The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Cerpen ini untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah kajian dan keterampilan sastra anak SD

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by anandita.shafa79, 2021-12-15 03:15:53

Petualangan Dirandra di Bali

Cerpen ini untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah kajian dan keterampilan sastra anak SD

Keywords: Cerpen,anak ,Berlibur ke Bali

Petua dra dilangan Diran
Anandita Shafa D.A.

DAFTAR ISI
Cerita Pulang Sekolah ......................................................................2
Menerima Rapor...............................................................................6
Perjalanan ke Bali.............................................................................7
Petualangan Dirandra di Bali ........................................................10
BIONARASI....................................................................................15

1

Cerita Pulang Sekolah

Teng..Teng..Teng..

Bel sekolah berbunyi dan beberapa saat kemudian ku lihat para siswa sudah mulai
berhamburan meninggalkan kelas. Tempat parkir menjadi sasaran utama mereka sesaat
setelah melangkahkan kaki dari depan pintu kelas. Ku lihat para orang tua menunggu di atas
sepeda motor mereka sambil membawa banyak barang belanjaan dari pasar. Ramai mereka
menghampiri orang tuanya lalu bergegas tancap gas meninggalkan sekolahan. Lain halnya
dengan mereka, aku memilih menuju kantin terlebih dahulu untuk membeli snack dan jus
jeruk segar yang cocok dinikmati siang hari yang panas ini.

“Halo, Dirandra”, sapa seorang teman sambil menepuk pundakku.
“Hai, Agnia”
“Dirandra, nanti sore kita mengerjakan tugas kelompok yang diberikan Bu Sita di rumah
Sekala. Jangan lupa datang ya!”
“Pasti aku datang dong! Aku sudah tidak sabar ingin membuat sebuah kerajinan tangan
bersama kalian.”
“Oke Dirandra, sampai jumpa nanti sore di rumah Sekala. Bye” langkah Agnia
meninggalkan Dirandra sambil melambaikan tangan.

Setelah membeli snack dan jus jeruk di kantin, aku bergegas pulang agar ibu tidak khawatir
denganku.

Sinar matahari semakin terik. Udara panas berputar-putar di sekitar tempat parkir dan
tidak ada angin yang meniup dedaun pohon. Memang sebenarnya suasana seperti ini sudah
biasa ku rasakan. Setelah menunggu sekitar 10 menit, ojek langgananku datang. Setelah
memakai helm, naik ke atas sepeda, Pak ojek langsung tancap gas meninggalkan halaman
parkir. Melaju kencang tapi aman hingga sampai di depan rumahku.

Selama perjalanan aku melihat banyak
“Assalamu’alaikum, mama!!”
“Wa’alaikumsalam. Anak mama sudah pulang, gimana sekolahnya? Menyenangkan?”

2

“Huumm” jawabku sambil mengangguk.

Ma, tadi ibu guru memberi tugas kelompok untuk membuat kerajinan tangan. Dirandra izin
sore nanti pergi ke rumah Sekala ya, Ma.”

“Iyaa boleh, nak. Sekarang kamu ganti baju lalu makan ya! Mama sudah masakin
makanan favoritmu.”

“Asyiikk.. Siap ma.”


Sore harinya, jalanan Kota Semarang terasa lebih teduh, tidak seperti siang hari yang
terik dan ramai. Aku sudah tidak sabar untuk membuat kerajinan tangan Bersama teman-
temanku. Ku percepat mengayuh sepedaku agar tidak terlambat datang ke rumah Sekala. Aku
suka perjalanan sore ini.

“Permisi, selamat sore, Sekala.”
“Eh, Dirandra. Silakan masuk. Teman-teman yang lain sudah menunggu lo.”

Aku datang tepat waktu, tidak terlambat. Ternyata sudah ada Agnia dan Wayan yang
sampai lebih dulu. Wah, sepertinya mereka berdua juga sangat bersemangat untuk membuat
kerajinan tangan. Hanya saja seperti biasanya, Bayu belum tampak batang hidungnya.
Sepertinya dia akan terlambat, huft.

