Materi I
Pengertian Psikologi Klinis
Pokok Bahasan
- Pengertian Psikologi Klinis
- Peran Psikologi Klinis
- Penerapan Psikologi Klinis
- Aspek-Aspek Psikologi Klinis
Pendahuluan
Psikologi klinis merupakan suatu ilmu pada jalur akademik dan
praktis. Berdasarkan pendapat Hipocrates bahwa setiap perilaku
termasuk gejala sakit, bersumber dari otak. Sedangka apa yang
dimaksudkan dengan “otak” itu diperluas menjadi persyaratan, dan
khusus untuk perilaku, pengertian “otak” ini disubstitusi dengan
“psyche” atau “jiwa”, “mental” atau “mind”. Pada tahun 1912, Witmer
menyatakan bahwa klinis adalah metode yang digunakan untuk
mengubah atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil
observasi atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil
observasi dan eksperimen dengan menggunakan teknik penanganan
padagogis.
Psikologi klinis merupakan salah satu jenis psikologi terapan yang
sampai sekarang masih sering dipertanyakan arti, kedudukan, dan
peranannya jika dibandingkan dengan psikiatri. Perbedaan antara
psikolog klinis dengan dokter medis pun masih membingungkan
masyarakat. Karena itu materi ini akan memaparkan dengan definisi,
peran, setting dan aspek-aspek psikologi klinis.
Pengertian Psikologi Klinis
Pengertian psikologi klinis telah dikemukakan oleh beberapa
tokoh (dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007), antara lain:
1. Woodworth (1937)
Psikologi Klinis adalah penasihat professional dengan
menggunakan peralatan ilmiah, memberi tes dan konseling pada
individu dalam berbagai area penyesuaian diri/adjustment
personal yang penting.
2. Louttit (1939)
Psikologi Klinis adalah tes individual atau kepribadian
(menyerahkan pekerjaan pada guru, terapi pada psikiater dan
konseling sosial pada pekerja sosial)
3. Americal Psychological Association Clinical Section (1935)
Psikologi Klinis merupakan bentuk psikologi terapan untuk
menentukan kapasitas dan karakteristik tingkah laku individual
dengan menggunakan metode-metode pengukuran assessment,
analisa dan observasi serta uji fisik dan riwayat sosial agar dapat
diperoleh saran dan rekomendasi untuk membantu penyesuaian
diri individu secara tepat.
4. Shakow (1976)
Psikologi Klinis merupakan “model ilmiah professional: yaitu
metode latihan terbaik dari para psikolog untuk membantu
mengembangkan kemampuannya dalam lapangan profesi yang
objektif maupun dalam ilmu pengetahuan humanistik /
kemanusiaan.
Pengertian yang banyak dijadikan pegangan dan acuan dasar
dalam memahami pengertian klinis saat ini adalah definisi yang
ditetapkan oleh American Psychological Association (APA) seksi klinis.
Pada tahun 1935 American Psychological Association’s Clinical Section
membuah sebuah rumusan mengenai klinis sebagai berikut :
Klinis ialah suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud
memahami kapasitas perilaku dan karakteristik individu melalui
metode pengukuran, analis serta pemberian saran dan
rekomendasi, agar individu memapu malakukan panyesuaian diri
secara memadai.
Henry dkk (dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007) melakukan
penelitian untuk membandingkan psikologi klinis dengan pendekatan
lain sehingga diketahui karakteristik personal yaitu bahwa psikologi
klinis memiliki motif untuk membantu orang. Psikologi klinis merupakan
satu dari beberapa spesialisasi dalam lapangan psikologi dan kesehatan
mental yang dalam banyak kasus, peran dan prakteknya saling tumpang
tindih misalnya dengan psikiater dan psikolog konseling.
Sebuah usaha terbaru untuk merumuskan dan menggambarkan
psikologi klinis diberikan oelh psikolog klinis yaitu J.H. Resnick yang
memberikan psikologi klinis sebagai berikut:
The field of clinical psychology involves research, teaching and
services relevant to the applications of principles, methods and
procedures for understanding, predicting and alleviating
intellectual, emotional biological, psychological, social and
behavioral adjustment, disability and discomfort, applied to a
wide range of client populations.
Menurut Resnick, bidang sentral dari psikologi klinis mencakup
asesmen dan diagnose, intervensi atau treatment, konsultasi, penelitian
dan aplikasi prinsip-prinsip etik dan professional. Psikolog klinis dicirikan
oleh keahlian mereka dalam bidang kepribadian dan psikopatologi serta
integrasi antara ilmu, teori dan praktik. Dengan demikian psikolog klinis
memiliki beberapa atribut antara lain :
- Sebagai psikolog, karena dilatih untuk menggunakan garis
pedoman dan pengetahuan psikologi dalam kerja professional
- Sebagai klinisi (ahli klinis) karena berusaha memahami manusia
beserta kompleksitas sifatnya dan adanya penyesuaian diri terus
menerus
- Sebagai ilmuwan, karena menggunakan metode ilmiah untuk
mencapai objektivitas dan ketelitian dalam kerja professional
- Sebagai pekerja profesioanal, karena menekankan pada
pentingnya pelayanan secara manusiawi (human services)
melalui bantuan individual, kelompok, sosial dan masyarakat
yang bertujuan memecahkan masalah-masalah psikososial dan
mengembangkan kualitas hidup.
