dari keluarga. Akan tetapi, kita tidak boleh
menjadikan rasa rindu itu sebagai alasan untuk
menghentikan semangat kita dalam belajar.
Masih banyak cara lain agar rasa rindu itu tidak
terus-menerus datang pada diri kita. Contohnya,
kita bisa menyimpan foto keluarga dan
menempelnya di lemari atau menyimpannya di
kotak pensil sebagai kenang-kenangan.
Seperti telah diceritakan di awal bahwa tinggal di
pondok pesantren berarti kita akan tinggal jauh
dari orang tua. Namun jangan khawatir, di
Pondok Pesantren ada para ustadz dan ustadzah
yang sangat baik. Merekalah pengganti orang tua
kita. Biasanya jika kita sedang sakit, yang
merawat kita adalah orang tua. Akan tetapi jika
di pondok, yang merawat kita adalah para ustadz
dan ustadzah. Pastinya para ustadz dan ustadzah
akan selalu menyayangi kita. Oleh karena itu
kita sebagai santri juga harus menyayangi dan
menghormati mereka sebagaimana layaknya
orang tua. Kami sebagai santri, seringkali
mendengar cerita dan pengalaman dari para
ustadz dan ustadzah. Sebagian besar dari para
44
ustadz dan ustadzah juga menjadi seorang santri
sebelumnya. Hal tersebut tentu akan menambah
dorongan semangat yang luar bisasa bagi kami
sebagai santri dalam belajar, beribadah, dan
pastinya dalam mencapai tujuan dan cita-cita
kami.
Teman-teman, pastinya kalian berpikir kapan
kita bisa bertemu dengan orangtua. Kita bisa
bertemu kangen dengan orangtua kita setiap hari
libur atau Hari Ahad. Hari libur di pondok
pesantren adalah Hari Jum’at. Saat itulah kami
bisa bertemu dengan orangtua. Biasanya, kami
akan bercerita tentang pengalaman yang sudah
kami dapat. Tetapi harus tetap diingat ya teman,
kita harus tetap disiplin meskipun sedang
bertemu dengan orang tua. Kunjungan para otang
tua akan dibatasi sampai pukul lima sore.
Sebelum orang tua kita pulang, akan lebih baik
jika kita berpamitan sekaligus meminta doa
kepada mereka agar kita dimudahkan dalam
belajar. Insya Allah, orang tua kita akan selalu
mendoakan dan mendukung apapun yang kita
lakukan asal itu adalah hal yang baik,
45
bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang
lain, serta tidak melanggar syariat islam.
Seperti yang teman-teman telah ketahui, setiap
sekolah tak terkecuali pondok pesantren pasti
memiliki Organisasi Siswa.
Begitu juga dengan pondokku, Organisasi Siswa
di pondokku biasa disebut OSDN, yaitu
Organisasi Santri Darunnajah. OSDN terdiri dari
banyak bagian, seperti bagian keamanan, bagian
pengajaran, bagian kebersihan, dan masih banyak
lagi. Setiap bagian memiliki tugas masing-masing.
Contohnya adalah bagian keamanan, mereka
bertugas untuk melatih kedisiplinan kita.
Awalnya memang menakutkan, tetapi lama
kelamaan rasa takut itu akan hilang. Mengapa??,
karena sebenarnya mereka adalah kakak-kakak
yang baik dan berwibawa. Mereka tidak akan
menghukum kita jika kita tidak bersalah dan
mentaati setiap peraturan yang telah
ditetapkan.Oleh karena itu kita harus disiplin
dan mentaati peraturan. Perlahan tapi pasti,
berkat bantuan kakak OSDN, kedisiplinan kita
akan tumbuh.
46
Hal utama yang memperkuat keinginanku untuk
melanjutkan sekolah di pondok pesantren adalah
dapat berbicara dua bahasa yaitu bahasa Arab
dan bahasa Inggris. Di pondok pesantren tempat
aku bersekolah ini diajarkan dua bahasa yaitu
bahasa Arab dan bahasa Inggris. Setiap santri
diwajibkan menggunakan dua bahasa tersebut
dakam melakukan percakapan sehari-hari. Hal
menarik lainnya adalah banyaknya kegiatan dan
perlombaan yang seru dan bermanfaat. Aku
sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan
perlombaan di pondok. Ada perlombaan antar
asrama dan ada juga perlombaan antar angkatan.
Kami semua berlomba-lomba untuk
memenangkan setiap perlombaan. Harus diingat
juga yaa teman-teman,, kami berlomba secara
sehat dan memiliki tujuan untuk mengeratkan
tali persaudaraan. Menang dan kalah adalah hal
yang biasa dalam perlombaan, yang penting
adalah kita sudah berusaha.
Sebagai seorang siswa tentu kita akan
menghadapi ujian setiap akhir semester.
