih mudah untuk mengunjungi, lebih hemat waktu serta biaya bagi pelanggan. 2. Gampang terlihat Bisnis ritel, apalagi distro fesyen, lokasi yang strategis dan gampang dilihat, akan sangat memudahkan menarik pelanggan dan meminimalisir biaya promosi. Apalagi ditambah dengan papan nama yang mencolok, unik sekaligus eye catching. 3. Traffic Arus lalu lalang orang atau kendaraan. Untuk konsep toko atau distro yang menganut konsep independent store (berdiri sendiri di luar komplek pertokoan, pusat perbelanjaan, mal),kepadatan arus akan berpengaruh terhadap jumlah pengunjung toko. 4. Akses Penting juga di perhatikan arus lalu lintas apakah satu arah atau dua arah, apakah letak toko kita ada pada sisi arah orang pulang beraktivitas atau arah berangkat. Bagaimana pelanggan mudah mengakses menuju toko kita, apakah ada median jalan sehingga perlu memutar balik apabila menggunakan kendaraan. 5. Sharing area atau monopoli area Pertimbangan pemilihan lokasi seperti ini, sama sama mempunyai resiko. Sharing area adalah lokasi yang kita pilih dengan alasan di lokasi tersebut sudah ada toko sejenis atau kompetitor. Otomatis resiko memilih lokasi seperti ini berarti kita sudah siap untuk berkompetisi dalam segala hal. Keuntungan kita masuk di area jenis ini adalah sudah pasti ada market, tidak perlu mensurvei lagi, selain itu kita tidak perlu mengedukasi pasar lagi. Sedangkan Monopoli area adalah lokasi yang benar2 belum ada pesaing dengan resiko kita harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mempromosikan toko kita, perlu usaha, waktu dan biaya. Akan tetapi karena kita sendiri ada di area tersebut, maka kita akan lebih leluasa untuk menetapkan harga, menikmati margin karena relatif tidak ada kompetitor. 6. Biaya sewa Lokasi toko yang strategis otomatis mempunyai harga sewa yang tinggi. Bagaimana kalau selisih harganya dengan lokasi lain yang kurang strategis cukup besar ? Sepanjang selisih harganya masih tertutupi dengan potensi yang akan didapat, lebih baik memang memilih tempat yang strategis walaupun harga akuisisinya lebih mahal. 7. Legalitas Aspek legal wajib diperhatikan. Jangan sampai mengabaikan hal ini karena akan terlalu beresiko apabila kita sudah memutuskan memilih lokasi tetapi di kemudian hari bermasalah dalam hal perijinan, regulasi kawasan serta lingkungan sekitar. 8. Lingkungan sekitar Jenis usaha di kanan-kiri toko kita akan sedikit berpengaruh terhadap imej dan tidak langsung mempengaruhi minat kunjungan pelanggan. Contoh: distro akan lebih cocok di deretan usaha


warnet, game, cafe terlalu memaksakan diri apabila samping distro ada bengkel motor, toko bangunan. https://brainly.co.id/tugas/13150756 B. Tahapan Memilih Lokasi Ritel Ada 3 tipe lokasi dasar yang dapat dipilih oleh ritel, yaitu: 1. Shopping Centers (Pusat Belanja) • Istilah Shopping Center sudah dikenal sejak awal tahun 1950an • Shopping Centers merupakan grup ritel dan bisnis lain yang direncanakan, dibangun, dimiliki dan dimanage sebagai satu kepemilikan. • Bentuk Shopping Centers ada 2 yaitu: 1. Strip Shopping Centers Yaitu shopping centers yang umumnya mempunyai tempat parkir langsung di depan toko. Canopy terbuka membuat mudah akses ke toko, namun kelemahannya tidak mempunyai area jalan yang menghubungkan dengan toko lain. 2. Malls: Yaitu shopping centers yang menyediakan area parkir di tempat terpisah dari toko (terpencil) dan pelanggan akan berjalan untuk menuju toko. Mall memilki ruas jalan yang diapit toko (berhadapan) untuk dilalui konsumen 2. City or Town Location (Ritel di Kota Besar) • Sekalipun shopping center ini berada di kota besar, lokasi ritel ini bertipe tidak direncanakan, dimiliki banyak pemilik, dan mempunyai akses langsung dari jalan • The Central Business District merupakan area bisnis tradisional yang berada dikeramaian kota dalam suatu kota besar. • Area tersebut banyak dilalui orang selama jam-jam bisnis berlangsung dan di saat orang-orang pergi ke area tersebut untuk bekerja. Disana terdapat transportasi umum dan lalulintas pejalan kaki yang tinggi. • CBD yang sukses adalah yang dekat dengan area yang berpenduduk besar. 