KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang dilimpahkannya sehingga Buku Laporan Hasil Penelitian Puslit Gula Jengkol
dapat disusun dengan baik.
Buku laporan hasil penelitian ini merupakan kumpulan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti di Pusat Penelitian Gula Jengkol, mulai dari penelitian
tentang Pemuliaan Tanaman, Kesuburan Tanah dan Perlindungan Tanaman.
Pembuatan buku ini dimaksudkan sebagai upaya Pusat Penelitian Gula
untuk mensoisalisasikan hasil penelitiannya sehingga dapat digunakan oleh
stakeholder guna menjawab permasalahan teknis tanaman tebu serta dapat menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya.
Dukungan dari Manajemen PTPN X menjadi motivasi kami untuk terus
berupaya selalu mengembangkan inovasi dan terobosan baru, untuk memberi
sumbangan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh PTPN X khususnya
di tanaman tebu.
Tidak lupa kami sampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada
semua bapak/ibu peneliti beserta staf di Pusat Penelitian Gula Jengkol, atas usaha
dan kerja kerasnya, sehingga dapat menginisiasi terbitnya buku hasil penelitian ini.
Semoga Buku Hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi PTPN X pada
khususnya dan Industri Gula pada umumnya.
Kediri, Agustus 2022
Tim Penyusun
SELEKSI KLON-KLON HARAPAN SERI JSR 13
HASIL PERSILANGAN TANAMAN TEBU
BERBASIS NIRS (Near Infra Red Spectroscopy)
DI PUSAT PENELITIAN GULA JENGKOL
Alfarina Kardiana Sari1*, Syahrial Koto2, Ign. Hery Krisanto3, Andik Yuliantoro4,
Adam Muradianto5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Pengembangan varietas unggul yang berkelanjutan merupakan salah satu
kunci fundamental dalam peningkatan produktivitas gula, salah satu cara yang
dapat ditempuh adalah dengan melalui kegiatan perakitan varietas secara mandiri.
Sejak tahun 2012, Pusat Penelitian Gula Jengkol telah melakukan perakitan varietas
tanaman tebu (Sacharum officinarum L.) dan telah menghasilkan beberapa klon
harapan yang saat ini klon-klon harapan tersebut telah melalui proses seleksi.
Seleksi tahap II klon-klon seri JSR 13 hasil persilangan dilaksanakan di kebun HGU
C2 Puslit Gula Jengkol pada bulan Maret 2015 s.d Mei 2016 dengan jumlah klon
yang diseleksi sebanyak 643 klon. Metode seleksi yang digunakan adalah seleksi
individu dengan metode NIRS (Near Infra Red Spectroscopy) guna mengetahui
potensi masing-masing klon. Penggunaan secondary method berbasis teknologi
NIRS (Near Infra Red Spectroscopy) mulai diterapkan sejak tahun 2015 guna
mendukung kegiatan seleksi klon-klon yang berjumlah ratusan bahkan ribuan klon.
Untuk mengetahui potensi masing-masing klon dari seri JSR 13 dilakukan analisa
NIRS (Near Infra Red Spectroscopy) sebanyak 4 (empat) kali yaitu pada umur 7
bulan, 10 bulan, 12 bulan dan 14 bulan. Dari hasil seleksi 643 klon telah terpilih 33
klon, dan ada 12 (dua belas) klon yang konsisten menunjukkan potensi yang stabil
di atas kontrol ataupun terus mengalami peningkatan selama 4 (empat) periode
analisa NIRS.
Kata kunci : Tebu, Seleksi, Near Infra Red Spectroscopy
UJI DAYA HASIL LANJUTAN BEBERAPA KLON HARAPAN TEBU
(Saccharum officinarum L.) HASIL PERSILANGAN
DI KEBUN BLIJO, PG WATOETOELIS, SIDOARJO
Alfarina Kardiana Sari1*, Purnomo Aji2, Ign. Hery Krisanto3, Andik Yuliantoro4,
Adam Muradianto5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Rendahnya produktivitas tebu terjadi karena beberapa kendala antara lain
perubahan iklim, penurunan kualitas tanaman akibat serangan hama penyakit dan
pergeseran lahan pengembangan tebu dari lahan sawah ke lahan kering dan
marginal. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tebu adalah
menggunakan varietas unggul yang memiliki potensi produksi dan rendemen
tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas dari klon harapan
tebu JSR 12 dikebun Blijo PG Watoetoelis. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017
sampai dengan bulan Juli 2018 di kebun Blijo PG Watoetoelis Kabupaten Sidoarjo
Jawa Timur yang memiliki tipe tanah Grumosol. Metode penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 16 klon sebagai perlakuan
dengan 3 kali ulangan. Setiap perlakuan ditanam dalam petak dengan ukuran 5 x 10
meter juring dan PKP 1,35 meter. Bahan tanam yang digunakan yaitu 15 klon
harapan hasil persilangan seri JSR 12 dengan Bululawang sebagai varietas
pembanding yang merupakan varietas komersial setempat. Parameter yang diamati
meliputi perkecambahan (%), jumlah batang, tinggi batang (cm), diameter batang
(cm), bobot tebu (ton/ha), rendemen (%) dan hasil hablur (ton/ha). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 10 klon uji yang menunjukkan hasil hablur diatas
varietas pembanding. Tiga klon uji teratas yang unggul terhadap varietas
pembanding yaitu JSR 1205-64, JSR 1205-104 dan JSR 1203-542. Klon JSR 1205-64
menunjukkan hasil hablur tertinggi (18,11 ton/ha) dan berbeda nyata terhadap
varietas pembanding (10,93 ton/ha). Sedangkan Klon JSR JSR 1205-104 (15,59 ton/ha)
dan klon JSR 1203-542 (15,15 ton/ha) menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
terhadap varietas pembanding.
Kata kunci : Saccharum Officinarum, Uji Daya Hasil Lanjutan, Klon Harapan,
Persilangan
PENERAPAN TRASH MANAGEMENT PADA TANAMAN TEBU RATOON
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESUBURAN TANAH DAN
PRODUKTIVITAS TEBU
Sandi Gunawan, Purnomo Aji, Agus Widarto, Misdi
Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
Email : [email protected]
ABSTRAK
Pada umumnya pemeliharaan tanaman tebu keprasan (ratoon) di Indonesia
selalu didahului dengan pembakaran seresah tebu (trash) sisa hasil panen
dikarenakan kesulitan dalam pemeliharaan tanaman selanjutnya apabila seresah
tersebut tidak dibakar. Padahal pembakaran seresah berdampak negatif pada
kesuburan tanah dan produktivitas tanaman tebu dalam jangka panjang. Trash
management merupakan upaya pengelolaan dan pengembalian seresah tebu ke lahan
sebagai sumber bahan organik in situ. Sejak tahun 2015, Pusat Penelitian Gula PT.
Perkebunan Nusantara X terus meneliti dan mengembangkan metode yang efektif
dan aplikatif untuk mengembalikan seresah tebu ke lahan pada kebun tebu yang
dipanen secara manual. Penerapan trash management meliputi : 1. pencacahan
seresah tebu setelah panen menggunakan implemen rotary mulcher/trash shredder
yang bertujuan untuk memperkecil ukuran seresah dan mempercepat laju
dekomposisinya, 2. penataan seresah yang telah dicacah dengan sistem 2-1-2 (2
interrow kosong dan 1 interrow berisi seresah) menggunakan implemen hay rake/
wheel trash rake. Penggunaan metode ini memungkinkan pemeliharaan tanaman
secara mekanis selanjutnya meliputi pemupukan I, pengemburan/penyiangan I,
pemupukan II, dan penggemburan II dapat dilakukan pada baris antar tanaman
tebu (interrow) yang kosong. Pekerjaan penataan seresah dengan sistem 2-1-2 dapat
dihilangkan jika pemupukan secara mekanis menggunakan implemen fertilizer
applicator yang dilengkapi dengan disc coulter. Selain itu, pengembalian seresah tebu
ke lahan memiliki dampak positif bagi kesuburan tanah, meskipun tidak secara
signifikan meningkatkan produktivitas tebu dalam jangka pendek.
Kata kunci : Tebu, Trash Management, Kesuburan Tanah.
