The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by hasya.samaira.190, 2021-12-01 01:36:10

Vakuola dan Matanya

Vakuola dan Matanya

Vakuola dan
Matanya

"Vakuola selalu bermain game sampai
lupa waktu dan tidak mendengarkan
orang tua. Suatu hari mata Vakuola terasa
sakit dan meminta Nukleus untuk pergi

ke rumah sakit dan menjalankan
pemeriksaan mata."

Hasya samaira nasution

Pramenulis

Topik: Terlalu banyak screen time (Kepahlawanan)
Tujuan: Saya ingin memberi tahu kepada orang-orang
bahwa bermain video game terlalu banyak tidak baik
bagi kesehatan.
Pembaca: Semua umur

Ide: Ada seorang anak yang berumur 8 tahun bernama
Vakuola. Vakuola sangat senang bermain video game,
Vakuola bermain video game setiap hari dan setiap jam
sampai dia melupakan tugas bahasa Indonesia
miliknya. Ibu Vakuola adalah Nukleus, Nukleus sudah
lelah untuk mengingatkan putranya agar bisa berhenti
bermain video game tetapi, tetap saja Vakuola tidak
mendengarkan sang ibu. Karena tidak mendengarkan
ibu, dia terus merasakan sakit pada matanya. Dia
menyampaikan bahwa matanya akhir-akhir ini terasa
sakit pada ibunya dan sang ibu membawa Vakuola ke
dokter. Setibanya di rumah sakit, Vakuola pergi
berobat dengan Dokter Sitoplasma dan matanya
sembuh.

Draf (Alur Maju)

Awal: Ada seorang anak yang bernama Vakuola.
Vakuola sangat senang bermain video game. Ibu dari
Vakuola adalh Nukleus, Nukleus sudah berkali-kali
mengingatkan anaknya untuk berhenti bermain video
game tetapi Vakuola tidak pernah mendengarkan
sang ibu. Nukleus memiliki teman dokter mata yang
bernama Sitoplasma yang sangat cantik, baik dan
pintar.

Permulaan Konflik: Setiap pulang sekolah Vakuola
selalu lompat ke tempat tidur dan lanjut bermain
video game. Ia selalu melupakan tugas-tugas yang ia
miliki, bahkan saat teman-teman lama Vakuola
mengajak Vakuola bermain dia selalu menolak.

Klimaks: Saat Vakuola tiba di sekolah dia baru ingat
bahwa tugas akhir bahasa Indonesia yang diberikan
gurunya dua minggu lalu belum ia kerjakan. Waktu
pelajaran bahasa Indonesia pun tiba, guru bahasa
Indonesia Vakuola memarahi Vakuola karena dia
satu-satunya murid yang belum mengerjakan tugas
akhir bahasa Indonesia.

Vakuola terus merasakan sakit pada matanya jadi
saat pulang ia memberi tahu pada ibunya tentang
matanya.Mengetahui hal itu ibu Vakuola langsung
membawa Vakuola pergi ke rumah sakit tempat
temanya bekerja. Vakuola berobat kepada Dokter
Sitoplasma dan matanya terasa lebih baik, selama
mengobati mata Vakuola, Sitoplasma terus
menasehati Vakuola untuk tidak bermain Video
game terlalu banyak.

Antiklimaks: Setelah pulang dari Dokter dan
menjalankan terapi selama dua minggu Vakuola
mulai merasa lebih baik dan Vakuola mengubah
aktivitas. Vakuola selalu rajin untuk melakukan
tugas-tugas yang diberikan gurunya dan bermain
bersama dengan teman lamanya setiap hari.

Penyelesaian: Vakuolapun pada akhirnya merasa
lebih baik dan dia meminta maaf kepada sang ibu
karena tidak pernah mendengarkan nasihatnya.
Pada hari itu juga Vakuola menjalankan terapi
terakhir untuk matanya dan mata Vakuola pun
sembuh.

