MODUL SEJARAH INDONESIA
CANDI-CANDI PENINGGALAN
KERAJAAN HINDU-BUDHA
DI PASURUAN
Untuk Siswa/i Kelas X SMA/SMK/MA
ALIMATUL SA'ADAH 200731638038
DOSEN PEMBIMBING: ULFATUN NAFI'AH, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN (IDENTITAS MODUL)............................................................2
B. KD..........................................................................................................................3
C. INDIKATOR..........................................................................................................3
D. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................3
E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL..................................................................4
F. PETA KONSEP MATERI PEMBELAJARAN......................................................5
KEGIATAN PEMBELAJARAN................................................................................6
1. LETAK GEOGRAFIS KOTA PASURUAN.......................................................6
2. PENGERTIAN SEBUAH CANDI......................................................................9
3. CANDI JAWI....................................................................................................10
4. CANDI GUNUNG GANGSIR............................................................................13
5. CANDI BELAHAN...........................................................................................15
G. EVALUASI..........................................................................................................16
H. TUGAS KELOMPOK..........................................................................................18
I. KUNCI JAWABAN...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20
01
Pendahuluan Kelas/Semester
A. Identitas Modul X/Semester 2
Mata Pelajaran
Sejarah Indonesia
Alokasi waktu Judul Modul
2JPX2
Candi-Candi
Pertemuan Peninggalan Kerajaan
Hindu-Budha di
Pasuruan
02
B. KD
3.6 Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan
budaya pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini.
4.6 Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Hindu dan
Buddha yang masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada
masa kini.
C. Indikator
3.6.1 Menjelaskan bukti-bukti peninggalan kerajaan hindu dan budha yang
ada di lingkungan sekitar terutama di wilayah Pasuruan.
3.6.3 Menyusun karya tulis terkait bukti-bukti peninggalan kerajaan hindu
dan budha yang ada di lingkungan sekitar.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah Kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik mampu:
1.Mengemukakan bukti-bukti peninggalan kerajaan hindu dan budha di
Pasuruan.
2.Menyajikan bukti peninggalan kerajaan hindu dan budha yang ada di
lingkungan sekitar dalam bentuk esai sederhana.
03
E. Petunjuk Penggunaan Modul
Bagi Siswa:
1.Bacalah modul dengan seksama dan teliti
2.Ikuti petunjuk kegiatan belajar yang ada pada modul
3.Kerjakan semua aktifitas yang terdapat dalam modul
4.Cek pemahaman mu melalui kegiatan evaluasi
5.Kerjakan kegiatan evaluasi secara mandiri, tanpa melihat kunci
jawaban yang disajikan terlebih dahulu
6.Kemudian cocokkan hasil pengerjaan soal evaluasi dengan kunci
jawaban yang disajikan agar mengetahui tingkat pemahaman
yang telah kamu miliki.
Bagi Guru:
1.Memberikan modul kepada siswa sesuai dengan kebutuhan
2.Membantu siswa dalam proses pembelajaran
3.Membimbing siswa dalam memahami konsep, analisa dan
menjawab pertanyaan siswa mengenai proses pembelajaran
4.Mengawasi proses kegiatan pembelajaran siswa bersama modul
yang telah diberikan
04
F. Materi Pembelajaran
05
Kegiatan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran
Anak-anak yang berbudi baik diharapkan kalian setelah mempelajari materi di
dalam modul dapat menjelaskan peninggalan kerajaan hindu-budha di wilayah
Pasuruan dan menyajikan bukti peninggalan kerajaan hindu-budha lainnya di
sekitar lingkungan tempat tinggal kalian.
1. Letak Geografis Kota Pasuruan
Secara geografis letak Kabupaten Pasuruan antara 112 0 33’ 55” hingga 113 30’ 37”
Bujur Timur dan antara 70 32’ 34” hingga 80 30’ 20” Lintang Selatan dengan
batas-batas wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Selat
Madura di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Malang di selatan,
berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di wilayah timur dan berbatasan
dengan Kabupaten Mojokerto di wilayah barat (lihat pada gambar 1.1)
Gambar 1.1 Peta administratif kabupaten pasuruan
Sumber: https://images.app.goo.gl/1H2t41iPmq3SNpVA6
Jika dikaji dari sisi sejarah Kabupaten Pasuruan bermula dari peradapan Kerajaan
Kalingga atau Ho Ling yang diperintah oleh seorang raja bernama Sima, pada
tahun 742-755 Masehi, ibu kota Kerajaan Kalingga dipindahlan ke wilayah timur.