PENGAYAAN VINASE DENGAN KONSORSIUM MIKROBA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKTIVITAS
TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)
Sandi Gunawan*, Agus Widarto, Lhaskmi Ermayani, Misdi
Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kec. Plosoklaten, Kab. Kediri 64175
*Penulis korespondensi. E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Vinase merupakan hasil samping dari pabrik bioetanol yang masih
mengandung bahan organik dan unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman. Di
beberapa negara penghasil gula dan bioetanol, vinase telah lama digunakan untuk
pemupukan dan pengairan tanaman tebu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memanfaatkan vinase sebagai medium konsorsium mikroorganisme untuk produksi
pupuk hayati dan mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tebu. Penelitian ini diawali dengan formulasi dan produksi pupuk
hayati vinase di Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan Nusantara X, Kediri.
Percobaan lapang dilaksanakan di kebun B.11, HGU Jengkol, PG Pesantren Baru,
Kediri. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan enam
perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan meliputi P1 (10.000 liter/ha pupuk hayati
vinase + 100% pupuk anorganik), P2 (20.000 liter/ha pupuk hayati vinase + 100%
pupuk anorganik), P3 (30.000 liter/ha pupuk hayati vinase + 100% pupuk
anorganik), P4 (40.000 liter/ha pupuk hayati vinase + 100% pupuk anorganik), P5
(50.000 liter/ha pupuk hayati vinase + 100% pupuk anorganik) dan kontrol (100%
pupuk anorganik). Data dianalisis dengan analisis sidik ragam ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji DMRT tarat 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan pupuk hayati vinase dapat meningkatkan jumlah batang tebu per
hektar pada umur tanaman 6 dan 9 bulan. Selain itu, perlakuan 30.000 liter/ha
pupuk hayati vinase + 100% pupuk anorganik (P3) menghasilkan produktivitas
tebu, produksi hablur serta keuntungan tambahan paling tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya dan kontrol.
Kata kunci : Vinase, Konsorsium Mikroba, Pupuk Hayati, Tebu, Produktivitas
PENERAPAN MINIMUM TILLAGE PRACTICES (MTP) PADA PENANAMAN
TEBU BARU (PLANT CANE) DI HGU PG PESANTEN BARU
Sandi Gunawan*, Agus Widarto, Lhaksmi Ermayani, Misdi
Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kec. Plosoklaten, Kab. Kediri 64175
*Penulis korespondensi. E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Penanaman tebu baru di lahan bekas tanaman tebu (plant cane/walik lubang)
di HGU PG Pesantren Baru biasanya diawali dengan persiapan lahan (land
preparation) meliputi pembongkaran dan penghancuran tunggak/tunggul tanaman
tebu lama (olah tanah I) berupa plow harrow, olah tanah II berupa disc plow dan olah
tanah III berupa harrow. Hal ini tentunya membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan penanaman tebu
baru tanpa pengolahan tanah awal (minimum tillage practices) terhadap pertumbuhan
tanaman tebu dan penurupan harga pokok produksi (HPP) tebu. Percobaan
dilaksanakan di kebun G.28, HGU Jengkol, PG Pesantren Baru, Kediri. Perlakuan
terdiri dari perlakuan minimum tillage practices dan kontrol (penanaman tebu standar
yang didahului pengolahan tanah awal pada seluruh areal penanaman tebu). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa perlakuan minimum tillage practices pada
penanaman tebu baru di lahan bekas tanaman tebu (plant cane/walik lubang)
menghasilkan jumlah batang tebu per hektar yang tidak berbeda jauh dengan
kontrol, bahkan relatif lebih tinggi dibandingkan kontrol. Penghematan biaya yang
dapat dilakukan mencapai Rp. 1.400.000,- per hektar, sehingga berpotensi dapat
menurunkan harga pokok produksi (HPP). Perlakuan minimum tillage practices juga
dapat dilakukan pada penanaman tebu baru di lahan bekas tanaman tebu yang
diberokan (plant cane murni).
Kata kunci : minimum tillage practices, plant cane, walik lubang, tebu, harga pokok
produksi (HPP)
EFEKTIVITAS APLIKASI COTESIA FLAVIPES SEBAGAI MUSUH ALAMI
HAMA PENGGEREK BATANG TEBU (CHILO SACCHARIPHAGUS)
SABAR DWI KOMARRUDIN1), MULIAH2), EKO WIYONO3)
1)2)3)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
ABSTRAK
Bergesernya dominasi spesies penggek batang pada tanaman tebu dari Chilo
auricillius ke Chilo saccharipaghus mengharuskan adanya penambahan musuh alami
untuk mengendalikan hama tersebut. Parasitoid ulat Cotesia flavipes pada penggerek
batang tebu telah diintroduksikan dari PG Jatitujuh ke Pusat Penelitian Gula, PT
Perkebunan Nusantara X pada Bulan Maret tahun 2017. Parasitoid ini
dikembangbiakkan di Laboratorium Hayati, Pusat Penelitian Gula PT. Perkebunan
Nusantara X. Setelah tiga bulan pembiakan di laboratorium, kokon dilepas ke kebun
HGU PG Pesantren Baru, satu bulan kemudian parasiotoid tersebut ditemukan
memparasit hama penggerek batang tebu. Uji efektivitas aplikasi C. flavipes
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan parasitoid
terhadap serangan hama penggerek batang. Penelitian dilakukan dengan Rancangan
Acak Kelompok dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Yaitu T1 (Aplikasi Pias
Trichogramma sp. (50 lbr/ha) dan Pias Cotesia flavipes (8 lbr/ha), T2 (Aplikasi Pias
Trichogramma sp. (50 lbr/ha), dan T3 Kontrol (Tanpa Aplikasi Parasitoid). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa serangan penggerek batang pada umur tebu 9 bulan
paling rendah pada perlakuan T1 yaitu 2,25% dan aplikasi Trichogramma spp
ditambah Cotesia flavipes dapat menurunkan serangan hama penggerek batang
sebesar 3,06 %
Kata Kunci : Chilo saccharipaghus, efektivitas, Cotesia flavipes
UJI KETAHANAN VARIETAS TEBU PERCEPATAN PT PERKEBUNAN
NUSANTARA X TERHADAP HAMA PENGGEREK BATANG TEBU (CHILO
AURICILIUS)
SABAR DWI KOMARRUDIN1) EKO WIYONO2)
1)2)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
ABSTRAK
PT Perkebunan Nusantara X melakukan percepatan pengembangan varietas
tebu sebagai upaya untuk meningkatkan produkstivitas tebu. Salah salu kendala
yang dihadapi adalah adanya hama Penggerek batang. Penggerek batang tebu Chilo
aurichilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae) menyebabkan kerugian cukup penting
pada perkebunan tebu. Alternatif terbaik untuk pengendalian penggerek batang ini
dalam skala luas adalah dengan menggunakan varietas tebu resisten dan
menggunakan musuh alami sebagai agensia hayati. Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk membandingkan bobot larva, bobot kotoran, dan panjang
gerekan penggerek batang tebu berkilat C. auricilius yang hidup pada varietas tebu
JR 01, JR 02, JR 03, VMC 86 550, VMC 71-238 TLH 2, PSJT 95-301, PS 862 dan BL.
Penelitian didahului dengan membiakkan larva C. auricilius di laboratorium, setelah
umur 10 hari larva diinfestasikan ke batang tebu ruas ke-3 dan ke-4. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa varietas tebu percepatan PTPN X relatif lebih tahan terhadap
serangan hama C. auricilius dibandingkan dengan varietas PS 862 sebagai
kontrolnya. Selisih bobot larva, bobot kotoran larva, dan panjang gerekan lebih
tinggi pada ruas ke-4 dibanding ruas ke-3.
Kata Kunci : Chilo aurichilius, ketahanan, produktivitas
PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA PAKAN BUATAN LARVA
CHILO SACCHARIPHAGUS TERHADAP
PERTUMBUHAN JAMUR
SABAR DWI KOMARRUDIN1) EKO WIYONO2)
1)2)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
ABSTRAK
Pada pembiakan parasitoid Cotesia flavipes sebagai musuh alami hama
Penggerek Batang Tebu (Chilo saccharipaghus) menggunakan pakan buatan sebagai
pengganti sogolan tebu. Jamur yang tumbuh pada media pakan buatan meyebabkan
media pakan tidak bisa dipakai lagi. Selain merusak kandungan nutrisi media
pakan, jamur juga menyebabkan pertumbuhan larva terganggu. Penambahan
fungisida diharapkan mampu menekan pertumbuhan jamur yang ada pada media
pakan sehingga pertumbuhan larva juga normal. Penelitian dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. yaitu T1 (Media
Pakan + Fungisida berbahan aktif benomil), T2 (Media Pakan + Fungisida berbahan
aktif flutriafol) dan T3 Kontrol (Media Pakan tanpa penambahan fungisida). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jamur tidak tumbuh pada T1 dan pertumbuhan
larva tidak terpengaruh dengan adanya penambahan fungisida.
