The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

cerpen kelompok laki laki 9D

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rizki Nasution, 2023-10-24 09:15:58

ayo bangkit

cerpen kelompok laki laki 9D

Keywords: Ayo Bangkit cerpen 9D

KATA


PENGANTAR Satrian syah – Murid SMPIT Raudhatul Jannah BISMILLAHIRROHMANIRROHIM Assalamualaikum wr. Wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku Antologi Cerpen digital. Dalam penyusunan Antologi Cerpen digital penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulistidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Kami menyadari tanpa arahan dari guru pembimbing serta masukan – masukan dari berbagai pihak tidak mungkin kami bisa menyelesaikan tugas Antologi Cerpen Remaja ini. Antologi Cerpen Remaja ini dibuat sedemikian rupa semata-mata untuk membangkitkan kembali minat baca siswa/i dan sebagai motivasi dalam berkarya khususnya karya tulis. Untuk itu penulis hanya bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua


pihak yang terlibat, sehingga kami bisa menyelesaikan antologi cerpen remaja ini. Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata“sempurna”, oleh karenanya penulis mengharapkan kritikdan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang turut berperan serta dalam penulisan, penyusunan, hingga penerbitan buku ini dari awal sampai akhir. Saya berterima kasih yang sebesar – besarnya kepada Satrio Bhekti Utomo, Nur Arroyan, Muhammad Fawaz Al-khairi, Muhammad Rizki Nasution, Bumi Arian Maulana, Argya Fawwaz Dhiyaulhaq, Muhammad Indo Herdiansyah Putra, Wassalamualaikum Wr. Wb Cilegon, 15 Oktober 2023


DAFTAR ISI HIDUP MERANTAU Argya Fawwaz Dhiyaulhaq…………………………………………… 2 PERCAYA DIRI Bumi Arian Maulana……………………………………………… 4 PERJALANAN RONI Muhammad Indo Herdiansya….………………………………………… 8 MERANTAU Muhammad Riski Nasution……………………………………………… 11 ADAPTASI DIRI Muhammad Fawwaz AlKhoiri……………………………………………… 14


PENYESALAN Satrio Bhekti Utomo……………………………………………… 20 USAHA YANG BERAWAL DARI MIMPI Satrian Syah………………………………………………… 24


Isi UU No 28 Tahun 2014 Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang yang dipotret atau ahli warisnya.


HIDUP MERANTAU Argya Fawwaz Dhiyaulhaq “Nanti nak saat kamu sudah tumbuh dewasa Bercerita seorang anak desa yang berasal dari desa Cibinong Bernama haikal, Haikal adalah seorang anak yang terlahir di keluarganya yang sederhana namun masih memiliki kedua orang tuanya yang utuh dengan bapak seorang nelayan dan ibu seorang petani yang membuat ekonomi mereka pas pasan,”. Dia juga mempunyai keinginan pada saat kecil untuk menjadi sukses dan Membantu ekonomi kedua orang tua Haikal. “Bapak dan ibu apakah aku bisa bekerja?” Ucap Haikal yang sedang menanyakanya kepada orang tuanya. “lagian untuk apa kamu menanya itu nak?” Ucap kedua orang tuanya yang sambil menanyakan Kembali. “Aku ingin sekali menjadi sukses dan membantu ekonomi keluarga bapak dan ibu, doakan ya semoga terkabul,” Ucap Haikal. “Amin!” Ucap bapak dan ibunya yang sambil tersenyum. Saat ini Haikal sudah beranjak dewasa, dia merasa sudah cukup umur untuk pergi ke kota, yang tidak hanya berjualan kue sehingga dia meminta izin kepada orang


tunya dengan pulang dari jualan kue langsung mengumpulkan keluarganya dan meminta izin kepada kedua orang tua nya. “ Bu, Pak haikal ingin pergi merantau ke kota, Haikal merasa sudah dewasa, ” ucap Haikal dengan rasa gelisah. Dan orang tuanya Terdiam dan secara tiba tiba memeluk sang anak dengan sangat kencang yang membuat haikal terkejut serta hilang rasa gelisah tersebut, dan kedua orang tuanya membolehkanya. Setelah keesokan harinya, Haikal sudah menyiapkan barang yang ia bawa, dan dia dibangunkan oleh ibunya untuk sarapan serta sholat dan langsung pergi menuju terminal menggunakan ojek, dia pun berpamitan dengan kedua orang tuanya "Pamit dulu ya pak, bu” Ucap haikal Dan dia pun sampai di teminal dengan langsung menaiki bus untuk berangkat ke Jakarta. Sesampainya dia di kota Jakarta kurang lebih 40 menit dia mencari tempat untuk ditinggali dan mecari pekerjaan dengan Pendidikan smk. Merantau tidak hanya pergi kekota tetapi dia harus berpisah dengan orang tua dan rumahnya yang membuat dia home sick yaitu rindu dengan orang tuanya.


Setelah setahun dia tinggal di Jakarta dia bekerja sebagai kuli bangunan, Kehidupanya tidak seperti yang ia bayangkan dia memiliki lingkungan yang kurang baik. Tetapi dia tidak pantang menyerah dia bangkit dan semangat melakukan pekerjaannya yang membuat dia di kagumi oleh bossnya, setelah 5 tahun lamanya akhirnya dia diangkat menjadi mandor yang membuat dia terbukti dia bisa. Dan dia tambah bersemangat untuk menjalani kehidupanya dan pekerjaanya.