Setelah kejayaan Kalingga berakhir muncul Kerajaan Mataram Kuno dibawah
kekuasan Dinasti Sanjaya tahun 856 Masehi di pimpin oleh Raja Rakai Pikatan.
Kemudian pada tahun 929 seorang raja dari kerajaan lain memerintah yaitu Mpu
Sindok yang telah menggeser pusat pemerintahan dari Jawa Tengah menuju Jawa
Timur dengan ibu kota Kerajaan Tawlang yang identik dengan nama Desa
Tembelang di Daerah Jombang. Selama memerintah Mpu Sindok mengeluarkan
lebih dari 20 prasasti yang diantaranya berada di wilayah Dusun Sukci, Desa Bulu
Sari Kecamatan Gempol yang menyebutkan bahwa Mpu Sindok memerintah agar
rakyat cungrang yang termasuk wilayah Bawang, dibawah langsung Wahuta
Tungkal untuk menjadi Sima (tanah perdikan) (lihat pada gambar 1.2).
06
Gambar 1.2 Prasasti cunggrang
Sumber: https://images.app.goo.gl/tU9i7E1QJqFi3ya57
Sedangkan pada era Kerajaan Majapahit, abad ke-12 sampai abad ke-14 nama
Pasuruan dituliskan dalam Kitab Negarakertagama Karangan Empu Prapanca,
sebagai nama tempat hunian masyarakat. Pasuruan yang mulanya berasal dari kata
Pasoeroean dari segi bahasa dapat diuraikan menjadi Pa-soeroe-an yang artinya
tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh.
Pada abad ke-14 hingga abad ke 16 dibawah Kerajaan Giri, Pasuruan memiliki
peninggalan utama yaitu daerah Sidogiri. Dan pada awal masa Kerajaan Demak
abad ke-15 Pasuruan memiliki peranan penting dalam penyebaran agama islam
dimana Adipati Pasuruan berhasil memperluas kekuasaan sampai wilayah Kediri.
Pada saat kerajaan mataram dibawah kekuasaan Sultan Agung tahun 1616 berhasil
merebut kembali wilayah Pasuruan. Perkembangan selanjutnya pada masa
kekuasaan Amangkurat I diangkatlah Kyai Darmoyudo menjadi bupati Pasuruan,
dibawah kekuasaan Kyai Darmoyudo terjadi banyak pergolakan di wilayah
Pasuruan untuk memisahkan diri dari Kerajaan Mataram, sehingga Kerajaan
Mataram dibantu Kompeni Belanda berupaya mengembalikan wilayah Pasuruan
menjadi bagian kerajaan mataram.
Dari semua kajian tersebut ditetapkan bahwa lahirnya kota Pasuruan bertepatan
pada hari Jumat Pahing tanggal 18 September 929 M berdasarkan Prasasti
Cunggrang/Sukci yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol.
07
Stimulus
Ayo perhatikan gambar di bawah ini, pastinya kalian tidak
asing bukan bahwa kedua gambar tersebut merupakan candi
yang sangat populer di Indonesia
Gambara 1.3 Candi Borobudur Gambara 1.4 Candi Prambanan
Sumber: https://images.app.goo.gl/kghcwscaqGrQVTyk7 Sumber: https://images.app.goo.gl/LrCTJh8rv1STVkPr5
Benar sekali, di sebelah kiri merupakan
gambar candi borobudur yang sangat cantik
dan gambar di sebelah kanan merupakan
gambar candi prambanan yang begitu
megah. bagaimana dengan gambar di bawah
ini ? apakah kalian mengenalinya?
Gambar 1.5 Candi Belahan Gambar 1.5 Candi Gunung Gangsir
Sumber: https://images.app.goo.gl/aJg6syDmh2gZiYdv8 Sumber: https://images.app.goo.gl/nk1yRrqqam5ULwYH8
08
Stimulus
Apakah kalian merasa asing dengan kedua gambar pada
halaman sebelumnya? jika iya maka simak pembahasan
dibawah ini!
2. Pengertian Sebuah Candi
Pengertian candi apabila dikaji dari asal katanya menurut Harto (2005) berarti
Candika, perkataan tersebut berasal dari nama durga sebagai dewi maut yaitu
Candika. Dewi Durga adalah penguasa jiwa, dewi maut dan dewi kematian.
