Berlapis-lapis seperti kue lapis. Ber- get total kunjungan wisatawan ke Sleman
garis-garis seperti baris. Ya, itu adalah sebanyak 7 juta orang (2017) dan 8 juta
dinding breksi, Kawasan Tebing Breksi, di orang (2018).
Desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten
Sleman. Laboratorium penting bagi ge- Keberadaan dinding breksi semakin
olog memahami proses kebumian. Bagi disadari memberikan manfaat bagi warga
masyarakat setempat, lapisan bergaris ini setempat jika dirawat dengan baik. Kein-
menggerakkan geliat ekonomi, sosial, dan dahan garis-garis bagai kue lapis itu seper-
pelesatarian alam. ti menjadi magnet pariwisata di pagi hari,
siang hari hingga lampu-lampu yang me-
Semenjak tahun 2014, penambangan nerangi dindingnya di malam hari. Mere-
dinding breksi ini tak lagi sembarangan ka mengukir dan menata penambangan
mengeruknya demi ceruk rupiah. Kini pe- sedemikian rupa. Ukiran yang terbentuk
lestarian menjadi garda terdepan menjaga seperti naga, hingga pewayangan justru
barisan-barisan breksi ini sebagai warisan menambah keindahan lukisan alam letu-
sejarah geologi. Ratusan warga setem- san jaman purba.
pat mulai dari sebagai pengelola, penjual
makanan, petugas kebersihan, keamanan, Surono (2009), menyatakan himpunan
homestay merasakan efek positif dalam batuannya berupa breksi piroklastik, lapil-
pengembangan wisata breksi ini. li, dan tuf, masuk dalam Formasi Semilir.
Salah satu kekhasan dari batuan di Sam-
Kesadaran menjaga alam mendorong birejo ini fragmen batuan yang disebut
geliat ekonomi masyarakat Sambirejo, sebagai batu apung. Menurut Cas and
lebih baik. Desa tersebut mampu mem- Wright (1987), adanya fragmen batu
beri kontribusi pada jumlah kunjungan apung dalam batuan gunungapi itu ter-
wisatawan ke Tebing Breksi, seperti di ta- bentuk akibat adanya aliran piroklastik
hun 2017 dan 2018. Kunjungan dua tahun (awan panas seperti Gunung Merapi). Hal
tersebut mencapai 1 juta orang dari tar- itu menandakan adanya peristiwa letusan
43
besar. Letusan besar ini dimungkinkan letu- Berdasarkan kajian penentuan umur oleh
san kaldera gunung pi seperti halnya Kaldera Surono, hal itu memberikan petunjuk lain
Toba, Sumatera Utara, letusan mudanya di bahwa dari jejak mineral zircon pada tuf
74.000 tahun lalu. Formasi Semilir didapati umurnya sekitar 16
juta tahun lalu. Hal tersebut, termasuk dalam
Kajian dari Smyth (2011) menyebutkan periode vulkanisme Jawa (baca : Rentetan
adanya proses geologi letusan besar tersebut Gunungapi Pulau Jawa). Periodenya masuk
sebagai letusan Kaldera Semilir yang ter- di masa kejayaan proses kegunungapian pur-
bentuk pada kala Miosen Awal tepatnya 20 ba di Jawa jutaan tahun yang lalu.
juta tahun yang lalu. Tentu, saat ini Gunung
Semilir sudah tidak ada, hanya tersisa bukti Adanya struktur garis-garis pada perla-
batuannya. pisan batuan piroklastik di Tebing Breksi,
juga petunjuk bagaimana proses letusannya
terjadi secara berangsur atau berulang. La-
pisan tdak terbentuk dalam satu kali letu-
san. Sebagai contoh, adanya endapan tipis
tuf berwarna coklat di antara lapisan breksi
piroklastik yang tebal tersebut menandakan
adanya endapan jatuhan abu vulkanik hasil
erupsi Kaldera Semilir. Selain sebagai penan-
da periode perulangan letusan gunung api,
endapan tuf tersebut memiliki kandungan
mineral yang dapat digunakan untuk penen-
tuan umur batuan.
Betapa letusan sebesar apa pun
gunungapi masa lalu, mampu memberi ber-
kah di masa selanjutnya, kini dan mendatang.
Tentunya, kita sebagai manusia bisa menem-
patkannya sebagai warisan yang harus dile-
starikan keberadaannya demi terjaganya seja-
rah bumi.
44
Perubahan paradigma masyarakat sekitar Tebing Breksi. Dahulu, masyarakat menggantung-
kan hidupnya dari aktifitas penambangan batu. Namun sekarang, masyrakat memanfaatkan
Tebing Breksi secara berkelanjutan melalui kegiatan pariwisata (geowisata).
45
semilir beds bothe
“Semilir Beds”. Istilah yang pertama Membahas pemetaan geologi daerah Yo-
diperkenalkan Ir A. CH. D. Bothe, geolog gyakarta akan menunjuk pada Bothe. Ia
asal Belanda. Bothe menyajikan kemunculan menjadi pemandu kunjungan lapangan ke
Semilir Beds dalam tulisannya “Djiwo-Hills Perbukitan Jiwo dan Pegunungan Selatan
and Southern Range” atau Perbukitan Jiwo saat kongres tahun 1929 itu. Bothe bekerja di
dan Pegunungan Selatan sebagai buku pan- bagian pemetaan geologi Jawa, pusat survei
duan lapangan untuk Kongres Ilmu Pengeta- geologi, Jawatan Pertambangan, yang kala itu
huan Pasifik ke-4 “Fieldtrip Guide Book for sudah berada di Bandung.
4th Pasific Science Congress”.
Formasi Semilir atau Semilir Beds ini oleh
Kongres ketika itu diselenggarakan di Bat- Bothe, tersingkap cukup baik di daerah yang
avia (Jakarta) dan Bandung pada tanggal 18- bermorfologi perbukitan terjal pada gawir
24 Mei 1929. Di Bandung, kongres itu dise- Pegunungan Baturagung. Ia dan Van Bem-
lenggarakan di Technische Hooge School melen mendiskripsikan formasi ini dengan
(THS atau kini ITB). Geolog Van Bemmelen keberadaan gawir Baturagung terkait dengan
(1949), masih sepakat dengan Semilir Beds. pengangkatan Pegunungan Selatan di Pleis-
Selanjutnya, Sumarso dan Ismoyowati (1975), tosen Tengah.
menamainya sebagai Formasi Semilir.
Dalam perkembangannya penelitian se-
(Atas) Publikasi Bothe mengenai kegeologian Yogyakarta dan sekitarnya pada 1929. Secara
spesifik, Bothe membahas seluk beluk geologi Perbukitan Jiwo dan Pegunungan Selatan.
46
jumlah geolog, Formasi Semilir merupakan mendapatkan informasi bahwa Bothe mengi-
hasil dari kegiatan letusan dahsyat gunung kuti ujian masuk ke Technische Hoogeschool
api. Letusan itu membentuk kaldera sedan- di Delft, Belanda. Pada 25 Januari 1917, ada
gkan Formasi Kebo-Butak yang mengalasi kabar lagi bahwa Bothe mengikuti ujian kan-
Formasi Semilir menjadi awal dari peningka- didat insinyur pertambangan (candidaatsex-
tan gerakan gunungapi di Jawa bagian tengah. amen Mijn-ingenieur). Barulah pada 1918,
dia dinyatakan lulus dari Technische Hooge-
Produk Semilir ini penampakannya school.
berupa batuan berwarna lebih terang dari
pada produk Gunung Merapi purba yang leb- Dengan terbitnya Surat Menteri Urusan
ih tua atau gelap. Candi Sambisari mewakili Jajahan Bagian ke-9 Nomor 45 (Minister van
adanya kedua batuan itu, Formasi Semilir dan Koloniën van 26 September 1919, ‘9de af-
Formasi Merapi. deeling No. 45) atas nama Gubernur Jender-
al Hindia Belanda pada 26 September 1919,
Kembali mengenali siapa itu Bothe, A. Ch. D. Bothe diangkat sebagai insinyur di
memang tak sebanyak informasi Van Bem- Dinas Pertambangan Hindia Belanda (tot in-
melen. Foto wajah Bothe pun sulit didapat- genieur bij ‘s Lands mijndiensten: A. Ch. D.
kan. BOTHE).
Informasi paling tua menyebut bahwa Sejak 16 September 1920, Bothe ditem-
pada 31 Juli 1912, dia mengikuti ujian akh- patkan di bagian penyelidikan pertamban-
ir Hoogere Burgerschool (HBS) atau setara gan dan geologi timah Riau (Mijnbouwkun-
SMA di Provinsi Gelderland, Belanda. Dua dig-geologisch onderzoek “Tinonderzoek
tahun kemudian, pada 11 Juni 1914, kita
Para peserta Kongres Ilmu Pengetahuan Asia Pasifik ke-4 berpotret di depan Museum Geologi
Bandung tahun 1929.
47
Riouw”). Empat tahun kemudian, pada 1924, istrinya bertempat tinggal di Emmalaan 15
posisi kerjanya ada di biro Dinas Pertamban- alias Jalan Kamuning No. 15 sekarang.
gan di Batavia (Bureau van den dienst te Bat-
avia). Pada 1931, disebutkan bahwa Bothe beker-
ja di Bureau van den Dienst te Bandoeng (Biro
Setelah pernah menyelidiki timah di Riau, Dinas Pertambangan di Bandung) terutama
pada 1925 Bothe berpindah ke penyelidikan masih berurusan dengan pemetaan geologi
pertambangan dan geologi Sulawesi timur Jawa (Geologische opname Javakaartering),
(M.G.O. Oost-Selebes). Tanggal 19 Juni 1926, dengan catatan pada 17 Maret dia mendapat-
ada kabar bahwa Bothe yang saat itu merupa- kan promosi menjadi insinyur kelas 1.
kan insinyur kelas 2 mengambil cuti ke Rot-
terdam, Belanda. Masih bertempat di Bandung, pada 1933,
di tempat kerjanya ditambah beban dengan
Setelah cuti dan kembali ke Hindia Belan- menyelenggarakan pemetaan geologi Suma-
da, pada 1928, Bothe yang juga masih insinyur tra, sehingga namanya menjadi Geologische
kelas 2 bekerja di bagian Brigade voor de Java Java-en Sumatrakaarteeringen (Standplaats
kaartering (Standpl. Bandoeng) atau Kelom- Bandoeng).Tanggal 15 Mei 1933 tersiar ka-
pok Pemetaan Pulau Jawa (yang bertempat bar, setelah cuti besar sebelumnya pada 1926,
kerja di Bandung). Selama di Bandung, ia dan Bothe akan mengambil lagi cuti ke Belanda
Beberapa keragaman geologi yang dibahas oleh Bothe, termasuk sebutan himpunan batuan
Formasi Semilir.