Setelah dipersilakan masuk oleh tuan rumah, aku segera bergabung dengan teman-
teman yang lain. Memasuki ruang tamu, aku dibuat takjub dengan banyaknya miniatur yang
terbuat dari tanah liat dipajang rapi di sebuah etalase kaca. Ada yang berbentuk guci disusun
dari yang paling kecil hingga paling besar, patung miniatur pahlawan Republik Indonesia,
bahkan kerajinan dari akar bambu. Di dinding-dinding ruang tamu pun terpajang banyak
lukisan. Ada lukisan pemandangan pantai, lukisan abstrak dan masih banyak lagi. Namun ada
satu lukisan yang membuatku jatuh hati saat melihatnya, yaitu lukisan seorang wanita yang
sedang menari tarian Bali.

Ku amati secara detail lukisan wanita penari Bali itu. Kain merah yang dipakai oleh si
penari, hiasan kepala, dan kemolekan tubuh si penari benar-benar indah. Di pojok bawah
lukisan itu diberi tanda, Sekala Gumira,2016. Sepertinya sudah lama sekali Sekala membuat
lukisan itu. Jika dihitung mundur, sudah lima tahun lamanya.

3

“Hai Dirandra, ayo ke sini!”

Panggilan Agnia menyadarkanku. Segera aku bergabung Bersama Agnia, Wayan dan
Sekala. Tidak lama setelah itu, Bayu datang. Ya, seperti biasa, Bayu sering terlambat,
padahal, jarak rumah Bayu dengan Sekala tidak jauh. Huft dasar Bayu.

Kami pun mulai membahas kerajinan apa yang akan dibuat. Banyak ide-ide
cemerlang yang diberikan masing-masing temanku ini. Mereka sangat luar biasa. Agnia
menyarankan untuk membuat kolase, Bayu dan Wayan menyarankan membuat patung lilin
sederhana, Bayu menyarankan untuk membuat kerajinan dari kain perca, dan aku
menyarankan untuk membuat kerajinan daur ulang dari limbah, seperti limbah botol plastik
misalnya.

Setelah berdiskusi lama, akhirnya kami memutuskan untuk membuat kolase saja.
Selain bahan untuk membuat kolase mudah didapatkan, juga bisa berkreasi sekreatif mungkin
dari kolase. Kami senang sekali mengerjakan tugas kerajinan ini. Hasilnya pun memuaskan.



Pukul 19.30

Hari sudah malam, tugas kerajinan kami pun sudah selesai. Saatnya beberes dan
persiapan pulang. Jika pulang terlalu malam, aku takut mama marah. Ya, walaupun mamaku
tidak pernah marah, tapi aku tidak boleh sampai membuat mamaku marah. Toh juga, tidak
baik jika pulang terlalu malam. Takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di luar sana.
Jadi, setelah mengerjakan tugas kerajinan di rumah Sekala tadi, aku langsung bergegas
pulang.

Jalanan malam terasa dingin. Di sepanjang pinggir jalan kota Semarang para
pedagang malam berjejer rapi. Lalapan, nasi goreng, bakmi goreng, bahkan sate dan bakso.
Aroma nasi goreng yang menyapa indera penciumanku membuat perutku berbunyi. Kruukkk..
Sepertinya aku sudah lapar dan ku segera mempercepat untuk sampai ke rumah.

Selama perjalanan pulang juga masih terbayangkan lukisan wanita penari Bali tadi.
Tetiba aku ingin berlibur ke Bali. Belum pernah aku berkunjung ke sana. Kata orang, Bali
adalah salah satu pulau terindah di Indonesia. Banyak pantai dan destinasi wisata yang indah
dan menyenangkan untuk dikunjungi. Ah, apa aku minta mama untuk berlibur ke Bali ya saat
libur semester nanti? Gumamku dalam hati, membayangkan ingin berlibur ke Bali.

4

Tak terasa sudah sampai rumah. Aku segera membersihkan diri dan makan malam.
Karena tidak ada PR dan tugas yang harus diselesaikan, aku segera makan malam bersama
mama dan papa lalu berbincang santai di ruang tengah. Sambil menonton TV, channel
favorit keluarga kami, Trans7, On The Spot.