3. Freestanding Location • Freestanding Sites merupakan lokasi yang tidak terhubung dengan ritel yang lain, sekalipun banyak yang lokasinya dekat dengan mall. Ritel pun dapat memilih tempat dilokasi nontradisional seperti airport atau lokasi lainnya http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319413/pendidikan/MODUL+RETAIL++PEMILIHAN+LO KASI+RITEL.pdf C. Pemilihan Pasar Sebelum memulai usaha sangat penting bagi para pebisnis untuk mengenali secara jelas potensi, segmentasi dan target pasar yang akan menjadi sasaran utama yang menjadi pondasi dasar membangun sebuah bisnis. Tentunya, strategi pemasaran yang baik dapat dilakukan dengan menentukan target pemasaran. Target pemasaran merupakan suatu kegiatan pengelompokkan masyarakat berdasarkan segmentasi pasarnya. Dari hasil segmentasi tersebut maka akan diperoleh data-data yang kemudian dapat menentukan segmentasi mana yang paling sesuai dengan karakteristik usaha yang sedang dibangun. Penentuan target pasar dapat membantu dalam mengarahkan kegiatan pemasaran kepada kelompok dengan karakter konseumen tertentu.


Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu bagi para pebisnis dalam menentukan target pasar yang hendak dituju, di antaranya sebagai berikut : 1. Lokasi Lokasi adalah salah satu faktor ketika menentukan target pasar dengan segmentasi geografis. Perlu diingat bahwa tidak semua produk bisa dijual ke mana saja. Misalnya bisnis kuliner. Anda bisa menjualnya ke seluruh Indonesia secara online. Namun berbeda jika bisnis Anda adalah laundry atau jasa pencucian mobil, tentu target pasar akan terbatas pada wilayah tertentu saja. Setidaknya, Anda hanya bisa menentukan jaraknya saja. 2. Demografi dari calon konsumen Demografi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan dinamika penduduk. Hal ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Jika mengetahui demografi dari calon pembeli, tentu Anda akan mengetahui seberapa besar target pasar dan pendekatan pemasaran apa yang paling tepat untuk dilakukan. Misalnya bisnis mainan anak-anak. Meskipun tujuan dari pemasaran produk adalah para orang tua, konten promosi yang Anda buat akan mencerminkan dunia anak, baik dari sisi desain, pemilihan warna, jenis huruf yang digunakan dan cara penyampaiannya. 3. Kebiasaan Calon konsumen Dengan mempelajari kebiasaan calon pembeli, Anda tidak hanya mampu menentukan produk apa yang ingin diciptakan namun juga waktu yang tepat untuk memasarkannya. Misalnya jika Anda berbisnis kue dan konsumen cenderung membeli produk yang terjangkau, Anda bisa membuat produk dalam kemasan ekonomis. Lalu, seluruh kegiatan promosi yang dilakukan berfokus pada sisi ekonomis dan harga yang ditawarkan tersebut. 4. Daya Beli Konsumen Sebagian besar konsumen sangat memperhatikan harga sebuah produk sebagai pertimbangan utama. Namun, tidak semua bisnis menuntut pada kualitas produk yang ditawarkan. Salah satu contohnya adalah wedding organizer, atau jasa perencanaan pesta pernikahan. Untuk memastikan momen istimewanya berjalan sempurna, banyak orang menggunakan jasa wedding organizer dibandingkan merencanakannya sendiri. Alasannya, pengalaman dan ketepatan dalam mengatur rangkaian proses menjadi kunci. Tidak mengherankan konsumen rela mengeluarkan uang untuk mendapatkan pelayanan terbaik. Oleh sebab itu, jika