Pembibitan Tanaman
Perkebunan Secara
Vegetatif
Tujuan Pembelajaran
Melalui Pendekatan Saintifik, Model Pembelajaran Problem Based Learning dan
Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Peserta
didik mampu :
3.4.1 Memahami jenis pembibitan tanaman perkebunan secara vegetatif dengan
tepat
3.4.2 Merincikan teknik pembibitan tanaman perkebunan secara vegetatif dengan
tepat
4.4.1 Mempraktik pembibitan tanaman perkebunan secara vegetatif dengan tepat
4.4.2 Membuat laporan praktik pembibitan tanaman perkebunan secara vegetatif
dengan penuh rasa tanggung jawab.
1
Uraian Materi
A. Pembiakan Tanaman
Pembiakan tanaman dapat di lakukan dengan 2 cara, yaitu
1. Pembiakan Tanaman Secara generatif (menggunakan biji)
2. Pembiakan Tanaman Secara vegetatif ( tidak menggunakan biji)
a) Pembiakan Tanaman Secara vegetative alami
b) Pembiakan Tanaman Secara vegetative buatan
.
1.TANAMAN COCOR 2.TANAMAN 3.TANAMAN
BEBEK BAWANG MERAH KENTANG
4.TANAMAN WORTEL 5.TANAMAN 6.TANAMAN
STROBEI LENGKUAS
Gambar 1. Beberapa Tanaman Berkembang Biak Secara Vegetatif
Mari kita mulai pembelajaran ini dengan proses mengamati gambar, diskusi-
tanya jawab, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil.
Diatas ini ada 6 gambar jenis tanaman yang di duga dapat dikembangkan
secara vegetatif, alami dengan tunas, umbi dsb
2
Pertanyaannya adalah, melalui apa tanaman dalam gambar tersebut di atas
berkembang biak ?
Sebagai latihan awal cobalah kita amati gambar tanaman cocor bebek dibawah ini.
Pada tanaman ini setelah daun dewasa akan tumbuh tunas-tunas kecil yang
kemudian keluar akarnya dan jika dipisahkan akan menjadi tanaman baru. Berarti
tanaman cocor bebek ini berkembang vegetatif secara alami dengan tunasnya.
Gambar 2. Tanaman Cocor Bebek Pembiakan vegetatif dibagi menjadi dua
Tumbuh Tunas yaitu pembiakan vegetatif alamidan
pembiakan vegetatif buatan.
Pembiakan vegetatif tanpa bantuan
manusia disebut pembiakan vegetatif
alami. Alat pembiakannya tumbuh
dengan sendirinya dari tumbuhan
melalui tunas, umbi, geragi (stolon),
spora, dan rhizoma.
Pembiakan vegetative buatan antara lain :
Mencangkok, Stek / cutting,Sambung / grafting,
Merunduk , Okulasi / budding
3
B. Teknik Pembiakan Tanaman Perkebunan Secara Vegetatif
1. Menyiapkan Sarana dan Prasarana Pembibitan
2. Menyiapkan Bahan Tanaman Perkebunan
3. Penyiapan Media Tanam
Gambar 3. Media Tanam
Secara umum, banyak media tumbuh yang dapat dipergunakan untuk bibit
tanaman. Bahan media tanam bibit yang dapat digunakan secara umum antara lain
adalah tanah, pupuk kandang, arang sekam atau sekam, kompos, dan serbuk gergaji
kayu, dan pasir. Untuk memperoleh struktur media tanam yang baik, biasanya
dilakukan pencampuran dari bahan media tersebut. Media tanam yang lazim
digunakan pada pembibitan tanaman perkebunan adalah campuran tanah dan
pupuk kandang, atau campuran tanah dan sekam dengan perbandingan 1:1.
4. Penanaman Bahan Tanam
4
C. Pembibitan Secara Vegetatif Pada Tanaman Karet
1. Menyiapkan Batang Bawah
2. Menyiapkan Batang Atas
Klon karet yang dijadikan batang atas dipilih sesuai dengan rekomendasi
tentang pemilihan klon berdasarkan tipe iklim dan di berbagai provinsi.
