1 Bedah Desain Kemasan Kompilasi Karya BEDA’KAN Batch 8
2 Daftar Isi KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Sambutan Kemenparekraf / Baparekraf Kata Pengantar Aprodi Tentang Program BEDA’KAN Para Desainer Grafis Potret UMKM Indonesia Tenun Sujiwa Art Tahu Carangsari Men Kadek Kacang Pedas Manis Bali Parni Durpa Honey Bécik Bécik Morinda Art Textile Indra Cahya Telur Asin Rare Baby Shop Gulita Coffee Curikmekenyem Bolu Riris Kopi Dewi Lestari Gian Susu Kedelai Agus Tiari Brownies Jajan Bali Mak Siva Canggala by Sari Murni Manik Mas Winny Kebaya Sunkrya Putri Ata Tirta Nadi Sunarta Lontar Cold Pressed VCO Amelia Madu Kele Kele Tenun Grising Sukerta Kesan dan Pesan pemilik Produk 3 4 5 6 11 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62
3 Sambutan KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Sambutan Kemenparekraf / Baparekraf M. Neil El Himam, M.Sc Deputi Bidang Ekonomi DIgital dan Produk Kreatif Sebagaimana sektor kehidupan lainnya, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga terdampa pandemi COVID-19. Penurunan aktivitas usaha karena adanya pembatasan aktivitas masyarakat membuat kreativitas dan produktivitas terhenti untuk sementara waktu. Namun, tahun 2021 ini adalah tahun kebangkitan. Di sektor Ekonomi Kreatif, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development) UNCTAD telah menetapkan tahun ini sebagai the International Year of Creative Economy for Sustainable Development. Berbagai upaya dilakukan Kemenparekraf untuk memulihkan pariwisata dan ekonomi kreatif, melalui berbagai program dan kegiatan. Salah satunya yaitu Bedah Desain Kemasan (BEDA’KAN), merupakan salah satu kegiatan inisiasi Kemenparekraf pada Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif melalui Direktorat Kuliner, Kriya, Desain dan Fesyen, dimana kegiatan ini selain memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif (ekraf) pada susbsektor Kuliner, Kriya dan Fesyen yang akan diberikan desainkemasan baru pada produknya, kegiatan ini juga berfokus pada edukasi dalam penguatan talenta desainer grafis (desain komunikasi visual) dengan cara praktik langsung mendesain ulang kemasan produk pelaku ekraf serta mewujudkan dalam bentuk mock-up kemasan yg dapat digunakan langsung untuk kegiatan penjualan pelaku ekraf. Lewat kegiatan ini, para pelaku usaha akan mendapat pemahaman tentang menjalankan usahanya ke depan dan informasi pengemasan produk yang baik oleh para pakar branding. Kegiatan ini bertujuan agar para pelaku ekraf lebih percaya diri, dapat memasarkan produknya lebih baik, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produknya, tentunya diharapkan terjalin simbiosis mutualisme antara pelaku UMKM dan Desainer sehingga terbentuknya supplay and demand dalam ekosistem jasa desain. Setelah sukses dengan 7 BEDA’KAN yang lalu (2020: Skala Nasional seluruh provinsi, Bandung, Denpasar Bali, thn 2021: Danau Toba (2 kali fesyen/kriya dan kuliner), Labuan Bajo, Mandalika) yang keseluruhannya diadakan secara open call, kini BEDA’KAN batch 8 kembali digelar secara khusus di Desa Wisata Bali yang terpilih dimana memiliki banyak sekali potensi produk fesyen kriya dan kuliner yang dapat dikembangkan. BEDA’KAN ini diikuti oleh 25 jenama/brand yg telah dikurasi (7 dari Tenganan dan18 dari Carangsari). Kegiatan BEDA’KAN Batch 8 kali ini bekerjasama dengan ASPRODI (Asosiasi Program Studi) DKV Se-Indonesia yang melibatkan 20 Dosen Pendamping, 30 Mahasiswa DKV dari 15 Universitas, serta bantuan pendampingan Tim Pakar, dan turut serta membantu kegiatan yaitu Pemerintah/ Lembaga Daerah Provinsi Bali dalam hal ini Pengelola Desa Carangsari dan Tenganan Pegringsingan, Dispar Badung dan Karangasem, Diskopukm Badung dan Karangasem, serta tentunya didukung oleh Dispar provinsi Bali. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kerjasama yang baik hingga terselesaikannya kegiatan ini. Kami mengapresiasi kegiatan ini mengingat peran strategis desain dalam kontribusi terhadap pembangunan ekonomi kreatif Indonesia. Akhir kata, kami ucapkan selamat dan terima kasih kepada para peserta BEDA’KAN, dan seluruh pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini, semoga dengan mengikuti kegiatan ini menjadikan produk kreatif UMKM berkembang melalui desain kemasan yang lebih menarik. Assalammualaikum wr. wb, salam sejahtera bagi kita semua