menggeluti bisnis serupa, pastikan Anda jeli dalam menentukan harga terbaik dari jasa yang ditawarkan, termasuk menyediakan berbagai pilihan paket untuk target pasar yang berbeda. https://stekom.ac.id/artikel/ketahui-faktor-apa-saja-yang-menentukan-target-pasar D. Analisis Area E. Tipe Lokasi Ritel Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, merchandise dijual oleh pramuniaga yang sama banyak dan sama-sama memiliki keterampilan, bahkan sama-sama memiliki setting /ambience yang bagus. Beberapa jenis gerai yang berbeda seperti supermarket, variety store/depatment store, toko fashion dapat menetapkan lokasi, berkumpul dalam suatu area perdagangan ritel; seperti mal atau pusat bisnis. Masing-masing mendapatkan pembeli dari segmen yang sesuai incaran mereka. Hal ini dimungkinkan setelah masing-masing peritel mempelajari karakteristik mal atau pusat


perbelanjaan yang bersangkutan dari berbagai aspek seperti luas dan kepadatan wilayah/area yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk, luas mal/pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas, sarana transportasi umum, dll. Berbagai faktor tersebut akan mendatangkan informasi tentang banyaknya kunjungan masyarakat ke mal setiap harinya dan perkiraan belanja. Beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran terkait dengan penetapan lokasi ritel adalah sebagai berikut: • Lokasi merupakan hal yang kritis dalam bisnis ritel, meliputi pemilihan terhadap wilayah perdagangan untuk bisnis tersebut dan di mana tepatnya bisnis tersebut akan dijalankan. • Ukuran toko pada suatau lokasi tertentu, yang dimaksud dengan ukuran adalah besar dan bentuk toko yang dapat memaksimumkan produktifitas tempat yang ada. Hal ini penting dilakukan, kadang ritel dihadapkan pada pilihan lokasi yang strategis, namun luas area untuk toko tidak mencukupi (sempit) • Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual; luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang; serta suasana di sekeliling toko. Keputusan menentukan lokasi dapat berubah karena ritel juga harus melakukan investasi substansiil, seperti melakukan pembelian dan pengembangan untuk tokonya, atau menyewa secara jangka panjang kepada para pengembang. Seandainya ditempatkan di mall atau daerah pusat bisnis, menguntungkan bagi ritel karena strategi bersaingnya lain tidak mudah ditiru, sebab ada batasan penempatannya. Ritel mempunyai 3 tipe dasar lokasi yang bisa dipilih : 1. Pusat perbelanjaan 2. Lokasi di kota besar atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil 3. freestanding (bebas) https://www.uc.ac.id/manajemen-ritel-modern-menggunakan-retail-mix/ F. Hal Yang Perlu Dipertimbangkan Banyak di antara kita yang ingin menjadi seorang pengusaha. Namun, tahukah Sahabat Wirausaha, tak sedikit juga yang akhirnya gulung tikar bahkan belum genap satu tahun mendirikan usaha. Hal tersebut bisa dikarenakan kurangnya persiapan yang matang dalam merencanakan mendirikan usaha. Misalnya tidak mempertimbangkan hal-hal yang cukup penting namun mungkin dianggap hal sepele. Nah, kira-kira apa saja ya, hal-hal yang patut dipertimbangkan sebelum Sahabat Wirausaha membuka bisnis baru? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, langsung saja kita simak penjelasan berikut. 1. Jenis Badan Usaha Sebelum Sahabat Wirausaha memulai bisnis baru, alangkah baiknya nih Sahabat Wirausaha tahu jenis badan usahanya dulu. Nah, secara umum, ada beberapa jenis badan usaha yang bisa Sahabat Wirausaha pertimbangkan. Berikut penjelasan singkatnya. • Perusahaan Perseorangan: Ini bisa menjadi pilihan jika Sahabat Wirausaha ingin menjadi pemilik tunggal usaha tersebut. Sahabat Wirausaha berhak atas semua laba, namun Sahabat Wirausaha juga harus siap dengan segala resiko yang akan terjadi. • Persekutuan Komanditer/CV: Nah, mungkin Sahabat Wirausaha tidak asing lagi mendengar “CV”. Pada dasarnya, tipe usaha ini menawarkan fleksibilitas dalam menjalankan sebuah kemitraan, jadi akan ada mitra aktif yang mana terlibat aktif dalam


