The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

ini merupakan antologi puisi karya
Vina Meylani Putri

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Heri Herdianto, 2022-02-14 00:41:28

MONOCHROME (Antologi Puisi)

ini merupakan antologi puisi karya
Vina Meylani Putri

Keywords: MONOCHROME,pusi man1 bekasi,kertas

Melepas Lagi

Mega lintang membentang
Air laut pasang bergelombang
Daun pada ranting tak jua lupa bergoyang
Sedang bayang-bayang hanya diam di bawah rembulan yang terang benderang

Begitu saja cara kerjanya
Tak rumit bahkan sangat sederhana
Tak sulit seperti aku merebut hatinya
Hingga aku tak mengerti lagi bagaimana caranya

Maka pada malam ini
Aku harus belajar melepas lagi

Bukan untuk membenci
Hanya saja berhenti mencintai

41

Melodi Rindu

Kau yang semu
Menjadi satu bersama suara dari masalalu

Menjelma menjadi sebait melodi rindu
Yang tak pernah bosan bermain irama dalam ingatanku

Meski telah kulalui ribuan langkahku
Di atas bentangan jembatan waktu

Ternyata tak pernah benar-benar melenyapkanmu
Atau sedikit saja angan tentangmu
Semoga bayangmu cepat berlalu

Bersamaan dengan berjalannya waktu

42

Melukis Biru

Usik membawa bisik
Haru melukis biru
Kuintip sedikit pelik

Yang terpancar dari tatap matamu

Ini aku
Yang dulu selalu hangat memelukmu

Mengapa kini begitu canggung
Seperti rasa yang terpaksa dipasung

Tataplah mataku
Berpalinglah ke arahku
Tak perlu ada ragu di sana
Aku masih ingin memelukmu lebih lama

43

Membuka Kembali

Angin berhembus kencang
Perlahan menutup terang
Mentari bisu tenang terbenam
Diam-diam menyambut sang malam

Tak bersua
Tak bersuara
Meremas sang waktu
Berdiri menantang masa lalu

Biarlah kini aku menata
Ruang-ruang yang sudah kau buat sirna

Membuka kembali hati
Yang dulu pernah begitu tersakiti

44

Menanti

Kudengar sapamu bersama angin
Yang terasa hanyalah hawa dingin
Bayang hadirmu yang begitu nyata
Namun hanya rindu ini yang tercipta

Embun menanti pagi datang
Aku menantikan kau pulang
Akan selalu terkenang di tepi ruang
Sejauh apapun aku memandang

Masih setia untukmu
Hari-hari rindu ini tercipta

45

Mencari Arah

Meliuk-liuk menampar ilalang
Berjalan-jalan mencari arah pulang

Aku berkawan dengan sepi
Melangkahkan kaki sambil bernyanyi

Aku di sini
Menanti senja mengisi hati
Menuliskan beberapa baris aksara
Menyatu menjadi kalimat sapa
Tentang bertahan dengan perasaan
Tentang kerinduan dalam penantian

46

Mengertilah

Jika memang sudah tak sehati lagi
Jangan memaksa untuk tetap di sini

Menetaplah bersamanya
Berpalinglah kearahnya
Jangan tanya mengapa
Atau bertanya alasannya apa
Aku tak mau jika yang kucintai terluka
Hanya karena tak bisa memberinya bahagia
Mengertilah, terkadang melepas
Adalah cara mencintai paling ikhlas

47

Menggenggam Mimpi

Di bawah gugusan awan di langit
Di atas hamparan luasnya bumi
Menjauh dari banyaknya persaingan sengit
Memilih berdiri menggenggam mimpi

Aku percaya
Tanpa menjatuhkan lawan-lawan di sana

Aku bisa tertawa bahagia di sini
Mencipta sukses versiku sendiri

Aku percaya
Walau dengan cara yang begitu sederhana
Aku bisa terus melangkah maju ke depan