48
Dalam bukunya, Bothe juga menjelaskan terkait dengan Gunung Nglanggeran.
dan kembali lagi ke Bandung pada 2 Agustus merupakan himpunan batuan yang erat kait-
1933. anya dengan produk letusan besar gunungapi
pada jutaan tahun silam. Memang, sejarah
Dan, bersamaan dengan kongres yang kegunungapian di Jawa sangat menarik un-
mempublikasikan istilah Semilir Beds itu tuk terus ditelisik. Sejak masa Bothe hingga
pula, pada 16 Mei 1929, Museum Geologi saat ini, tampaknya jawaban-jawaban yang
untuk pertama kalinya diresmikan bernama ada belum cukup untuk mengungkap seja-
“Geologisch Laboratorium ”. rah geologi Formasi Semilir ini. Namun de-
mikian, lebih dari itu bagaimana menjaga dan
Hingga saat ini seluk beluk himpunan bat- melestarikan beberapa bukti penting batuan
uan yang dikenal sebagai Formasi Semilir Formasi Semilir yang ada dari kerusakan dan
ini masih terus dikaji oleh para ahli geologi. memanfaatkan secara bijak dan berkelanju-
Termasuk di dalam buku ini juga memba- tan juga menjadi hal penting yang tidak dapat
has mengenai bagaimana serba serbi dari ditinggalkan.
himpunan batuan ini. Kajian yang telah di-
publikasikan pada beberapa tahun terakhir,
menunjukkan bahwa “Semilir Beds” tersebut
49
Dalam Periode Vulkanisme Jawa yang ber- Akibat kekosongan dapur magma tersebut,
langsung sejak Eosen Akhir (41 juta tahun) tubuh gunung api menjadi runtuh dan am-
hingga Miosen Awal (16 juta tahun) mening- blas.
galkan jejak-jejak bukti geologi berupa him-
punan batuan gunungapi. Himpunan batuan Tentu, proses runtuhan gunung api yang
ini lebih berwarna terang dibandingkan den- terjadi tersebut juga disertai erupsi material
gan batuan gunungapi lainnya pada Periode gunung api yang berhamburan, mengalir dan
Vulkanisme Jawa (baca : Garis-Garis Breksi). mengendap di wilayah lembah di sekitarn-
Batuan gunungapi tersebut dikenal sebagai ya. Letusan yang dimaksud adalah letusan
Formasi Semilir yang terbentuk pada rentang Kaldera Semilir dimana menurut Smyth, dkk
waktu 20-16 juta tahun (Miosen Awal). (2011), terjadi pada 20 juta tahun yang lalu.
Menilik komposisi batuan gunung api For- Melihat dari lapisan-lapisan dari Formasi
masi Semilir yang didominasi oleh batuapung Semilir ini, bisa dipastikan proses terjadin-
dan kajian yang ada terkait sejarah geologi ya tidak dalam sekali waktu. Prosesnya be-
pembentukan Formasi Semilir pada rentang rangsur-angsur.
waktu 20-16 juta tahun tersebut dapat mem-
berikan gambaran sebuah fase terjadinya Pertanyaan yang muncul, lalu di mana lo-
fenomena geologi katastrofe. kasi Kaldera Semilir? Nah, sebuah gunung api
yang berjaya pada 20 juta tahun yang lalu yang
Katastrofe merupakan proses geologi kemudian runtuh, dapat diketahui setidaknya
yang mengubah bentang alam permukaan prakiraan titiknya. Banyak ahli geologi yang
bumi. Dalam hal ini, fenomena katastrofe meneliti wilayah Zona Pegunungan Selatan
yang dimaksud adalah terjadinya letusan be- berpendapat bahwa Kaldera Semilir bera-
sar sebuah gunungapi. Letusan yang maha da di sekitar Zona Pegunungan Baturagung,
dahsyat itu memuntahkan segala material sebuah perbukitan yang memanjang dari
gunungapi sehingga menyebabkan dapur Prambahan hingga Klaten, diamternya se-
magma di bawah permukaan bumi kosong. kitar 6 km. Tinggi gunungnya diperkirakan
tingginya 2.000 mdpl.
50
Prakiraan Kerucut Purba Semilir
Gunung Merapi 0 km
U
Berdasarkan data kemiringan lapisan, Kota Yogyakarta Prambanan
karakteristik stuktur dan tekstur batuan Kaldera Semilir
piroklastik batuan gunungapi Formasi Semil-
ir, dan data geofisika mikrozonasi yang ada Tebing Breksi Wedi
mengarah kepada satu area yang memiliki
morfologi seperti mangkuk yang besar di Wonosari
wilayah Prambanan hingga Wedi, utara Zona
Pegunungan Baturagung. Pada mulanya, data Prakiraan keberadaan Kaldera Semilir jutaan
geofisika mikrozonasi ini bertujuan untuk tahun lalu yang berada di wilayah Wedi, Klat-
memetakan kondisi batuan permukaan yang en dan sekitarnya.
ada kaitanya dengan percepatan gelombang
gempa. Namun, selain untuk aspek kegem- masyarakat.
paan, data bawah permukaan bumi ini juga Mempertimbangkan hubung kait antara
berhasil menggambarkan adanya sebuah ce-
kungan yang lumayan besar. morfologi cekungan bawah permukaan yang
ada dan bukti-bukti geologi Formasi Semilir,
Mempertimbangkan hubung kait antara memang prakiraan kami bahwa posisi Kalde-
morfologi cekungan bawah permukaan yang ra Semilir berada di wilayah Klaten, antara
ada dan bukti-bukti geologi Formasi Semilir, Prambanan hingga Wedi. Cekungan terse-
memang prakiraan kami bahwa posisi Kalde- but kini sudah terisi oleh endapan material
ra Semilir berada di wilayah Klaten, antara sedimen asal Gunung Merapi membentuk
Prambanan hingga Wedi. Cekungan terse- sebuah wilayah dataran. Memberikan berkah
but kini sudah terisi oleh endapan material tersendiri bagi kesuburan tanah di wilayah
sedimen asal Gunung Merapi membentuk tersebut guna mendukung aktivitas pertanian
sebuah wilayah dataran. Memberikan berkah masyarakat.
tersendiri bagi kesuburan tanah di wilayah
tersebut guna mendukung aktivitas pertanian
51
larik-larik
Semilir oro-oro
Tebing batuan tepi jalan antara Lemah
Abang menuju Nglanggeran.
Berjarak sekitar 5 km, dari Tebing Breksi, sedimen.
Desa Sambirejo, Prambanan, Kecamatan Sle- Bukti keberadaan batuan gunung api dan
man, menuju arah selatan terdapat dinding
bukit serupa di Desa Ngoro-Oro, Kecama- batuan sedimen asal gunung api tersebut
tan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Dind- dapat ditemukan berupa tebing dengan per-
ing yang berwarna terang dan berlapis-lapis lapisan batuan yang indah di tepi jalan rute
warnanya. Nah, lapisan dinding ini ternyata Ngoro-Oro menuju Lemah Abang. Tersing-
masih terkiat dengan garis-garis Tebing Brek- kapnya tebing ini karena adanya pembuatan
si. Larik-lariknya nampak jelas dan indah. jalan baru dan pemangkasan bukit. Unik sep-
erti kue lapis, beberapa mereka yang melintas
Fenomena kedua dinding itu tidak jauh sering kali berhenti untuk berfoto berlatara
berbeda. Tebing Breksi yang terbentuk aki- dinding tersebut.
bat letusan katastrofe Kaldera Semilir sekitar
20 juta tahun yang lalu (baca : Garis-Garis Peneliti Badan Geologi menemukan adan-
Breksi. Letusan besar ini memproduksi ba- ya bukti geologi yang cukup langka, berupa
han rempah gunung api membentuk breksi fosil kayu pohon. Kondisi fosil kayu menyeru-
piroklastik, lapili, dan tuf. Selanjutnya, ragam pai kumpulan patahan batang pohon yang
batuan tersebut juga merupakan penyusun berserakan dan sebagian berwarna hitam
utama wilayah Ngoro-Oro. Namun selain asal legam. Hitam ini karena terbakar sehingga
batuan dari luncuran material gunung api menjadi arang kayu. Perkirakan fosil kayu
(aliran piroklastik) dengan suhu yang ting- yang terbatukan ini berasal dari tumbuhan
gi, dinding Ngoro-Oro hasil pengendapan bakau pada lingkungan daratan dekat pantai/
material rombakan batuan gunungapi yang laut.
sudah ada sebelumnya, membentuk batuan
Selanjutnya, perubahan dari tumbuhan
menjadi fosil kayu ini disebabkan oleh ma-
52
Selang-seling batuan asal gunungapi Tekstur fiamme (tulis miring) pada ig-
Formasi Semilir. nimbrit Formasi Semilir. Tekstur yang
memiliki bentuk lensa-lensa berwarna abu-
terial piroklastik (awan panas) hasil letusan abu ini terbentuk akibat proses pengelasan
Kaldera Semilir. Material yang mengalir pada material gelas vulkanik dimana saat terjadi
lereng hingga kaki gunung menyapu dan pengendapan batuan memiliki temperatur
membakar vegetasi yang tumbuh di sepan- yang tinggi.
