The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Manilom 1402, 2023-06-06 10:06:20

kloning hewan

kloning hewan

Uraian Materi Inovasi Teknologi Biologi A. Apa itu Kloning Hewan? Kloning hewan adalah proses pembuatan salinan genetik atau individu yang identik secara genetik dengan individu yang sudah ada. Dalam kloning hewan, materi genetik dari individu yang ingin dikloning ditransfer ke dalam sel telur yang telah dikosongkan dari materi genetiknya sendiri. Sel telur tersebut kemudian merespons seperti halnya fertilisasi normal dan berkembang menjadi embrio yang kemudian ditanamkan ke dalam rahim induk pengganti atau diinkubasi di laboratorium untuk berkembang menjadi individu yang baru. B. Jenis Kloning Hewan ❖ Kloning embrio Kloning embrio (reproduktif): Metode ini melibatkan pengambilan sel telur yang matang dari induk betina, penghilangan materi genetik aslinya, dan penggantian dengan materi genetik dari individu yang ingin dikloning. Sel telur yang telah dimodifikasi ini kemudian distimulasi untuk berkembang menjadi embrio dan ditanamkan ke dalam rahim induk pengganti yang kemudian melahirkan individu yang identik secara genetik dengan individu asal. . Kloning embrio hewan merupakan proses reproduksi yang melibatkan pembuatan salinan identik embrio hewan. Teknik ini melibatkan transfer inti sel somatik (somatic cell nuclear transfer, SCNT), yang mengacu pada pengambilan inti sel dewasa dari hewan yang akan dikloning dan memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dihapus inti selnya. Berikut ini adalah penjelasan lebih detail tentang proses kloning embrio hewan: 1. Pengambilan sel somatik: Proses dimulai dengan pengambilan sel somatik dewasa dari hewan yang ingin dikloning. Sel somatik adalah sel yang tidak terkait dengan reproduksi, seperti sel kulit atau sel otot. 2. Persiapan sel telur donor: Selanjutnya, sejumlah sel telur diperlukan sebagai donor. Sel telur ini diambil dari hewan betina yang serupa dengan spesies yang akan dikloning. Inti sel telur asli dihapus melalui teknik yang disebut enukleasi, sehingga hanya tersisa sel telur yang kosong.


1. Transfer inti sel somatik: Selanjutnya, inti sel somatik yang diambil pada langkah pertama dimasukkan ke dalam sel telur donor yang telah dikosongkan. Ini dilakukan dengan hati-hati menggunakan teknik mikroinjeksi atau elektrofusi. 2. Stimulasi dan pengembangan embrio: Setelah inti sel somatik telah berhasil ditransfer ke dalam sel telur donor, embrio hasilnya harus dirangsang agar memulai perkembangan. Ini dapat dilakukan dengan memberikan stimulus fisik atau kimia tertentu, seperti perubahan suhu atau zat kimia yang memicu pembelahan sel. 3. Implan embrio ke induk pengganti: Setelah embrio berkembang menjadi tahap yang sesuai, embrio tersebut ditransfer ke dalam induk pengganti atau ibu pengganti. Induk pengganti biasanya merupakan hewan dari spesies yang sama yang memiliki kapasitas untuk melahirkan dan merawat embrio tersebut. 4. Kelahiran hewan kloning: Embrio yang telah diimplan di dalam induk pengganti akan berkembang lebih lanjut dalam rahim dan, jika berhasil, akan lahir sebagai hewan kloning yang identik dengan hewan yang menjadi donor sel somatiknya. Kloning embrio hewan dapat memiliki aplikasi dalam berbagai bidang, termasuk penelitian medis, pengembangan hewan dengan sifat-sifat yang diinginkan, serta pemulihan spesies yang terancam punah. Namun, penting untuk dicatat bahwa proses kloning embrio hewan masih merupakan teknik yang rumit dan sulit dilakukan, serta memiliki beberapa masalah etis yang terkait dengan perlakuan terhadap hewan dan kemungkinan efek samping yang tidak diketahui