Menggapai sejuta mimpi dan harapan

48

Menghampirimu

Aksa memejam di bawah cakrawala
Menjadi jendela luasnya buana

Aku memilih setia menemani angin
Tapi daksa menggigil sebab tak ingin

Kupaksakan lagi dan lagi
Mengumpulkan kata merangkai puisi
Menyabut denyut nadi tanpa permisi
Hingga syair-syair hampir tak memiliki arti

Yang pasti masih tentangmu
Menitip rindu di tiap ujung doaku
Dalam redupnya malam syahdu
Kupastikan rindu ini menghampirimu

49

Menjulang Tinggi

Sementara biarlah seperti ini
Menelusup lebih jauh tentang suara hati

Terpaksa kubiarkan begini
Hingga nanti aku tak mampu menahan lagi

Rindu ini tertata karenamu
Karena aku tak terbiasa tanpamu

Bisakah kau beri aku alasan
Untuk berpaling atau tetap bertahan

Karena raguku menjulang tinggi
Karenamu yang tak kunjung kembali

50

My Flashlight

Bertemu terang tanpa penerang
Berjumpa cahaya di antara jutaan bintang

Bukan Canopus atau juga Sirius
Tapi kupastikan ini jauh lebih serius

Sederhana meski sedikit rumit
Dan mengungkapkannya adalah hal yang sulit

Dekat yang tak terikat
Jauh yang terlalu rekat

Right and bright
You're my flashlight

51

Nyaris Putus Asa

Berjalan kaki di persimpangan seorang diri
Tanpa bisa mengisi kekosongannya sendiri

Lampu tepi jalan-jalan yang menyala
Menerangi rindu di tengah-tengah kota

Melangkah tanpa tahu ada apa
Berlari tanpa peduli naik apa
Yang diyakininya hanyalah doa
Menjadi energi yang nyaris putus asa
Mengejar mimpi dan cita-cita
Atau mengejar harapan dan cinta

52

Pamit

Aku tak pernah ingin pergi
Jika saja kau tak berpindah hati
Aku tak pernah ingin berpisah
Jika saja kau tak membuat keadaannya susah

Biarlah aku memilih pamit
Memulihkan segala rasa sakit
Andai nanti semesta mempertemukan kita
Aku hanya berharap rasa ini tak lagi ada
Cukup saja kisah kita berakhir pilu
Biar bisikan takdir yang nanti mengadu

53

Pelarian

Kembali kukunjungi tempat ini
Setelah kulalui semua yang terjadi
Bukan tentang kau yang dicintai
Tapi tentang aku yang mencintai
Berjalan terlalu jauh tanpa keluh

Berlari tak berhenti tanpa tapi
Kupikir, aku satu-satunya yang memberimu kenyamanan

Tapi ternyata hanya salah satu tempat pelarian
Saat kau sendirian
Saat kau kesepian

54

Peluk Hangatmu

Cakrawala bercengkrama dengan laut
Sedang kedua tubuh ini masih saling membalut
Memancarkan kehangatan abadi yang tak ingin direnggut
Maka takkan kubiarkan rasa senang ini berbalut rasa kalut

Sepuluh detik
Mendadak semua darahku mengalir naik
Sebelum kau memutuskan untuk berbalik
Hanya ingin diam dan rasakan tanpa bisik

Detak jantung yang terasa berlari
Tak bisa diajak berhenti
Memalukan
Sekaligus menyenangkan

55

Pemberi Harapan Palsu

Goreskan tinta hitam di atas kertas putihku
Nodai kalis lembut dengan kejimu
Mereka berkata lepaskan

Tapi kau bilang ini seni mencipta keindahan
Begitu caramu tawarkan perasaan

Tapi bagiku itu hanyalah cinta obralan
Menyemai harapan ke setiap orang
Tanpa ada ketulusan yang kau sajikan
Tak ada yang butuh air matamu

