BAB I
PENDAHULUAN
emam merupakan keadaan yang sering ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak hingga
orang dewasa pasti pernah mengalami dan merasakannya. Pada
anak-anak lebih rentan terkena demam dibandingkan orang
dewasa, karena daya tahan tubuhnya yang belum berkembang
secara sempurna. Namun disisi lain, tubuh anak-anak mampu
mentoleransi demam tinggi dengan lebih baik dibandingkan
orang dewasa tanpa disertai keluhan yang menyertainya.
Gejala demam pada anak maupun orang dewasa sangat
mudah dikenali dan diketahui. Hal yang paling mudah dikenali,
dari mengamati perilaku yang tidak seperti biasanya. Ketika
anak-anak mengalami demam perilaku yang ditunjukkan yaitu
rewel atau terus menerus menangis sehingga menyita waktu
1
dan energi para orang tua, serta biasanya disertai dengan nafsu
makan yang berkurang (Arifianto & Hariadi, 2019).
Gambar 1. Balita rewel disebabkan demam
Sementara itu, gejala demam pada orang dewasa seperti
meriang (panas dingin), pusing (sakit kepala), nyeri otot, malas
beraktivitas (lesu), dan lain-lain.
Gambar 2. Meriang pada orang dewasa disebabkan demam
Suhu normal tubuh, umumnya berada pada kisaran
36,5oC – 37,5oC. Apabila tubuh menunjukkan peningkatan suhu
diatas batas normal maka, tubuh mengalami yang disebut
demam. Penyebab-penyebab demam, bisa dikarenakan faktor
infeksi dan non infeksi.
Demam yang disebabkan oleh faktor infeksi biasanya
disertai dengan gejala-gejala yang menyertainya dan sebaliknya,
demam yang disebabkan oleh faktor non infeksi terjadi karena
Kimia Aspirin- 2
mengalami dehidrasi, stress, trauma, dan/atau alergi tubuh
terhadap sesuatu (Saito, 2013).
Gambar 3. Skala suhu pada balita yang mengalami demam karena infeksi
“Demam” yang dikenal di masyarakat adalah demam
yang disebabkan karena infeksi kuman. Proses terjadinya
demam yang disebabkan karena infeksi, diilustrasikan pada
gambar 4 berikut.
Gambar 4. Mekanisme proses terjadinya demam karena infeksi
Kimia Aspirin- 3
Pembahasan berdasarkan gambar tersebut, dijelaskan sebagai
berikut.
Sistem imun yang disebut
leukosit (sel darah putih)
merupakan sistem pertahan
tubuh yang selalu siaga
berhadapan dengan virus
atau bakteri penyebab suatu
penyakit (patogen).
Hasil interaksi antara
leukosit dan patogen
menghasilkan zat kimia
yang dinamakan sitokin
pirogenik. Sitokin pirogenik
berperan sebagai zat
pembawa sifat anti demam
yang dapat merangsang
dan mengatur produksi prostaglandin E2 (PGE2) di hipotalamus
(lokasinya di dalam otak).
Prostaglandin (PGE-2)
adalah zat pengganggu yang
menyebabkan demam. Di
hipotalamus, prostaglandin
dibuat dari asam arakidonat
dan enzim cyclooxygenase
(COX) (Ikawati, 2010).
Prostaglandin bekerja dengan cara mempengaruhi sistem
pengaturan suhu yang terdapat di dalam hipotalamus. Tepatnya
Kimia Aspirin- 4
pada bagian yang disebut
termoreseptor atau pada gambar 1
disebut hypothalamic neuron.
Adanya sinyal prostaglandin (PGE-2)
yang ditangkap oleh termoreseptor,
akan diterjemahkan dalam bentuk
peningkatan suhu atau pergesaran titik
patokan suhu normal tubuh.
Ketika demam, seringkali
tubuh menunjukkan pada
kondisi seperti menggigil.
Pada peristiwa menggigil,
suhu tubuh berada di
bawah batas normal.
Gambar 5. Tubuh menggigil karena Adapun proses yang
demam terjadi ketika menggigil
yakni, termoreseptor di otak akan mengirimkan sinyal atau
rangsangan ke kelenjar keringat di kulit untuk menyempitkan
pembuluh darah. Hal ini dilakukan guna mengurangi kehilangan
panas tubuh secara berlebih. Untuk mendapatkan kembali
panas tubuh yang hilang maka otot-otot tubuh akan
berkontrasi. Otot-otot tubuh yang berkontraksi saat demam
disebut menggigil.
Demam tinggi, kadangkala dapat menunjukkan bahwa
demam akan segera turun. Umumnya, hal itu ditandai dengan
keluarnya cairan keringat yang sangat banyak dari kulit.
Singkatnya proses yang terjadi, termoreseptor mengirimkan
sinyal atau rangsangan ke kelenjar keringat. Agar kelenjar
Kimia Aspirin- 5
Gambar 6. Demam tinggi keringat dapat mempro-
duksi keringat dalam
jumlah banya maka
dibutuhkan panas. Panas
tersebut diambil dari
dalam tubuh. Ketika panas
tubuh diambil maka suhu
tubuh kembali normal
atau demamnya turun.
Pada dasarnya, kesanggupan tubuh untuk menurunkan
demam sangat dipengaruhi oleh sistem metabolisme tubuh
yang baik (bagus). Hal ini karena, dalam metabolisme terjadi
reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh seperti penguraian makanan
(katabolisme) untuk membentuk senyawa kimia baru
(anabolisme) dan energi yang dibutuhkan oleh tubuh (Hafid,
2020) guna melawan berbagai serangan dari patogen-patogen
yang menyerang tubuh.
Namun sering kali ketika demam, nafsu makan
menurun. Hilangnya nafsu makan dapat menjadi pertanda
baik bahwa patogen akan segera pergi.
Hal ini disebabkan tidak adanya asupan
makan untuk patogen-patogen
tersebut berkembangbiak.
Akan tetapi, hilangnya nafsu
makan juga menjadi salah satu faktor
yang berkontribusi dalam lamanya
waktu penyembuhan demam. Oleh
karena itu, dibutuhkan cara untuk
menghilangkan patogen penginvasi
secepat mungkin. Salah satu cara yang Gambar 7. Hilangnya nafsu
makan ketika sakit
Kimia Aspirin- 6
bisa dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi obat penurun panas
(Linder, 1992).
Obat khusus yang digunakan untuk menurunkan demam
disebut obat antipretik. Obat antipretik bekerja dengan cara
menghambat enzim COX dalam memproduksi prostaglandin
sehingga kadar PGE-2 dalam
hipotalamus berkurang.
Obat antipretik
mudah didapatkan dan
banyak dijual di toko-toko
obat berizin seperti apotik,
selain dari apotik dapat juga Gambar 8. Sumber-sumber tempat
diperoleh di warung atau mendapatkan obat
toko-toko kelontong. Sekian banyak obat antipretik yang
beredar, beberapa tipe obat yang dianjurkan oleh Badan
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yaitu parasetamol,
ibuprofen, dan aspirin.
