Roswanto
WIDYAISWARA
Kejadian bencana di Indonesia dalam dekade
terakhir telah membangunkan masyarakat
dari tidur panjang. Jika pada kondisi normal
kita merasa tenang, aman dan nyaman, setelah
terjadi bencana harus menerima kenyataan
bahwa bencana dapat terjadi setiap saat, di
mana saja, dan dampaknya dapat menimpa
siapa pun.
BENCANA INDONESIA
26 Desember 2004
Pukul 07.59 WIB selama 10 menit Adalah peristiwa gempa bumi Gempa Bumi & Tsunami
tektonik berkuatan 9.1 sampai 9,3 pada Skala Richter. Secara Nanggroe Aceh Darusalam
umum pusat gempa terjadi dibarat daya Sumetera 25 km lepas 26 Desember 20004
pantai, Pada Kedalaman 30 km dibawah dasar laut disertai Korban: 165.792 MD & Hilang
tsunami dengan tinggi gelombang sekitar 30 m di wilayah pantai 2.830 Luka - Luka
Sumatera, Samudra Hindia, Kepulauan Andaman, Sri Langka dan 556.933 Terdampak & Mengungsi
sebagaian Afrika. Menurut Data Informasi Bencana Indonesia
(DIBI) BNPB mencatat korban gempa bumi dan tsunami
diwilayah Aceh dan sekitarnya sebanyak 165.792 jiwa meninggal
dunia, 2.8301 jiwa luka - luka dan 556.933 jiwa terdampak dan
mengungsi.
Erupsi Gunung Merapi JATENG - YOGYAKARTA
26 Oktober 2010
Aktifitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan
Korban: 347 MD & Hilang menyebabkan erupsi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010. Data
410.388 Terdampak & Mengungsi Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB mencatat korban erupsi
gunung Merapi 2010 sedikitnya 353 meninggal dunia 410.388
terdampak dan mengungsi.
Kronologi erupsi Merapi terjadi:
• Pada 20 September 2010, G. Merapi dinaikkan statusnya menjadi
"Waspada" Level II
• Pada 21 Oktober 2010, G. Merapi kembali dinaikkan menjadi "Siaga"
Level III
• Pada 25 Oktober 2010, G. Merapi ditetapkan "Awas" Level IV
• Pada 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB terjadi letusan pertama.
letusan bersifat eksplosif disertai dengan awan panas dan
dentuman, erupsi ini berbeda dengan kejadian sebelumnya, yaitu
letusan bersifat efusif dengan pembentukan kubah lava dan awan
panas guguran
• Pada 29 - 30 Oktober 2010 erupsi Gunung Merapi lebih bersifat
eksplosif
Gempa Bumi &Tsunami PALU & DONGGALA, SULAWESI TENGAH
Palu & Donggala, Sulawesi Tengah
28 September 2018 28 September 2018 pukul 17.02.44 WIB adalah peristiwa gempa
bumi tektonik dengan kekuatan 7,4 Skala Ricter, Pusat gempa 27
Korban: 2.113 MD 4.612 Luka berat km timur laut Donggala, atau 80 km barat laut Palu pada
223.751 Terdampak & Mengungsi kedalaman 10 km. Gempa bumi disertai tsunami dan fenomena
likuifaksi mengakibatkan banyak rumah gedung perkantoran
roboh dan tertimbun masuk ke dalam tanah. Sisitem Komunikasi
dan instalasi listrik terganggu. Getaran gempa bahkan dapat
dirasakan di Gorontalo, sekitar 576 km dari pusat gempa di
Donggala. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) BNPB
mencatat sementara korban gempa bumi dan tsunami di Palu,
donggala, Sigi, Parigi Mountong dan Pasang kayu sebanyak 2.113
jiwa meninggal dunia, 4.612 jiwa luka - luka 223.752 jiwa terdampak
dan mengungsi, ribuan jiwa hilang tertimbun, tanah karena
fenomena likuifaksi terjadi sesat setelah gempa bumi dan tsunami.
POTENSI GEMPA BUMI
ANCAMAN BENCANA
DI INDONESIA Bencana Sekunder:
Tsunami, Kebakaran, Tanah Longsor, Jebolnya
Dam/Tanggul, Banjir bandang, Bencana Industri,
Gedung runtuh
ERUPSI GUNUNG API
Bencana Sekunder:
Lahar dingin/Lahar hujan, Gempa vulkanik, Hujan abu vulkanik,
Tanah Longsor, Kebakaran, Awan panas, Semburan gas beracun
BANJIR
Bencana Sekunder:
Tanah longsor, Wabah
TANAH LONGSOR
Bencana Sekunder:
Banjir Bandang
KEKERINGAN
Bencana Sekunder:
Kekurangan sumber air, kebakaran hutan dan lahan, Kebakaran
masal, Wabah
LIVING IN HARMONY WITH DISASTER
Penanggulangan bencana ini tak hanya sekadar tugas
pemerintah. Namun, pengurangan risiko bencana pun
merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, masyarakat
lebih sadar bencana. Dengan catatan, pendekatannya harus
humanis dan jangan membuat rasa takut.
Tridhrama Perguruan Tinggi
Penanggunglangan Bencana pada dasarnya
dapat diintegrasikan dalam kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi baik melalui
Program Pendidikan, Penelitian maupun
Pengabdian Kepada Masyakat ;
Perguruan tinggi dapat mengembangkan Kampus Siaga
Bencana sebagai model pendidikan kebencanaan untuk
kesiapsiagaan bagi seluruh karyawan dan mahasiswa.
Selain itu, Pendidikan Kebencanaan juga wajib masuk
dalam bahan kajian mata kuliah dalam Kurikulum
Perguruan Tinggi (KPT). Dengan demikian diharapkan
mahasiswa paham tentang kebencanaan baik untuk diri
sendiri maupun ditularkan ke keluarga dan warga
masayarakat
KKN
Kuliah Kerja Nyata
Perguruan Tinggi juga dapat mengemas program Kuliah Kerja Nyata
(KKN) bertema bencana baik di daerah Bencana maupun pasca
bencana, sehingga para mahasiswa dapat mempraktikkan keilmuan
dan ketrampilannya langsung di masyarakat serta berpikir kritis
untuk mengatasi masalah
MARI
SIMAK
VIDO INI
Kegiatan Penelitian Kegiatan penelitian dapat bersifat multidisplin dan
dan Publikasi interprofesional dengan melibatkan institusi lain baik di
Ilmiah dalam maupun di luar negeri.
Selain itu perguruan tinggi juga dapat menghasilkan
buku ilmiah, modul pembelajaran, buku panduan atau
buku saku tentang bencana yang dapat digunakan
sebagai acuan Pendidikan Kebencanaan di kampus
maupun masyarakat luar kampus
Dokumentasi
Udayana Bali
KEGIATAN PENGABDIAN
MASYARAKAT
Selain kegiatan ilmiah, peran
Perguruan Tinggi dalam
penanggulangan bencana dapat
melalui berbagai Kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat
yang bertema kebencanaan
Pendampingan dan Pemberdayaan
masyarakat terdampak bencana baik di
pengungsian, hunian sementara
(Huntara) maupun daerah relokasi agar
segera bangkit dan beraktivitas kembali
dengan penuh semangat.
KESIMPULAN
Peran Perguruan Tinggi sangat penting dalam
mendukung Pemerintah dalam penanggulangan
bencana baik pada saat pra-bencana, saat bencana
maupun pasca bencana