RANGKUMAN
Nilai adalah sesuatu yang abstrak, dipandang baik dan
bermanfaat yang dijadikan pedoman atau rujukan
dalam bertingkah laku dan menentukan pilihan
sehingga dapat memberi makna pada hidup, serta
dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang.
Nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
menghormati Tuhan, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk
agama lain sehingga terbangun keselarasan relasi
manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan alam
serta dapat memberikan dampak positif terhadap
perkembangan hidup seseorang.
Unsur nilai religius yaitu cinta damai, toleran, dan adil
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 43
Sudah pahamkah kamu mengenai
nilai religius? Mengapa nilai
religius dapat menembuhkan
sikap toleransi? Lalu, apa manfaat
dari meneladani nilai religius
untuk menumbuhkan toleransi?
Coba pikirkan!
44 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
BAB
3
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 45
Setelah belajar mengenai cerita pendek dan nilai religius,
selanjutnya yaitu belajar menulis cerita pendek bermuatan nilai religius.
Tentunya, kamu pernah menulis cerita pendek, bukan? Lalu, sudahkah
kamu menyisipkan nilai yang dapat diteladani di dalamnya? Mari kita
coba!
MENULIS CERITA PENDEK
Menulis memang bukan kegiatan yang mudah, tetapi dengan
terus mencoba kamu pasti akan menghasilkan tulisan yang baik. Berlatih
adalah salah satu cara untuk dapat menghasilkan cerita yang menarik.
Yuk, belajar menulis cerita pendek!
Melalui cerita pendek, Menulis cerita pendek adalah
kamu dapat menuangkan ide dan kegiatan pengungkapan ide,
imajinasi yang ada dalam gagasan, perasaaan, dan
pikiranmu menjadi sebuah cerita imajinasi dalam bentuk
yang menarik untuk dibaca dan tulisan yang dialami, dilihat,
jangan lupa untuk menyisipkan atau dibayangkan oleh
nilai-nilai yang dapat diteladani, pengarang dan dekat dengan
ya! kehidupan nyata atau fantasi
pembaca.
46 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
TAHAPAN MENULIS CERITA PENDEK
Kegitan menulis cerita pendek tidak serta-merta langsung
dituangkan dalam bentuk tulisan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan
agar menghasilkan tulisan yang baik dan menarik. Lalu, apa saja tahapan
dalam menulis cerita pendek? Menulis cerita pendek terbagi menjadi
lima tahapan yaitu tahap persiapan, tahap penyusunan kerangka
karangan, tahap penulisan, tahap penyuntingan, dan tahap pemberian
judul.
Nah, sekarang ayo kita berlatih menulis cerita pendek bermuatan
nilai religius melalui lima tahapan tersebut!
Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan kegiatan persiapan alat yang
diperlukan dalam penulisan serta pemilihan bahan, ide, gagasan, atau
inspirasi berdasarkan pengalaman pribadi maupun yang ada di
lingkungan sekitar.
Kamu harus menentukan ide atau gagasan utama yang akan kamu
ceritakan. Berkaitan dengan muatan, tentunya kamu harus memilih tema
tentang nilai religius yang dapat menunjukkan perilaku cinta damai,
toleran, dan adil. Selain itu, kamu juga perlu menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan seperti alat tulis dan buku.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 47
Tahap Penyusunan Kerangka Karangan
Tahap penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan
mematangkan konsep dan menuangkan garis besar cerita atau poin-poin
penting cerita pada bagian awal, tengah, dan akhir serta yang berkaitan
dengan unsur pembangunnya.
Pada tahap ini kamu perlu menyusun kerangka karangan yang
disesuaikan dengan unsur pembangun cerita pendek yang sudah kamu
pelajari. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kamu dalam menulis cerita
sehingga kamu tidak keluar dari tema dan tetap konsisten dengan jalan
ceritanya. Ayo kita susun kerangka ceritanya!
Kerangka Cerita
1. Tema : toleransi
2. Alur : maju
e. Tahap awal: Mahmud adalah seorang santri di sebuah pesantren
yang ada di Bali. Dahulu Mahmud adalah seorang yang
beragama Hindu, tetapi dia memutuskan untuk memeluk agama
Islam.
f. Tahap tengah: Suatu malam ketika Mahmud dan teman-
temannya sedang berjaga demi keamanan pesantren, tiba-tiba
datanglah segerombolan orang yang mengganggu ketengan
warga dengan membuat onar dan menghina umat Islam. Suasana
menjadi mencekam karena warga tersulut emosi dan ingin main
hakim sendiri. Kiai Abdurahman datang untuk menenangkan
warga dan mengadakan rapat darurat. Akhirnya mereka
memutuskan untuk membawa orang-orang tersebut ke kantor
48 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
polisi.
g. Tahap akhir: Dari kejadian tersebut Mahmud menyadari
pentingnya toleransi dalam beragama khususnya di Bali karena
Islam sebagai minoritas.
3. Latar
b. Latar waktu : malam hari, pagi hari
c. Latar tempat : pesantren
d. Latar sosial : toleransi
4. Tokoh dan penokohan
a. Tokoh utama
1) Mahmud: pemarah, keras kepala
b. Tokoh tambahan
1) Kiai: bijaksana, berwibawa
2) Musshodiq: baik
3) Ali: baik
4) Gede: penurut
c. Tokoh figuran
1) Masyarakat: main hakim sendiri
2) Gerombolan pembuat onar: jahil, jahat.
5. Sudut pandang : persona ketiga “dia” terbatas
6. Gaya bahasa : bahasa sehari-hari
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 49
Tahap Penulisan
Tahap penulisan merupakan kegiatan penuangan ide atau
gagasan yang telah dituliskan dalam tahap penyusunan kerangka
karangan melalui bentuk cerita yang utuh (cerpen).
Setelah membuat kerangka cerita, tahap selanjutnya yang perlu
kamu lakukan yaitu menulis cerita utuh cerita yang sudah kamu susun.
Kamu harus mengembangkan cerita dengan menggunakan gaya bahasa
sesuai kemampuanmu. Ayo kita tulis ceritamu!
Dalam heningnya malam, Mahmud masih siaga berjaga
mengelilingi pondok pesantrenya. Malam yang dingin, suasana yang
begitu gelap tak menjadi halangan dalam menjaga amanat yang di
berikan oleh kyainya. Maklum, Mahmud merupakan keamanan yang
bertanggung jawab dalam setiap keamanan pesantren. Apa lagi
belakangan hari terakhir dia harus tetap siaga bergadang semalam
suntuk.
“Kalian semua tahu! ini semua gara-gara kerjaan Amerika.
Membuat kita harus setiap malam bergadang sampe subuh..!”.
Gumamnya kepada teman yang bersamanya mengontrol keliling
pesantren.
“Kenapa Mud…! kok Amerika yang di salahkan. emang ada
kaitanya Amerika dengan tugas kita harus bergadang mengelilingi
pesantren setiap malam?”
“Coba kalian fikiran..! Dengan propaganda Amerika yang
mengatakan islam agama teroris dan perbuatan mereka yang menjajah
negara yang berpenduduk umat muslim pasti tidak akan terjadi bom Bali
ini. Semua ini kan terjadi gara-gara perbuatan sebagian umat islam garis
keras yang menuntut balas terhadap perbuatan Amerika dan antek-antek
barat itu sehingga pulau Bali yang mengandalkan sektor pariwisata
dengan didomonasi turis mancanegara menjadi sasaran balas dendam
mereka”. Mahmud memberikan penjelasan kepada teman-temannya
terhadap apa yang ada di benaknya selama ini.
50 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
Memang setelah terjadinya bom Bali di Legian Kuta, yang di
lakukan oleh Amrozi CS hubungan muslim dengan Hindu kian longgar.
Toleransi yang sejak dulu di bangun hancur berantakan. Apa lagi dengan
pernyataan-pernyataan yang di keluarkan oleh tokoh-tokoh agama Hindu
yang selalu mencurigai umat muslim yang tinggal di Bali sehingga
Islamphobia menjadi marak terjadi pada masyrakat Bali terutama yang
beragama Hindu, sebab umat islam secara keseluruhanlah yang mereka
anggap sebagai pelaku dalam pengeboman tersebut. Banyak rumah
Ibadah dan umat muslim Bali di curigai karena dikaitkan dengan
pengeboman yang terjadi di Kuta itu. Begitu juga yang terjadi dalam
keseharian kehidupan sosial umat islam Bali saat itu sangat
dimariginalkan.
Kyai Abdurrahman yang merupakan pengasuh pesantren
Mahmud juga keluar melihat perkembangan pondok pesantrennya
memanggil mereka dengan membawa kopi dan kue disertai tasbih
ditangan kananya.
“Mahmud, Mushodiik, Ali ke sini! ada kopi untuk kalian.” Panggil
kyai yang sudah menunggu di teras masjid seakan kyai juga ingin
berbincang-bincang bersama mereka.
“Gimana? Kalian sudah selesai megontrol keliling pesantren.
“Belum semua kyai baru sampe depan asrama putri.” Jawab
Mahmud yang baru selesai meenyeruput kopi yang di berikan oleh
kyainya.
“Abah saya membangun pesantren ini di atas tanah milik
kakeknya yang dulu merupakan seorang pengembara. Dulu, sebelum
kedatangan bangsa penjajah ke negeri ini dan Indonesia masih belum
satu-kesatuan seperti sekarang, yang masih terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian kerajaan dia mengembara ditemani para murid-
muridnya. Seluruh pulau yang biasa di lalui para saudagar muslim pernah
disinggahinya. Hingga pada akhirnya dia sampai di pulau Bali ini.” Kyai
Abdurahman berhenti sejenak untuk menghela nafas dan mengingat-
mengingat lagi memori yang ada di ingatanya. Sementara itu Mahmud
dan teman-temannya masih penasaran dengan cerita yang disampaikan
kyainya.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 51
“Setelah itu banyak orang muslim lain juga berdatangan ke sini.