Parasetamol merupakan
pilihan obat demam
pertama yang sangat
dianjurkan dibandingkan
obat-obat antipretik lainnya.
Gambar 9. Panadol sebagai salah satu Hal ini karena, obat
obat yang mengandung paracetamol paracetamol dianggap paling
aman dikonsumsi untuk anak-anak ataupun untuk ibu hamil dan
menyusui. Di masyarakat Indonesia, obat ini menjadi yang paling
banyak dipilih.
Kimia Aspirin- 7
Ibuprofen juga menjadi
andalan dalam menurunkan
demam tinggi setelah obat
parasetamol. Sementara itu,
aspirin menjadi alternatif
pilihan obat terakhir di
masyarakat, karena efek
Gambar 10. Proris sebagai salah satu samping dari obat ini yang
obat yang mengandung ibuprofen lebih banyak. Oleh karena
itu, dalam pemakaiannya dibutuhkan resep dari dokter
(Sholekhudin, 2014). Diantara ketiga obat antipretik tersebut,
fokus pembahasan pada bab-bab selanjutnya hanya akan
dibahas dan dikaji mengenai aspirin.
Kimia Aspirin- 8
BAB IV
SINTESIS ASPIRIN
ahukah kamu apa yang dimaksud dengan
”sintesis”?. Sintesis diartikan sebagai buatan.
Pembuatan senyawa kimia baru dari hasil mereaksikan dua zat
atau lebih. Untuk mendapatkan senyawa kimia (zat aktif) dari
aspirin, hanya bisa diperoleh melalui sintesis. Hal ini karena,
senyawa kimia tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam.
Sintesis aspirin (asam asetilsalisilat) dibuat dengan
menerapkan reaksi pembuatan senyawa ester. Senyawa ester
adalah senyawa karbon yang memiliki kekhasan atau ciri khas
berupa aroma yang sedap (wangi) seperti aroma buah dan
bunga. Karena kekhasannya tersebut sehingga senyawa ini
banyak dimanfaatkan atau diaplikasikan diberbagai bidang
kehidupan. Berikut merupakan contoh-contoh senyawa ester
yang diaplikasikan dalam kehidupan.
Kimia Aspirin- 9
Tabel 1. Senyawa-senyawa ester yang diaplikasikan dalam kehidupan
Aplikasi Nama Struktur senyawa Manfaat
senyawa organik
organik
Makanan Propil butirat O CH3 Perasa buah
atau Butil butirat H3C O mangga
minuman
O Perasa buah
nanas
Isoamil asetat H3C O CH3
O Perasa buah
pisang
O
Amil butirat O Perasa buah
H3C O CH3 jambu
Oktil asetat Perasa buah
Amil valerat jeruk (Kurniasih,
2020)
Perasa buah apel
Tekstil Polyester O O Bahan komposisi
O OH pakaian
HO n
Bahan komposisi
Kosmetik Ftalat mewangian,
kosmetik dan
O losion (Wawa,
2011)
OR
OR' Bahan komposisi
tabir surya yang
O melindungi kulit
dari cahaya
Avobenzena matahari
O
O CH3
C H3C
N
Kimia Aspirin- 10
Aplikasi Nama Struktur senyawa Manfaat
Plastik senyawa organik
organik
OH Bahan komposisi
Polyethylene
Terephalate OO pembuatan plastik
(PETE)
HO O botol kemasan
n (Basrowi, 2019)
PC- CH3 Bahan komposisi
polycarbonate
OC pembuatan tempat
CH3 O makan, botol
n
minuman olahraga,
suku cadang mobil,
alat-alat elektronik
dan rumah tangga,
komputer, dan
plastik kemasan
Perasa buah nanas
Obat Metil Obat pereda nyeri
salisilat otot dan sendi
O OH akibat otot tegang,
OH keseleo, dan
peradangan
(Willy, 2018)
Asam O OH Bahan komposisi
asetilsalisilat O tabir surya yang
O melindungi kulit dari
cahaya matahari
Dalam mensintesis atau membuat senyawa, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan. Perhatikan ilustrasi persamaan
reaksi berikut ini.
A+B AB
Reaktan Produk
Pada persamaan reaksi di atas, ditunjukkan ada dua bagian
utama untuk mensintesis yaitu reaktan dan produk.
Kimia Aspirin- 11
Reaktan adalah zat-zat yang digunakan untuk bereaksi,
yang ditulis diruas sebelah kiri berdasarkan persamaan reaksi di
atas. Reaktan mutlak harus ada dalam proses sintesis. Hal ini
karena, reaktan diperlukan untuk menyelesaikan reaksi kimia
yang sedang berlangsung
atau terjadi. Selain itu,
produk yang dapat dibuat
sangat tergantung pada
reaktannya.
Ketika atom atau molekul
Gambar 11. Eksperimen kimia dari masing-masing reaktan
saling bergabung maka akan terbentuk produk. Sementara itu,
produk adalah zat-zat yang dihasilkan dan dalam persamaan
reaksi kimia, produk dituliskan diruas sebelah kanan (Reid,
2016).
Pada konteks sintesis aspirin (asam asetilsalisilat) sebagai
salah satu contoh senyawa ester, reaksi kimia untuk membuat
senyawa ester dinamakan reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi
dibuat dengan cara mereaksikan atau mencampurkan antara
alkohol dengan asam karboksilat.
Alkohol + Asam karboksilat Ester
Reaktan Produk
Reaksi esterifikasi berlangsung secara bolak-balik
(setimbang). Artinya, laju reaksi (kecepatan) pembentukan
produk sama besarnya dengan laju reaksi penguraian produk
menjadi reaktan-reaktannya. Oleh karena itu, konversi atau
perubahan seluruh reaktan untuk membentuk produk tidak
mungkin sepenuhnya terbentuk sempurna 100% produk.
Kemungkinan produk yang dihasilkan menjadi sekitar 98%.
Kimia Aspirin- 12
Untuk mendapatkan nilai konversi yang tinggi, salah
satunya dapat dicapai dengan penggunaan reaktan berlebih
(excess). Dalam menentukan salah satu dari reaktan berlebih
(excess) tersebut, ditentukan berdasarkan sifat fisika dan kimia
yang dimiliki. Hal ini karena berkaitan dengan penentuan
metode pemisahan campuran. Pemisahan campuran adalah
memisahkan produk (zat yang dikehendaki) dari campuran-
campurannya (produk samping). Sebelum membahas lebih jauh
terkait hal tersebut, terlebih dahulu akan dibahas mengenai
cara-cara pembuatan (sintesis) ester.
Secara umum ada tiga pilihan cara dalam pembuatan
ester yaitu:
1. Pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol.
2. Pembuatan ester dari asil klorida dan alkohol.
3. Pembuatan ester dari anhidrida asam dan alkohol
Pada konteks aspirin (asam asetilsalisilat), pembuatan
menggunakan cara-cara tersebut dapat dibuat (BSE, 2013).
Pada pembuatan aspirin dari asam karboksilat dan alkohol,
menggunakan senyawa-senyawa kimia yakni asam asetat
(C2H4O2) dan asam salisilat
(C7H6O3). Persamaan reaksi
ditujukkan pada gambar 13.