PERCAYA DIRI Karya : Bumi Arian Maulana Disebuah lapangan luas, terdapat banyak anak yang sedang bermain sepak bola, dengan cuaca panas pada siang hari, namun dengan teriknya matahari tidak memutuskan semangat anak-anak untuk bermain. Dimas adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, namun dibalik kehidupan ekonominya ia mempunyai kemampuan bermain sepak bola yang sangat luar biasa bahkan bisa dikatakan diatas rata-rata, dan ia mempunyai mimpi besar yaitu untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Setiap selesai sekolah ia melanjutkan kegiatannya di lapangan bersama teman-teman hal itu ia lakukan setiap pulang sekolah, hal itu juga yang membuat kemampuannya semakin meningkat, hingga pada suatu hari Dimas yang ingin pergi ke lapangan sepak bola sebelumnya ia meminta izin kepada kedua orang tuanya agar dapat mengizinkannya untuk pergi ke lapangan. Ketika Dimas sedang bermain sepakbola dengan teman-temannya ada 3 orang anak sekolah berpenampilan sangat bagus menghampiri sebuah pos kosong dikarenakan ketiga anak tersebut sedang istirahat akibat lelah mengendarai sepedanya. Ketiga anak tersebut melihat seorang anak dengan penampilan yang sangat sederhana namun memiliki teknik bermain yang sangat


luar biasa, hal itu membuat ketiga anak tersebut tercengang dan ingin mengajak bertanding dengannya. Hingga pada suatu saat Viktor yang merupakan salah satu dari ketiga anak tersebut ketiga menghampiri Dimas yang sedang bermain pada saat itu, kemudian Viktor berkata “kulihat lihat bermain sepakbolamu cukup bagus”. Dengan rasa kaget dimas berkata” kenapa tiba-tiba kau mengajariku,” Lalu Viktor memperkenalkan dirinya aku adalah Viktor dan aku adalah anak kota dapat kau lihat bagaimana pakaian yang ku kenakan dan aku memiliki kemampuan bermain sepakbola jauh dibandingkanmu bahkan aku memiliki pelatih yang proposional dan tim yang bagus, jadi kemampuanmu tadi jauh dibawah skill yang ku miliki. Pada saat itu dimas merasa direndahkan karena dengan pakaian yang ia gunakan sangat sederhana dan bermain tanpa menggunakan sepatu bagus, seketika Viktor mengajaknya untuk bertanya dengannya namun dengan syarat harus menggunakan sepatu, dengan tegas dimas menjawab “oke 2 Minggu lagi kita bertemu di tempat lapangan ini dan bawa tim terbaikmu tadi”. Karena ia tidak mau direndahkan dengan viktor ia mengajak teman-temannya untuk berlatih dengannya, hari


pertama latihan telah tiba ia mengajak timnya dalam tiga hari bermain “Dalam 2 hari ia melakukan pelatihan yang sama agar dapat melancarkan kemampuan di saat pertandingan dan teman-teman dimas pun Menyetujuinya, pada hari pertama dimas latihan yaitu Dribbling atau bisa disebut Membawa bola, mereka pertama-tama mereka berlatih sendiri -sendiri agar mereka bisa menggunakan kemampuan nya sendiri sendiri. Latihan hari pertama berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan oleh Dimas, ia pun terus memberikan semangat kepada tim nya agar tetap terus konsisten agar hasil yang baik yang ia impikan bisa terwujud, kemudian Dimas melakukan evaluasi apa saja kekurangan dari tim nya dan menjadikan bahan untuk kedepannya hal itu ia ingin terapkan setiap selesai latihan karna ia sadar dengan kekuatan dan kemampuan tim nya yang perlu konsistensi agar bisa mengimbangi tim lawannya. Pada Hari ke 2 dilakukan lah pengetesan pada masing masing, dimas yang menjadi pelatih pada saat itu untuk mengetes kemampuan dari teman temannya, mereka pun berhasil pengetesan tersebut mereka ia lakukan setiap hari dengan latihan yang berbeda. Dan hingga pada waktunya setelah 2 Minggu mereka jalani pelatihan yang sangat cukup bagus dan persiapan yang sangat matang Akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh dimas pun telah sampai, dengan rasa percaya diri ia bersama teman-temannya ingin memenangkan


pertandingan kali ini, karena ia sadar bahwa persiapan sematang dan semaksimal pun akan menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan rasa percaya diri. Pertandingan pun telah di mulai, Kick-off di mulai dari tim Viktor bola terus dibawa oleh viktor tetapi salah satu teman dimas langsung merebut bola dari Viktor, setelah bola di rebut teman dimas mengoper kepada dimas, dimas pun terus membawa bola hingga ke depan gawang namun langkah dimas mampu diberhentikan oleh bek tim lawan yang mampu merebut bola yang kemudian langsung di shot ke penyerangan utama yakni Viktor dan dengan sekil dan kemampuannya Viktor berhasil menembus gawang tim Dimas tepat pada menit 17. Setelah kebobolan yang bisa dikatakan masih menit-menit awal hal itu membuat tim Dimas turun kepercayaan dirinya sehingga membuat konsentrasi tim nya buyar dan permainan yang biasa ia lakukan setiap latihan jauh diluar ekspektasi. Hingga pada akhirnya menjelang babak pertama selesai tim Dimas pun kebobolan untuk kedua kalinya, ini membuat tim Viktor semakin jumawa dan semakin menganggap remeh tim Dimas.Viktor “serajin apapun kamu latihan bakal sia-sia kalau lawan tim kita karna dari segi pakaian sepatu yang kau gunakan saja sudah tidak layak untuk masuk kedalam latihan apalagi bermimpi untuk menaklukkan kami yang jauh diatas kalian.”