Begitupun dengan Pondok Pesantren tempatku
47
bersekolah. Berbeda dengan sekolah pada
umumnya, ujian di pondok pesantren dilakukan
dalam dua tahap. Tahap pertama adalah ujian
lisan yang dilaksanakan dalam dua bahasa yaitu
bahasa arab dan bahasa inggris. Tahap kedua
adalah ujian tulis yang menyesuaikan dengan
mata pelajaran yang telah kita pelajari. Ujian
adalah hal yang tidak perlu ditakutkan, tetapi
juga tidak boleh diremehkan. Disaat itulah kami
akan berjuang untuk mendapatkan hasil yang
terbaik dan memuaskan. Biasanya, kemana pun
aku pergi, buku pelajaran akan selalu kubawa.
Begitu juga dengan teman-temanku dan santri
yang lainnya. Kami bisa belajar bersama dan
saling tanya jawab seputar pelajaran. Tanpa
disadari, hal ini juga akan mengeratkan tali
persaudaraan.
Kami seringkali saling berbagi tips dalam
menghafal dan belajar. Eitss, tetapi usaha juga
harus disertai dengan doa yaa teman-teman.
Tanpa doa, usaha kita akan sia-sia.
Teman-teman, tahu tidak?, ada kalanya kami
para santri akan merasakan hal yang membuat
48
kami tegang dan takut. Kapan ya??, Yaitu pada
saat pembagian rapot. Saat itulah kami
merasakan ketegangan yang luar biasa. Kami
sangat takut jika mendapatkan hasil yang tidak
memuaskan. Hasil memang bukanlah segalanya,
tetapi kami juga harus menunjukkan hasil dari
proses belajar kami selama ini. Jika tidak
mendapatkan hasil yang memuaskan, hal itu
akan menjadi acuan untuk kami agar lebih giat
lagi dalam belajar. Akan tetapi, jika kami sudah
mendapatkan hasil yang memuaskan, kami harus
tetap rendah hati dan harus dapat
mempertahankannya. Perlu diingat ya teman,
kita tidak boleh menjadi orang yang cepat puas,
karena rasa cepat puas itu akan membuat kita
merasa bahwa kita sudah berhasil dan tidak
perlu lagi belajar. Eitsss, itu sudah salah besar
yaa. Jangan pernah berpikir seperti itu, karena
bisa jadi teman-teman yang lain akan dapat
mengalahkan kita karena kita terlena dengan
hasil yang kita peroleh. Jadi, kita tidak boleh
menjadi orang yang cepat puas yaa teman-
teman,,.
49
Sebenarnya sebagai seorang santri, masih banyak
lagi pengalaman dan cerita di pondok pesantren
yang amatlah seru dan menyenangkan. Suka dan
duka selalu kami jalani bersama. Teriknya
matahari dan derasnya hujan, tidak akan
menghalangi kami dalam meraih mimpi. Segala
rintangan akan kami lalui dengan keyakinan
bahwa kami bisa menaklukkan rintangan itu
bersama-sama. Kami yakin dan kami percaya,
bahwa kami akan sukses bersama. Masih
terngiang di telinga kami lagu "oh Pondokku".
Sungguh engkau hai pondokku adalah tempat
bernaung kami para santri dari kecil hingga
dewasa. Engkau sangatlah berjasa tidak hanya
pada diri kami para santri, tetapi juga pada Ibu
Pertiwi.
Oh pondokku Tunggulah kesuksesan kami para
santri di masa depan. See you in the future
guys,,.
50
Bionarasi
Arsya Sania Nur, duduk di kelas 2J. Hobinya
adalah menulis.
51
06
WAKE UP
06
Pada pukul 03.17 dini hari, gadis berparas cantik
terbangun dari tidurnya. Nathiana Ayu Lestari,
atau biasa dikenal dengan nama Thia. Ia segera
membangunkan sahabatnya nia, yang ranjang
tidurnya tepat dibawahnya.
“Niaa….. niaaaaaaa…” kesal karena tidak
mendapat respon dari temannya ini, ia pun
berinisiatif turun dan meneriaki nia agar
terbangun.
“Niaaa!!!....NIANA PUTRI, BANGUUUNNNN!!!!”
teriaknya yang membuat anggota kamar lainnya
juga terbangun.
“Maaf yahh hehehehee….” Thia
“Apaaaa???” ketus nia karena tidak suka
tidurnya di ganggu.
“Bangunn heyyy…. Nga mau solat tahajjud??”
kata Thia.
“Ya mau lah… siapa juga yang nga mau dapat
pahala….”
Sambil meguap kecil Thia dan Nia pergi siap-siap
untuk shalat dan diikut santri-santri lainnya.
“Niaaaaa,,,niaaaaa” teriak Thia seusai kembali
dari ruang osis.