Gambar 12. Pencampuran asam asetat
(C2H4O2) dan asam salisilat (C7H6O3) pada
pembuatan aspirin (asam asetilsalisilat)
Kimia Aspirin- 13
O O OH O OH
+ OH O +OH
O
OH H
Asam asetat Asam salisilat Asam asetilsalisilat Air
(Aspirin)
Gambar 13. Persamaan reaksi antara asam asetat (C2H4O2) dan asam salisilat
(C7H6O3)
Selain itu, penggunaan
asetil klorida (C2H3ClO) dan
asam salisilat (C7H6O3)
untuk sintesis aspirin dari
asil klorida dan alkohol.
Persamaan reaksi ditunjuk-
kan pada gambar 15.
Gambar 14. Pencampuran asetil klorida
(C2H3ClO) dan asam salisilat (C7H6O3)
pada pembuatan aspirin (asam
asetilsalisilat)
O O OH O OH + H Cl
O
+ OH O
Cl
Asetil klorida Asam salisilat Asam asetilsalisilat Asam klorida
(Aspirin)
Gambar 15. Persamaan reaksi antara asetil klorida (C2H3ClO) dan asam
salisilat (C7H6O3)
Serta pembuatan aspirin dari anhidrida asam dan alkohol
dengan menggunakan senyawa kimia yakni anhidrida asetat
(C4H6O3) dan asam salisilat (C7H6O3). Persamaan reaksi
ditujukkan pada gambar 16.
Kimia Aspirin- 14
OO O OH O OH + O
O + OH O OH
O
Anhidrida asetat Asam salisilat Asam asetilsalisilat Asam asetat
(Aspirin)
Gambar 16. Persamaan reaksi antara anhidrida asetat (C4H6O3) dan asam
salisilat (C7H6O3)
Asam salisilat merupakan senyawa bifungsional yang
memiliki dua gugus fungsi yakni hidroksil (-OH) dan karboksil (-
COOH). Dengan kedua gugus fungsi yang dimilikinya tersebut,
sehingga asam salisilat dapat berfungsi sebagai alkohol (fenol)
dan juga asam karboksilat (asam benzoat). Baik sebagai asam
ataupun alkohol, asam salisilat dapat mengalami reaksi
esterifikasi.
Asam asetat, asetil klorida,
dan anhidrida asetat
bertindak sebagai senyawa
pengasetilasi atau senyawa
yang mendonorkan gugus
O
Gambar 17. Pencampuran anhidrida asetil ( )– untuk
asetat (C4H6O3) dan asam salisilat atom
(C7H6O3) pada pembuatan aspirin (asam O terikat
asetilsalisilat)
menggantikan
hidrogen (H) yang
pada gugus hidroksil (-OH) sehinga dapat terbentuk senyawa
ester. Sehingga dengan demikian, aspirin (asam asetilsalisilat)
merupakan senyawa turunan asam salisilat yang pada atom H
dari gugus -OHnya digantikan oleh gugus OR dari asam
karboksilat (Tjay & K, 2002). “R” dapat berupa alkil atau aril.
A. Sintesis Aspirin di Industri
Kemunculan beragam penyakit semakin kompleks, dan
kemungkinan penyebab penyakit harus ditemukan solusi atau
Kimia Aspirin- 15
cara untuk mengobatinya. Permasalahan-permasalahan tersebut
menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh setiap industri
farmasi. Lalu, peran sintesis berdasarkan contoh kasus
permasalahan tersebut terletak pada proses penemuan obat-
obatan yang harus relevan dengan penyakit manusia.
Untuk dapat menghasilkan suatu produk obat, maka
perusahaan industri farmasi, terlebih dahulu harus menemukan
molekul atau zat aktif yang dapat memberikan efek
menyembuhkan (terapeutik) yang aman dan efektif. Hal itu
hanya bisa ditempuh dengan sintesis (Campos & Coleman,
2019).
Pada konteks sintesis aspirin (asam asetilsalisilat) di
industri, orientasi tujuannya adalah untuk mememuhi
permintaan pasar atau kebutuhan konsumen. Oleh karena itu,
dalam proses pembuatan-
nya dibutuhkan pengguna-
an ribuan kilogram bahan-
bahan kimia sehingga
diperlukan peralatan atau
teknologi yang cangih yang
secara otomatis dapat
menghasilkan atau mem- Gambar 18. Produksi obat di industri
produki obat dalam jumlah farmasi (www.sidomuncul.co.id)
banyak (skala besar).
Ilustrasi proses pembuatan aspirin di industri, digambarkan
dalam bentuk diagram alir berikut ini.
Kimia Aspirin- 16
Gambar 19. Diagram alir sintesis aspirin di industri (www.kpatents.com)
Tahap awal dimulai dari pencampuran seluruh bahan baku
yakni asam salisilat (C7H6O3(s)), anhidrida asetat (C4H6O3(s)), dan
pelarut (air) ke dalam suatu wadah tempat mereaksikan zat yang
dinamakan reaktor.
Di dalam reaktor, terjadi reaksi-reaksi
kimia sehingga seluruh bahan baku
mengalami perubahan pada komposisi
komposisinya dan membentuk atau
menghasilkan senyawa kimia baru.
Produk yang dihasilkan dari reaktor
berupa larutan asam asetilsalisilat
(C9H8O4(aq)) yang selanjutnya dialirkan
ke dalam kristalisator (crystallizer).
Kristalisator merupakan alat
yang berfungsi untuk pembentukan Gambar 20. Pengaliran
kristal. Proses pembentukan kristal seluruh bahan baku ke
dinamakan kristalisasi. Kristalisasi dalam reaktor
adalah metode pemisahan yang dilakukan dengan cara
mengkristalkan unsur atau molekul tertentu yang terdapat
dalam larutan. Kristal yang sudah terbentuk, kemudian
Kimia Aspirin- 17
dipisahkan dengan cara
filtrasi atau penyaringan.
Alat yang digunakan untuk
menyaring dinamakan filter.
Hasil dari filtrasi yaitu filtrat
dan residu.
Residu adalah sisa Gambar 21. Pengaliran larutan aspirin
hasil saringan yang terting- (asam asetilsalisilat) ke dalam
gal di alat penyaring. Ber- kristalisator
dasarkan gambar 19, residu ditunjukkan dengan asam asetat dan
pelarutnya (acetic acid and solvent). Residu yang dihasilkan
selama proses pembuatan aspirin, ada yang diproses kembali
untuk dimanfaatkan menjadi pelarut dan ada juga yang menjadi
limbah. Residu yang di manfaatkan untuk menjadi pelarut akan
dialirkan menuju tahapan recovery unit, sementara itu residu
berupa limbah akan dibuang ke lingkungan. Sedangkan filtrat
merupakan hasil saringan yang sudah melewati penyaringnya.
Pada konteks pembuatan aspirin, filtratnya ialah endapan
(kristal) yang mengandung asam asetilsalisilat.