Karakteristik kloning embrio melibatkan beberapa aspek yang perlu dipahami. Berikut ini adalah beberapa karakteristik utama kloning embrio hewan: 1. Identitas Genetik yang Sama: Kloning embrio hewan menghasilkan individu yang memiliki identitas genetik yang sama dengan donor sel somatiknya. Ini berarti bahwa genom mereka identik, kecuali jika terjadi mutasi spontan selama proses kloning. 2. Reproduksi Aseksual: Kloning embrio merupakan bentuk reproduksi aseksual, karena tidak melibatkan peleburan materi genetik dari dua induk yang berbeda. Hanya satu induk yang berperan dalam memberikan materi genetik untuk menciptakan individu baru. 3. Kurangnya Keragaman Genetik: Karena individu hasil kloning memiliki identitas genetik yang sama, mereka memiliki keragaman genetik yang terbatas. Ini berarti mereka tidak memiliki variasi genetik seperti yang terjadi dalam reproduksi seksual, yang dapat memberikan keunggulan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. 4. Risiko Kelainan Genetik: Meskipun kloning embrio bertujuan menghasilkan salinan identik, proses kloning itu sendiri dapat menyebabkan kelainan genetik. Selama transfer inti sel somatik atau proses pengembangan embrio, kesalahan genetik dapat terjadi dan menghasilkan individu dengan kelainan genetik atau tidak sehat. 5. Keberhasilan yang Rendah: Kloning embrio hewan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Dalam banyak kasus, hanya sebagian kecil embrio yang berhasil berkembang dan bertahan hidup hingga kelahiran. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kegagalan transfer inti sel somatik, gangguan perkembangan embrio, atau keguguran pada tahap awal kehamilan. 6. Masalah Etis: Kloning embrio hewan juga memunculkan masalah etis yang signifikan. Dalam beberapa kasus, proses kloning tersebut melibatkan penggunaan hewan sebagai objek percobaan atau sumber bahan. Selain itu, penyalinan individu yang identik juga memunculkan pertanyaan etis tentang identitas, hak, dan perlindungan hewan kloning. Meskipun kloning embrio hewan memiliki potensi dan aplikasi tertentu, penting untuk diingat bahwa ada banyak pertimbangan etis, risiko, dan keterbatasan yang terkait dengan teknik ini. Ada beberapa contoh produk kloning embrio yang telah dicapai dalam penelitian dan eksperimen ilmiah. Berikut ini adalah beberapa contoh produk kloning embrio yang pernah ada: 1. Dolly the Sheep: Dolly adalah contoh kloning embrio yang paling terkenal. Dolly adalah seekor domba yang pertama kali berhasil dikloning pada tahun 1996 di Institut Roslin di Edinburgh, Skotlandia. Dolly adalah salinan identik dari sel somatik dewasa yang diambil dari domba donor. Keberhasilan kloning Dolly menjadi tonggak sejarah dalam penelitian kloning dan menjadi sorotan


dunia. 2. Kloning Kuda: Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti berhasil melakukan kloning embrio pada kuda. Salah satu contoh terkenal adalah kloning kuda balap yang bernama "Pierazade". Kloning kuda memiliki potensi untuk menghasilkan keturunan berkualitas tinggi dari kuda-kuda balap yang sukses. 3. Kloning Sapi: Kloning embrio juga telah berhasil dilakukan pada sapi. Contohnya adalah kloning sapi bernama "Starbuck II" yang dilakukan oleh perusahaan bioteknologi bernama ViaGen. Starbuck II adalah salinan identik dari sapi induknya yang sukses dalam perlombaan. 4. Kloning Anjing: Kloning embrio juga telah diterapkan pada anjing. Misalnya, pada tahun 2005, pasangan Amerika Serikat berhasil mengkloning anjing peliharaan mereka yang telah meninggal, dan anjing kloning tersebut diberi nama "Snuppy". Snuppy menjadi anjing pertama yang berhasil dikloning dari sel somatik. 5. Kloning Kucing: Kloning embrio juga telah digunakan untuk menghasilkan salinan identik dari kucing. Salah satu contoh terkenal adalah "CC" (Cat Clone), kucing domestik pertama yang berhasil dikloning pada tahun 2001 di Texas A&M University. Perlu dicatat bahwa kloning embrio hewan, terutama untuk tujuan komersial atau reproduksi hewan peliharaan, masih merupakan topik yang kontroversial dan diatur oleh undang-undang di berbagai negara. Test pemahaman sub bab ( Penilaian Formatif ) Jawablah isian berikut ini dengan benar : 1. Apa tujuan utama dari kloning embrio dalam penelitian ilmiah? 2. Apa perbedaan antara kloning embrio dan kloning reproduktif? 3. Apa tantangan utama yang dihadapi dalam mencapai keberhasilan kloning embrio hewan? 4. Bagaimana etika terkait dengan kloning embrio hewan? Apakah ada kekhawatiran khusus yang perlu diperhatikan? 5. Apa potensi aplikasi kloning embrio dalam bidang pertanian dan konservasi spesies? ❖ Kloning somatik Kloning somatik, juga dikenal sebagai transfer inti sel somatik (somatic cell nuclear transfer, SCNT), adalah teknik kloning yang melibatkan pengambilan inti sel dewasa dari sel somatik (nonreproduktif) dan memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dihapus inti selnya.