Tanah desa dan pesantren ini sebenarnya hasil pemberian raja Bali saat
itu dan sebagian tanah lain telah diberikan izin untuk di babat oleh umat
islam yang dulu daerah ini merupakan hutan yang lebat. Karena memang,
saat itu umat muslim membantu mereka dalam mempertahankan
kekuasaan terhadap penyerangan musuh dari luar. Sehingga saat itu raja
Bali berhasil mempertahankan kekuasaannya. Sebagai ungkapan rasa
terima kasih mereka, umat islam lalu di berikan tanah untuk tetap tinggal
di sini dan umat Hindu juga diharuskan untuk mengkui umat islam saat
itu sebagai sudaranya sesama satu kerajaan. Dan sejak saat itulah agama
islam di terima menjadi bagian dari masyarakat Bali”. Kata kyai yang
bercerita mengenai awal sejarah islam di daerahnya.
“Iya kyai…kata ayah saya ceritanya juga sama dengan yang kyai
sampaikan” sahut Mushoddiq yang merupakan santri yang rumahnya
bertetangga dengan pesantren.
“Apapun yang terjadi kita harus menghargai perberdaan yang ada. Dalam
ajaran islam sangat mengharuskan adanya teoleransi terhadap orang yang
berbeda dengan kita. Islam tak pernah mengajarkan kekerasan. Dan
memaksa agama lain untuk masuk ke dalam agama islam sangat tidak
dibenarkan dalam agama islam. Islam yaang merupakan rahmat bagi
semua alam harus kita tanamkan dalam sanubari kita.
“Dan kamu Mahmud harus kuat memegang agamamu!” Kyai yang
sangat berwibawa tersebut menasihati Mahmud yang merupakan seorang
muallaf yang sebelumnya beragama Hindu. Mahmud berasal dari Kasta
tinggi dalam agama Hindu yang nama aslinya Ida Bagus Mahendra lalu di
ganti oleh kyai Abdurrahman. Mahmud awalnya masuk islam selalu
dihalangi oleh keluarganya. Dan pada saat dia tinggal di pesantren tidak
ada satupun dari keluarganya yang tahu. Berkat kasih sayang kyai
Abdurrahman, Mahmud menjadi paham terhadap agama islam. Bahkan,
idealismenya dalam beragama melebihi teman-teman pondoknya.
Apapun yang diharamkan dalam agama dan nasihat kyai selalu dijaganya.
Hal itu berbeda dengan teman-temannya yang selalu ada multi tafsir
dalam beragama dan peraturan yang di larang kyai.
“Nabi mengatakan bahwa menjaga agama itu bagaikan memegang bara
api. Itu artinya semakin kuat agama kita maka ujian kita dalam beragama
juga semakin besar. Ujian-ujian harus siap kita hadapi”. lanjut kyai.
52 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
Setelah itu kyai beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju ke
dhalem.
Beberapa jam kemudian setelah kyai Abdurrahman berlalu masuk
dhalem, malam pun semakin larut dalam gelapnya. Mahmud, Mushoddiq,
Ali masih berjaga-jaga mengamankan keamanan pesantren di teras
masjid. Namun, dalam sunyinya malam pendengaran mereka akhirnya
tertuju pada suara sepede motor yang entah dari mana asalnya
“Bruummhhh… Brummmhh… Bruummmhh..!”” terdengar
sekelompok orang bersepeda yang sedang menuju ke pondok pesantren.
Suara sepeda motor tersebut semakin lama semakin keras membuat
penasaran menyelimuti hati mereka.
Mereka bertiga semakin penasaran dan siaga dengan keadaan
yang semakin mencekam. Suara sepeda dengan kenalpot blonk tersebut
tidak hanya mereka yang mendengarnya tapi santri junior yang
sebelumnya terlelap kini keluar untuk melihat suasana gaduh tersebut.
“Pranggkkk…!. Terdengar suara lampu pondok pesantren sebelah timur
pecah akibat di lempar orang. Selain itu mereka mendengar teriakan
keras yang mengatakan sesuatu yang menghina agama islam.
“Islam teroris! Islam teroris! Islam teroris!” Akhirnya muncul
sumber suara tersebut dari orang sedang mengenakan helm teropong
hitam. Dia mengatakan tersebut sambil berteriak dengan memanjat
tembok pondok pesantren. Suasana malam gelap yang mencekam
semakin menakutkan.
“Siapa orang-orang itu?” Spontan bertanya Ali setelah merasakan
suasana menakutkan tersebut.
“Mana aku tahu!” jawab Mushoddiq.
“Hal ini tidak bisa dibiarkan!” Mahmud memandang dengan
penuh kewaspadaan yang tiba-tiba berlari dengan cepat menuju orang
yang sedang memanjat tembok tersebut. Melihat temannya berlari, Ali
dan Mushoddiq juga ikut berlari mengikuti di belakang Mahmud.
Sementara itu santri junior masih belum berani keluar asrama sebab
suasana yang masih mencekam.
Melihat ada orang yang sedang berlari mengejar akhirnya orang
berhelm teropong itu meloncat turun dari tembok yang tingginya tiga
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 53
hasta tersebut. Walaupun Mahmud dan teman-temannya mengejar,
mereka tetap meneriakan kata-kata mereka yang menghina agama islam.
“Ayoo berangkat!” salah satu gerombolan tersebut memberikan komando
terhadap kelompok yang lain.
Sesaat Mahmud, Ali dan Mushoddiq sudah hampir sampai di
depan gerbang pondok pesantren. Mereka berlari dengan membawa
senter dan pentungan karena khawatir terjadi sesuatu. Mahmud yang
sudah duluan berlari mengejar para pengendara sepeda motor tersebut
kini sudah sampai beberapa meter berlari keluar gerbang. Namun usaha
Mahmud kelihatanya akan sia-sia sebab para pengendara sepeda motor
tersebut sudah lepas gas kabur meninggalkan mereka. Dengan nafas yang
hampir habis, keringat yang semakin bercucuran tampak kekecewaan
menyelimuti hatinya.
“Kurang ajar!” teriak Mahmud dengan emosi yang semakin
memuncak.
Namun warga desa yang bertetangga dengan pesantren yang
sudah dari tadi terganggu dengan suasana gaduh tersebut keluar rumah
melihat suasana yang terjadi. Dengan larut malam gelap yang diterangi
dengan lampu-lampu dari rumah warga yang berada di pinggir jalan
tersebut warga semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka
mendekat ke pesantren dengan arah yang berlawanan dengan para
pengendara sepeda motor yang berkenalpot blonk tersebut. Sontak, para
pengendara motor tersebut terkejut melihat warga kampung menjegat
mereka dari arah berlawanan. Mereka berbalik arah lagi dan sekarang
berhadapan lagi dengan Mahmud yang dari tadi merasakan kekecewaan.
Dengan nafas yang ngos-ngosan, kini dia bangkit lagi terperangah dengan
sekumpulan pengendara sepede motor yang sebelumnya dia kejar kini
berada di depan matanya.
“Minggir kau!” Perintah salah satu pengendara motor kepada
Mahmud yang masih berdiri ditengah jalan yang siap menghalang
mereka.
“Dasar nekat!” cetus yang lain melihat sikap pendirian Mahmud.
“Gak usah dipikirkan! Terobos saja!” Para pengendara motor
tersebut akhirnya tetap nekat menorobos badan Mahmud yang
54 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
menghalangi jalan mereka. Beberapa di antara mereka berhasil
meloloskan diri. Segera mungkin Mahmud mengambil sikap.
“Bruukkk!” Mahmud berhasil menjatuhkan salah satu pengendara
motor tersebut. Dia mendorong badan pengendara motor tersebut
dengan keras sehingga sepeda motor yang dikendarainya hilang
keseimbangan lalu jatuh ke tanah. Kini Mahmud berhasil menangkap
salah satu dari pengendara motor itu. Dia segera mungkin menenangkan
diri lalu mengunci tangan pengendara motor tersebut sehingga orang itu
tidak lagi bisa bergerak.
Masyarakat yang sebelumnya mengejar para pengendara motor
tersebut sangat marah setelah mengetahui tindakan yang mereka
lakukan. Melihat salah satu pengendara motor tersebut sudah berhasil
dijatuhkan oleh Mahmud masyarakat sudah siap dengan bogeman
mentah di tangan. Namun kyai Abdurahman keluar menenangkan
suasana.
“Apa yang kalian lakukan!” Sontak kyai sangat marah dengan
perlakuan masyrakat yang ingin main hakim sendiri terhadap pengendara
motor itu.
“Orang ini telah melakukan teror di desa kita, kyai! Dia harus di
beri pelajaran. Haaaghh!” Salah satu masyrakat yang sudah emosi
langsung memberi pukulan terhadap pengendara motor yang sudah
tertangkap.
“Udahhh…udahh..udahh..!” kyai menenangkan suasana.
“Gede…! bawa orang ini masuk. Masukan dia ke dalam gudang!.”
Perintah kyai kepada salah seorang pemuda. Setelah kejadian itu, kyai,
masyarakat dan santri melakukan rapat darurat di masjid membicarakan
masalah yang baru saja terjadi.
“Kita harus membalas perlakuan orang Hindu itu, kyai!”
“Itu benar! Bagaimana kalau besok malam kita langsung
melakukan penyerangan terhadap mereka?” Kita harus balas tindakan
mereka!”
“Betul…Betul..Betul..” jawab masyarakat yang lain dengan kompak
membenarkan pernyataan yang disampaikan.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 55
“Udah! Tenang! Mari kita hadapi masalah ini dengan kepala
dingin. Jangan dengan emosi!” Kyai mencoba menenangkan suasana
panas yang sudah dari tadi menyelimuti malam tersebut. Setelah
beberapa lama kemudian, Gede datang berkumpul dengan masyarakat
yang lain.