Dimas “kau boleh sombong sekarang tapi perlu kau ingat dalam permainan sepak bola bukan lah jersey yang bermerek sepatu yang bagus yang harus digunakan tapi tekad dan kepercayaan diri yang harus diadu, kami sadar baju dan sepatu kami tidak sebagus kalian tapi kita punya percaya diri yang tinggi dan saling menghargai satu sama lain dan yang jauh lebih penting saling support. Hingga pada akhirnya babak pertama telah selesai dan untuk sementara tim Viktor unggul dari tim Dimas 2 – 0. Wasit meniup peluit panjang yang menandakan bahwa pertandingan babak pertama telah usai. Ketika istirahat dimas terus memberikan semangat dan motivasi kepada teman-temannya, “Ayo bangkit lagi pertandingan belum usai masih ada waktu untuk membalas ingat kita berlatih sudah sangat keras waktu bermain kita relakam untuk latihan jangan sampai hal itu menjadi sia-sia hanya karna ketidak fokusan kita di babak pertama”... Disisi lain tim nya Viktor semakin menjadi jadi ia terus menganggap remeh tim lawannya. Babak kedua telah dimulai wasit meniup peluit pertanda bahwa babak kedua telah dimulai, kick off pada babak ini dimulai dari tim Viktor yang dimana Viktor langsung terburu-buru ingin membobol gawang tim Dimas karna keegoisannya yang hanya memikirkan dirinya sendiri ia langsung shot ke arah gawang tim lawan namun tendangannyapun meleset dan jauh dari atas mistar gawang, namun cara bermain Viktor yang tadi membuat


tim nya heran dan bertanya-tanya kenapa harus setamak itu dan tidak ingin mengoper ke temannya terlebih dahulu melainkan ia langsung shot ke arah gawang, hal itu membuat tim nya merasa tudak dianggap dan perlahan kesentrasi tim nya perlahan buyar dan terus menerus kehilangan bola. Hingga menit-menit menjalang pertandingan selesai kedudukan antar kedua tim masih sama 2 – 0 namun peran Dimas sebagai kapten terus memberikan semangat kepada tim nya yang pada akhirnya telat 10 menit menjelang pertandingan usai Dimas melepas sepatu yang ia gunakan dan bermain tanpa alas kaki, timnya pun sempat heran kepada sang kapten kenapa melakukan hal seperti itu, Viktor “Hey anak kampung kamu mau main bola apa mau mumut sampah!” Hati Dimas semakin panas ia tidak membalas ucapan Viktor tapi justru ia jadikan motivasi untuknya anak kampung juga bisa bermain bagus dalam hati dimas berkata di kampung saya terbiasa bermain sepakbola tanpa alas hal itu sering saya lakukan dan bahkan ia bisa terus menurus membawa timnya memenangkan pertandingan. Dengan penuh percaya diri dimas menggocek bola dan perlahan demi perlahan dia mengeluarkan skill dan kemampuannya hingga pada akhirnya kepercayaan diri dimas tadi mampu membuahkan satu gol tepat pada menit 88. Seketika sorak sorakan dari penonton bergema dan terpukau atas


permainan Dimas yang mampu bermain bagus tanpa menggunakan alas kaki, pada penonton pun bangga dan kagus atas permainan dimas dan memberikan semangat kepada tim nya dimas. Hingga pada akhirnya wasit meniup peluit panjang pertanda pertandingan telah selesai, tim nya dimas pun kalah 2 – 1 atas tim lawannya Viktor. Namun para tim Dimas dan penonton tetap bangga akan pertandingan Dimas tadi karena bukanlah tentang hal siapa yang menang dan siapa yang kalah melainkan siapa yang mampu membawa tim nya tidak down dan tidak putus atas karna pada hakikatnya permainan sepakbola bukan tentang siapa yang menang melainkan siapa yang bermain bagus dan tidak egois dalam bermain. Kemudian seperti yang disangkakan dimas lah yang terpilih menjadi men of the match. Dengan lancang Viktor menghampiri Dimas, dimas merasa cemas ia khawatir Viktor akan terus mengolok-oloknya namun keadaan justru berbalik 360 derajat. “Viktor saya sangat mengapresiasi atas permainanmu tadi itu sangat diluar ekspektasi saya good job.” Seketika dimas tercengang atas perkataan viktor.” “ Dimas terima kasih kamu juga bagus dan tim kamu layak menang”.