Kloning somatik memiliki potensi aplikasi dalam berbagai bidang, termasuk penelitian ilmiah, reproduksi hewan berkualitas tinggi, dan pemulihan spesies terancam punah. Namun, proses kloning somatik masih sulit dan memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Selain itu, ada juga pertimbangan etis dan masalah yang terkait dengan teknik ini. Karakteristik kloning soamtik di antaranya: 1. Identitas Genetik yang Sama: Kloning somatik menghasilkan individu yang memiliki identitas genetik yang sama dengan donor sel somatiknya. Mereka memiliki genom yang identik, kecuali jika terjadi mutasi spontan selama proses kloning. 2. Reproduksi Aseksual: Kloning somatik adalah bentuk reproduksi aseksual, karena tidak melibatkan peleburan materi genetik dari dua induk yang berbeda. Hanya satu induk yang berperan dalam memberikan materi genetik untuk menciptakan individu baru. 3. Kurangnya Keragaman Genetik: Karena individu hasil kloning somatik memiliki identitas genetik yang sama, mereka memiliki keragaman genetik yang terbatas. Ini berarti mereka tidak memiliki variasi genetik seperti yang terjadi dalam reproduksi seksual, yang dapat memberikan keunggulan adaptasi terhadap perubahan lingkungan. 4. Potensi Masalah Kesehatan: Kloning somatik dapat menghadapi risiko masalah kesehatan dan kelainan genetik. Selama proses transfer inti sel somatik, kesalahan genetik dapat terjadi, yang dapat menghasilkan individu dengan kelainan genetik atau tidak sehat. 5. Rendahnya Tingkat Keberhasilan: Kloning somatik memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Hanya sebagian kecil embrio yang berhasil berkembang dan bertahan hidup hingga kelahiran. Kegagalan transfer inti sel somatik, gangguan perkembangan embrio, atau keguguran pada tahap awal kehamilan adalah beberapa masalah yang dapat terjadi. 6. Masalah Etis: Kloning somatik juga memunculkan masalah etis yang signifikan. Penggunaan hewan sebagai objek percobaan atau sumber bahan dalam proses kloning, serta pertanyaan etis tentang identitas, hak, dan perlindungan hewan kloning, adalah beberapa aspek yang memerlukan pertimbangan etis yang serius. Meskipun kloning somatik memiliki potensi dan aplikasi tertentu, penting untuk diingat bahwa ada banyak pertimbangan etis, risiko kesehatan, dan keterbatasan yang terkait dengan teknik ini.


Contoh contoh Kloning Somatik Berikut adalah beberapa contoh produk yang telah dihasilkan melalui kloning somatik: 1. Dolly the Sheep: Dolly adalah contoh kloning somatik yang paling terkenal. Dolly merupakan seekor domba yang pertama kali berhasil dikloning pada tahun 1996 di Institut Roslin di Edinburgh, Skotlandia. Dolly dihasilkan melalui transfer inti sel somatik dari sel mamalia dewasa ke dalam sel telur yang telah dikosongkan. 2. Kloning Sapi: Kloning somatik telah digunakan untuk menghasilkan salinan identik dari sapi yang memiliki nilai genetik tinggi. Misalnya, pada tahun 2001, di Amerika Serikat, sapi bernama "Gene" dikloning menggunakan teknik kloning somatik. 3. Kloning Kucing: Kloning somatik juga telah berhasil diaplikasikan pada kucing. Salah satu contoh terkenal adalah kloning kucing bernama "Copycat" atau "Cc" pada tahun 2001 di Texas A&M University. Cc merupakan salinan identik dari kucing donornya. 4. Kloning Anjing: Kloning somatik telah digunakan untuk mengkloning anjing. Misalnya, pada tahun 2005, pasangan Amerika Serikat berhasil mengkloning anjing peliharaan mereka yang telah meninggal, dan anjing kloning tersebut diberi nama "Snuppy". Snuppy menjadi anjing pertama yang berhasil dikloning dari sel somatik. 5. Kloning Kuda: Kloning somatik juga telah berhasil dilakukan pada kuda. Contohnya adalah kloning kuda balap yang bernama "Pierazade". Kloning kuda memiliki potensi untuk menghasilkan keturunan berkualitas tinggi dari kuda-kuda balap yang sukses. Test pemahaman sub bab ( Penilaian Formatif ) Jawablah isian berikut ini dengan benar : 1. Bagaimana proses kloning somatik berbeda dari teknik kloning lainnya, seperti kloning embrio? 2. Apa tujuan utama dari kloning somatik dalam penelitian dan aplikasinya? 3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan kloning somatik, dan apa tantangan utama yang dihadapi dalam mencapai keberhasilan tersebut? 4. Bagaimana etika terkait dengan kloning somatik? Apakah ada kekhawatiran etis khusus yang perlu diperhatikan? 5. Apa potensi aplikasi kloning somatik dalam bidang pertanian, reproduksi hewan berkualitas tinggi, dan konservasi spesies?


Click to View FlipBook Version