Kau tak lebih dari pemberi harapan palsu

56

Penawar Rindu

Jarak menjadi penghalang kau dan aku
Tapi rindu sudah ada sebelum kita bertemu

Maka biarkan ia ada di antara kita
Memberi jeda untuk memupuk rasa

Kesekian sepi kita menanti
Berapa sepi lagi yang harus kita lewati
Saat kau bersuara dan aku berbicara

Menjadi energi satu-satunya

Penawar rindu hanyalah mimpi
Menjadi temu yang mungkin abadi
Tanpa pertemuan dan perpisahan

Tanpa kesepian dan kesendirian

57

Penjaga Rahasia

Ada kehangatan dibalik dinginnya hujan
Berteriak dibalik semua gemuruhnya
Penjaga rahasia dimana kita bercerita

Peneduh dimana tak ada tempat air mata
Bumi dijadikannya kanvas untuk lukisan rintik-rintiknya
Menjadikannya kubangan atau langsung hilang begitu saja

Menjadi payung teduh untuk kesedihan
Menjadi tempat nyaman saat tak ada tempat pulang

Bersama hujan aku bercerita
Meluruhkan semua air mata

58

Pergilah

Aku tak pernah bisa menyalahkanmu
Atas semua perih dan luka di hatiku
Menahan hadirmu hanya membuatku lelah

Maka kini pergilah
Aku tau kau masih ingin mencari
Meski perih melihat dirimu tak disini lagi

Dan jangan kembali lagi
Jika yang kau cari tak kunjung kau temui

Sepasrah itu
Separah itu

59

Pesona Semesta

Dia adalah pesona semesta
Mungkin karena aku jatuh cinta
Seperti bunga-bunga yang merekah
Jantung hatiku mungkin sudah memerah

Wahai rembulan
Jangan coba-coba kau sembunyikan
Walau yang hadir hanya bayangan

Tapi bagiku inilah keagungan
Aku tak mampu lagi menatapnya
Takut tersipu karena makin jatuh cinta

60

Ruang Rindu

Pengakuan yang paling jujur
Tentang rasa yang hampir melebur
Mampu menantimu sampai selama itu
Dibunuh perlahan oleh rindu-rindu

Aku ingin jujur pada diriku
Bahwasanya aku iri pada sepatumu
Yang setia menemani langkah-langkahmu
Tanpa memikirkan kapan pulangmu

Aku hanyalah seorang perindu
Yang sibuk menata ruang rindu

61

Rumahku

Pengakuan yang paling jujur
Tentang rasa yang hampir melebur
Mampu menantimu sampai selama itu
Dibunuh perlahan oleh rindu-rindu

Aku ingin jujur pada diriku
Bahwasanya aku iri pada sepatumu
Yang setia menemani langkah-langkahmu
Tanpa memikirkan kapan pulangmu

Aku hanyalah seorang perindu
Yang sibuk menata ruang rindu

62

Saksi Bisu

Pagi hari bukan lagi jadi misteri
Setelah waktu itu kau pilih berhenti di sini

Menyenangkan saat membuka mata
Selalu saja kau yang mematung di sana
Aku ingin mencintaimu tanpa rasa sakit
Seperti menyeruput kopi panas sedikit demi sedikit

Kopi itu saksi bisu
Tentang betapa dalamnya aku mencintaimu

63

Sama Perihnya

Menyelamatkan masa kelammu kala itu
Aku lantang menyatakan hal itu
Nyatanya memang begitu
Kau dan aku yang dulu sama pilu

Hanya saja
Kini rasanya berbeda
Ntah aku yang bergerak
Atau kau yang membuat jarak

Setiap raga punya rasa
Setiap rasa punya nyawa
Raga yang bergerak atau rasa yang berjarak

Sama perihnya

64

Sang Ilahi

Satu-satunya kehangatan di sini
Satu-satunya pintu yang kumasuki

Lebatnya karunia sang Ilahi
Derasnya rasa cinta di hati
Terlalu rumit untuk dimaknai
Tak sampai digapai oleh naluri
Terlalu sederhana untuk dicintai
Tergenggam lembut di hati nurani
Hanya padamu purnama merindu
Hanya padamu aku bertumpu