Kata Kunci: fungisida, pakan, jamur, Cotesia flavipes , Chilo saccharipaghus
PEMBUATAN PIAS Trichogramma spp. DENGAN METODE KAPSUL
SABAR DWI KOMARRUDIN1) EKO WIYONO2)
1)2)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
ABSTRAK
Parasitoid yang digunakan di PT Perkebunan Nusantara X untuk
mengendalikan hama penggerek tebu salah satunya adalah Trichogramma spp.
Pembiakan masal sudah dilakukan di unit-unit Pabrik Gula. Pembuatan pias
menggunakan kertas manila untuk menempelkan Trichogramma spp. Pemasangan
pias di kebun perlu dievaluasi terutama terhadap persen penetasan Trichogramma
spp. Pembuatan pias metode kapsul diharapkan memudahkan aplikasi pias
Trichogramma spp di kebun dan mampu meningkatkan persen penetasan karena
telur terlindung dari predator. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak
Kelompok dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu T1 (Pembuatan pias dengan
kapsul dari bahan steroform berbentuk bola dengan diameter + 3 cm), T2
(Pembuatan pias dengan kapsul dari bahan limbah kertas berbentuk bola dengan
diameter + 3 cm), dan T3 Kontrol (Pembuatan pias dengan kertas manila ukuran 2x8
cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persen penetasan Trichogramma spp. pada
pias kapsul lebih tinggi dibandingkan pias kertas manila, begitu juga persen
penetasan Trichogramma spp. di laboratorium lebih tinggi dibandingkan di kebun,
serta aplikasi pias kapsul di kebun lebih mudah dibandingkan pias kertas manila.
Kata Kunci: Pias, Trichogramma spp., Kapsul
PERKEMBANGAN Trichogramma spp. DI LABORATORIUM
DAN EVALUASI KEBERADAAN DI LAPANG
SABAR DWI KOMARRUDIN1), MULIAH2), EKO WIYONO3) MUHAMMAD
AZIZ SAIFUDDIN4)
1)2)3)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
4)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
No HP: +6282285288074, Email: [email protected]
ABSTRAK
Pengendalian hayati menggunakan musuh alami yakni Trichogramma spp.
merupakan salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh untuk mengurangi hama
penggerek tebu. Trichogramma spp. merupakan parasitoid telur hama penggerek
tebu. Pengembangan Trichogramma spp. secara massal di laboratorium menggunakan
telur inang alternatif yaitu Corcyra cephalonica. Jumlah telur C. cephalonica yang
terparasit Trichogramma spp. perlu ditingkatkan agar pias yang disebar di lapang
lebih efektif. Diduga generasi tertentu pada Trichogramma spp. di laboratorium
mempengaruhi jumlah telur yang terparasit, sehingga perlu diadakan penelitian
pada generasi berapa Trichogramma spp. dapat memarasit telur C. cephalonica paling
banyak. Kemudian perlu juga mengetahui apakah Trichogramma spp. yang dibiakkan
di laboratorium dapat memarasit telur hama penggerek tebu sesuai yang
diharapkan atau tidak. Ketiga hal tersebut melatarbelakangi diadakannya penelitian
ini. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari
dua faktor. Faktor I adalah Suhu yang terdiri dari 3 taraf yaitu: T1 = 15-20 0C, T2 =
25-30 0C, T3 = 30-35 0C. Faktor II adalah waktu pemaparan yang terdiri dari 3 taraf
yaitu M1 = 48 jam, M2 = 24 jam, M3 = 24 jam hari kedua. Sehingga di dapat 9
kombinasi. Masing masing percobaan akan diulang sebanyak 3 kali ulangan
sehingga di dapat 27 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
terbaik untuk meningkatkan persentase Trichogramma spp. betina adalah 30-35 0C
dengan waktu parasitasi 24 jam hari pertama yakni betina : jantan adalah 54% : 46%.
Tingkat parasitasi terbaik Trichogramma spp. terhadap Corcyra cephalonica di
laboratorium adalah pada generasi ke-5 yakni 91%. Dari 166 butir telur penggerek
pucuk yang ditemukan di lapang terparasit semua dan 40 butir telur diantaranya
muncul parasitoid Telenomus sp.. Sedangkan pada penggerek batang tebu Chilo
sacchariphagus ditemukan dari 116 butir telur dan semuanya muncul parasitoid
Trichogramma spp.
Kata Kunci : Chilo sacchariphagus, Trichogramma spp, Corcyra cephalonica, Suhu, Jam
UJI DOSIS APLIKASI Trichogramma spp. DI KEBUN HGU PABRIK GULA
PESANTREN BARU, PT PERKEBUNAN NUSANTARA X
SABAR DWI KOMARRUDIN1) , MULIAH2), EKO WIYONO3)
1)2)3)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
ABSTRAK
Serangan hama penggerek sangat merugikan petani tebu karena
manyebabkan kematian tanaman. Kerugian secara nyata dapat terjadi jika batang
terserang diatas 10%. Pengendalian hayati hama penggerek dapat dilakukan dengan
pelepasan parasitoid Trichogramma spp. Dosis aplikasi pias Trichogramma spp dikebun
masih berbeda-beda. Diharapkan dengan penelitian ini diketahui dosis yang tepat
untuk aplikasi pias Trichogramma spp. di kebun sehingga dapat optimal dalam
menekan serangan hama penggerek tebu. Penelitian dilakukan dengan Rancangan
Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dengan 3 ulangan. yaitu T1 (Pemasangan pias
Trichogramma spp. dengan dosis T. japonicum 25 lbr/ha dan T. chillonis 25 lbr/ha), T2
(Pemasangan pias Trichogramma spp. dengan dosis T. japonicum 50 lbr/ha dan T.
chilonis 50 lbr/ha), T3 (Pemasangan pias Trichogramma spp. dengan dosis T. japonicum
100 lbr/ha dan T. chilonis 100 lbr/ha), T4 (Pemasangan pias Trichogramma spp. dengan
dosis T. japonicum 200 lbr/ha dan T. chilonis 200 lbr/ha), dan T5 Kontrol (Tidak
dilakukang pemasangan pias Trichogramma spp. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa plot yang tidak diaplikasi pias Trichogramma spp. memiliki persentase
serangan penggerek tertinggi dan diatas ambang ekonomi (<5%). Dosis aplikasi
yang optimal dalam menekan serangan penggerek tebu adalah 100 lembar pias
Trichogramma spp/Ha (+ 200.000 ekor).
Kata Kunci : Dosis, Pias, Trichogramma japonicum, Trichogramma chilonis
KEMITRAAN PABRIK GULA GEMPOLKREP DAN KOPERASI PETANI TEBU
RAKYAT “ROSAN MAKMUR” DALAM PENGEMBANGAN TEBU DI
KECAMATAN MANTUP, KABUPATEN LAMONGAN
SABAR DWI KOMARRUDIN1)
1)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
No HP: +6281333334423, Email: [email protected]
ABSTRAK
Pabrik Gula Gempolkrep, Mojokerto merupakan salah satu Pabrik Gula
terbesar di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara X. Kecamatan Mantup yang
berada di Kabupaten Lamongan merupakan salah satu wilayah binaan PG
Gempolkrep. Keberhasilan Pengembangan Tebu Rakyat adalah bagaimana pihak-
pihak terkait yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat menjalankan peran
untuk meningkatkan produktivitas tebu dan memenuhi pasokan bahan baku gula
yang dibutuhkan pabrik gula. PG Gempolkrep manjalik kemitraan dengan KPTR
Rosan Makmur dalam pengembangan areal tebu di Kecamatan Mantup. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan komparatif. Data diperoleh
dengan wawancara dan penelusuran dokumen, literatur atau laporan-laporan.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui peraan Pabrik Gula dan Koperasi dalam
pengembangan tebu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran PG Gempolkrep
dan KPTR Rosan Makmur dalam pengembangan tebu di Kecamatan Mantup,
Kabupaten Lamongan sangat penting. Kemitraan yang terjalin secara baik dapat
meningkatkan luas areal dan produksi tebu. Begitu juga dalam hal penyaluran
kredit dari bank juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kata kunci : Kemitraan, Peran, PG Gempolkrep, KPTR Rosan Makmur, Tebu
APLIKASI FUNGISIDA UNTUK MENINGKATKAN DAYA
PERKECAMBAHAN BIBIT TEBU DENGAN PERLAKUAN AIR PANAS /
HOT WATER TREATMENT (HWT)
DITA WIDI ATMAJA1), SUDARNO2)
1)2)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perlakuan air panas/Hot water treatment (HWT) pada bibit merupakan salah
satu cara untuk memperoleh bibit tebu yang terbebas dari beberapa jenis penyakit,
antara lain penyakit Ratoon Stunting disease dan smut, tetapi perlakuan HWT dapat
menurunkan daya perkecambahan bibit tebu hingga 20%-30%. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan daya perkecambahan bibit hasil
HWT dengan aplikasi fungisida pada bibit. Percobaan dilakukan di Puslit gula
Jengkol desa Plosokidul kecamatan Plosoklaten kabupaten Kediri,Jawa timur pada
bulan Juli-Agustus 2018.
