Dongeng Cerita Pangeran Kodok dan Putri
Bungsu yang Cantik
Dongeng Cerita Pangeran Kodok dan Putri
Bungsu yang Cantik
Cerita pangeran kodok adalah salah satu dongeng klasik dari buku yang dibuat oleh
Grimm Bersaudara (Mengenai Brothers Grimm baca artikel kami : Dongeng Cerita
Putri Tidur Yang Sebenarnya Versi Brothers Grimm). Dongeng ini diceritakan di
Indonesia sudah sejak lama. Banyak film kartun yang mengangkat dongeng
pengeran kodok dan putri bungsu. Kali ini kami menyajikan dongeng dunia
terpopuler ini untuk adik-adik semua. Selamat membaca.
Dongeng Cerita Pangeran Kodok dan Putri Bungsu Dari
Buku Cerita Rakyat Brothers Grimm
Pada suatu masa, hiduplah seorang raja dan putri-putrinya yang cantik jelita. Putri
termuda paling cantik di antara putri-putri lainnya.
Di dekat istana, terdapat hutan yang rimbun dengan pepohonan. Salah satu pohon
di hutan itu memiliki daun berbentuk hati. Di bawah pohon tersebut, terdapat sumur
yang jarang diketahui orang.
Saat cuaca panas, hutan tersebut sering di datangi putri termuda. Dia sangat
senang bermain di sana dengan bola emasnya. Biasanya, dia akan melempar-
lemparkan bola ke atas, lalu ditangkapnya kembali.
Suatu ketika, karena Putri kurang hati-hati, bola emas itu tergelincir tepat di tanah
dekat sumur. Perlahan, bola emas itu bergulir dan jatuh tepat ke dalam sumur.
Mengetahui hal itu, Putri sangat bersedih dan menangis. Namun, tiba-tiba sang putri
mendengar suara aneh.
“Putri yang cantik jelita, mengapa kamu menangis?” tanya suara tersebut.
“Aku menangis karena bola emasku terjatuh ke dalam sumur saat aku
memainkannya tadi,” jawab Putri sambil menangis tersedu-sedu.
Putri pun kebingungan. Siapa yang berbicara dengannya, padahal tak ada seorang
pun di sana selain dirinya.
Putri terus melihat ke sekelilingnya. Namun. hanya ada seekor kodok di sana.
“Apakah kamu yang baru saja berbicara denganku?” tanya Putri dengan heran.
“Tenang saja, Putri. Aku akan mengambilkan bola emas itu untukmu. Tetapi, jika aku
berhasil, apa yang akan kamu berikan padaku?” ucap si kodok.
“Aku akan berikan apa pun yang kamu inginkan. Mutiara, perhiasan, atau bahkan
emas yang kupakai ini, dengan senang hati akan kuberikan padamu,” jawab Putri.
“Baiklah. Aku juga ingin kamu dengan senang hati menyukaiku sebagai teman
bermain, dan memperbolehkanku untuk makan bersama denganmu. Tentunya
dengan piring emasmu. Aku ingin minum dari satu gelas untuk kita berdua. Aku pun
ingin bisa tidur di ranjang indahmu. Jika kamu berjanji akan mengabulkan semua
keinginanku ini, aku akan mengambilkan bola emas itu untukmu,” kata si kodok.
“Baiklah. Aku berjanji akan melakukan semua hal yang kamu inginkan itu,” ujar Putri
tanpa pikir panjang.
Setelah mendengar janji Putri, si kodok segera mengambilkan bola emas yang
terjatuh. Beberapa saat kemudian, si kodok keluar dari sumur sambil membawa bola
emas kesayangan Putri.
Betapa gembiranya Putri. Tapi, Putri tampaknya lupa dengan janjinya kepada si
kodok. Tanpa menghiraukan si kodok, ia meninggalkan sumur begitu saja.
Keesokan harinya, saat Putri sedang makan bersama dengan Raja. terdengar suara
yang memanggil-manggil dari luar.
“Putri termuda, bukakan pintu untukku,” ucap suara tersebut.
