KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3
VISI GURU PENGGERAK
Linda Puspitasari, M.Pd, Gr, Kelas A7.05 Aisyah Anggraini.
Pengajar Praktik Najemi, S.Ag
Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi
pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya
dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?
Modul 1.3 mempelajari mengenai Visi Guru Penggerak. Bandura menyatakan Visi adalah
representasi kognitif mengenai gambaran masa depan. Visi dapat dikatakan sebagai
sebuah imajinasi. Einstein mengatakan bahwa imajinasi merupakan tahap kecerdasan
yang sebenarnya. Imajinasi menstimulasi adanya kemajuan dan melahirkan evolusi. Dari
pemahaman tersebut, visi merupakan hal fundamental yang perlu dimilik. Visi berbasis
pada kekuatan kata untuk menggerakkan hati, menyemangati, menguatkan untuk
melangkah maju secara kolaborasi.
Visi seorang guru harusnya sejalan dengan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun anggota masyarakat, demi terciptanya student wellbeing.
Visi saya : “Terwujudnya siswa yang berkahlakul karimah, berkarakter, cerdas, dan
nasionalis dalam era globalisasi
Proses menuntun murid perlu disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid.
Proses tersebut dapat dilakukan melalui 3 hal, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Dari hal tersebut dapat dipahami, bahwa fokus
utama guru dalam menyusun visi adalah mengutamakan murid dan memandangnya
dengan rasa hormat. Visi juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan murid sesuai kodrat
alam dan zaman.
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, diri anak
perlu merdeka dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak
kehilangan arah. Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga
memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang
“beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah
penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut
adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).
Setiap bagian dalam dimensi profil pelajar Pancasila terbagi ke dalam elemen dan sub
elemen. Dalam menyusun visi yang berpihak kepada murid, guru perlu menyelaraskan
visi dengan dimensi profil pelajar Pancasila.
Dalam proses mewujudkan visi yang berpihak pada murid dan selaras dengan profil
pelajar Pancasila, perlu ada pemimpin yang mampu menggerakkan dan mengelola
perubahan. Guru Penggerak berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri,
sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada
murid. Untuk itulah perlu adanya Nilai-nilai dan peran guru penggerak untuk mewujudkan
Visi. Nilai-nilai guru penggerak yaitu: Berpihak pada murid, Reflektif, Mandiri, Kolaboratif,
dan Inovatif. Sedangkan peran guru penggerak yaitu: menjadi pemimpin pembelajaran,
menjadi coach bagi guru lain, pendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid,
dan menggerakkan komunitas praktisi.
Maka dari itu, guru penggerak perlu membuat visi yang berpihak pada murid, mampu
mencerminkan nilai dan peran guru penggerak, serta mewujudkan profil pelajar
Pancasila.
INKUIRI APRESIATIF (IA)
Agar misi dapat terwujud dan terjadi proses perubahan, perlu ada upaya nyata.
Pendekatan IA adalah salah satu cara untuk mewujudkan VISI secara kolaboratif.
Konsep IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney,
2005; Noble & McGrath, 2016). INKUIRI APRESIATIF (IA) merupakan pendekatan
manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan (positif). Pendekatan IA
percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada
keberhasilan. IA dimulai dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah.
mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi
untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Tahapan dalam IA dalam bahasa
Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi,
Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).
Sebelum melakukan tahapan BAGJA, Visi yang telah disusun diturunkan terlebih dahulu
menjadi prakarsa-prakarsa perubahan. Pernyataan prakarsa perubahan adalah
gambaran upaya nyata yang memungkinkan gotong-royong dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran murid berbasis aset/kekuatan. Penyusunan Prakarsa perubahan
dapat dibantu dengan model ATAP.
BAGJA
Tahapan BAGJA
Kekuatan BAGJA terdapat proses penggalian jawaban pertanyaan yang didasari oleh
rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA, dimulai dengan filosofi dan visi
yang berpusat pada kepentingan murid, kemudian diturunkan menjadi tujuan-tujuan rinci
berupa prakarsa perubahan yang muncul dari keresahan. Setelah itu disusunlah
pertanyaan-pertanyaan dan rencana-tindakan yang perlu-dilakukan, kemudian
merealisasikan hingga mendapatkan suatu temuan (data, cerita, fakta). Temuan itulah
yang menjadi dasar untuk menelaah kembali rancangan pertanyaan dan tindakan yang
telah dibuat.
Rencana dapat dibuat hingga akhirnya dilaksanakan, dimonitoring, serta dievaluasi
keselarasannya dengan visi. Kanvas BAGJA pada demonstrasi
adalah: https://anyflip.com/xqaar/tpvc/