Kristal asam asetilsalisat
yang sudah terbentuk,
kemudian dimasukkan atau
dialirkan kedalam tangki
pengaduk (slurry tank). Di
dalam tangki ini terjadi
proses pengadukan dan
Gambar 22. Pengaliran kristal aspirin ke proses melarutkan kembali
dalam tangki pengaduk kristal menggunakan pela-
rut yang sesuai.
Proses melarutkan kristal dan pembentukan kristal kembali
dinamakan rekristalisasi. Tujuan dilakukannya proses tersebut
Kimia Aspirin- 18
adalah untuk mendapatkan 100% kristal murni asam
asetilsalisilat. Sementara itu, dalam proses pengadukan terjadi
penambahan frekuensi tumbukan antar molekul-molekul yang
bereaksi sehingga dapat mempercepat proses pembentukan
kembali kristal.
Tahap terakhir dari
pembuatan aspirin adalah
proses pengeringan. Alat
untuk mengeringkan kristal
obat dinamakan drier.
Tujuan pengering ialah
untuk menghilangkan
kandungan atau kadar air di Gambar 23. Pengaliran kristal aspirin ke
dalam obat. Hal ini dalam mesin pengering (drier)
dilakukan agar obat tidak rusak sehingga obat dapat disimpan
atau digunakan dalam jangka waktu yang lama. Setelah
dipastikan kering, barulah kristal-kristal tersebut dapat dibentuk
menjadi tablet-tablet obat.
B. Sintesis Aspirin di Laboratorium
Sintesis aspirin di industri dengan sintesis aspirin di
laboratorium, tentunya memiliki perbedaan. Perbedaan
mengenai sintesis aspirin di industri telah dibahas di subtopik
sebelumnya. Sementara itu, pada sintesis aspirin di
laboratorium, tujuannya adalah untuk pembelajaran
(eksperimen), penelitian, ataupun untuk pengembangan. Atas
alasan tersebut, sehingga pada penggunaan jumlah reaktan atau
bahan-bahan kimia yang dibutuhkan hanya sedikit (sekelumit).
Selain itu juga peralatan laboratorium yang digunakan atau
dipakai dapat menyesuaikan dengan apa yang terdapat di
laboratorium.
Kimia Aspirin- 19
Pada konteks sintesis aspirin untuk tujuan pembelajaran
(eksperimen), berikut merupakan panduan sintesis aspirin (asam
asetilsalisilat) yang dapat dipraktikkan di laboratorium sekolah.
Tabel 2. Panduan pembuatan aspirin (asam asetilsalisilat)
PEMBUATAN ASPIRIN
Tujuan percobaan
Membuat aspirin (asam asetilsalisilat)
Alat Bahan
1) Gelas kimia 1) Asam salisilat (C7H6O3(s))
2) Gelas Erlenmeyer 2) Anhidrida asetat (C4H6O3(aq))
3) Pengaduk 3) Asam sulfat (H2SO4(aq))
4) Penangas air 4) Etanol (C2H5OH(aq))
5) Termometer 5) Air es
6) Corong
7) Kertas saring
8) Kotak es
Prosedur kerja
1) Masukkan 5 gram serbuk asam salisilat dan 7 gram
serbuk anhidrida asetat ke dalam gelas erlenmeyer.
Kimia Aspirin- 20
PEMBUATAN ASPIRIN
Prosedur kerja
2) Tambahkan 5 sampai 8 tetes larutan asam sulfat.
3) Panaskan campuran di atas penangas air selama ± 5
menit dan aduk-aduk.
4) Setelah 5 menit, angkat dan tambahkan 25 ml air es.
5) Letakkan dalam wadah kotak es, lalu diamkan selama
beberapa saat hingga terbentuk kristal .
Kimia Aspirin- 21
PEMBUATAN ASPIRIN
Prosedur kerja
6) Saring kristal yang terbentuk, lalu murnikan kembali
dengan cara melarutkan kristal tersebut menggunakan
pelarut etanol sebanyak 20 ml.
7) Filtrat atau hasil penyaringan didinginkan dalam wadah
es kembali, lalu diamkan dan tunggu hingga terbentuk
kristal jarum berwarna putih. Kristal jarum berwarna
putih yang terbentuk merupakan kristal aspirin (asam
asetilsalisilat) murni.
8) Saring kembali. Lalu keringkan, catat berat dan timbang
kristal aspirin (asam asetilsalisilat) yang dihasilkan .
Kimia Aspirin- 22
BAB II
PENGOBATAN MANDIRI
ering kali ketika kita sedang sakit, kita melakukan
pengobatan secara mandiri. Pengobatan mandiri
disebut dengan istilah self-medication. Adapun pengobatan
secara mandiri (self-medication) yang dilakukan dengan cara,
mengonsumsi obat-obatan yang dijual di warung-warung
(Sartono, 1993). Bentuk dari perlakuan yang seringkali dilakukan
tersebut merupakan bentuk tindakan pertolongan pertama
ketika sakit.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang
untuk memilih melakukan pengobatan secara mandiri
(selfmedication) ketika sakit yaitu, usia, jenis/bidang pekerjaan,
dan/atau karena faktor pendapatan penghasilan (Rikomah,
2016). Masing-masing dari faktor-faktor tersebut, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Kimia Aspirin- 23
1) Usia
Semakin bertambahnya usia disertai dengan banyaknya
pengalaman dan pengetahuan, dirasa sudah cukup dari hasil
mendengarkan arahan apoteker sehingga dalam pemilihan
pengobatan diputuskan untuk dilakukan secara mandiri.
Gambar 24. Penyampaian informasi seputar cara penggunaan obat
yang disampaikan oleh apoteker kepada konsumennya
2) Bidang Pekerjaan
Seseorang yang bekerja dibidang kesehatan mempunyai
pengetahuan yang lebih baik dalam hal menentukan pilihan
untuk pengobatan, karena telah mempertimbangkan dari
berbagai aspek dibandingkan dengan seseorang yang bekerja
diluar bidang kesehatan, yang biasanya lebih didasarkan pada
pengalaman saja.
Gambar 25. Para tenaga medis yang bekerja dibidang kesehatan (kiri ke
kanan: suster, dokter, dan apoteker)
Kimia Aspirin- 24
3) Pendapatan atau Penghasilan
Pendapatan atau penghasilan seseorang akan sangat
mempengaruhi pengobatan mandiri yang akan dilakukan dan
juga mempengaruhi pada pola fikir seseorang dalam hal
pengambilan keputusan.
Gambar 26. Banyaknya uang menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan pengobatan
mandiri (self-medication)
A. Dasar-Dasar Pertimbangan Pengobatan Mandiri
Apabila seseorang telah menentukan pilihan untuk
melakukan pengobatan secara mandiri, biasanya yang sering
dilakukan selanjutnya ialah pengenalan atas keluhan atau gejala
dari penyakitnya sampai kepada pemilihan dan penggunaan
obat-obatan.
