Likuefaksi adalah
proses geologis yang
langka …
Likuefaksi … ibarat
pendatang baru dalam
dunia kebencanaan …
Risna Widyaningrum dan
Taufiq Wira Buana
(Badan Geologi ESDM, 2018)
Balaroa Bencana likuefaksi
PADAGIMO Sulteng
Petobo
Jono Oge 28Sep2018
Lokasi likuefaksi massif akibat
G28S2018M7,4:
• Balaroa (40,00 Ha)
• Petobo (181,24 Ha)
• Jono Oge (209,58 Ha)
• Sibalaya Selatan (52,98 Ha)
Sibalaya
Selatan
BNPB Gempabumi Sulteng Peta Situasi
https://sites.google.com/view/gempadongg
ala/album-peta/peta-situasi
(UPDATE 151018 PUKUL 16.00 WIB)
BNPB Gempabumi Sulteng Peta Situasi
https://sites.google.com/view/gempadonggala/albu
m-peta/peta-situasi
(UPDATE 031018 PUKUL 09.00 WIB)
Jl. Gawalise
BNPB Gempabumi Sulteng Peta Situasi
https://sites.google.com/view/gempadonggala/albu
m-peta/peta-situasi
(UPDATE 031018 PUKUL 09.00 WIB)
Kabobona
Langaleso
BNPB Gempabumi Sulteng Peta Situasi
https://sites.google.com/view/gempadonggala/albu
m-peta/peta-situasi
(UPDATE 031018 PUKUL 09.00 WIB)
BNPB Gempabumi Sulteng Peta Situasi
https://sites.google.com/view/gempadonggala/albu
m-peta/peta-situasi
(UPDATE 171018)
Gempabumi magnitudo sedang – sangat besar, biasa
disertai dengan longsor di lereng-lereng perbukitan atau
pegunungan, baik di darat maupun di dasar laut. Longsor di
dasar laut dapat membangkitkan tsunami.
Salah satu bencana ikutan Gempa PADAGIMO Sulteng pada
28Sep2018 adalah bencana longsor. Longsor terjadi sesaat setelah
gempa. Pemicunya adalah getaran gempa itu sendiri.
Longsor lainnya biasanya terjadi di lereng-lereng terjal dengan batuan
penyusun yang tidak “kompak”. Pemicunya adalah hujan deras yang
berlangsung relatif lama.
Lab. Palu-Koro FMIPA UNTAD, 2021
Secara umum, pengertian sedimentasi adalah
pengendapan sedimen.
Hasil longsoran, baik yang dipicu oleh hujan deras dengan durasi
lama ataupun oleh geratan gempa yang kuat berpotensi menimbulkan
bencana sedimentasi.
Ketika terjadi hujan deras dengan durasi lama maka hasil longsoran
tersebut akan terbawa oleh aliran permukaan ke wilayah yang lebih
rendah dan menutupi wilayah tersebut dengan endapan sedimen
(hasil longsoran) yang tebal.
Bencana sedimentasi bisa “menghilangkan” sawah, kebun, dan
bahkan perkampungan.
Lab. Palu-Koro FMIPA UNTAD, 2021
Desa Poi Kec. Dolsel - Sigi Bisa Menjadi Kampung Hilang …!
Sebelum Sesudah
19Agt2013 28Apr2019
UU No.24/2007 Pasal 1 (9): Mitigasi adalah serangkaian upaya
untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
PP No. 21 Tahun 2008 ttg Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PB)
Pasal 2
Penyelenggaraan PB bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan
PB secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan
dampak bencana.
Pasal 3
Penyelenggaraan PB meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan
pascabencana.
Mitigasi, Kesiapsiagaan dan Peringatan Tanggap darurat: Serangkaian kegiatan yg dilakukan dgn sgr pd
Dini Situasi terdapat potensi bencana
saat kejadian bencana utk menangani dampak buruk yg ditimbulkan, yg
Kesiapsiagaan: Serangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
pengorganisasian serta melalui langkah yg penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
tepat guna dan berdaya guna.