53
“Apaa apa apa???” jawab Nia.
“Thia menang lomba Jurnalistik sama lomba
Matematika masa yeyeyeyeeyyeyyyeeee…”
katanya dengan semangat.
“Kalo menang yah ucapin Alhamdulillah jangan
teriak-teriak kaya orang gila…. Thia thia” ucap
Nia.
“Alhamdulillah….na’am ustadzah nanti kalau
Thia menang lagi thia nga teriak lagi” kata Thia
dengan suara yang sengaja di tekan.
“Hahahahahha,,, terus menang juara brapa??”
kata Nia.
“Satu semua lahh… Thia gitu lohh hahahaha..”
jawab Thia dengan tawa khasnya.
“Hehhh??” tegur Nia.
“Alhamdulillah juara satu ustadzahkuuu” ucap
Thia sambil menggoda Nia.
Dan mereka pun berakhir dengan tawa yang
lumayan keras.
Kembali dari kamar mandi Nia kaget karena
Thia menangis tersedu-sedu di atas ranjang Nia.
Disana juga banyak santri lain yang berkumpul
mencoba menenangkan Thia yang menangis.
54
“Dia kenapa nangis??” Tanya Nia kepada salah
satu santri yang ada di sana.
“Tadi abis angkat telpon orang tuanya langsung
nangis kaya gini” ucap salah satu santri.
Sekitar 5 menit kemudian Thia sudah sedikit
tenang dan Nia menanyakan apa yang terjadi
sebelumnya.
“Ada apa?? Orang tuamu bilang apa?? Sampe
nangis kaya tadi??" Tanya nia.
“Katanya aku mau dipindahin ke sekolah negri.
Thia nga mau pindah T_T” katanya.
“Bukannya Thia pernah bilang nga mau masuk
pondok?” Tanya Nia lagi.
“Iyaah… tapi kan itu dulu sekarng udah nga mau
lagi, Thia udah senang disini… Nia nga mau
pindah Hhuuaaa…” tangisnya pun kembali
pecah.
“Thia…. thiaaa?? Pangil seseorang.
“Thia nga mau pindah…” lirihnya.
“Thiaaaa.... heeeeeyyyy BANGUUUNN….” Teriak
Nia.
“Hahh…?? Ini dimana?” bingung Thia.
“Ini di dalam kamar, kamu tidur abis mandi tadi,
cepetannn…. Sebelum kaka-kakanya datang nanti
55
kita di hukum…!!!” seru Nia.
“Jadi siapa yang pindah?? Terus siapa yang
menang lomba?? Thia kan??” tanyanya.
“Pindah siapa??? Ngada yang pindah thiaa.... dan
ngada yang menang lomba. Lomba ajah minggu
depan”ucap Nia.
“Udahlah cepat keburu osisnya datang..” kata Nia
sambil menarik Tasnya Thia dan tas milik
keduanya.
Sedangkan Nia masih bingung antara ia harus
senang karena tidak pindah atau sedih karena
lomba yang ia menangkan hanya MIMPI.
56
Bionarasi
Nama saya Siti Zaenab Muta’aliyah, biasa di
panggil Muta’aliyah. Lahir di Ternate Maluku
Utara pada tanggal, 28 Maret 2006. Anak
kedua dari empat bersaudara. Pendidikan
sebelumnya di SMP IT Nurul Hasan Kota
Ternate. Tidak memiliki prestasi akademik.
Pengalaman lainnya, pernah menjadi
pemimpin regu dalam kepramukaan, menjadi
bagian dari MPK (Majelis Perwakilan Kelas),
dan pernah menjadi anggota OSIS bidang
keamanan. Pengalaman membuat cerita
sebelumnya tidak ada begitu juga pengalaman
sebagai seorang santri. Kebiasaan waktu
sengang mendengarkan music, menonton film,
dan tidur.
57
07
MEDAN
FANTASI
07
Fiza berjalan menyusuri lorong asrama bersama dengan
sahabat barunya, Khansa. Ini adalah hari pertama,
sekaligus kali pertama Fiza menimba ilmu di sekolah
berasrama atau lebih dikenal dengan istilah Pesantren.
Semuanya berada di luar ekspektasi Fiza. Ia tidak
pernah membayangkan betapa hebatnya hidup bersama
teman-teman baru dan lingkungan yang baru.
Sebelumnya, Fiza merupakan perempuan yang sangat
hangat dengan keluarganya. Ia juga jarang bermain
bersama teman-temannya di luar jam sekolah. Kali ini,
ia meminta kepada orang tuanya untuk mencoba sesuatu
yang baru. Ia ingin merasakan hidup jauh dari
keluarganya yang sangat ia sayangi.