Vakuola dan Matanya
Oleh : Hasya Samaira Nasution



Pada suatu hari ada anak berumur delapan tahun
yang bernama Vakuola, Vakuola sangat senang
bermain video game. Vakuola bermain setiap saat
dan setiap waktu. Setiap hari Vakuola tidak pernah
mempedulikan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Sore pun tiba, Vakuola baru saja pulang dari
sekolah dan langsung lanjut bermain video game
tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Ibu
Vakuola yang bernama Nukleus selalu
mengingatkan dan menasihati sang anak agar
berhenti bermain video game karena efek dari
bermain video game terlalu sering sangatlah
berbahaya.
Nukleus berkata, “Vakuola sayang, ayo mandi dan
bereskan bukumu, jangan terlalu sering bermain
video game, Nak.”
Vakuola pun berteriak, “Berhenti menggangguku,
Ibu!”
Sang ibu pun terkejut atas perkataan sang anak,
Nukleus hanya menghela nafas dan pergi
meninggalkan Vakuola di kamarnya. Jam sudah
menunjukan pukul 19:00, teman-teman Vakuola
datang untuk mengajak

Vakuola belajar dan mengerjakan tugas Bahasa
Indonesia mereka bersama.
“Vakuola, ayo mengerjakan produk akhir Bahasa
Indonesia kita bersama!” Sahut teman-teman
Vakuola dari teras rumah Vakuola.
Nukleus membuka pintu dan berkata “Eh kalian
pasti teman-teman sekolah Vakuola ya. Ayo
masuk, akan ibu panggilkan Vakuola.”
Nukleus pun memanggil Vakuola agar turun
“Vakuola! Teman-temanmu sudah datang turun
dan kerjakan tugasmu!”
Karena Vakuola kesal dia melempar gaming
console miliknya ke lantai dan berteriak “Cukup,
Bu! Jangan ganggu aku lagi biarkan aku bermain
dengan tenang!”
Mendengar jeritan Vakuola, teman-teman Vakuola
pun langsung pergi agar tidak membuang banyak
waktu.
Vakuola belajar dan mengerjakan tugas Bahasa
Indonesia mereka bersama. Nukleus berkata,
“Vakuola sayang, ayo mandi dan bereskan
bukumu, jangan terlalu sering bermain video
game, Nak.”
Vakuola pun berteriak, “Berhenti menggangguku,
Ibu!”

Sang ibu pun terkejut atas perkataan sang anak,
Nukleus hanya menghela nafas dan pergi
meninggalkan Vakuola di kamarnya. Jam sudah
menunjukan pukul 19:00, teman-teman Vakuola
datang untuk mengajak Vakuola belajar dan
mengerjakan tugas Bahasa Indonesia mereka
bersama.
“Vakuola, ayo mengerjakan produk akhir Bahasa
Indonesia kita bersama!” Sahut teman-teman
Vakuola dari teras rumah Vakuola.
Nukleus membuka pintu dan berkata “Eh kalian pasti
teman-teman sekolah Vakuola ya. Ayo masuk, akan
ibu panggilkan Vakuola.”

Nukleus pun memanggil Vakuola agar turun
“Vakuola! Teman-temanmu sudah datang turun dan
kerjakan tugasmu!”
“Bu, kami izin pergi duluan ya kami masih harus
lanjut mengerjakan tugas.”sambil berpamitan kepada
ibu Vakuola.
“Baik, Nak. Hati-hati.” Sahut Ibu Vakuola sambil
melambaikan tangan.
Keesokan harinya Vakuola melihat jam di dinding
yang menunjukkan pukul 7:47. Vakuola langsung
melompat dari kasur dan membereskan buku-buku
yang tergeletak di lantai.

“Ibu mengapa kau tidak membangunkanku?!” Sahut
Vakuola yang terburu-buru memakai sepatu.
Ibu Vakuola hanya diam dan mengatakan “Hati-hati
di jalan.”
“Memang ibu tidak ada guna!” sahut Vakuola kepada
sang ibu karena kesal. Nukleus hanya bisa menghela
nafas mendengarkan perkataan anaknya.
Bel pun berbunyi pelajaran pertama adalah pelajaran
Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia
terkenal karena yang mengajar adalah guru yang
sangat kejam.
Teman-teman Vakuola bertanya pada Vakuola
“Vakuola apakah kamu sudah menyelesaikan tugas
akhir Bahasa Indonesiamu?”
“Aduh, aku lupa mengerjakannya.”ucap Vakuola
sambil memukul jidatnya.
Guru Bahasa Indonesia Vakuola pun datang dan
bertanya kepada setiap murid tentang tugas mereka,
“Bagaimana dengan kamu Vakuola?” tanya guru
Bahasa Indonesia mereka. Pada saat itu juga badan
Vakuola mulai berkeringat dan jantungnya berdetak
sangat cepat.
“Eh, tugas saya belum saya kerjakan, Bu. Maaf sekali.”
jawab Vakuola.