“Saya kenal orang itu kyai.” Gede mencoba memberikan informasi
kepada kumpulan rapat.
“Siapa mereka Gede?” kyai bertanya dengan nada penasaran.
“Mereka adalah warga sebelah utara, kyai. Mereka selama ini
memang di kenal sebagai warga yang sering mendapatkan peringatan dari
pemerintah karena sikap mereka yang di kenal suka melakukan
kekerasan.”
“Lalu siapa kumpulan orang bersepeda barusan yang meneror
kita?”
“Mereka adalah anak muda yang sering nongkrong di desa
tersebut. Sementara itu orang yang berhasil kita tangkap adalah pemuda
yang sudah beberapa kali keluar masuk penjara gara-gara kasus kriminal”.
Jawab anak muda yang bertubuh tegap tersebut dengan memberikan
penjelasan.
“Sudah.. saudara sekalian…! Besok kita akan bawa orang itu ke
kantor polisi. Nggak akan ada lagi yang namanya kekerasan” kyai
memberikan kebijakan sambil berdiri dan langsung meninggalkan
perkumpulan rapat di masjid tersebut. Dengan berakhirnya rapat,
masyarakatpun kembali dengan tenang ke rumah mereka masing-masing.
***
Di saat fajar telah muncul dengan cahaya yang menyingsing di
arah timur dengan keindahannya, sebagian loud speaker dari beberapa
masjid telah mengumandangkan suara-suara ayat Al-qur’an tanda shalat
subuh akan dilakuakan. Ayam-ayampun telah melantunkan suara
emasnya membangunkan manusia yang terlelap. Setelah rapat selesai,
Mahmud yang masih duduk di pinggir teras masjid menatap sang fajar
dengan renungan yang ada di benaknya. Sungguh kini dia telah mengerti
betapa pentingnya toleransi dalam kehidupan. Sering kali manusia
terbawa suasana dengan kondisi yang mengelilinginya sehingga
56 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
melakukan tindakan bodoh tanpa meneliti lebih lanjut terhadap
peroblema yang dihadapinya. Ajaran islam yang kaffah adalah ajaran
islam yang telah diajarkan nabi muhammad SAW kepada kita dengan
tanpa melakukan kekerasan dan memberikan kedamian bagi seluruh
alam. Kini Mahmud harus giat lagi memperdalam agama islam. Ternyata
selama ini banyak orang hanya mengetahui sebagian dari ajaran agama
islam sehingga melahirkan gerakan pemikiran yang jauh dari substansi
islam yang sebenarnya.
Tahap Penyuntingan
Tahap penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang dan
memperbaiki tulisan baik yang berkaitan dengan tata bahasa,
tanda baca, maupun isi cerita.
Tahap menulis cerita pendek tidak hanya selesai pada tahap
penulisan, tetapi kamu harus membaca ulang cerita yang telah kamu tulis
dan menyuntingnya. Kamu harus memperbaiki beberapa bagian dan kata
agar tulisan menjadi lebih baik lagi. Ayo kita baca ulang dan perbaiki
tulisan yang telah kamu tulis tadi!
Di heningnya malam, Mahmud masih siaga berjaga mengelilingi
pondok pesantrenya. Malam yang dingin, suasana yang begitu gelap tak
menjadi halangan dalam menjaga amanat yang di berikan oleh kyainya.
Maklum, Mahmud merupakan keamanan yang bertanggung jawab dalam
setiap keamanan pesantren. Apa lagi belakangan hari terakhir dia harus
tetap siaga bergadang semalam suntuk.
“Kalian semua tahu! ini semua gara-gara kerjaan Amerika.
Membuat kita harus setiap malam bergadang sampe subuh..!”.
Gumamnya kepada teman yang bersamanya mengontrol keliling
pesantren.
“Kenapa Mud…! Kok Amerika yang di salahkan. emang ada
kaitanya Amerika dengan tugas kita harus bergadang mengelilingi
pesantren setiap malam?”
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 57
“Coba kalian fikiran..! Dengan propaganda Amerika yang
mengatakan islam agama teroris dan perbuatan mereka yang menjajah
negara yang berpenduduk umat muslim pasti tidak akan terjadi bom Bali
ini. Semua ini kan terjadi gara-gara perbuatan sebagian umat islam garis
keras yang menuntut balas terhadap perbuatan Amerika dan antek-antek
barat itu sehingga pulau Bali yang mengandalkan sektor pariwisata
dengan didomonasi turis mancanegara menjadi sasaran balas dendam
mereka”. Mahmud memberikan penjelasan kepada teman-temannya
terhadap apa yang ada di benaknya selama ini.
Memang setelah terjadinya bom Bali di Legian Kuta, yang di
lakukan oleh Amrozi CS hubungan muslim dengan Hindu kian longgar.
Toleransi yang sejak dulu di bangun hancur berantakan. Apa lagi dengan
pernyataan-pernyataan yang di keluarkan oleh tokoh-tokoh agama Hindu
yang selalu mencurigai umat muslim yang tinggal di Bali sehingga
Islamphobia menjadi marak terjadi pada masyrakat Bali terutama yang
beragama Hindu, sebab umat islam secara keseluruhanlah yang mereka
anggap sebagai pelaku dalam pengeboman tersebut. Banyak rumah
Ibadah dan umat muslim Bali di curigai karena dikaitkan dengan
pengeboman yang terjadi di Kuta itu. Begitu juga yang terjadi dalam
keseharian kehidupan sosial umat islam Bali saat itu sangat
dimariginalkan.
Kyai Abdurrahman yang merupakan pengasuh pesantren
Mahmud juga keluar melihat perkembangan pondok pesantrennya
memanggil mereka dengan membawa kopi dan kue disertai tasbih
ditangan kananya.
“Mahmud, Mushodiik, Ali ke sini! ada kopi untuk kalian.” Panggil
kyai yang sudah menunggu di teras masjid seakan kyai juga ingin
berbincang-bincang bersama mereka.
“Gimana? Kalian sudah selesai megontrol keliling pesantren.
“Belum semua kyai baru sampe depan asrama putri.” Jawab
Mahmud yang baru selesai meenyeruput kopi yang di berikan oleh
kyainya.
“Abah saya membangun pesantren ini di atas tanah milik
kakeknya yang dulu merupakan seorang pengembara. Dulu, sebelum
kedatangan bangsa penjajah ke negeri ini dan Indonesia masih belum
58 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
satu-kesatuan seperti sekarang, yang masih terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian kerajaan dia mengembara ditemani para murid-
muridnya. Seluruh pulau yang biasa di lalui para saudagar muslim pernah
disinggahinya. Hingga pada akhirnya dia sampai di pulau Bali ini.” Kyai
Abdurahman berhenti sejenak untuk menghela nafas dan mengingat-
mengingat lagi memori yang ada di ingatanya. Sementara itu Mahmud
dan teman-temannya masih penasaran dengan cerita yang disampaikan
kyainya.
“Setelah itu banyak orang muslim lain juga berdatangan ke sini.
Tanah desa dan pesantren ini sebenarnya hasil pemberian raja Bali saat
itu dan sebagian tanah lain telah diberikan izin untuk di babat oleh umat
islam yang dulu daerah ini merupakan hutan yang lebat. Karena memang,
saat itu umat muslim membantu mereka dalam mempertahankan
kekuasaan terhadap penyerangan musuh dari luar. Sehingga saat itu raja
Bali berhasil mempertahankan kekuasaannya. Sebagai ungkapan rasa
terima kasih mereka, umat islam lalu di berikan tanah untuk tetap tinggal
di sini dan umat Hindu juga diharuskan untuk mengkui umat islam saat
itu sebagai sudaranya sesama satu kerajaan. Dan sejak saat itulah agama
islam di terima menjadi bagian dari masyarakat Bali”. Kata kyai yang
bercerita mengenai awal sejarah islam di daerahnya.
“Iya kyai…kata ayah saya ceritanya juga sama dengan yang kyai
sampaikan” sahut Mushoddiq.
“Apapun yang terjadi kita harus menghargai perberdaan yang ada.
Dalam ajaran islam sangat mengharuskan adanya teoleransi terhadap
orang yang berbeda dengan kita. Islam tak pernah mengajarkan
kekerasan. Dan memaksa agama lain untuk masuk ke dalam agama islam
sangat tidak dibenarkan dalam agama islam. Islam yaang merupakan
rahmat bagi semua alam harus kita tanamkan dalam sanubari kita.
“Dan kamu Mahmud harus kuat memegang agamamu!” Kyai yang
sangat berwibawa tersebut menasihati Mahmud yang merupakan seorang
muallaf yang sebelumnya beragama Hindu. Mahmud berasal dari Kasta
tinggi dalam agama Hindu yang nama aslinya Ida Bagus Mahendra lalu di
ganti oleh kyai Abdurrahman. Mahmud awalnya masuk islam selalu
dihalangi oleh keluarganya. Dan pada saat dia tinggal di pesantren tidak
ada satupun dari keluarganya yang tahu. Berkat kasih sayang kyai
Abdurrahman, Mahmud menjadi paham terhadap agama islam. Bahkan,
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 59
idealismenya dalam beragama melebihi teman-teman pondoknya.
Apapun yang diharamkan dalam agama dan nasihat kyai selalu dijaganya.
Hal itu berbeda dengan teman-temannya yang selalu ada multi tafsir
dalam beragama dan peraturan yang di larang kyai.
“Nabi mengatakan bahwa menjaga agama itu bagaikan memegang bara
api. Itu artinya semakin kuat agama kita maka ujian kita dalam beragama
juga semakin besar. Ujian-ujian harus siap kita hadapi”. lanjut kyai.
Setelah itu kyai beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju ke
dhalem.