Pertandingan selesai namun langkah awal dari dimas dan viktor baru lah dimulai, “Bagaimana jika kamu ajari aku cara shot yang bagus dan cara meningkatkan kepercayaan diri,” Ucap Viktor. “kami juga harus ajari aku cara dribble yang bagus” Ucap Dimas. Hingga pada akhirnya mereka berencana membuat latihan gabungan disetiap Minggunya dengan saling memberikan kemampuan dan skill satu sama lain. Dimas dan Viktor bertemandan saling melengkapi satu sama lain jauh lebih baik dari pada saling ego dan Menghargai satu sama lain.


PERJALANAN RONI Muhammad indo herdiansyah Suara rintik hujan malam menembus kehampaan kamar Roni berperawakan tinggi yang sedang menatap lamatlamat Cahaya lampu jalan yang masuk melalui jendela kamarnya,Roni tiba-tiba teringat orang tuanya yang sudah tiada semenjak 1 minggu akibat kecelakaan Roni sangat belum percaya orang tuanya sudah tiada. *** Keesokan harinya Roni sangat merasa kesepian dan sangat bosan karena sudah tidak ada teman ngobrol atau bercanda di rumahnya,Roni sudah berusaha melupakan orang tuanya dengan cara jalan-jalan atau liburan.Roni terus di hantui oleh pikirannya, beberapa hari Roni bergulat dengan pikirannya wajah yang semulanya suram menadi ceria *** Hari yang di tunggu pun “hari kebangkitan” tiba.Semua perlengkapan pun sudah siap dengan Roni yang sekarang. Ia panggil ibu terlihat segelintir air mata di wajahnya.Roni ingin pergi ke Bandara Soekarno-Hatta Jakarta ingin pergi ke Yogyakarta. ***


Setelah beberapa jam dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta-Yogyakarta kurang lebih1 jam.Menyibak keramain di waiting room demi melihat sahabat jauhnya itu Adit,lebih dulu menyapa Jogja dengan dingin lalu Roni menyapa teman online nya itu. *** “Kabar kamu sehat Adit?” Ucap Roni. “saya baik-baik aja kok,Roni lu kenapa sih kok senang banget?” Jawab Adit. “gimana ga seneng coba Adit saya udah boleh kemana-mana pergi” Saut Roni Mereka berdua sangat senang akhirnya mereka berdua di online sekarang offline,disana mereka tertawa Bahagia. *** Keesokan harinya dengan wajah yang semringah Yogyakarta di antar Adit ke kampung halaman,disana warga bergtong-royong mempersiapkan property endog-


endogan dan arak-arakan panang untuk acara muludan.Banyak anak perempuan yang sibuk membuat bunga yang terbuat dari kertas karton. Sedangkan orang dewasabertugas untuk merangkai bongkahan balok kayu menjadi berbentuk seperti perahu. Begitu juga dengan para lelaki yang sibuk menyiapkan obor dari talang lemang yang malam nanti akan dibakar menggunakan miyak tanah. *** Seketika Jogja berbinar saat melihat rangkain kayu yang sudah berbentuk kayu itu di tempel di banyak uang biru melapaisi seluruh bagiannya,tak lupa bewarna ungu,hijau dan merah. *** “Woahh,apakah itu uang sungguhan??” Berbeda dengan Roni yang mendengar suara merdu muludan. Meja makan yang di dipenuhi dengan makanan untuk memeriahkan acara muludan besok malam,anakanak sedang berlatih supaya penampilan beralan sempurna. *** Tiba malam perayaan muludan.


“Sabar lah,bentar lagi uga pasti lewat” kata Roni Di bawah sinar rembulan Jogja dan Roni berdiri di atas teras menyaksikan banyak motor yang mnggiring 4 mobil pick-up yang sudah dihias itu membawa rangkain kayu berbentuk perahu yang seluruh bagiannya di tutupi dengan uang. Dua mobil pick-up lainnya berisikan anakanak qosidahan,mereka menabuh gendang dan solawat dengan murdu. Rangkain acara belum selesai Tiba-Tiba ada suara ledakan petasa yang sangat kencang sampai telinga membuat pekak. Demi mendengar suara ledakan itu di Jogja terlonak kaget di atas teras.Roni yang sudah biasa mendengar itu pun menertawakan. Setelah asap mulai memudar terlihat dua pemuda yang melalukan sedikit atraksi untuk menyambut warga desa yang membawa obor di tangna mereka.Menyinari jalanan yang tadinya gelap sekarang menjadi terang. “Wahhh, indah banget ngeliatnya obor dari atas kampung” “Beuhh, mantap banget walau satu kampung yang ikut tetap terkodinasi”


Masih dengan lantun solawat yang merdu dan tabuhan rebana yang syahdu.Di sana terlihat banyak anak kecil hingga remaa terlihat berkumpul.Ternyata mereka mengambil uang saweran yang di vopot dari perahu yang terbuat dari kayu. *** Dengan mata yang berbinar bak anak kecil itu yang di beri permen dari Roni menghitung jumlah yan fada di tangan mereka. “Janganlah menganggap remeh hal-hal yang terdekat dengan hatimu. Rangkullah mereka seperti sama berharganya dengan hidupmu”