4 Kata Pengantar Asprodi KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Kata Pengantar Asprodi Dr. Intan Rizky Mutiaz., M.Ds Ketua Umum Asprodi DKV Indonesia Program BEDA’KAN menjadi contoh bahwa desain grafis berperan dalam kehidupan di semua lapisan masyarakat. Sebagai contoh, dalam kasus identitas visual produk kuliner dan kemasannya untuk UMKM Indonesia. Peran utama dari kemasan makanan adalah untuk melindungi produk makanan dari pengaruh luar dan kerusakan, menampung makanan, dan menyediakan informasi bahan dan gizi kepada konsumen. Kemasan juga mempunyai peran sebagai wajah dari produk dan seringkali merupakan satu-satunya eksposur produk yang dialami konsumen sebelum membeli. Untuk itu diperlukan seorang desainer yang dapat menerjemahkan cerita dari produk ke dalam kemasan secara visual dan fungsi. Produk UMKM Indonesia ini sangat unik dan dapat merepresentasikan budaya Indonesia. Tentunya, dengan kemasan yang terdesain dengan tepat dapat memberikan nilai lebih bagi produk dari segi citra dan juga fungsi, sehingga produk kuliner Indonesia dapat berkembang lebih luas sampai mancanegara dan turut menyebarluaskankan budaya Indonesia. Hal tersebut sangat sesuai dengan visi ADGI, yaitu membentuk identitas visual Indonesia yang kuat di dalam negeri dan di mata internasional. Program ini tentunya sangat menantang. Dalam setiap proses dibutuhkan berbagai tahapan yang mendalam. ADGI membuka kesempatan kepada semua anggotanya untuk terlibat dalam program ini yang kemudian dikurasi dengan pertimbangan baik dari segi pengalaman maupun kemampuan. Setelah itu kami memberi pengarahan kepada para desainer dan menjelaskan proses yang tepat untuk program BEDA’KAN ini. Tanpa kerja sama dengan berbagai pihak, tentu saja belum tentu dapat berhasil. Untuk itu, ADGI mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, baik itu para desainer anggota ADGI, tim kurasi produk UMKM, tim pakar kuliner dan juga tim Kemenparekraf/Baparekraf di Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif. Harapan kami semoga kegiatan dalam mendukung UMKM dapat terus dilanjutkan oleh banyak pemangku kepentingan di pemerintahan dan terus melibatkan asosiasi desain dalam prosesnya agar desainer grafis dapat terus berperan si semua lapisan masyarakat dan tentunya untuk kemajuan ekonomi kreatif di Indonesia. Assalammualaikum wr. wb, salam sejahtera bagi kita semua
5 Tentang Program BEDA’KAN KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Tentang Program BEDA’KAN Program BEDA’KAN (Bedah Desain Kemasan Kuliner Nusantara) merupakan kegiatan pendampingan pada 25 pelaku usaha kuliner dalam memberikan edukasi kemasan yang menarik pada produk UMKM terpilih (peserta mendapatkan desain logo dan kemasan baru melewati proses redesain 3 level bekerja sama dengan ADGI yang membawa 25 desainer yang telah ditunjuk ADGI dan didampingi langsung oleh pengurus ADGI). Dalam hal ini pengerjaannya melibatkan 2 bidang yang terkait yaitu Bidang Kuliner dan Bidang Desain (Desain Komunikasi Visual). Kegiatan Bedah Desain Kemasan Kuliner Nusantara dilakukan dengan metode studi kasus atau membedah desain yang ada. Kegiatan ini kemudian disebut dengan Bedah Desain Kemasan Kuliner Nusantara atau disingkat BEDA’KAN. BEDA’KAN pada masa tanggap darurat pandemi Covid-19 adalah kegiatan pemberian bantuan pemerintah dalam bentuk pembaharuan desain kemasan produk yang lebih baik dan memiliki value added terhadap produk para pelaku usaha kuliner melalui media daring (online). Program bantuan yang diberi nama BEDA’KAN (Bedah Desain Kemasan Kuliner Nusantara) ini bertujuan untuk: 1. Membantu pelaku usaha kuliner untuk memiliki kemasan produknya dengan tampilan yang lebih menarik, berkarakter, higienis, melindungi produknya dan profesional, sehingga semakin menarik perhatian konsumen; 2. Meningkatkan rasa percaya diri dalam persaingan global serta membantu pelaku usaha kuliner untuk meningkatkan nilai tambah produk mereka. 3. Membantu pelaku usaha kuliner dalam rangka persiapan tranformasi strategi pemasaran dari o ine ke online. Pelaksanaan prorgam BEDA’KAN dilakukan dengan sistem online dan hybrid, pada BEDA’KAN 1 seluruh tahapan dari mulai pendaftaran, seleksi administrasi awal, seleksi proposal konsep bisnis peserta, bedah produk dan rancangan kemasan, paparan desain akhir kemasan dilakukan online dengan melibatkan peserta dari beragam daerah dikarenakan pada masa tersebut awal pandemi Covid-19, sehingga keseluruhannya dilakukan secara online dan terbuka untuk seluruh daerah, dimana 25 produk yang terkurasi. Penerima bantuan BEDA’KAN adalah pelaku usaha kuliner yang terkena dampak pandemi Covid-19 yang mengalami kerugian akibat omzetnya menurun dan bahkan banyak yang menutup usahanya. Assalammualaikum wr. wb, salam sejahtera bagi kita semua
6 Profile Desainer BEDA’KAN