“Ma, Pa, tadi sore saat kerja kelompok di rumah Sekala, Dirandra lihat lukisan indah
sekali” ucapku.

“Lukisan apa, sayang?” tanya papa padaku.
“Dirandra lihat lukisan wanita penari Bali, Pa. Lukisannya sangat indah. Sekala juga
cerita, kalau Bali adalah salah satu pulau terindah di Indonesia.
Dirandra ingin berlibur ke Bali, Pa ingin melihat keindahan alam Bali dan kebudayaan yang
ada di sana.”
“Hm anak papa ingin berlibur ke Bali ya. Boleh, nanti saat liburan semester kita ke
Bali ya. Oh iya, biar ramai dan makin asyik liburannya nanti, kamu boleh ajak temanmu
berlibur bersama, sayang.”
“Wah! Asyik! Terima kasih ya, Pa. Dirandra udah gak sabar nih nunggu liburan
semester. Nanti Dirandra ajak Agnia, Bayu, Sekala dan Wayan juga ya, Pa.”
Asyik! Ternyata papa dan mama mengajakku berlibur ke Bali. Dan juga, aku akan
mengajak teman-temanku juga untuk berlibur bersama. Pasti menyenangkan hari liburku
nanti, membayangkannya saja aku sudah senyum-senyum sendiri.
Hari semakin larut malam. Jalanan kota terang karena lampu-lampu. Ada beberapa
bintang di langit gelap malam. Agar besok tidak terlambat ke sekolah, setelah makan malam
dan berbincang, aku segera tidur. Jujur saja aku terus memikirkan asyik-nya liburan di Bali.
Ahh.. Aku tidak sabar untuk berlibur ke Bali. Bali… I’m coming!!

5

Menerima Rapor

Sabtu, 27 November 2021. Pukul 06.00 jalanan belum terlalu ramai dengan kendaraan.
Biasanya, jika telat keluar rumah, kami akan terjebak macet. Hari ini adalah hari yang
ditunggu-tunggu. Ah, berlibur ke Bali? Bukan. Ya, walaupun berlibur ke Bali juga hal yang
sangat kutunggu-tunggu. Namun, hari ini adalah hari penerimaan rapor di sekolahku. Setelah
bekerja keras dan berusaha dalam UAS, sekarang saatnya kami menerima nilai hasil kerja
keras kami.

Sepanjang jalan ku lihat langit yang biru masih bersih belum terpapar polusi. Awan yang
indah dan pepohonan yang rindang menambah kesejukan pagi ini. Beberapa kali aku
bersalipan dengan teman satu sekolahku di jalan raya ini. Ku ramal, parkiran sekolah akan
penuh dengan mobil dan sepeda motor wali murid yang akan mengambil rapor.

Benar saja, setelah melalui 30 menit perjalanan, kami sampai di sekolah. Sudah ramai
mobil dan sepeda motor terparkir dibantu satpam sekolah. Di parkiran, aku bertemu teman-
teman sekelasku dan jalan bersama menuju kelas. Para murid menunggu di depan ruang kelas
sedangkan orang tua di dalam kelas menunggu rapor dibagikan. Mama mengambil rapor di
kelas sedangkan aku dan teman-temanku menunggu di depan kelas. Kami bermain dan
bergurau sambil berharap mendapat nilai rapor yang bagus. Aku dan teman-temanku berdoa
semoga hasil yang didapatkan memuaskan.

Pukul 12.15 acara pembagian rapor selesai. Aku lega karena hasil yang ku dapatkan
memuaskan. Mama mengajakku mampir ke kantin untuk makan siang, udah lapar nih. Aku
memesan soto ayam dan es jeruk sedangkan mamaku pesan bakso pedas dan es teh. Kami
menikmati makanan yang telah kami pesan, berbincang-bincang dan mamaku bilang minggu
depan kami akan berangkat liburan ke Bali. Dan aku boleh mengajak teman-temanku juga.
Nanti sepulang sekolah, aku akan menghubungi Agnia, Bayu, Wayan dan Sekala untuk
mengajak mereka liburan bersamaku. Ahh, aku sudah tidak sabar ingin ke Bali.