MERANTAU M. RIZKI NASUTION Sinar matahari menembus kaca bus ku, dihiasi dengan penuhnya penumpang yang membuat ricuhnya suasana di dalam. Perjalanan dari desa ke kota kurang lebih 10 jam lamanya. Dengan membawa modal yang seadanya, aku memberanikan diriku untuk merantau ke kota yang jaraknya lumayan jauh. Namaku Dodit anak 20 tahun yang bercita-cita menjadi pengusaha muda, tapi aku hanyalah anak desa yang tidak berpindidikan. Ayahku hanyalah seorang petani padi dan ibuku hanya penjual gorengan keliling. Tetapi di hati kecilku aku memantapkan tekad untuk mendobrak seluruh hasratku untuk bekerja keras di tanah rantau ini. Akhirnya toko kecilku pun buka. Aku sangat senang akhirnya bisa membuka toko sendiri. Tapi di hari


pertama tidak ada orang yang membeli barang daganganku, semua cara yang halal sudah aku kerjakan untuk memikat hati pembeli seperti membuat spanduk, mengecat, dan berbagai hal. Tokopun ku tutup dan berharap hari esok ada orang yang membeli. Sinar mentari muncul dari arah timur hari ke dua aku membuka tokoku, benar saja dengan dugaanku toko semakin ramai pembeli, satu persatu orang datang untuk membeli barang daganganku. Hari demi hari sudah kulalui uang yang kukumpulkan pun semakin banyak. Sebagian uang aku kumpulkan dan langsung mengirimnya ke orang tuaku di desa. Untuk menambah omset perhariku, aku memutar otak berhari-hari agar mendapatkan ide yang cemerlang. Setelah berhari-hari aku memikirkan usaha kedepannya, aku mendapatkan ide yang cemerlang, aku berfikir untuk berjualan online agar semua orang dapat membeli barangku dari mana saja dan kapan saja.


Dan benar saja omset ku naik drastis setelah berjualan di online shop. Semua pesanan muncul setiap harinya orang orang pun mengenal tokoku dari online shop. Hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, bulan menjadi tahun, akhirnya sudah setahun aku berjualan disini. Aku berfikir untuk pulang kampung bulan depan agar aku bisa bertemu dengan ayah ibuku yang sudah lama ku tak jumpa. “Assalamualaikum, Ayah” “Waalaikumsalam, nak Dodit kamu kapan pulang ke desa? Ayah sama ibu udah rindu banget sama dodit” “Insyaallah bulan depan, yah, bulan ini aku masih sibuk ngurusin toko aku yang lagi ramai pembeli, rencananya aku mau sewa pekerja buat jaga toko biar tokonya terus jalan” ”Kamu gak bisa pulang sekarang kah nak Dodit? Ayah ingin melihat wajahmu secara langsung”


“Nanti dodit usahain ya yah. Yaudah Dodit mau tidur dulu ya yah nanti telponnya besok lagi. Assalamualaikum” “Waalaikumsalam,” Aku pun berusaha lebih keras agar aku bisa menemui ayah dan ibuku yang ada di desa. Setelah satu bulan lamanya akhirnya aku telah menyelesaikan semua pekerjaan toko. “Nak dodit kamu jadikan pulang ke desa hari ini?” “Iya mah, kok tumben ibu yang angkat biasanya selalu ayah yang megang hp” “Iya nak ayah lagi keluar,” “Yaudah bu ini aku mau berangkat dulu ya,”


Akhirnya akupun sampai di rumah, tetapi bukannya aku mendapatkan sambutan hangat dari kedua orangtuaku, aku justru kaget melihat bendera kuning di depan rumah ku. Akupun berlari dengan cemas masuk kedalam rumahku. Saat aku masuk ke dalam, ibuku langsung berlari memelukku sambil menangis. “Akhirnya kamu sampai juga anak,” ucap ibu sambal menangis. “Ini kenapa bu? kok ada bendera kuning di depan rumah kita,” tanyaku dengan panik. “Ayahmu nak, ayah mu” “Ayah kenapa mah?” “Ayah meninggal dunia nak” “Apa?! Katanya ayah lagi keluar mah?” “Ibu bohong nak, ibu bohong agar kamu tidak panik saat disana, maafkan ibu nak”


Aku pun langsung pingsan dan tak sadarkan diri selama sehari. Orang tua tak pernah meminta pamrih kepada anaknya atas semua pengorbanan yang telah mereka lakukan. Saat anak bahagia, orang tua secara otomatis juga akan bahagia, begitu pula sebaliknya. Jasa yang sudah diberikan orang tua terlalu besar, yang semestinya kamu kenang hingga akhir hayat. Kita sebagai anak diharuskan untuk selalu menghormati dan memuliakan orang tua. Itulah mengapa, sebagai anak, setidaknya kamu harus selalu berusaha untuk terus bisa membahagiakan orang tuamu. Tidak peduli bagaimana keadaan orang tua, sudah sewajarnya kamu selalu sayang terhadap mereka. Sudah sepantasnya bagi kita seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tua.