Berkaitan dengan Durga dan istilah Cinandi, masyarakat menyebut candi sebagai
sebuah makam. Anggapan candi sebagai sebuah makam hanya terdapat dalam
agama hindu, karena bagi agama budha candi dimaksudkan sebagai tempat
pemujaan dewa. Soekmono (2005) juga menjelaskan bahwa candi bukanlah
sebuah makam, tetapi candi adalah bangunan kuil dan abu yang terdapat dalam
pripih dasar candi bukanlah abu manusia atau raja melainkan binatang kurban.
Harto (2005) menjelaskan bahwasannya candi adalah salah satu bentuk
perwujudan dharma agama bagi raja dalam konteks sistem religi hindu sekaligus
monumen peringatan meninggalnya raja atau kerabatnya.
Menurut Soekmono (1973) dalam Istanto, konsep dari bangunan candi
melambangkan alam semesta yang dikenal dengan konsep Triloka. Dimana terdiri
dari tiga bagian candi yaitu: 1) kaki candi melambangkan Bhurloka atau dunia
tempat manusia berpijak, 2) tubuh candi melambangkan Bhuwarloka atau dunia
tempat manusia telah mencapai kesucian, kesempurnaan dan karena dapat
berhadapan dengan dewa atau nenek moyang yang dipuja, 3) bagian atap candi
melambangkan Swarloka atau dunia para dewa dan roh nenek moyang (Istanto,
2018:156).
Candi juga merupakan seni bangunan peninggalan kerajaan hindu dan budha di
indonesia, sebagai produk budaya yang diperindah dengan ornamen pada dinding
bangunan candi. Jenis ornamen dari candi pun bervariasi dapat berupa sosok
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, atau bentuk lainnya yang menggambarkan
aspek tertentu sesuai dengan konsep bangunan yang dimaksud. Agama hindu dan
budha yang berkembang di indonesia antara abad ke VII-XV Masehi meninggalkan
tempat-tempat suci yaitu candi, stupa, goa pertapaan, dan kolam suci atau
patirthan. Sehingga banyak sekali ditemukan peninggalan-peninggalan tersebut
disekitar kita, sayangnya meskipun hadir di sekitar kita kerap kali banyak
masyarakat atau generasi muda yang tidak tahu mengenai kebudayaan yang begitu
berharga dan memiliki nilai sejarah.
09
AKTIFITAS
1.Carilah gambar peninggalan candi hindu-budha di
internet atau majalah contohnya candi jawi
2.Print/ Cetak gambar tersebut dan tempel pada buku tulis
3.Tandai bagian bangunan candi yang merupakan konsep
dari Triloka
4.Hiasai dengan semenarik mungkin
5.Jika merasa kesulitan jangan ragu untuk menanyakannya
kepada bapak/ibu guru
Setelah memahami apa itu pengertian sebuah candi, ayo
simak penjelasan terkait sejarah candi yang ada di Pasuruan.
diantaranya terdapat candi jawi, candi gunung gangsir, dan
candi belahan !
3. Candi Jawi
a. Sejarah Candi Jawi
Candi Jawi adalah bagian dari peninggalan Kerajaan Singhasari
yang dibagun sekitar abad ke-13, letaknya di kaki gunung Welirang
Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan Jawa,
Timur dan 31 km dari Kota Pasuruan. Candi Jawi terletak di
pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan dan Kecamatan
Prigen (lihat pada gambar 1.6). Menurut Kodhyat (1996) Candi
Jawi digunakan sebagai tempat pendharmaan atau penyimpanan
abu dari raja terakhir Kertanegara. Candi Jawi sendiri masih
memiliki hubungan dengan Candi Jago yang letaknya di wilayah
Kabupaten Malang (Asyadzili, 2017:5).
Gambar 1.6 Peta wilayah Candi Jawi
Sumber: google maps
10
Dalam Negarakertagama pupuh 56 disebutkan bahwa Candi Jawi didirikan atas
perintah raja terakhir Kerajaan Singhasari, Raja Kertanegara yang digunakan
sebagai tempat ibadah umat beragama siwa-budha. Didirikannya Candi Jawi jauh
dari pusat Kerajaan Singhasari, dikarenakan wilayah berdirinya Candi Jawi
memiliki penganut ajaran sinkritisme siwa-budha yang sangat kuat dan banyak.