Untuk memudahkan kegiatan okulasi sebaiknya setiap perkebunan karet
memiliki lahan khusus dengan memberi klon klon karet yang akan
dijadikan sebagai batang atas. Berkaitan dengan penyiapan batang atas ada
beberapa istilah yang harus dipahami
A. Kayu Okulasi
Kayu okulasi yang sering disebut dengan batang atas merupakan tunas
atau bahan muda yang memiliki beberapa mata tunas sebagai bahan
utama kegiatan okulasi. Kayu okulasi bisa diambil dari pohon induk
atau tanaman karet ditanam secara khusus untuk menghasilkan kayu
okulasi. Mendapatkan kayu okulasi dari pohon induk dalam jumlah
besar bisa dilakukan dengan cara memotong ranting-ranting tanaman
karet seukuran pergelangan tangan. Dalam waktu tidak terlalu lama
akan muncul tunas tunas baru. Tunas-tunas baru ini 1 - 2 tahun
kemudian atau ketika kulitnya sudah bergabus bisa dijadikan untuk
kayu okulasi. Kayu okulasi yang diperoleh dengan cara ini disebut
dengan kayu okulasi dahan. Kayu okulasi bisa diambil dari kebun
khusus atau kebun batang atas yang memang dibuat untuk
menghasilkan bahan tersebut. Karena hanya dijadikan sebagai sumber
batang atas jarak tanam di lahan khusus ini bisa dibuat rapat yaitu 50 x
100 cm atau 100 x 100 cm. Batang atas yang diambil dari kebun
khusus ini bisa dikirim kan ke kebun kebun pembibitan yang tidak
memiliki kebun batang atas. Caranya batang atas dipotong sepanjang
100 cm dan kedua ujungnya diolesi parafin agar tidak terjadi
penguapan. Setiap batang dimasukkan ke dalam plastik sesuai dengan
ukurannya dan ditata di dalam peti kayu. Berat setiap peti maksimal 25
kg dan kegiatan okulasi paling lambat 3 hari kemudian.
5
B. Mata Tunas
Mata tunas adalah bagian tanaman batang atas yang akan dioperasikan
dengan batang bawah. Mata tunas ini setelah menyatu dengan batang
bawah akan tumbuh menjadi batang tanaman. Mata tunas ini terdapat
di sepanjang kayu okulasi semakin muda kaya okulasii tersebut
semakin terlihat jelas maka tunasnya. ada tiga jenis mata tunas pada
tanaman karet yaitu mata daun, mata sisik dan mata bunga. Mata daun
dan mata sisik akan tumbuh menjadi batang karet sedangkan mata
bunga akan menjadi bunga. Karenanya yang dapat dipakai sebagai
mata tunas hanya mata daun atau mata sisik. Ketiga jenis mata tunas
ini memiliki bentuk hampir sama, cara membedakannya adalah dengan
melihat letaknya mata daun dan mata sisik terletak agak jauh dari
bekas kaki daun yang telah gugur dan mata bunga terletak berdekatan
dengan bekas kaki daun yang telah gugur.
C. Perisai dan Jiwa
Perisai dan jiwa erat kaitannya dengan mata tunas. Perisai adalah kulit
kayu tempat mata tunas. sementara jiwa adalah bagian dalam dari mata
tunas berupa sebuah bintil yang merupakan inti dari mata tunas.
Karena merupakan inti mata tunas jika jiwa itu rusak dan terkena
kotoran bisa mengakibatkan kegiatan okulasi tidak akan berhasil.