"Orang tua tak pernah berharap harta kekayaan dari anaknya, namun perhatian dan kasih sayang tulus dari anak, menantu, dan cucu, itulah yang sangat mereka harapakan." Uang bisa dicari, Ilmu bisa digali, Tapi kesempatan untuk mengasihi orangtua hanya sekali


Adaptasi diri Muhammad fawwaz alkhoiri Perkenalkan ini Rizki,dia adalah anak satusatunya di keluarganya Rizki sangat suka bermain game terutama game di handphone. Dia sekarang berusia 14 tahun Rizki sangat di sayang oleh kedua orang tuanya sehingga dia menjadi sangat manja dan bandel. ‘’Rizki papah sama mamah kan mau ke luar kota jadi nanti kamu tinggal di rumah nenek ya,” ucap ibu Rizki. ‘’Enggak mau mana sudi aku tinggal di rumah nenek tua itu di sana enggak ada jaringan dan di sana apa apa saja enggak ada!!’’ jawab Rizki dengan nada bentak. ‘’Kamu enggak boleh begitu walaupun di sana enggak ada jaringan tapi di sana udaranya segar asri dan indah, jadi besok kamu ke rumah nenek ya nak?” ucap ibu. ‘’Terserah ibu aja deh.’’


Keesokan harinya Rizki pun diantar oleh kedua orang tuanya ke rumah nenek Rizki. Sesampainya di rumah nenek Rizki pun berpamitan kepada kedua orang tuanya. ‘’Rizki kamu jangan sampai nge repotin nenek ya,” ucap ayah Rizki. ‘’Rizki jaga kesehatan kamu ya anak jangan sampai sakit,’’ ucap ibu Rizki. ‘’Iya pah,mah,’’ jawab Rizki. ‘’Rizki kamu capek ya nenek bikinin teh kamu mau,”ucap nenek Rizki. ‘’Iya, cepetan,’’ jawab Rizki. ‘’Ini sudah jadi tehnya,’’ ucap nenek Rizki. Setelah beberapa jam Rizki terus mengeluh dan membentak neneknya. “Nek aku laper apa di sini enggak ada makanan,” ucap Rizki dengan nada keras.


“Iya sabar ya ini lagi nenek masakin buat kamu,” jawab nenek Rizki. “Yang cepet ya aku sudah laper banget,” saut Rizki. “Aduh di sini panas banget ya apa ga ada kipas atau AC gitu,” keluh Rizki. Setiap waktu yang dilakukan oleh Rizki adalah mengeluh ,membentak neneknya dan bermalas-malasan. Walau begitu nenek Rizki selalu menuruti permintaan Rizki dengan sepenuh hatinya. Hari demi hari berlalu setiap hari adalah hari yang membosankan baginya dan pada suatu hari saudara laki-laki Rizki pergi ke rumah nenek Rizki untuk menemaninya. “Hai Rizki.” “Halo Uta,” jawab Rizki. “Apa yang kamu lakukan sekarang?,” tanya Uta. “Tidak ada aku di sini hanya untuk menunggu orang tuaku pulang, ” jawab Rizki.


“Terdengar membosankan bagaimana kalau kita main keluar,” tanya Uta. “Hmmm, aku sangat malas hari ini lain waktu saja,” jawab Rizki. “Sudahlah ikut saja denganku,’’ saut Uta sembari menarik Rizki untuk main keluar. Setelah berjalan cukup jauh dari rumah nenek Rizki Uta dan Rizki mulai masuk ke dalam hutan. “Uta ini akan menuju mana aku takut kita tidak bisa pulang,” tanya Rizki. “Sudahlah ikuti saja aku nanti kamu akan tahu sendiri kok,” jawab Uta. Tak jauh dari tempat masuk ke hutan mereka berdua akhirnya sampai pada tempat yang Uta arahi. “Kita sudah sampai,” ucap Uta. “Wah tempat apa ini sangat indah sekali di sini aku tidak pernah melihat langsung hal yang seperti ini,” ucap Rizki.


“Haha yang seperti ini pasti tidak ada di kota,” saut Uta. ‘’Kamu benar tidak ku sangka air terjun ini sangat indah sekali,” jawab Rizki. Sesampainya mereka di sana mereka melakukan banyak hal menyenangkan seperti berenang, saling bercerita satu sama lain dan lain lain “Rizki hari mulai gelap sebaiknya kita pulang kalau tidak mau tersesat di hutan ini,” ucap Uta. “Kau benar sebaiknya kita bergegas pulang,” jawab Rizki. Mereka berdua pun pulang ke rumah nenek Rizki sesampainya di rumah Rizki di sambut hangat oleh neneknya “Rizki kamu dari mana saja nenek khawatir kamu kenapa-kenapa,’’ ucap nenek Rizki. “Aku habis di ajak Uta pergi bermain nek di air terjun yang berada di dalam hutan,” jawab Rizki.


“Kamu pasti lapar nenek sudah siapkan makanan kamu tinggal ambil di dapur saja” Ucap nenek Rizki. Rizki pun pergi mengambil makanan dan segera memakannya. Setelah dia makan dia bergegas untuk tidur. “Mungkin tinggal di sini tidak seburuk yang kukira aku sudah lumayan nyaman tinggal di sini,” ucap Rizki dalam hati. Selang beberapa menit dia pun tertidur. Pagi telah tiba Rizki terbangun dari tidurnya karena suara ayam yang berkokok. Dia heran kenapa dari selepas dia terbangun dari tidurnya dia tidak melihat nenek sekalipun. “Ini aneh aku sama sekali tidak melihat nenek” ucap Rizki. Rizki pun mencari neneknya ternyata nenek Rizki masih terbaring di kasurnya. Rizki mencoba untuk membangunkan neneknya yang sedang tidur tapi nenek Rizki tidak terbangun dengan suara Rizki suara. Setelah itu dia mencoba untuk membangun kan nenek dengan