Penelitian dilakukan dengan membandingkan daya perkecambahan antara
bibit tebu HWT dengan suhu 50°C selama 2 jam dan 55°C selama 30 menit yang
diaplikasi fungisida bahan aktif flutriafol dengan dosis 2 ml/L, bibit tebu HWT
dengan suhu 50°C selama 2 jam dan 55°C selama 30 menit tanpa penyemprotan
fungisida dan bibit tebu tanpa HWT dan aplikasi fungisida.
Pada pengamatan 24 hari setelah tanam bibit tanpa HWT memiliki daya
perkecambahan 100%. Bibit HWT suhu 50°C selama 2 jam tanpa semprot fungisida
memiliki daya perkecambahan 20%, sedangkan Bibit dengan HWT suhu 55°C
selama 30 menit tanpa aplikasi fungisida memiliki daya perkecambahan 7%. Pada
bibit HWT suhu 50°C selama 2 jam dan 55°C selama 30 menit dengan semprot
fungisida memiliki daya perkecambahan masing-masing 73% dan 38%. Perlakuan
air panas dapat menurunkan daya dan kecepatan perkecambahan pada bibit tebu.
Penyemprotan fungisida pada bibit HWT terbukti dapat meminimalkan kematian
akibat penyakit yang disebabkan infeksi jamur.
Kata Kunci : Fungisida, Daya perkecambahan, Tebu, HWT
PENGENDALIAN PENYAKIT LUKA API DENGAN PENYEMPROTAN
FUNGISIDA PADA BIBIT TEBU SEBELUM TANAM
DITA WIDI ATMAJA1), MULIAH2)
1)2)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Penyakit luka api disebabkan oleh jamur Sporisorium scitamineum. Penyakit
ini terus menyebar di Indonesia, pada tahun 2017 tingkat infeksi luka api di wilayah
kerja PTPN X mencapai 27,31% dan terus berkembang hingga saat ini. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan cara pengendalian penyakit luka api yang efektif dan
aplikatif pada tanaman tebu sampai ditemukan varietas tahan luka api. Penelitian
dilakukan pada bulan November 2017 di desa Plosokidul kecamatan Plosoklaten
kabupaten Kediri,Jawa timur. Peneltian terdiri dari 3 perlakuan dengan 1 perlakuan
sebagai kontrol, masing-masing perlakuan sebanyak 3 ulangan. Setiap ulangan
terdiri dari 10 juring dengan panjang 10 meter. Perlakuan berupa aplikasi fungisida
bahan aktif flutriafol dengan cara disemprotkan pada bibit tebu 2 jam sebelum
tanam dengan dosis 1ml/L dan 2 ml/L. Kontrol berupa bibit yang tidak disemprot
fungisida. Semua perlakuan dihitung tingkat infeksi luka api pada setiap bulan
selama 7 bulan. Tanaman dengan perlakuan fungisida dosis 2 ml/liter bebas infeksi
luka api sampai umur 6 bulan, tanaman menunjukan gejala terinfeksi pada umur 7
bulan (1,27%). Pada dosis 1 ml/liter, infeksi luka api terjadi pada umur 4 bulan
(0,37%) hingga menjadi 2,25% pada umur 7 bulan. Pada tanaman kontrol gejala luka
api mulai terlihat pada umur 3 bulan dengan tingkat infeksi 1,08% kemudian naik
sampai 9,98% pada umur 7 bulan. Penyemprotan fungisida flutriafol 2ml/L terbukti
mampu menekan penyebaran penyakit luka api.
Kata Kunci : Tebu, Fungisida, Luka api.
IMPLEMENTASI PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PTPN X UNTUK
MENJAGA KESEIMBANGAN EKOSISTEM DAN MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS
DITA WIDI ATMAJA1)
1)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
PTPN X menerapkan pertanian berkelanjutan dalam rangka mewujudkan
peningkatkan produktivitas secara berkelanjutan sesuai kaidah pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Wujud nyata tersebut antara lain;
¹Menjaga keseimbangan ekositem dalam tanah dengan pengembalian sisa tanaman
seperti seresah, daduk tebu, blotong, abu ketel dan pemberian biokompos untuk
menjaga kesuburan tanah. ²Menerapkan masa tanam optimal dengan harapan
lingkungan dapat memenuhi kebutuhan tanaman secara optimal. ³Penggunaan
agensia hayati Trichograma sp, Cotesia flavipes dan lalat jatiroto untuk mengendalikan
hama penggerek tebu serta metarizium sebagai pengendali uret. ⁴Pengendalian
penyakit dengan menggunakan varietas tahan, tidak menanam varietas rentan
penyakit di daerah endemik penyakit dimaksud, pembibitan berjenjang yang
terencana untuk menjaga kemurnian dan kesehatan bibit, Perlakuan air panas pada
KBN untuk mengeliminasi berbagai penyakit. Pengunaan kebun bibit yang lolos uji
sertifikasi, penghilangan sumber inokulum dengan eradikasi tanaman terinfeksi
penyakit. Perlindungan bahan tanam dengan fungisida hanya pada varietas rentan
didaerah endemik. ⁵Pengendalian gulma diawali pemetaan dan identifikasi gulma
dikebun PTPN X untuk menentukan cara pengendalian. Pengendalian berbagai
gulma merambat berdasarkan siklus waktu berbunga. Penentuan komposisi
maupun dosis herbisida dan waktu aplikasi herbisida yang tepat sehingga
pemakaiannya dapat ditekan serendah mungkin. Langkah-langkah tersebut
merupakan peran PTPN X sebagai bagian dari segitiga ekosistem untuk menjaga
keseimbangan ekosistem sehingga kesuburan tanah, gangguan OPT, dan
pertumbuhan tanaman tebu dapat optimal dalam jangka waktu yang panjang.
Kata kunci : Pertanian berkelanjutan, PTPN X
PENGARUH PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU TERHADAP
KONSISTENSI TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK DAN PENYAKIT
LUKA API DI HAGU PTPN X
DITA WIDI ATMAJA1)
1)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
PTPN X menerapkan pengendalian hama penyakit terpadu di HGU PTPN X
dalam pengendalikan penggerek dan penyakit luka api. Pengendalian penggerek
dilakukan dengan penggunaan agensia hayati Trichograma sp, Cotesia flavipes dan
lalat jatiroto, sedangkan penyakit luka api dilakukan dengan menggunakan varietas
tahan di daerah endemik, pembibitan berjenjang dan terencana, Perlakuan air panas
pada Kebun bibit nenek. Pengunaan bibit lolos uji sertifikasi, dan penghilangan
sumber inokulum dengan eradikasi tanaman terinfeksi. Penelitian ini dilakukan di
kebun F13 HGU PG. Pesantren Baru pada tahun 2016 hingga 2018 dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruh pengendalian hama dan penyakit terpadu terhadap
konsistensi serangan penggerek dan luka api. Monitoring serangan penggerek
dihitung dengan membandingkan batang terserang dengan jumlah total batang
dalam juring sampel sedangkan luka api dengan membandingkan rumpun
terinfeksi dengan jumlah total rumpun. Juring sampel terdiri dari 10 juring yang
dipilih secara acak dengan panjang juring 10 meter. Hasil pengamatan selama 3
tahun mulai tahun 2016 hingga 2017 didapatkan persentase serangan penggerek
batang dan pucuk secara beruntun; 3,68%, 4,6%, 1,4% dan 1,79%, 1,73%, 1,6%
sedangkan infeksi luka api secara beruntun 2,07%, 3,95%, 0,4%. Pengendalian hama
dan penyakit secara terpadu ikut membantu terciptanya keseimbangan ekosistem
sehingga kerugian akibat hama dan penyakit konsisten dibawah ambang batas
ekonomi.
