The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nabilaprilly183, 2022-08-13 07:12:15

Mengenal kampung budaya polowijen (1)

Mengenal kampung budaya polowijen (1)

AMAZING

KAMPUNG BUDAYA
POLOWIJEN

Nabila Prilly Nur Putri

WELCOME VISITORS

Kampung Budaya Polowijen merupakan salah satu kampung
tematik yang berada di Kota Malang. Banyak hal menarik
yang bisa Anda dapatkan. Tak hanya sebatas menikmati
indahnya pemandangan yang disuguhkan setiap spotnya,
tetapi Anda juga dapat mempelajari kebudayaan serta sejarah
dari situs yang ada di Desa Polowijen.

Melalui Buku Panduan Dwibahasa ini, Anda tidak hanya
dapat merasakan keindahan alamnya saja tetapi juga bisa
menambah wawasan seputar Kampung Budaya Polowijen dan
beberapa travel tips.

Bagi yang ingin mengetahui informasi tentang Kampung
Budaya Polowijen lebih lanjut, Anda bisa memulainya dengan
membaca buku ini. Tunggu apa lagi, yuk segera datang ke
Kampung Budaya Polowijen Malang.

DAFTAR ISI

Table of Content

Welcome Visitors......................................................................i
Daftar Isi..................................................................................ii

Table of Content
Dimana Lokasinya?..................................................................1

Where is it Located?
Sejarah Kampung Polowijen.....................................................3

The History of Polowijen Village
Asal Usul Kampung Budaya Polowijen.....................................6

The Origin of Kampung Budaya Polowijen
Mengapa Semua Ornamen Memakai Bambu?..........................9

Why are All Ornaments Made of Bamboo?
Ada apa di Kampung Budaya Polowijen?.................................11

What's going on?
Kesenian Tari.........................................................................12

Art of Dance
Batik.......................................................................................14

Batik
Topeng...................................................................................16

The Mask
Perpustakaan..........................................................................19

The Library
Galeri......................................................................................21

Gallery

Situs Bersejarah......................................................................23
The Historical Sites

Situs Makam Mbah Reni........................................................24
The Tomb Site of Mbah Reni

Situs Petilasan Ken Dedes......................................................25
Petilasan Site of Ken Dedes

Peraturan................................................................................27
Rules

Kontak Kami..........................................................................28
Contact Us

Hotel di sekitar Kampung Budaya Polowijen...........................29
Hotels around Kampung Budaya Polowijen

Wisata di sekitar Kampung Budaya Polowijen.........................30
Tourist Attraction around Kampung Budaya Polowijen

Jajanan Tradisional Kampung Budaya Polowijen.....................31
Traditional Snacks Kampung Budaya Polowijen

Tentang Penulis......................................................................32

DIMANA
LOKASINYA?

WHERE

IS IT

LOCATED?

Kampung Budaya Polowijen terletak di Jalan Cakalang
RT 03 RW 02, Kelurahan Polowijen, Kecamatan
Blimbing, Kota Malang. Berada di kampung Polowijen,
menjadikan salah satu cagar budaya ini dinamakan
Kampung Budaya Polowijen. Lokasi Kampung Budaya
ini sangat strategis dan mudah ditemukan karena masih
dalam lingkup kota yang tentunya dekat dengan jalan
raya utama (Surabaya-Malang) dan juga terminal
Arjosari.

Kampung Budaya Polowijen is located on Jalan Cakalang
RT 03 RW 02, Polowijen Village, Blimbing District,
Malang City. Located in Polowijen Village, which makes
one of these cultural heritages called Kampung Budaya
Polowijen. The location of this Cultural Village is very
strategic and easy to find because it is still in the scope
of the city which is certainly close to the main Surabaya-
Malang highway and also the Arjosari bus terminal.