jang jalur aliran. Umumnya, seluruh vege-
tasi atau pepohonan yang dilalui material da apabila dibandingkan dengan arang kayu
piroklastik akan habis terbakar, namun ada gunung api yang berumur puluhan ribu
kalanya pada bagian tepi aliran piroklastik hingga ratusan tahun, mengingat fosil kayu
memungkinkan vegetasi tersebut hanya ter- Ngoro-Oro terbentuk pada 20 juta tahun
bakar sebagian menjadi sisa arang kayu. yang lalu. Waktu geologi jutaan tahun inilah
yang menyebabkan proses pembatuan pada
Biasanya, para ahli gunung api, terutama fosil kayu ini terjadi.
gunung api yang memiliki sejarah letusan
puluhan ribu hingga ratusan tahun yang lalu, Penentuan umurnya, tidak berdasarkan
selalu mencari sisa-sisa arang kayu ini un- batu fosil kayu ini, melainkan dari mineral
tuk keperluan penentuan umur arang kayu. zircon yang terkandung dalam lapisan batu-
Memanfaatkan metode analisis laboratorium an gunung api Formasi Semilir pembawa fosil
tertentu seperti analisis radiokarbon, seorang kayu ini (Smyth, dkk., 2011). Siapa menyang-
ahli dapat menentukan umur arang kayu ter- ka, di bawah menara-menara pemancar stasi-
bentuk dan umur tersebut juga valid sebagai un tv Desa Ngoro-Oro juga dijumpai adanya
penentuan umur letusan suatu gunung api. fosil kayu yang berumur 20 juta tahun akibat
letusan Kaldera Semilir.
Fosil kayu di Desa Ngoro-Oro ini berbe-
53
fragmen batuapung
Ignimbrit Semilir 1
fosil arang kayu
2
54
3
lapisan fosil kayu
1) Keberadaan fragmen batuapung pada batuan gununapi menanda-
kan terjadinya proses letusan besar.
2) Dijumpainya fosil kayu pada batuan gunungapi ini dapat member-
ikan petunjuk pengendapan batuan pada lingkungan daratan.
3) Perlapisan batuan gunungapi di daerah Oro-Oro ini termasuk da-
lam Formasi Semilir. Endapan batuan ini merupakan hasil letusan
besar Kaldera Semilir puluhan juta tahun lalu.
55
nglanggeran
Gunungapi Purba
Nglanggeran, bentang bukit purba arah timur dan wilayah perbukitan yang
ini mempesona dari sisi sejarah mau- membentang dari Patuk hingga Parang-
pun pemandangannya. Pesonanya men- tritis. Sebagai contoh, di daerah Man-
gundang pengunjung berdatangan dari gunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten
berbagai penjuru, domestik maupaun Bantul, peneliti menjumpai batuan beru-
mancanegara. Masyarakat setempat pa lava andesit yang dimasukkan dalam
yang diinisiasi para pemudanya bertekad Formasi Ngglanggeran.
mengelola dengan semangat melestari-
kan keberadaan Nglanggeran Gununga- Meskipun demikian, dari beberapa
pi Purba. kajian dan bukti batuan yang ditemukan
di lapangan, menyebutkan proses ke-
Warisan geologi berupa perbukitan gunungapian Gunungapi Purba Nglang-
Nglanggeran ini penting bagi para ge- geran aktif bersamaan dengan gunung
olog. Keberadaan batuan yang didomi- api purba lainnya yang relatif berdeka-
nasi oleh batuan gunung api seperti tan. Kedekatan gunung-gunung itu terle-
breksi gunung api, aglomerat, dan lava tak seperti di daerah Mangunan, Dlingo
andesit (Surono, 2009), menandai aktifit- dan Bukit Ireng, Pengkok.
as gunung api masa lampau terjadi.
Fenomena geologi ini memberikan
Dalam kajiannya, Rahardjo (1997), bukti bahwa Nglanggeran merupakan
memperkirakan proses kegunungapian bagian dari masa kejayaan gunung api
Nglanggeran intens terjadi sekitar 16-15 Pulau Jawa jutaan tahun lalu (baca : Rent-
juta tahun yang lalu (Miosen Awal). Se- etan Gunungapi Pulau Jawa). Maka tak
cara umur, Gunung Nglanggeran jauh salah jika Nglanggeran menjadi labora-
lebih tua daripada Gunung Merapi yang torium alam untuk tujuan penelitian dan
masih aktif hingga buku ini diterbitkan. pendidikan kebumian. Warisan Geolo-
Sebagai gambaran, Gunung Nglang- gi (Geosite) Gunungapi Purba Nglang-
geran itu dahulu aktivitasnya layaknya geran pun mendukung pertumbuhan
gunungapi masa kini, seperti Merapi. ekonomi masyarakat. Salah satu lokasi
geosite dari puluhan geosite lain yang
Para ahli geologi mengenal batu- dimiliki Gunungsewu UNESCO Global
an-batuan yang didapati di Nglangger- Geopark. Geopark ini pengelolaannya
an sebagai Formasi Nglanggeran yang yang terpadu berpegang pada konsep
dikenal pertamanya, Semilir Beds (baca : edukasi, konservasi, dan pembangunan
Semilir Beds Bothe). Sebaran formasi bat- berkelanjutan.
uan ini sangat luas meliputi : perbukitan
wilayah Nglanggeran memanjang ke
56
Panorama puncak Gunungapi Purba Nglanggeran
57
nglanggeran berdaya
Kami harus berdaya. Menjaga generasi Seiring waktu, mereka memiliki 60 pemu-
agar mampu menjaga alam. Pariwisata boleh da yang terampil sebagai pramuwisata. Pulu-
tetap berjalan dan memberi manfaat ekonomi han rumah siap dan layak menjadi homestay.
bagi masyarakat. Akan tetapi, kami harus Paket-paket edukasi mereka susun sedemiki-
mampu mempertahankan alam yang telah an rupa untuk turut mempopulerkan pelesa-
menjaga keberlangsungan hidup. Ya, itulah tarian alam ke khalayak lebih luas. Bercocok
tekad para pemuda Nglanggeran demi alam tanam, panen, merawat sawah.
semesta.
Pemuda Nglanggran semakin berseman-
Inisiasi konservasi lingkungan datang gat membangun desa. Desanya semakin
dari pemuda Desa Nglanggeran, Kecamatan maju dengan berdatangannya wisatawan.
Patuk, Kabupaten Gunungkidul, mulai ta- Pemasukkan dari pariwisata tercatat pernah
hun 1999. Meraka tergabung sebagai Karang menyentuh angka lebih dari Rp 1 miliar per
Taruna Bukit Putra Mandiri. Rutin bergerak tahunnya.
menanam pohon ke perbukitannya, hingga
menanam pohon pisang agar bisa diambil Hanya saja seiring waktu, pengurus karang
nilai ekonominya. Begitu pula bersih sampah taruna mengevaluasinya. Uang yang datang
di bukit-bukit berlimpah, akan tetapi, kenyataan lain mere-
ka mendapati alam yang menjurus rusak.
Pada tahun 2007, kelompok pemuda itu
mendapatkan pendampingan dari Dinas “Para pengujung makin lama tidak tert-
Pariwisata Kabupaten Gunungkidul untuk ib. Sebagian mereka meninggalkan sampah-
pengelolaan kawasan wisata. Kemudian mer- sampah berserakan meski sudah ditempat-
eka sepakat membentuk Kelompok Sadar kan sejumlah titik tempat sampah. Kami pun
Wisata (Pokdarwis) dan masuk tahun 2015, sepakat menarik semua tempat sampah agar
Nglanggeran masuk dalam situs pengemban- mereka bisa lebih peduli. Semua sampah ha-
gan Geopark Gunung Sewu. rus dibawa turun sendiri setelah naik tebing
atau berkeliling. Kami juga menaikkan harga
58
tiket masuk agar tidak sembarangan masuk,” bagai penerangannya.
jelas .... Di puncak Nglanggeran terdapat mata air
Nama Nglanggeran memiliki beberapa yang disebut Sendang Comberan. Menurut
versi asal-usul, yang berkaitan dengan mitos. kepercayaan warga, adanya mata air tempat
Adanya pemuda yang melakukan pelangga- pemandian bidadari yang tidak terlihat secara
ran, lalu melarikan diri ke Gunung Nglang- kasat mata, Tlogo Wungu. Sendang Comber-
geran dan tak dapat kembali lagi. Versi lain- an, merupakan bekas air buangan sisa mandi
nya mengaitkannya dengan pewayangan. para bidadari di TlogoWungu.
Hanoman yang hendak menggapai langit dari
Gunung Merapi, tetapi gagal, lalu menendan- Khazanah tradisi yang diwariskan dari
gnya. Bekas tendangannya itulah salah satun- satu generasi ke generasi, mampu menjadi
ya menjadi Gunung Nglanggeran. salah satu daya tarik yang ditawarkan kepada
para wisatawan yang berkunjung ke Gunung
Penamaan gunung-gunungnya menggu- Nglanggeran.
nakan perkakas pewayangan karena diang-
gap mirip. Gunung Nglanggeran punn punya Selaras rasanya dengan apa menurut Ter-
nama lain, yakni Gunung Wayang. Gunung ence Ranger, dalam bukunya The Invention
lainnya adalah Gunung Bagong, Gunung of Tradition (2012). Ia menyebutkan bahwa
Gede, Gunung Kelir, Gunung Blencong. tradisi dapat diciptakan (invented tradition).
Gunung Kelir dipercaya warga setempat mer- Tetapi sebelum ditemukan, tradisi adalah
upakan tempat tinggal Kyai Ongko Wijoyo ihwal pergulatan antara manusia dengan ala-
dan Punakawan. Lalu, Gunung Blencong se- ma sekitarnya yang melingkupi kehidupan
diri mereka, seperti Nglanggeran.