Kata Kunci : Pengendalian hama dan penyakit terpadu, PTPN X
ANALISIS USAHA PEMBUATAN INSECTISIDA SLOW RELEASE YANG
DIAPLIKASIKAN SECARA DIUAPKAN DENGAN BAHAN DASAR EKSTRAK
TEMBAKAU
DITA WIDI ATMAJA1)
1)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Insectisida slow release merupakan produk yang dapat melindungi tanaman
dari hama dengan waktu yang lama. Insectisida ini diaplikasikan dengan cara
diuapkan dengan vaporaiser seperti pada penggunaan obat nyamuk elektrik.
Penggunaan insectisida dengan cara ini merupakan hal baru bagi petani di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi
usaha pembuatan insectisida slow release dari ekstrak tembakau dilihat dari aspek
operasional, produksi, industry, pemasaran, managemen & SDM, teknologi, hukum
dan aspek keuangan. Menciptakan Pestisida nabati yang ramah terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan. Teknik analisis data melalui pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, data kualitatif dibutuhkan untuk aspek non finansial sedangkan
kuantitatif untuk aspek finansial melalui program Microsoft Excel. Teknik
pengumpulan data berupa observasi dan studi literature. Aspek operasional
menunjukan usaha ini layak dilakukan, Analisis pemasaran menunjukkan targeting,
segmentasi, positioning, strategi dan manajemen pemasaran yang baik mendukung
kelayakan usaha ini. Aspek teknologi menunjukkan usaha ini layak dijalankan
karena pembuatan pestisida ini menggunakan teknologi yang sederhana yang
mudah dan murah. Aspek produksi & industri kelayakan dapat disimpulkan dari
bahan baku yang melimpah, target produksi yang mudah dicapai dan belum adanya
pesaing kuat yang memproduksi pestisida sejenis. Aspek managemen & SDM
menunjukan usaha ini layak dilakukan, usaha ini dapat berjalan meskipun dengan
jumlah tenaga kerja relative sedikit serta perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi dapat dilakukan dengan baik. Aspek Hukum dengan
adanya payung hukum Permentan No. 39/permentan/SR.330/7/2015 dan
pembentukan CV sebagai badan usaha maka usaha ini layak dilakukan. Analisis
finansial menunjukan hasil Payback Period (PP) 4 bulan 6 hari, dengan perkiraan
umur usaha selama 10 tahun didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar
41.714.828.004, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 43.31%, B/C ratio 3.66, dan ARR
sebesar 946.22% sehingga dapat disimpulkan usaha ini layak dilakukan.
Kata kunci : studi kelayakan, insektisda slow release, ekstrak tembakau
ANALISIS STUDI KELAYAKAN UKM PEMBUATAN OBAT NYAMUK
ELEKTRIK NABATI DARI EKSTRAK TEMBAKAU
DITA WIDI ATMAJA1)
1)Pusat Penelitian Gula, PT Perkebunan Nusantara X
Jengkol, Plosokidul, Plosoklaten, Kediri 64175, Jawa Timur, Indonesia
Email : [email protected]
ABSTRAK
Ukm pembuatan obat nyamuk elektrik nabati merupakan usaha yang
didirikan untuk menghasilkan produk berupa obat nyamuk elektrik dengan bahan
aktif dari ekstrak daun tembakau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelayakan investasi dalam pendirian ukm pembuatan obat nyamuk elektrik nabati
dari aspek operasional, teknologi, produksi,pemasaran, managemen & SDM, hukum
dan aspek keuangan. Menciptakan obat nyamuk dari bahan alami yang relative
lebih aman dari produk sejenis dari bahan kimia sintetik. Teknik analisis data
melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, data kualitatif dibutuhkan untuk
aspek non finansial, dan kuantitatif dibutuhkan untuk aspek finansial melalui
bantuan komputer program Microsoft Excel. Teknik pengumpulan data berupa
observasi dan studi literature. Aspek operasional menunjukan usaha ini layak
dilakukan, Analisis pemasaran menunjukkan targeting, segmentasi, positioning,
strategi dan manajemen pemasaran yang baik mendukung kelayakan usaha ini.
Aspek teknologi menunjukkan usaha ini layak dijalankan karena pembuatan obat
nyamuk nabati menggunakan teknologi yang sederhana sehingga mudah dan
murah untuk dilakukan. Pada aspek produksi & industri kelayakan dapat
disimpulkan dari bahan baku yang melimpah, target produksi yang mudah dicapai
dan belum adanya pesaing kuat yang memproduksi obat nyamuk alami. Aspek
managemen & SDM menunjukan usaha ini layak dilakukan, usaha ini dapat berjalan
meskipun dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit dan tidak memerlukan banyak
tenaga kerja ahli serta perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
dapat dilakukan dengan baik.. Aspek Hukum dengan adanya payung hukum
Permentan No. 39/permentan/SR.330/7/2015 dan pembentukan CV sebagai badan
usaha maka usaha ini layak dilakukan. Analisis finansial menunjukan hasil Payback
Period (PP) 7 bulan 1 hari, dengan perkiraan umur usaha selama 10 tahun
didapatkan Net Present Value (NPV) sebesar 30.984.680.975, Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 41.57%, B/C ratio 3.03, dan ARR sebesar 783.35% sehingga dapat
disimpulkan usaha ini layak dilakukan.
Kata kunci : studi kelayakan, obat nyamuk elektrik, ekstrak tembakau
RESPON VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP BERBAGAI
DOSIS ZAT PEMACU KEMASAKAN BERBAHAN AKTIF GLIFOSAT
Alfarina Kardiana Sari1*, Purnomo Aji2, Ign. Hery Krisanto3, Andik Yuliantoro4,
Adam Muradianto5, Isda Ilhamsyah6, Sugeng7
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
6,7Quality Assurance On Farm Pabrik Gula Ngadiredjo
Jl. Raya Kras, Dusun Ngrombeh, Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri 64172
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Teknologi zat pemacu kemasakan tebu digunakan untuk memacu
kemasakan tebu khususnya di dalam situasi yang tidak ideal untuk berlangsungnya
proses kemasakan secara alami. Tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui
respon varietas terhadap pemberian berbagai dosis zat pemacu kemasakan berbahan
aktif glifosat. Percobaan dilakukan bulan Mei s.d Juni 2019 di kebun HGU Sumber
Lumbu PG. Ngadiredjo, menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok diulang
3 kali. Varietas tebu yang digunakan adalah Bululawang dan PS 882 dengan 4 dosis
perlakuan ZPK yaitu 0,5 liter/ha; 0,6 liter/ha; 0,7 liter/ha dan kontrol. Dari hasil
analisis ragam brix, pol, HK dan rendemen dapat dilihat bahwa perlakuan
penyemprotan ZPK menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata terhadap kontrol,
demikian pula pada perlakuan beberapa dosis ZPK tidak memberikan pengaruh
yang nyata pada masing-masing varietas. Sedangkan dari hasil analisis ragam faktor
kemasakan varietas Bululawang, menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata antar
perlakuan penyemprotan ZPK dengan tanpa penyemprotan ZPK, demikian pula
antara beberapa dosis perlakuan. Sedangkan pada varietas PS 882, pada saat umur 4
MSP dosis ZPK 0,7 liter/Ha menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap
kontrol, tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan penyemprotan ZPK pada
dosis 0,6 liter/Ha. Dari perlakuan 3 (tiga) aras dosis ZPK yang diberikan,
pengamplikasian ZPK terbaik pada varietas Bululawang ditujukan pada dosis ZPK
0,7 liter/ha, sedangkan varietas PS 882 ditujukan pada dosis ZPK 0,6 liter/Ha yang
secara konsisten dapat meningkatkan nilai brix, pol, HK dan rendemen, serta
mempercepat laju kemasakan paling tinggi apabila dibandingkan dengan perlakuan
dosis yang lain.