Pengenalan keluhan
penyakit, hanya seputar
pada pengetahuan gejala
penyakit ringan (minor
ilnesses) yang umumnya
dapat dikenali sehingga
penyakit tersebut dapat
Gambar 27. Pencarian informasi atas disembuhkan dengan sen-
pengenalan keluhan penyakit melalui dirinya tanpa harus dicek ke
sumber-sumber informasi (buku)
Kimia Aspirin- 25
dokter. Sementara itu, dalam hal pemilihan dan penggunaan
obat seringkali didasarkan pada empat pertimbangan yaitu
kecocokan dengan obat tertentu, kemudahan dalam
mendapatkan obat, pengalaman orang lain yang terbukti ampuh
dalam menyembuhkan atau mengurangi penyakit tertentu,
dan/atau dari segi merek obat terkenal. Masing-masing
pertimbangan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Kecocokan dengan obat tertentu
Meskipun telah mendapatkan arahan/saran dari
apoteker, dalam hal penanganan atas keluhan atau gejala
penyakit yang diderita, sering kali pada sebagian orang
tertentu tetap bersikeras untuk mendapatkan obat yang
diinginkannya karena sudah merasa cocok dengan keluhan
atas penyakitnya.
2) Kemudahan dalam mendapatkan obat
Pengobatan mandiri yang terkadang kita lakukan sering
kali tidak memperhatikan kondisi kesehatan atau gejala
penyakit yang diderita sebelum menggunakan obat yang ingin
kita konsumsi. Tentu, hal ini mengakibatkan pada keputusan
pemilihan obat yang hanya didasarkan atas kemudahan dalam
mendapatkan obat tersebut.
3) pengalaman orang lain yang terbukti ampuh dalam
menyembuhkan atau mengurangi penyakit tertentu
Pengalaman orang lain yang sudah membuktikan
keampuhan dari obat tertentu dalam menyembuhkan atau
mengurangi rasa sakit, menjadi salah satu alasan
pertimbangan lain yang kerap diperhitungkan seseorang
dalam pengambilan keputusan pemilihan dan penggunaan
obat-obatan. Obat yang dapat memberikan dampak yang baik
Kimia Aspirin- 26
berupa kesembuhan terhadap penyakit, lebih dipercaya untuk
dipakai atau dikonsumsi kembali ketika menderita atau
mengalami gejala penyakit yang sama.
4) Merek obat terkenal
Hanya dengan merek obat yang sudah terkenal dan
terbukti efektif dalam mengobati penyakit yang mungkin
akan sering dipakai atau digunakan dibandingkan dengan
obat-obatan dengan merek obat baru yang mungkin belum
pernah digunakan.
Gambar 28. Perusahaan-perusahaan farmasi penghasil obat-obatan
yang terkenal di dunia
Dalam memilih ataupun menggunakan obat yang akan
dikonsumsi, sudah tentu dibutuhkan kecermatan. Tidak asal
obat-obatan tertentu dapat dinyatakan untuk mengobati sakit
dari suatu penyakit hanya karena dasar-dasar pertimbangan
tersebut. Obat dapat mengobati penyakit atau mengurangi
rasa sakit tertentu, dilihat dari ketepatan penggunaan obat.
B. Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas
Obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan jenis obat-
obatan yang dapat diperjualbelikan di apotik-apotik maupun di
warung-warung. Kriteria sebuah obat bebas dan obat bebas
terbatas dapat diperjual-belikan di pasaran, apabila obat yang
bersangkutan telah terbukti secara ilmiah menunjukkan manfaat
Kimia Aspirin- 27
klinis, dan obat-obatan tersebut teregistrasi atau terdaftar di
badan pengawas yang berwenang yaitu Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).
Menurut BPOM
obat bebas didefinisikan
sebagai obat yang dijual
bebas di pasaran dan
dapat dibeli dengan
tanpa resep dari dokter.
Sementara itu, obat
bebas terbatas ialah obat
yang sebenarnya ter-
masuk obat keras tetapi
masih dapat diper-
jualbelikan bebas dengan
tanpa resep dari dokter.
Meskipun obat bebas dan
bebas terbatas dapat
dibeli tanpa resep dokter,
penting sekali untuk
memperhatikan dan
memahami infor-masi-
informasi mengenai Gambar 29. Informasi-informasi yang
obat
aturan dan petunjuk terdapat pada setiap kemasan
(www.pom.go.id)
pemakaian obat yang
terdapat pada kemasan obat.
Selain untuk meminimalisir kesalahan selama penggunaan
obat, informasi yang diberikan dari produsen obat kepada
konsumen dapat menjadi suatu pengetahuan yang akan
dijadikan pedoman untuk pengobatan selanjutnya, dan dari
Kimia Aspirin- 28
informasi tersebut juga dapat dirasakan efek/manfaatnya untuk
ditindaklanjuti kalaupun tidak ada perkembangan setelah
meminum obat (Dini & Lestari, 2015).
C. Perbedaan Kemasan Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas
Pada masing-masing kemasan obat bebas dan obat bebas
terbatas, terdapat tanda khusus atau disebut logo obat yang
fungsinya adalah untuk memudahkan para konsumen dalam
membedakannya. Letak perbedaan pada masing-masing logo
obat tersebut yaitu dari segi warna namun bentuk logonya sama.
Logo obat bebas
berbentuk lingkaran ber-
warna hijau dengan garis
tepi berwarna hitam.
Bentuk logo obat bebas
ditunjukkan seperti yang
ditampilkan pada gambar _.
Gambar 30. Logo obat bebas di kemasan Logo obat bebas pada
obat bermerk bodrexin kemasan produk obat
menginformasikan kepada para konsumennya bahwa, obat ini
hanya dipergunakan untuk menangani penyakit-penyakit ringan
(simptomatis) saja. Penyakit ringan yang banyak dialami oleh
masyarakat luas seperti, demam, batuk, ataupun flu, sehingga
dalam penanganannya dapat dilakukan secara mandiri (self-
medication).
Kimia Aspirin- 29
Sementara itu, logo
obat bebas terbatas
berbentuk lingkaran biru
dengan garis tepi yang juga
berwarna hitam. Bentuk
logo obat bebas terbatas
ditunjukkan seperti yang
Gambar 31. Logo obat bebas terbatas di ditampilkan pada gambar _.
kemasan obat bermerk procold Arti dari logo obat bebas
terbatas pada kemasan produk, meng- informasikan mengenai
kondisi dan batas waktu tertentu yang memang dibenarkan
untuk dilakukan pengobatan secara mandiri (self- medication).
Namun apabila setelah upaya tersebut, kondisi penyakit semakin
serius dan tak kunjung sembuh setelah 3 - 5 hari maka, untuk
obat ini tidak dapat dikonsumsi lagi dan harus segera
memeriksakan diri ke dokter. Oleh karena itu, pada kemasan
obat bebas terbatas terdapat tanda peringatan yang berbunyi
“Apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter” (Al-Ghifari,
2019).
Bentuk peringatan Gambar 32. Tanda peringatan yang
pada kemasan obat terdapat dikemasan obat bebas terbatas
bebas terbatas, ditandai
dengan bentuk kotak Kimia Aspirin- 30
dengan latar belakang
berwarna hitam yang
ditulis dengan tinta
berwarna putih. Macam-
macam tanda peringatan
yang sering kali terdapat
pada berbagai kemasan
produk obat bebas
terbatas ditampilkan pada gambar _. Tanda peringatan ini
sebagai petunjuk peringatan.
