The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rifkiabdulfariss, 2022-06-02 05:26:02

PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA

PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA

PENYAJIAN HASIL ANALISIS
DATA

Metode – metode penyajian analisis data

• METODE PENYAJIAN FORMAL

METODE PENYAJIAN FORMAL ADALAH PENYAJIAN HASIL ANALISIS
DATA DENGAN MENGGUNAKAN KAIDAH, ATURAN ATAU SUATU POLA
DALAM BAHASA SEPERTI RUMUS, BAGAN/DIAGRAM, TABEL DAN
GAMBAR. SELAIN ITU, METODE PENYAJIAN FORMAL ADALAH SEBUAH
PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA YANG MENGGUNAKAN TANDA-TANDA
DAN LAMBANG-LAMBANG. DALAM HAL INI TANDA-TANDA YANG
DIMAKSUD ADALAH TANDA TAMBAH (+), TANDA KURANG (-), TANDA
BINTANG (*), TANDA PANAH (➡), TANDA KURUNG BIASA (()), TANDA
KURUNG KURAWAL ({}), TANDA KURUNG SIKU ([]), DAN LAIN
SEBAGAINYA. KEMUDIAN, LAMBANG-LAMBANG YANG DIMAKSUD
ADALAH SINGKATAN NAMA (S,P,O,V,K), LAMBANG SIGMA (Σ) UNTUK
SATUAN KALIMAT, DAN BERBAGAI DIAGRAM.

• Metode Penyajian Informal

Menurut Sudaryanto (1993:145) Metode
penyajian informal yaitu penyajian hasil analisis
data dengan menggunakan kata-kata biasa.
Walaupun demikian, penggunaan terminology
yang sifatnya teknis tidak bisa dihindari.

Contoh penyajian Formal dan Informal

 Dalam sebuah laporan penelitian yang digagas oleh
Sudaryanto (1979) berjudul “Beberapa Kata Non
Referensial Dalam Bahasa Indonesia” ada contoh
mengenai Penyajian formal dan Informal, Contoh berikut ini
adalah perihal penggunaan kata pula dalam bahasa
Indonesia. Secara informal kaidah pemakaiannya dapat
dinyatakan sebagai berikut:

 Kata pula itu berdistribusi paralel dan sinonim dengan jua,
tetapi tidak dengan pun.

 Klausa dasar yang membentuk kalimat yang mengandung
pula itu, konstituen predikat atau P-nya berupa adjektiva
atau A.

 Mengenai kalimat majemuknya dapat diketahui ciricirinya
sebagai berikut:

 Klausa yang pertama merupakan dasar atau alas (hanya
secara lingual, bukan secara logis) sedangkan klausa yang
kedua merupakan klausa yang didasarkan.

 Baik klausa pertama maupun klausa kedua diawali dengan
kata makin, semakin, tambah, bertambah, atau kian.

 Dan bila klausa pertama diawali dengan makin, maka
demikian pula klausa kedua; demikian seterusnya, bila
klausa pertama diawali dengan semakin klausa kedua juga
semakin; bila klausa pertama diawali dengan tambah
klausa kedua juga dengan tambah.

Jika disajikan secara formal, sebagai berikut :
Atau bisa juga seperti ini :

Tanda dan Lambang beserta Penggunaannya

Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa tanda dan lambang berlaku atau
digunakan untuk sebuah penyajian secara formal dalam penyajian kaidah
kebahasaan. Berikut adalah penjelasan mengenai tanda dan lambang beserta
penggunaanya :

Tanda bintang atau asterik (*)

Tanda bintang atau asterik (*) ini memiliki arti bahwa tanda ini digunakan
untuk menyatakan bahwa ujaran atau kalimat yang diberi tanda (*) “dilarang”
adanya dalam sistem Bahasa yang bersangkutan. Artinya, tuturan itu tidak
gramatikal jika digunakan.

 Contoh :

 Dia mengambil buku

 Mengambil buku dia

 *dia piring mengambil

 *piring dia mengambil

Dari contoh-contoh diatas terdapat ujuran atau kalimat yang bertanda asterik
tentu tidak pernah digunakan dalam Bahasa Indonesia, karena melanggar kaidah
kalimat Bahasa indonesia. Maka dari itu, ujuran atau ujaran yang bertanda asterik
(*) dilarang penggunaanya.

Tanda kurung

Seperti diketahui bahwa tanda kurung terdapat 3 jenis, yaitu kurung bundar
(), kurung kurawal {}, dan kurung siku []. Berikut adalah penjelasannya :

Tanda kurung biasa atau kurung bundar ()

Tanda kurung bundar menunjukan jika unsur lingual yang ada di dalamnya
bersifat optional artinya boleh ada dan boleh juga tidak ada.

Contoh :

 Adik dipanggil (oleh) Kakak

Contoh kalimat diatas menunjukan bahwa satuan lingual (oleh) itu boleh
dipakai dan boleh tidak

Tanda kurung

kurawal {}

Tanda ini menunjukkan bahwa unsur yang ada didalamnya
dapat dipilih salah satu bila digunakan bersama satuan
lingual lain yang ada di luar kurung. Lihatlah contoh berikut
ini: 118metode penelitian bahasa: pendekatan struktural
dalam contoh 1 di atas dapat dipilih unsur di dalam kurung
kurawal sehingga dimungkinkan membuat ungkapan
sangat kecil, sangat besar, dan sangat baik. Dalam contoh
2 boleh dipilih salah satu unsur dia, ayah, wati dan pulang,
tidur, makan, untuk membentuk kalimat dengan unsur tidak
ingin sehingga dihasilkan kalimat dia tindak ingin pulang,
dia tidak ingin tidur, ayah tidak ingin tidur, ayah tidak ingin
makan, dst.

Kurung persegi [ ]

Tanda ini selalu dipakai berpasangan, artinya ada dua lajur yang diberi tanda
kurung persegi ini. Jumlah unsur lingual yang ada dalam masing-masing lajur
haruslah sama. Kemudian, pilihan pada lajur pertama haruslah sejajar dengan
pilihan pada lajur kedua. Artinya, bila pilihan pada lajur pertama adalah baris
pertama maka pilihan pada lajur kedua juga baris pertama, dan seterusnya.
Lihatlah contoh berikut ini.

Daftar Pustaka

Zaim, M. (2008b). Metode Penelitian Bahasa. Padang: Fakultas Bahasa
Sastra dan Seni


Click to View FlipBook Version