7 Produk: TENUN SUJIWA ART Desainer: Eky Cahyadi Universitas Kristen Maranatha 081223132877 [email protected] Produk: • TAHU CARANGSARI MEN KADEK • GULITA COFFEE Desainer: Jeremy Universitas Bunda Mulia 081213630946 [email protected] Produk: DURPA HONEY Desainer: Naufal Arya Utomo Universitas Trisakti 088213691131 naufalauaryautomo@gmail. com Produk: • TAHU CARANGSARI MEN KADEK • GULITA COFFEE Desainer: Debby Thalia Universitas Bunda Mulia 085770999368 [email protected] Produk: KACANG PEDAS MANIS BALI PARNI Desainer: Daigo Tanu Saputra Universitas Ciputra Surabaya 082231905027 [email protected]. ac.id Produk: RARE BABY SHOP Desainer: Revilia Sastradiredja Institut Teknologi Bandung 085776377349 [email protected] Produk: • TAHU CARANGSARI MEN KADEK • GULITA COFFEE Desainer: Yana Erlyana Universitas Bunda Mulia 0818729198 [email protected] Produk: KACANG PEDAS MANIS BALI PARNI Desainer: Tania Lia Chandra Universitas Ciputra Surabaya 08199903 625 [email protected]. ac.id Produk: BÉCIK BÉCIK Desainer: Helena Calista Universitas Pelita Harapan 087874219102 [email protected]
8 Produk: INDRA CAHYA TELUR ASIN Desainer: Angelia Christian Universitas Kristen Petra Surabaya 082147362068 [email protected] Produk: CURIKMEKENYEM Desainer: Erwin Alfian, S.Sn., M.Ds Universitas Multimedia Nusantara 087886269857 [email protected] Produk: BOLU RIRIS Desainer: Muhammad Hanifi Asyraf Universitas Trisakti 0812 8444 6928 [email protected] Produk: KOPI DEWI LESTARI Desainer: Antonius Eka Dharmawan Universitas Mercu Buana 0895424904040 [email protected] Produk: INDRA CAHYA TELUR ASIN Desainer: Devina Natalia Universitas Kristen Petra Surabaya 081237573215 [email protected] Produk: CURIKMEKENYEM Celine Venusa Universitas Multimedia Nusantara 08111488168 [email protected]. ac.id Produk: GIAN SUSU KEDELAI Desainer: Arafah Zakiyah Rachma Institut Kesenian Jakarta 081344105979 [email protected] Produk: JAJAN BALI MAK SIVA Desainer: Maria Imanuelia Priambodo Institut Kesenian Jakarta 08561279528 [email protected] Produk: AGUS TIARI BROWNIES Desainer: Phoebe Shafa Fiorentina Universitas Mercu Buana 081212113089 [email protected]
9 Produk: PUTRI ATA Desainer: Muhammad Thufail Bahasuan Universitas Brawijaya 08992033124 [email protected] Produk: SUNARTA LONTAR Desainer: Revilia Sastradiredja Institut Teknologi Bandung 089666106092 [email protected] Produk: TIRTA NADI Desainer: I Dewa Gede Ari Yoga Institut Desain dan Bisnis Bali 081529342603 [email protected] Produk: CANGGALA BY SARIMURNI Desainer: Putri Dwitasari Nopember 081803224141 [email protected] Produk: MANIK MAS Desainer: Melin Ambarwati Politeknik Negeri Jakarta 0898-7113668 [email protected] Produk: CANGGALA BY SARIMURNI Desainer: Faizal Achwalul Hidayah Institut Teknologi Sepuluh 085707119508 [email protected] Produk: SUNKRYA Desainer: Halefi Syifa Ramadhani Universitas Kristen Maranatha 081321500231 [email protected] Produk: CANGGALA BY SARIMURNI Desainer: Nadine Aulia Farah Diba Institut Teknologi Sepuluh 085746843800 [email protected] Produk: WINNY KEBAYA Desainer: ‘Azimatu ’Ulya Rodhiya Universitas Brawijaya 08112647977 [email protected]
10 Produk: COLD PRESSED VCO AMELIA Desainer: Regi Jusnia Ramli Politeknik Negeri Jakarta 085218962710 [email protected] Produk: TENUN GRINGSING SUKERTA Desainer: Rendi Irawan Universitas Dian Nuswantorow 0859 6021 7013 [email protected] Produk: MORINDA ART TEXTILE Desainer: Medelyn Aurellia Universitas Pelita Harapan 081368392000 [email protected] Produk: TENUN GRINGSING SUKERTA Desainer: Samuel Adi P. Universitas Dian Nuswantoro 081554555489 [email protected] Produk: MADU KELE KELE Desainer: Elizabeth Vonny Miranto Institut Desain dan Bisnis Bali 0895 8000 08403 [email protected]
11 Potret UMKM Indonesia: Munculnya banyak produk kuliner baru dari UMKM menunjukan bahwa kita sebagai bangsa terus produktif dan inovatif di tengah pandemi global ini. Varian produk tersebut terbilang banyak dan berasal dari beragam daerah dengan membawa keunikan dan potensi masing-masing daerah yang secara kualitas produk tidak perlu diragukan lagi. Untuk menunjang hal tersebut, diperlukan pengembangan di segi visual, di antaranya citra produk dan kemasan. Hal tersebut akan menambahkan nilai jual produk dan membuka kesempatan bagi produk untuk dijual lebih luas lagi, bahkan sampai ke luar negeri. Terlebih lagi, teknologi digital yang berkembang pesat dapat turut mengakselerasi promosi dan penjualan produk melalui sosial media dan perdagangan elektronik (ecommerce) yang dapat menjadi kunci kesuksesan UMKM saat ini. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki UMKM perlu didukung dan dibantu oleh pemerintah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan bekerja sama dengan banyak pihak untuk dapat terus beradaptasi di situasi seperti saat ini.