Berdasarkan kedua jenis obat bebas tersebut, pembahasan
pada paragraf selanjutnya hanya akan difokuskan mengenai obat
bebas penurun panas.
D. Obat Bebas Penurun Panas
Berbagai merek obat bebas penurun panas yang dikenal
dan banyak diperjual-belikan dipasaran, ditunjukkan pada
gambar 21.
Obat bebas penurun
panas yang kita konsumsi
ketika sakit, merupakan
hasil pembuatan dan
pengolahan dengan meng-
gunakan bahan- bahan
kimia. Bahan-bahan kimia
penyusun komposisi obat,
tidak berarti bebas dari
bahaya (Willian, 2016). Oleh
Gambar 33. Produk-produk obat bebas sebab itu, pada setiap obat
analgesik (www.google.com) pasti memiliki efek samping.
Faktor efek samping atau resiko obat dapat diperbesar
dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang obat-
obatan. Minimnya pengetahuan tentang zat-zat apa yang
dikandungnya, efek samping apa yang ditimbulkannya, dan lain
sebagainya. Selain karena faktor tersebut, penyebab lainnya
disebabkan penggunaan istilah-istilah farmasi yang terlalu
banyak dan asing sehingga terasa menyulitkan dalam
memahaminya bagi masyarakat awam.
Kimia Aspirin- 31
Disisi lain, penting sekali bagi masyarakat awam untuk
memiliki pengetahuan dasar tentang obat-obatan yang bisa
didapatkan dari bacaan populer, seperti majalah atau buku-buku
kesehatan, melakukan pencaharian melalui internet, maupun
membaca dari informasi yang sudah terdapat atau tertera di
kemasan obat.
Gambar 34. Sumber-sumber dalam mendapatkan informasi tentang obat
(kesehatan)
E. Informasi-Informasi Dalam Kemasan Obat
Gambar 35. Informasi tentang obat yang terdapat pada kemasan naspro
Kimia Aspirin- 32
Pada pembahasan selanjutnya, sudah terangkum
informasi-informasi yang sering kita jumpai dikemasan obat
penurun panas yang tersaji dalam bentuk point-point berikut ini:
1) Komposisi
Sesuai dengan istilahnya, komposisi obat
menginformasikan mengenai zat aktif obat. Zat aktif yang
terdapat dalam komposisi obat merupakan senyawa kimia
yang terbukti dan diklaim mampu memiliki efek mengobati
suatu penyakit atau
mengurangi rasa sakit
(Fatmawaty, 2017).
Berdasarkan informasi
yang terdapat pada
kemasan produk obat
Gambar 36. Informasi komposisi obat demam yang tertulis
dpeamdaamgambar 36, informasi tersebut mengartikan bahwa zat
aktif yang terkandung pada obat demam tersebut adalah
asam asetilsalisilat sebanyak 300 miligram (mg) per tablet
obatnya.
2) Dosis
Dosis didefinisikan sebagai takaran obat yang harus
diberikan atau dikonsumsi oleh penderita sakit untuk
mencapai efek terapi obat (efek terapeutik) yang diharapkan
(Athijah & Pristianty, 2019).
Dosis yang tertera pada kemasan-kemasan obat
merupakan dosis yang dibuat oleh pabrik-pabrik obat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, agar pengkonsumsiannya
efektif dan aman, penting sekali untuk membaca petunjuk
Kimia Aspirin- 33
pemakaian yang sudah tertera dibagian kemasan obat
tersebut.
Berdasarkan informasi yang terdapat pada kemasan produk
obat demam yang tertulis pada gambar 36, informasi tersebut
memuat mengenai cara
pemakaian obat yang
sebaiknya dikonsumsi,
apakah setelah atau
sebelum makan, tentang
usia yang diperbolehkan
untuk mengkonsumsi
obat tersebut, serta Gambar 37. Informasi dosis obat
menginformasikan tentang
interval pemberian obat (Dermawan, 2015).
2.1. Cara pemakaian obat
Pada dasarnya obat
merupakan suatu senyawa kimia
yang memiliki aneka sifat dan
efek. Efek obat atau efek yang
dapat menyembuhkan akan
bekerja optimal apabila diminum
pada waktu yang tepat. “Tepat”
Gambar 38. Jadwal waktu yang dimaksud disini bisa
konsumsi obat berkaitan dengan sebelum atau
sesudah makan, atau terkait dengan waktu konsumsi obat
yang teratur. Sedangkan sifat obat berkaitan ketika obat
diminum.
Saat obat diminum atau dikonsumsi melalui mulut
(oral), tentu akan melewati lambung dan masuk kedalam
Kimia Aspirin- 34
usus. Sebagian kecil obat diserap
di lambung dan sebagian besar
diserap di usus halus. Prinsipnya,
obat dapat diserap dengan baik
dan cepat jika tidak ada gangguan
di lambung maupun di usus
karena makanan, karena obat
dapat berinteraksi dengan
makanan.
Namun uniknya ada obat- Gambar 39. Ilustrasi efek
obatan yang penyerapannya terapeutik obat di dalam
tubuh
terganggu dengan adanya
makanan, ada yang justru terbantu dengan adanya
makanan, dan ada obat-obatan yang tidak terpengaruh
dengan ada atau tidaknya makanan. Atas fenomena
tersebut sehingga dalam mengonsumsi obat ditentukan
kapan sebaiknya obat diminum, sebelum ataukah sesudah
makan.
Jangan salah penafsiran dengan
yang dimaksud “sebelum makan”
adalah ketika perut dalam
keadaan benar-benar kosong dan
“sesudah makan” adalah sesaat
sesudah makan atau ketika perut
masih berisi makanan atau tidak
lewat dari 2 jam. Hal ini karena
apabila melewati waktu tersebut
maka, makanan sudah selesai
Gambar 40. Penyerapan diolah dan diserap sehingga
obat di dalam lambung kondisinya bidisamakan dengan
sebelum makan.
Kimia Aspirin- 35
Selain karena sifat obat yang dapat berinteraksi
dengan makanan, ternyata sifat obat juga berhubungan
dengan efek samping. Diketahui bahwa efek samping obat-
obatan penurun panas seperti aspirin, naspro, aspilet, dan
lain-lain yaitu dapat mengiritasi lambung sehingga dapat
memperparah tukak lambung (maag). Oleh karena itu,
obat-obat ini harus diminum sesudah makan atau
bersamaan dengan makanan untuk mengurangi gangguan
pada lambung.
2.2. Usia penggunaan obat yang diizinkan
Usia yang diperbolehkan untuk mengonsumsi obat
demam tersebut berdasarkan informasi yang tertera di
kemasan bahwa, obat ini hanya dikonsumsi untuk anak-
anak diatas usia 12 tahun dan orang dewasa saja.
Dosis-dosis yang tertera di berbagai kemasan obat
disiapkan dan dikemas berdasarkan standarisasi dosis
untuk orang dewasa, bukan anak-anak. Hal ini karena
berkaitan dengan respon tubuh anak-anak dan orang
dewasa terhadap obat-obatan yang berbeda-beda. Selain
itu juga, karena tinjauan dari berbagai faktor dan
parameter-paramater perbedaan anak-anak dan orang
dewasa. Oleh sebab itu penting sekali untuk
memperhatikan dosis obat sebelum dikonsumsi atau
diberikan kepada anak-anak.