3. Perbanyakan Okulasi
A. Teknik Perbanyakan Okulasi
Menurut Endang Gunawan teknik perbanyakan okulasi dapat
dibedakan menjadi berbagai macam tergantung pada mata tunasnya
a. Okulasi Tunas Perisai (Shield Budding)
Okulasi yang dilakukan di batang bawah dengan ukuran 0,5 - 1
cm. Sayatan di batang bawah dibuat menyerupai huruf T dan
sayatan mata tunas menyesuaikan dengan bidang sayatan pada
batang bawah. Hasil penempelan mata tunas ke batang bawah
akan menyerupai perisai
6
b. Okulasi Tunas Segi Empat (Patch Budding)
Okulasi yang dilakukan untuk tanaman yang memiliki kulit batang
tebal. batang bawah yang digunakan berukuran 1,3 - 2,6 cm. Mata
tunas yang diambil berbentuk segi empat. Dalam pengerjaannya
okulasi ini lebih sulit dibandingkan dengan okulasi tunas perisai
dan membutuhkan alat yang spesifik
c. Okulasi Tunas Gelang (Ring Budding)
Okulasi yang dilakukan untuk tanaman yang memiliki kulit tipis
dan mudah mengelupas. Batang bawah yang digunakan berukuran
kurang dari 1 cm. Sesuai dengan namanya bentuk mata tunas yang
diambil berbentuk lingkaran menyerupai gelang
d. Okulasi Jendela (Chip Budding)
Okulasi yang dilakukan pada batang bawah yang berdiameter 1-2
cm. Pada bagian tengah sayatan batang bawah dibuat lubang kecil
yang ukurannya lebih besar dari pada mata tunasnya sehingga
berbentuk menyerupai jendela
B. Jenis Okulasi
Okulasi karet berdasarkan umur, warna batang bawah dan batang
atas serta diameter batang bawah dikenal dengan dua jenis populasi
yaitu okulasi coklat dan okulasi hijau.
Okulasi coklat dilakukan pada batang bawah berumur 9 - 18
bulan di pembibitan sehingga sudah berwarna coklat dengan diameter
lebih dari 1,5 cm. Batang atas yang berasal dari kebun batang atas
berwarna hijau kecoklatan, berbatang lurus dan beberapa mata Tunas
dalam keadaan tidur. Sementara itu okulasi hijau dilakukan pada
batang bawah berusia 5 - 8 bulan di pembibitan, sehingga masih
berwarna hijau dengan diameter 1 - 1,5 cm. batang atasnya berumur 1 -
3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna hijau.
a. Kelebihan okulasi hijau dibandingkan okulasi coklat
1. Pelaksanaan bisa lebih awal
2. Masa hidup di pembibitan lebih pendek sehingga penyediaan
bahan tanam lebih cepat
3. Perakaran tidak terganggu saat bibit dipindahkan ke lapangan
7
4. Pertautan ovulasi lebih baik
5. Mata matang sadap bisa dipercepat enam bulan
b. Kekurangan okulasi hijau dibandingkan okulasi coklat
1. kayu entres atau batang atas tidak dapat disimpan dan dikirim
ke tempat lain
2. presentasi kematian bibit okulasi hijau jauh lebih besar
C. Peralatan Okulasi
Alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan okulasi adalah gergaji
entres, pisau okulasi, pita plastik atau tali raffia, pelepah pisang, lilin
cair, kuas sabut kelapa dan lap basah.
a. Gergaji entres digunakan untuk memotong kayu batang atas
b. Pisau okulasi digunakan untuk mengambil mata tunas dan
menyayat batang bawah
c. Pita plastik untuk mengikat pertautan okulasi
d. Pelepah pisang untuk menempatkan kayu okulasi
e. Sabut kelapa untuk membersihkan batang bawah
f. Kain lap untuk membersihkan pisau okulasi.
D. Waktu okulasi
Saat terbaik melakukan okulasi adalah pada musim hujan karena
saat itu kelembaban tinggi. Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada
pertengahan musim kemarau karena resiko kegagalannya sangat tinggi
akibat udara yang kering dan panas. sebaiknya kegiatan okulasi
dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 11.00 atau sore hari setelah
pukul 15.00. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan laju transpirasi
dan meningkatkan persentase keberhasilan okulasi. Selain itu kondisi
saat pagi atau sore hari mampu mengoptimalkan kerja hormon
endogen dan senyawa lainnya untuk menyembuhkan luka dan
merekatkan jaringan batang atas dengan jaringan batang bawah.
8
E. Bentuk Bibit Okulasi
Setelah kegiatan okulasi selesai biasanya akan didapatkan bibit
karet klonal dengan beberapa bentuk stadium, diantaarnya
a. Stum Mata Tidur
Bibit stum tidur adalah bibit yang diokulasi di lahan
persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari 2 bulan
setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm di atas mata
okulasi, dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar
tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang
bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang
bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal 1 akar
tunggang besar yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral
lateral yang panjangnya 5 cm.