Sejarah
Kampung
Polowijen

The History of Polowijen Village

Polowijen merupakan sebuah kelurahan yang
berada di wilayah Kecamatan Blimbing, Kota
Malang. Menurut Buku Pararaton yang ditulis oleh
Drs. R. Pitono Hardjowardojo, Polowijen adalah
daerah asal dari Ken Dedes, yang dahulu kala
bernama Panawijen. Ken Dedes merupakan putri
dari seorang agamawan yang bernama Mpu Purwa
yang tinggal di Panawijen. Dia juga permaisuri dari
Ken Arok, pendiri kerajaan Tumapel. Di tempat ini
pula terdapat satu situs bernama Sumur Windu
atau disebut juga dengan Petilasan Ken Dedes.

Polowijen is a village located in Blimbing
District, Malang. According to the Pararaton
Book written by Drs. R. Pitono Hardjowardojo,
Polowijen is the origin of Ken Dedes, who was
once named Panawijen. Ken Dedes is the
daughter of a religious people named Mpu
Purwa who lives in Panawijen. She is also the
consort of Ken Arok, the founder of the
Tumapel kingdom. In this place there is a site
called Sumur Windu or also called Petilasan
Ken Dedes.

Berjalannya waktu, datang seorang tokoh pembuka hutan / bedah
krawang yaitu Eyang Jibris dari Demak yang sekaligus menyebarkan
agama islam di Polowijen. Peran Eyang Jibris dalam mengembangkan
desa tidak begitu banyak yang diketahui, tetapi masyarakat
menyakini bahwa beliau adalah sosok pemimpin masyarakat
Polowijen dalam nuansa islam. Menurut cerita yang beredar, fungsi
dan peran pemerintahan Tetua Desa dari Eyang Jibris ini mengalami
banyak perubahan. Pada awalnya Tetua Desa dikenal degan istilah
'Petinggi', kemudian berubah menjadi 'Kepala Desa' dan selanjutnya
memakai nama 'Lurah' sejak perubahan bentuk pemerintahan Desa
menjadi Kelurahan pada tahun 1985.

Over time, a forest clearing/krawang surgeon arrived, namely Eyang
Jibris from Demak who was also spreading islam in Polowijen. Not
known much about the role of Eyang Jibris in developing the village,
but the community believes that she is a the leader of Polowijen
community with islamic nuances. According to the circulating stories,
the functions and roles of the Village Head government of Eyang
Jibris underwent many changes. At first the 'Tetua Desa' were
known as 'Petinggi', then changed to 'Kepala Desa' and after that
used the name 'Lurah' since the change in the form of Village
Government to Urban Village in 1985.

Dalam perkembangannya, Desa Polowijen pernah mencuat sebagai
daerah yang terkenal dengan ahli seni kriya dan seni tari pada jaman
penjajahan Belanda tahun 1900-an. Pada tahun 1900 – 1940-an,
Polowijen mulai terkenal dengan seni tradisional tari topengnya.
Nama Polowijen selalu diikuti oleh eksistensi Mbah Reni sebagai
pengrajin dan penari Topeng Malangan terbesar, sehingga Desa
Polowijen dikenal juga dengan sebutan Desa Reni. Mbah Reni adalah
seorang petani kaya yang tinggal di Polowijen dan memimpin salah
satu rombongan wayang topeng terbaik pada masanya. Kemudian
Mbah Reni wafat pada 1935 dan dimakamkan di Polowijen.

In its development, Polowijen Village once emerged as an area
famous for crafts and dance experts during the Dutch colonial era in
the 1900s. In the 1900 - 1940's, Polowijen became famous for its
traditional mask dance art. The name Polowijen is always followed by
the existence of Mbah Reni as the biggest Malangan Mask
craftsman and dancer, so Polowijen Village is also known as Reni
Village. Mbah Reni is a rich farmer who lives in Polowijen and leads
one of the best wayang mask troupes of his time. Then Mbah Reni
died in 1935 and was buried in Polowijen.