12 Produk Sebelum Tenun Sujiwa Art KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Sujiwa Art merupakan produk kain tenun pepelendoan yang berada di daerah Tenganan tepatnya berada Desa Tenganan Pegringsingan, Kec. Manggis, Kab. Karangasem, Bali. Yang dibentuk pada tahun 2018 oleh Pasangan suami istri yaitu Pak Ikadek dan Ibu Widiadyani .Ada berbagai ragam Tenun yang diproduksi secara tradisional menggunakan benang mesin yang terjangkau dan dijual secara ready stock. Ciri khas motif Tenun Gringsing dan peplendoan memiliki ciri khas sesuai budaya Bali itu sendiri. Material utama yang digunakan terbuat dari benang kain. Adapun keunikan dari Kain peplendoan ini yaitu motif garis yang dominan dibandingkan dengan kain gringsing itu sendiri. Desa Adat Tenganan Pegrinsingan Kabupaten Karangasem Bali dikenal sebagai penghasil Kain Tenun Grinsing. Kain ini tidak hanya digunakan sebagai pakaian tapi juga untuk keperluan berbagai ritual keagamaan dan adat. Kain Grinsing memiliki motif yang khas sehingga mudah dikenali. Rumah produksi “Tenun Sujiwa” yang dijalankan oleh Bapak Kadek Suadnyana dan Ibu Ni Wayan Widiadnyani sudah mengawali usaha ini sejak tahun 2016. Untuk membuat Tenun Grinsing diperlukan kesabaran dan keterampilan tangan yang tinggi. Pembuatan kain bisa mencapai 2 tahun untuk beberapa kain karena pengerjaan tenun yang menggunakan tangan secara manual dengan teknik cagcag. Tahun 2018 “Tenun Sujiwa” mencoba sesuatu yang baru dengan tambahan motif garis dan pemilihan warna pada benang maka terciptalah Tenun Peplendoan. Spirit motif Grinsing masih terlihat tetapi ada sesuatu yang baru yaitu motif garis dan warna yang lebih atraktif. Kain hasil paduan ini dikenal dengan kain Peplendoan. Dengan teknik ini proses menenun menjadi lebih cepat sehingga hasil produksi pun semakin banyak serta harga pun dapat menjadi lebih murah. dengan adanya penjelasan di atas packaging yang disajikan juga akhirnya mengandung unsur motif dari tenun pepelendoan itu sendiri yang dimana memiliki motif garis yang dominan serta motif pepelendoan yang unik. Pembawaan packaging yang memiliki nilai klasik tetapi modern yang membuat packaging ini menurut saya sangat cocok untuk pemasaran Tenun Sujiwa itu sendiri. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
13 Collateral Design: KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Pemilik Brand Ni Wayan Widiadnyani 085935114500 Desainer Eky Cahyadi Universitas Kristen Maranatha
14 Produk Sebelum Tahu Carangsari Men Kadek Didirikan sejak 1973 oleh Ni Ketut Losin, Tahu Carangsari “Men Kadek” menawarkan produk olahan kacang kedelai berkualitas berupa Tahu Mentah. Menjadi satu-satunya brand yang menjual produk Tahu di kecamatan Petang, membuat produk ini cukup dikenal oleh penduduk sekitar. Cita rasa tahu ini sudah diakui masyarakat, bahkan di antara 17 desa wisata Bali lainnya tidak ada tahu yang seperti ini. Nama Men Kadek sendiri diambil dari nama mertua Ibu Ni Nyoman Kadel sekaligus pendiri dari Tahu Carangsari ini. Sebagai sebuah brand yang menawarkan sebuah produk yang memiliki keunikan mulai dari proses pembuatan yang masih tradisional hingga keunikan rasa yang ditawarkan. Dengan kualitas yang tak perlu diragukan lagi, dibutuhkannya sebuah identitas visual dalam bentuk logo dan desain kemasan untuk lebih memperkuat karakter produk dan membantu produk berkembang dengan lebih baik. Konsep Packaging yang dipilih menekankan vibe modern dengan sedikit sentuhan tradisional yang terletak pada logonya. Pemilihan warna pada desain kemasan terinspirasi dari kombinasi warna dalam Dewata Nawa Sanga. Konsep Dewata Nawa Sanga diartikan sebagai sembilan dewa yang menguasai di setiap penjuru mata angin. Dewa-dewa tersebut mempunyai representasi dan ciri khas yang membedakannya dengan dewa-dewa lainnya Pemilihan kombinasi warna ini adalah diharapkan brand ini dapat menjadi sebuah brand yang dikenal disetiap penjuru mulai dari penjuru Bali hingga Indonesia terlebih dahulu kemudian kedepannya bisa memasuki kelas internasional. Dan untuk meyesuaikan dengan segmentasi pasarnya yang lebih mengarah ke ibu-ibu, dan orang dewasa, serta konsep dari branding dan desain kemasannya. Dilakukan penurunan warna dengan mengubah palet warna menjadi lebih warm, soft, kalem, dan tenang. Sedangkan untuk penggunaan tipografi Granville dipilih karena desainnya menampilkan kontras goresan yang tinggi, tetapi tidak seperti sans-serif tebal-tipis lainnya, bentuk huruf tetap cukup kokoh pada ukuran kecil untuk memungkinkan Granville berfungsi sebagai text face. Font Sans-Serif ini juga memberikan kesan friendly dan terjangkau. Penggunaan font sans-serif ini cocok untuk desain cetak apalagi untuk penggunaan font dengan ukuran yang relatif kecil. Latar Belakang: Konsep Perancangan: KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 15 Pemilik Brand Ni Nyoman Kandel 0852-3706-4479 Desainer Debby Thalia Jeremy Yana Erlyana Universitas Bunda Mulia Collateral Design:
16 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Kacang Pedas Manis Bali Parni Sejak tahun 2009, Ibu Nyoman Maseni sudah mulai memproduksi kacang pedas manis yang dibumbui dengan resepnya sendiri. Pembuatannya sendiri selama ini dilakukan berdasarkan jumlah pesanan yang masuk. Menariknya, kacang ini dibuat dengan 2 level kepedasan, yakni level 1 dan level 2. Alasan Ibu Nyoman membuat kacang dalam dua varian level, karena ingin produk kacangnya dapat dinikmati oleh semua orang, baik yang suka pedas maupun tidak. Saat ini jenis kacang dengan bumbu seperti ini sangat jarang ditemui dipasaran dan hanya dapat ditemui di daerah tertentu saja. Oleh karena itu, kacang pedas manis Bali Parni milik Bu Nyoman ini sangat berpotensi jika dijadikan sebagai cemilan oleh-oleh khas Bali. Kemasan kacang pedas manis Bali Parni dirancang berdasarkan inspirasi dari keindahan alam, budaya, dan juga keunikan desa Carangsari serta pulau Bali. Desain kemasan dan juga branding dibuat dengan kesan otentik, unik, dan tradisional. Desain branding berupa logo dari produk sendiri, terinspirasi dari pemiliknya yaitu Ibu Nyoman Masoni yang mendapatkan nama Jro Parni setelah menikah, dan menjadi inspirasi elemen visual. Pada kemasan sendiri menggunakan warna earth tone yang terinspirasi dari keindahan dan keunikan alam desa Carangsari, serta bahan baku kacang pedas manis, yang memiliki tujuan untuk memberikan kesan alam dan menunjukkan keunikan produk tersebut. Elemen lain yang digunakan pada kemasan adalah ilustrasi yang menggambarkan keunikan alam serta budaya yang menjadi ciri khas desa Carangsari. Selain itu juga ditampilkan foto produk kacang pedas manis untuk menunjukkan isi dari produk. Kemasan yang digunakan berupa pouch dengan zip yang dicetak full print dua sisi, hal ini dipilih agar produk bisa lebih tahan lama dan juga memudahkan penyimpanan. Kemasan ini juga lebih praktis dan mudah untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 17 Pemilik Brand Ni Nyoman Masoni 081999446252 [email protected] Desainer Tania Lia Chandra Daigo Tanu Saputra Universitas Ciputra Surabaya Collateral Design:
18 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Durpa Honey Memulai Budidaya Lebah Trigona yang awalnya hanya mecoba sejak tahun 2000, yang diawali dengan mitis dulu lebah dengan jenis Trigona ini tidak bisa dipelihara atau dibudidayakan namun setelah dicoba ternyata lebah tersebut mau dibuatkan sarang dan memproduksi madu, karena banyaknya yang mencari madu tersebut untuk sarana obat dan untuk kesehatan. Pemilik UMKM ini berusaha mengumpulkan dan membuatkan sarang sebanyak-banyaknya hingga sampai sekarang mencapai 200 sarang. pembeda dari lebah pemilik UMKM ini dengan lebah ditempat lain, Lebah ini masih bersifat alami/liar karena madu yang dihasilak dari nektar bunga yang memang tersedia di alam Desa Tenganan masih asri dan sengaja lebah tidak diberi pakan tambahan untuk menajaga madu teteap alami Konsep dari kemasan ini memiliki 3 Gambaran yaitu Klasik dimana madu adalah obat tradisional yang tidak hilang dari waktu ke waktu sehingga memberikan kesan klasik di era modern saat ini. lalu yang kedua Natural dimana madu sebagai obat dan antibiotik alami yang tidak mengandung sedikitpun pengawet sehingga memebrikan kesan asli dan yang terakhir Semangat diangkat dari usaha pemilik UMKM sendiri. Konsep ini sendiri divisualkan pada kemasan yaitu gambar lebah Trigona, Bunga Enau dan madu yang diartikan saling melengkapi. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 19 Pemilik Brand I Wayan Durpa 087863151533 [email protected] Desainer Naufal Arya Utomo Universitas Trisakti
20 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Bécik Bécik Budiana Shop merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergerak dalam bidang kriya. Usaha kerajinan tangan asal Bali yang dimajukan oleh Pak Budiana ini, telah berdiri sejak tahun 1991 dan selalu mempertahankan dan mengedepankan kualitas dari setiap produk yang dibuatnya. Produk yang ditawarkan antara lain tas, tempat tissue, laundry bag, pot bunga, dan lain-lain dengan rentang harga Rp8.000 – Rp5.000.000 Dewasa ini, kerajinan anyaman ate semakin marak dan banyak diminati masyarakat. Maka dari itu, identitas brand menjadi salah satu poin penting dalam mengembangkan suatu brand. Ibu Budiani, anak dari Pak Budiana sekaligus penerus dari Budiana Shop, berupaya untuk tetap bertahan dalam kompetisi pasar salah satunya dengan mengganti nama brand menjadi Bécik Bécik; cathcy namun tidak menghilangkan kekhasannya. Bécik Bécik, yang artinya baik-baik dipilih untuk merepresentasikan nilai-nilai dari produk yang ditawarkan. Selain itu, karena produk banyak diperjual-belikan dalam kancah internasional, seperti Amerika, Singapura, Thailand, Korea, Jepang, dan Filipina, pemilihan nama dengan menggunakan bahasa Bali dapat meningkatkan dan mempertahankan kesan eksotisnya budaya Indonesia. Konsep visual Bécik Bécik tidak lepas dari keempat kata kunci yang representatif membangun nilai-nilai brand, di antaranya adalah rustic; untuk menggambarkan kesan natural dari bahan yang digunakan dan tekstur dari hasil anyaman, exotic; agar dapat memvisualisasikan daya tarik khas Indonesia dalam pasar internasional, confident; pembeli diharapkan dapat merasa lebih percaya diri ketika menggunakan produk dari Bécik Bécik serta sophisticated; mengkomunikasikan Produk yang terlihat simple dan sophisticated, meskipun setiap telah melewati proses yang rumit. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 21 Pemilik Brand Ni Luh Budiani 08179768050 [email protected] Desainer Helena Calista Universitas Pelita Harapan Collateral Design:
22 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Morinda Art Textile Morinda Art Textile adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menjual produk Kain Gringsing. Usaha ini dijalankan oleh bapak I Wayan Mudana. Sebelumnya, usaha ini dijalankan oleh ibu dari pak Wayan Mudana sejak tahun 1990an, dan akhiirnya diteruskan hinigga sekarang. Kain Gringsing adalah sebuah warisan kuno yanga da di pulau Bali dan masih bertahan sampai sekarang. Biasanya kain Gringsing digunakan agar pemakainya terhindar dari masalah. Kain Gringsing memerlukan waktu pembuatan yang sangat lama, yaitu minimal pembuatan 2 tahuun. Konsep visual dari produk Morinda Art Textile dirancang dengan mengedepankan kepremiumannya, karena kain Gringsing memiliki waktu pembuatan yang lama dan bahan-bahan yang digunakan sulit didapatkan. Hal-hal tersebut membuat harga dari kain Gringsing menjadi agak mahal, sehingga treatment dari packagingnya pun harus baik agar dapat melindungi kain Gringsing tersebut. Logo dari Morinda Art Textile senidiri dibuat dari tipografi yang elegan dan juga menggunakan warna gold dan hitam agar menambah kesan premium. Lalu terdapat fotografi dari kain Gringsingnya agar orangorang dapat mengetahui bagaimana motif kain Gringsing itu sendiri. Walaupun packagingnya sudah sangat melindungi produknya, didalam packagingnya diberikan lagi sebuah kertas kalkir untuk membungkus kainnya, dan dikaitkan menggunakan sticker agar tidak lepas. Lalu, diberikan postcard didalamnya yang berisi latar belakang dari produk dan juga cara penyimpanan dan cara mencuci kain Gringsing dengan benar. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 23 Pemilik Brand I Wayan Mudana 082237796311 [email protected] Desainer Medelyn Aurellia Universitas Pelita Harapan
24 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Indra Cahya Telur Asin Indra Cahya telur asin menjual telur asin sebagai kebutuhan keagamaan dengan tray berisi 30 butir dipasar. Namun kini, penjual ingin memperluas penjualan bukan hanya untuk kebutuhan keagamaan tapi juga untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari dengan kemasan 4 butir. Maka dibutuhkan kemasan yang baru untuk menaikkan nilai jual. Penjual mendapatkan telur dari produsen lain dengan keunggulan sistem ternak lepas. Selain itu, nilai pembeda dari kompetitor lainnya yaitu, warna cangkang yang dihasilkan, rasa masir serta proses pembuatan yang alami tanpa fabrikasi khusus Persoanlity brand yang diangkat adalah natural dan tradisional. Pada kemasan akan dirancang menggunakan tray cokelat berisi 4 butir terus serta sleeve atau selimut sebagai informasi produk. Sleeve akan dicetak dengan bahan kraft paper, pemilihan kraft paper karena warna dari bahan tersebut sehingga penggunaan warna pada proses desain akan lebih sedikit karena memanfaatkan warna asli dari bahan tersebut untuk menampilkan kesan natural dan tradisional yang ingin diangkat. Visual pada kemasan akan menggambarkan tradisional pada proses pembuatan serta keunggulannya yaitu sistem ternak lepas, dengan visual sawah, bebek serta gunung untuk menampilkan desa tempat produksi telur, penggambarannya menggunakan brush dengan efek jitter agar kesan tradisional semakin nampakpada kemasan tersebut. Pada kemasan juga menampilkan tagline “ Nikmat Masir Asli Carangsari “ pemilihan kata ini untuk menggambarkan keunggulan rasa serta proses tradisional dan tempat produksi itu sendiri. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 25 Pemilik Brand I Ketut Durminta 082146202845 [email protected] Desainer Angelia Christian Devina Natalia Universitas Kristen Petra Surabaya