pengelolaan usaha dan ada juga mitra pasif yang mana hanya berpartisipasi menanam modal. • Perseroan Terbatas/PT: Tipe ini merupakan jenis usaha yang paling umum, yang mana memiliki struktur yang lebih jelas. Para pemilik modal juga tidak memiliki kewajiban dalam pengelolaan dan melibatkan harta pribadi. Namun dalam pendirian badan usaha ini, umumnya akan membutuhkan persiapan yang lebih matang. 2. Sumber Pendanaan Berbicara modal, mungkin ada di antara Sahabat Wirausaha yang ragu untuk membuka bisnis baru ketika yang ditanya adalah modal. Dari mana nih modalnya? Nah, modal awal sebenarnya bisa berasal dari gaji yang disisihkan atau yang di dapatkan dari sumber lainnya. Tapi gimana nih, kalau tidak punya modal sama sekali? jika tidak punya dana cash sama sekali, maka Sahabat Wirausaha bisa mencoba menjadi reseller produk orang lain terlebih dahulu. Nah, dari komisi atau keuntungan yang didapatkan dikumpulkan sedikit demi sedikit sehingga tercapai modal yang cukup untuk memulai usaha. Dalam hal ini, Sahabat Wirausaha perlu sikap disiplin untuk menyisihkan penghasilan demi modal usaha. Alternatif lainnya adalah mengajak teman atau saudara untuk menanamkan modalnya pada usaha yang hendak dirintis. Atau bisa juga membuat usaha patungan, dengan modal patungan dalam persentase tertentu. Intinya sumber modal penting untuk diperhatikan. Apakah berasal dari uang pribadi, investor, waralaba, atau uang pinjaman. 3. Kompetitor Selain jenis badan usaha dan modal, keberadaan pesaing juga perlu untuk Sahabat Wirausaha pertimbangkan sebelum membuka usaha. Karena dengan memiliki pengetahuan tentang pesaing, maka Sahabat Wirausaha dapat merencanakan strategi bisnis dengan lebih baik dan menemukan celah yang bisa dijadikan inovasi dalam usaha nantinya. Melalui pesaing juga, Sahabat Wirausaha bisa mempelajari bagaimana mereka menjalankan bisnis dan hal apa yang bisa diambil dari kesuksesan atau kegagalan pesaing. Nah, ada banyak cara untuk melakukan riset ini, misalnya dari narasumber/pesaingnya langsung, Google, hingga konferensi. Selain itu, Sahabat Wirausaha juga bisa mencari tahu dari supplier. 4. Target dan Kondisi Pasar Membahas yang satu ini, mungkin bisa dimulai dengan pertanyaan sederhana seperti, siapa yang akan menjadi target produk atau jasa yang Sahabat Wirausaha tawarkan? Dan apa nilai lebih yang dapat Sahabat Wirausaha tawarkan? Nah, pertanyaan tersebut sangat penting untuk menjawab target pasar yang ingin dicapai. Tahukah Sahabat Wirausaha, mengenali target konsumen bisa menjadi salah satu kunci sukses pemasaran, lho. Tanpanya, produk Sahabat Wirausaha bisa saja sulit untuk dijual. Nah, target pasar yang berbeda tentunya akan menuntut upaya pendekatan yang juga berbeda. Jika Sahabat Wirausaha sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan di atas tadi, maka cobalah beberapa pendekatan pemasaran untuk mengetahui strategi pemasaran mana yang mendapatkan respon terbaik. Misalnya begini, jika target konsumen Sahabat Wirausaha adalah konsumen senior, maka iklan tradisional bisa menjadi jurus andalan yang bisa dicoba. Namun, jika target konsumennya lebih muda, maka Sahabat Wirausaha harus lebih kreatif dalam menggunakan media baru, misalnya Youtube, social media, dan lain-lain. Nah, dengan menggunakan berbagai alat riset pasar yang disediakan Google, Sahabat Wirausaha sudah mulai bisa untuk memilah dan memasarkan ke target pasar yang diinginkan.