Menurut aturan pemakaian obat demam, dosis yang
masih dapat ditoleransi oleh tubuh orang dewasa berkisar
antara 500-650 mg per tablet obat, sedangkan untuk dosis
anak-anak yang berusia diatas 12 tahun kisarannya antara
Kimia Aspirin- 36
400-480 mg per tablet obat (Kompendia Obat Bebas,
2007).
2.3. Interval pemberian obat
Mentaati aturan informasi yang terdapat pada
kemasan obat, akan mempermudah dan mempercepat
proses penyembuhan. Tentu untuk mencapainya
dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang
penjadwalan atau pemberian obat yang teratur.
Penjadwalan obat yang teratur ini berhubungan
untuk menjaga agar kadar obat didalam tubuh tetap
berada pada kisaran efek terapi obat. Maka dari itu,
dalam menentukan pemberian obat yang teratur
dibutuhkan sedikit perhitungan. Perhitungan yang
dimaksud berkaitan dengan penentuan interval
pemberian obat atau jarak selang waktu antara konsumsi
obat yang pertama dengan konsumsi obat yang
selanjutnya.
Berdasarkan informasi yang tertera dalam kemasan
obat tersebut diatas, frekuensi pemberian obat per hari
harus diberikan atau dikonsumsi sebanyak 3 sampai 4
kali. Jika dalam 1 hari berjumlah 24 jam maka apabila
ingin obat tersebut dikonsumsi sebanyak 3 kali
pemakaian maka, perhitungannya adalah 24 jam dibagi 3
kali pemakaian sehingga diperoleh interval pemberian
obat setiap 8 jam sekali.
Kimia Aspirin- 37
Dengan interval pem-
berian obat yang sudah
diketahui setiap 8 jam sekali
maka, jika obat pertama
dikonsumsi pukul 6 pagi,
selanjutnya untuk pem- berian
obat yang kedua dan ketiga
diminum pada pukul 2 siang dan
dan 10 malam.
Obat yang dikonsumsi 3 x 1 Gambar 41. Konsumsi obat
hari merupakan obat-obatan
yang cepat tereliminasi atau diserap oleh tubuh karena
memiliki waktu paruh yang pendek sehingga perlu
diminum dengan lebih sering. Terkait juga dengan obat ini
yang harus dikonsumsi 3 x 1 hari 2 tablet, dosis ini
dianggap tidak lazim karena hanya dengan 3 x 1 hari 1
tablet sudah dapat memberikan efek terapi obat atau
pengobatan yang optimal.
3) Efek Samping
Kita tahu bahwa setiap obat pasti memiliki dan dapat
memberikan efek yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan.
Efek yang tidak diinginkan dari suatu obat dinamakan efek
samping. Untuk meminimalisir efek samping dari suatu obat,
cara mengetahuinya dengan membaca informasi yang
terdapat atau tertera pada setiap kemasan obat.
Efek samping dari obat-obatan yang diminum, baru dapat
dirasakan setelah mengkonsumsinya. Rasa yang ditimbulkan
seperti, jantung berdebar, mulut terasa kering, sembelit atau
diare, batuk-batuk, mual, dan sebagainya. Tapi memang tidak
Kimia Aspirin- 38
mudah membedakan apakah rasa-rasa tersebut merupakan
efek samping dari obat yang dikonsumsi ataukah memang
kebetulan ada penyakit lain yang muncul bersamaan pada
saat obat tersebut dikonsumsi, sehingga menimbulkan gejala-
gejala yang mirip dengan
efek samping yang di
informasikan di kemasan
obat tersebut. Maka dari
itu, salah satu cara untuk
menandainya adalah
dengan memberhentikan
sementara waktu obat
yang sedang dikonsumsi
tersebut.
Jika obat yang sedang
dikonsumsi tersebut
diberhentikan sementara
waktu dan rasa atau
gejala seperti batuk,
mual, sembelit, diare dan
sebagainya hilang maka
kemungkinan besar itu
Gambar 42. Gejala-gejala yang dirasakan hanya merupakan efek
dari efek samping obat
samping obat. Namun
apabila rasa atau gejala tersebut berlanjut meski obat yang
sedang dikonsumsi sudah dihentikan maka kemungkinan
tanda adanya suatu penyakit baru yang muncul.
Penyebab terjadinya efek samping obat disebabkan
karena, jarang sekali obat yang dapat bereaksi selektif pada
target aksi tertentu. Target aksi tertentu yang dimaksud
Kimia Aspirin- 39
seperti reseptor, enzim, atau protein pembawa (Ikawati,
2018). Suatu obat dapat bereaksi menyembuhkan atau
mengurangi rasa sakit karena bekerja pada sesuatu yang
disebut reseptor yang terdapat pada berbagai jaringan tubuh.
Oleh karena itu, para produsen obat berusaha membuat obat
yang semakin selektif terhadap target aksi tertentu guna
meminimalisir efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
Efek samping obat bisa muncul dalam berbagai bentuk
dan tingkatan. Mulai dari bentuk dengan tingkatan yang
ringan hingga berat. Rasa kantuk, batuk-batuk, mual, gatal-
gatal merupakan bentuk dengan tingkatan efek samping yang
ringan. Sedangkan syok anafilaksis atau reaksi alergi yang
parah dan berpotensi mengancam nyawa, ataupun gangguan
pada sistem peredaran darah merupakan bentuk dengan
tingkatan efek samping yang berat.
Gambar 43. Tingkatan-tingkatan efek samping obat
Efek samping berupa rasa kantuk, misalnya, mungkin
tidak perlu pengentasan atau tindakan penanganan karena
biasanya dimanfaatkan untuk bisa beristirahat. Sementara
Kimia Aspirin- 40
efek samping berupa peningkatan nafsu makan, terkadang
dimanfaatkan untuk memicu nafsu makan anak yang tidak
doyan makan. Akan tetapi, untuk efek samping yang
mengganggu seperti mual bahkan sampai muntah, seperti
misalnya pada seseorang yang sedang menjalani kemoterapi
maka mau tidak mau harus diatasi dengan obat anti mual
karena kemoterapinya tidak mungkin dihentikan sebelum
waktunya.
Apabila efek samping obat sampai bisa mengancam jiwa
tentu obat tersebut harus dihentikan dan dicarikan alternatif
obat lain yang dapat menghasilkan efek samping yang lebih
kecil. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengetahui efek
samping dari setiap obat yang dikonsumsi. Jika dirasakan
gejala-gejala tertentu setelah mengkonsumsi obat yang
diduga akibat efek samping obat, maka bisa dikonsultasikan
dengan apoteker atau segera ke dokter, dan/atau jika ada
gejala efek samping, maka penangan sendiri yang dapat
dilakukan adalah dengan berhenti mengkonsumsi obat
tersebut.