26 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Rare Baby Shop Rare Baby Shop merupakan produk pakaian anak-anak hingga umur 12 tahun yang berada di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali. Rare Baby Shop telah melakukan ekspor hingga negara Australia dan sudah dipasarkan melalui media sosial. Produk ini menargetkan orang tua terutama ibu-ibu dan anak-anak yang tinggal di Indonesia. Dominasi orang tua secara demografi yaitu generasi Y dan anakanak umur 3-12 tahun. Walaupun target utama orang tua, anak-anak dapat menjadi factor dalam membeli produk. Produk dapat digunakan oleh anak perempuan dan laki-laki. Rare Baby Shop ingin menciptakan suasana playful dan friendly. Playful dengan maksud menciptakan suasana yang menyenangkan dengan menggunakan warna-warna cerah, sehingga lebih terlihat menarik oleh anak-anak. Friendly dengan maksud membangun suasana yang ramah terhadap anakanak dapat mengajak anak-anak untuk merasa lebih dekat. Maskot terinspirasi dari anak-anak bali yang menggunakan baju adat bali agar tetap mencerminkan budaya Bali. Pembuatan maskot bertujuan untuk mendukung suasana friendly. Selain itu, beberapa motif pada kipas bali, bunga-bunga, dan sarung hitamputih kotak-kotak yang disebut poleng diaplikasikan sebagai dekorasi yang dapat merepresentasikan Desa Carangsari maupun Bali. Logo Rare Baby Shop terinspirasi dari bentuk mainan anak-anak yang memiliki ujung-ujung bundar. Bentuk ujung yang bundar tersebut mencerminkan rasa ramah kepada anak-anak. Bentuk kemasan memiliki dua ukuran yaitu besar dan kecil. Pemilihan ukuran ini dipertimbangkan berdasarkan jumlah banyak dan ukuran produk. Desainer memberi alternative kemasan dengan menggunakan shipping box. Shipping box digunakan untuk pembelian dengan jarak jauh atau melalui kurir sehingga isi kemasan lebih terlindungi. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 27 Pemilik Brand I Gusti Ayu Kartika Tirtha Santy 083119824553 [email protected] Desainer Revilia Sastradiredja Institut Teknologi Bandung Collateral Design:
28 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Gulita Coffee Gulita Coffee merupakan produk bubuk kopi yang terbuat dari biji kopi robusta berkualitas tinggi yang tumbuh di daerah tujungan-tabanan dan diolah sehingga menjadi bubuk kopi. Bubuk kopi ini pertama kali dijual oleh ibu Ni Ketut Wakul pada tahun 1990 di desa Carangsari, lalu pada tahun 2006 ibu Ni Wayan Muriasih melanjutkan usaha kopi ini dengan mengantar bubuk kopi ke warung-warung, Artamart, hingga perusahaan rafting. Proses penyajian kopi ini sederhana karena di tumbuk halus sehingga bisa langsung diseduh menggunakan air panas. Dengan mengangkat konsep tradisional, simplicity dan premium, Gulita Coffee dirancang untuk memajukan produk UMKM, serta memelihara keajegan budaya dan tradisi Bali. Gulita Coffee Mempunyai arti ‘Gelap’ dan ‘Pekat’ yang terinspirasi dari biji kopi Robusta (memiliki rasa yang lebih pahit dan efek yang lebih kuat) dengan menggabungkan konsep visual yang simple dan premium. Logo Gulita Coffee memiliki 2 komponen utama yaitu Logogram dan Logotype. Logogram dari Gulita Coffee adalah penggabungan dari beberapa stilasi. Salah satu icon wisata dari desa Carangsari yaitu wisata naik gajah (stilasi gajah), banyaknya tempat wisata di desa Carangsari menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung (stilasi pohon), tari Topeng Tugek Carangsari (stilasi topeng), 2 garis keturunan dari ibu mertua (stilasi garis), aroma dari biji kopi Robusta (stilasi aroma), pertumbuhan biji kopi sehingga memiliki kualitas terbaik (stilasi daun), sumber dan memelihara keajegan dan tradisi Bali (stilasi matahari) sehingga bentuk keseluruhan menyerupai pura Khayangan Jagat yang berarti pura yang Universal, menekankan bahwa kopi ini dapat dinikmati oleh semua orang. Penggunaan warna terinspirasi dari Nawadewata, yakni sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin, serta penerapan ajaran Tri Kona dalam kehidupan (UTPATI yang berarti menciptakan invoasi baru untuk memajukan masyarakat Bali), dan (STHITI yang berarti memelihara keajegan budaya dan tradisi Bali). Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 29 Pemilik Brand Ni Wayan Muriasih 082144930903 Desainer Debby Thalia Jeremy Universitas Bunda Mulia
30 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Curikmekenyem Curikmekenyem adalah sebuah produk pakaian adat Bali sejak tahun 2016. Produk-produk yang dijual merupakan produk handmade dan terinspirasi dari ukiran Bali seperti pepatran. Nama Curik terinspirasi dari pengalaman masa kecil dari pendiri brand Curik. Curik berarti nama burung dan juga merupakan nama ejekan dari pendiri brand Curik pada masa kecil. Selain itu, ketika diejek pun pemilik dari brand Curik selalu memberikan senyuman atau yang kerap dikenal dengan kata Mekenyem. Packaging yang mengedepankan sustainability, ramah lingkungan, dan memiliki visual yang kekinian (mengikuti perkembangan zaman) namun tidak meninggalkan kultur budaya. Konsep kemasan adalah berbentuk segitiga supaya dapat disusun dengan rapih dan unik di rak, juga mengandung cerita dari Curikmekenyem sendiri supaya dapat lebih dikenal oleh audiens. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 31 Pemilik Brand I Kadek Erik Susana 081999031878 [email protected] Desainer Celine Venusa Universitas Multimedia Nusantara