59
Bentang alam Gunungapi Purba Batur Wediombo.
60
Kompleks Gunungapi Purba Batur Wediombo yang
berbatasan langsung dengan morfologi pantai.
batur wediombo
Masyarakat mengenal Wediombo gunungapi, meskipun masuk zona ka-
merupakan hamparan pantai yang memi- wasan karst tadi.
liki pemandangan berbeda. Pantai yang
berada di sebelah tenggara Kota Yogya- Batuan gunungapi yang terbentuk di
karta, di Desa Jepitu, Kecamatan Girisu- Wediombo, berusia jutaan tahun yang
bo, Kabupaten Gunung Kidul itu pantai lalu. Bukti penting dari jejak gunungapi
yang dipenuhi susunan batuan. Mungkin purba ini adalah adanya bukit yang ber-
itu sebabnya, masyarakat setempat mena- bentuk menyerupai mangkok terbalik.
makan Wediombo, yang katanya dalam Bukit ini sisa kubah gunungapi yang ter-
bahas Jawa : “wedi” itu batu dan “ombo” letak di antara Pantai Wediombo dan Pan-
itu luas. tai Siung. Warga menamainya Gunung
Batur atau mari kita sebut untuk di buku
Geolog memandang hamparan ini ter- ini, Gunung Batur Wediombo. Karena,
masuk zona kawasan karst Gunung Sewu. namanya memiliki kemiripan dengan
Wilayah ini melampar dari area perbuki- Gunung Batur di Bali, tetapi situasi dan
tan bagian barat Gunung Kidul hingga kondisi keduanya berbeda.
wilayah Pacitan, Jawa Timur. Zona karst
ini utamanya disusun atas batu gamping Menurut Hartono dan Bronto (2007),
atau batu kapur. Hanya saja, uniknya, bentang alam Wediombo dan sekitarnya
batuan di Pantai Wediombo ini batuan dibagi menjadi tiga bentang alam. Perta-
61
ma, bentang alam bukit intrusi Gunung lam fase pembentukan selanjutnya. Fase
Batur dengan batuan penyusunnya adalah itu magma di bawah permukaan bumi
diorit. Kedua, bentang alam perbukitan bergerak naik menuju permukaan dan
bergelombang di sekitar Gunung Batur menerobos lava andesit sehingga mem-
dari wilayah Pantai Siung (barat Wedi- bentuk struktur kubah Gunung Batur
ombo) hingga Gunung Manjung (timur Wediombo.
Wediombo) yang tersusun atas batuan
breksi gunungapi, tuf, dan lava andesit. Kubah tersebut dapat dengan kasat
Ketiga, bentang alam Pantai Wediombo mata diamati dari tebing timur di Pantai
didominasi oleh lava andesit. Selebihnya, Siung. Ketika naik hingga puncaknya,
area perbukitan karst yang cukup luas be- kubah itu berbentuk seperti terbuka dan
rada di luar Kompleks Gunung Batur itu meninggalkan bentuk leleran lavanya. Sai-
didominasi oleh batu gamping. do, warga Siung yang juga biasa dipanggil
Mbah Ido, menemukan beberapa gigi hiu
Usia batuan Gunung Batur Wediombo, semacam fosil di sekitaran Gunung Ba-
berdasarkan kajian Setijadji dan Wata- tur Wediombo itu karena secara hampir
nabe (2009), menunjukkan 13, 22 juta ta- berdekatan ke Siung. Menurut penelitian
hun dan termasuk gunungapi purba (baca sementara Badan Geologi, temuan gigi
: Periode Geologi Jogja). Tentu, gunung hiu itu termasuk hiu putih yang memang
api purba ini dalam pembentukannya senang hidup di air tenang dan hangat.
memiliki sejarah geologi gunungapi yang Hasil sementara karena belum ada pe-
menarik. Hakim, dkk (2019), menyebut- nelitian lanjutan, kemungkinan sekitar
kan asal gunungapi ini ditandai dengan Gunung Batur Wediombo dulu berkarak-
terbentuknya lava andesit sebagai leleran ter air yang tenang dan hangat sehingga
lava yang membeku hasil erupsi gunun- kawanan hiu putih sempat menjadikann-
gapi. Lava andesit tersebut berperan da- ya “rumah”.
1
2
62
3
Bukti lain proses kegunungapian pur- bagai padanan roboh. Penamaan wilayah
ba di wilayah ini adalah dijumpainya geografis (toponimi) di daerah ini sangat
struktur kekar kolom. Kekar kolom ini berhubungan erat dengan kondisi geologi
berjumlah puluhan menyerupai tiang- yang terbentuk.
tiang tegak dengan ketinggian yang ti-
dak sama di tepian pantai area Gunung Proses geologi tersebut yang menye-
Manjung atau dikenal sebagai Pantai Bot- babkan deratan Pantai Siung, Pantai Wed-
orubuh. Botorubuh dalam bahasa Jawa iombo, Pantai Botorubuh, hingga Pantai
merupakan gabungan kata “boto” yang Jungwok berbeda dengan deretan pantai
berarti batu bata atau batu dan “rubuh” se- lain di wilayah Gunungkidul. Menarik,
kan?
1) Panorama Kom- 4
pleks Batur Wediombo
menghadap ke timur
dari Siung.
2) Fosil gigi hiu pada
batugamping di sekitar
Batur.
3) Morfologi bukit in-
trusi Gunung Batur.
4) Leleran lava andes-
it yang berada di area
pantai.
63
Pantai Siung
Intrusi Gunung Batur
Pembagian bentang alam pada Kompleks Gunungapi Purba Batur. Secara umum kawasan ini
terbentuk atas bentang alam vulkanik dan bentang alam karst.
64
Karst Gunung Sewu
Pantai Wediombo
Pantai Botorubuh
65
panorama siung
Pantai itu identik dengan pasirnya. Begi- eran lava andesit sampai di wilayah timur Si-
tu pula permadani pasir Pantai Siung yang ung. Karena erosi, lava andesit itu menghasil-
berjarak sekitar 3 km, sebelah barat Pantai kan material sedimen pasir berwarna hitam.
Wediombo, tepatnya di Desa Purwodadi, Proses Gunung Batur Wediombo ini menjadi
Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkid- bagian penanda berakhirnya masa Periode
ul. Hamparan pasirnya terbagi dua, bagian Vulkanisme Purba di Pulau Jawa dan mema-
timur berwarna gelap dan baratnya berwarna suki Periode Pascavulkanisme (baca : Periode
terang. Geologi Jogja).
Coba membaca bagian depan dari buku Memasuki Periode Pascavulkanisme, akti-
ini, Gelap Terang Candi-Candi. Gelap terang vitas gunungapi pada kala itu berhenti. Hal
juga ada di Pantai Siung. Hanya saja persa- itu menyebabkan kondisi laut dangkal bebas
maannya ada di pasir warna gelapnya, be- dari suplai sedimen hasil letusan gunungapi.
rasal dari batuan yang dikenal sebutannya Tentu, kondisi ini sangat mendukung terben-
“mafik”. tuknya kehidupan ekosistem laut dangkal,
seperti tumbuhnya terumbu karang dan he-
Mafik Pantai Siung ini erat kaitannya den- wan laut lainnya. Terumbu karang dan hewan
gan penjelasan Gunung Batur Wediombo. laut tersebut tumbuh berkembang di atas
Jarak Gunung Batur Wediombo sekitar 1 batuan gunungapi yang sebelumnya terben-
km ke arah timur ke arah Pantai Siung. Nah, tuk.
Gunungapi purba Batur ini menghasilkan lel-
Warna hitam dan putih pasir Pantai
Siung disebabkan oleh erosi jenis batuan
yang berbeda.
66
Keunikan ragam fauna
amfibi di Pantai Siung
Selanjutnya, dalam skala ruang dan waktu Himpunan batu gamping ini melampar di
geologi terjadi proses laku bumi selama juta- berbagai wilayah di Gunungkidul, dikenalkan
an tahun. Proses laku ini menyebabkan ma- sebagai Formasi Wonosari.
terial terumbu karang, hewan laut, dan mate-
rial sedimen lainnya mengalami pengerasan Berdasarkan kajian terhadap keberadaan
atau membatu membentuk batu gamping fosil-fosil dalam batu gamping, Surono
atau disebut batuan sedimen karbonat. (2009), menyebutkan bahwa Formasi Wono-
sari memiliki kisaran umur Miosen Ten-
Di dalam batuan yang mengeras terse- gah-Miosen Akhir (12-5 juta tahun). Dalam
but dapat diamati jejak-jejak fosil kerang, proses jutaan tahun tersebut, batu gamping
terumbu karang, dan hewan laut lainnya. ini mengalami proses pelarutan sehingga
Bentang alam Pantai Siung. Pada bagian timur
tersusun atas batuan gunungapi, sedangkan di
bagian barat tersusun atas batugamping.
67
dapat membentuk morfologi gua, sungai aktit, stalagmit, batu alir, dan ornamen gua
bawah tanah, luweng, deratan bukit kerucut lainnya. Menuju bagian yang eksotis itu, pe-
yang dikenal sebagi proses karstifikasi. neliti Badan Geologi di tahun 2014, harus
menuruni gua dengan menggunakan tangga
Proses pembentukan ini menyebabkan dengan kedalaman sekitar 10 meter.
wilayah Gunungkidul hingga Pacitan, Jawa
Timur, dikenal sebagai Zona Karst Gunung Sesampainya di bagian bawah gua ini,
Sewu. Ciri dari zona ini berupa himpunan peneliti memukan batu gamping andes-
bukit-bukit kerucut “conical hills” yang jum- it. Temuan ini merupakan bukti bahwa lava
lahnya puluhan ribu. andesit dari aktivitas gunungapi purba men-
galami proses erosi. Lalu, material hasil erosi
Kembali ke Pantai Siung. Lokasi terdekat tersebut terendapkan dan membentuk batu-
sekitar dengan pantai ini dapat dijump- an gamping andesitan pada lingkungan laut
ai fenomena gua karst, yaitu Gua Gebyog. dangkal yang bebas dari aktifitas gunung api
Gua ini bagi para geolog begitu eksotis purba.
yang menyuguhkan fitur gua seperti stal-
Fragmen batuan gunungapi yang dijumpai
pada batugamping penyusun gua.