ASAL USUL

THE ORIGIN OF

KAMPUNG BUDAYA POLOWIJEN

Kampung Budaya Polowijen merupakan salah satu kampung
tematik yang berada di Kota Malang. Kampung budaya ini
telah diresmikan oleh Walikota Malang pada tanggal 2 April
2017. Dalam hal kebudayaan, Kampung Budaya ini telah
mengembangkan budaya polowijen asli sebagai warisan
leluhur utamanya, seperti tari topeng, pembuatan topeng,
membatik, serta pelestarian budaya dan situs asli Polowijen
seperti Sumur Windu dan Situs Makam Mbah Reni. Selain
untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya setempat,
pendirian Kampung Budaya sendiri bertujuan untuk
membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat yang ada di
dalamnya, melalui sentra-sentra industri kreatif.

Kampung Budaya Polowijen is one of the thematic villages
in Malang City. This cultural village was inaugurated by the
Mayor of Malang on April 2, 2017. In terms of culture, this
Cultural Village has developed the original Polowijen culture
as its main ancestral heritage, such as mask dance, mask
making, and batik, as well as the preservation of Polowijen
culture and original sites such as the Windu Well and Mbah
Reni's Tomb Site. In addition to maintaining and preserving
the local cultural heritage, the establishment of the Cultural
Village itself aims to generate the creative economy of the
people in it, through creative industry center.

Awal mula berdirinya kampung
budaya tersebut karena digagas
oleh salah satu warganya yaitu
Pak Isa Wahyudi atau biasa
dikenal dengan sebutan Ki
Demang. Alasan mengapa
dijadikan Kampung Budaya
karena yang pertama, di
kawasan Kampung Budaya
Polowijen ini terdapat petilasan
Ken Dedes yang merupakan ibu
raja - raja termashur di tanah
Jawa, yang kedua karena adanya

makam Buyut Reni yang merupakan MPU Topeng Malangan, dan juga

karena kawasan ini telah ditetapkan sebagai lingkungan cagar budaya

yang mana terdapat Mandala MPU Purwa, Situs Kendedes, Mpu

Topeng Sukolilo.

The beginning establishment of the cultural village was initiated by one
of its residents, namely Mr. Isa Wahyudi or commonly called Ki
Demang. The reason why it was made a Cultural Village is that the first,
in Kampung Budaya Polowijen area there is a “petilasan” of Ken De-

des who is the mother of the

most famous kings in Java, and

the second is because of the

tomb of Buyut Reni which is the

MPU Malangan Mask, and also

because this area has been

designated as a cultural heritage

environment where there are

Mandala MPU Purwa,

Kendedes Site, MPU Mask

Sukolilo.

Ki Demang bekerja sama dengan
warga sekitar untuk mewujudkan
kegiatan seni dan kebudayaan.
Keterlibatan warga sekitar emang
butuh waktu dan proses, akan tetapi
peran tersebut sangat berpengaruh
besar. Mereka ikut andil dalam
seluruh kegiatan - kegiatannya,
seperti mengadakan macapat
malangan pada jumat malam, ikut
membuat topeng, membatik, dan
juga anak-anaknya ikut kesenian
tari hingga saat ini.

Di tahun 2015 mereka mulai
mengadakan pagelaran topeng
Malangan dan akhirnya mendirikan
Kampung Budaya Polowijen ini di tahun 2017. Kampung Budaya
Polowijen ini juga telah mendapatkan anugerah sebagai pemanfaatan
kebudayaan dari 10 objek kebudayaan oleh Dinas Kebudayaan di tahun
2021.

Ki Demang cooperates with residents to create arts and cultural
activities. The involvement of residents does take time and a process,
but this role is very influential. They participate in all activities, such as
holding a macapat Malangan on Friday nights, making masks, batik, and
their children also participate in dance art to this day.

In 2015 they started holding Malangan mask performances and finally
established this Kampung Budaya Polowijen in 2017. Kampung Budaya
Polowijen has also received an award as a Cultural Utilization of 10
cultural objects by the Culture Service in 2021.