Beberapa jam kemudian, malam pun semakin larut dalam
gelapnya. Mahmud, Mushoddiq, Ali masih berjaga-jaga mengamankan
keamanan pesantren di teras masjid. Namun, dalam sunyinya malam
pendengaran mereka akhirnya tertuju pada suara sepede motor yang
entah dari mana asalnya
“Bruummhhh… Brummmhh… Bruummmhh..!”” terdengar
sekelompok orang bersepeda yang sedang menuju ke pondok pesantren.
Suara sepeda motor tersebut semakin lama semakin keras membuat
penasaran menyelimuti hati mereka.
Mereka bertiga semakin penasaran dan siaga dengan keadaan
yang semakin mencekam. Suara sepeda dengan kenalpot blonk tersebut
tidak hanya mereka yang mendengarnya tapi santri junior yang
sebelumnya terlelap kini keluar untuk melihat suasana gaduh tersebut.
“Pranggkkk…!. Terdengar suara lampu pondok pesantren sebelah
timur pecah akibat di lempar orang. Selain itu mereka mendengar
teriakan keras yang mengatakan sesuatu yang menghina agama islam.
“Islam teroris! Islam teroris! Islam teroris!” Akhirnya muncul
sumber suara tersebut dari orang sedang mengenakan helm teropong
hitam. Dia mengatakan tersebut sambil berteriak dengan memanjat
tembok pondok pesantren. Suasana malam gelap yang mencekam
semakin menakutkan.
“Siapa orang-orang itu?” Spontan bertanya Ali setelah merasakan
suasana menakutkan tersebut.
“Mana aku tahu!” jawab Mushoddiq.
60 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
“Hal ini tidak bisa dibiarkan!” Mahmud memandang dengan
penuh kewaspadaan yang tiba-tiba berlari dengan cepat menuju orang
yang sedang memanjat tembok tersebut. Melihat temannya berlari, Ali
dan Mushoddiq juga ikut berlari mengikuti di belakang Mahmud.
Sementara itu santri junior masih belum berani keluar asrama sebab
suasana yang masih mencekam.
Melihat ada orang yang sedang berlari mengejar akhirnya orang
berhelm teropong itu meloncat turun dari tembok yang tingginya tiga
hasta tersebut. Walaupun Mahmud dan teman-temannya mengejar,
mereka tetap meneriakan kata-kata mereka yang menghina agama islam.
“Ayoo berangkat!” Salah satu gerombolan tersebut memberikan
komando terhadap kelompok yang lain.
Sesaat Mahmud, Ali dan Mushoddiq sudah hampir sampai di
depan gerbang pondok pesantren. Mereka berlari dengan membawa
senter dan pentungan karena khawatir terjadi sesuatu. Namun usaha
Mahmud kelihatanya akan sia-sia sebab para pengendara sepeda motor
tersebut sudah lepas gas kabur meninggalkan mereka. Dengan nafas yang
hampir habis, keringat yang semakin bercucuran tampak kekecewaan
menyelimuti hatinya.
“Kurang ajar!” teriak Mahmud dengan emosi yang semakin
memuncak.
Namun warga desa yang bertetangga dengan pesantren yang
sudah dari tadi terganggu dengan suasana gaduh tersebut keluar rumah
melihat suasana yang terjadi. Dengan larut malam gelap yang diterangi
dengan lampu-lampu dari rumah warga yang berada di pinggir jalan
tersebut warga semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka
mendekat ke pesantren dengan arah yang berlawanan dengan para
pengendara sepeda motor yang berkenalpot blonk tersebut. Sontak, para
pengendara motor tersebut terkejut melihat warga kampung menjegat
mereka dari arah berlawanan. Mereka berbalik arah lagi dan sekarang
berhadapan lagi dengan Mahmud yang dari tadi merasakan kekecewaan.
Dengan nafas yang ngos-ngosan, kini dia bangkit lagi terperangah dengan
sekumpulan pengendara sepede motor yang sebelumnya dia kejar kini
berada di depan matanya.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 61
“Minggir kau!” Perintah salah satu pengendara motor kepada
Mahmud yang masih berdiri ditengah jalan yang siap menghalang
mereka.
“Dasar nekat!” cetus yang lain melihat sikap pendirian Mahmud.
“Gak usah dipikirkan! Terobos saja!” Para pengendara motor
tersebut akhirnya tetap nekat menorobos badan Mahmud yang
menghalangi jalan mereka. Beberapa di antara mereka berhasil
meloloskan diri. Segera mungkin Mahmud mengambil sikap.
“Bruukkk!” Mahmud berhasil menjatuhkan salah satu pengendara
motor tersebut. Dia mendorong badan pengendara motor tersebut
dengan keras sehingga sepeda motor yang dikendarainya hilang
keseimbangan lalu jatuh ke tanah. Kini Mahmud berhasil menangkap
salah satu dari pengendara motor itu. Dia segera mungkin menenangkan
diri lalu mengunci tangan pengendara motor tersebut sehingga orang itu
tidak lagi bisa bergerak.
Masyarakat yang sebelumnya mengejar para pengendara motor
tersebut sangat marah setelah mengetahui tindakan yang mereka
lakukan. Melihat salah satu pengendara motor tersebut sudah berhasil
dijatuhkan oleh Mahmud masyarakat sudah siap dengan bogeman
mentah di tangan. Namun kyai Abdurahman keluar menenangkan
suasana.
“Apa yang kalian lakukan!” Sontak kyai sangat marah dengan
perlakuan masyrakat yang ingin main hakim sendiri terhadap pengendara
motor itu.
“Orang ini telah melakukan teror di desa kita, kyai! Dia harus di
beri pelajaran. Haaaghh!” Salah satu warga yang sudah emosi langsung
memberi pukulan terhadap pengendara motor yang sudah tertangkap.
“Udahhh…udahh..udahh..!” kyai menenangkan suasana.
“Gede…! bawa orang ini masuk. Masukan dia ke dalam gudang!.”
Perintah kyai kepada salah seorang pemuda. Setelah kejadian itu, kyai,
masyarakat dan santri melakukan rapat darurat di masjid membicarakan
masalah yang baru saja terjadi.
“Kita harus membalas perlakuan orang Hindu itu, kyai!”
62 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
“Itu benar! Bagaimana kalau besok malam kita langsung
melakukan penyerangan terhadap mereka?” Kita harus balas tindakan
mereka!”
“Betul…Betul..Betul..” jawab masyarakat yang lain dengan kompak
membenarkan pernyataan yang disampaikan.
“Udah! Tenang! Mari kita hadapi masalah ini dengan kepala
dingin. Jangan dengan emosi!” Kyai mencoba menenangkan suasana
panas yang sudah dari tadi menyelimuti malam tersebut. Setelah
beberapa lama kemudian, Gede datang berkumpul dengan masyarakat
yang lain.
“Saya kenal orang itu kyai.” Gede mencoba memberikan informasi
kepada kumpulan rapat.
“Siapa mereka Gede?” kyai bertanya dengan nada penasaran.
“Mereka adalah warga sebelah utara, kyai. Mereka selama ini
memang di kenal sebagai warga yang sering mendapatkan peringatan dari
pemerintah karena sikap mereka yang di kenal suka melakukan
kekerasan.”
“Lalu siapa kumpulan orang bersepeda barusan yang meneror
kita?”
“Mereka adalah anak muda yang sering nongkrong di desa
tersebut. Sementara itu orang yang berhasil kita tangkap adalah pemuda
yang sudah beberapa kali keluar masuk penjara gara-gara kasus kriminal”.
Jawab anak muda yang bertubuh tegap tersebut dengan memberikan
penjelasan.
“Sudah.. saudara sekalian…! Besok kita akan bawa orang itu ke
kantor polisi. Nggak akan ada lagi yang namanya kekerasan” kyai
memberikan kebijakan sambil berdiri dan langsung meninggalkan
perkumpulan rapat di masjid tersebut. Dengan berakhirnya rapat,
masyarakatpun kembali dengan tenang ke rumah mereka masing-masing.
***
Di saat fajar telah muncul dengan cahaya yang menyingsing di
arah timur dengan keindahannya, sebagian loud speaker dari beberapa
masjid telah mengumandangkan suara-suara ayat Al-qur’an tanda shalat
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 63
subuh akan dilakuakan. Ayam-ayampun telah melantunkan suara
emasnya membangunkan manusia yang terlelap. Setelah rapat selesai
Mahmud yang masih duduk di pinggir teras masjid menatap sang fajar
dengan renungan yang ada di benaknya. Sungguh kini dia telah mengerti
betapa pentingnya toleransi dalam kehidupan. Sering kali manusia
terbawa suasana dengan kondisi yang mengelilinginya sehingga
melakukan tindakan bodoh tanpa meneliti lebih lanjut terhadap
peroblema yang dihadapinya. Ajaran islam yang kaffah adalah ajaran
islam yang telah diajarkan nabi muhammad SAW kepada kita dengan
tanpa melakukan kekerasan dan memberikan kedamian bagi seluruh
alam. Kini Mahmud harus giat lagi memperdalam agama islam. Ternyata
selama ini banyak orang hanya mengetahui sebagian dari ajaran agama
islam sehingga melahirkan gerakan pemikiran yang jauh dari substansi
islam yang sebenarnya.
Keterangan:
Warna Penjelasan
Kuning Kesalahan ejaan
Hijau Kesalahan tanda baca
Abu-abu Kesalahan penggunaan istilah atau bahasa asing
Biru Kesalahan penggunaan kalimat tidak efektif
Proses Penyuntingan
1. Kesalahan Ejaan
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Penggunaan kata baku sesuai dengan kamus.
Kyai Kiai
Fikiran Pikiran
Pemberian spasi sesuai dengan kamus.