: Ornamen-ornamen Gua Gebyog berupa
stalaktit (kanan) dan pilar gua (kiri).
68
Walet Gunung Kidul
Kabupaten Gunungkidul memiliki poten-
si besar untuk pengembangan sarang burung
walet yang merupakan sumberdaya alam memi-
liki nilai ekonomi. Burung walet ini pun masuk
dalam gambar lambang pemerintahan kabupat-
en. Gambarnya berupa sepasang burung wal;et
hitam. Kedua burung ini melambangkan tinggi
nilai sarang burungnya. Selain itu burung walet
adalah burung yang tahan hidup di daerah yang
sangat sulit. Harapannya, ketahanan hidup bu-
rung ini mampu menyemangati masyarakat
yang tinggal di Gunung Kidul, tinggal di banyak
bentangan perbukitan dan mengarah ke tandus,
tetap berkarya dan produktif.
69
Bentang alam tebing Pantai Siung yang dijadikan diabadikan oleh
Junghun dalam goresan gambar.
70
Junghun
Franz Wilhelm Junghuhn, pria ke-
lahiran tahun 1809, asal Jerman, ini
seorang ahli di bidang botani, juga
geologi, kartografi, dan fotografi. Ia
menemukan obat sakit malaria dari
pohon kina saat berada di Indonesia.
Pada 1835, ia mendarat di Batavia. Di
sela menjadi dokter militer, Junghuhn
berkeliling ke Yogyakarta dan sekitarn-
ya, lalu ke Jawa Barat. Sampai akhir
1843, ia tinggal berpindah-pindah dari
Cianjur hingga Garut. Ia menetap di
Bandung, bersama keluarganya dan
hingga wafat di tahun 1864. Junghuhn
yang melukis Siung dan diduga ia ter-
tarik dengan adanya peternak walet di
sekitar pantai itu.
71
Siung
Membaca
Alam
“Asihing biyung” atau kasih sayang ibu. taman dan kanannya lebih cerah. Unik (baca :
Itu arti kata Siung yang dipercaya masyarakat Nglanggran-Siung).
setempat. Pemamaan ini erat kaitannya den-
gan kisah Roro Surti yang menolak perjodo- Pantai ini dikenal khalayak dan menjadi
han dan kemudian memilih tinggal hingga pilihan destinasi wisata sekitar tahun 1982.
diangkat menjadi lurah di Siung. Memasuki tahun 1994, pemerintah setempat
memperbaiki infrastruktur dan akses menu-
Siung dikenal sebagai destinasi pantai di ju pantai. Ya, jalur menuju lokasi memang
sebelah Dusun Duwet, Kecamatan Tepus, berkelok-kelok dan beberapa kali menanjak
Gunung Kidul. Arahnya sekitar 70 kilometer serta turunan.
ke tenggara dari pusat Kota Yogyakarta den-
gan waktu dua jam perjalanan menumpang Perjalanan memasuki wilayah Siung, kelo-
kendaraan. kan jalan itu bagai membelah hutan jati dan
sawah atau perkebunan. Dan pemandangan
Gugusan batu karang yang menjadi pe- ini jauh dari citra Gunung Kidul merupakan
mandangan yang menenantang para pe- daerah tandus. Wilayah perbukitan ini masuk
manjat tebing. Terdapat 200-an jalur peman- bagian dari penghijauan di tahun 1970-an.
jatan. Tebing Siung ini menjadi tuan rumah
kejuaraan panjat tebing se-Asia, di bulan Saido atau biasa dipanggil Mbah Ido
Agustus 2004, dan dikenal sebagai The Best yang berusia 61 tahun ini salah satu warga
Rock Climbing Site in Yogyakarta. yang menjadi penggerak masyakarat setem-
pat untuk lebih peduli alam serta lingkungan-
Wisata geologi juga disaranke ke Siung. nya. Ia berupaya menumbuhkan kesadaran
Sebagai pengunjung, perhatikan saja pa- pentingnya alam terus dijaga sampai kapan
sir pantainya karena akan menemukan dua pun. Termasuk, Pantai Siung tidak ada sinyal
karakter. Pasir hitam atau gelap dan pasir ke- untuk telepon seluler.
coklatan cerah. Jika berdiri di antara kedua
tebing mengarah ke pantai, dua kaki ini bisa “Pelarangan sinyal masuk pantai itu ba-
saja berpijak di pasir yang berbeda kiri kehi- gian dari kami menjaga Siung tetap bersih,
tenang dan terjaga tanpa perlu mengeruk
72
hiruk pikuk wisatawan atau pengunjung. hingga pemindahan ternak sekalipun.
Kalau bukan kami yang menjaga Siung, lalu Mbah Ido menegaskan warganya tidak se-
siapa lagi. Alam sudah memberikan banyak
kebaikan untuk kami di sini,” kata Mbah Ido, dang mengganggap remeh apa pun keingi-
ketika peneliti Badan Geoligi bersilahturahmi nan terutama yang berhubungan dangan
di Pantai Siung, akhir Bulan Oktober 2020. alam semesta ini. Kami terus meregenerasi
warga yang mampu menghitaung penang-
Pada tahun 2003, Mbah Ido merintis galan dan membaca Pawukon ini.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Tahun
demi tahun, Pantai Siung makin dimina- Begitu pula Mbah Ido dan warga setem-
ti dengan rata-rata pengunjung 100 orang pat selamat dari hempasan gelombang ting-
per hari tanpa pungutan tiket masuk, hanya gi. Karena beberpa hari sebelumnya, pen-
membayar parkir kendaran. anggalan ini difungsikan dan mereka percaya
adanya apa kata alam. Alam pun memberi-
Deretan warung makan bermenu utama kan alarm keselamatan. Tinggal bagaimana
ikan dan lobster berkembang. Berkat Mbah kita sebagai manusia memahaminya. Mari
Ido menggaungkan terus menerus cinta belajar melesatari dari Siung yang berupaya
alam, ketertiban dan kebersihannya tetap selalu membaca pesan serta menjaga ke-
terjaga. arifan alam. Alam bagai biyung yang selalu
mengasihi, Siung.
Pokdarwis ini tidak hanya saling belajar
memenejemen aset wisata. Ibu-ibu pengelo- Kalendar Tika Bali yang memiliki kemiripan
la warung tersebut juga rutin meningkatkan dengan papan penanggalan Pawukon Jawa
kapasitasnya menyajikan menu bersih dan
menarik. Kemampuan ini terus ditingkatkan,
apalagi memasuki adaptasi kebiasan baru
karena adanya pandemi Covid-19.
Wisata Pantai Siung ini, deretan warung
pernah porak poranda terhempas gelom-
bang tinggi pada 24-28 Juli 2018. Tanpa kor-
ban jiwa. Mbah Ido bersama seorang petugas
Basarnas setempat menjadi saksi bagaimana
gelombang tinggi datang dan pecah persis
di warung makan miliknya.
Mereka selamat. Berkat mitigasi dari
Mbah Ido yang sigap membaca tanda alam.
“Tanda alam begitu nyata dan ada. Ya, kami
berupaya sebaik mungkin bersahabat den-
gan alam ini. Sehingga kami percaya, alam
pasti akan memberikan sinyal-sinyal kebaik-
kannya,” kata Mbah Ido.
Selain membaca alam, Siung memiliki pa-
pan penanggalan, Pawukon. Papan penang-
galan ini membantu menghitung kapan hari
baik itu bisa dipakai. Hari baik ini dipercaya
mampu melindungi siapa pun individu atau
kelpompok warga setempat selamat. Mereka
percaya penanggalan ini mampu mencegah
dampak buruk atau kemurkaan alam. Be-
berapa fungsi dijalankan seperti pemilihan
tanggal memanan, panen, penjualan ternak,
73
Puncak perbukitan yang disusun oleh kerucut batugamping terk-
arstifikasi yang menumpang di atas batuan gunungapi.
puncak Bentang alam perbukitan di wilayah Siung ini
karst dapat dikatakan unik. Mengapa? Ya, lantaran per-
bukitan kerucut tersebut tersusun oleh batu gamp-
ing yang terlarutkan menumpang di atas tubuh
batuan gunungapi, seperti breksi dan lava andesit.
Dengan kata lain, Siung menjadi salah satu lokasi
geologi penting sebagai bukti adanya perubahan
Periode Vulkanisme Jawa, yang membentuk dere-
tan gunung api purba. Selanjutnya, Periode Pas-
cavulkanisme yang didominasi oleh terbentuknya
batugamping yang kemudian mengalami karstifi-
kasi membentuk Zona Karst Gunungsewu.