6

Perjalanan ke Bali

Hari yang ku nanti pun tiba. Pukul 03.30 kami sudah berada di Pelabuhan Ketapang dan
akan menyeberangi Selat Bali dengan kapal ferry. Oh iya, sepulang sekolah di hari
penerimaan rapor itu, aku segera menghubungi Agnia, Bayu, Wayan dan Sekala untuk
mengajak mereka berlibur bersama ke Bali. Dan mereka pun mau ikut liburan bersama
keluargaku.

Agnia terlihat sangat senang dan bersemangat saat ku ajak dia berlibur ke Bali. Sampai
malam hari sebelum keberangkatan, ia tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat untuk ke
Bali. Di sepanjang perjalanan dari menuju ke Pelabuhan Ketapang tempat penyeberangan
kami menikmati suasana perjalanan. Bersenda gurau sambil melihat pemandangan sepanjang
jalan.

Saat di atas kapal ferry, kami naik ke atap agar bias melihat pemandangan laut lepas.
Tidak ku sangka, Bayu yang sangat ceria saat perjalanan darat tiba-tiba mabuk saat naik
kapal. Aku panik, tapi papaku langsung membawanya turun dari atap kapal untuk istirahat di
dalam. Sedih melihat Bayu tidak bias menikmati pemandangan laut bebas. Tapi tidak apa,
nanti setelah penyeberangan, kami masih bias menikmati pemandangan sepanjang jalan lagi.

40 menit kami menyeberangi Selat Bali, lalu masih dilanjutkan dengan perjalanan darat.
Kulihat jam masih menunjukkan pukul 10.30 WITA, kami tidak langsung menuju hotel.
Kami mampir ke Pantai Bedugul. Bedugul merupakan salah satu objek wisata Bali yang
menawarkan keindahan alam pegunungan dan danau. Hawanya dingin dan selalu diselimuti
kabut. Cuaca yang sejuk di siang hari membuat kami merasa nyaman untuk menikmati
pemandangan di sekeliling danau Baratan.

Pemandangan yang sangat indah sekali Agnia dan Wayan sibuk memotret pemandangan
yang indah ini. Bayu yang sudah tidak mabuk kini ikut bermain dan menikmati pemandangan
indah di Bedugul. Namun tiba-tiba …

“Excuse me, Sir. May I take a picture with you?” celetuk Bayu kepada sekelompok turis
yang tidak jauh dari tempat kami.

“oh of course.” Jawab turis tersebut. Mereka berfoto ramai-ramai. Setelah mendapatkan
foto bersama turis, Bayu memamerkannya pada kami.

7

“Coba kalian lihat ini, aku sudah foto bareng bule, lho. Dengan pemandangan Bedugul
yang indah. Keren kan. Bayu gitu loh.” Celetuknya sambal menyilangkan lengannya di depan
dada.

“Ah, gitu doang. Aku juga nggak mau kalah dong sama kamu. Aku sudah foto di semua
destinasi wisata di Bali.” jawab Sekala.

“Loh, kok bisa?”
“Bayu, kamu lupa ya, Sekala kan asal Bali. Dia pindah ke Semarang karena ayahnya
pindah tugas ke Semarang.” Wayan menjelaskan.
“Oh iya ya. Aku lupa hehehe.

Kalo gitu, ajak kami ke tempat wisata yang bagus dong, Sekala. Aku ingin mengabadikan
banyak foto dan aku pamerkan ke adikku karena aku sudah ke Bali.”

“Kamu ini ya Bayu, kenapa ngeselin banget sih? Kasian adikmu hanya dipamerkan
foto. Jangan lupa belikan oleh-oleh khas Bali.” goda Agnia pada Bayu.

“Ah pastinya dong. Aku kan kakak yang baik”
“Tenang saja, besok kalian akan aku ajak keliling Bali sampai puas!” jawab Sekala.
“Asyiiiikkkk!!” teriakku, Agnia, Bayu, dan Wayan bersamaan

Kami melanjutkan keliling Pantai Bedugul dan mampir makan di sebuah rumah
makan.