Apa lagi Apalagi
Penulisan imbuhan di- tidak ditulis secara terpisah karena
merupakan prefiks (imbuhan yang terletak di depan kata).
Di lakukan Dilakukan
Di bangun Dibangun
Di lalui Dilalui
Di terima Diterima
Di ganti Diganti
64 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Di larang Dilarang
Di lempar Dilempar
Di beri Diberi
Di kenal Dikenal
Penulisan di- sebagai kata depan ditulis secara terpisah.
Ditengah Di tengah
Penulisan kata yang salah dan kurang lengkap (salah ketik).
Perberdaan Perbedaan
Teoleransi Toleransi
Masyrakat Masyarakat
Dilakuakan Dilakukan
Penulisan huruf kapital
Ini Ini
Islam Islam
2. Kesalahan tanda baca
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Satu-kesatuan Satu kesatuan
“Kalian semua tahu! “Kalian semua tahu?
Membuat kita harus setiap
Membuat kita harus setiap malam bergadang sampe subuh!
malam bergadang sampe
subuh..! Kenapa, Mud?
Kenapa Mud…! “Iya kyai, kata ayah saya
“Iya kyai…kata ayah saya ceritanya juga sama dengan yang
ceritanya juga sama dengan kyai sampaikan.”
yang kyai sampaikan” Selain itu, mereka mendengar
teriakan keras yang mengatakan
Selain itu mereka mendengar sesuatu yang menghina agama
teriakan keras yang mengatakan islam.
sesuatu yang menghina agama Setelah rapat selesai, Mahmud
islam. yang masih duduk di pinggir
teras masjid menatap sang fajar
Setelah rapat selesai Mahmud dengan renungan yang ada di
yang masih duduk di pinggir benaknya.
teras masjid menatap sang fajar
dengan renungan yang ada di
benaknya.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 65
3. Kesalahan penggunaan istilah atau bahasa asing
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Penggunaan huruf miring untuk istilah atau bahasa asing (selain
bahasa Indonesia).
Dhalem Dhalem
Blonk Blonk
Loudspeaker Loudspeaker
4. Kesalahan pengunaan kalimat tidak efektif
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
Maklum, Mahmud merupakan Maklum, Mahmud merupakan
keamanan yang bertanggung
keamanan yang bertanggung jawab dalam keamanan
pesantren. Apalagi belakangan
jawab dalam setiap keamanan ini dia harus tetap siaga
bergadang semalam suntuk.
pesantren. Apa lagi belakangan
Kiai Abdurrahman yang
hari terakhir dia harus tetap merupakan pengasuh pesantren
keluar dan memanggil mereka
siaga bergadang semalam dengan membawa kopi dan kue
disertai tasbih di tangan
suntuk. kanannya.
Kyai Abdurrahman yang
merupakan pengasuh pesantren
Mahmud juga keluar melihat
perkembangan pondok
pesantrennya memanggil
mereka dengan membawa kopi
dan kue disertai tasbih ditangan
kanannya.
Tanah desa dan pesantren ini Tanah desa dan pesantren ini
sebenarnya hasil pemberian raja merupakan hasil pemberian raja
Bali saat itu dan sebagian tanah Bali. Dulu, daerah ini merupakan
lain telah diberikan izin untuk di hutan yang lebat. Saat itu, umat
babat oleh umat islam yang dulu muslim membantu mereka
daerah ini merupakan hutan dalam mempertahankan
yang lebat. Karena memang, kekuasaan terhadap penyerangan
saat itu umat muslim membantu musuh dari luar.
mereka dalam mempertahankan
kekuasaan terhadap
penyerangan musuh dari luar.
Sehingga saat itu raja Bali
berhasil mempertahankan
kekuasaannya.
66 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
umat islam lalu di berikan tanah Umat islam diberi tanah untuk
tetap tinggal dan umat Hindu
untuk tetap tinggal di sini dan diharuskan untuk mengakui
umat Islam sebagai saudaranya.
umat Hindu juga diharuskan
Kiai menasehati Mahmud
untuk mengkui umat islam saat sebagai seorang muallaf yang
sebelumnya beragama Hindu.
itu sebagai sudaranya sesama
Dengan
satu kerajaan. Mulanya, Mahmud dihalangi
oleh keluarganya untuk masuk
Kyai yang sangat berwibawa Islam. Ketika tinggal di
pesantren, tidak ada satupun
tersebut menasihati Mahmud keluarganya tahu.
yang merupakan seorang Tidak hanya mereka yang
mendengar suara sepeda motor
muallaf yang sebelumnya itu, santri juniorpun keluar untuk
melihat suasana gaduh tersebut.
beragama Hindu.
Itu
Yang Spontan Ali bertanya.
Mahmud awalnya masuk islam Kyai mencoba menenangkan
suasana panas yang menyelimuti
selalu dihalangi oleh malam tersebut.
keluarganya. Dan pada saat dia
tinggal di pesantren tidak ada
satupun dari keluarganya yang
tahu.
Suara sepeda dengan kenalpot
blonk tersebut tidak hanya
mereka yang mendengarnya tapi
santri junior yang sebelumnya
terlelap kini keluar untuk
melihat suasana gaduh tersebut.
Tersebut
Spontan bertanya Ali setelah
merasakan suasana menakutkan
tersebut.
Kyai mencoba menenangkan
suasana panas yang sudah dari
tadi menyelimuti malam
tersebut.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 67
Tahap Pemberian Judul
Tahap pemberian judul merupakan tahap akhir yang
dilakukan dalam proses menulis cerpen. Judul harus disesuaikan dengan
isi cerita sehingga terbentuk keselarasan. Tahap terakhir dari menulis
cerita pendek yaitu dengan pemberian judul. Pemilihan judul tentunya
disesuaikan dengan tema dan isi cerita karena judul harus mewakili
keseluruhan isi cerita.
Kira-kira, judul apa yang sesuai dengan cerita yang sudah kamu tulis?
Bagaimana kalau kita beri judul “Pentingnya Bertoleransi”? Judul
tersebut selain singkat dan mudah diingat, juga dapat mencakup
keseluruhan isi cerita. Jika demikian, setelah melalui proses
penyuntingan dan pemberian judul, seperti inilah hasil ceritamu!
Pentingnya Bertoleransi
Sumber: cdn.brilio.net
Dalam heningnya malam, Mahmud masih siaga berjaga
mengelilingi pondok pesantrenya. Malam yang dingin, suasana yang
begitu gelap tak menjadi halangan dalam menjaga amanat yang di
berikan oleh kiainya. Maklum, Mahmud merupakan keamanan yang
bertanggung jawab dalam keamanan pesantren. Apalagi belakangan ini
dia harus tetap siaga bergadang semalam suntuk.
“Kalian semua tahu? Ini semua gara-gara kerjaan Amerika.
Membuat kita harus setiap malam bergadang sampe subuh!” Gumamnya
kepada teman yang bersamanya mengontrol keliling pesantren.
68 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
“Kenapa Mud? Kok Amerika yang di salahkan. emang ada kaitanya
Amerika dengan tugas kita harus bergadang mengelilingi pesantren setiap
malam?”
“Coba kalian pikiran! Dengan propaganda Amerika yang
mengatakan islam agama teroris dan perbuatan mereka yang menjajah
negara yang berpenduduk umat muslim pasti tidak akan terjadi bom Bali
ini. Semua ini kan terjadi gara-gara perbuatan sebagian umat islam garis
keras yang menuntut balas terhadap perbuatan Amerika dan antek-antek
barat itu sehingga pulau Bali yang mengandalkan sektor pariwisata
dengan didomonasi turis mancanegara menjadi sasaran balas dendam
mereka”. Mahmud memberikan penjelasan kepada teman-temannya
terhadap apa yang ada di benaknya selama ini.
Memang setelah terjadinya bom Bali di Legian Kuta, yang
dilakukan oleh Amrozi CS hubungan muslim dengan Hindu kian longgar.
Toleransi yang sejak dulu dibangun hancur berantakan. Apalagi dengan
pernyataan-pernyataan yang di keluarkan oleh tokoh-tokoh agama Hindu
yang selalu mencurigai umat muslim yang tinggal di Bali sehingga
Islamphobia menjadi marak terjadi pada masyrakat Bali terutama yang
beragama Hindu, sebab umat islam secara keseluruhanlah yang mereka
anggap sebagai pelaku dalam pengeboman tersebut. Banyak rumah
ibadah dan umat muslim Bali di curigai karena dikaitkan dengan
pengeboman yang terjadi di Kuta itu. Begitu juga yang terjadi dalam
keseharian kehidupan sosial umat islam Bali saat itu sangat
dimariginalkan.
Kiai Abdurrahman yang merupakan pengasuh pesantren keluar
dan memanggil mereka dengan membawa kopi dan kue disertai tasbih di
tangan kanannya.
“Mahmud, Mushodiik, Ali ke sini! ada kopi untuk kalian.” Panggil
kiai yang sudah menunggu di teras masjid seakan kiai juga ingin
berbincang-bincang bersama mereka.
“Gimana? Kalian sudah selesai megontrol keliling pesantren.
“Belum semua kiai baru sampe depan asrama putri.” Jawab
Mahmud yang baru selesai meenyeruput kopi yang di berikan oleh
kiainya.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 69
“Abah saya membangun pesantren ini di atas tanah milik
kakeknya yang dulu merupakan seorang pengembara. Dulu, sebelum
kedatangan bangsa penjajah ke negeri ini dan Indonesia masih belum
satu kesatuan seperti sekarang, yang masih terpecah-pecah menjadi
beberapa bagian kerajaan dia mengembara ditemani para murid-
muridnya. Seluruh pulau yang biasa dilalui para saudagar muslim pernah
disinggahinya. Hingga pada akhirnya dia sampai di pulau Bali ini.” Kyai
Abdurahman berhenti sejenak untuk menghela nafas dan mengingat-
mengingat lagi memori yang ada di ingatanya. Sementara itu Mahmud
dan teman-temannya masih penasaran dengan cerita yang disampaikan
kiainya.