Perubahan periode tersebut sangat dipen-
garuhi oleh kondisi geografis masa lampau (paleo-
geografi). Seperti telah dibahas pada tulisan lain
dari buku ini, kondisi gunungapi purba di Jawa
berada berdekatan dengan lingkungan laut sela-
tan Jawa. Pada saat gunungapi purba aktif, juta-
an tahun lalu, material hasil letusannya mengalir
dan mengendap di sebagian lingkungan darat
dan laut. Hal tersebut menyebabkan, lingkungan
laut yang relatif dangkal tidak mendukung terben-
tuknya terumbu karang. Sebagaimana kita keta-
74
hui, terumbu karang merupakan material menyebabkan lingkungan yang dahulun-
utama pembentuk batugamping. Pros- ya adalah laut dangkal berubah menjadi
es ini berlangsung selama jutaan tahun lingkungan darat. Maka tidak heran, ba-
pada Periode Vulkanisme Jawa. Namun, tugamping di wilayah ini, saat ini dapat
kondisi paleogeografi ini kemudian be- dijumpai di daratan. Sehingga menjadi
rubah. Berakhirnya Periode Vulkanisme gamblang, manakala puncak-puncak
Jawa, ditandai dengan menurunnya ak- karst yang tersusun atas batugamping
tifitas gunungapi purba. Penurunan ak- berada di atas batuan gunungapi dan
tifitas ini tentu mempengaruhi minimnya posisinya saat ini berada di daratan. Ada
suplai material hasil letusan gunungapi hal lain yang penting untuk diungkap
yang mengendap di laut. Dalam kondi- terkait pembentukan puncak karst ini.
si ini, lingkungan laut dangkal memiliki Selain proses internal bumi yang telah
suhu air dan tingkat salinitas yang baik dibahas, pembentukan puncak karst ini
sebagai pendukung tumbuhnya eko- juga sangat dipengaruhi oleh proses ek-
sistem terumbu karang. sternal bumi yakni perubahan iklim glob-
al. Dalam waktu geologi jutahan tahun
Memasuki periode Pascavulkanisme tersebut, tentu perubahan iklim antara
Jawa, terumbu karang yang terbentuk panas dan dingin sangat dinamis dan
pada lingkungan laut dangkal, akibat memiliki siklus tersendiri. Perubahan ini
adanya proses geologi selama jutaan mempengaruhi proses erosi, pelarutan,
tahun kemudian mengalami pembat- dan karstifikasi batugamping.
uan membentuk batugamping. Selain
itu, terjadi proses tektonik berupa pen-
gangkatan daratan Pulau Jawa sehingga
75
pesona bawah laut sewu
76
Ketika kita menyelami laut dangkal di dari 70 m sangat mendukung proses fotosin-
wilayah pantai selatan Gunungsewu, akan di- tesis yang terjadi mengingat sinar mataha-
jumpai indahnya ekosistem terumbu karang ri masih dapat menembus pada kedalaman
yang ada. Beragam jenis dan warna-warni ini. Masih berkaitan dengan sinar matahari,
terumbu karang ini bak magnet tersendiri se- pada kedalaman tersebut, laut dangkal ma-
bagai daya tarik wisata yang sangat potensial. sih memiliki kondisi temperatur hangat yang
Lantas, bagaimana pembentukan ekosistem berkisar antara 23-25 derajat celcius agar ter-
terumbu karang ini akan dibahas pada ba- umbu karang tetap dapat tumbuh. Selanjutn-
gian ini. Sedikit mengulas bagian sebelum- ya, untuk menjaga ekosistem terumbu karang
nya, periode pembentukan terumbu karang yang berkelanjutan juga diperlukan kondisi
di wilayah laut dangkal bagian selatan Jawa suplai sedimen yang rendah, salinitas air yang
terjadi setelah aktifitas gunungapi purba di baik, dan bebas dari polutan. Sebagai contoh,
Jawa mulai menurun. Sepanjang pantai se- apabila suplai sedimen tinggi, maka kondi-
latan Jawa, termasuk wilayah pantai selatan si air akan menjadi keruh dan kurang sinar
Gunungsewu, hingga sekarang ini proses matahari sehingga syarat untuk mendukung
pembentukan terumbu karang masih terus proses fotosintesis terganggu. Selain itu, fak-
berlangsung. Tentu, salah satu penyebabnya tor lainnya adalah arus yang tenang. Arus laut
adalah tidak adanya aktifitas gunungapi masa yang tenang dapat menghindari rusaknya ba-
kini yang menganggu pembentukan terumbu gian terumbu karang akibat gelombang laut.
karang di selatan Gunungsewu. Tentu faktor-faktor tersebut tidak saling ber-
Selain itu, beberapa faktor alam lainnya juga diri sendiri, namun secara keseluruhan saling
penting dalam pertumuhan terumbu karang berkaitan. Sudah selayaknya, kita menjaga ke-
ini. Kondisi laut dangkal menjadi salah satu lestarian ekosistem terumbu karang kita dari
syarat penting tumbuhnya terumbu karang. kerusakan. Perlu waktu yang tidak sebentar
Laut dangkal dengan kedalaman tidak lebih untuk pertumbuhan terumbu karang ini.
Ragam jenis terumbu
karang yang tumbuh di
lingkungan laut dangkal.
77
Lukisan Sewu Karst
Bentang alam Karst Gunungsewu Proses pembentukan batugamp-
memang tiada duanya di dunia. Dere- ing yang intensif pada periode Pas-
tan perbukitan kerucut karst yang cavulkaisme Jawa, dilanjutkan den-
membentang dari wilayah Gunungk- gan adanya kegiatan pengangkatan
idul di barat hingga Pacitan di timur daratan Pegunungan Selatan Jawa
dengan jumlahnya mencapai seku- bagian timur akibat proses tektonik
rang-kurangnya 40.000 bukit. Tidak menjadi salah satu proses geologi
hanya saat ini, pada lebih satu adab penting dalam terbentuknya Karst
silam tepatnya pada tahun 1853, seo- Gunungsewu. Akibat adanya pros-
rang Junghun telah mengabadikan es tektonik pengangkatan tersebut,
dalam gambarnya morfologi perbuki- menyebabkan batugamping terde-
tan kerucut karst ini. formasi membentuk bidang-bidang
rekahan dan patahan. Proses eksternal
78
Kerucut-kerucut karst yang berjumlah puluh ribuan menjadi ikon Karst Gunungsewu.
alam yakni adanya perubahan siklus dikenal sebagai “conical hills” yang
iklim global dalam rentang waktu ju- merupakan keunikan satu-satunya di
taan tahun juga menyebabkan adan- Indonesia. Keseluruhan proses inilah,
ya perubahan antara iklim panas dan baik di permukaan maupun di bawah
dingin di wilayah ini pada masa lam- permukaan, yang dikenal sebagai
pau. Selain itu, letak geografis Pulau proses karstifikasi.
Jawa pada masa itu yang telah bera-
da di daerah tropis tentu juga mem- Memang, salah satu dampak nega-
pengaruhi lingkungan iklim wilayah tif bagi masyarakat yang tinggal pada
Gunungsewu. Selanjutnya, faktor-fak- kawasan bentang alam karst, seperti
tor tersebut menyebabkan batu- Karst Gunungsewu ini, adalah keter-
gamping secara intensif mengalami sediaan air bersih yang minim meng-
erosi dan pelarutan. Batugamping ingat batuannya tidak mendukung se-
sendiri memang sangat rentan terha- bagai batuan penyimpan air. Namun,
dap proses pelarutan dikarenakan se- dengan perkembangan teknologi
cara kimiawi, batuan ini tersusun oleh dan upaya mitigasi yang ada dihara-
senyawa kalsium karbonat yang mu- pkan permasalahan tersebut dapat
dah larut terhadap air. Bukti pelaru- teratasi. Di sisi lain, pengelolaan ka-
tan yang yang membentuk beberapa wasan karst secara berkelanjutan akan
morfologi dolina, uvala, gua-gua, dan mendorong pertumbuhan ekonomi
luweng (sinkhole) serta sistem sungai melalui upaya konservasi, edukasi,
bawah tanah yang cukup kompleks. dan pemberdayaan masyarakat salah
Selain itu, morfologi dipermukaann- satunya melalui pengembangan ke-
ya juga terbentuk bukit kerucut yang giatan geowisata.
79
Cekungan Wonosari Cekungan
Baturetno
Gunung Batur Lembah Sadeng
Wediombo Garis Pantai Purba
U Samudera Hindia Teluk Sadeng
0 10 km S e lu k B e lu k L e m b a h S a d e n g
Pegunungan yang berderet sebagai per- aliran sungai.
bukitan kecil wilayah karst Gunung Sewu. Kajian Urushibara-Yoshino dan Yoshino
Bukit itu membentang dari Gunung Kidul
(Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah) hingga (1997), mempelajari keterkaitan undak sun-
Pacitan (Jawa Timur), sekitar 70 km. Deretan gai Lembah Sadeng dan undah pantai (garis
itu bukit mengerucut ke atas yang berjum- pantai purba). Dari kajian tersebut disimpul-
lah puluhan ribu. Morfologi gua-gua juga kan bahwa pola-pola undak terjadi akibat
terdapat di bawah permukaannya. Variasi adanya perubahan iklim purba secara glob-
rata-rata ketinggiannya berkisar 15 m hing- al berupa adanya pembekuan. Pencairan es
ga 100 m dari level daratan atau permukaan (glasial dan interglasial) itu mempengruhi in-
laut, berdasar kajian Surono, dkk (2013). tensitas curah hujan yang berbeda pula.
Selain bukit dan gua tersebut, juga Selanjutnya, mengacu pada pendeskrip-
ditemukan morfologi berupa lembah sun- sian morfologi Lembah Sadeng oleh Surono
gai yang lebar, salah satunya adalah Lem- (2005). Ia menjelaskan segmen lembah diba-
bah Sadeng. Lembah ini merupakan sungai gi menjadi dua segmen. Segmen I dan Seg-
purba yang ada di perbatasan Gunung Kid- men II ini menaymbung, hanya saja ditandai
ul dan Wonogiri. Alirannya memanjang dari secara geologi oleh endapan Cekungan Ba-
utara ke selatan yang berhulu di daerah Gi- turetno, sebagai titik pemisah keduanya.
riwoyo, Wonogiri hingga Teluk Sadeng, ber-
lanjut menuju laut lepas, Samudera Hindia. Segmen I adalah memiliki panjang lem-
bah sekitar 23 km dengan lebar sungai an-
Pemandangan lembah ini dapat dinik- tara 300 m-400 m, yang masa kini tertutup
mati ketika perjalanan menuju obyek wisata oleh endapan Cekungan Baturetno. Enda-
Pantai Sadeng. Kita melintas di tengahnya, pan ini berupa sedimen danau.
seolah tengah membelah perbuktitan, den-
gan pemandangan morfologi lembah ker- Segmen II itu memiliki panjang lembah
ing yang lebar. Tebing tinggi yang tersusun sekitar 40 km dengan lebar 400-600 m den-
atas morfologi karst di sebelah kanan-kirinya. gan ujung muara lembah menjadi sebuah
Nah, itulah dahulu yang kita lewati di masa teluk, yakni Teluk Sadeng. Pada segmen ini
kini, merupakan jejak di jaman purba sebagai lebih berkembang morfologi kelokan sun-
gainya (meander). Hal ini menggambarkan
dinamika aliran sungainya akibat faktor jenis
80
Batuan sebagai bukti terbentuknya undak sungai di Lembah Sadeng.
batuan dan struktur geologi (berupa patahan fologi garis-garis memanjang barat-timur.
dan retakan) pada batuan. Garis itu sejajar dengan garis pantai saat ini.