Kaji cepat dan tepat: cakupan lokasi
Peringatan Dini: Serangkaian bencana; jumlah korban bencana;
kegiatan pemberian peringatan kerusakan prasarana dan sarana;
sesegera mungkin kpd masya- gangguan terhadap fungsi pela-
rakat ttg kemungkinan terja- yanan umum serta pemerintahan;
dinya bencana pd suatu dan kemampuan SDA dan SDB.
tempat oleh lembaga yg
berwenang. Rehabilitasi: Perbaikan
Mitigasi: dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik
Serangkaian upaya utk atau masyarakat sampai
mengurangi risiko bencana, tingkat yg memadai pada
baik melalui pembangunan wilayah pascabencana
fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan meng- sasaran utama untuk
hadapi ancaman bencana. normalisasi atau berjalan-
nya secara wajar semua
aspek peme-rintahan dan
kehidupan masyarakat pd
wilayah pascabencana
Pencegahan: Serangkaian kegiatan yg Rekonstruksi: Pembangunan kembali
dilakukan untuk mengurangi atau menghilang- semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
langkan risiko bencana, baik melalui pengu- pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
rangan ancaman bencana maupun kerentanan masyarakat dgn sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
pihak yang terancam bencana.
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
Pencegahan situasi tidak terjadi bencana ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dlm segala
aspek kehidupan bermasyarakat pd wilayah pascabencana
Ancaman ( b a h a y a = p o t e n s i
bencana): S uatu kejadian atau
peristiwa yg bisa menimbulkan
bencana.
Ancaman merupakan fenomena atau
kondisi yang sulit untuk dirubah atau
diperbaiki.
Kerentanan: Sekumpulan kondisi
dan atau suatu akibat keadaan
(faktor fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan) yg berpengaruh
buruk terhadap upaya-upaya
pencegahan dan penanggulangan
bencana.
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan/Kapasitas Kapasitas: Kondisi yg berpengaruh
(Perka BNPB No. 4 Tahun 2008) baik terhdp upaya-upaya
Risiko bencana adalah potensi kerugian yg ditimbulkan akibat pencegahan dan penanggulangan
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yg dapat bencana, termasuk adanya
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan kearifan lokal dalam masyarakat.
masyarakat (UU No. 24 Tahun 2007). Mengandung unsur: Bahaya
(ancaman = potensi bencana) serta Kerentanan dan Kapasitas. Kerentanan dan kapasitas
merupakan situasi/sikap/perilaku
individu/masyarakat yang relatif dapat
dilakukan perubahan.
Perhitungan risiko bencana cukup rumit krn melibatkan banyak
parameter (data) sosial, ekonomi dan kondisi fisik wilayah)
Renkon adalah suatu proses perencanaan ke depan terhdp keadaan yang tidak menentu untuk mencegah,
atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis dengan menyepakati skenario dan
tujuan, menetapkan tindakan teknis dan menejerial, serta tanggapan dan pengerahan potensi yang telah
disetujui bersama [Penjelasan Pasal 17 Ayat (3) PP No. 21 Tahun 2008].
Siapa memiliki apa? … Siapa melakukan apa?
Renas PB 2010-2014 (BNPB, 2010): Paradigma PRB merubah pola pikir yang
responsif menjadi preventif dengan pendekatan manajemen risiko. Apabila suatu
wilayah mempunyai risiko tinggi maka upaya pengurangan risiko dilakukan dengan
tindakan:
1. Pencegahan (risk prevention), yakni memisahkan potensi bencana yang
mengancam dengan elemen berisiko.
2. Mitigasi (risk reduction), yakni apabila antara potensi bencana dengan
elemen berisiko tidak dapat dipisahkan (harus bertemu) maka upaya yang
dilakukan adalah pengurangan risiko.
3. Pengalihan kewajiban (risk transfer), yakni apabila pengurangan risiko
sudah dilakukan dan masih tetap ada risiko maka dilakukan pengalihan
risiko ke pihak lain misalnya melalui sistem asuransi bencana.