Setelah puas menikmati pemandangan Bedugul dan perut telah diisi amunisi lezat
khas Bali, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pandawa. Hari mulai sore dan kami ingin
melihat sunset di Pantai Pandawa.

Sesampainya di Pantai Pandawa, banyak turis yang yang berkunjung juga ingin
melihat sunset. Memang saat berlibur ke pantai, tidak afdol rasanya jika tidak melihat sunset.
Sunset di pantai selalu indah dan menawan. Banyak orang akan mengabadikan moment saat
sunset.

“Pa, Ma, kita ke batu karang itu yuk,” ajakku pada papa dan mama.
“Ayo, Dirandra.” jawab papa.

8

Wah, Pantai Pandawa ini tak kalah indah dengan Bedugul. Namun kami tidak terlalu
lama di Pantai Pandawa. Setelah menyaksikan sunset di Pantai Pandawa, perjalanan kami
lanjutkan menuju hotel tempat kami istirahat yang cukup jauh. Kami tiba di hotel sekitar
pukul 20.25 WITA, dan sesampainya di hotel aku langsung mandi dan sholat isya.

Karena terlalu lelah dengan perjalanan yang cukup jauh, akupun memutuskan untuk
tidur lebih awal agar saat keesokan paginya aku kembali segar dan dapat menikmati suasana
Bali yang indah, sedangkan teman-temanku yang lain masih asik menonton TV. Oh iya, aku
sekamar bersama teman-temanku. Sedangkan orang tuaku ada di kamar sebelah.

Tidak terasa sudah pagi, saat mama membangunkanku sholat subuh, rasanya masih
ngantuk tapi aku sangat semangat karena tujuan liburan kami adalah ke Pantai Kuta.

9

Petualangan Dirandra di Bali

Pukul 04.30 WITA. Mama membangunkanku dan teman-temanku untuk sholat subuh.
Walaupun masih mengantuk, tapi kami bersemangat pagi ini, karena tujuan wisata hari ini
adalah Pantai Kuta. Bergantian aku dan teman-temanku mandi dan bersiap turun dari kamar
untuk sarapan.

Sarapan kali ini disajikan nasi campur Bali. Sama seperti di daerah lain, nasi campur
dihidangkan dengan berbagai macam lauk pilihan. Ada ayam betutu, sate lilit, telur balado,
ayam pelalah, tempe kering atau kering kentang, urap-urap Bali, tumis sayur, gorengan,
sambal goreng dan juga sambal matah. Semuanya nikmat dan menggugah selera. Rasa sate
lilit Bali sangat nikmat apalagi dengan sambal matahnya. Ditemani pemandangan di luar
hotel penginapan yang menyuguhkan keindahan, pohon-pohon yang rindang, udara yang
sejuk dan suasana tentram. Sungguh nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan.

Setelah sarapan, kami kembali ke kamar untuk mengambil tas dan bersiap ke Pantai Kuta.
Kuperhatikan raut wajah bahagia teman-temanku. Bayu yang sedari pagi video call dengan
adiknya memamerkan bahwa ia akan ke Pantai Kuta, Agnia, Wayan dan Sekala yang selalu
menyempatkan berfoto saat menemukan spot foto yang bagus. Aku juga ikut berfoto untuk
mengabadikan kenangan di Bali. Sudah tak terhitung berapa banyak foto yang ada di memori
handphone kami. Banyak sekali.

Ada kejutan istimewa saat kami sampai di Pantai Kuta. Kami bertemu dengan Pak Aksan
yaitu seorang tour guide atau pemandu wisata yang kebetulan paman Sekala.

“Nang Aksan, loh kita ketemu di sini. Hahaha,” sapa Sekala yang juga terkejut bertemu
pamannya.

“Halo Sekala, senang bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu dan keluargamu?”
“Baik, Nang Aksan.”

Nang adalah panggilan yang digunakan untuk om atau paman dalam Bahasa Bali.
“Sebelum kita berangkat ke Bali, papa mencari tour guide dulu agar kita bisa

mengetahui lebih banyak tempat wisata di Bali dan keberagaman budaya di Bali.” jelas Papa
pada kami.

10

“Eh, nggak taunya ternyata Bli Aksan adalah paman dari Sekala. Dunia ini sempit
sekali ya hahaha” canda Bayu..