FYI! MENGAPA

SEMUA ORNAMEN

MEMAKAI BAMBU?
Why are All Ornaments Made of Bamboo?

Memakai ornamen bambu karena terdapat salah satu
benda cagar budaya bernama Watu Kenong yang
dipercaya sebagai salah satu batu umpak untuk
bangunan arsitektur jaman dulu. Batu umpak ini
berfungsi sebagai penyangga tiang pada bangunan
berkonstruksi kayu atau bambu yang berkembang pada
masa Majapahit. Sehingga Kampung Budaya Polowijen
mereplikasikan dalam bentuk rumah bambu termasuk
juga di rumah warga terdapat ornamen bambunya.

Using bamboo ornaments because there is one object of
cultural heritage called Watu Kenong, which is believed
to be one of the umpak stones for ancient architectural
buildings. This umpak stone serves as a support for
building pillars with wood or bamboo construction that
developed during the Majapahit era. So that Kampung
Budaya Polowijen replicates it in the form of a bamboo
house, and in the residents' homes there are bamboo
ornaments.



ADA APA DI KAMPUNG
BUDAYA POLOWIJEN?

WHAT'S GOING ON?

Sebagai salah satu destinasi wisata yang bernuansa
budaya, tentu saja di Kampung Budaya Polowijen ini
memiliki kegiatan-kegiatan yang rutin. Kegiatan-
kegiatan tersebut diikuti oleh segenap warga, baik
bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak. Kegiatan-
kegiatan tersebut tidak hanya diikuti oleh warga
Kampung Budaya Polowijen saja, akan tetapi diikuti oleh
masyarakat Polowijen secara umum. Berikut kegiatan-
kegiatan dan spot yang ada di Kampung Budaya
Polowijen, seperti latihan menari, membati, mocopat,
membuat topeng, bazar kerajinan, pasar topeng, dan
kegiatan lainnya.

As one of the tourist destinations with cultural nuances, of
course, Kampung Budaya Polowijen had routine activities.
These activities were attended by all residents, both
fathers, mothers, and children. These activities were not
only attended by residents of Kampung Budaya
Polowijen, but also by the people of Polowijen in general.
Here are the activities and spots in Kampung Budaya
Polowijen, such as dance practice, batik, macopat, making
a mask, craft bazaar, mask market, and other activities.

KESEANRITAONF TDAANRCEI

Saat pembukaan Kampung Budaya
Polowijen, Walikota Malang juga
melakukan peletakkan batu pertama
pembangunan Sanggar Tari / Gedung
Kendedes sebagai prasarana pelatihan
menari bagi warga Polowijen. Sanggar
tari ini digunakan untuk latihan menari
yang biasanya dilakukan oleh warga
sekitar.

At the inauguration of Kampung Budaya
Polowijen, the Mayor of Malang also laid
the first stone for the construction of the
Dance Studio/Kendedes Building as a
dance training facility for Polowijen
residents. This dance studio is used for
dance practice which is carried out by
residents.

Latihan menari ini diikuti oleh anak-anak This dance practice
dan remaja Kampung Budaya Polowijen.
Akan tetapi di sanggar tari ini terbuka was attended by the
untuk umum bagi siapa saja yang ingin
belajar tarian. Latihan tarian tradisional children and teenagers
khas Malang ini dilaksanakan seminggu
dua kali yaitu Hari Sabtu dan Minggu of Kampung Budaya
pagi. Di samping itu juga diselenggarakan
latihan menari untuk ibu-ibu yang Polowijen. However,
dilaksanakan setiap Jumat malam.
this dance studio is

open to the public to

anyone who wants to

learn the dance. This

Malang traditional

dance practice is held

twice a week, on

Saturday and Sunday

morning. In addition,

there is also dance

practice for the

mothers which is held

every Friday night.