4. Kesiapsiagaan (risk acceptance), yakni apabila ketiga tindakan tersebut
sudah dilakukan tetapi masih ada risiko, maka yang terakhir dilakukan
adalah menerima risiko dan melakukan upaya-upaya kesiapsiagaan.
Butir 3 (pengalihan kewajiban) melalui asuransi bencana, maksudnya adalah asuransi
korban jiwa (nyawa), korban luka dan kerusakan bangunan. Jika terjadi bencana maka
asuransi akan membayar sejumlah dana masing-masing untuk korban nyawa (melalui ahli
waris), korban luka dan kerusakan bangunan. Tetapi, secara umum, masyarakat Indonesia
belum mampu membayar iuran asuransi setiap bulan. Lagi pula, agak naif rasanya mengukur
nyawa dengan dana. Karenanya, PRB di Indonesia masih fokus pada tindakan 1, 2 dan 4.
Berdasarkan survei yang dilakukan pasca bencana gempabumi
Great Hanshin Awaji Jepang tahun 1995, persentase korban
selamat yang paling besar dalam Golden Time disebabkan oleh:
1) 34.9% Kesiapsiagaan diri sendiri (Everyone is a life saver),
2) 31,9% Dukungan keluarga,
3) 28,1% Dukungan teman/tetangga,
4) 2,60% Orang lewat,
5) 1,70% Regu penolong,
6) 0,90% lain-lain.
Sumber: Wahyu Novyan (DMII-ACT), 25Mar2021
Tegakkan ketentuan peta
ZRB:
- ZRB 4 (merah)
Zone Terlarang:
zone sempadan pantai,
zone sempadan SPK, zone
likuefaksi (Balaroa, Petobo,
Lolu, Jono Oge, Sibalaya
Selatan), zone rawan
gerakan tanah tinggi
- ZRB 3 (kuning coklat)
Zone Terbatas
- ZRB 2 (kuning)
Zone Bersyarat
- ZRB 1 (kuning muda)
Zone Pengembangan
(Sumber: Peta ZRB Bencana
PADAGIMO Sulteng, 2018)
RTRW Berbasis
Mitigasi Bencana
Bangunan Sesuai
SNI 1726
Mitigasi: Serangkaian upaya untuk mengurangi Mitigasi non-fisik (kultural):
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik Membuat peraturan dan/atau
maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. peningkatan kapasitas melalui
sosialisasi, seminar, brosur, dll …
Mitigasi fisik (struktural): Perencanaan, standar teknis,
bangunan fisik dan/atau vegetasi
Tindakan mitigasi fisik
tsunami: menghambat
dan meredam energi
gelombang pasang dan
tsunami
Ketika terjadi gempa, yang posisinya dekat pintu, segera FISIP UNTAD/Basrah
bergegas keluar, ke halaman terbuka (titik kumpul). RS Anutapura/Infopena.com
Bagi yang posisinya jauh dari pintu segera ke bawah kolong
meja atau ke sudut-sudut ruangan. Jangan memaksakan diri
keluar untuk menghindari terjadinya penumpukan orang di pintu
Pada gedung bertingkat, bagi yang posisinya di lantai
atas tetap saja di lantai tersebut dan segera ke bawah
kolong meja atau ke sudut-sudut ruangan.
Semua dilakukan sambil berdoa kepada Tuhan YME
Jangan berlari ke lantai bawah karena bisa terjadi penumpukan
orang di pintu dan tangga, juga material runtuhan lantai yang
lebih tinggi bisa jatuh dan menimpa jika sudah berada di lantai
bawah.
Tindakan kesiapsiagaan gempabumi:
Secara berkala melakukan simulasi bencana gempabumi
yang melibatkan seluruh murid, guru, tenaga adm/teknisi,
petugas kantin, dan lain-lain.