“Wah, aku makin ga sabar nih mau keliling Bali. Mengunjungi tempat wisata yang
ada di Bali.” Wayan tak kalah semangatnya.

“ Baik, pasti sudah tidak sabar untuk keliling Bali, ya. Sebelum itu, mari kita
perkenalan diri terlebih dahulu, agar makin akrab di perjalanan. Adik-adik boleh panggil saya
Bli Aksan. Salam kenal semua, mari kita berkeliling Bali!” Bli Aksan berkenalan pada kami.

“AYO beli… Aku sudah tidak sabar mau keliling Bali!” sahut Bayu tiba-tiba.

“Bli, Bayu. Bukan beli!” sahut Wayan. Bayu memang jahil orangnya.

“Iya ih Bayu, Bli ya bukan Beli” Agnia agak kesal dengan Bayu.

“Oke deh. Agnia galak banget sih. Ayo Bli Aksan, aku sudah ga sabar nihhh!”

“Okey.. Kita keliling Pantai Kuta dulu ya.”

Jalan sepanjang Pantai Kuta benar-benar indah. Sekala yang suka menggambar tidak
lupa membawa drawing kit nya dan mulai menggambar pemandangan pantai. Aku, Agnia
dan Wayan bermain pasir dan sesekali berfoto bersama. Bayu yang dari tadi video call
dengan adiknya dan senang membuat adiknya menangis karena iri ingin liburan ke Bali juga.

“Pantai Kuta ini menjadi salah satu simbol pariwisata Bali, bahkan Indonesia. Tidak
heran jika fasilitas penunjang hiburan bagi para wisatawan mudah dijumpai sepanjang pantai
ini. Banyak rumah makan, café, dan penginapan.” Bli Aksan menjelaskan.

Tak terasa matahari mulai terik, kami mampir dulu ke sebuah rumah makan yang ada
di sepanjang pantai ini. Untuk mengisi tenaga agar bisa lanjut ke tempat wisata selanjutnya.
Siang ini menu makannya adalah sop buntut, tapi karena Agnia dan Wayan tidak suka sop
buntut, mereka memesan soto ayam. Di meja makan kami menikmati makanan sambal
berbincang-bincang.

“Setelah ini, kita ma uke mana, Bli?” tanyaku tak sabaran.

“Setelah dari Pantai Kuta, Bli akan mengajak kalian melihat patung GWK atau
Garuda Wisnu Kencana.”

“Wah, patung masuk salah satu daftar patung tertinggi di dunia itu ya, Bli?” tanya
Wayan.

11

“Ya, benar sekali.”

“Wah, makin ga sabar nih.”

Pukul 17.00 kami sampai di GWK. Ku lihat patung yang sangat besar dan tinggi.
Sambil memotret pemandangan yang ada di sekitar.

“Garuda, kata Garuda berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti sebuah burung
badanya seperti manusia, namun kepala dan kaki menyerupai burung serta di bagian
punggung terdapat sayap. Tentunya burung Garuda adalah burung mitologi. Wisnu adalah
salah satu dewa dalam Agama Hindu yang memiliki peranan dalam memelihara serta
menjaga semua hasil ciptaan Tuhan. Sedangkan Kencana artinya Emas.

Karena di dalam kawasan tempat wisata Bali GWK terdapat patung Dewa Wisnu,
yang mengenakan mahkota berwarna emas, dan sedang menunggangi burung Garuda dengan
ukuran patung yang sangat besar. Maka tempat ini di beri nama Garuda Wisnu Kencana.”
jelas Bli Aksan pada kami.

“GWK salah satu tempat wisata terkenal di Bali. Saking terkenalnya objek wisata
Garuda Wisnu Kencana Bali, hampir setiap hari tempat wisata GWK Bali selalu ramai
dikunjungi wisatawan domestic dan wisatawan asing.”

Setelah berkeliling melihat GWK, Bli Aksan mengajak kami menonton Parade Penari
Kecak dan dilanjutkan dengan Pementasan Tari Kecak. Pementasan Tari Kecak di mulai
pukul 18.30 WITA.