BATIK

Kegiatan membatik ini dibuka This batik activity is open to the
untuk masyarakat umum yang public and is held on Sunday
dilaksanakan pada Hari Minggu morning until noon accompanied
pagi hingga siang hari dg by batik teachers. At the
didampingi oleh guru batik. Pada beginning of the inauguration of
awal Kampung Budaya Polowijen Kampung Budaya Polowijen, as
diresmikan, sejumlah 60 orang many as 60 people were trained
dilatih untuk membatik. Motif to make batik. The well-
batik yang sudah dihakikan di established batik patterns in
Kampung Budaya Polowijen ini Kampung Budaya Polowijen are
adalah motif topeng dan motif the mask and the dedes pattern.
dedes.

Ada 2 macam batik, batik tulis

dan batik cap. Akan tetapi di

Kampung Budaya Polowijen

masih menggunakan 1 macam

yaitu Batik Tulis. Proses

membatik juga sangat detail dan

rapi. Mulai dari mempola atau

memindahkan pola gambar dari

kertas ke dalam kain, kemudian

proses yang sangat detail yaitu

mencanting karena bagus atau

tidak cantingnya akan

mempengaruhi hasil akirnya.

Batik ini menggunakan teknik

tutup celup yaitu menutup

permukaan kain dengan alat

canting kemudian mencelupkan

kedalam zat warna. Selain itu,

batik di Kampung Budaya

Polowijen bisa dijadikan sebagai

souvenir dengan kisaran harga

mulai dari 300 ribu tergantung

dari pola dan pewarnaannya

juga.

There are two kinds of batik, namely hand-drawn batik and stamped
batik. However, in Kampung Budaya Polowijen, one type of batik is still
used, namely hand-drawn batik. The batik process is also very detailed
and neat. Starting from patterning or transferring image patterns from
paper into cloth, then a very detailed process, namely canting because
good or bad the canting will affect the final result. This batik uses a
dyed cap technique, which is to cover the surface of the cloth with a
canting tool and then dip it into the dye. In addition, batik in Kampung
Budaya Polowijen can be used as souvenirs with a price range starting
from 300 thousand rupiahs depending on the pattern and coloring as
well.

TOPENG

THE MASK

Asal usul topeng Malangan ini Ada lebih 70 macam topeng panji
berasal dari Polowijen
dikarenakan terdapat situs yang tergolong topeng malangan
makam Mbah Reni, MPU
Topeng Malangan. Mbah reni seperti, Kelono, Barong Jegeber,
atau Ki Condro Suwono telah
mendapat pangakuan sebagai Bapang, Tari Putih, Ragil Kuning,
MPU Topeng Malangan Ki
Ageng Sugeng Linuwih di tahun dan lainnya. Ragil kuning merupakan
1880 oleh Adipati Aryo
Suryodiningrat VI selaku Bupati ikon topeng Kampung Budaya
Malang saat itu. Kemudian
sejarah topeng menyebar di Polowijen yang satu-satunya
seluruh Malang Raya.
menciptakan tarian perempuan.

Gebyakan pertama kali menarikan

topeng Ragil Kuning pada saat

festival Panji Internasional yang

diselenggarakan di Taman Krida

Budaya dan menjadi trending topic

saat itu.

The origin of this Malangan There are more than 70 kinds of
mask comes from Polowijen banner masks which are classified as
because there is a tomb site of Malangan masks, such as Kelono,
Mbah Reni, Mpu Malangan Barong Jegeber, Bapang, White
Mask. Mbah Reni or Ki Condro Dance, Ragil Kuning, and others.
Suwono was recognized as Mpu Ragil Kuning is the icon of the
Malangan Mask Ki Ageng Polowijen Cultural Village mask and is
Sugeng Linuwih in 1880 by the only one who creates women's
Adipati Aryo Suryodiningrat VI dances. Gebyakan first danced the
as the Regent of Malang at that Ragil Kuning mask during the
time. Then the history of masks International Panji festival held at
spread throughout Malang Krida Budaya Park and became a
Raya. trending topic at that time.