Kata kunci : Tanaman Tebu, Zat Pemacu Kemasakan, Glifosat
UJI DAYA HASIL LANJUTAN BEBERAPA KLON HARAPAN TEBU
(Saccharum spp. Hybrid)
Alfarina Kardiana Sari1*, Purnomo Aji2, Ign. Hery Krisanto3, Andik Yuliantoro4,
Adam Muradianto5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Rendahnya produktivitas tebu terjadi karena beberapa kendala antara lain
perubahan iklim, penurunan kualitas tanaman akibat serangan hama penyakit dan
pergeseran lahan pengembangan tebu dari lahan sawah ke lahan kering dan
marginal. Penggunaan varietas unggul yang diimplementasikan dalam program
penataan varietas berdasarkan kesesuaian tipologi lahan, sifat kemasakan, masa
tanam dan masa tebang dapat meningkatkan produksi tebu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui potensi produksi dari varietas introduksi dan klon hasil
persilangan pada beberapa lokasi pengujian. Penelitian dilakukan pada bulan Juni
2018 sampai dengan bulan Juli 2019 pada MT. 2018/2019 di 3 lokasi yaitu kebun
Klinterejo PG Gempolkrep, kebun Godong PG Tjoekir dan kebun Klampisan PG
Pesantren Baru. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok
dengan 3 kali ulangan. Setiap perlakuan ditanam dalam petak dengan ukuran 5 x 8
meter juring dan PKP 1,35 meter. Bahan tanam yang digunakan yaitu varietas
introduksi dari Brazil dan klon hasil persilangan dengan PS 881 dan Bululawang
sebagai varietas pembanding. Parameter pengamatan meliputi perkecambahan (%),
jumlah batang, tinggi batang (cm), diameter batang (cm), bobot tebu (ku/ha),
rendemen (%) dan hasil hablur (ku/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
varietas SP 80-1816 (137,9 ku/ha) dan JSR 1206-152 (136,0 ku/ha) menunjukkan
potensi hablur tertinggi di kebun Klinterejo PG Gempolkrep, varietas SP 80-3280
(158,8 ku/ha) dan JSR 13-2161 (155,5 ku/ha) menunjukkan potensi hablur tertinggi di
kebun Godong PG Tjoekir, sedangkan varietas SP 80-3280 (145,7 ku/ha) dan JSR 13-
2282 (141,1 ku/ha) di kebun Klampisan PG Pesantren Baru.
Kata kunci : Saccharum Hybrid, Uji Daya Hasil Lanjutan, Klon Harapan
PERTUMBUHAN, PRODUKTIVITAS DAN HASIL HABLUR
15 KLON HARAPAN TEBU (Saccharum spp. Hybrid) DI DUA MUSIM TANAM
Alfarina Kardiana Sari1*, Purnomo Aji2, Ign. Hery Krisanto3, Andik Yuliantoro4,
Adam Muradianto5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tebu adalah menggunakan
varietas unggul yang memiliki potensi produksi dan rendemen tinggi. Kegiatan
perakitan varietas untuk mendapatkan varietas unggul baru salah satunya adalah
melalui persilangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas
dari klon harapan tebu hasil persilangan. Penelitian dilakukan pada dua musim
tanam yaitu tanaman plant cane pada bulan Mei 2017 s.d Juli 2018 dan tanaman
ratoon cane pada bulan Juli 2018 s.d Agustus 2019 di kebun Blijo PG Watoetoelis
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur yang memiliki tipe tanah Grumosol dengan jumlah
curah hujan ± 1.548 mm/th. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok yang terdiri dari 16 klon sebagai perlakuan dengan 3 kali ulangan. Setiap
perlakuan ditanam dalam petak dengan ukuran 5 x 10 meter juring dan PKP 1,35
meter. Bahan tanam yang digunakan yaitu 15 klon hasil persilangan dengan
Bululawang sebagai varietas pembanding. Parameter pengamatan meliputi
perkecambahan (%), jumlah batang, tinggi batang (cm), diameter batang (cm), bobot
tebu (ton/ha), rendemen (%) dan hasil hablur (ton/ha). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hablur tiga klon uji teratas pada tanaman plant cane yaitu JSR
1205-64 (21,5 ton/ha), JSR 1205-104 (18,4 ton/ha) dan JSR 1203-542 (17,8 ton/ha)
apabila dibandingkan dengan varietas pembanding (11,3 ton/ha), sedangkan pada
tanaman ratoon cane, hablur tiga klon uji teratas yaitu JSR 1203-542 (9,2 ton/ha), JSR
1205-96 (8,9 ton/ha) dan JSR 1205-64 (8,5 ton/ha) apabila dibandingkan dengan
varietas pembanding (6,7 ton/ha). Klon uji JSR 1205-64 dan JSR 1203-542 konsisten
unggul pada plant cane dan ratoon cane.
Kata kunci : Saccharum Hybrid, Pertumbuhan, Produktivitas, Klon Harapan,
Persilangan
PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK MAKRO MAJEMUK NITRALITE
PADA TANAMAN TEBU
DI WILAYAH KERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X
Sandi Gunawan1*, Purnomo Aji1, Agus Widarto1, Lhaksmi Ermayani1, Misdi1
1Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Penulis korespondensi. E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Pupuk makro majemuk Nitralite merupakan salah satu produk PT. Pupuk
Indonesia (Persero) dengan kandungan hara Nitrogen (N) 25%, Sulfur (S) 9% dan Ca
6% yang berperan sebagai pupuk nitrogen ekonomis alternatif pengganti Urea dan
ZA. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk makro
majemuk Nitralite terhadap produktivitas dan pendapatan usaha tani tanaman tebu.
Percobaan dilaksanakan di kebun TSS I IPL Gebang Malang PG Kremboong,
Kabupaten Sidoarjo dan kebun TST I C.4 Puslit Gula Jengkol, Kabupaten Kediri
pada MT. 2018/2019. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan enam perlakuan dan empat ulangan, yaitu perlakuan P1 : Urea 400
kg/ha + SP 36 300 kg/ha + KCl 200 kg/ha, P2 : NPK 500 kg/ha + ZA 400 kg/ha, P3 :
NPK 500 kg/ha + Nitralite 400 kg/ha, P4 : NPK 500 kg/ha + Nitralite 360 kg/ha, P5 :
NPK 500 kg/ha + Nitralite 320 kg/ha dan P6 : NPK 500 kg/ha + Nitralite 280 kg/ha.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanaman tebu menunjukkan respon positif
terhadap pemupukan Nitralite, sama efektifnya dengan perlakuan pupuk kontrol
(P1 dan P2) dalam mempengaruhi produksi tebu, rendemen dan hasil hablur di
kedua kebun percobaan. Namun aplikasi pupuk Urea 400 kg/ha + SP 36 300 kg/ha +
KCl 200 kg/ha (P1) menghasilkan produktivitas tebu, hasil hablur dan pendapatan
bersih paling tinggi dibanding perlakuan lainnya di kebun TS Gebang Malang, PG
Kremboong, berturut-turut yaitu 110,01 ton tebu/ha, 11,31 ton hablur/ha dan Rp.
61.147.462,-/ha, sedangkan aplikasi pupuk NPK (15-15-15) 500 kg/ha + Nitralite 400
kg/ha (P3) menghasilkan hasil hablur, pendapatan bersih dan rasio R/C paling tinggi
dibanding perlakuan lainnya di kebun C.4 Puslit Gula Jengkol, berturut-turut yaitu
5,20 ton hablur/ha, Rp. 29.146.657,-/ha dan 2,04.
Kata kunci : Uji efektivitas, pemupukan, Nitralite, tebu.
PERCOBAAN DEMONSTRASI :
PENGARUH PUPUK HAYATI MAJEMUK CAIR ENERO (PHE) TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN TEBU
Sandi Gunawan1* dan Purnomo Aji1
1Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Penulis korespondensi. E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Pupuk hayati majemuk cair Enero (PHE) merupakan pupuk hayati berbasis
vinase dan konsorsium mikroorganisme fungsional yang diproduksi oleh PT. Energi
Agro Nusantara. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati
majemuk cair Enero terhadap produktivitas tanaman tebu. Percobaan dilaksanakan
pada skala luas pada musim tanam 2018-2019 di 8 kebun percobaan yaitu 5 kebun di
HGU Jengkol, PG Pesantren Baru dan 3 kebun di HGU Sumber Lumbu, PG
Ngadiredjo. Perlakuan pupuk hayati majemuk cair Enero 30.000 liter/ha ditambah
100% pupuk anorganik dibandingkan terhadap perlakuan kontrol yaitu 100% pupuk
anorganik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati majemuk
cair Enero (PHE) ditambah 100% pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap
populasi tanaman umur 3 BST, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
batang, tinggi batang dan diameter batang umur 6 BST dan 9 BST, produksi tebu,
rendemen dan produksi hablur. Selain itu, rata-rata pendapatan bersih atau sisa
hasil usaha (SHU) di semua kebun percobaan masih menunjukkan kerugian sebesar
Rp. 3.128.338,- per hektar.
Kata kunci : pupuk hayati Enero, tebu, produktivitas, analisis usaha tani.