65

Satu Lustrum

Satu lustrum berlalu setelah kau pergi
Mirisnya aku masih menantimu kembali
Kau bilang untuk berkelana mengejar cita-cita
Semoga kau tak kembali membawa cinta

Jika nanti kau berjalan pulang
Jangan lupa lambaikan tangan saat menyebrang

Siapa tau kita bertemu di persimpangan
Yang selama ini kusebut dengan penantian

Mengerat sang waktu menanti pagi
Dari ufuk barat sampai ke timur lagi

Berdiri bersama rindu
Menanti janji-janjimu

66

Sayang

Kataku tak cukup untuk buatmu mengerti
Maka izinkan aku untuk menemuimu lagi
Banyak sajak yang tak bisa kuungkapkan dengan kata
Namun sepertinya kau akan mengerti lewat tatap mata

Seiring waktu takdir kita bertemu
Mengikuti nada sihir indah milikmu

Bahkan saat kau diam saja
Aku sudah sangat jatuh cinta

Sayangnya kita tak dekat
Sayangnya kita berjarak

67

Semoga Abadi

Waktu yang tak lama
Di semesta tua renta
Menyusuri suramnya dunia
Yang penuh siksa bak neraka

Lara dan luka
Mendamba penyeka

Harap dan doa
Terus mengudara di sana

Makna-makna terbuka
Tenaga-tenaga tercipta
Menjadi sedikit energi
Yang semoga abadi di sini

68

Tak Bermakna

Puluhan kali kutuliskan sajak-sajak
Puluhan kali pula wajahmu merebak
Serangkai kosa kata dan bahasa di benakku
Semenjak itu pula tanganku tak lagi mampu
Berapa lama lagi kumeratap dan menunda
Hingga hilang imajinasi yang tersisa

Tolong jangan terus disitu
Karena kau mengganggu pikiranku

Aku tak bermakna
Jika tak berkarya

69

Tak Lebih

Sebenarnya aku rindu
Tapi sadar datang lebih dulu
Sejujurnya ingin sekali menyapa
Tapi aku tau semua hanya sia-sia
Semua tak akan aku lakukan
Aku hanya mampu mendoakan
Karena Tuhan lebih mampu menjagamu
Lebih dari raga dan sepasang lenganku

Untukmu
Tak lebih dari itu

70

Tak Menentang

Langit senja menutup terang
Menutup kisah dari perjalanan panjang
Tentang orang yang tak bernyali untuk mengungkapkan rasa
Tak seperti banyak orang lain di sana

Langit fajar menutup malam
Membuka kisah baru yang awalnya suram
Tentang seseorang yang memberanikan diri untuk datang
Mengungkapkan semua rasanya dengan lapang

Senang sekali rasanya
Ternyata rasamu tak menentang

Sabarku tak sendirian
Tak bertepuk sebelah tangan

71

Tak Pantas

Terang tapi tak menerangi
Terbang tapi tak memindahkan
Laksana rembulan yang hadir saat siang
Laksana cahaya yang hadir saat benderang

Seperti berjalan ke arah jurang
Seperti menghadapi tajamnya parang
Sungguh ada kagum yang tertanam
Saat melihatmu berdiri menjadi imam

Namun tak ada sedikitpun isyaratmu
Berikan aba untuk mundur atau maju

Kini sadarpun datang lebih dulu
Bahwasannya aku tak pantas di dekatmu

72

Tak Selamanya

Cahaya fajar menyongsong pagi
Menyulam kembali sobekan hati

Deraian nada mencipta kata
Untaian kata mencipta rasa

Tak apa
Jika cinta ini hanya ruang kosong di matamu

Tak apa
Jika kau lebih memilihnya daripada aku

Nyanyian rindu tak selamanya indah
Perjalanan cinta tak selamanya mudah

73

Tanpa Suara

Kidung senja berarak jingga
Menyuguhkan kilaunya cinta
Semua duka lara terlenyap

Menyisakan sebuah ratap

Pertemuan akhir ini
Berakhir di sore hari
Bukan sebuah perpisahan
Hanya pembuka hari-hari penuh rindu