“Pertunjukkannya sudah mau dimulai.”

Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laku bertelanjang dada dan
mengenakan kain kotak-kotak di piggang hingga atas dungkul. Umumnya Tari Kecak
dimainkan oleh 50 penari laki-laki. Dari semua penari akan mengeluarkan suara “cak”
sehingga membentuk music secara akapela.

Satu orang akan bertindak seperti pemimpin yang memberi nada awal, seorang lagi
bertindak sebagai penekan yang bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah dan
seorang lagi bertindak seperti dalang yang mengantarkan alur cerita.

Ketika menonton tari kecak ini, kami diberikan skrip ringkas saat agar memahami
maakna tarian ini. Tari kecak merupakan ritual shangyang atau tradisi menolak bala yang
diselipkan kisah Ramayana di dalamnya. Tari kecak menceritakan tentang pencarian

12

Permaisuri Shinta, Raja Rama dibantu oleh Hanoman. Hanoman lalu memporakporandakan
tempat penyekapan Permaisuri Shinta dengan membakarnya. Namun Hanoman justru
terkepung oleh prajurit Raja dan Rahwana dan hampir terbakar.

Pada awalnya Raja Rama mengalami kekalahan, tetapi tidak menyurutkan
kesungguhan Raja Rama menyelamatkan permaisurinya. Raja Rama berdoa dengan sungguh
dan kemudian berusaha kembali. Pada akhirnya Raja Rama dapat menyelamatkan
Permaisurinya. Sehingga makna nilai moral dalam tarian kecak ini ialah kasih yang tulus
akan menang dengan doa dan kesungguhan.

Bli Aksan menjelaskan tentang Tari Kecak pada kami saat setelah menonton
pertunjukan di GWK.

Hari sudah malam, setelah dari GWK, kami langsung kembali ke hotel penginapan
untuk beristirahat, karena besok adalah hari terakhir kami di Bali. Kata Bli Aksan masih ada
dua tempat lagi yang harus kami kunjungi. Maka dari itu, agar besok tetap semangat, kami
memutuskan untuk langsung istirahat saat sampai hotel.



Pukul 08.00 mama sudah menyuruh kami bersiap-siap. Membereskan kamar dan
langsung check-out dari hotel. Hari ini adalah hari terakhir kami di Bali. Tidak terasa hampir
3 hari kami liburan di Bali. Rasanya tidak ingin pulang karena masih banyak tempat yang
belum sempat kami kunjungi. Tapi tidak apa, jika ada lain kesempatan bisa kami kembali ke
Bali lagi.

Pukul 09.00 WITA kami sampai di tempat pertunjukan Tari Barong. Acaranya hampir
dimulai. Untung saja kami datang tepat waktu tidak terlambat. Jadi, kemarin saat di hotel, aku
bertanya pada Bli Aksan tempat mana yang akan kami kunjungi selanjutnya. Kemudian Bli
Aksan menjawab ingin mengajak kami menonton pertunjukan Tari Barong.

“Ha, Tari Barong? Pasti menyeramkan seperti Agnia.” lagi-lagi Bayu menggoda
Agnia.

“Hust! Kamu ini ngeselin banget sih!” muka cemberut Agnia saat Bayu lagi-lagi
meledeknya.

“Dirandra, seharusnya kamu ga perlu ngajak si Bayu buat liburan ke Bali.” celetuk
Agnia padaku.

13

“Nanti liburanmu ga berwarna karena ga ada yang jailin lo, Agnia,” godaku pada
Agnia.

“Ah, Dirandra sama aja kaya Bayu.”

Saat sampai di tempat pementasan, aku dibuat kagum dengan panggung yang
memiliki design arsitektur khas Bali. Juga saat itu, ramai pengunjung yang dating.

“Pementasan tarian Barong Batubulan ini tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan
domestic dan mancanegara. Terutama wisatawan China dan Eropa, pasti sangat menyukai
pertunjukkkan ini.” jelas Bli Aksan.