Pembuatan topeng dilakukan oleh

Pak Yulianto, pengrajin topeng

yang telah mendapat anugrah

insan budaya sebagai penopeng

terbaik di Malang Raya pada

tahun 2020. Beliau layak

mendapatkan penghargaan

tersebut karena teknik

mengukirnya sangat detail dan

teknik perupaannya sangat

artistik.

The mask-making was carried out
by Mr. Yulianto, a mask
craftsman who has received the
gift of a cultural person as the
best mask in Malang Raya in
2020. He deserves this award
because the carving technique is
very detailed and the art
technique is very artistic.

Proses pembuatan topeng tersebut berawal dari kayu yang berbentuk
kotak kemudian dibelah menjadi 2 dan dibentuk menjadi topeng serta
mengukir. Lama pengerjaan mengukir topeng tergantung dari
kayunya da tingkat kesulitannya. Jika kayunya keras bisa
membutuhkan waktu 2-3 hari, akan tetapi jika kayunya ringan sehari
bisa menghasilkan 2 topeng. Setelah diukir, topeng akan masuk ke
tahap pewarnaan. Untuk kisaran harga topeng beragam tergantung
dari jenis kayunya. Jika kayu senggon atau ringan antara 200-300
ribu rupiahs. Jika kayu semboja atau keras sekitar 500 ribu lebih.
Perbedaan hanya pada di ukiran.

The process of making the mask begins with a box-shaped wood then
split into 2 and formed into a mask and carved. The duration of the
mask carving depends on the wood and the level of difficulty. If the
wood is hard it can take 2-3 days, but if the wood is light it can
produce 2 masks a day. After carving, the mask will enter the
coloring stage. The price range of masks varies depending on the
type of wood. The cost of senggon or light wood is between 200-300
thousand rupiah. If semboja or hardwood is about 500 thousand
rupiahs more. The difference is only in the carved.

PERPUSTAKAAN

THE LIBRARY

Selain melestarikan kebudayaan In addition to preserving culture
dan kesenian seperti tari, batik, and arts such as dance, batik, and
dan topeng, Kampung Budaya masks, Kampung Budaya Polowijen
Polowijen juga memberikan also pays attention to the world of
perhatian kepada dunia literasi literacy with the existence of a
dengan adanya perpustakaan. library. This library serves to
Perpustakaan ini berfungsi untuk increase the reading interest of
meningkatkan minat baca warga residents and also visitors. The
setempat dan juga pengunjung. existence of this library is very
Keberadaan perpustakaan ini useful. Especially during the
sangat berguna sekali. Apalagi di pandemic, schools are conducting
saat pandemi, sekolah-sekolah online activities where most school
melakukan kegiatan daring atau children study together in this
online yang kebanyakan anak-anak library.
sekolah belajar bersama di
perpustakaan ini.

Perpustakaan di Kampung Budaya The library in Kampung Budaya
Polowijen ini terealisasi atas Polowijen was realized with the
bantuan dari civitas akademik help of the academic community
Universitas Widyagama Malang of Widyagama University
melalui gerakan donasi 1000 buku. Malang through the 1,000 book
Awal gerakan donasi ini langsung donation movement. At the
terkumpul 1300 buku yang beginning of this donation
diserahkan kepada Kampung movement, 1,300 books were
Budaya Polowijen beserta 1 immediately collected which were
gazebo dengan rak buku handed over to Kampung Budaya
didalamnya. Perpustakaan ini Polowijen along with 1 gazebo
diresmikan oleh Wakil Walikota with bookshelves inside. This
Malang pada bulan Juli 2017. library was inaugurated by the
Deputy Mayor of Malang in July
2017.

GALERI

GALLERY

Di ruang galeri Kampung Budaya
Polowijen, terdapat beraneka ragam
souvenir yang dijual untuk untuk
wisatawan. Souvenir ini merupakan
kerajinan dari masyarakat yang
memanfaatkan limbah kerajinan dan
pertukangan. Bentuknya pun beraneka
ragam seperti, gantungan kunci topeng,
bros batik, mainan jaman dulu dari kayu,
dan lainnya. Mereka juga sering
mengikuti kegiatan kesenian pameran
untuk memaparkan hasil dari souvenir
yang mereka buat. Harganya pun
terbilang murah mulai dari 15.000.