Selain target pasar, kondisi pasar juga tidak kalah penting lho untuk dipertimbangkan. Jadi, sebelum membuka suatu usaha, Sahabat Wirausaha juga harus memastikan bahwa usaha tersebut memiliki pasar yang potensial. Dengan pengetahuan kondisi pasar yang dimiliki juga dapat memudahkan Sahabat Wirausaha untuk merencanakan strategi pemasaran yang lebih tepat. 5. Nama Perusahaan Nah, poin kelima ini juga tidak boleh dilewatkan begitu saja. Sebelum membuka sebuah bisnis, Sahabat Wirausaha harus memastikan bahwa belum ada orang yang telah mematenkan nama atau jargon bisnis yang telah direncanakan. Jika Sahabat Wirausaha ingin memasarkan lewat website, maka Sahabat Wirausaha juga sebaiknya memperhatikan ketersediaan domain website. 6. Rencana Bisnis yang Matang Sebelum membuka usaha, Sahabat Wirausaha juga perlu mempertimbangkan bagaimana perencanaan bisnis akan dibuat yang mana ini berkaitan dengan bagaimana suatu usaha akan dijalankan. Rencana bisnis ini dapat meliputi cara mendapatkan sumber daya, rencana keuangan, administrasi, dan rencana pengoperasionalan usaha untuk mencapai tujuan bisnis yang diinginkan. Sahabat Wirausaha juga dapat melakukan riset melalui pesaing untuk mendapatkan gambaran seperti apa rencana bisnis yang akan dibuat. 7. Sertifikasi dan Dokumen Legal Untuk menjalankan bisnis secara legal atau sah maka Sahabat Wirausaha perlu mengurus sertifikasi dan dokumen legal yang diperlukan. Sertifikasi dan dokumen legal yang dibutuhkan bisa saja berbeda tergantung jenis usaha yang Sahabat Wirausaha dirikkan. Jika sahabat Wirausaha membuka industri pengolahan makanan yang cukup besar, maka sertifikasi dan dokumen legal yang dibutuhkan bisa sampai yang lebih spesifik yang terkait dengan industri hingga lokasi usaha.. Jadi, Sahabat Wirausaha juga perlu mempertimbangkan hal ini sebelum membuka bisnis baru. Jangan sampai nantinya usaha Sahabat Wirausaha terkena razia dan dikenakan denda hukum. 8. Ketersediaan Waktu Mungkin yang satu ini sering dianggap sepele. Namun ternyata mempertimbangkan ketersediaan waktu juga penting lho. Misalnya begini, apakah usaha tersebut merupakan usaha sampingan yang tidak memerlukan banyak waktu, ataukah usaha tersebut adalah usaha yang memerlukan banyak waktu sehingga tidak bisa dilakukan sambil mengerjakan pekerjaan lainnya. https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/hal-yang-perlu-dipertimbangkan-sebelum membuka-bisnis-baru G. Analisa Biaya Lokasi H. Memilih Lokasi Sebelum memulai usaha alangkah baiknya seorang entrepreneur melibatkan konsep marketing mix yang dikenal dengan 4P (product, price, place, promotion) di dalam perenanaan bisnisnya terlebih lagi jika seorang entrepreneur tersebut baru memulai sebuah start up. Fokus pembahasan kali ini adalah pada place yang terkait dengan pemilihan lokasi usaha dalam bisnis. Menurut Kotler (2009) place merupakan segala sesuatu yang menunjukkan berbagai kegiatan bisnis untuk membuat produk agar mudah diperoleh oleh pelanggan dan selalu tersedia bagi pelanggan. Apabila berada dalam kondisi bisnis yang memiliki persaingan ketat, faktor pemilihan lokasi menjadi komponen utama yang penting agar usaha yang dijalankan juga dapat