Dalam negarakertagama mencatat adanya pemberontakan Cayaraja, sehingga
terdapat dugaan bahwa kawasan Candi Jawi juga digunakan sebagai tempat
pelarian atau basis pendudukung raja Kertanegara. Hal tersebut muncul dari kisah
sejarah bahwa Dyah Wijaya menantu Kertanegara melarikan diri setelah
Kertanegera di kudeta oleh bawahannya yaitu Jayakatwang, Dyah Wijaya
bersembunyi di daerah Candi Jawi sebelum akhirnya mengungsi ke wilayah
Madura.
Dalam Negarakretagama Candi Jawi juga disebut dengan nama Jajawa yang
dikunjungi Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk sekitar tahun 1359 Masehi. Sang
Raja singgah di Candi Jawi untuk memberikan penghormatan dan persembahan
untuk memuliakan kakek buyutnya Prabu Kertanegara. Negarakertagama
menyebutkan, di dalam bilik candi terdapat arca Siwa. Di atasnya arca Siwa
terdapat arca Maha Aksobhya yang kini telah hilang. Ada sejumlah arca bersifat
Siwa, seperti Nandiswara, Durga, Ganesa, Nandi, dan Brahma. Kakawin
Negarakertagama menyebutkan bahwa pada saat candrasengkala atau pada tahun
Api Memanah Hari (1253 Saka) candi itu disambar petir.
b. Bentuk Bangunan Candi Jawi
Candi Jawi memiliki sisi keunikan dalam bangunannya dimana Batu yang dipakai
sebagai bahan bangunan Candi Jawi terdiri dari tiga jenis, yaitu kaki candi sampai
selasar candi dibangun menggunakan batu berwarna gelap atau batu andesit, tubuh
candi menggunakan batu putih atau batu kapur, sedangkan atap candi
menggunakan campuran batu berwarna gelap dan putih (lihat pada gambar 1.7).
Gambar 1.7 Candi Jawi
Sumber: Dokumen pribadi penulis
11
Selain itu pagar yang mengelilingi candi terbuat dari batu merah (lihat gambar 1.8).
Bangunan Candi Jawi dikelilingi oleh parit yang saat ini dihiasi oleh bunga teratai.
Taman-taman indah berhiasan bunga mawar merah dan pohon kamboja
menambah keindahan candi. Pada bagian kaki candi terdapat relief yang
menggambarkan miniatur bentuk bangunan Candi Jawi secara keseluruhan.
Candi Jawi menempati lahan yang cukup luas, sekitar 40 x 60 m persegi, yang
dikelilingi oleh pagar bata setinggi 2 m. Ketinggian candi ini sekitar 24,5 m dengan
panjang 14,2 m dan lebar 9,5 m. Parit yang mengelilingi Candi Jawi memiliki lebar
3,5 m dan panjang 54 m, dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.
Gambar 1.8 Pagar yang mengelilingi Candi Jawi
Sumber: Dokumen pribadi penulis
c. Fungsi Candi Jawi
Candi Jawi digunakan sebagai tempat pendharmaan atau penyimpanan abu dari
raja terakhir kerajaan singhasari yaitu Kertanegara. Definisi sebagai candi yang
digunakan sebagai pendharmaan adalah sebuah candi yang digunakan untuk
memuliakan arwah raja atau tokoh yang penting yang telah meninggal. Dalam
perkembangan masa sekarang, fungsi dari Candi Jawi digunakan sebagai tempat
peribadahan contohnya kerap kali masyarakat datang saat acara nyepi, selain itu
Candi Jawi berkembang menjadi tempat wisata bersejarah di wilayah Pasuruan.
Kalian Harus Tau
UNTUK MENAMBAH
WAWASAN MU
AYO AKSES
Link berikut ini terkait Candi Jawi:
https://youtu.be/bEV_SeMa2mI
12
4. Candi Gunung Gangsir
a. Sejarah Candi Gunung Gangsir
Mpu Sindok mendirikan kerajaan Medang Kamulan di muara sungai Brantas ibu
kotanya bernama Watan Mas. Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan
pada masa pemerintahan Mpu Sindok tersebut mencakup daerah Nganjuk
disebelah barat, daerah Pasuruan di sebelah timur, daerah Surabaya di sebelah
utara, dan daerah Malang di sebelah selatan.