Vakuola! Mau nunggu berapa lama lagi kamu?!”
sahut guru Vakuola, karena tidak mengerjakan
tugas Bahasa Indonesia Vakuola terpaksa harus
bolos dan tidak ikut kelas karena tidak
diperbolehkan oleh guru.
*Tring*
Bel yang menandakan pulang sekolah pun bunyi.
Vakuola langsung bergegas pulang ke rumah
karena dia sangat lelah. Sesampainya dirumah
Nukleus bertanya “Bagaimana sekolahnya, Nak?”
“Entahlah aku sangat malas membahasnya.” jawab
Vakuola sambil melempar sepatu miliknya ke
hadapan sang ibu. Saat ingin bermain video game
Vakuola terus merasakan pusing dan matanya
sakit, dia tidak mempedulikan itu dan lanjut
bermain video game.
"Aduh ini kenapa mataku sangat sakit ya?” tanya
Vakuola pada dirinya sendiri, karena hal itu dia
berteriak memanggil Nukleus “Ibu! Mataku sangat
sakit, bawa aku ke rumah sakit sekarang juga!”
“Baiklah, Nak. Kita akan pergi ke dokter.” ujar
Nukleus sambil menuntun jalan Vakuola.
Sesampainya di rumah sakit Nukleus langsung
membuat janji temu kepada dokter mata yang
bernama Sitoplasma. Sitoplasma adalah teman
dari Nukleus.

Sitoplasma adalah dokter yang sangat pintar dan
baik hati. Dia selalu membantu orang-orang yang
tidak mampu dan mengobati mereka.
Tiba saatnya Vakuola masuk ruangan dokter.
“Siang, Bu dokter. Ini anak saya katanya matanya
sakit jadi ingin diperiksa.”
“Baik akan saya periksa ya, Bu” ujar Sitoplasma.
“Bu sepertinya anak ibu terlalu banyak bermain
video game jadi matanya sakit, akan saya berikan
obat saja ya. Sitoplasma memberikan kabar buruk
kepada Nukleus. Saat itu juga Sitoplasma
menasihati Vakuola.
“Terima kasih banyak ya, Sitoplasma. Mata
Vakuola sudah terasa lebih baik sekarang.” ucap
Nukleus berterima kasih pada Sitoplasma karena
sudah mengobati mata anaknya.
"Terima kasih banyak, Bu. Saya janji tidak akan
bermain video game terlalu sering.” Vakuola pun
ikut berterimakasih pada Sitoplasma karena
sekarang matanya sudah lebih membaik.
Vakuola dan Nukleus pun pulang ke rumah dan
terus minum obat-obatan yang diberikan oleh
Sitoplasma tadi. Selama di perjalanan, Nukleus
menasihati Vakuola agar tidak mengingkari janji
yang sudah dia ucapkan pada Nukleus dan dokter
tadi.

Setelah beberapa hari menjalani terapi dan
meminum obat Vakuola kembali bermain bersama
dengan temannya dan rajin mengerjakan tugas
yang diberikan guru.

Tiba hari terakhir Vakuola menjalani terapi, saat di
perjalanan Vakuola terus meminta maaf kepada
Nukleus.
"Ibu aku minta maaf karena tidak pernah
mendengarkan nasihatmu.” ucap Vakuola
meminta maaf kepada Nukleus.
“Tidak apa-apa, Nak. Jangan diulang lagi ya.”
jawab Nukleus.
Setelah menjalani terapi selama dua bulan Vakuola
memutuskan untuk memberikan komputer game
miliknya kepada orang yang lebih membutuhkan
dan Vakuola pun merasa lebih baik.

Ada seorang anak yang berumur delapan tahun
bernama Vakuola. Vakuola sangat senang bermain
video game, Vakuola bermain video game setiap
hari dan setiap jam sampai dia melupakan tugas
yang diberikan gurunya. Ibu Vakuola adalah
Nukleus, Nukleus sudah lelah untuk
mengingatkan putranya agar bisa berhenti
bermain video game tetapi, tetap saja Vakuola
tidak mendengarkan sang Ibu. Vakuola terus
merasakan sakit pada matanya. Akankah mata
Vakuola sembuh?


Click to View FlipBook Version