bersaing secara efektif, maka perlu adanya lokasi usaha yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen. Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan sebuah usaha. Para pengusaha selalu memiliki pertimbangan yang matang mengenai lokasi sebelum membuka usahanya. Tidak menutup kemungkinan bahkan usaha jasa pun juga harus memiliki lokasi yang dekat dengan para pelanggan dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada para pelanggan agar hubungan dengan para pelanggan dapat terjaga dengan baik. Lokasi bisnis yang tepat diharapkan dapat memenuhi harapan pengusaha untuk menarik konsumen dalam rangka mendapatkan keuntungan dan sebaliknya apabila terdapat kesalahan dalam pemilihan lokasi akan menghambat kinerja bisnis dan secara otomatis keuntungan maksimal tidak akan dapat dirasakan oleh pengusaha tersebut. Maka, pemilihan lokasi bisnis yang dekat dengan target pasar serta ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan sebuah strategi yang juga dapat memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk/jasa yang diinginkannya. Harding (1978) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis yaitu lingkungan masyarakat, sumber daya alam, tenaga kerja, kedekatan dengan pasar, fasilitas dan biaya transportasi, tanah untuk ekspansi, dan pembangkit tenaga listrik. Keputusan penentuan lokasi biasanya juga tergantung pada jenis bisnis apa yang dimiliki oleh para pengusaha tersebut. Misalnya saja untuk pengusaha yang memilih lokasinya dekat dengan lokasi industri memiliki strategi untuk meminimalkan biaya operasional perusahaan, sedangkan untuk lokasi dekat dengan gudang para pengusaha memikirkan agar biaya operasional dapat ditekan dan kecepatan pengiriman dapat dimaksimalkan. Di balik penentuan ini terdapat strategi penentuan lokasi yang harus diketahui oleh pemilik usaha dalam rangka memaksimalkan keuntungan pada lokasi mereka di kedepannya. Berbeda jenis perusahaannya maka akan berbeda pula faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi. Sebagai contoh sebuah usaha kuliner yang memilih lokasi dekat dengan pasar, transportasi terjamin, akses jalan mudah sehingga konsumen tidak kesulitan untuk menjangkau tempat kuliner tersebut. Lain halnya dengan perusahaan Es Batu yang lebih mempertimbangkan lokasi dekat dengan tenaga kerja untuk mendapatkan karyawan sekitar yang banyak dan meminimumkan biaya transportasi karyawan serta memaksimalkan jaringan vendor untuk dijadikan tujuan supply Es Batu. https://binus.ac.id/malang/2017/06/pemilihan-lokasi-usaha-sebagai-salah-satu-strategi-dalambusiness-start-up/ I. Faktor - Faktor Yang Menarik Atau Tidaknya Lokasi Faktor-faktor yang mempengaruhi menarik tidaknya suatu lokasi: 1. Aksesibilitas Akses pada suatu lokasi ritel dikatakan menyenangkan dikala konsumen dengan mudah untuk menuju dan keluar dari area ritel Jika dianalisa secara makro (Macro Analysis), ritel akan mempertimbangkan hal-hal utama yang berkaitan dengan suatu area perdagangan dan hal tersebut akan dievaluasi secara simultan, seperti ruas jalan, kondisi jalan dan penghalang/barriers (misal sungai, gunung) Secara mikro, ritel akan berkonsentrasi pada hal-hal yang berkaitan dengan halhal sekitar ritel, seperti visibilitas/jarak pandang, arus lalu lintas, lahan parkir dan jalan masuk/keluar. 2. Keuntungan Lokasi Karena lokasi yang baik membutuhkan biaya yang lebih mahal, maka ritel harus mempertimbangkan beberapa hal penting ini. Sehingga lokasi yang dipilih betul-betul memberikan keuntungan bagi ritel. Prinsipnya lokasi ritel dipilih karena ingin mendekati segmen


sasarannya Suatu lokasi bisa jadi cocok untuk suatu produk, namun belum tentu cocok bagi produk lainnya. Adakalanya dengan memilih lokasi yang disejajarkan dengan ritel lain yang sejenis akan memunculkan keamanan, kesepakatan penutupan toko secara bersama dan sejenisnya. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319413/pendidikan/MODUL+RETAIL++PEMILIHAN+LO KASI+RITEL.pdf