Sebagai ilustrasi contohnya seperti pada fenomena atau
peristiwa berikut. Kkeluhan sembelit dapat diatasi dengan
memperbanyak makanan berserat dan minum air untuk
mempermudah Buang Air Besar (BAB). Jika mulut terasa
kering mungkin bisa dibantu dengan mengemut atau
mengulum permen. Apabila keluhan efek samping cukup
berat dan tidak dapat ditoleransi lagi, maka bisa diatasi
dengan pemberian obat lain untuk mengatasi efek samping
atau menurunkan dosis obat dan/atau dengan mengganti
obat yang tentunya harus sepengetahuan dokter.
Kimia Aspirin- 41
4) Cara Kerja Obat
Cara kerja obat
menginformasikan tentang
bagaimana mekanisme atau
cara obat yang sedang
dikonsumsi bekerja di dalam
tubuh. Informasi ini menjadi
sangat penting bagi tenaga
Gambar 44. Informasi cara kerja obat medis yang menggunakan
obat tersebut untuk pemakaian tertentu. Akan tetapi, untuk
orang awam informasi ini tidak terlalu penting atau dengan kata
lain sekadar sebagai pengetahuan saja.
5) Indikasi dan Kontra Indikasi
Informasi yang terdapat pada indikasi obat menjelaskan
mengenai kondisi atau tanda-tanda seseorang yang dapat
mengonsumsi obat tersebut
berdasarkan pada gejala
dari sakit atau penyakit yang
sedang dideritanya.
Gambar 46. Informasi indikasi obat
Kebalikan dari definisi
indikasi obat, kontra
indikasi menjelaskan ten-
tang obat tersebut tidak
diperkenankan atau tidak
diperbolehkan dikonsumsi
Gambar 45. Informasi kontraindikasi
obat
Kimia Aspirin- 42
oleh orang-orang yang mempunyai tanda-tanda atau riwayat
penyakit seperti yang tertera dalam kemasan obat.
6) Interaksi obat
Interaksi obat menginformasikan mengenai makanan-
makanan dan obat-obatan jenis lain yang tidak diperbolehkan
dikonsumsi secara bersamaan dengan obat yang sedang
dikonsumsi. Hal ini karena berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.
Gambar 47. Informasi interaksi obat
7) Peringatan dan perhatian
Peringatan di kemasan obat menginformasikan tentang
hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan selama obat
tersebut dikonsumsi. Kebalikan dari definisi peringatan obat,
perhatian dalam kemasan obat menginformasikan mengenai
anjuran-anjuran yang perlu diawasi selama mengonsumsi obat
tersebut.
Gambar 48. Informasi peringatan dan perhatian obat
Kimia Aspirin- 43
8) Overdosis (keracunan)
Informasi yang tersaji pada bagian overdosis obat,
menjelaskan mengenai tindakan-tindakan yang perlu dilakukan
ketika mengalami keracunan obat. Istilah keracunan dengan efek
samping obat tidaklah sama. Keracunan obat terjadi jika obat
yang dikonsumsi melebihi dosis yang sudah ditentukan,
sementara efek samping obat dapat terjadi meskipun
pemakaiannya sudah mengikuti anjuran dosis yang sudah
ditentukan.
Gejala-gejala dari keracunan obat bermacam-macam
bentuknya. Seseorang yang mengalami keracunan obat
umumnya disertai dengan
beberapa gejala sekaligus
seperti jantung berdebar,
kejang-kejang, muntah,
sesak nafas, penglihatan
terganggu, mabuk, ber-
halusinasi, hilangnya ke-
sadaran, koma, dan sampai
berujung pada kematian.
Bentuk gejala keracunan
tersebut yang paling sering
tampak dan mudah
dikenali.
Seseorang yang
mengalami keracunan obat
dapat terlihat langsung
setelah beberapa saat
pemberian obat, atau ada
juga yang baru terlihat
selang beberapa hari Gambar 49. Tanda atau gejala keracunan
setelah penggunaan obat. obat
Kimia Aspirin- 44
Jika terjadi tanda-tanda keracunan maka penggunaan obat harus
dihentikan bahkan obat-obat yang masih berada di lambung
setidaknya dalam kurun waktu 2 jam setelah meminum obat
sebaiknya dimuntahkan.
Apabila seseorang tampak mengalami keracunan obat,
maka hal-hal yang perlu dilakukan pertama kali yaitu sebagai
berikut.
- Menjaga agar fungsi vital tubuh seperti pernafasan, sirkulasi
darah tetap berjalan. Ini dilakukan seperti pada pertolongan
P3K misalnya dengan teknik pernafasan buatan (bila
pernafasan berhenti) dan memberikan tekanan kejut pada
dada (bila jantung berhenti).
- Menghindari penyerapan obat lebih lanjut dalam tubuh. Bila
obat belum terlalu lama diminum maka usahakan untuk
dimuntahkan dengan memasukkan jari ke dalam
kerongkongan agar sisa obat yang masih berada dalam
lambung keluar. Bila mungkin minumlah karbon/arang
teraktivasi (misalnya norit atau bikarbon yang dapat dibeli
sebagai obat bebas di apotek) agar dapat menyerap obat
yang masih ada di pencernaan.
Sebagai penanganan lebih
lanjut carilah pertolongan
kepada unit pelayanan
kesehatan atau segera
dapatkan penanganan dari
dokter. Pada Bab
berikutnya akan dibahas
dan dikaji mengenai zat
aktif obat aspirin yang
ditinjau berdasarkan prinsip
-prinsip ilmu kimia. Gambar 50. P3K ketika keracunan obat
Kimia Aspirin- 45
BAB III
ASPIRIN
Diberbagai film luar negeri, sering kali kita lihat ada
adegan dimana salah satu pemain film
mengkonsumsi beberapa butir tablet obat. Adegan yang
ditunjukkan oleh saat salah satu pemain tersebut menunjukkan
peran seperti mengalami kesulitan tidur, pusing, stress, atau
mengeluh sakit di dada.
Adegan selanjutnya yang ditunjukkan setelah
mengkonsumsi obat tersebut, tidak lain tubuh merasa lebih
rileks. Namun, tahukah kamu obat apa yang digunakan sebagai
properti pada adegan film tersebut?. Tablet obat yang dimaksud
tidak lain adalah tablet obat aspirin.
Obat aspirin di seluruh dunia merupakan salah satu
jenis obat yang paling banyak diminati. Keberadaannya
mampu bertahan hingga lebih dari seratus tahun.
Kimia Aspirin- 46
Nama senyawa Struktur senyawa
Format O
Asetat OH
Propionat
Butirat H
O
OH
O
OH
O
OH
Valerat O
OH
Prioritas ke- Gugus Fungsi Nama Gugus Fungsi
O
1 OH Karboksilat
O
2 S OH Sulfonat
O
O Ester
3O
O
4 X Halida asam
O Amida
5 NH2
CN Nitril
6
O
7 H Aldehida
Kimia Aspirin- 47
O Keton
8R
OH Alkohol
9
SH Tiol
10
NH2 Amina
11
OR Eter
12
NO Nitro
13 O–
Kimia Aspirin- 48
Kimia Aspirin- 49