Pada masa pemerintahan Mpu Sindok juga berdiri sebuah candi di Pasuruan
dengan nama Candi Gunung Gangsir. Lokasi candi berada di Dusun Kebon Candi,
Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten pasuruan dengan Koordinat
07°35‟- 12,7”LS, 112°44‟00,2”BT, dan dpl 32 m Candi ini didirikan sebagai
penghormatan terhadap Nyai Sri Srigati atau biasa disebut Mbok Rondo Dermo.
Gambar 1.9 Peta wilayah Candi Gunung Gangsir
Sumber: google maps
Didasarkan pada cerita rakyat terkait Nyai Sri Srigati, dahulu sebelum mengenal
bercocok tanam masyarakat mengembara dan memakan rumput. Suatu hari
datanglah seorang perempuan yang tidak diketahui asalnya yaitu Nyai Sri Srigati,
mengajak masyarakat berdoa kepada Hyang Widi untuk mengatasi kondisi mereka
yang kekurangan makanan dan suatu hari datanglah burung sebangsa gelatik
membawa biji-bijian yang berupa padi dan kulit. Sebelum pembangunan candi
ditanamlah sebuah kulit dan padi, pada utara candi yang kemudian padi tersebut
tumbuh menjadi padi yang berisi dan dinamai dengan padi sri kuning, sedangkan
kulit yang ditanam tumbuh dan berbuah menjadi batu permata, sejak saat itu Nyai
Srigati menjadi kaya raya dan dijuluki sebagai Mbok Rondo Dermo, walaupun kaya
raya ia tetap mau berbagi dan membantu masyarakat. Nama Gunung Gangsir
sendiri berasal dari kisah seorang Maling Aguna yang menggali di sebuah daerah
dikelilingi oleh gunung untuk mencari harta, tetapi tidak menemukannya. sehingga
Candi Gunung Gangsir merupakan tugu peringatan atau penghormatan atas
keberhasilan Nyai Sri Srigati dalam pertanian dan kesejahteraan bagi masyarakat di
sekitar wilayah candi (Ma’rufin,2018:172).
13
b. Bentuk Bangunan Candi Gunung Gangsir
Candi Gunung Gangsir mempunyai keunikan dari bentuk arsitekturnya. Candi
Gunung Gangsir memiliki karakteristik bangunan yang berupa perpaduan antara
langgam Jawa Tengah dan Jawa Timur. Candi gunung gangsir berbentuk tambun
dan berundak-undak dengan puncak berbentuk kubus, reliefnya timbul agak tinggi
dan hiasan lukisan naturalis, adapula yang menyerupai wayang kulit hal ini terlihat
dari dua relief yang menggambarkan seorang laki-laki dan perempuan yang
kepalanya menghilang, relief ditempelkan di relung-relung sekitar candi, candi
menghadap ke arah barat, dan candi terbuat dari batu bata. Pada kaki candi
ditemukan anak tangga menuju pintu candi yang sudah runtuh. Relief-relif yang
digambarkan berupa hewan yang melambangkan kemakmuran. Pada atap candi
gunung gangsir terdapat makam yang sampai saat ini belum diketahui makam
milik siapa (Ma’rufin,2018:172).
Gambar 1.10 Bangunan Candi Gunung Gangsir Gambar 1.11 Bangunan Candi Gunung Gangsir
Sumber: https://images.app.goo.gl/2kf3Xhni4EVS7wcH9 Sumber: https://images.app.goo.gl/12aKtqY2TB2KEZxU6
c. Fungsi Candi Gunung Gangsir
Candi gunung gangsir merupakan akulturasi antara kebudayaan hindu dengan
kebudayaan animisme, hal ini terjadi karena tujuan dari pendirian candi gunung
gangsir untuk menghormati Nyai Sri Srigati yang dianggap berjasa bagi
masyarakat. Sedangkan bagi kebudayaan hindu digunakan sebagai tempat
pemujaan dewa, tempat raja atau kerabatnya dan brahmana dimakamkan.
Candi ini berfungsi sebagai ritual keagaman, tempat pemakaman, dan tempat
penyimpanan harta. Hingga saat ini pun di hari-hari tertentu, seperti jum’at legi
kecuali pada bulan Ramadhan terdapat selamatan dusun yang dilakukan di
halaman depan candi, upacara tersebut berkaitan untuk terlepas dari mara
bahaya dan mendapat rezeki yang berlimpah.
Kalian hebat !
ayo baca pembahasan
berikutnya!