“Setelah itu banyak orang muslim lain juga berdatangan ke sini.
Tanah desa dan pesantren ini merupakan hasil pemberian raja Bali. Dulu,
daerah ini merupakan hutan yang lebat. Saat itu, umat muslim membantu
mereka dalam mempertahankan kekuasaan terhadap penyerangan musuh
dari luar. Sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka, umat islam diberi
tanah untuk tetap tinggal dan umat Hindu diharuskan untuk mengakui
umat Islam sebagai saudaranya. Sejak saat itulah agama islam diterima
menjadi bagian dari masyarakat Bali”. Kata kiai yang bercerita mengenai
awal sejarah islam di daerahnya.
“Iya kiai, kata ayah saya ceritanya juga sama dengan yang kyai
sampaikan.” Sahut Mushoddiq.
“Apapun yang terjadi kita harus menghargai perbedaan yang ada.
Dalam ajaran islam sangat mengharuskan adanya toleransi terhadap
orang yang berbeda dengan kita. Islam tak pernah mengajarkan
kekerasan. Dan memaksa agama lain untuk masuk ke dalam agama islam
sangat tidak dibenarkan dalam agama islam. Islam yaang merupakan
rahmat bagi semua alam harus kita tanamkan dalam sanubari kita.
“Dan kamu Mahmud harus kuat memegang agamamu!” Kiai
menasehati Mahmud sebagai seorang muallaf yang sebelumnya beragama
Hindu. Mahmud berasal dari Kasta tinggi dalam agama Hindu dengan
nama aslinya Ida Bagus Mahendra lalu diganti oleh kiai Abdurrahman.
Mulanya, Mahmud dihalangi oleh keluarganya untuk masuk Islam. Ketika
tinggal di pesantren, tidak ada satupun keluarganya tahu. Berkat kasih
sayang kyai Abdurrahman, Mahmud menjadi paham terhadap agama
islam. Bahkan, idealismenya dalam beragama melebihi teman-teman
70 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
pondoknya. Apapun yang diharamkan dalam agama dan nasihat kiai
selalu dijaganya. Hal itu berbeda dengan teman-temannya yang selalu ada
multi tafsir dalam beragama dan peraturan yang dilarang kiai.
“Nabi mengatakan bahwa menjaga agama itu bagaikan memegang bara
api. Itu artinya semakin kuat agama kita maka ujian kita dalam beragama
juga semakin besar. Ujian-ujian harus siap kita hadapi”. lanjut kyai.
Setelah itu kiai beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju ke
dhalem.
Beberapa jam kemudian, malam pun semakin larut dalam
gelapnya. Mahmud, Mushoddiq, Ali masih berjaga-jaga mengamankan
keamanan pesantren di teras masjid. Namun, dalam sunyinya malam
pendengaran mereka akhirnya tertuju pada suara sepeda motor yang
entah dari mana asalnya.
“Bruummhhh… Brummmhh… Bruummmhh..!”” terdengar
sekelompok orang bersepeda yang sedang menuju ke pondok pesantren.
Suara sepeda motor tersebut semakin lama semakin keras membuat
penasaran menyelimuti hati mereka.
Mereka bertiga semakin penasaran dan siaga dengan keadaan
yang semakin mencekam. Tidak hanya mereka yang mendengar suara
sepeda motor itu, santri juniorpun keluar untuk melihat suasana gaduh
tersebut.
“Pranggkkk…!. Terdengar suara lampu pondok pesantren sebelah
timur pecah akibat dilempar orang. Selain itu, mereka mendengar
teriakan keras yang mengatakan sesuatu yang menghina agama islam.
“Islam teroris! Islam teroris! Islam teroris!” Akhirnya muncul
sumber suara tersebut dari orang sedang mengenakan helm teropong
hitam. Dia mengatakan itu sambil berteriak dengan memanjat tembok
pondok pesantren. Suasana malam gelap yang mencekam semakin
menakutkan.
“Siapa orang-orang itu?” Spontan Ali bertanya.
“Mana aku tahu!” jawab Mushoddiq.
“Hal ini tidak bisa dibiarkan!” Mahmud memandang dengan
penuh kewaspadaan yang tiba-tiba berlari dengan cepat menuju orang
yang sedang memanjat tembok tersebut. Melihat temannya berlari, Ali
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 71
dan Mushoddiq juga ikut berlari mengikuti di belakang Mahmud.
Sementara itu santri junior masih belum berani keluar asrama sebab
suasana yang masih mencekam.
Melihat ada orang yang sedang berlari mengejar akhirnya orang
berhelm teropong itu meloncat turun dari tembok yang tingginya tiga
hasta tersebut. Walaupun Mahmud dan teman-temannya mengejar,
mereka tetap meneriakan kata-kata mereka yang menghina agama islam.
“Ayoo berangkat!” Salah satu gerombolan tersebut memberikan
komando terhadap kelompok yang lain.
Sesaat Mahmud, Ali dan Mushoddiq sudah hampir sampai di
depan gerbang pondok pesantren. Mereka berlari dengan membawa
senter dan pentungan karena khawatir terjadi sesuatu. Namun usaha
Mahmud kelihatanya akan sia-sia sebab para pengendara sepeda motor
tersebut sudah lepas gas kabur meninggalkan mereka. Dengan nafas yang
hampir habis, keringat yang semakin bercucuran tampak kekecewaan
menyelimuti hatinya.
“Kurang ajar!” teriak Mahmud dengan emosi yang semakin
memuncak.
Namun warga desa yang bertetangga dengan pesantren yang
sudah dari tadi terganggu dengan suasana gaduh tersebut keluar rumah
melihat suasana yang terjadi. Dengan larut malam gelap yang diterangi
dengan lampu-lampu dari rumah warga yang berada di pinggir jalan
tersebut warga semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka
mendekat ke pesantren dengan arah yang berlawanan dengan para
pengendara sepeda motor yang berkenalpot blonk tersebut. Sontak, para
pengendara motor tersebut terkejut melihat warga kampung menjegat
mereka dari arah berlawanan. Mereka berbalik arah lagi dan sekarang
berhadapan lagi dengan Mahmud yang dari tadi merasakan kekecewaan.
Dengan nafas yang ngos-ngosan, kini dia bangkit lagi terperangah dengan
sekumpulan pengendara sepede motor yang sebelumnya dia kejar kini
berada di depan matanya.
“Minggir kau!” Perintah salah satu pengendara motor kepada
Mahmud yang masih berdiri di tengah jalan yang siap menghalang
mereka.
“Dasar nekat!” cetus yang lain melihat sikap pendirian Mahmud.
72 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
“Gak usah dipikirkan! Terobos saja!” Para pengendara motor
tersebut akhirnya tetap nekat menorobos badan Mahmud yang
menghalangi jalan mereka. Beberapa di antara mereka berhasil
meloloskan diri. Segera mungkin Mahmud mengambil sikap.
“Bruukkk!” Mahmud berhasil menjatuhkan salah satu pengendara
motor tersebut. Dia mendorong badan pengendara motor tersebut
dengan keras sehingga sepeda motor yang dikendarainya hilang
keseimbangan lalu jatuh ke tanah. Kini Mahmud berhasil menangkap
salah satu dari pengendara motor itu. Dia segera mungkin menenangkan
diri lalu mengunci tangan pengendara motor tersebut sehingga orang itu
tidak lagi bisa bergerak.
Masyarakat yang sebelumnya mengejar para pengendara motor
tersebut sangat marah setelah mengetahui tindakan yang mereka
lakukan. Melihat salah satu pengendara motor tersebut sudah berhasil
dijatuhkan oleh Mahmud masyarakat sudah siap dengan bogeman
mentah di tangan. Namun kiai Abdurahman keluar menenangkan
suasana.
“Apa yang kalian lakukan!” Sontak kiai sangat marah dengan
perlakuan masyarakat yang ingin main hakim sendiri terhadap
pengendara motor itu.
“Orang ini telah melakukan teror di desa kita, kiai! Dia harus
diberi pelajaran. Haaaghh!” Salah satu warga yang sudah emosi langsung
memberi pukulan terhadap pengendara motor yang sudah tertangkap.
“Udahhh…udahh..udahh..!” kiai menenangkan suasana.
“Gede…! bawa orang ini masuk. Masukan dia ke dalam gudang!.”
Perintah kiai kepada salah seorang pemuda. Setelah kejadian itu, kiai,
masyarakat dan santri melakukan rapat darurat di masjid membicarakan
masalah yang baru saja terjadi.
“Kita harus membalas perlakuan orang Hindu itu, kiai!”
“Itu benar! Bagaimana kalau besok malam kita langsung
melakukan penyerangan terhadap mereka?” Kita harus balas tindakan
mereka!”
“Betul…Betul..Betul..” jawab masyarakat yang lain dengan kompak
membenarkan pernyataan yang disampaikan.
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 73
“Udah! Tenang! Mari kita hadapi masalah ini dengan kepala
dingin. Jangan dengan emosi!” Kyai mencoba menenangkan suasana
panas yang menyelimuti malam tersebut. Setelah beberapa lama
kemudian, Gede datang berkumpul dengan masyarakat yang lain.
“Saya kenal orang itu kiai.” Gede mencoba memberikan informasi
kepada kumpulan rapat.
“Siapa mereka Gede?” kiai bertanya dengan nada penasaran.
“Mereka adalah warga sebelah utara, kiai. Mereka selama ini
memang dikenal sebagai warga yang sering mendapatkan peringatan dari
pemerintah karena sikap mereka yang dikenal suka melakukan
kekerasan.”
“Lalu siapa kumpulan orang bersepeda barusan yang meneror
kita?”