“Khansa, biasanya kalau jam segini anti ngapain di
rumah?” Tanya Fiza memecah keheningan diantara
mereka.
“Biasanya,” Khansa berpikir sejenak, “di jam pulang
sekolah, ana ada kegiatan di sekolah. Kalau anti?”
Lanjut Khansa.
“Kalau ana, nemenin adik ana nonton tv,” jawab Fiza.
“Oh, gitu. Adik anti suka nonton film apa?” Tanya
Khansa kembali.
“Seringnya nonton film Shiva. Adik ana suka banget.
Keren katanya, dia ga pernah kalah,” jawab Fiza sambil
membayangkan adiknya.
59
“Eh, ngomong-ngomong ga pernah kalah, ana jadi inget.
Mau ikut ga? Siapa tau bisa anti ceritain ke adik anti,
jadi idola barunya, hehe,” kata Khansa.
“Kemana?” Tanya Fiza.
“Perpustakaan,” jawab Khansa sembari mempercepat
langkahnya.
Fiza yang terkejut bergegas mengikuti Khansa dan
berusaha menyesuaikan langkahnya.
Khansa memberikan sebuah buku kepada Fiza dengan
sampul bertuliskan “Kisah Khalid bin Walid”. Khansa
mengambil satu buku lagi untuk ia baca kemudian
Khansa dan Fiza duduk di tempat yang telah disediakan.
Fiza membuka lembar pertama buku tersebut, tetapi
tiba-tiba lonceng berbunyi. Fiza kembali menutup
bukunya dan berdiri. Ada sesuatu yang janggal. Fiza
memerhatikan sekitar. Ruang dan waktu seolah
berhenti. Khansa, juga teman-teman lainnya mematung.
Sama sekali tidak bergerak. Begitu juga dengan jam di
dinding yang selalu berputar. Suara lonceng yang baru
saja berbunyi telah berhenti.
Dengan kaki gemetar, Fiza bergegas menuju pintu
keluar perpustakaan. Namun, sesampainya ia di depan
pintu tersebut, terpancar cahaya yang sangat terang dari
luar. Fiza terus berjalan dan masuk ke pintu yang
bercahaya. Untuk kedua kalinya, sesuatu yang aneh
60
terasa. Setelah melewati pintu, Fiza tidak berada di
tempat yang seharusnya. Ia berada di tempat yang
sangat luas bak medan perang. Tidak. Ini adalah medan
perang.
Fiza melihat sejauh mata memandang. Kemudian,
segerombolan pasukan datang dari arah yang
berlawanan. Namun, jumlah dari kedua pasukan
tersebut benar-benar tidak seimbang. Ini tidak bisa
disebut pertandingan yang adil. Tiba-tiba terbesit di
benak Fiza, ‘Perang Yarmuk’. Tunggu. Bagaimana ia bisa
tahu?
Fiza melihat salah satu pasukan dengan pasukan yang
lebih sedikit, tetapi panglima perang mereka yang gagah
berani tidak terlihat gentar sedikitpun. Tidak lama
kemudian, kedua pasukan beradu dan Fiza tak kuasa
melihatnya. Ia menutup kedua matanya. Terdengar
suara teriakan yang berbaur dengan panasnya terik
matahari dari masing-masing pasukan.
Setelah cukup lama, ia membuka matanya dan betapa
terkejutnya Fiza. Bagaimana ia bisa melewati banyak
waktu? Perang telah usai. Seperti yang terlihat, pasukan
yang lebih sedikitlah pemenangnya dan panglima perang
yang ia lihat tadi –mungkin beberapa hari yang lalu –
tidak terkena goresan sedikitpun.
61
Fiza berusaha berpikir siapa panglima perang tersebut.
Ia menutup matanya berusaha fokus. Samar-samar,
terdengar suara seseorang yang memanggil Fiza diikuti
dengan sebuah guncangan.
“Fiza!”
“Fiza!”
Fiza mengingat siapa panglima tersebut. Namun, ketika
ia berhasil mengingatnya, suara samar yang tadi Fiza
dengar kini semakin mengeras. Begitu juga dengan
guncangan yang mengikutinya. Fiza terkejut dan
membuka matanya.
“Fiza! Ayo bel-“ Perkataan Khansa yang tengah
membangunkan Fiza terpotong.
“Pedang Allah!” Teriak Fiza yang membuat Khansa
terkejut sekaligus bingung.
“Udah tau sekarang,” jawab Khansa.
Fiza memerhatikan Khansa, kemudian melihat
sekeliling. Bukankah tadi ia berada di medan perang.
“Jadi tadi cuma mimpi?” Tanya Fiza yang masih
setengah sadar kepada Khansa.
“Mimpi apa? Udah nanti aja ceritanya. Sekarang ayo
kita keluar,” kata Khansa sembari menarik Fiza.