In the gallery of Kampung Budaya
Polowijen there are various kinds of
souvenirs that are sold to tourists. This
souvenir is a craft from the community
who utilizes handicraft and carpentry
waste. It take various forms, such as mask
key chains, batik brooches, wooden
ancient toys, and others. They also often
participate in art exhibitions to present
their souvenirs. The price is also fairly
cheap starting from 15.000 rupiahs.

Selain itu tempat ini dijadikan ruang sekretariat dari Kampung
Budaya Polowijen. Pajangan yang disuguhkan disini sangat
memukau mulai dari kerajinan wayang hingga topeng
Malangan. Kerajinan wayang ini terbuat dari kertas karton
yang biasa digunakan untuk seni pedalangan. Ada banyak
pajangan topeng yang bermacam-macam di dalam sekretariat
seperti topeng Malangan, topeng Jogja, topeng Cirebon, topeng
Bali, dan lainnya.

Beside that, this place is used as the secretariat of Kampung
Budaya Polowijen. The displays presented here are very
stunning, ranging from puppet crafts to Malangan masks. This
puppet craft is made of cardboard which is commonly used for
puppetry art. There are many various mask displays in the
secretariat room, such us Malangan masks, Jogja masks,
Cirebon masks, Balinese masks, and others.

SITUS BERSEJARAH

THE HISTORICAL SITE

Situs sejarah merupakan tempat
dimana terdapat peninggalan
bersejarah yang dilestarikan
karena nilai warisan budaya
tersebut. Karena situs inilah yang
menjadikan adanya Kampung
Budaya Polowijen.

Berikut beberapa situs di
Kampung Budaya Polowijen yang
terus dilestarikan

A historical site is a place where
there are historical relics that are
preserved because of the value of
that cultural heritage. Because
this site is what makes Kampung
Budaya Polowijen.

Here are some sites in Kampung
Budaya Polowijen that continue to
be preserved.

SITUS MAKAM
MTHBEATHOMRBESNITIE OF

Ki Condro Suwarno atau biasa dikenal

dengan Mbah Reni merupakan

seniman topeng Malangan asal Ki Condro Suwarno or commonly
known as Mbah Reni is a Malangan
Polowijen. Beliau adalah legenda mask artist from Polowijen. He is a
topeng malang yang pertama kali

membuat topeng di pulau jawa pada legend of the poor mask who first
awal abad 19. Keberadaan Mbah Reni made masks on the island of Java in
tidak banyak diceritakan dan the early 19th century. The existence
diketahui oleh seniman-seniman seni of Mbah Reni is not widely told and

pertunjukan di Malang. Beliau wafat known by performing arts artists in

pada 1935 dan dimakamkan di Malang. He died in 1935 and was

Polowijen. Mitos ini menjadi awal buried in Polowijen. This myth is the

mula tradisi Topeng di Kampung beginning of the mask tradition in

Polowijen sekarang. Semula belum ada Polowijen Village now. Initially, no

yang mengetahui di mana makam one knew where Mbah Reni's tomb

Mbah Reni. Baru sekitar tahun 2014 was. It was only around 2014 that it
mulai diyakini ada sebuah makam was believed that there was a tomb
yang berada di pinggir tengah makam located on the edge of the center of
the Polowijen Village tomb.
Desa Polowijen.

SPEITTIULSASPAENTSIILTEASOFAN
KEN DEDES

Situs Ken Dedes disebut juga "Sumur Windu" yang artinya
sumur yang sangat dalam hingga tak berujung. Situs ini
merupakan situs hunian keagamaan. Banyak ditemukan bata
merah, batu Kenong (umpak), dan struktur pondasi
bangunan di sekitar situs. Situs ini dihubungkan dengan
riwayat Ken Dedes, putri pendeta agama Budha MPU Purwa
di Panawijen. Dalam perkembangannya pada jaman
Majapahit, daerah ini tetap digunakan sebagai asrama
kependetaan agama Resi.