Tindakan mitigasi bencana (non-fisik): Meningkatkan kapasitas
menghadapi bencana melalui bahan bacaan
Perkuat
L I T E R A S I Kebencanaan
di sekolah dan Perpustakaan
Daerah
Aktifkan Muatan Lokal
(Mulok) Kebencanaan di SMP
dan SMA dan yg Sederajat
Langkah awal: Pelatihan
Kebencanaan bagi pengajar atau
calon pengajar Mulok Kebencanaan
Langkah berikutnya: Siapkan
Beasiswa S2 bagi pengajar
atau calon pengajar Mulok
Kebencanaan
Tindakan mitigasi non-fisik: Meningkatkan kapasitas menghadapi bencana
dengan mengingat bencana masa lalu melalui monumen bencana
Monumen
bencana untuk
merawat
ingatan
Tindakan mitigasi fisik gempabumi:
Kearifan lokal rumah “kayu” panggung
Dalam konteks mitigasi bencana, patokannya adalah keselamatan manusia. Jadi, gedung
atau rumah (GR) tahan gempa, minimal adalah GR yang masih memungkinkan manusia
yang ada di dalamnya berlari ke luar sebelum kerusakan GR tsb menciderai atau membunuh
manusia …
Rumah Nenek Moyang Orang Sulawesi
Di wilayah rawan gempa, rencanakanlah …
Membangun rumah hunian yg aman dan nyaman, yg kalau terjadi
gempa dapat “meredam” kepanikan. Istrahat/tidur di dalam rumah
bisa dilanjutkan …
Bukan rumah besar dan mewah, yg kalau terjadi gempa justru
“memicu” kepanikan, akhirnya istrahat/tidur di jalan. Dan, jika terjadi
gempa besar, bisa “terkubur” di dalamnya …
Lt-1 - Lt-1 kayu Lt-1 beton Lt-1 beton
Lt-2 kayu Lt-2 kayu Lt-2 kayu Lt-2 beton
Bagi yang bermukim pada jarak < 100 m dari garis pantai, jika rumah
Anda rusak, sebaiknya tdk usah diperbaiki. Uangnya dibelikan tanah
saja di tempat lain. Lalu membangun rumah baru di lokasi baru tsb.
Karet mentah
Tindakan mitigasi
gempabumi (fisik):
Meredam getaran gempa
dgn karet mentah tebal
Karet mentah
Info dari gambar ini … bisa dikembangkan untuk
menyusun konsep “mitigasi bencana downlift” …
Tindakan mitigasi
downlift (fisik):
Tindakan mitigasi
likuefaksi (fisik):
Info dari gambar ini …
bisa dikembangkan untuk menyusun konsep “mitigasi bencana liquifaksi” …
"Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu.
Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan."
"Dan mulailah Nabi Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya
berjalan melewati Nabi Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nabi Nuh, jika
kalian mengejek kami maka sesungguhnya kami pun nanti akan mengejek
kalian sebagaimana kalian mengejek kami.“(QS. Hud: 37-38)
Untuk selamat dari banjir besar yang akan menimpa wilayahnya, yang
untuk menyelamatkan diri tidak cukup dengan hanya naik ke atap
bangunan meski bangunannya sangat kuat atau berlari ke puncak
gunung yang tinggi, maka Nabi Nuh As bersama orang-orang beriman
membuat perahu besar. Menjelang terjadinya banjir, mereka semua
naik di perahu tsb. Mereka semua selamat.
Penanda Jalur Sesar Palu-Koro di Kota Palu dan penanda Rawan
Tsunami di Wilayah Pesisir Teluk Palu
(Oleh: Yayasan SKALA dan PT. Sampoerna, 2021)
Tanda jalur evakuasi harus kuat agar tidak mudah dirusak atau diputar oleh
tangan-tangan jahil. Juga warnanya terang dan berada pada posisi yang
mudah dilihat oleh orang banyak, termasuk oleh orang asing yang kebetulan
lewat pada saat terjadi bencana
Termasuk tindakan kesiapsiagaan:
• Membentuk Tagana, Wagana, dan kelompok siaga bencana lainnya
• Menyusun dokumen Renkon bencana
• Membuat simulasi bencana
• Membuat system peringatan dini
Contoh Lokasi
Titik Kumpul
Untuk menghindari/mengurangi kepanikan warga, yg Lap. Basket FMIPA UNTAD
bisa menimbulkan musibah lain, perlu dibuat jalur
Titik rkumpul relatif jauh dari
evakuasi dan lokasi titik kumpul. Lokasi ini bersifat dinding, tiang listrik dan pohon
sebagai tempat evakuasi sementara (TES). Titik
besar serta tidak di bawah
kumpul bisa berupa lapangan olah raga atau halaman jaringan kabel listrik
bangunan yg relatif luas. Penetapan titik kumpul
berdasarkan kesepakatan “bersama” warga.