Fiza yang kebingungan menutup bukunya dan
mengikuti Khansa. Tunggu. Bukankah tadi ia baru
62
membuka lembar pertama, tetapi sekarang sudah
beberapa lembar buku yang terbuka. Fiza berusaha
berpikir jernh, mungkin saja hanya tertiup angin. Fiza
juga ingat, ia akan menceritakan kisah Khalid bin Walid
kepada adiknya.
Fiza berharap adiknya akan suka.
63
Bionarasi
Identitas :
Nama : Ummu Rahmah Sayyidah
Kelas : INT C
Kamar : Arafah 103
64
08
INDRA
KEENAM
08
Suatu hari seorang dokter tengah berbahagia karena
baru saja mendapatkan penghargaan dari walikota
setempat, berkat prestasinya dalam meningkatkan
kualitas hidup anak-anak dikota tersebut. Ia juga
dikenal sebagai dokter psikologi yang andal dan
berbakat karena berpengaruh dikota tersebut. Ibunya
pun kagum atas apa yang dilakukan oleh anaknya
namun sesaat kemudian, mereka melihat kaca
dirumahnya pecah seperti ada seseorang yang telah
memasuki rumahnya akhirnya mereka pun
memeriksanya, dan benar saja ada seorang anak muda
yang telah memasuki rumahnya.
Anak muda itu pun menangis dan berteriak, “Apa kau
tahu rasanya ketakutan?” kata seorang anak muda itu,
pelan-pelan dokter Zul mencoba untuk mengingat siapa
anak muda tersebut, ternyata anak muda yang sedang
ketakutan itu adalah pasiennya 10 tahun yang lalu.
Waktu itu ia menyerah untuk mengobati anak muda
tersebut karena ia menilai bahwa anak itu telah
mengalami gangguan jiwa tingkat tinggi dan harus
dirawat dirumah sakit. Anak itu sangat ketakutan
kemudian ia mengeluarkan senjatanya dan menembak
dokter zul lalu setelah itu ia menembak dirinya sendiri.
Beberapa bulan dari kejadian tersebut dokter zul
menanti seorang anak yang merupakan pasiennya, anak
itu bernama kiandra yang diduga memiliki kelainan,
tapi kiandra berlari seperti menghindari dokter zul yang
66
lantas saja membuat dokter Zul mengejarnya.
Kiandra duduk di sebuah taman yang kemudian di
hampiri oleh dokter zul, mereka berdua pun berbicara
satu sama lain. Malamnya dokter Zul pun pulang tetapi
ibunya sudah tertidur, lalu dokter zul memutuskan
untuk membuka kamus dan mencari-cari arti dari
bahasa latin yang dibicarakan oleh kiandra sewaktu
siang tadi.
Di rumah Kiandra, ibunya sibuk mengurus anaknya
untuk membuat sarapan, kemudian ibunya pergi untuk
mengambil baju anaknya dikamarnya tapi ketika ia
kembali ibunya sangat terkejut ketika melihat keadaan
disekitarnya berantakan dan semua lemari dan laci
terbuka, padahal ia ingat sebelumnya semua itu
tertutup dengan sangat rapat, ibunya memang tahu
anaknya seperti memiliki kelainan yang sama sekali
tidak ia ketahui.
Sore harinya ketika Kiandra pulang dari sekolah, disana
sudah ada dokter Zul dan ibunya sedang duduk
berhadap-hadapan meskipun diantaranya tidak
berbicara satu sama lain, lalu dokter Zul mencoba
membujuk Kiandra untuk mengobrol bersama dirinya.
Tapi Kiandra tidak mau, karena ia sama sekali tidak
percaya dengan dokter Zul bahwa ia bisa mengobati
dirinya yang sering dibicarakan oleh banyak orang
sebagai anak yang aneh, lalu Kiandra pun meninggalkan
dokter Zul.
67
Lalu setelah dari situ, dokter Zul pun menuju rumah
dimana ia akan merayakan ulang tahun ibunya, lalu ia
berbicara dan meminta maaf kepada ibunya karena
akhir-akhir ini dia sangat sibuk sehingga tidak bisa
memperhatikan ibunya, tetapi ibunya hanya diam saja
dan tidak membalas atau berbicara kepada dokter Zul.
Kemudian suatu hari ibunya Kiandra sedang
membereskan rumah, dan melihat foto anaknya lalu ia
melihat sesuatu yang aneh difoto anak nya. Disetiap foto
anaknya yang terpajang di dinding rumahnya seperti
selalu ada suatu cahaya disampingnya, dan itu bukan
hanya terjadi di satu foto tetapi dari fotonya sewaktu ia
kecil hingga fotonya seusia sekarang, ia merasa seperti
ada sesuatu yang terus mengikuti anaknya.