Kelebihan bibit stum mata tidur ini adalah ringan, sehingga
mudah untuk diangkut. Sementara itu kekurangannya adalah
persentase kematian bibit tinggi
Gambar 1. Stum Mata Tidur
b. Stum Mini
Bibit stum mini ini juga diokulasi di lahan persemaian, tetapi
dibiarkan tumbuh selama 8 - 12 bulan setelah pemotongan. Tunas
yang tumbuh selama waktu tersebut dipotong pada posisi 50 cm
diatas pertautan okulasi. Di posisi ini diharapkan akan muncul 7 -
19 mata tunas yang akan tumbuh menjadi tunas. Untuk
mempermudah perpindahan ke lapanganan, pembongkaran sistem
ini dilakukan dua minggu setelah pemotongan tunas. Pembongkaran
dilakukan dengan hati-hati agar didapat stum dengan akar tunggang
9
sepanjang 40 cm dan akar lateral 5 cm. Jika akar tunggangnya
lebih dari satu, akar yang lebih pendek dipotong.
Kelebihan sistem ini adalah kemungkinan tumbuhnya besar
karena memiliki beberapa mata tunas. Kekurangannya hanya
terletak pada bentuk bibit yang masih bengkok sehingga perlu
perawatan sebaik-baiknya atau intensif agar tumbuh lurus, Yakni
dengan cara menopang bibit menggunakan sebilah kayu sehingga
tumbuh lurus
Gambar 2. Stum Mini
c. Stum Tinggi
Jika stum mini dibiarkan tumbuh selama 8 - 12 bulan setelah
pemotongan, stum tinggi dibiarkan lebih lama lagi yaitu 2 - 2,5
tahun sejak bibit okulasi dipotong. Saat itu ketinggian bibit sudah
lebih dari 3 m sehingga dinamakan bibit stum tinggi. Tunas yang
tumbuh dalam kurun waktu tersebut dipotong di ketinggian sekitar 3
m di atas pertautan okulasi, yakni di bagian tunas yang lurus dan
berdiameter 5 cm dengan posisi 5 cm diatas karangan mata tunas
atau payung daun. Pemotongan dilakukan 2 minggu sebelum
10
penanaman dengan kemiringan 30° dan bekas potongan diolesi
paraffin. Pembongkaran sistem tinggi dilakukan sekitar 5 minggu
sebelum dipindahkan ke lahan. Caranya terlebih dahulu dibuat parit
di salah satu sisi barisan bibit, kemudian akar tunggang dipotong
sekitar 60 cm dari leher akar. selanjutnya parit ditutup
menggunakan serasah dedaunan atau mulsa untuk merangsang
pertumbuhan tunas akar. Dua minggu setelah tunas dipotong atau
tiga minggu setelah pemotongan akar, stum bisa dibongkar untuk
dipindahkan ke lahan. Sebelum ditanam di kebun, akar lateral
dipotong hingga tersisa sekitar 15 cm. Menghindari infeksi bekas
luka di akar dapat diolesi paraffin.
Kelebihan stum tinggi ini adalah presentasi kematian kecil
dan matang sadap terjadi lebih awal. Kekurangannya cara ini
biasanya hanya untuk penyulaman dan pelaksanaan pembongkaran
agak sulit
Gambar 3. Stum Tinggi
F. Jenis Bibit Okulasi
Menurut Didit Heru jenis bibit okulasi berdasarkan tempat tumbuhnya
dibedakan menjadi tiga sebagai berikut
a. Bibit Okulasi di Lahan
Bibit okulasi di lahan adalah bibit yang disemaikan di
lahan dan diokulasi di tempat tersebut sampai dipindahkan ke
perkebunan yang telah disiapkan. Dari bibit okulasi di lahan ini
11
dihasilkan bibit baik dalam bentuk stum mata, tidur mini maupun
tinggi.
b. Bibit Okulasi di Dalam Kantong Plastik / Polybag
Bibit okulasi dalam kantong plastik diperoleh melalui dua
cara. cara pertama bibit disemaikan sekaligus diokulasi di kantong
plastik. setelah pemotongan batang di bagian atas perisai, tanaman
dibiarkan tetap berada dalam kantong plastik dan mata tunas
tumbuh sampai dipindahkan ke lahan. Cara kedua, bibit
disemaikan di lahan, diokulasi di lahan dan selanjutnya
dipindahkan ke kantong plastik pada stadium stum tidur.