Morfologi garis pantai purba tersebut mer-
Selain itu, tinggi tebing lembah pada upakan himpunan undak-pantai. Urutan seri
Segmen II kini diperkirakan memiliki keting- undak-pantai ini dari area daratan hingga
gian hingga 165 m, di atas permukaan laut. wilayah pantai mencerminkan proses pen-
Sepanjang lembahnya ditemukan adanya gangkatan di selatan Gunung Sewu selama
undak sungai yang terbagi menjadi 3 (tiga) periode Kuarter (lebih muda dari 2.5 juta ta-
undak. Yaitu, undak atas, undak tengah, dan hun).
undak bawah (Surono, dkk. 2013).
Mulanya, Surono (2005), menduga bahwa
Fenomena undak sungai ini memberikan Lembah Sadeng merupakan cikal bakal dari
gambaran bahwa dahulunya alirannya per- Sungai Bengawan Solo. Sungai yang dima-
nah berada pada level undak bagian atas. na sebelum proses tektonik pengangkatan
Kemudian berubah pada level undak bagian terjadi, arah aliran sungai adalah ke selatan
tengah, dan terakhir aliran sungai purba be- bermuara di Samudera Hindia. Selanjutn-
rada pada level undak bawah. Undak-undak ya, proses pengangkatan arah aliran sungai
sungai di Lembah Sadeng ini membuktikn berubah ke utara berubah menjadi Sungai
adanya proses tektonik berupa pengang- Bengawan Solo. Akan tetapi, hal tersebut
katan bersamaan dengan pengangkatan disanggah oleh Samodra (2007). Ia menge-
Gunung Sewu, secara berangsur-angsur. mukakan bahwa tidak ada kaitannya antara
Lembah Sadeng dan Sungai Bengawan Solo.
Oleh karenanya, pembandingan dari Lembah Sadeng mengalir ke arah selatan
kedua segmen tersebut, dapat diketahui menuju Samudera Hindia dengan sistem ali-
bahwa lembah Segmen II secara bukti pros- ran sungai tersendiri.
es geologi lebih berkembang. Segmen II ini
memberi banyak informasi terkait dinamika Ya, demikian lembah yang kering ini
geologinya. ternyata menyimpan beragam bukti geologi.
Jejak purba yang dapat menjelaskan dina-
Samodra (2007), menyatakan proses tek- mika geologi wilayah Gunung Sewu hingga
tonik berupa pengangkatan ini juga dibukti- masa kini.
kan berdasarkan kajian pola kelurusan mor-
81
pesona yogya
82
83
84
85
Apendiks
OLD ANDESITE FORMATION (O.A.F)
Beberapa dekade lalu, kuliah-kuliah geologi Van Bemmelen dalam bukunya “The Geology
dasar ketika jurusan geologi di universitas ma- of Indonesia” terbit tahun 1949, banyak menyebut
sih terbatas jumlahnya, mahasiswa seperti sudah gunungapi yang sudah tidak aktif tersebut sebagai
menjadi kebiasaan regular akan dibawa ke dua “Old Andesite Volcanoes” atau kemudian dalam
lokasi kuliah lapangan geologi. Yaitu, lokasi di bahasa formasi geologi disebut sebagai “Old An-
Karangsambung, Kebumen dan di Bayat, Klaten desite Formation” (O.A.F.). Contoh yang banyak
(Jawa Tengah). Karena dua tempat kuliah lapan- diulas oleh Van Bemmelen untuk seputaran Yo-
gan tersebut menjadi penting bagi pemahaman gyakarta, yaitu deretan gunungapi Kulon Progo.
sejarah geologi Pulau Jawa. Hanya perlu dicatat bahwa ketika Van Bemmelen
menulis buku tersebut, di dekade 1940-an, teori
Pulau Jawa secara umum tersusun dari dere- tentang lempeng tektonik belum berkembang, se-
tan gunungapi tidak aktif maupun masih aktif. hingga konsep subduksi pun belum disebut.
Deretan yang tidak aktif seperti sisa-sisa gunun-
gapi di Kulon Progo, sebelah barat wilayah Yogya- Perbukitan Kulon Progo secara umum ter-
karta. Sementara yang gunungapi aktif itu berada susun atas 3 (tiga) gunungapi yang sudah tidak ak-
di Gunung Sundoro, Sumbing dan Merapi serta tif lagi yang berderet dari selatan ke utara. Deretan
gunungapi aktif lainnya. itu adalah mulai dari yang paling selatan Gunung
Gambaran morfologi wilayah Klaten dan sekitarnya
86
Morfologi wilayah Kebumen-Bajarnegara dan sekitarnya
Ijo, di tengah ada Gunung Gajah (umurnya ter- Menoreh) berupa kepulauan vulkanik di tengah
tua) dan di utara itu Gunung Menoreh (umurnya lautan.
paling muda). Beberapa bagian perbukitan Kulon
Progo tertutup oleh batuan gamping/kapur dari Lalu, bagaimana sejarah geologi OAF Kulon
formasi geologi yang disebut sebagai Formasi Progo?
Jonggrangan. Formasi ini berbentuk seperti ma-
hkota yang berada di puncak perbukitan Kulon PEMBENTUKAN OAF
Progo. Sebelum subduksi terbentuk, sekitar 60 juta
Gua-gua karst terbentuk di dasar batuan tahun lalu, wilayah Jawa bagian tengah dan timur
gamping tersebut, misalnya, Gua Kiskendo. Ver- masih merupakan lautan luas. Termasuk yang se-
beek dan Fennema, ahli-ahli geologi Belanda di karang ada Kulon Progo juga belum ada apa-apa
tahun 1896, menerbitkan informasi tentang geolo- kecuali lautan luas. Begitu proses subduksi Jawa
gi Kulon Progo. Gunung Ijo, Gajah dan Menoreh mulai terbentuk dan aktif, lempeng Samodra Hin-
diperkirakan aktif pada sekitar 30 juta tahun lalu. dia mendorong ke arah utara. Begitu pula dasar
Aktif di masa-masa awal terbentuknya bagian ten- laut yang ada di bagian utaranya mulai terdorong
gah dan timur dari Pulau Jawa. Sedangkan batu- naik, makin mendangkal dan lama-lama menjadi
an gamping Jonggrangan sendiri baru terbentuk daratan.
sekitar 20 juta tahun lalu. Artinya, pada 18-20 juta
tahun lalu, daerah Kulonprogo pernah berupa Proses subduksi juga memicu terbentukn-
lautan serta tiga gunung (Gunung Ijo, Gajah dan ya magma di kedalaman yang kemudian magma
tersebut bermigrasi ke permukaan. Selanjutnya,
87
sekitar 35 juta tahun lalu, proses itu melahirkan laut. Terumbu karang terbentuk secara intensif
pulau-pulau gunungapi (pulau vulkanik). Dan yang akhirnya membentuk batu gamping Formasi
kemudian memunculkan bentuk pulau gunungapi Jonggrangan, yang berumur sekitar 18-20 juta ta-
Gunung Gajah-yang kemudian (saat ini nampak) hun, di bagian atas perbukitan Kulon Progo. Din-
menjadi sentral dari perbukitan Kulon Progo. amika naik turunnya level darat berulang terjadi.
Tentu saja tidak hanya Pulau Gunung Gajah Pada penurunan kedua terjadi sekitar kurang
yang terbentuk, ada pula pulau gunungapi lain, di dari 12 juta tahun lalu. Penggenangan air laut
antaranya: (a) Gunungapi yang membentuk dan membentuk formasi batuan gamping (karbonat)
menghasilkan batuan formasi Semilir di Jogja ba- yang ada di Sentolo, disebut sebagai batu gamp-
gian Timur, selatan bagian Klaten-Surakarta dan ing Formasi Sentolo. Perulangan penggenangan
di area Gunung Kidul. Kemudian, (b) Gunung air laut tentunya terjadi secara luas, sehingga batu
Batur yang sekarang ada timur pantai Siung di se- gamping di banyak tempat/lokasi mempunyai ke-
belah barat Wediombo Gunungkidul, (c) Gunun- setaraan umur. Misalnya, batu gamping karbonat
gapi Gombong Selatan yang di seputaran Karang- Formasi Sentolo, kira-kira setara seumur dengan
bolong, Menganti, Jladri. Lebih barat lagi, (d) di batu gamping formasi Oyo dan Formasi Wonosari
seputaran Gunung Srandil, di timur Cilacap. yang ada di Gunung Kidul. Demikian pula dengan
batu gamping (karst) yang ada di Gombong Sela-
Di Kulon Progo, secara berurutan, terbentuk tan, yaitu batuan Formasi Kalipucang. Hanya saja,
juga Gunung Ijo, di lereng selatan Gunung Gajah. di Gombong Selatan ini belum dibedakan menjadi
Selang beberapa juta tahun kemudian, lahir pula dua, batuan mana yang setara umur dengan batu
Gunung Menoreh di lereng utara ketiga gununga- gamping Jongrangan dan mana yang setara umur
pi (Gajah, ijo dan Menoreh) itu yang membentuk dengan Formasi Sentolo.
perbukitan Kulon Progo.