memegang tangan nenek dan memanggil nya. Rizki memegang tangan neneknya tapi dia terkejut karena tangan neneknya sangat panas dan menaruh telapak tangan di jidat nenek untuk memastikan. Ternyata benar nenek Rizki sakit parah dan Rizki pun langsung mengkompres neneknya dengan handuk hangat. Setelah itu Rizki pergi mencari kotak telepon untuk menghubungi kedua orang tuanya yang sedang ber-kerja di luar kota. Rizki menemukannya dan langsung menelepon kedua orang tuanya. “Halo dengan siapa?” “Ini Rizki mah,” jawab Rizki. “ohh Rizki kenapa nak menelepon ibu?” tanya ibu Rizki. “Mah nenek sakit parah kondisinya badanya panas banget dan lemes,” ucap Rizki. “Hah nenek sakit parah?? Iya nanti mamah sama papah bakal kesana,” ucap ibunya Rizki.


Setelah Rizki selesai memberitahu orang tuanya Rizki cepat-cepat kembali ke rumah neneknya dan merawat neneknya sampai kedua orang tua Rizki datang ke rumah nenek Rizki. Kedua orang tua Rizki pun datang dan langsung pergi ke rumah saki untuk melakukan pengobatan lebih lanjut kepada nenek Rizki. Sayangnya nenek Rizki sudah tidak bisa di selamatkan. Rizki tidak percaya bahwa hal ini akan terjadi kepada neneknya. Rizki pun pergi ke tempat Uta mengajaknya yaitu air terjun di sana dia merenung sendiri memikirkan apa yang dulu pernah di lakukan kepada neneknya sendiri. Lalu dia mendengar ada yang memanggil namanya di belakang dan itu adalah saudaranya Uta . “Rizki kamu sepertinya sangat sedih atas kepergian nenek jika kau ingin bercerita, silahkan saja cerita kepadaku aku akan mendengarkan ceita mu,” ucap Uta. “ Saat aku tiba di sini aku sangat tidak menyukai tempat ini dan membenci nenek, aku selalu mengeluh dan membentak kepada nenekku namun setelah kamu mengajakku bermain aku tersadar tempat ini tidak


membosankan sama sekali dan nenek sangat menyayangiku aku merasa bersalah kepada nenekku karena suka membentaknya dan aku belum sempat meminta maaf untuk itu,” ucap Rizki. ‘’Tidak apa untuk merasa sedih merasa bersalah yang bisa kamu lakukan sekarang hanya mendoakan agar nenekmu tenang dan bahagia di alam sana dan mungkin nenekmu juga sudah memaafkan mu,” ucap Uta. “Kau benar tidak ada gunanya aku bersedih terus seperti ini. Langit sudah mulai gelap sebaiknya kita pulang,” ucap Rizki. Keesokan harinya Rizki dan kedua orang tuanya pulang kerumah.


Penyesalan Satrio bhekti utomo Di kamar yang gelap gulita. Aku membuka jendela dan melihat bintang menunjukan sinarnya. Malam itu aku merasa bahwa bintang ingin mengatakan sesuatu, mereka berusaha mengingatkanku tentang masa lalu yang merubah hidupku. Aku pun mulai mengingat kejadian tersebut, kejadian yang membuatku menyesal karena telah melakukannya. **** Saat itu, hari pertamaku bersekolah di SMA Tunas Harapan. Aku memilih SMA Tunas Harapan karena sahabat yang menemaniku dari kecil hingga sekarang bersekolah di sana. Seperti sekolah pada umumnya, aku dan murid lain berkenalan satu sama lain. Ketika sedang berkenalan tiba-tiba ada seorang murid yang memanggilku. “Woii Ryan…….” Murid itu memanggil namaku sambil sedikit berteriak. Saat mendengar suaranya aku tahu bahwa itu adalah sahabatku, Rio. Dan benar saja saat aku menoleh itu adalah sahabat yang sudah kuanggap seperti keluargaku


sendiri. Ketika melihat Rio aku langsung menghampirinya. Ketika sedang berlari kearah Rio aku didorong oleh salah seorang murid yang berperawakan besar. Melihat kejadian tersebut Rio pun langsung berteriak ke murid tersebut “Woi…maksud lo apa dorong temen gua?” Rio berteriak kearahnya sembari membantuku untuk berdiri. “Berani banget lo neriakin gua, lo gatau gua siapa?” Ucapnya sembari memperlihatkan kuda-kuda pencak silatnya. “Gaperlu tau lo siapa, yang pasti lo orang yang menyalahgunakan pencak silat buat mukulin yang lemah” Jawab Rio. Murid yang mendorongku tak terima akan jawaban Rio, ia langsung memukul Rio tepat di hidungnya. Aku yang melihat sahabatku dipukuli langsung menyerang murid tersebut, dengan mudah murid itu menangkis serangaku karena perbedaan berat badan yang cukup jauh. Aku dan Rio terdiam sejenak, menatap murid itu yang kini tertawa karena menang dari kami. Saat ia sedang asyik tertawa, seorang guru datang berlari ke tempat kejadian. “Ribut-ribut ada apa ini?” tanya guru dengan wajah serius.