14
5. Candi Belahan
a. Sejarah Candi Belahan
Candi Belahan atau Sumber Tetek nama yang diberikan oleh warga sekitar,
dibangun pada abad ke 11 masa Kerajaan Kahuripan, dibawah kekuasaan Raja
Airlangga. Candi ini terletak di kawasan hutan yang dikelola Perhutani Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan yaitu pada petak 10 a Resort Pemangkuan
Hutan (RPH) Betro, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Penanggungan
atau secara administrasi di desa Wonosunyo, kecamatan Gempol, kabupaten
Pasuruan.
Candi Belahan atau Sumber Tetek merupakan salah satu cikal bakal candi
Petirtaan Jolotundo yang dibangun Raja Airlangga yang berada di Lereng Gunung
Bekal Desa Seloliman, Kecamatan Trawa Kabupaten Mojokerto. Letak Candi
Belahan atau Sumber Tetek berada di Timur Lereng Gunung Penanggungan.
b. Bentuk Bangunan Candi Belahan
Dalam kompleks candi tersebut terdapat kolam yang terdapat patung Dewi
Laksmi dan Dewi Sri yang diukir dengan menggunakan batu andesit, kedua
patung tersebut melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Salah satu daya
tarik Candi Belahan adalah mengalirnya sumber air melalui payudara patung
tersebut sehingga masyarakat menyebutnya dengan Candi Sumber Tetek. Candi
Belahan terbuat dari batu bata merah, Tepat di bawah patung tersebut terdapat
kolam berukuran kurang lebih 4x5 meter dan memiliki ketinggian setara dengan
lutut orang dewasa. Candi Belahan adalah bagian dari candi kecil yang ditemukan
di daerah Gunung Penanggungan dan Candi Belahan adalah candi yang belum
pernah dipugar sama sekali.
Gambar 1.12 Bangunan Candi Belahan
Sumber: https://images.app.goo.gl/jt3rGQrH9fx6JKSbA
c. Fungsi Bangunan Candi Belahan
Pembangunannya oleh Raja Airlangga digunakan sebagai tempat lokasi
pemandian permaisurinya. Sekarang Candi Belahan dijadikan wisata sejarah
yang memiliki daya tarik tersendiri, dan dimanfaatkan sumber mata airnya
oleh warga sekitar karena airnya yang begitu bersih dan jernih.
15
G. Evaluasi:
Evaluasi mandiri
Kerjakan soal dibawah ini dengan memilih jawaban paling benar antara (A),(B),
(C), atau (D) dengan memberi tanda silang (x) kerjakan dengan mandiri dan
mengedepankan sikap jujur!
1. Prasasti apa yang menjadi bukti bahwa lahirnya kota Pasuruan pada hari Jumat
pahing tanggal 18 September 929 M adalah?
A. Prasasti Cunggrang
B. Prasasti Ciaruteun
C. Prasasti Nalanda
D. Prasasti Kebon Kopi
2. Kata Pasuruan berasal dari kata pa-soeroe-an, apakah arti dari pa-soeroe-an jika
dilihat dari segi bahasanya?
A. Tempat untuk singgah sebentar
B. Tempat untuk membudidayakan sebuah tanaman
C. Tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh
D. Tempat tumbuhnya daun yang lebat
3. Pada konsep struktur bangunan candi terdapat konsep triloka yang
melambangkan alam semesta, yaitu terdiri dari?
A. Bhurloka, Bhuwarloka, Swarloka
B. Bhuwarloka, Nawarloka, Bhurloka
C. Bhurloka, Bhuwarloka, Pitaloka
D. Swarloka, Pitaloka, Nawarloka
4. Candi Jawi didirikan atas perintah raja terakhir Singhasari yaitu Kertanegara
yang digunakan sebagai tempat ibadah umat beragama siwa-budha, kenapa
pendirian candi Jawi jauh dengan pusat kerajaan Singhasari?
A. Tidak memiliki tempat lain untuk mendirikan sebuah candi
B. Menghindari serangan musuh
C. Lokasi wilayah pendirian candi Jawi berada di dataran rendah
D. Banyaknya penganut ajaran sikritisme Siwa-budha di tempat pendirian candi
Jawi
16
5. Kompleks wilayah candi Jawi di kelilingi oleh pagar bata setinggi 2 m, terbuat
dari apakah susunan pagar yang mengelilingi candi Jawi tersebut
A. Batu Andesit
B. Batu Merah
C. Batu Kapur
D. Batu Kali
6. Candi Jawi digunakan sebagai tempat pendharmaan raja terakhir Singhasari
yaitu Kertanegara, apa definisi sebuah candi yang digunakan sebagai
pendharmaan?