BAB VII Manajemen Sumber Daya Manusia Di Bisnis Ritel A. Bisnis Ritel Membutuhkan SDM Handal Ritel sebagai unit bisnis, tentunya tidak akan terlepas dari kebutuhan akan sumber daya manusia. Mengingat karakteristik bisnis ritel, kebutuhan akan SDM tersebut tidak sedikit pada 2 atau 5 SDM saja. Kebutuhannya bisa mencapai ribuan SDM. Sebelum membahas lebih lanjut tentang SDM Ritel, kita harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik ritel. Kata ritel berasal dari bahasa Prancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Menurut Cristina Whidya Utama (2006, 4): Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Masih dalam buku yang sama Cristina Whidya Utama melanjutkan definisi dari ritel sebagai berikut: Ritel juga merupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga. Penjualan eceran merupakan salah satu rantai saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen akhir. Beberapa ahli mengemukakan definisi dari penjualan eceran : Menurut Kotler (2005, 215): “Eceran (retaling) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis”. Sedangkan menurut Gilbert dalam buku Manajemen Ritel karangan Foster (2008, 34) pengertian ritel sebagai berikut : “Retail is any business that direct its marketing efforts towards satisfying the final customer based upon the organization of selling goods and services as a means of distribution”. Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis ritel adalah menjual berbagai produk, jasa, atau keduanya, kepada konsumen untuk keperluan konsumsi probadi maupun bersama. Peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat dan waktu yang diinginkan pelanggan. Ritel juga menyediakan pasar bagi produsen untuk menjual produk-produk mereka. Dengan demikian ritel adalah kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang menghubungkan produsen dengan konsumen. Guna melakukan operasionalisasi bisnis ritel, dibutuhkan SDM yang handal. Sudah menjadi anggapan umum dalam perusahaan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah aset termahal perusahaan. Kalau pada era tahun 1980-an ucapan semacam itu terkesan sebagai jargon yang tidak berarti, kini era tahun 2000-an, era teknologi infomasi, era ekonomi baru, ucapan tersebut bukan isapan jempol belaka lagi. Menurut Samsudin, dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2005, 21) mendefinisikan sumber daya manusia sebagai berikut: Sumber daya manusia adalah orangorang yang merancang dan menghasilkan barang dan jasa, mengawasi mutu, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya financial, serta merumuskan seluruh strategi dan tujuan organisasi. Perusahaan memang akan semakin bergantung dengan kemampuan sumber daya manusia-nya. Teknologi, strategi, modal, mesin, manajemen, semuanya mengikuti sumber


daya manusia. Bahkan, sebagus apa pun lokasi yang kita miliki, tidak akan menjamin bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang kuat. Jadi, kini sumber daya manusia bukan sekedar aset, tapi juga pelan-pelan akan menjadi aset termahal, sekaligus juga terpenting. https://www.researchgate.net/publication/324908961_MANAJEMEN_SUMBER_DAYA_MAN USIA_SDM_RITEL_DALAM_MENINGKATKAN_KINERJA_PERUSAHAAN B. SDM Didalam Bisnis Ritel Berbagai posisi karier yang bisa kita temukan dalam sebuah bisnis ritel, antara lain : Pemilik Ritel, Pengelola Ritel, Pramuniaga, Kasir, Kepala Gudang, Purchase Manager, Customer Service, Security, Penata Ruang (indoor dan outdoor), Pemasok Barang Dagangan, Manajer SDM, Manajer Keuangan, Delivery Service, Driver, dan sebagainya. Setiap karyawan memainkan suatu peran yang penting dalam melaksanakan fungsi pekerjaan dengan baik, karena berbeda dengan pabrik, dimana sebagian besar pekerjaan didominasi oleh mesin atau alat, sedangkan di ritel dan jasa pelayanan lainnya masih menggunakan tenaga kerja secara