Besoknya Kiandra menghadiri sebuah pesta ulang tahun
temannya dimana baru kali ini ia diundang ke sebuah
pesta ulang tahun, ia datang bersama ibunya. Dipesta
Kiandra lebih memilih untuk menyendiri, tetapi ibunya
menyuruh teman-temannya Kiandra untuk mengajaknya
bermain, tiba-tiba saja Kiandra seperti mendengar suara
di sebuah ruangan, lalu ia mencoba untuk
menghampirinya.
Namun teman-temannya malah mengerjai Kiandra
dengan mendorong Kiandra ke ruangan itu. Kiandra
berteriak meminta tolong untuk dikeluarkan yang
kemudian teriakan itu terdengar oleh ibunya yang jelas
saja membuat ibunya panik dan langsung menghampiri
68
anaknya yang sudah tidak sadarkan diri.
Lalu dokter Zul menghampiri Kiandra yang sekarang
diam dirumah sakit akibat kejadian tadi. Disana dokter
Zul mencoba untuk menghibur Kiandra dengan
membaca sebuah dongeng, lalu tiba-tiba saja Kiandra
ingin berbicara dan mencoba untuk memberi tahu
rahasia tersebesar dalam hidupnya, yaitu sebuah rahasia
yang bahkan tak seorang pun pernah ia ceritakan.
Kiandra mengatakan bahwa ia bisa melihat orang yang
sudah mati bahkan mereka tak sadar bahwa ia sudah
mati “mereka ada dimana-mana, aku melihatnya setiap
saat!”
Kiandra menceritakannya dengan penuh rasa gemetar
karena inilah rahasia terbesarnya yang pertama kali ia
ceritakan kepada orang lain. Tapi dokter Zul tidak
percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kiandra
bahkan ia mengira bahwa kiandra mengalami halusinasi
tingkat tinggi dimana dia bisa melihat hal-hal yang tak
bisa dilihat oleh orang lain.
Waktu demi waktu berlalu kini kiandra semakin dekat
dengan dokter Zul dan percaya bahwa dirinya akan
sembuh, karena ia sudah benar-benar lelah dengan ini
semua.
Malamnya dokter Zul melihat sebuah rekaman, dimana
itu adalah tragedinya waktu sebulan lalu, diamana saat
itu seorang anak muda menghampirinya dan langsung
69
menembaknya ia ulang-ulang suara rekaman tersebut
lalu pelan-pelan ia mencoba untuk membesarkan
volumenya, dan ternyata ia mendengar sesuatu.
Sesuatu yang membuat dirinya terkejut, dimana disana
anak muda itu seperti berbicara kepada orang lain
dengan bahasa latin yang artinya “aku tidak mau mati”
dokter Zul langsung bergegas pergi menemui Kiandra.
Sekarang ia tahu mantan pasiennya dahulu menderita
kelainan yang sama yang sedang dialami oleh Kiandra
yaitu bisa melihat orang yang sudah mati.
Dokter Zul mencoba untuk memahami semua ini dan
mungkin saja orang-orang mati itu mendatangi Kiandra
karena ingin menyampaikan suatu pesan yang ingin
disampaikan kepada keluarga terdekatnya jadi dokter
Zul menyarankan kepada Kiandra untuk mendengarkan
orang-orang mati tersebut.
Lalu suatu malam saat Kiandra ingin merapikan
kamarnya udara mendadak dingin dimana itulah salah
satu tanda kedatangan orang-orang mati dan benar saja
ada seseorang yang menangis dan mengatakan sesuatu,
Kiandra pun ketakutan dan langsung berlari
meninggalkan kamarnya. Tapi ia mencoba untuk
memahami dan mendengarkannya pelan-pelan ia masuk
dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang mati
tersebut. Keesokanya Kiandra mendatangi rumah orang
mati itu dan menyampaikan pesan yang disampaikan
oleh orang mati itu, yang ternyata terungkap, bahwa
70
orang mati itu meninggal karena dibunuh.
Sekarang akhirnya Kiandra bisa menerima orang-orang
mati yang selalu menghampiri dirinya, dimana hal
tersebut membuat Kiandra menjadi pribadi yang tak
lagi menyendiri bahkan ia mendapatkan peran penting
dalam pementasan drama sekolahnya. Setelah itu
Kiandra pun berbicara bersama dokter Zul dimana
mungkin ini saatnya dokter Zul menyudahi pengobatan
Kiandra, karena kiandra sekarang sudah tau apa yang
harus ia lakukan lalu Kiandra pun memberi saran
kepada dokter Zul untuk mulai berbicara kepada ibunya
ketika ibunya hendak tidur karena itu akan membuat
kedekatan keduanya membaik.