Aku dan Rio menjelaskan kronologi kejadian itu. Guru itu menatap murid yang berperawakan besar dengan tajam, lalu berkata, “Kamu, ikut ke kantor kepala sekolah. Dan kalian berdua, ikut juga.” Di kantor kepala sekolah, kami diberikan kesempatan untuk menjelaskan situasi secara lebih rinci. Kepala sekolah, Pak Surya, mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah kami selesai berbicara, beliau menghela nafas dan berkata kepada aku dan Rio, “Kekerasan tidak bisa dibiarkan, tetapi yang kalian hadapi adalah anak dari kepala yayasan. Bapak harap nak Ryan dan nak Rio bisa mengerti kondisi ini, bapak juga ingin membela kalian tetapi bapak juga butuh pekerjaan ini, bapak minta maaf karena tidak dapat berlaku adil” Kami berdua sangat menyayangkan sikap yang diambil oleh pak Surya, tetapi aku dan Rio tak dapat menyalahkan pak Surya karena ia telah mengabdi pada SMA Tunas Harapan selama 10 tahun. Esok harinya aku dan Rio bersekolah seperti biasa tanpa masalah. Tetapi saat dikantin aku dan Rio didatangi oleh Rizky dan ia meminta kami untuk memberikannya uang aku dan Rio menolak untuk memberikan uang kami kepada Rizky, tetapi ia mengancam akan memberi tahu ayahnya tentang kejadian kemarin. Kami takut jika


Rizky mengubah ceritanya dan kami dikeluarkan dari sekolah, tetapi kami bersikeras untuk tak memberikan uang kepada Rizky Seminggu telah berlalu, tetapi aku dan Rio masih takut jika Rizky memberi cerita palsu ke ayahnya yang seorang kepala yayasan. Kami tak bisa berbuat apa -apa, Rio yang tahu bahwa aku lebih takut dibanding dirinya mulai menghiburku. “Ryan, lo gausah takut sama Rizky, inget gua bakal selalu ada di sisi lo dan bakal ngejaga lo disekolah ini, karena lo masuk sini kan gara-gara gua juga hahahah.” Rio menghiburku dengan bilang bahwa ia akan menjaga ku dari Rizky, akupun tertawa mendengar Rio berbicara seperti itu. “Kocak lo, emang bisa jagain gua? Lu aja waktu itu kalah ahahhahaha.” Ucapku sembari mengungkit pertarungan seminggu yang lalu. “Yee….bisa aja lu, denger lu ngomong gitu gua jadi laper makan yok, gua yang traktir deh” Jawab Rio dengan nada mengejeku karena aku masih mengingat kejadian pertarungan itu. “Kalo lo yang traktir sih gua gabisa nolak ya ahahahaha.” Ucapku sambil tertawa bersama Rio.


Ketika kami sedang berjalan, tiba-tiba ada Rizky yang menabrak kami dari belakang, tanpa menolah ia tetap berjalan. Melihat sikap Rizky, Rio langsung menendang Rizky dari belakang. ‘DAKKK’, suara badan Rizky yang terjatuh ke lantai. Aku yang melihat kejadian itu tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa melihat Rizky dan Rio yang bertarung lagi, untung guru dengan cepat memisahkan mereka berdua dan membawa mereka ke ruang BK. Saat berjalan pulang dengan Rio, aku menanyakan bagaimana kondisi Rio dan Rizky, ia bilang bahwa tangan dan kakinya sakit. “Rio, badan lo sakit ga abis berantem sama si Rizky?” Tanyaku dengan nada khawatir. “Ya sakit lah, Rizky bisa silat sedangkan gue gapunya dasar bela diri sama sekali.” Jawab Rio dengan nada tinggi. Ketika melihat Rio kesakitan, aku langsung berpikir untuk mempelajari seni bela diri, akupun langsung mengajak Rio untuk belajar pencak silat.


“Oi, mending kita ikut perguruan silat deh.” Ajakku. “Tumben pinter, boleh juga tuh.” Rio setuju dengan ajakan dariku. Hari-hari berlalu dengan cepat dan suasana di sekolah kembali tenang. Aku dan Rio memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih positif untuk mengatasi masalah dengan Rizky. Kami memutuskan untuk bergabung dengan sebuah perguruan pencak silat yang lumayan terkenal di kota kami. Kami yakin bahwa dengan belajar pencak silat, kami dapat menyelesaikan masalah kami dengan Rizky. Kami pun langsung mendaftar di perguruan pencak silat itu, tanpa banyak persyaratan, kami langsung diterima di perguruan itu. Selama berbulan-bulan, kami berdua berlatih dengan keras di klub pencak silat. Kami belajar teknik-teknik bertarung, kedisiplinan, dan mengendalikan emosi kami. Kami merasakan perkembangan yang besar dalam kemampuan fisik dan mental kami. Guru yang mengajarkan kami pencak silat berkata bahwa kita tak boleh menggunakan pencak silat untuk merundung orang yang lemah. Mendengar perkataan itu, kami tambah bersemangat untuk menghentikan Rizky yang menggunakan pencak silat untuk merundung murid lain.


Click to View FlipBook Version