Pemindahan ke lahan dilakukan setelah tumbuh 2-3 payung daun
atau berumur 1 tahun. Kelebihan bibit okulasi dalam kantong
plastik ini adalah ketika dipindahkan ke lahan, kemungkinan
hidupnya sangat besar dan masa sadap lebih awal. Kekurangannya
adalah biaya persiapan bibit dan pengangkutan besar, karena harus
menyediakan kantong plastik, serta bibit dipindahkan bersama-
sama dengan kantong plastik berisi tanah yang berat yang berat
dan memakan tempat.
c. Bibit Okulasi di Dalam Tapih
Bibit okulasi dalam tapih sebenarnya merupakan
modifikasi dan solusi atas kelemahan bibit okulasi dalam kantong
plastik. Karena kelemahan bibit okulasi dalam kantong plastik
adalah biaya persiapan dan pengangkutan yang besar. Kelemahan
tersebut dapat diatasi dengan mengganti kantong plastik dan
menggunakan lembaran plastik yang di tapih kan atau disarungkan
ke bibit karet. Pada cara ini media tanam yang semula berupa
tanah diganti dengan spaghnum moss (sejenis lumut hutan yang
telah dikeringan), gambut atau sabut kelapa, sehingga ringkas dan
ringan. Khusus penggunaan media sabut kelapa pada okulasi
dalam tapih ini dapat menghemat biaya pengadaan dan
pengangkutan hingga 75% dibandingkan dengan bibit okulasi
dalam kantong plastik.
12
Bahan bibit okulasi dalam tapih menggunakan media sabut
kelapa ini adalah bibit okulasi stum mata tidur. Sementara itu,
bahan dan perlengkapan lainnya adalah sabut kelapa, serbuk
gergaji, tanah bagian atas (topsoil) , lembaran plastik, tali plastik,
bambu dan alat penyiram. Teknik pembuatan bibit okulasi dalam
tapi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai.
1. Siapkan bibit stum mata tidur yang diambil dari lahan
persemaian. Agar cepat tumbuh, sebaiknya bibit ini masih
dalam stadium payung daun satu dan daunnya sudah cukup tua
dengan mata okulasi sudah pecah.
2. Untuk mendapatkan bibit stum mata tidur dengan kondisi
seperti itu bisa dilakukan dengan cara penanaman di bedengan
dengan media serbuk gergaji. Bedengan dibuat di tempat
ternaung dengan cara menggali tanah sedalam 35 cm dan lebar
1 m, lalu mengisinya dengan serbuk gergaji yang telah matang.
Setiap bedengan dengan ukuran seperti itu dapat ditanam
sekitar 400 stum mata tidur
3. Perawatan bibit di dalam bedengan hanya berupa penyiraman
sebanyak 2 kali sehari. Sekitar sebulan kemudian mata tunas
pecah dan siap dibungkus dengan media sabut kelapa
4. Sabut kelapa di pukul-pukul dan dicabik-cabik hingga seratnya
terpisah. Sediakan pula lembaran plastik hitam berukuran 25 x
25 cm dan tali rafia sepanjang 1,2 m untuk setiap stum
5. Di atas selembar plastik diletakkan sabut kelapa secara merata
dan diberi tanah sebanyak 4 genggam. Ambil stum dari
bedengan yang telah pecah mata tunasnya dan letakkan di atas
media. Selanjutnya, melakukan pembungkusan dan pengikatan
tepat di bawah mata tunas. Sebelum ditempatkan di lapangan,
celupkan bungkusan ke air agar tetap lembab
6. Stum yang telah dibungkus tersebut kemudian disusun berbaris
di tempat terbuka yang mendapatkan sinar matahari penuh.
Cara menyusunnya, setiap 2 baris disandarkan ke bambu
13
dengan posisi mata tunas berlawanan arah, setiap mata tunas
menghadap keluar bambu penyangga.