Putri pun bergegas membuka pintu. Saat dia melihat seekor kodok di hadapannya,
dia langsung menutup pintu. Dengan perasaan gelisah, Putri kembali duduk di
kursinya.
“Ada apa denganmu, anakku?” tanya Raja yang melihat kecemasan di wajah Putri.
“Tidak, aku tidak apa-apa. Tadi ada kodok yang berusaha masuk,” jawab Putri
dengan gugup.
“Lalu, apa yang kodok itu inginkan?” tanya Raja kembali.
“Oh, Ayahanda… Saat aku bermain dengan bola emasku, tiba-tiba bola itu
tergelincir dari tanganku dan jatuh ke dalam sumur. Saat aku menangis, si kodok
datang dan berusaha menolongku. Tapi, dia mengajukan berbagai persyaratan.
Kupikir dia tak akan datang kemari, karena tak mungkin kodok meninggalkan air,”
jawab Putri dengan tertunduk sedih.
Untuk kedua kalinya, si kodok mengetuk pintu. “Putri Raja yang termuda, biarkan
aku masuk! Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku?” teriaknya.
“Biarkan dia masuk. Kamu harus penuhi janjimu,” ujar Raja kepada putrinya.
Dengan terpaksa, Putri membuka pintu. Ia membiarkan si kodok masuk. Kodok lalu
melompat dan mengikuti Putri. Tibalah mereka di meja makan.
“Putri, bisakah kamu mengangkatku agar aku duduk bersamamu? Dan tolong
piringmu dekatkan lagi denganku,” pinta si kodok. Dengan wajah murung, Putri
menuruti permintaan si kodok.
“Terima kasih, Putri. Aku sangat senang. Tetapi, aku lelah. Tolong bawa aku ke
kamarmu. Aku ingin beristirahat di ranjang indahmu,” kata si kodok.
Awalnya Putri merasa enggan. Dia hanya terdiam di kursinya. Namun, ayahnya
terus mendesaknya untuk membawa si kodok ke kamar Putri. Dengan mata
berkaca-kaca, Putri akhirnya membawa kodok itu.
Ditaruhlah kodok itu di sudut kamar Putri. Karena Putri juga merasa lelah, ia pun
membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
“Putri, aku pun ingin tidur sepertimu. Angkatlah aku. Jika tidak. aku akan
memberitahukan hal ini kepada ayahandamu,” celetuk si kodok.
“Diam kamu, kodok cerewet!” teriak Putri.
Dengan marah. Putri melemparkan kodok itu ke tembok hingga terjatuh ke Iantai.
Tiba-tiba… Olala, ternyata kodok tersebut berubah menjadi pangeran yang amat
tampan. Putri pun sangat kaget dibuatnya.
Pangeran pun menceritakan semuanya. Rupanya, ia telah disihir oleh seorang
penyihir menjadi seekor kodok. Putri yang melihat Pangeran, seketika jatuh hati
kepada Pangeran.
Raja pun menikahkan putri termudanya itu dengan Pangeran. Sebuah kereta
kencana sudah datang di istana, siap membawa Putri dan Pangeran ke kerajaan
Pangeran. Tampak delapan ekor kuda menarik kereta tersebut, dan ada pula
pelayan Pangeran yang bernama Henry.
Di tengah perjalanan, Pangeran mendengar ada sesuatu yang patah pada
keretanya.
“Henry, coba kamu lihat. Mungkin ada roda kereta yang patah,” perintah Pangeran.
“Bukan, Pangeran. Itu hanya sebuah ikatan rantai. Akhirnya, aku bisa terbebas dari
ikatan itu yang sekian lama telah mengikat hatiku yang patah.” ujar Henry.
Ternyata selama Pangeran dikutuk, Henry telah mengikat hatinya dengan rantai. Ia
melakukan hal itu agar ikut merasakan penderitaan Pangeran. Kini, kutukan itu telah
hilang, sehingga rantai tersebut pun patah. Sungguh. Henry merasa amat bahagia.
Pesan moral dari Cerita Dongeng Pangeran Kodok adalah apa pun alasannya, janji
harus ditepati, ya.