Tujuannya, agar ketika terjadi gempa bumi atau
bencana lainnya, warga sudah tahu “berlari kemana
dan lewat jalan mana”
Jalur evakuasi diberi gambar tanda panah dan tulisan
“Jalur Evakuasi”. Bisa dipasang di dinding, di tiang
atau di lantai jalan yg mengarah ke titik kumpul. Di
lokasi titik kumpul diberi tulisan “Titik Kumpul”.
Warga panik dan berhamburan keluar
rumah mencari lokasi yang aman dari
guncangan gempa M 6,3 dan jangkauan
tsunami, Ampana Kab. Tojo Unauna,
pada Senin, 26 Juli 2021
(SINDOWNEWS.com, 26 Juli 2021)
Ratusan warga Desa Labuan, Kec.
Ratolindo Kab. Tojo Unauna sejak Senin
(26/7/2021) hingga Selasa (27/7/2021)
mengungsi di atas gunung karena
takut gempa susulan. di Desa Sabulira
Toba Kec. Ratolindo. (Foto: Ipul Hulungo)
Tanda batas
aman tsunami
Papan info
bencana
Papan info
bencana
Prinsip Kerja Ina-TEWS
Wahyu (2007) menjelaskan bahwa waktu yg
diperlukan utk memproses informasi peringatan,
yakni:
Menit 1: Signal terekam paling tidak pd 5 station
Menit 2: Pemrosesan
Menit 3: Parameter gempa bumi (origin time;
episenter; kedalaman; magnitudo)
Menit 4: Database diaktifkan dan analisis
interaktif
Menit 5: Peringatan dini !!!
Menurut Koordinator BMKG/Kepala Stasion Sirine tsunami dipasang
Geofisika Palu, (2017), waktu 5 menit tsb adalah di Taman GOR. Daya
“milik” BMKG. jangkau 3 km. Pusat
pengendali atau
Setelah itu, “peringatan dini” disampaikan kpd servernya di kantor
institusi yg relevan utk diteruskan kpd masyarakat BPBD Kota Palu.
umum melalui berbagai media yg mudah diakses,
termasuk sirine yg dipasang di wilayah pantai atau
di tempat2 yg ramai, yg berbunyi jika ada tanda2
tsunami.
(Aristiarini, A., Kompas. Senin/24 Juli 2006)
Tantangan BMKG:
Rilis berita gempa “dari 5 menit menjadi 2 menit” …
Komunitas-komunitas, misalnya komunitas warga rukun tetangga,
sekolah, kampus, perkantoran, jamaah keagamaan, dll, merupakan
“wadah-wadah” yang baik untuk melakukan pendidikan mitigasi
bencana, karena:
• Warga komunitasnya banyak.
• Warga komunitasnya mudah diarahkan.
• Materinya bisa dibuat konprehensip sesuai kondisi kebencanaan
wilayah komunitasnya dan perkembangan IPTEK.
• Materi pendidikan bisa dilakukan atau disajikan secara teratur dalam
periode tertentu.
• Pengetahuan kebencanaan yang didapatkan oleh warga komunitas
bisa menular dgn cepat ke banyak orang, tertama ke anggota
keluarga.
• Kawasan komunitas bisa dirancang sedemikian rupa sebagai
“kawasan siaga bencana”.
Sekian … Wslm wr wabarakatuhu …
Dampak G28S2018M7,4. Setelah 16 bulan pasca bencana PADAGIMO Sulteng,
sejumlah korban masih bertahan di tenda-tenda darurat (medcom.id, 22Jan2020)