Kami langsung mencari tempat yang nyaman untuk menonton Tari Barong.
Pertunjukan yang sangat seru. Ramai dan cerita yang disajikan benar-benar menarik. Setelah
pementasan selesai, kami diperbolehkan berfoto dengan para penari. Aku dan Agnia berfoto
dengan penari perempuan yang memakai pakaian sama seperti yang kulihat di lukisan Sekala.
Perempuan penari Bali. Cantik dengan pakaian tari yang ia kenakan. Tidak kalah hebohnya,
Bayu, Wayan dan Sekala berfoto dengan Barong dan pemeran Hanoman juga. Mereka
bergaya nyentrik dan gokil.

Setelah menonton Tari Barong, kami menuju Pasar Sukowati. Pasar tradisional tempat
berbelanja dengan harga murah dan ada berbagai jenis oleh-oleh atau kerajinan khas Bali.

“Bayu, jangan lupa sama janjimu. Katanya mau beli oleh-oleh buat adik.” goda Agnia
pada Bayu.

“Ah, gampang. Tinggal aku belikan saja pie susu Bali. Pasti dia suka hahaha.”

Kami berkeliling membeli oleh-oleh. Kami membeli pie susu sebagai oleh-oleh
makanan lalu berpencar untuk membeli oleh-oleh yang lain. Mama dan papa mencari baju,
celana, dan kain Bali sebagai oleh-oleh. Bayu, Wayan Sekala melihat lukisan dan layangan
tradisional, sedangkan aku dan Agnia mencari aksesoris seperti kalung, gelang, dan
gantungan kunci. Tak terasa waktu liburan kami telah selesai setelah dari Pasar Sukowati,
kami berpamitan dengan Bli Aksan, lalu melanjutka perjalanan pulang.

Aku senang sekali berlibur ke Bali Bersama keluarga dan teman-temanki. Banyak pelajaran
baru yang aku dapatkan terutama tentang keberagaman budaya. Aku bangga sekali tinggal di
Indonesia yang memiliki beragam budaya. Jika ada waktu lagi bisa kami berkunjung ke
provinsi lain untuk berlibur dan mengenal budayanya.

14

BIONARASI

Anandita Shafa Dian Anisa, lahir di Lumajang, biasa dipanggil Shafa dan terkadang dipanggil
Dita. Saat ini berumur 19 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa program studi S1 Pendidikan
Guru Sekolah Dasar di Universitas Negeri Malang. Ini adalah tahun kedua penulis untuk
menyelesaikan jenjang studinya. Penulis merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara.
Dalam hidupnya, penulis mengambil motto hidup dari kutipan Tere Liye yakni, “Hidup harus
terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang
mennjadi obat” dapat dimaknai bahwa seberat apapun ujian hidup, jalani demi hal-hal yang
membuatmu senang, demi melihat senja esok sore hari, demi es krim coklat favoritmu, dan
demi lagu Coldplay-The Scientist yang biasa menemani waktu malammu. Peenulis gemar
membuat karya dengan menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Hasil karya cerpen ini diambil
dari tema Keberagaman Budaya.

15

Petualangan Dirandra di

Sore hari sehabis pulang sekolah, Dirandra,
Agnia, dan Bayu sudah bergegas ke rumah
Sekala. Mereka sudah membuat janji
sebelumnya untuk mengerjakan tugas kelompok
seni rupa bersama di rumah Sekala. Sekala
memang pandai membuat karya seni rupa,
bahkan di dinding-dinding rumahnya banyak
lukisan yang dipajang dan di meja-meja banyak
miniatur dan patung marmer yang cantik. Ada
satu lukisan yang cantik sekali hingga Dirandra
tertegun dan takjub melihatnya. Lukisan tarian
Bali itu membuat Dirandra ingin mengunjungi
Bali. Kata orang, Bali adalah salah satu pulau
yang cantik di Indonesia, pemandangan pantai
dan laut yang indah membuat Bali menjadi salah
satu destinasi wisata terbaik Indonesia. Dirandra
meminta izin pada ayah dan bunda agar libur
semester nanti mereka berlibur ke Bali.
Bagaimana petualangan Dirandra di pulau Bali?
Apakah ia berangkat sendiri atau mengajak
teman-temannya liburan bersamanya?


Click to View FlipBook Version