intensif. Dalam pengelolaannya sumber daya manusia memberikan kontribusi besar dalam peningkatan kinerja dalam perusahaan, sehingga ritel akan mendapat keuntungan yang kompetitif dengan cara mengembangkan dan mengelola sumber daya dengan baik. Manajemen sumber daya manusia sangat penting dalam bisnis ritel, sebab setiap karyawan memainkan peran atau bagian yang penting dalam melaksanakan fungsi pekerjaan dengan baik. Ritel masih membutuhkan orang untuk melaksanakan aktifitas dasarnya, seperti pembelian, menawarkan barang dagangan, dan menyediakan jasa pelayanan kepada pelanggan. Beberapa hal terkait dengan sumber daya manusia dalam ritel mempunyai peranan penting dalam membentuk sebuah ritel. Ritel mendapat keuntungan yang kompetitif dengan cara mengembangkan dan mengelola SDM. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi ritel untuk berfokus pada masalah strategi dalam struktur organisasi. Pendekatan-pendekatan yang secara umum digunakan untuk memotivasi dan mengkoordinasikan aktivitas karyawan, dan manajemen praktis untuk membangun kekuatan kerja secara efektif dan mengurangi tingkat perputaran karyawan. Semua aktifitas tersebut dilakukan untuk menerapkan strategi sumber daya, perencanaan sumber daya, termasuk dalam merekrut, menyeleksi, melatih, mengawasi, mengevaluasi, dan membagi kompensasi penjualan, yang dikerjakan hanya oleh manajemen. Pengelolaan sumber daya manusia dalam ritel sangat menantang, karena pada dasarnya bisnis ritel sangat berbeda dengan bisnis atau perusahaan pada umumnya. Ada beberapa ciri yang dapat dijadikan pembeda yaitu : a) Jam kerja karyawan berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Jam buka toko yang paling panjang membuat perusahaan harus membagi pekerjaan dengan sistem shift. Toko buka 7 hari dalam seminggu dan akan ramai pada hari-hari libur, membutuhkan komitmen yang tinggi dari karyawan yang harus membuka tokonya selama 24 jam. Misalnya pada akhir pekan atau menjelang hari raya / besar sehingga harus menambah shift kerja dan karyawan. Hal ini merupakan tantangan bagi pengelola SDM untuk dapat menyediakan karyawan paruh waktu yang memiliki skill cukup baik.


b) Penekanan terhadap kontrol biaya. Kontribusi biaya karyawan cukup besar pada total biaya toko keseluruhan. Sehingga perlu sangat hati-hati dalam merinci secara tepat kebutuhan karyawan yang efisien sesuai dengan tingkat keahliannya masing-masing. c) Perubahan demografis pekerja. Peritel besar yang beroperasi secara nasional dan internasional akan menghadapi tantangan mengenai perubahan pola demografis karyawan. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap kinerja kerja dan kualitas pelayanan dan penjualan. https://www.researchgate.net/publication/324908961_MANAJEMEN_SUMBER_DAYA_MAN USIA_SDM_RITEL_DALAM_MENINGKATKAN_KINERJA_PERUSAHAAN C. Permasalahan Strategi Dalam Pengelolaan SDM Dan Ritel Manajemen sumber daya manusia (karyawan) pada umumnya memiliki tantangan yang berbeda karena nilai-nilai kerja, sistem ekonomi, dan peraturan yang berbeda. Terdapat tiga persoalan strategis penting yang dihadapi pengelola SDM ritel yaitu sebagai berikut : a) Bentuk struktur organisasi harus mampu membagi tanggung jawab dan otoritas dalam melaksanakan tugas pada bisnis unit beserta orang-orangnya. b) Harus mengkoordinasikan aktifitas berbagai departemen dan memotivasi karyawan untuk dapat bekerja ke arah tujuan keberhasilan perusahaan. c) Program yang digunakan untuk mmbangun komitmen karyawan dan mempertahankan nilai-nilai SDM. https://www.researchgate.net/publication/324908961_MANAJEMEN_SUMBER_DAYA_MAN USIA_SDM_RITEL_DALAM_MENINGKATKAN_KINERJA_PERUSAHAAN


Click to View FlipBook Version