32 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Bolu Riris Bolu Riris merupakan produk makanan yang berasal dari desa carangsari, bali yang dibuat oleh ibu Ni Ketut Jasri sejak tahun 1995. Ada banyak jenis bolu yang dijual oleh Bolu Riris seperti bolu pandan, bolu ketela, dll. yang membedakan bolu ini dengan bolu lainnya adalah pada bahan yang digunakan menggunakan tepung ketela sebagai salah satu bahannya sehingga mempunyai rasa yang unik dan lembut.Bolu Riris sendiri ditunjukan untuk segmentasi pasar tradisional dan juga turis karena bolu riris sendiri sudah memasuki pasar tradisional dengan menjadi langganan dalam upacara adat. Berawal dari usaha keluarga nama brand Bolu Riris sendiri diambil dari nama anak dari ibu Ni Ketut Jasri yang bernama Riris sehingga terbentuklah nama brand bolu Riris.Brand ini terbentuk dari berbagai percobaan yang dilakukan oleh ibu ni ketut jasri hingga sampai ke titik dimana bolu adalah pilihan tepat untuk menjadi usaha yang dilakukan oleh beliau. Brand ini sendiri sudah berumur lebih dari 25 tahun sehingga sudah terpercaya kualitasnya di pasar tradisional. oleh karena ini rebranding ini diharapkan dapat membantu produk bolu ini dapat mencapai segmen yang lebih luas. Pada perancangan desain packaging bolu riris desainer membuat desain yang (Simple) agar para turis langsung tahu produk yang dijual, (Tradisional) karena target utama produk ini yaitu masyarakat tradisional, dan (Classic) karena produk bolu riris sudah lama berdiri dan terpercaya. Packaging ini memakai warna hijau sebagai warna utamanya karena mencerminkan bahwa produk bolu riris menggunakan bahan yang alami. Pada desain packaging ini desainer memakai bentuk yang berbeda dari produk bolu riris lainnya yaitu dengan menggunakan bentuk segi enam dimana konsep dari packaging ini ialah ketika konsumen membuka packaging ini akan terbuka seperti bunga yang dimana bermakna bolu yang diberikan kepada konsumen merupakan bolu terbaik. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 33 Pemilik Brand Ni Ketut Jasri 085851507686 [email protected] Desainer Muhammad Hanifi Asyraf Universitas Trisakti
34 Produk Sebelum KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 Kopi Dewi Lestari Kopi Bubuk Plaga merupakan usaha turun temurun yang dijalankan oleh Bapak I Nyoman Jiwa. Sebelumnya usaha kopi ini sudah terlebih dahulu dirintis oleh Ibu dari Pak Nyoman, namun sejak tahun 2001 Pak Nyoman lah yang mengambil alih usaha ini. Produk yang dijual merupakan kopi bubuk yang diambil dari daerah Plaga dengan kopi yang berjenis Arabika. Keunggulan Produk kopi yang ditawarkan Pak I Nyoman Jiwa adalah kemurnian bubuk kopi nya yang murni hanya kopi Plaga saja tanpa tambahan apapun. Selain itu, kopi yang dijual juga merupakan kopi yang masih segar karena produksi kopi bubuk yang dilakukan Pak Nyoman adalah tiap 50kg sekali. Jadi Pak Nyoman baru akan melakukan produksi bubuk kopi setelah 50kg habis terjual dan begitu pula seterusnya. Biasanya, 50kg kopi dapat terjual sekitar 3 hari. Pemasaran produk kopi ini sebelumnya melalui pasar-pasar tradisional di Bali, dan biasanya juga orang membeli dalam jumlah besar untuk dijual kembali. Karena beberapa alasan seperti branding dan lain sebagainya maka setelah melakukan pertimbangan yang matang Kopi Bubuk Plaga ini diganti nama menjadi Dewi Lastri. Nama “Dewi Lastri” ini dipilih sebagai nama baru agar kopi ini mempunyai persona yang dapat menarik pecinta kopi untuk mencicipi kopi ini layaknya persona seorang dewi yang dapat memikat orang lain disekitarnya. Desain pada kemasan ini ingin menonjolkan sisi etnik dan ke-organik-an dari produk kopi Dewi Lastri. Hal itu ditunjukkan dengan penggunaan ilustrasi sebagai unsur utama dalam kemasan ini, pada bagian depan terdapat ilustrasi sosok wanita yang digambarkan sebagai figur “Dewi Lastri”. Hal tersebut membuat kemasan ini terlihat lebih menarik dan terkesan seperti kemasan “limited edition”. Penggunaan warna pada desain kemasan ini juga didominasi oleh warna merah dan kuning ke-emasan yang memberikan kesan yang premium dan kuat. Perpaduan warna ini juga merupakan permintaan khusus dari pemiliki usaha ini yaitu Pak I Nyoman Jiwa. Logo yang digunakan merupakan gabungan antara logogram dan logotype yang dibuat dengan style yang organik. Pada bagian logo terdapat beberapa elemen seperti sosok perempuan, tangan yang menengadah, biji kopi, dan jendela. Hal tersebut disatukan menjadi bentuk Logo Dewi Lastri yang dapat menyampaikan pesan dan makna dari produk ini yang merupakan produk kopi organik. Latar Belakang: Konsep Perancangan:
KOMPILASI KARYA BEDA’KAN BATCH 8 35 Pemilik Brand I Nyoman Jiwa 0819-9902-6808 Desainer Antonius eka dharmawan Universitas Mercu Buana