Perawatan stum dalam tapis dilakukan dengan cara seperti
perawatan tanaman pada umumnya. Penyiraman dilakukan sehari sekali,
Jika hujan turun tidak perlu dilakukan penyiraman. Untuk mempercepat
pertumbuhan, tanaman dipupuk menggunakan pupuk daun Bayfolan
dengan dosis dan frekuensi sesuai dengan anjuran yang dapat dibaca di
kemasannya. Hama yang sering menyerang bibit adalah belalang dan
kutu yang bisa dikendalikan dengan penyemprotan Kelthane 200EC
berkonsentrasi 0,2%. Sementara itu, untuk mengantisipasi serangan
penyakit daun yang disebabkan oleh cendawan dapat dilakukan
penyemprotan Dithane m 45 berkonsentrasi 0,2%. Penyemprotan Kedua
jenis pestisida tersebut dilakukan dua minggu sekali. Selama di
lapangan, tunas - tunas yang muncul selain mata okulasi harus dibuang
menggunakan pisau yang tajam. pengecekan munculnya tunas-tunas
yang tidak diharapkan ini dilakukan seminggu sekali. gulma yang
tumbuh di area ini harus dicabut secara manual.
Perawatan dengan cara-cara tersebut dilakukan sampai tanaman
siap dipindahkan ke lahan perkebunan yang telah disiapkan. bibit siap
dipindahkan jika sudah mencapai stadium satu payung daun yang sudah
tua. Disebabkan bentuknya lebih ramping dan bobotnya lebih ringan
dibandingkan dengan bibit dalam kantong plastik, saat pengangkutan ke
area perkebunan setiap truk bisa mengangkut 2000 batang bibit okulasi
dalam tapih dengan media sabut kelapa. Sementara itu, bibit okulasi
dalam kantong plastik, setiap truknya hanya mampu mengangkut 500
buah.
Keuntungan berikutnya, pendistribusian dari atas truk dan
penanaman di lahan menjadi lebih cepat karena bobot bibit okulasi
dalam tapih dengan media sabut kelapa hanya sekitar 1 kg. Sementara
itu, bibit perupa dalam kantong plastik beratnya mencapai 10 kg.
seorang pekerja dalam sehari mampu menanam bibit okulasi dalam tapih
14
bermedia sabut kelapa sebanyak 100 bibit, sedangkan bibit okulasi
dalam kantong plastik hanya 40 bibit
G. Faktor Penunjang Keberhasilan Okulasi
a. Pemilihan dan Perlakuan Mata Tunas
Pilih mata tunas yang masih dorman yang ditandai dengan tunas
nya belum pecah. Mata tunas yang diambil harus segera
ditempelkan maksimal dua hari. Maka tugas sebaiknya dibawa
atau disimpan dalam wadah dengan suhu sekitar 15 - 18oC dan
kelembaban yang stabil
b. Pemilihan Batang Bawah
Pilih batang bawah dari satu Jenis atau spesies dengan batang atas.
calon batang bawah harus dalam kondisi sehat, pertumbuhannya
vigor, cepat, dan berumur 2 - 4 bulan
c. Pengerjaan yang Akurat, Bersih dan Tepat Waktu
Berbeda dengan cangkok, kambium batang bawah yang di sayap
jangan tersentuh atau terkena kotoran. mata tunas harus menempel
dengan sempurna di bagian batang yang sudah terbuka. Mata tunas
yang menempel harus tertutup seluruhnya dengan ikatan tali
plastik. pengikatan tempel mata tunas harus erat, tetapi jangan
terlalu kuat. Prinsipnya, air tidak boleh masuk ke dalam bidang
tempelan. Setelah dilakukan okulasi, bibit sebaiknya segera
dipindahkan ke tempat yang teduh.
D. Okulasi Tanaman Karet
15
16
17
18
19
20
21
Untuk menambah pemahaman kalian tentang
TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN KARET
Pahami video berikut
Scan saya
Scan
saya
https://www.youtube.com/watch?v=ZR-b-ChX5V4
Untuk menambah pemahaman kalian tentang
TEKNIK OKULASI TANAMAN KARET
Pahami video berikut
Scan
saya
https://www.youtube.com/watch?v=V7JrTtHe8LU
22