A. Digunakan sebagai tempat tinggal raja selama hidup
B. Digunakan untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang meninggal
C. Digunakan untuk hiasan tanpa makna disekitar wilayah kerajaan
D. Digunakan untuk menunjukkan kemakmuran seorang raja yang tengah
berkuasa
7. Pada masa pemerintahan Mpu sindok berdiri sebuah candi bernama Candi
Gunung Gangsir, untuk apakah pendirian Candi Gunung Gangsir tersebut?
A. Sebagai patokan batas wilayah kekuasaan Mpu Sindok
B. Menunjukkan kekuasaan Mpu Sindok yang tengah berkuasa
C. Sebagai tempat untuk bersinggah Mpu sindok
D. Tempat penghormatan terhadap Nyai Sri Srigati
8. Pada Candi Gunung Gangsir ditemukan sebuah relief-relief yang yang timbul
agak tinggi serta ditemukannya relief berupa gambar hewan melambangkan
apakah relief tersebut?
A. Kebahagiaan
B. Kesediaan
C. Kemakmuran
D. Kesederhanaan
9. Dalam kompleks candi Belahan terdapat dua patung yang menjadi daya tarik
tersendiri, kedua patung tersebut seolah-olah menjadi ikon keunggulan dari
kompleks candi Belahan, dua patung tersebut adalah?
A. Patung Dewi Sri dan Raja wali
B. Patung Dewi Laksmi dan Dewi Sri
C. Patung Dewi Laksmi dan Dewi Durga
D. Patung Dewi Durga dan Dewi Sri
17
10. Candi Belahan di dirikan oleh Raja Airlangga pada masa pemerintahan
Kerajaan Kahuripan, untuk apakah pendirian candi Belahan tersebut?
A. Tempat pemandian permaisuri raja Airlangga
B. Tempat untuk menandai batas wilayah kekuasaan kerajaan Kahuripan
C. Tempat raja Airlangga bertapa
D. Tempat untuk menunjukkan seberapa hebat raja Airlangga saat berkuasa
PENUGASAN AKHIR !
1.Kerjakan secara berkelompok, terdiri dari 4-5 siswa
2.Carilah sumber terkait bukti peninggalan kerajaan
hindu-budha di sekitar kalian!
3.Susunlah esai sederhana terkait bukti peninggalan
kerajaan hindu-budha yang ada di lingkungan sekitar
kalian!
4.Setelah menyusun esai lengkapi dengan membuat
power point atau PPT terkait esai
5.Presentasikan hasil di depan anggota kelompok lain
dan Bapak/ Ibu guru agar mendapatkan Saran dan
kritik yang membangun terkait penugasan akhir ini
18
H. Kunci Jawaban:
1. A 6. B
2. C 7. D
3. A 8. C
4.D 9. B
5. B 10. A
Hebat! kalian telah menyelesaikan
pembelajaran terkait peninggalan
kerajaan hindu-budha yang ada di
Pasuruan, sampai jumpa dan terus
tingkatkan semangat belajar!
19
Daftar Pustaka:
Asyadzili, dkk. 2020. Candi Jawi Di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur Sebagai
Sumber Belajar Sejarah Bagi Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Widya
winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(2).
Doi: http://dx.doi.org/10.23887/jjps.v8i1.12675
Kominfo Kabupaten Pasuruan. 2021. Sejarah Singkat Hari Jadi Kabupaten Pasuruan.
(Online), (https: https://www.pasuruankab.go.id), diakses 1 Maret 2022
Istanto, R. (2018). Estetika Hindu Pada Perwujudan Ornamen Candi di Jawa. Jurnal
Imaji, 16(2). 155 ̅ 161. Doi: https://doi.org/10.21831/imaji.v16i2.22737
Ma’rufin. Utari. 2018. Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir: Upaya Menumbuhkan
Kesadaran Sejarah Siswa Sman 1 Purwosari Melalui Metode Outdoor
Learning. Jurnal Pengadereng, 4(1). 169 ̅ 179.
Doi: https://doi.org/10.36869/pjhpish.v4i1.81
20
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG