D. Dinamika Kependudukan di Indonesia
Indikator Pencapaian Kompetensi Tujuan Pembelajaran
1. membandingkan jumlah penduduk Indonesia di antara Melalui kegiatan berbagai kegiatan pembelajaran berupa
tanya jawab, ceramah, diskusi, dan presentasi siswa dapat:
penduduk negara lainnya di dunia; 1. membandingkan jumlah penduduk Indonesia di antara
2. menjelaskan pola sebaran penduduk Indonesia;
3. menjelaskan komposisi penduduk Indonesia menurut penduduk negara lainnya di dunia;
2. menjelaskan pola sebaran penduduk Indonesia;
usia; 3. menjelaskan komposisi penduduk Indonesia menurut
4. menjelaskan komposisi penduduk Indonesia menurut
usia;
jenis kelamin; 4. menjelaskan komposisi penduduk Indonesia menurut
5. menjelaskan perkembangan angka pertumbuhan
jenis kelamin;
penduduk Indonesia; 5. menjelaskan perkembangan angka pertumbuhan
6. menjelaskan kualitas penduduk Indonesia;
7. menunjukkan keragaman rumah adat di Indonesia; penduduk Indonesia;
8. menunjukkan keragaman pakaian adat di Indonesia; 6. menjelaskan kualitas penduduk Indonesia;
9. menunjukkan keragaman tarian di Indonesia; 7. menunjukkan keragaman rumah adat di Indonesia;
10. menyajikan hasil diskusi tentang dinamika 8. menunjukkan keragaman pakaian adat di Indonesia;
9. menunjukkan keragaman tarian di Indonesia;
kependudukan Indonesia dalam bentuk lisan maupun 10. menyajikan hasil diskusi tentang dinamika
tulisan
kependudukan Indonesia dalam bentuk lisan maupun
tulisan
Ringkasan Materi
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami perubahan. Perubahan jumlah penduduk dari waktu ke
waktu disebut Dinamika Penduduk. Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah
penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah
tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia saat ini sedang
menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari usia tidak
produktif, yakni lebih dari 68% dari total populasi.
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun
mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035.
Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2010-2035
menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2030-2035 laju pertumbuhan
penduduk turun dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan
oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian. Tingkat penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada
tingkat penurunan karena kematian. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) turun dari sekitar 21,0
per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 14,0 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi,
sedangkan Angka Kematian Kasar (Crude Dead Rate/CDR) naik dari 6,4 per 1000 penduduk menjadi 8,8 per
1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Jumlah Penduduk Indonesia Hasil Sensus Tahun 2010
No Provinsi Jumlah Penduduk %
1 Aceh 4,494,410 1.89%
2 Sumatera Utara 12,982,204 5.46%
3 Sumatera Barat 4,846,909 2.04%
4 Riau 5,538,367 2.33%
5 Jambi 3,092,265 1.30%
6 Sumatera Selatan 7,450,394 3.13%
7 Bengkulu 1,715,518 0.72%
8 Lampung 7,608,405 3.20%
9 Kepulauan Bangka Belitung 1,223,296 0.51%
10 Kepulauan Riau 1,679,163 0.71%
11 DKI Jakarta 9,607,787 4.04%
12 Jawa Barat 43,053,732 18.12%
13 Jawa Tengah 32,382,657 13.63%
14 DI Yogyakarta 3,457,491 1.45%
15 Jawa Timur 37,476,757 15.77%
16 Banten 10,632,166 4.47%
17 Bali 3,890,757 1.64%
18 Nusa Tenggara Barat 4,500,212 1.89%
19 Nusa Tenggara Timur 4,683,827 1.97%
20 Kalimantan Barat 4,395,983 1.85%
21 Kalimantan Tengah 2,212,089 0.93%
22 Kalimantan Selatan 3,626,616 1.53%
23 Kalimantan Timur 3,553,143 1.50%
24 Sulawesi Utara 2,270,596 0.96%
25 Sulawesi Tengah 2,635,009 1.11%
26 Sulawesi Selatan 8,034,776 3.38%
27 Sulawesi Tenggara 2,232,586 0.94%
28 Gorontalo 1,040,164 0.44%
29 Sulawesi Barat 1,158,651 0.49%
30 Maluku 1,533,506 0.65%
31 Maluku Utara 1,038,087 0.44%
32 Papua 2,833,381 1.19%
33 Papua Barat 0.32%
760,422 100.00%
Indonesia 237,641,326
2. Pertumbuhan Penduduk
a. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk adalah bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah yang disebabkan
oleh kelahiran, kematian, dan migrasi.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pendudukan dibedakan menjadi dua :
1) Faktor demografi, terdiri atas kelahiran, kematian, dan migrasi
2) Faktor non demografi, yaitu kesehatan dan pendidikan
Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pertumbuhan penduduk alami dan
pertumbuhan penduduk total.
1) Pertumbuhan Penduduk Alami (Natural Population Increase), yaitu : pertumbuhan penduduk yang
diperoleh dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian.
Rumus : T=L–M
Keterangan :
T = Jumlah pertumbuhan penduduk per tahun atau angka pertumbuhan penduduk
L = Jumlah kelahiran pertahun atau angka kelahiran pertahun
M = Jumlah kematian pertahun atau angka kematian pertahun
2) Pertumbuhan Penduduk Total (Total Population Increase), yaitu : pertumbuhan penduduk yang
dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan kematian ditambah dengan selisih imigrasi dengan
emigrasi.
Rumus : T = (L – M) + (I – E)
Keterangan :
T = Jumlah pertumbuhan penduduk pertahun atau angka pertumbuhan penduduk
L = Jumlah kelahiran per tahun
M = Jumlah kematian per tahun
I = Jumlah imigrasi atau angka migrasi masuk per tahun
E = Jumlah emigrasi atau angka migrasi keluar per tahun
Penggolongan angka pertumbuhan penduduk :
1) Pertumbuhan penduduk rendah = kurang dari 1%
2) Pertumbuhan penduduk sedang = 1% – 2%
3) Pertumbuhan penduduk tinggi = lebih dari 2%
b. Kelahiran / Natalitas / Fertilitas
Kelahiran merupakan salah satu unsur kependudukan yang bersifat menambah jumlah penduduk.
Kelahiran adalah kemampuan seorang wanita melahirkan yang tercermin dalam jumlah bayi yang
dilahirkan. Kelahiran bayi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : lahir hidup dan lahir mati.
Faktor pendukung kelahiran (Pro Natalitas) adalah sebagai berikut :
1) Kawin usia muda
2) Adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, misalnya :
- adanya anggapan banyak anak banyak rejeki
- anak sebagai penentu status sosial keluarga
- perasaan tersiksa apabila tidak mempunyai anak
- anak dapat membantu orang tua bekerja
3) Rendahnya tingkat kesehatan mengakibatkan banyak anak yang meninggal, sehingga orang tua
cenderung memilih untuk mempunyai banyak anak.
Faktor penghambat kelahiran (Anti Natalitas) adalah sebagai berikut :
1) Pelaksanaan program keluarga berencana
2) Penundaan usia kawin
3) Adanya Undang-Undang Perkawinan yaitu UU No. 1 Tahun 1974
4) Adanya pembatasan tunjangan anak bagi pegawai negeri
5) Adanya anggapan bahwa anak merupakan beban tanggungan orang tua
6) Bertambah jumlah wanita yang bekerja (banyak wanita karier)
Angka kelahiran dapat dihitung melalui beberapa cara, antara lain:
1) Angka Kelahiran Kasar
Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate atau CBR) adalah jumlah bayi yang lahir hidup dari setiap
1000 penduduk dalam waktu satu tahun.
Keterangan :
x k B = jumlah kelahiran hidup (birth)
P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun
k = angka tetap atau konstan yaitu 1000
Untuk menentukan tinggi rendahnya angka kelahiran digolongkan sebagai berikut :
a) Tinggi apabila angka kelahiran lebih dari 30.
b) Sedang apabila angka kelahiran antara 20 – 30.
c) Rendah apabila angka kelahiran kurang dari 20.
2) Angka Kelahiran Menurut Umur (ASBR = Age Specific Birth Rate)
ASBR adalah angka yang menunjukkan jumlah kelahiran setiap 1000 wanita golongan umur tertentu
per tahun.
Keterangan :
B = jumlah anak lahir dari wanita umur x
P = jumlah wanita pada sekelompok umur x (kelompok umur lima
tahunan atau sepuluh tahunan (20 – 24, 25 – 29, 30 – 34 dan
seterusnya)
k = Konstanta (1000)
c. Kematian (Mortalitas)
Pengukuran kematian dapat digunakan dengan angka kematian kasar dan angka kematian menurut
umur.
1) Angka Kematian Kasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate atau CDR) ialah jumlah kematian tiap 1000 penduduk
dalam satu tahun.
Keterangan :
x k D = jumlah kematian (death)
P = jumlah penduduk (population) pada pertengahan tahun
K = angka tetap atau konstan yaitu 1000
Penggolongan angka kematian adalah sebagai berikut :
a) Tinggiangka kematian lebih dari 20
b) Sedangangka kematian antara 10 – 20
c) Rendahangka kematian kurang dari 10
Faktor Penunjang Kematian (Pro Mortalitas) :
a) Fasilitas kesehatan yang belum memadai, misalnya kurangnya rumah sakit, tenaga medis
(dokter, perawat, bidan).
b) Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
c) Keadaan gizi yang rendah
d) Bencana alam, misalnya banjir, gunung meletus dan gempa bumi
e) Peperangan, wabah penyakit, kecelakaan lalu lintas
Faktor Penghambat Kematian (Anti Mortalitas) :
a) Fasilitas yang lengkap dan modern
b) Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap kesehatan
c) Lingkungan yang sehat
d) Keadaan gizi yang tinggi
e) Negara dalam keadaan damai
2) Angka Kematian Menurut Umur (ASDR)
Angka Kematian Menurut Umur adalah banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu setiap
seribu penduduk dalam kelompok umur yang sama.
Keterangan :
Dx = Jumlah kematian dalam kelompok umur x (0 – 14, 15 – 19 dan
seterusnya)
Px = Jumlah penduduk kelompok umur x
K = Konstanta (1000)
3. Kepadatan Penduduk, Persebaran Penduduk dan Ledakan Penduduk
a. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk tiap-tiap daerah tidak sama. Untuk mengetahui kepadatan penduduk suatu daerah
harus membandingkan jumlah penduduk dengan luas daerah tersebut.
Ada dua jenis kepadatan penduduk, yaitu kepadatan penduduk aritmatik dan kepadatan penduduk
agraris.
1) Kepadatan Penduduk Aritmatik (KPA)
Kepadatan Penduduk Aritmatik (KPA) adalah jumlah penduduk pada setiap wilayah dalam 1 km².
2) Kepadatan Penduduk Agraris (KPAg)
Kepadatan Penduduk Agraris (KPAg) adalah jumlah penduduk dibagi luas lahan pertanian.
3) Kepadatan Penduduk Fisiologis (KPF)
Kepadatan penduduk fisiologis (KPF) yaitu jumlah rata-rata penduduk petani setiap km2.
Faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk suatu daerah antara lain :
a. Tingkat kelahiran tinggi
b. Keadaan tanah yang subur
c. Relief yang baik
d. Keadaan air yang baik
e. Pusat pemerintahan
f. Pusat pendidikan
g. Pusat kegiatan ekonomi
Kepadatan penduduk Indonesia pada tahun 2000 sebesar 108 jiwa/km². Pada tahun 2000
kepadatan tertinggi berada di pulau Jawa, besarnya sekitar 838 jiwa/km².
Data kepadatan penduduk Indonesia dari tahun 2009-2015 adalah sebagai berikut:
No Provinsi Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
2009 2010 2013 2014 2015
1. DKI Jakarta 12.459 14.518 15.015 15.173 15.328
2. Jawa Barat 1.124 1.222 1.282 1.301 1.320
3. Banten 1.085 1.106 1.185 1.211 1.237
4. DI Yogyakarta 1.118 1.107 1.147 1.161 1.174
5. Jawa Tengah 1.002 989 1.014 1.022 1.030
6. Jawa Timur 798 786 803 808 813
7. Bali 652 676 702 710 718
8. NTT 225 243 254 257 260
9. Kep. Riau 187 206 227 234 241
10. Lampung 199 220 229 232 234
Sumber : https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/842
b. Persebaran Penduduk
Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau
negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak. Persebaran penduduk yang tidak merata
merupakan salah satu permasalahan penduduk di Indonesia. Permasalahan penduduk itu terlihat dari
kepadatan penduduk yang tidak seimbang antara pulau satu dengan pulau yang lain dan antarapropinsi
satu dengan propinsi yang lain.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata.
Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu
kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun, secara perlahan persentase
penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 57,4 persen pada tahun 2010
menjadi 54,7 persen pada tahun 2035. Sebaliknya persentase penduduk yang tinggal di pulau-pulau lain
meningkat, seperti, Pulau Sumatera naik dari 21,3 persen menjadi 22,4 persen, Kalimantan naik dari 5,8
persen menjadi 6,6 persen pada periode yang sama. Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut
memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke
pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi dan komposisi penduduk.
Persebaran penduduk yang tidak merata dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya:
1) Luas tanah pertanian semakin sempit, sehingga produksi pertanian menurun.
2) Kelebihan tenaga kerja sehingga jumlah pengangguran meningkat.
3) Kurangnya fasilitas sosial misalnya sekolah dan rumah sakit.
4) Tanahnya tidak dapat diolah karena kekurangan tenaga kerja.
5) Banyak sumber alam yang belum dapat digali.
Upaya pemerintah dalam mengurangi kepadatan penduduk yang tinggi
1) Melaksanakan program Keluarga Berencana.
2) Melaksanakan program transmigrasi
3) Pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia dalam segala aspek kehidupan
c. Ledakan Penduduk
Jumlah penduduk suatu daerah atau negara selalu berubah-ubah. Perubahan jumlah penduduk
tersebut ada yang berlangsung secara lambat namun ada pula yang berlangsung secara cepat dan
berlipat ganda. Pertambahan penduduk secara berlipat ganda dan terjadi secara cepat karena kelahiran
lebih tinggi dari angka kematian disebut ledakan penduduk.
Akibat ledakan penduduk bagi negara maupun penduduknya akan menyebabkan negara-negara
dan penduduk mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan, kualitas penduduk menjadi rendah, terjadi
pencemaran lingkungan, lambatnya kemajuan ekonomi, dan peningkatan angka pengangguran.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah ledakan penduduk adalah:
1) Menggalakan dan menggiatkan program KB
2) Memberikan penyuluhan pendudukan kepada berbagai lapisan masyarakat
3) Pemberian alat kontasepsi gratis
4) Penyebaran bidan dan tenaga medis sampai ke pelosok desa
4. Komposisi Penduduk dan Piramida Penduduk
a. Komposisi Penduduk
Komposisi Penduduk adalah susunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Misalnya menurut jenis kelamin, pendidikan, mata pencaharian, agama dan tempat tinggal.
Komposisi penduduk diperlukan dalam suatu negara karena dapat digunakan untuk: mengetahui sumber
daya manusia menurut umur atau jenis kelamin, mengambil suatu kebijakan yang berhubungan dengan
kependudukan, membandingkan keadaan penduduk dengan penduduk yang lain, menentukan dana
perencanaan pembangunan.
1) Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut umur adalah pengelompokan penduduk berdasarkan umur tertentu.
Misal : 0 – 4 tahun, 5 – 9 tahun, 10 – 14 tahun, 15 – 19 tahun dan seterusnya.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah pengelompokan penduduk berdasarkan jenis
kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
Data tentang komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digunakan untuk :
a) Menghitung angka beban tanggungan (Dependency Ratio).
b) Menghitung rasio jenis kelamin (Sexual Ratio).
c) Membuat dasar perencanaan di bidang pendidikan.
d) Memperkirakan lapangan kerja yang diperlukan.
e) Memperkirakan jumlah kelahiran di waktu yang akan datang.
2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dikelompokkan menjadi penduduk yang
buta huruf dan penduduk yang melek huruf. Penduduk yang melek huruf dapat dikelompokkan lagi
menjadi menurut tingkat pendidikannya yaitu kelompok tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD,
tamat SMP, tamat SMA, tamat Akademi/Perguruan Tinggi.
Data tentang komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat digunakan untuk:
a) Membantu pemerintah dalam menganalisis kemajuan penyelenggaraan pendidikan
b) Mengetahui kemajuan sumber daya manusia yang ada di suatu wilayah
c) Mengetahui penguasaan IPTEK dari sumber daya manusia
b. Piramida Penduduk
Piramida penduduk pada dasarnya merupakan bentuk penyajian data kependudukan (jenis
kelamin dan kelompok umur) antara dua grafik batang yang digambarkan secara berlawanan arah
dengan posisi horizontal.
Penggambaran piramida penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak
lurus, sumbu vertikal menggambarkan kelompok umur penduduk mulai 0 - 4 tahun hingga umur tertentu
(> 65 tahun atau > 75 tahun); sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk tertentu,
baik absolut ataupun relatif (dalam %). Sayap sebelah kiri piramida menggambarkan jumlah penduduk
laki-laki, sedangkan sayap sebelah kanan piramida menggambarkan jumlah penduduk perempuan.
Berdasarkan bentuknya, piramida penduduk dapat dibedakan menjadi piramida penduduk
ekspansif, konstruktif, dan stasioner.
1) Piramida Penduduk Muda (Expansive) Piramida ini berbentuk
seperti limas, ditandai oleh jumlah penduduk usia muda lebih
besar dari pada usia tua. Angka kelahiran tinggi dan angka
kematian rendah. Sehingga jumlah penduduk terus bertambah.
Contohnya : Indonesia dan negara-negara sedang
berkembang.
Skema bentuk piramida ekspansif
2) Piramida Penduduk Tetap (Stationer)
Piramida ini berbentuk seperti granat menggambarkan jumlah
usia muda seimbang dengan usia tua. Angka kelahiran rendah
dan angka kematian rendah sehingga jumlah penduduk tetap.
Contoh : negara Swedia.
Skema bentuk piramida stasioner
3) Piramida Penduduk Tua (Countrictive)
Piramida penduduk ini berbentuk seperti batu nisan,
menggambarkan jumlah penduduk usia dewasa yang banyak.
Sedangkan usia muda sedikit, jumlah penduduk terus
berkembang karena angka kematian lebih besar daripada
angka kelahiran. Contohnya : Amerika Serikat.
Skema bentuk piramida konstruktif
Piramida penduduk Indonesia termasuk tipe ekspansive. Ini tercermin dari pola piramida yang melebar
di bagian bawah dan cembung di bagian tengah yang merupakan penduduk usia muda. Sementara di bagian
atas yang merupakan penduduk usia tua meruncing. Dengan jumlah penduduk usia 0-4 tahun yang
terbanyak, yakni mencapai 23,85 juta.
Hasil proyeksi Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada 2017
sebanyak 261,89 juta. Angka tersebut terdiri dari penduduk laki-laki 131,58 juta jiwa sementara penduduk
wanita 130,31 juta jiwa. Adapun rasio penduduk Indonesia menurut jenis kelamin sebesar 101, artinya di
antara 100 perempuan terdapat 101 laki-laki. Sebagai informasi, laju pertumbuhan penduduk periode 2010-
2017 sebesar 1,34 persen, lebih rendah dari periode 2000-2010 yang mencapai 1,49. Sementara rasio
ketergantungan penduduk pada 2017 sebesar 48,1 turun dari posisi 2016 sebesar 51,3. Artinya, setiap 100
penduduk usia produktif menanggung penduduk usia non produktif sekitar 48-49 orang.
5. Rasio Jenis Kelamin, Angka Beban Ketergantungan dan Angka Harapan Hidup
a. Rasio Jenis Kelamin (Sexual Ratio)
Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya penduduk
perempuan pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk
laki-laki per 100 perempuan.
b. Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio)
Angka Beban Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang
yang termasuk usia tidak produktif (usia 0 – 14 tahun dan usia 54 tahun ke atas) dengan banyaknya
orang yang termasuk usia produktif (usia 15 – 64 tahun).
c. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup / Daftar Kemungkinan Hidup / Mati adalah suatu daftar yang pada tiap-tiap
umur memberikan kemungkinan hidup dan mati yang tergolong dalam umur tersebut. Angka kematian
bayi dapat digunakan untuk perkiraan usia harapan hidup. Angka harapan hidup diperkirakan dengan
menggunakan tabel standar yaitu tabel kematian (Life table). Tabel harapan hidup merupakan alat untuk
menjelaskan harapan hidup seseorang dibandingkan dengan kelompok penduduk bangsa di negaranya
atau bangsa di negara lain. Tabel harapan hidup akan menunjukkan beberapa tahun bayi yang baru lahir
diharapkan dapat hidup (untuk mencapai umur rata-rata). Beberapa tahun lagi orang yang berumur 20
tahun dapat diharapkan hidup untuk mencapai umur rata-rata penduduk. Keterangan-keterangan
semacam ini penting bagi asuransi jiwa untuk menetapkan jenis premi bagi seseorang.
Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (e0) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering
dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Dengan asumsi kecenderungan IMR
menurun serta perubahan susunan umur penduduk seperti telah diuraikan di atas, maka harapan hidup
penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi
72,2 tahun pada periode 2030-2035. Dalam Tabel 3.9 juga terlihat bahwa variasi harapan hidup menurut
provinsi tidak terlalu besar pada awal tahun proyeksi, angka harapan hidup terendah 62,8 tahun untuk
Sulawesi Barat dan tertinggi 74,3 tahun untuk DI Yogyakarta. Pada akhir periode proyeksi variasi itu
menjadi berkisar antara 66,8 tahun dan 75,4 tahun untuk provinsi-provinsi yang sama seperti pada awal
proyeksi.
Proyeksi angka harapan hidup tahun 2010 – 2035
No Tahun Angka Harapan Hidup
1. 2010-2015 (2012) 70,1
2. 2015-2020 (2017) 70,9
3. 2020-2025 (2022) 71,5
4. 2025-2030 (2027) 72,0
5. 2030-2035 (2032) 72,2
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
Tugas Proyek
Petunjuk Kerja:
1. Buatkah kelompok masing-masing 4 anak
2. Carilah data jumlah penduduk Indonesia yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
sesuai kelompok umur tahun 2019 di situs atau web BPS
3. Catatlah data tersebut
4. Buatlah piramida penduduknya
5. Hitung sex rasionya
6. Hitung angka dependency rasionya
7. Buatlah kesimpulan dari kondisi penduduk tersebut dilihat dari bentuk piramida yang
dibuat, sex rasio dan dependency rasio
8. Presentasikan hasilnya di depan kelas
6. Mobilitas Penduduk
Mobilitas Penduduk atau disebut juga migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain melampaui batas negara atau batas administrasi dengan tujuan menetap. Faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan migrasi antara lain : ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan,
bencana alam, dan agama.
Berdasarkan jangkauan kepindahannya, migrasi dapat dibedakan menjadi migrasi lokal atau nasional
dan migrasi internasional.
a. Migrasi Lokal/Nasional
Migrasi lokal/nasional adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam satu
negara. Bentuk-bentuk migrasi lokal dapat dibedakan, menjadi berikut ini.
1) Sirkulasi
Sirkulasi merupakan bentuk perpindahan penduduk tidak menetap, namun ada juga yang menetap
atau tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan. Berdasarkan intensitas waktunya, sirkulasi
dapat dibedakan menjadi sirkulasi harian, mingguan, atau bulanan.
a) Sirkulasi harian adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain yang
dilakukan pada pagi hari dan kembali pada sore atau malam harinya (ulang-alik tanpa
menginap). Pelaku sirkulasi ulang-alik ini disebut dengan penglaju atau komuter.
b) Sirkulasi mingguan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain pada awal
pekan dan akan kembali pada akhir pekan (ulang-alik dengan menginap).
c) Sirkulasi bulanan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain yang
dilakukan sebulan sekali. Sirkulasi bulanan terjadi jika jarak tempuh antardaerah relatif jauh,
sehingga dianggap tidak efektif (baik dari segi waktu atau biaya) untuk melakukan sirkulasi
harian atau mingguan.
2) Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dalam satu pulau. Urbanisasi pada
umumnya bersifat menetap, sehingga dapat memengaruhi jumlah penduduk kota yang dituju
ataupun jumlah penduduk di desa yang ditinggalkan. Terjadinya urbanisasi dipengaruhi oleh faktor
pendorong dan faktor penarik.
Faktor pendorong:
a) kurang bervariasinya peluang kerja dan kesempatan berusaha, khususnya di luar sektor
pertanian;
b) semakin sempitnya lahan pertanian;
c) rendahnya upah tenaga kerja;
d) keterbatasan sarana dan prasarana sosial;
e) adanya perasaan lebih terpandang bila dapat bekerja di kota; serta
f) merasa tidak cocok lagi dengan pola kehidupan di desa.
Faktor penarik:
a) lebih bervariasinya peluang kerja dan kesempatan berusaha di kota;
b) upah tenaga kerja di kota relatif lebih besar; serta
c) ketersediaan sarana dan prasarana sosial yang kompleks.
Akibat Urbanisasi
Akibat Negatif bagi kota
a) Kurangnya tenaga kerja muda
b) Sulit mencari tenaga terdidik untuk penggerak pembangunan
c) Terhambatnya pembangunan di desa
d) Produktivitas pertanian menurun
Akibat Negatif bagi desa
a) Meningkatkan kepadatan penduduk di kota
b) Menigkatkan pengangguran
c) Banyaknya lingkungan kumuh, gelandangan, tunawisma.
d) Sering terjadi kemacetan lalu lintas
e) Meningkatnya angka kejahatan
Akibat positif urbanisasi
a) Mengurangi pengangguran di desa
b) Tertanam sifat dinamis masyarakat desa akibat pengaruh pada urban yang pulang ke desa
Upaya Pencegahan Urbanisasi
Upaya pemerintah mencegah urbanisasi dari desa
a) Melaksanakan pembangunan secara desentralisasi
b) Pengadaan modernisasi desa
c) Pembangunan fasilitas di desa seperti kesehatan, sekolah, transportasi, dan tempat
hiburan
d) Meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan (menggiatkan KUD)
e) Meningkatkan siskamling
f) Pengeluaran peraturan yang mempersulit pindah dari desa ke kota
Upaya mengatasi urbanisasi di kota besar
a) Menertibkan gubug liar, pembuangan sampah dan air limbah
b) Pengadaan penghijauan kota
c) Memperluas pemukiman dnegan membangun kota satelit
d) Menambah perumahan rakyat
3) Ruralisasi
Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa.
Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan oleh mereka yang dulu pernah melakukan urbanisasi,
namun banyak juga pelaku ruralisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor-faktor yang
memengaruhi terjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong dan faktor penarik berikut ini.
Faktor pendorong:
a) kejenuhan tinggal di kota;
b) harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau;
c) keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya; serta
d) merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota.
Faktor penarik:
a) harga lahan di pedesaan relatif masih murah;
b) pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana;
c) suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua dalam menjalani masa
pensiun; serta
d) adanya perasaan keterkaitan dengan daerah asal atau
e) kenangan masa kecil.
4) Transmigrasi
Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari daerah atau pulau yang padat penduduknya ke
daerah (pulau) yang berpenduduk jarang. Pelaku transmigrasi disebut dengan transmigran.
Berdasarkan pelaksanaannya, transmigrasi dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a) Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang dilakukan melalui program pemerintah. Biaya
transmigrasi ditanggung pemerintah, termasuk penyediaan lahan pertanian dan biaya hidup
untuk beberapa bulan.
b) Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang dilakukan atas kesadaran dan biaya sendiri
(swakarsa).
c) Transmigrasi sektoral, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung bersama antara
pemerintah daerah asal dan pemerintah daerah tujuan transmigrasi.
d) Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan terhadap satu desa atau daerah
secara bersama-sama. Transmigrasi ini dilakukan karena beberapa faktor, antara lain:
- daerah asal terkena pembangunan proyek pemerintah, misalnya pembangunan waduk
yang luas; atau
- daerah asal merupakan kawasan bencana, sehingga masyarakat yang ada di dalamnya
harus dipindahkan.
e) Transmigrasi khusus yaitu transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah yang sifatnya
khusus untuk tujuan tertentu. Misalnya terjadinya bencana alam yang menyebabkan
kerusakan yang sangat parah sehingga wilayah tersebut tidak bisa dihuni lagi sehingga perlu
transmigrasi
f) Tranmigrasi swakarya, yaitu transmigrasi yang sebagian biayanya ditanggung oleh pemerintah
sedangkan pembukaan lahan ditanggung oleh transmigran
Tujuan Transmigrasi :
a) Meratakan persebaran penduduk Indonesia.
b) Mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa, Bali dan Lombok.
c) Meningkatkan kesejahteraan penduduk yang dipindahkan dan yang didatangi.
d) Memberi kesempatan kerja kepada petani yang menganggur di Pulau Jawa.
e) Meningkatkan produksi pertanian.
f) Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
g) Meningkatkan ketahanan dan keamanan nasional.
Daerah Asal dan Daerah Tujuan Transmigrasi :
a) Daerah Asal Transmigrasi
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1973 dan No. 2 Tahun 1975, daerah asal
transmigrasi antara lain : Pulau Jawa, Bali, Madura dan Lombok. Daerah asal transmigrasi
diutamakan :
- Daerah yang padat penduduknya
- Daerah yang tandus / kering
- Daerah yang sering dilanda bencana alam
- Daerah yang akan terkena pembangunan proyek penting
b) Daerah Tujuan Transmigrasi antara lain :
- Pulau Sumatera: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu,
Aceh dan Lampung.
- Pulau Kalimantan: Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur
- Pulau Sulawesi : Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tanggara dan Sulawesi
Selatan
- Pulau Irian dan kepulauan Maluku
Syarat-syarat daerah tujuan transmigrasi :
- Tanahnya subur
- Sistem pengairan baik
- Sarana transportasi baik
- Pemasaran hasil produksi baik
- Tersedianya sarana kesehatan dan pendidikan
- Terdapat tanaman yang dapat dikembangkan
Syarat-syarat orang yang akan bertransmigrasi :
- Warga negara Indonesia asli
- Sehat jasmani dan rohani
- Sudah berkeluarga
- Kepala keluarga berusia antara 18 – 45 tahun
- Mempunyai kemampuan dan keterampilan
- Berkelakuan baik
- Anggota keluarga yang ikut berusia antara 6 – 60 tahun
Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain dapat menimbulkan pengaruh
terhadap jumlah dan mutu penduduk, baik terhadap daerah yang ditinggalkan maupun daerah yang
didatangi.
1. Pengaruh terhadap Daerah yang Ditinggalkan
a. Pengaruh Positif :
1) Mengurangi jumlah penduduk sehingga kepadatan penduduk berkurang.
2) Mengurangi jumlah pengangguran di daerah asal.
3) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga.
b. Pengaruh Negatif :
1) Berkurangnya tenaga kerja muda.
2) Stabilitas keamanan kurang kuat.
2. Pengaruh terhadap Daerah yang Didatangi
a. Pengaruh Positif :
1) Jumlah tenaga kerja bertambah.
2) Meningkatkan ekonomi penduduk.
b. Pengaruh Negatif :
1) Memperbesar jumlah penduduk sehingga kepadatan penduduk makin tinggi.
2) Lapangan kerja semakin berkurang.
3) Timbul masalah sosial, misalnya : banyak tuna wisma, gelandangan, dan pemukiman
kumuh.
4) Meningkatkan kriminalitas.
Tinggi rendahnya tingkat mobilitas penduduk pada masing-masing daerah berbeda-beda
tergantung pada beberapa hal. Salah satu diantaranya adalah tersedianya sarana perhubungan dan
pengangkutan (transportasi dan komunikasi). Daerah yang mengalami mobilitas penduduk tinggi
adalah daerah yang memiliki sarana transportasi dan komunikasi yang lancar. Misalnya : kota-kota
besar di Pulau Jawa.
Kelancaran perhubungan dan pengangkutan mempunyai arti sangat penting antara lain :
a. Memperlancar hasil pertanian, pertambangan dan industri.
b. Memperlancar hubungan antara pedesaan dan perkotaan.
c. Melaksanakan transmigrasi dengan membuka daerah baru.
d. Memperlancar jalannya dan kebudayaan.
e. Mengembangkan pendidikan dan kebudayaan.
f. Meningkatkan pariwisata.
g. Memajukan daerah terpencil.
h. Menjaga keamanan dan kedaulatan negara.
Untuk kelancaran mobilitas penduduk, pemerintah melaksanakan pembangunan di bidang
perhubungan dan pengangkutan antara lain :
a. Pembangunan Jalan Raya, misal : jalan lintas Sumatera, jalan lintas Sulawesi
b. Untuk hubungan antar-kota di beberapa kota besar dibangun jalan bebas hambatan (jalan tol),
seperti : tol Jagorawi, Jakarta-Tangerang, Seralaya-Malang, Belawan-Medan.
c. Untuk memajukan daerah terpencil dibangun jalan-jalan baru dan diusahakan sarana angkutan,
misal angkutan pedesaan.
d. Peningkatan armada pelayaran dan penerbangan
e. Penggunaan satelit komunikasi
f. Koran masuk desa
b. Migrasi Internasional (Migrasi Antar Negara)
Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk antarnegara. Migrasi internasional terjadi
karena beberapa hal, antara lain, karena terjadi peperangan, bencana alam, atau untuk mencari
kehidupan yang lebih baik. Migrasi internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imigrasi dan
emigrasi.
a. Imigrasi adalah masuknya penduduk dari luar negeri ke dalam negeri untuk tujuan menetap.
Pelaku imigrasi disebut dengan imigran. Contoh : orang Australia yang menetap di Indonesia.
b. Emigrasi yaitu perpindahan penduduk dari dalam negeri ke luar negeri untuk tujuan menetap.
Pelaku emigrasi disebut dengan emigran. Contoh : orang Indonesia yang menetap di Arab Saudi.
c. Remigrasi atau Repatriasi adalah perpindahan penduduk masuk kembali ke tanah airnya.
7. Kualitas Penduduk Indonesia
Masalah kependudukan Indonesia dalam hal kualitas adalah masalah kependudukan dalam hal mutu
kehidupan dan kemampuan sumber daya manusianya. Di Indonesia, masalah kualitas penduduk yang terjadi,
antara lain, dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas sumber daya manusia,
rendahnya taraf kesehatan sehingga kesemuanya itu pada akhirnya mengarah pada rendahnya pendapatan
perkapita masyarakatnya.
a. Masalah Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang bagi pertumbuhan ekonomi dan
penanggulangan kemiskinan. Penurunan daya saing SDM Indonesia secara global dapat dilihat dari
beberapa hasil survei dan penerbitan internasional. Dalam Human Develoment Index (HDL) yang
dipublikasikan UNDP, Indonesia berada pada urutan ke 109 dari 173 negara di dunia (tahun 2000).
Institute Management Development (IMD, 1999), Indonesia pada peringkat ke-44 dari 46 negara dalam
menyediakan tenaga insinyur.