PRODUKTIVITAS DAN HASIL HABLUR
BEBERAPA KLON TEBU UNGGUL HARAPAN (Saccharum spp. Hybrid)
DI TIGA LOKASI
Alfarina Kardiana Sari1*, Faizal Dony Rifai2, Ign. Hery Krisanto3, Andik Yuliantoro4,
Adam Muradianto5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu usaha dalam peningkatan produksi gula adalah pembentukan
varietas yang berasal dari persilangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui potensi produksi klon tebu unggul harapan di tiga lokasi. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni 2019 sampai dengan bulan Juli 2020 di 3 (tiga) lokasi.
yaitu kebun E.5 HGU Jengkol PG Pesantren Baru, kebun H.8 HGU Onggoboyo PG
Ngadiredjo dan kebun HGU Sambiroto PG Gempolkrep. Bahan tanam yang
digunakan yaitu JSR 13-2015, JSR 13-1260, JSR 13-2161, JSR 13-1354 dengan varietas
pembanding PS 881 dan Bululawang. Metode menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 3 (tiga) kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis ragam pada masing-masing lokasi dan dilanjutkan dengan
analisis ragam gabungan. Jika terdapat pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut
dengan metode uji BNJ pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
tidak ada interaksi genotip dan lingkungan yang nyata, dari empat klon yang diuji
di tiga lokasi menunjukkan bahwa secara rata-rata klon uji JSR 13-2015, JSR 13-1260
dan JSR 13-2161 menunjukkan hasil hablur diatas varietas pembanding Bululawang,
dan tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding PS 881. Varietas uji JSR 13-
2161 memiliki stabilitas yang baik di setiap lokasi pada parameter bobot tebu,
rendemen dan hablur.
Kata kunci : Produktivitas, Klon Harapan, Multilokasi, Interaksi Genotip dan
Lingkungan, Stabilitas
UJI EFIKASI HERBISIDA DENGAN BEBAGAI KOMBINASI BAHAN AKTIF
Faizal Dony Rifai
Email : [email protected]
Jengkol Sugar Research Center, Perkebunan Nusantara X, Ltd.
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
ABSTRAK
Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas tebu yang berakibat
pada rendahnya gula yang dihasilkan adalah persaingan tanaman tebu dengan
gulma. Gulma dianggap mengganggu karena adanya kompetisi antara tanaman
produksi dan gulma dalam mendapatkan nutrisi yang ada didalam tanah.
Pengendalian gulma yang paling efektif yaitu dengan menggunakan herbisida.
Realita di lapangan, gulma yang tumbuh di dekat tanaman pokok jenisnya sangat
banyak dan tidak dapat dibasmi dengan satu jenis hebisida saja. Untuk itu perlu
adanya penggabungan beberapa jenis bahan aktif agar gulma yang jenisnya sangat
banyak tersebut dapat ditekan pertumbuhannya semaksimal mungkin. Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi dosis herbisida dan waktu aplikasi
herbisida yang tepat. Percobaan dilakukan pada bulan Juni s.d Agustus 2020 di
Laboratorium Puslit Gula Jengkol dan di kebun HGU Jengkol PG Pesantren Baru
yaitu kebun A.5, kebun E.12 dan kebun G.30. Metode penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 3x3 perlakuan yakni 3 macam
perlakuan dosis yaitu D0 (Tanpa aplikasi herbisida), D4 (Ametrin 2 l/Ha + 2,4-D 1
l/Ha + Diuron 1 l/Ha (4 l/Ha)) dan D5 (Ametrin 2,5 l/Ha + 2,4-D 1,5 l/Ha + Diuron 1
l/Ha (5 l/Ha)) dan 3 macam perlakuan waktu aplikasi yaitu T7 (7 HST), T14 (14 HST)
dan T21 (21 HST). Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, kombinasi
perlakuan dosis 5 l/Ha (Ametrin 2,5 l/Ha + 2,4-D 1,5 l/Ha + Diuron 1 l/Ha) mampu
menekan pertumbuhan gulma lebih baik dibandingkan dosis 4 l/Ha (Ametrin 2 l/Ha
+ 2,4-D 1 l/Ha + Diuron 1 l/Ha) dan tanpa aplikasi herbisida. Sedangkan waktu
aplikasi herbisida 14 HST dan 21 HST menunjukkan penutupan gulma yang lebih
kecil dibandingkan waktu aplikasi 7 HST.
Kata kunci : Produktivitas, Herbisida, Waktu Aplikasi
UJI COBA PENGGUNAAN DRONE UNTUK PENYEMPROTAN HERBISIDA
DI KEBUN HGU JENGKOL PG PESANTREN BARU
Faizal Dony Rifai
Email : [email protected]
Jengkol Sugar Research Center, Perkebunan Nusantara X, Ltd.
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
ABSTRAK
Lahan HGU PG. Pesantren Baru merupakan lahan kering yang ditanami
tebu. Salah satu masalah utama yang dihadapi pada budidaya tebu lahan kering
adalah gulma. Saat ini teknologi drone sangat berkembang pesat, selain untuk
pemotretan udara, drone dapat digunakan untuk berbagai hal termasuk dalam
aplikasi herbisida. Dengan drone, aplikasi herbisida dalam lahan yang luas dapat
diaplikasikan dalam waktu yang sangat singkat sehingga dapat menghemat waktu
sangat banyak. Uji Coba penggunaan drone untuk penyemprotan herbisida
dilakukan di kebun F1 HGU Jengkol bulan Juli-Agustus 2020 dengan tujuan
mengetahui tingkat kerataan serta dosis herbisida yang tepat untuk pengendalian
gulma dengan menggunakan Drone Spraying dan melihat pengaruh konsentrasi
tinggi larutan murni terhadap main crop (tebu). Penyemprotan herbisida
menggunakan drone ini dilakukan oleh PT. Suka Nusa Indonesia. Alat yang
digunakan yaitu Drone DJI Agras, drone DJI Phantom 3 Pro,meteran, bolpoint,
kertas, patok bambu, tali rafia dan kamera. Bahan yang digunakan adalah Herbisida
bahan aktifAmetrin (Amegrass), 2-4 D (Sidamin), dan Diuron (Sidaron) serta air
sebagai pelarut. Metode penelitian yang digunakan adalah demoplot yang terdiri
dari 3 perlakuan dosis yaitu ; Dosis 100% (2,5 ltr Ametrin+1,5 ltr 2,4-D + 1 kg
Diuron), Dosis 75% (1,875 ltr Ametrin + 1,125 ltr 2,4-D + 0,75 kg Diuron), dan Dosis
50% (1,25 ltr Ametrin + 0,75 ltr 2,4-D + 0,5 kg Diuron). Tiap perlakuan terdiri dari 5
petak pengamatan yangberukuran 1x1 meter. Aplikasi herbisida dilakukan satu kali
ketika tebu berumur 1,5 bulan. Hasil percobaan menunjukan bahwa herbisida dosis
100% (2,5 ltr Ametrin + 1,5 ltr 2,4-D + 1 kg Diuron) menunjukkan hasil yang paling
baik dengan tingkat penutupan gulma paling kecil dibandingkan dosis 75% dan
50%, dan tidak mempengaruhi tanaman utama (main crop), namun hasil semprotan
dengan Drone Spraying kurang merata pada semua perlakuan dosis.
Kata kunci : Drone, Herbisida, Produktivitas
UJI EFEKTIVITAS APLIKASI Trichogramma spp.
MENGGUNAKAN APLIKATOR TSS 10 PADA DRONE
DI KEBUN TS IPL KEBARON PG KREMBOONG
Faizal Dony R.1, Alfarina K. Sari2, Muliah3, Eko Wiyono4,
Samsu Indra Bustami5, Keriyanto6, Soleh7
1,2,3,4Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
5, 6,7Quality Assurance On Farm Pabrik Gula Kremboong
Desa Krembung, Kec. Krembung, Kab. Sidoarjo
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Salah satu pengendalian hama penggerek tebu yang dapat dilakukan dan
yang dinilai paling efektif adalah menggunakan musuh alami (parasitoid) yaitu
Trichogramma spp. Aplikasi parasitoid secara manual dinilai kurang efektif karena
kapasitasnya hanya kecil. Dengan menggunakan drone, diharapkan telur parasitoid
tersebar lebih merata dan dalam waktu yang sangat singkat pada lahan yang luas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan drone untuk
aplikasi Trichogramma spp. dibandingkan dengan cara konvensional (pias lembar)
pada lahan berat di musim penghujan. Penelitian dilakukan pada bulan Februari
sampai Mei 2021 di kebun HGU PG Pesantren Baru. Metode penelitian disusun
menggunakan demoplot, yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu : (P1) Aplikasi pias
lembar dan (P2) Aplikasi Trichogramma spp. dengan menggunakan drone. Aplikasi
pias lembar maupun dengan drone dilakukan setiap minggu selama 10x.