Malamnya dokter Zul pulang dan menghampiri ibunya
yang sedang tertidur didepan tv yang sedang memutar
video rekaman ulang tahun dirinya sewaktu kecil.
Sesaat kemudian ibunya menjatuhkan fotonya dari
tanganya dan tiba-tiba saja dokter Zul seperti menyadari
sesuatu, sesuatu tentang apa yang dibacarakan oleh
Kiandra sewaktu dirumah sakit.
Ia sekarang seperti tersadar kejadian-kejadian yang
sudah ia alami belakangan ini dimana ternyata dirinya
sendiri adalah bagian dari orang-orang mati tersebut.
Kejadian beberapa bulan lalu itu ternyata
mengakibatkan dirinya meninggal, darah dibelakang
71
bajunya pun masih ada sampai sekarang, saat ini dokter
Zul sudah benar-benar bisa pergi dari kehidupan ibunya
dimana disana ia berbicara sesuatu terhadap ibunya
yang kemudian ibunya tersenyum didalam tidurnya,
seperti merasa bahwa saat ini ia sedang berbicara kepada
anaknya yang sudah meninggal.
72
Bionarasi
Kayla Putri Auliah, lahir pada tanggal 3 Juni
2005 di Jakarta. Santriwati Darunnajah yang
masih menduduki kelas 3I. Mempunyai hobi
membaca buku, berenang dan basket. Bercita-
cita menjadi dosen dan hafidzoh.
73
BONUS
-PUISI-
Hati
Hai jiwa yang terang bermasa depan cemerlang
Coba sapa ia di setiap sujudmu
Mulailah berbicara tentang isi hatimu
Keluh kesah sendu sarta pujianmu
Rasakan saja ia menatap dan menyapamu
Dengan kasih saying yang hakiki yang
tersembunyi
Waktumu sangat berarti
Pagimu akan buntu sampai disini
Ia akan kembali, asal kau senyumi
Begitu juga malam bersama rembulan yang
berbintang
Hai insan yang bewajah jelita dan tampan
Setiap ragamu selalu menepiskan kekuatan
Coba sujudkan diri pada tanah yang diam
Dan hatimu akan terasa tenang
76
Dengarkah Kau
Dengarkah kau kersik suara daun
Yang berguguran dalam hatiku?
Juga tentang burung yang beterbangan?
Cakrawala kelam berhias rembulan
Dengarkah kau lembut suara desau angin
Terus menerus memanggil namamu?
Yang membawa pergi rasa rinduku
Kaulah yang paling kunanti malam ini
Namun, kau tak ada disini, tiada
Sebuah alunan lagu dimainkan
Mengelu-ngelukan namamu
Namun kau tertidur,
Tanpa mimpi apapun…
77
Ternyata
Ketika kau melihat
Orang yang lebih cantik darimu…
Kau tentu akan berkata
“mengapa ia lebih jelita dariku?’
Ketika kau melihat
Orang yang lebih tinggi darimu…
Tentu kau akan berkata
“kenapa pula ia lebih tinggi dariku?”
Duhai engkau…
Urusan ini kan terus kau jenuhkan!
Sudahkah kau coba?
Berdiri di depan cermin dan berkata
“Tiada lebih, tiada sangka. Aku pun cantik pula!’
78
Kesempurnaan
Lembayung senja menghiasi cakrawala
Meninggalkanku, sendiri
Bersama kepergianmu, saat ini
Kau tahu?
Hujan pun mengalir deras di pipiku
Dihiasi dengan kenangan bersamamu..
Dan kau tahu?
Aku berharap akan ada penggantimu
Yang sama sepertimu!
Karena kamu,
Begitu sempurna dalam kalbuku..
79
Yang Berlumur Dosa
Seperti daku merengek, mengemis, tak tahu
apa-apa, khilaf katanya
Pahami keberadaan Allah!
Yang selalu ada,
Memantau mencintai, umat insannya
Dari setiap apa saja yang kita bisa
Sungguh dekat ia daripada nafas kami
Maka jika terputus, kembalilah manusia itu
Ketika kita meninggalkannya
Hidup jiwa seperti tak bernyawa
Keyakinan pun telah tiada
Sungguh tak pantas rasanya
80
Mengapa
Mengapa engkau seperti fatamorgana?
Ingin menggapaimu, namun ketika ku mendekat
Dan ingin kusentuh..
Kau malah menelanku dengan air pasang!
Mengapa?
Kau indah namun kau juga menyesatkan
Bentukmu palsu,
Bodoh sekali aku percaya!
Melihatmu bersinar, tapi sesungguhnya kau gelap
gulita bukan?
KAU INI APA?
Penuh dengan penggodaan pada nafsu umat
manusia
Sungguh bahaya demikian..
81
Doa
Tak bisa lagi ku tahu
Setiap detik dan saban harinya..