“Mereka adalah anak muda yang sering nongkrong di desa
tersebut. Sementara itu orang yang berhasil kita tangkap adalah pemuda
yang sudah beberapa kali keluar masuk penjara gara-gara kasus kriminal”.
Jawab anak muda yang bertubuh tegap tersebut dengan memberikan
penjelasan.
“Sudah.. saudara sekalian…! Besok kita akan bawa orang itu ke
kantor polisi. Nggak akan ada lagi yang namanya kekerasan” kiai
memberikan kebijakan sambil berdiri dan langsung meninggalkan
perkumpulan rapat di masjid tersebut. Dengan berakhirnya rapat,
masyarakatpun kembali dengan tenang ke rumah mereka masing-masing.
***
Di saat fajar telah muncul dengan cahaya yang menyingsing di
arah timur dengan keindahannya, sebagian loudspeaker dari beberapa
masjid telah mengumandangkan suara-suara ayat Al-qur’an tanda shalat
subuh akan dilakukan. Ayam-ayampun telah melantunkan suara emasnya
membangunkan manusia yang terlelap. Setelah rapat selesai, Mahmud
yang masih duduk di pinggir teras masjid menatap sang fajar dengan
renungan yang ada di benaknya. Sungguh kini dia telah mengerti betapa
pentingnya toleransi dalam kehidupan. Sering kali manusia terbawa
suasana dengan kondisi yang mengelilinginya sehingga melakukan
tindakan bodoh tanpa meneliti lebih lanjut terhadap peroblema yang
74 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
dihadapinya. Ajaran islam yang kaffah adalah ajaran islam yang telah
diajarkan nabi muhammad SAW kepada kita dengan tanpa melakukan
kekerasan dan memberikan kedamian bagi seluruh alam. Kini Mahmud
harus giat lagi memperdalam agama Islam. Ternyata selama ini banyak
orang hanya mengetahui sebagian dari ajaran agama islam sehingga
melahirkan gerakan pemikiran yang jauh dari substansi islam yang
sebenarnya.
Digubah dari “Islamphobia dan Toleransi Beragama”
karya M. Sofi Zihan
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 75
RANGKUMAN
Menulis cerita pendek adalah kegiatan pengungkapan
ide, gagasan, perasaaan, dan imajinasi dalam bentuk
tulisan yang dialami, dilihat, atau dibayangkan oleh
pengarang dan dekat dengan kehidupan nyata atau
fantasi pembaca.
Tahapan menulis cerita pendek
1. Tahap persiapan
2. Tahap penyusunan kerangka karangan
3. Tahap penulisan
4. Tahap penyuntingan
5. Tahap pemberian judul
76 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
Bgaimana? Mudah, bukan?
Dapatkah kamu membuat cerita
pendek bermuatan nilai religius
untuk menumbuhkan sikap
toleransi? Coba buat ceritamu
sendiri!
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 77
MARI INGAT KEMBALI!
Apa saja yang sudah kamu pelajari dalam buku ini? Mari kita ingat
bersama!
Bab 1: Mengenal Cerita Pendek
A. Pengertian Cerita Pendek
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra fiksi yang berwujud
cerita dengan tulisan pendek, memberikan kesan tunggal karena
melibatkan sedikit tokoh, alur, dan latar serta memusatkan pada
suatu situasi atau satu konflik sehingga masalah yang timbul dapat
teratasi atau dianggap selesai.
B. Unsur Pembangun Cerita Pendek
Unsur pembangun cerita pendek sebagai cerita fiksi yaitu alur (plot),
tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema.
Bab 2: Meneladani Nilai Religius untuk Bertoleransi
C. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang abstrak, dipandang baik dan bermanfaat
yang dijadikan pedoman atau rujukan dalam bertingkah laku dan
menentukan pilihan sehingga dapat memberi makna pada hidup,
serta dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang.
D. Nilai Religius
Nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, menghormati Tuhan,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun
dengan pemeluk agama lain sehingga terbangun keselarasan relasi
78 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan alam serta dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan hidup
seseorang.
E. Unsur Nilai Religius
Unsur nilai tersebut antara lain yaitu cinta damai, toleran, dan adil.
Bab 3: Menulis Cerita Pendek Bernilai Religius
F. Menulis Cerita Pendek
Menulis cerita pendek adalah kegiatan pengungkapan ide, gagasan,
perasaaan, dan imajinasi dalam bentuk tulisan yang dialami, dilihat,
atau dibayangkan oleh pengarang dan dekat dengan kehidupan nyata
atau fantasi pembaca.
G. Tahapan Menulis Cerita Pendek
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan kegiatan persiapan alat yang
diperlukan dalam penulisan serta pemilihan bahan, ide, gagasan,
atau inspirasi berdasarkan pengalaman pribadi maupun yang ada
di lingkungan sekitar.
2. Tahap Penyusunan Kerangka Karangan
Tahap penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan
mematangkan konsep dan menuangkan garis besar cerita atau
poin-poin penting cerita pada bagian awal, tengah, dan akhir serta
yang berkaitan dengan unsur pembangunnya.
3. Tahap Penulisan
Tahap penulisan merupakan kegiatan penuangan ide atau gagasan
yang telah dituliskan dalam tahap penyusunan kerangka karangan
melalui bentuk cerita yang utuh (cerpen).
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 79
4. Tahap Penyuntingan
Tahap penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang dan
memperbaiki tulisan baik yang berkaitan dengan tata bahasa,
tanda baca, maupun isi cerita.
5. Tahap Pemberian Judul
Tahap pemberian judul merupakan tahap akhir yang dilakukan
dalam proses menulis cerpen. Judul harus disesuaikan dengan isi
cerita sehingga terbentuk keselarasan.
80 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
GLOSARIUM
ab·strak [1] a tidak berwujud; tidak berbentuk; mujarad; niskala:
kebaikan dan kebenaran adalah pengertian yg --;
ama·nat n 1 pesan; perintah (dr atas): menyampaikan -- orang tuanya; 2
Ling keseluruhan makna atau isi pembicaraan; konsep dan perasaan yg
disampaikan pembicara untuk dimengerti dan diterima pendengar atau
pembaca; 5 Sas gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin
disampaikan pengarang kpd pembaca atau pendengar;
ana·fo·ra n Ling pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaktis pd
larik-larik atau kalimat-kalimat yg berturutan untuk memperoleh efek
tertentu;
an·tek /anték/ Jw n orang (negara) yg diperalat atau dijadikan pengikut
orang (negara) lain; kaki tangan; budak
an·ti·kli·maks n kemerosotan atau kemunduran mendadak sampai taraf
yg tidak berarti dan amat mengecewakan, sangat berlawanan dng
kemajuan atau kehebatan yg telah dicapai sebelumnya
an·ti·te·sis /antitésis/ n 1 pertentangan yg benar-benar; 2 pengungkapan
gagasan yg bertentangan dalam susunan kata yg sejajar, spt dl semboyan
"Merdeka atau Mati"
apar·te·men /apartemén/ n tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk,
kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb) yg berada pd satu lantai bangunan
bertingkat yg besar dan mewah, dilengkapi dng berbagai fasilitas (kolam
renang, pusat kebugaran, toko, dsb);
as·ra·ma n bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk
sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang
kepala asrama;
ban·de·rol n pita cukai (pd rokok, cerutu, dsb) sbg tanda bahwa
pajaknya sudah dibayar
dik·si n Ling pilihan kata yg tepat dan selaras (dl penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (spt yg
diharapkan)
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 81
do·mi·nan a 1 bersifat sangat menentukan krn kekuasaan, pengaruh,
dsb: bahasa Indonesia sangat -- di daerah Jakarta; 2 berpengaruh kuat;
tampak menonjol (tt warna dsb): warna biru sangat -- dl lukisannya
do·mi·na·si n 1 penguasaan oleh pihak yg lebih kuat thd yg lebih lemah
(dl bidang politik, militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dsb); 2 Ling
hal tergantungnya suatu konstituen sintaktis pd simpai di atasnya
efek·tif /éféktif/ a 1 ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2
manjur atau mujarab (tt obat); 3 dapat membawa hasil; berhasil guna (tt
usaha, tindakan); mangkus; 4 mulai berlaku (tt undang-undang,
peraturan);
es·te·tis /éstétis/ a 1 mengenai keindahan; menyangkut apresiasi
keindahan (alam, seni, dan sastra); 2 mempunyai penilaian thd keindahan
fan·ta·si n 1 gambar (bayangan) dl angan-angan; khayalan: cerita itu
berdasarkan -- , bukan kejadian yg sebenarnya; 2 daya untuk
menciptakan sesuatu dl angan-angan: pengarang harus kuat -- nya; 3
hiasan tiruan: gaun itu diberi kancing dan saku --;
ga·gas·an n hasil pemikiran; ide: ia mempunyai ~ untuk mendirikan
sebuah yayasan;
ga·wai [2] kl n alat; perkakas
gra·ma·ti·kal a Ling sesuai dng tata bahasa; menurut tata bahasa;
gro·sir n pedagang yg menjual barang dl jumlah besar
har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
ima·ji·na·si n 1 daya pikir untuk membayangkan (dl angan-angan) atau
menciptakan gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian berdasarkan
kenyataan atau pengalaman seseorang; 2 khayalan
in·for·ma·tif a bersifat memberi informasi; bersifat mene-rangkan:
penerangan harus bersifat edukatif, stimulatif, -- , dan persuasif
in·spi·ra·si n ilham;
ju·ni·or a 1 lebih muda, khususnya antara dua orang bersaudara (kakak
beradik) atau antara bapak dan anak yg mempunyai nama akhir sama; 2
berpangkat atau berkedudukan lebih rendah; lebih muda