Ken Dedes site is also called "Sumur Windu" which means a
very deep to endless well. This site is a religious residence
site. Many red bricks, Kenong stone (umpak), and building
foundation structures were found around the site. This site is
related to the history of Ken Dedes, daughter of the Buddhist
priest MPU Purwa in Panawijen. In its development during the
Majapahit era, this area was still used as a hostel for the Rishi
religious priesthood.



PERATURAN

Selalu menjaga sikap dan
perkataan saat berkunjung
Memakai pakaian yang sopan
Selalu jaga kebersihan dan
keindahan dari setiap spot
Tidak melakukan hal-hal yang
dapat merusak fasilitas pada objek
wisata
Tidak boleh membuang sampah
sembarangan

RULES

Maintain attitude and words
during the visit
Wear decent clothes
Maintain the cleanliness and
beauty of every spots
Do not do things that can damage
the facilities at the attraction
Do not litter

KONTAK
CONTACT US

: [email protected]
: www.kampungbudayapolowijen.com
: @kampungbudayapolowijen
: KAMP UNG BUDAYA POLOWIJEN
: 08155181303

Hotel di sekitar

Hotels around

Kampung Budaya Polowijen

01 Harris Hotel

(0341 2992299) Riverside, Jl. A. Yani,
Polowijen, Blimbing, Malang City, East

Java 65126. Start from Rp
504.068.-/night.

-2,1 km from Kampung Budaya
Polowijen-

02 Grand Cakra Hotel

(0341 484777) Jl. Green Boulevard No.2,
Purwodadi, Kec. Blimbing, Kota Malang,

Jawa Timur 65125. Start from Rp
360.487.-/night.

-1,7 km from Kampung Budaya
Polowijen-

03 Grand Mercure Malang

(0341 3300000) Jl. Raden Panji Suroso
No.7, Purwodadi, Kec. Blimbing, Kota
Malang, Jawa Timur 65126. Start from

Rp 817.142.-/night.
-2,5 km from Kampung Budaya

Polowijen-

Wisata di sekitar

Tourist Attraction around

Kampung Budaya Polowijen

01 Mpu Purwa Museum

Perumahan Griya Santa, Jl.
Soekarno - Hatta No.210,
Mojolangu, Lowokwaru, Malang
City, East Java 65141
08.30 am - 03.00 pm

02 Singosari Temple

Jl. Tunggul Ametung No.4,
Candirenggo, Kec. Singosari,
Kabupaten Malang, East Java
1 0.00 am - 10.00 pm

03 Brawijaya Museum

Jl. Besar Ijen No.25 A, Gading
Kasri, Kec. Klojen, Malang
City, East Java
0 8.00 am - 03.00 pm

04 Hawai Waterpark

Jl. Graha Kencana Utara V,
Karanglo, Banjararum, Kec.
Singosari, East Java 65153
1 0.00 am - 17.00 pm

Jajanan Tradisional

Traditional Snacks

Kampung Budaya Polowijen

Lupis Semar Mendhem

Kucur Es Dawet Tepung Beras

Sawut Lontong Sayur

TENTANG
PENULIS

Nabila Prilly Nur Putri lahir di Malang 25 April
2001. Dia merupakan seorang mahasiswa Diploma
III Bahasa Inggris, Administrasi Niaga di
Politeknik Negeri Malang. Dia memilih untuk
membuat Buku Panduan Wisata Dwibahasa untuk
pengunjung Kampung Budaya Polowijen sebagai
tugas akhirnya. Semoga buku panduan wisata
yang dibuatnya ini dapat bermanfaat dan banyak
membantu pengunjung di Kampung Budaya
Polowijen.


Click to View FlipBook Version