Apa yang terjadi surge dunia
Sewaktu-waktu apapun bisa terjadi
Tak bisa sesuatu yang bisa aku lakukan
Hanya dengan kekuatan doa
Yang aku cicil di setiap sujudku
Juga setiap tadahan tanganku dalam doa
Di saat itu, kukirimkan segala doa pada-Nya
Untukku dan yang ada di dalamnya
Paham kah kau, apa yang ku tulis?
Hanya doa terbaik dan Shalawat nabi yang ku
katakana
82
Di Pondok Ini
Disini, dari kamarku di Pondok
Aku seperti bisa merasakan kasih orang tuaku
Teringat segala kenangan
Tentang mereka
Apa kabar mereka?
Bergetar hatiku saat membayangkan..
Mereka sujud dalam sepertiga malam
Lantas lentunan doa untuk diri ini
Dengen segala sungguh
Dengan segala teguh
Tiba-tiba ada pikiran ane menyeruak
Bisa apa aku untuk menyenangkan mereka?
Setidaknya agar mereka tersenyum saja?
Memang,
Mereka tak pernah minta untuk dibalas
Tapi sudah sepantasnya aku membalas mereka..
83
Semu
Lambaian angin membisikkan namamu
Di tengah senduku menatap kosong
Berangan-angan yang tak pasti
Sungguh baru kusadari!
Sosokmu tiada hirap dari memori ini..
Semua tampak seperti wajahmu
Seakan-akan sedang tersenyum padaku
Dan kutahu, itu semu dari khayal ini
Angan itu hilang
Menghempaskan alam khayalku
Seakan-akan menarik paksa diri ini
Tiada lagi sosok mu disini..
Tatapan ini kembali kosong
Menatap khayal yang perlahan menjauh
Aku tahu, rembulan terus menatapku
Seolah berkata: “Sungguh kasihan gadis itu”
Aku ingin mengadu pada angkasa
Tapi siapa sangka? Ia sama dengan rembulan
84
Masih ada bintang di antara mereka
Ia sungguh baik dan berkata:
“Kau sangat jauh darinya, tunggulah saat yang
tepat!”
Sungguh kuresapi pesan dari Bintang
Kalimat yang membuat bibir ini
Melengkung manis menatapnya
Menunggu..
Tantangan jarak dan waktu
Dan kini aku menyadari
Terlalu lama menunggu dan hanya bermain
Dengan bayangan semu..
85
Tomini Bay
Menikmati matahari
Menyapa nelayan yang pulang
Dari berkeringat nafkah
Suguhan Jeruk segar,
Hari itu di Tomini Bay…
“Ada yang sama jelita denganmu!”
Rayuan manis bibirnya :
Membawaku pergi ke taman cinta milik berdua
Akara memori…
Sarayu senja menemani
Cakrawala jelita
Aduhai dahayu si Tomini Bay
Dan jejal memori lama dari bujang itu
86
Sabarkan Diri
Hati sakit terasa menusuk
Pening laksana pilau pecah
Disaat itu baru sudari
Makna terdalam arti kata sabar
Mereka yang datang silih berganti
Pulang pergi sesuka hati
Seperti orang asing dalam hidup
Lupakanlah mereka!
Kau tak butuh air mata
Benahilah hakikat diri
Berdirilah diatas kaki sendiri
Kau sudah cukup berperan
Hanya mereka yang butuh ajaran
Apa arti seorang kawan
Jika datang bersama segudang permasalahan
87
Sepenggal Kisah Klasik
Sebuah kenangan yang takkan hirap
Sebuah harapan yang takkan sirna
Aku mengenangnya
Dan aku mengharapkannya
Perasaan sendiri sudah biasa
Saat ramai sudah biasa
Mengingatmu yang tak pernah kulupa
Tapi merindu selalu ada
Aku merasa pernah tak berarti
Dan kau bantu aku berdiri
Pernah pula aku merasa sepi
Lalu kau temani aku sampai kini
Kawan…
Ini hanya sepenggal kisah klasik
Yang tidak mungkin di lupakan
Takkan sanggup ku enyahkan
Karna dirimu kawan..
Aku mampu bertahan….
88
Menolak Pergi
Diri ini terdiam
Saban hari.. tak ingin ku jumpa
Hari seperti ini
Jika ada pilau tuk balikkan hari, AKU BUTUH
ITU SEKARANG!
Tangisku makin tersedu-sedu
Tambah pula kala mendengar jangkrik
Ayahanda amat harsa padanya ..
Buana tak adil bagiku!
Kau tahu wahai buana?
Aku rindu dekapannya,
Kala derai air mata berjatuhan
Tapi apa daya ini?
Ia telah pergi..
Membawa separuh atma ini,
Si anak daranya.
89
Dari Santri,
Oleh Santri,
Untuk Santri