keanggotaannya: (mahasiswa, pegawai, pemain) –
ka·bin n 1 kamar di dl kapal; 2 ruang di dl pesawat terbang tempat para
penumpang; 3 ruang penumpang dl mobil
82 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
kli·maks n 1 puncak dr suatu hal, kejadian, keadaan, dsb yg berkembang
secara berangsur-angsur: peringatan Hari Sumpah Pemuda akan diakhiri
dng suatu -- kegiatan pd akhir bulan Oktober; 2 Sas kejadian atau
adegan yg paling menarik atau penting: -- pertunjukan sandiwara tiga
babak itu sangat memukau penonton;
ko·he·si /kohési/ n 1 Ling keterikatan antarunsur dl struktur sintaksis
atau struktur wacana yg ditandai antara lain konjungsi, pengulangan,
penyulihan, dan pelesapan, spt dia tetap belajar meskipun sudah
mengantuk
ko·man·do n aba-aba; perintah: jangan bergerak dulu, tunggu --;
ko·mu·ni·ka·tif a 1 dl keadaan saling dapat berhubungan (mudah
dihubungi); 2 mudah dipahami (dimengerti): bahasanya sangat --
sehingga pesan yg disampaikannya dapat diterima dng baik
kon·flik n 1 percekcokan; perselisihan; pertentangan; 2 Sas ketegangan
atau pertentangan di dl cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua
kekuatan, pertentangan dl diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh,
dsb);
kon·sep /konsép/ n Ling gambaran mental dari objek, proses, atau apa
pun yg ada di luar bahasa, yg digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain
kon·sis·ten /konsistén/ a 1 tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2
selaras; sesuai: perbuatan hendaknya -- dng ucapan
kri·mi·nal a berkaitan dng kejahatan (pelanggaran hukum) yg dapat
dihukum menurut undang-undang; pidana
kro·no·lo·gis a berkenaan dng kronologi; menurut urutan waktu (dl
penyusunan sejumlah kejadian atau peristiwa)
ku·il n bangunan tempat memuja (menyembah) dewa
ku·rir n utusan yg menyampaikan sesuatu yg penting dng cepat
lek·si·kal /léksikal/ a Ling 1 berkaitan dng kata; 2 berkaitan dng leksem;
3 berkaitan dng kosakata
lo·gi·ka n 1 pengetahuan tt kaidah berpikir; 2 jalan pikiran yg masuk
akal: keterangan saksi tidak ada -- nya;
man·ca·ne·ga·ra n negara asing; luar negeri: beberapa pejabat tinggi
negara ikut rombongan Presiden ke –
me·le·nguh v 1 mengeluarkan bunyi lenguh; menguak (tt lembu, rusa,
dsb): anak lembu itu --; 2 mengi: napasnya –
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 83
me·re·guk v 1 meneguk; meminum; 2 ki merasai (nikmat dsb): mereka
dapat ~ kesenangan hidup pd zaman kemerdekaan ini;~ liur menitik
selera; sangat ingin;
mar·gi·nal a 1 berhubungan dng batas (tepi); tidak terlalu
menguntungkan: mereka sama-sama melakukan ekonomi --; 2 berada di
pinggir: kalau dahulu kelompok itu dipandang -- , tetapi sejak
pemerintah baru sudah amat menentukan;
me·ta·fo·ra /métafora/ n Ling pemakaian kata atau kelompok kata bukan
dng arti yg sebenarnya, melainkan sbg lukisan yg berdasarkan persamaan
atau perbandingan, msl tulang punggung dl kalimat pemuda adalah
tulang punggung negara
mo·ral n 1 (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila: -- mereka sudah bejat,
mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan
bermain perempuan; 2 kondisi mental yg membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan
sebagaimana terungkap dl perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya
tempur yg tinggi; 3 ajaran kesusilaan yg dapat ditarik dr suatu cerita;
mu·dik v 1 (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman): dr
Palembang -- sampai ke Sakayu; 2 cak pulang ke kampung halaman:
seminggu menjelang Lebaran sudah banyak orang yg --;--
na·ra·tor n orang yg bercerita; pencerita: kesan sadis terasa ketika --
nya menggambarkan gadis yg dicekik itu matanya melotot dan lidahnya
terjulur keluar
ope·ra·si·o·nal a secara (bersifat) operasi; berhubungan dng operasi;
pa·ra·doks n pernyataan yg seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng
pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung
kebenaran; bersifat paradoks
pa·ra·lel·is·me /paralélisme/ n Ling penggunaan bentuk sintaksis yg
sepadan
per·so·na n 1 orang; pribadi; 2 Ling orang atau benda yg berperanan dl
pembicaraan (persona I, pembicara; persona II, orang yg diajak bicara;
persona III, orang yg dibicarakan)
per·so·ni·fi·ka·si n pengumpamaan (pelambangan) benda mati sbg
orang atau manusia, spt bentuk pengumpamaan alam dan rembulan
menjadi saksi sumpah setia;
84 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
pe·san·tren /pesantrén/ n asrama tempat santri atau tempat murid-murid
belajar mengaji dsb; pondok
pro·pa·gan·da n penerangan (paham, pendapat, dsb) yg benar atau salah
yg dikembangkan dng tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu
aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu: -- biasanya disertai dng janji yg
muluk-muluk;
pro·yek /proyék/ n rencana pekerjaan dng sasaran khusus (pengairan,
pembangkit tenaga listrik, dsb) dan dng saat penyelesaian yg tegas
re·pe·ti·si /répetisi/ n Sas gaya bahasa yg menggunakan kata kunci yg
terdapat di awal kalimat untuk mencapai efek tertentu dl penyampaian
makna ulangan (sandiwara dsb): -- perlu diadakan pd setiap menjelang
pementasan
ri·tu·al a berkenaan dng ritus; hal ihwal ritus: tari Bali juga bersumber
pd gerak –
san·tri n 1 orang yg mendalami agama Islam; 2 orang yg beribadat dng
sungguh-sungguh; orang yg saleh;
sen·ti·men·tal /séntiméntal/ a 1 mengenai sentimen; dipengaruhi oleh
rasa sentimen; bersifat menyentuh perasaan: lagu yg --; 2 mudah
terpengaruh oleh perasaan; sangat perasa: kaum wanita banyak yg
mempunyai sifat --
si·mi·le /similé/ n majas pertautan yg membandingkan dua hal yg secara
hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yg serupa, dinyatakan
secara eksplisit dng kata seperti, bagai, laksana
si·nek·do·ke /sinékdoké/ n 1 majas pertautan yg menyebutkan nama
bagian sbg pengganti nama keseluruhannya: pars pro toto; 2 majas
pertautan yg menyebutkan nama keseluruhan sbg pengganti nama
bagiannya: totem pro parte; 3 majas pertautan yg menyebutkan nama
bahan sbg pengganti nama barang yg terbuat dr bahan itu
struk·tur n Ling pengaturan pola dl bahasa secara sintagmatis;
tam·bun [1] a gemuk (tt manusia dan binatang); berisi (tt tubuh):
binatang yg dikebiri biasanya menjadi --; krn gembul dan kurang
bergerak, tubuhnya semakin --;
te·ro·ris /téroris/ n orang yg menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan politik: gerombolan --
telah mengganas dng membakar rumah penduduk dan merampas hasil
panen
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 85
tip [1] n cak persen (kpd pelayan restoran, pengangkat koper di bandar
udara, pelayan hotel, dsb)
tra·di·si n 1 adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yg masih
dijalankan dl masyarakat; 2 penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yg
telah ada merupakan yg paling baik dan benar: perayaan hari besar
agama itu janganlah hanya merupakan -- , haruslah dihayati maknanya;
tu·ris [2] n pelancong; wisatawan;
ulas·an n kupasan; tafsiran; komentar: ~ ini merupakan tanggapan atas
perubahan tugas Keluarga Berencana;
86 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK
DAFTAR PUSTAKA
Baribin, Raminah. 1985. Teori dan Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Kepennas. 2010. Pengembangan Budaya dan Karakter Sekolah. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Kosasih. 2014. Jenis-Jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter, Refleksi untuk Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Naim, Ngainum & Achmad Sauqi. 2012. Pendidikan Multikultural
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen.
Rembang: Yayasab Adhigama.
Internet
http://cerpenmu.com/cerpen-kehidupan/islamphobia-dan-toleransi-
beragama.html (16 September 2017)
https://lakonhidup.com/2016/07/03/sam-soe-emak/ (3 November 2017)
http://bidubab.blogspot.co.id/2017/01/cerpen-toleransi-beragama.html
(4 November 2017)
ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK | 87
PROFIL PENULIS
Bunga Faizatul Anggraeni, lahir di kota kecil nan sejuk di bawah kaki
gunung SindoroSumbing bernama
Wonosobo pada tanggal 15 Januari 1995.
Anak sulung dari pasangan Achmad Sidiq
dan Gemini Wati. Ia memulai pendidikan di
SD Negeri 9 Wonosobo, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Wonosobo,
lalu menempuh jurusan Administrasi
Perkantoran di SMK Negeri 1 Wonosobo,
dan saat ini sedang menempuh pendidikan sarjana jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang. Buku “ASYIKNYA
MENULIS CERITA PENDEK, Meneladani Nilai Religius untuk
Bertoleransi dalam Cerita Pendek” merupakan buku keempat yang Ia
susun, setelah sebelumnya menulis buku berjudul “Menangkap Makna
Teks Cerpen”, “MENENGOK WISATA RELIGI SEMARANG,
Petualangan Zara dan Misya di Kota Semarang”, dan “Mahir
Mengidentifikasi dan Merancang Karya Ilmiah”. Menulis adalah hal
yang yang menyenangkan. Tulislah apa yang tidak dapat kamu ucapkan,
karena manusia akan mati, tetapi tulisan akan tetap abadi.
Penulis dapat dihubungi melalui:
e-mail : [email protected]
88 | ASYIKNYA MENULIS CERITA PENDEK