Untukmu
Cinta ini akan akan selalu ada
Penjarakan jiwa yang tersisa

Hingga lenyap tanpa suara

74

Teman Lamunan

Kau yang sempurna
Kau yang selalu kudamba
Tak perlu menjadi bintang
Bagiku kau sudah menjadi penerang

Saat malam datang menjemput sepi
Saat menjelang lelap menuju mimpi

Kau selalu menjadi teman
Meski hanya dalam lamunan

Selamat malam
Untukmu bintang-bintang

Selamat tidur
Untukmu yang ku sayang

75

Tentang Kopi

Bukan hal tabu lagi
Ini hanya tentang secangkir kopi

Dengan segala kejujurannya
Tetap bisa dinikmati meski dibalut kepahitannya

Ia selalu mengungkapkan apa yang ada
Rasa pahit yang tersaji di dalamnya

Atau rasa manis jika diberi sedikit gula
Yang pasti tak pernah berdusta atasnama rasa

76

Tentang Tuan

Logika disandera lembutnya hati
Sebab tuan bak pangeran nan sangat berbudi

Tiap kali kulihat binar bening matanya
Dermawan dan kelembutan menyelimutinya

Tersirat lancang hadirnya rasa ragu
Akankah luka itu datang lagi padaku
Atau awal indah dari alur hidupku
Bila seandainya kita dapat bersatu

Semoga budimu abadi
Tak luntur apalagi terganti

77

Terlalu Tuli

Laksana mentari pagi
Tiada lelah menyambut awal hari

Laksana derasnya arus
Tiada lelah memberi air bagi yang haus

Bahkan jika ditanya tentangmu
Aku tak tahu harus berkata apa
Mungkin tak ada yang mencolok darimu
Tapi bagiku itu sudah cukup sempurna
Kau terlalu tuli untuk mendengarku
Hingga aku tak mungkin bisa meraihmu

78

Tersingkir

Bagai hampa yang mengharap udara
Meski tak ada yang menghampirinya
Bagai debu disapu hujan yang melanda
Nyatanya aku tersingkir digantikannya
Kau bilang terus saja panjatkan doa

Lalu kita akan bisa terus bersama
Namun semua anganku palsu

Bersamamu hanyalah mimpi semu
Maka biarlah cinta tersapu angin
Apalah artinya doa jika kau tak ingin

79

Tumpahan Rasa

Sejuta rasa yang kurasa
Saat kumampu ungkapkan rasa lewat kata

Saat bahagia dan kecewa menghampiri
Sampai ia pergi, bahkan datang lagi
Ungkapan isi hati
Bukan diary sebuah depresi
Deretan kata hasil intuisi
Tak berharap dapat apresiasi
Bentuk tumpahan rasa
Bukan pengabdi seorang dia

80

Profil Penulis

Repzilly adalah nama pena salah seorang siswi dari MAN 1 Bekasi bernama
lengkap Vina Meylani Putri. Lahir di Jakarta pada tanggal 26 Mei 2004.
Mencoba membuat kumpulan puisi bebas bergenre romansa untuk karya
pertamanya. Dia adalah salah satu anggota Kertas (Komunitas Menulis Kreatif
Mantusi). Salah satu mimpinya adalah menjadi penulis. Harapan besarnya
adalah agar ia tak pernah berhenti menulis. Karena baginya menulis adalah
ruang kebebasan dan pekerjaan untuk keabadian.
"Lakukan saja apa yang kau suka. Hidup adalah tentang bahagia." pesannya.
Salam hangat dari penulis, semoga kalian suka!

Kritik dan saran bisa kalian sampaikan melalui:
E-mail: [email protected]
Instagram: vina_mylnptr
Wattpad: vina_mey

81

82


Click to View FlipBook Version