DINAMIKA BUMI JAWA CIRI OAF
Gunung-gunung yang terbentuk di era awal Penanda dari OAF pada masanya adalah beru-
pembentukan pulau Jawa ini yang oleh Van Be- pa gunungapi di pulau-pulau vulkanik bertebaran
mmelem disebut sebagai O.A.F (Old Andesite di lautan bebas. Dan ketika gunungapi tersebut
Formation; Old Andesite Volcanoes), kira-kira di sudah mulau tidak aktif lagi (mati), lingkungan
umur geologi Oligosin-Miosin Awal. Kemuncu- air laut dangkal disekitarnya menjadi tenang dan
lan gunungapi yang selanjutnya akan mengubah memungkinkan tumbuh kembangannya terumbu
keadaan yang tadinya berupa lautan luas menjadi karang.
kepulauan vulkanik dan akhirnya menjadikan da-
ratan Pulau Jawa. Situasi saat itu, ketika pulau-pu- Terumbu karang ini, lah, yang kemudian
lau vulkanik OAF bermunculan, kira-kira mirip membentuk batuan formasi batugamping. Ban-
dengan yang ada saat ini di deretan pulau-pulau yak contoh batu gamping tebentuk di lereng
vulkanik di antara Sulawesi Utara sampai ke Pulau gunungapi OAF, misalnya, di Pangandaran (Jawa
Sangihe. Barat), KulonProgo, di Siung - barat Wediombo
(Yogyakarta), di Gombong Selatan, dan di bebera-
Dorongan subduksi menciptakan dinamika pa wilayah Pacitan (Jawa Timur). Hingga di Nusa
bumi Jawa, ada saatnya pulau-pulau yang tadin- Penida (Bali), Mandalika, Lombok (Nusa Tengga-
ya sudah berupa daratan, di atas permukaan laut, ra Barat) dan masih banyak contoh lagi.
mengalami penurunan level lagi (subsidence), dan
kembali menjadi tenggelam di bawah permukaan Karena batu gamping terbentuk pada alas yang
laut. Demikian pula yang terjadi dengan Gunung berupa batuan vulkanik, banyak gua-gua karst
Gajah, Ijo dan Menoreh. yang lantainya batuan beku (batuan vulkanik) dan
dinding gua berupa batu gamping. Contoh dari
Di masa Miosin Awal, sekitar 20 juta tahun gua-gua tersebut adalah Gua Kiskendo di Kulon
lalu, Gunung Gajah, Ijo dan Menoreh mengalami Progo, Gua Gebyog di Siung, Gunung Kidul, dan
subsidence (penurunan muka tanah) dan (seba- beberapa gua karst di Gombong Selatan/Karang-
gian besar) menjadi berada di bawah permukaan bolong.
88
Gunung-gunung OAF ini, untuk Jawa bagian
tengah dan timur banyak tersebar di sisi selatan, di
pantai-pantai Pulau Jawa. Sangat wajar karena ke-
tika subduksi (tunjaman lempeng samodra) baru
mulai, tentunya kedalaman tunjamannya masih
belum begitu dalam. Namun seiring waktu, sub-
duksi makin dalam dan pusat-pusat pembentukan
magma bergeser lebih ke utara.
Ketika terjadi perubahan dari sentra pemben-
tukan magma di kedalaman yang berpindah lebih
ke utara, gunungapi OAF ini tidak mempunyai
suplai magma lagi dan akhirnya keaktifannya be-
rakhir (mati). Selanjutnya deretan gunungapi baru
muncul di sebelah utara sebagaimana seperti yang
masih banyak aktif sampai sekarang ini. Gunung
yang aktif itu seperti Gunung Merapi, Merbabu,
Sundoro, Sumbing, yang posisi letaknya lebih ke
utara dibanding dengan perbukitan KulonProgo,
Gombong Selatan, Nglanggeran. Deretan baru
gunungapi aktif tersebut menggantikan peran da-
lam OAF dalam membentuk daratan pulau Jawa.
Lalu apa istimewanya area kuliah lapangan
Karangsambung dan Bayat?
KARANGSAMBUNG Singkapan ideal lava bantal di Kali Muncar,
Mungkin setiap geolog Indonesia paham betul Karangsambung.
tentang geologi Karangsambung, Kebumen (Jawa penjelasan sebelumnya. Area Jawa bagian tengah
Tengah). Daerah ini menjadi sebuah “kewajiban” dan timur masih berupa lautan luas. Garis palung
bagi para geolog dalam memahami skenario geo- subduksi berarah baratdaya-timur laut meman-
dinamika Indonesia. Khususnya mereka wajib jang. Bentangan garisnya dari sekitar perbatasan
memahami dalam hal pegeseran subduksi Suma- Jawa Barat memanjang ke timur laut melewati
tra-Jawa menjadi seperti yang masih berlangsung seputaran Rembang, menerus sampai ke Mera-
saat ini. tus di Kalimantan. Lempeng Samodra Australia
bergerak dari tenggara mengarah ke baratlaut dan
Secara awam dapat dibayangkan bahwa di mengangkat lempeng kontinen/benua yang saat
masa sebelum 70 juta tahun lalu, Jawa bagian ten- ini nampak sebagai deretan Pegunungan Meratus
gah dan timur belum ada seperti disebutkan di
89
(subdukdsi di masa Cretaceous). Komponen lainnya, yang terjadi karena pembeba-
Wilayah yang sekarang Karangsambung nan/tertindih volume air di atasnya. Karena dasar
samodra tersebut terus bergerak, maka endapan
adalah dasar samodra yang ikut bergeser, bergerak MOR juga ikut tergeser dengan berjalannya waktu
ke arah baratlaut. Sifat lempeng samodra adalah dan akhirnya masuk ke bumi lagi di lokasi palung
densitas berat karena kaya akan unsur magnesium subduksi.
(Mg) dan besi Fe. Karena itu cenderung memiliki
level rendah yang membentuk genangan samodra. Karangsambung adalah komponen batuan
dasar samodra yang ketika hampir menyentuh pa-
Batuan dasar samodra yang kaya unsur Mg lung subduksi Cretaceous. Lalu, terjadi perubahan
dan Fe tersebut berasal dari apa yang disebut se- pola subduksi di mana garis subduksi berpindah
bagai “MOR” (mid-ocean ridge). Yaitu, punggun- ke selatan Jawa seperti yang terlihat saat ini. Akh-
gan tengah samodra yangmenjadi tempat keluarn- irnya komponen dasar samodra Karangsambung
ya komponen mantel bumi ke permukaan dalam ini tetap tinggal disitu dan tidak bergeser lagi.
bentuk magma ultra-basa, dengan endapan batu- Dan karena terdesak dan terdorong oleh sistem
an yang sering disebut sebagai “seri ophiolit”. subduksi baru, dataran Karangsambung yang ta-
dinya di dasar samodra, terangkat dan ter-expose
Endapan magma ultra-basa ini karena keluar di permukaan. Ini menjadi contoh sebuah bagian
di dasar laut dalam, saat magma tersebut keluar batuan dasar samodra yang “terjebak” di daratan.
langsung dalam bentuk pillow lava (lava bantal).
Fisiografi Perbukitan Menoreh.
90
Peta geologi Pegunungan Kulon Progo (Menoreh)
Kelebihan di Karangsambung ini, kita bisa me- ya pula endapan “Batu Gamping Nummulites”
nemui Lava Bantal yang teksturnya indah di lihat. penciri dari masa Eosen. Dan tentu saja endapan
Dan kuliah Karangsambung memberikan pema- proses intrusi-instrusi magma di masa yang lebih
haman proses pembentuka batuan dasar samodra. baru lagi.
Namun juga, ketika proses pengangkatan menja-
di daratan ada saatnya menjadi permukaan laut Demikian sehingga Karangsambung mem-
dangkal di sekitar 45 juta tahun lalu, terbentukn- berikan cerita geologi komplit dari pembentukan
batuan dasar samodra, proses pengangkatannya
91
Fisiografi Pulau Jawa
dan setelah menjadi daratan. Tidak banyak loka- sedimen aglomerat menandakan bahwa di masa
si obyek geologi dengan kandungan pengetahuan 55 juta tahun lalu, dataran Bayat kemungkinan
yang sekomplit di Karangsambung. Sebuah karya adalah laut dangkal. Proses pengangkatan dataran
alam yang menjadi warisan ilmu pengetahuan Bayat sesudah terbentuknya subduksi selatan
yang tidak akan lekang. Jawa. Gerakannya di tandai ada banyaknya intrusi
magma di masa yang setara dengan OAF di masa
BAYAT Oligosen sekitar 33 juta tahun lalu.
Daerah Bayat, Klaten (Jawa Tengah), dari sisi
Memang seri magma OAF ini terjadi hampir
geologi lain lagi sejarahnya. Bayat tidak mempu- di semua wilayah Jawa bagian tengah dan timur
nyai batuan seri ophiolit. Akan tetapi, di lokasi ini serta Bali Lombok.
dapat ditemui Batu Gamping Nummulites, Watu
Prahu, seperti yang ada di Karangsambung. Artin- Istimewanya Bayat ini karena hampir semua
ya daratan Bayat tersebut semula adalah tinggian batuan terbentuk di masa yang lebih baru (Mi-
dasar samodra yang tergeser bergerak mengikuti osen). Sementara di dataran Bayat tidak tercover
gerak besar lempeng samodra di masa Cretaceous. oleh batuan yang lebih baru. Hal ini menunjuk-
Tidak ditemui seri ophiolit menandakan bahwa kan bahwa dataran Bayat sejak awal tidak pernah
batuan Bayat bukan dari “oceanic-rift”, namun menjadi “rendahan”. Namun sebuah tinggian yang
dari proses lanjutannya. dengan adanya intrusi-instrusi magmatik, dataran
Bayat pada 30 juta tahun lalu sudah menjadi se-
Batuan tertua di Bayat adalah yang menjadi buah kubah batuan eosen yang terexpose paling
landasan dasar batuan yang ada dibawah Batu tinggi di wilayah Jawa bagian tengah.
Gamping Numulites. Bentuknya berupa batuan
92