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali mulai 0 sampai dengan 10 Minggu
Setelah Aplikasi (MSA), dengan parameter pengamatan tingkat serangan penggerek
pucuk dan penggerek batang. Tingkat serangan penggerek pucuk perlakuan aplikasi
Trichogramma spp. menggunakan drone pada pengamatan umur 4 MSA sampai
dengan umur 12 MSA, menunjukkan hasil lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
menggunakan aplikasi pias lembaran. Pada umur 10 MSA sampai dengan umur 12
MSA, tingkat serangan penggerek batang pada perlakuan aplikasi Trichogramma spp.
menggunakan drone menunjukkan hasil lebih rendah apabila dibandingkan dengan
menggunakan aplikasi pias lembaran. Aplikasi Trichogramma spp. menggunakan
drone akan lebih efektif diaplikasikan pada kondisi lahan ringan (jenis lahan
berpasir) maupun di lahan berat (jenis lahan berlempung) yang dilakukan pada
musim kemarau.
Kata kunci : Tanaman Tebu, Parasitoid, Trichogramma, Drone, Penggerek
UJI EFIKASI HERBISIDA BERBAHAN AKTIF DIURON MEREK KARMEX
DI KEBUN PUSAT PENELITIAN GULA PT PERKEBUNAN NUSANTARA X
Faizal Dony R.1, Alfarina K. Sari2, Muliah3, Sudarno4,
1,2,3,4Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, karena tebu adalah tanaman penghasil gula dan menjadi salah satu
komoditas pangan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu
faktor penyebab rendahnya produktivitas tebu adalah persaingan tanaman tebu
dengan gulma. Hal ini terjadi karena tanaman tebu dan gulma mengalami
persaingan dalam mencari air, memperebutkan unsur hara dan sinar matahari.
Pengendalian gulma dilakukan dengan berbagai cara seperti pengendalian secara
kimiawi dan mekanis. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan Herbisida. Ketersediaan herbisida di lapangan terkadang tidak sesuai
dengan kebutuhan. Untuk itu perlu adanya penggantian herbisida yang dapat
menggantikan herbisida yang tidak tersedia. Tujuan percobaan adalah untuk
mengetahui efektivitas dari herbisida yang akan digunakan untuk menangani
gulma. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
diulang sebanyak 3 kali dengan 10 macam perlakuan dosis. Angka % penutupan
gulma digunakan sebagai indikator pertumbuhan gulma yang mempengaruhi
tanaman utama. Baik pada perlakuan herbisida tunggal maupun perlakuan
herbisida ganda, menunjukkan hasil bahwa perlakuan Karmex 80 WP dengan dosis
1,5 kg/Ha mampu menekan gulma lebih baik. Sedangkan pada perlakuan kombinasi
3 jenis herbisida, pada kombinasi dengan Karmex menujukkan penekanan
pertumbuhan gulma lebih baik dibandingkan dengan kombinasi dengan diuron
yang biasa dipakai oleh PTPN X.
Kata kunci : Tebu, Gulma, Herbisida, Diuron.
PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN BERDASARKAN
NOMOGRAF ANALISIS TANAH TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN TEBU
Sandi Gunawan1, Faizal Dony R.2, Alfarina K. Sari3, Agus Widarto4, Misdi5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Pemenuhan nutrisi tanaman melalui pemupukan menjadi faktor yang
penting terhadap produktivitas tanaman. Saat ini, pemupukan yang dilakukan oleh
petani berdasarkan paket pupuk dan mengikuti anjuran hasil analisa tanah. Cara ini
tidak memperhitungkan jumlah unsur hara yang terkandung dalam tanah, padahal
tanah mengandung unsur hara yang sangat bervariasi. Salah satu unsur hara yang
penting dalam produktivitas dan pembentukan gula/rendemen adalah nitrogen (N).
Percobaan dilakukan di kebun K.6 HGU Sumber Lumbu, PG Ngadiredjo pada bulan
Juli MT.2020/2021 dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang terdiri dari 6 perlakuan, dengan 4 kali ulangan. Adapun perlakuan pemberian
pupuk anorganik N sesuai Nomograf, dilakukan penambahan dosis sebanyak 10-
50% dari total hasil analisa. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan
dosis pupuk N berdasar analisa nomograf antara 20% s.d 50% dapat memberikan
hasil bobot tebu dan hablur yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.
Perlakuan P2 (penambahan dosis pupuk N hasil nomograf + 20%) memberikan nilai
tambah yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 11.263.640,- atau setara dengan 95,1%.
Kata kunci : Nitrogen, Nomograf, Produktivitas, Tebu
PENENTUAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI
TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN TEBU
Sandi Gunawan1, Faizal Dony R.2, Alfarina K. Sari3, Agus Widarto4, Misdi5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
Penggunaan pupuk anorganik secara berlebih dan terus menerus dapat
mengganggu keseimbangan tanah, menurunkan kesuburan tanah, dan akhirnya
menurunkan hasil panen/produksi tanaman. Akibat dari kondisi tersebut maka
perlu dicari solusi yang dapat memperbaiki kualitas tanah yang telah menurun.
Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu alternatif yang dapat mengatasi
permasalahan tersebut, dan akan meningkatkan ketersediaan bahan organik dalam
tanah. Bahan organik tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesuburan kimia, fisika dan fisiko kimia serta biologi tanah, yang
akan menentukan produktivitas tanaman dan keberlanjutan penggunaan lahan
untuk pertanian. Percobaan dilakukan di kebun Soko.1 HGU Ngusri, PG
Ngadiredjo, Kabupaten Blitar pada bulan Juli MT. 2020/2021, menggunakan metode
rancangan acak kelompok (RAK) dengan menggunakan 6 perlakuan x 4 ulangan,
masing-masing plot terdiri dari 8 juring @ 8 meter. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa dengan penggunaan penambahan kompos PG dan pupuk kompos kandang
sapi dapat meningkatkan produktivitas tanaman tebu dan produksi hablur/gula per
hektar dibanding tanpa penambahan kompos. Perlakuan penambahan pupuk
kompos kandang sapi 5 ton/ha (P2) menunjukkan nilai tambah yang paling tinggi
yaitu sebesar Rp. 5.960.000,- atau setara dengan 87,65%.
Kata kunci : Kompos, Pupuk Kandang Sapi, Produktivitas, Tebu
PENGARUH APLIKASI DOLOMIT
TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN TEBU
Sandi Gunawan1, Faizal Dony R.2, Alfarina K. Sari3, Agus Widarto4, Misdi5
1,2,3,4,5Pusat Penelitian Gula, PT. Perkebunan Nusantara X
Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri 64175
*Email : [email protected]
ABSTRAK
PT. Perkebunan Nusantara X memiliki HGU seluas ± 3500 Ha yang dikelola
oleh PG Pesantren Baru dan PG Ngadiredjo, Kediri. Berdasarkan data hasil analisis
pH tanah HGU PG Pesantren Baru, Kediri tahun 2019, dari 51 kebun yang dianalisis,
13,73% atau 7 kebun termasuk kategori masam (pH < 5,5) dan 44 kebun atau 86,27%
termasuk kategori agak masam (pH 5,5 - 6,5), hal ini tentunya akan berpengaruh
terhadap penyerapan unsur hara dan produktivitas tanaman. Salah satu upaya
untuk menaikkan pH tanah, menurunkan kandungan atau kejenuhan Al,
meningkatkan kandungan Ca dan/atau Mg, serta perbaikan ketersediaan P adalah
dengan pemberian amelioran seperti kapur pertanian, gypsum dan dolomit. Oleh
karena itu, perlu diuji coba aplikasi dolomit pada kebun yang memiliki pH
rendah/masam di HGU PTPN X salah satunya HGU Jengkol, PG Pesantren Baru
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pH tanah dan produktivitas tanaman
tebu. Percobaan aplikasi dolomit dilaksanakan di kebun A.4 HGU Jengkol PG
Pesantren Baru pada bulan Juni s.d Juli MT.2020/2021 dengan kategori tanaman
pertama (Plant Cane) dan kondisi pH tanah kebun < 5,5. Penggunakan pupuk
Dolomit 2 ton/ha (P2) menghasilkan hablur/gula lebih tinggi dibandingkan kontrol
dan perlakuan lainnya dengan selisih tambahan mencapai 1,27 ton hablur/gula per
hektar atau setara dengan Rp. 6.711.810,-(53%) per hektar.
Kata kunci : Dolomit, pH tanah, Produktivitas, Tebu