Orientasi-Orientasi Psikologi Klinis
Menurut Kendal (dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007)
psikologi klinis memiliki beberapa orientasi yaitu :
a. Titik Pandang Dasar Klinis
Tugas yang dihadapi oleh klinisi adalah memahami masalah yang
dihadapi klien dan cara klien dalam menyelesaikan atau berusaha
untuk menyelesaikan masalah. Apabila penyelesaian masalah
tepat disebut dengan penyesuaian masalah yang baik namun bila
tidak tepat, menunjukkan adanya ketidakesesuaian, maladaptive
atau psikopatologi. Bagi seorang klinisi perbedaan antara normal
dan abnormal hanya memiliki arti yang tidak demikian signifikan.
b. Aspek-Aspek Kepribadian
Terdapat tiga aspek kepribadian yang umumnya perlu dipahami
untuk tujuan orientasi teoritis psikologi klinis mengenai
kepribadian yaitu motivasi, kapasitas da kendali.
i. Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan psikologis yang telah memiliki
corak atau arah dalam diri individu yang harus dipenuhi
agar kehidupan jiwanya dapat dipelihara, yaitu senantiasa
berada dalam keadaan seimbang dan nyaman. Pada
awalnya kebutuhan tersebut hanyalah kebutuhan dasar
saja. Namun selanjutnya kebutuhan tersebut berubah
menjadi suatu faktor yang disebut dengan motivasi karena
memiliki kekuatan dan sekaligus arah. Adanya arah ini
menggambarkan bahwa manusia tidak hanya memiliki
kebutuhan melainkan keinginan untuk mencapai sesuatu
sesuai dengan kebutuhannya.
ii. Kapasitas
Karakteristik individu yang adjustif (telah menyesuaikan),
termasuk dalam hal ini adalah kapasitas intelektual untuk
mencapai tujuannya sendiri dan memenuhi tuntutan yang
dikendaki lingkungannya. Kapasitas perlu untuk diketahui
agar dapat memperhitungkan kemungkinan keluaran
optimal individual secara total.
Jika kita mengukur dalam kondisi motivasional yang
optimal, kita dapat mempelajari dalam ukuran-ukuran
mana klien dapat berhasil memenuhi tuntutan-tuntutan
lingkungan khasnya. Adak lien yang mampu menampilkan
kapasitas optimalnya dalam situasi tertentu, khusus untuk
hal-hal tertentu, tetapi tidak dalam atau situasi lain.
iii. Pengendalian (control)
Pengendalian (control) merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh individu ketika menggunakan kapasitasnya
dan mengekang motivasi dorongannya ke dalam saluran
yang berguna bagi penyesuaian dirinya, yang secara sosial
dapat diterima. Dalam pengendalian diri ini terdapat
beberapa wujud atau bagian di dalamnya antara lain :
a. Pengendalian berlebih over control
b. Pengendalian lemah under control
c. Pengendalian tentative tentative control atau cemas
anxiety
d. Pengendalian terganggu inadequate
e. Pengendalian ideal yaitu pengendalian yang melahirkan
penyesuaian yang tepat
Peran Psikologi Klinis
Menurut Kendall (dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007),
psikologi klinis memiliki beberapa peran yaitu :
1. Terapi dan Modifikasi Tingkah Laku
Psikologi Klinis berperan dalam memberikan terapi psikologis
melalui 4 bentuk umum :
o Membangun relasi yang murni dan saling memperhatikan
atau caring terhadap klien
o Terapis membantu klien melakukan eksplorasi diri secara
psikologis
o Terapi dan klien bekerja sebagai tim yang bertujuan
memecahkan masalah psikologis klien dan mempertinggi
fungsi personalnya
o Terapis mengajarkan pada klien keterampilan meniru
stress dan mengontrol kehidupannya sendiri secara
otonom dan efektif
Beberapa pendekatan dengan berbagai macam fokus yaitu :
o Psikoanalisis : memecahkan konflik personal yang
tidak disadari
o Client Centered : membantu menerima diri klien
o Eksistensial : membawa makna bagi kehidupan
o Kognitif : restrukturisasi pola pikir yang salah
o Behavioral : mengajarkan keterampilan untuk
meniru (mengatasi) situasi dan mengembangkan tingkah
laku yang efektif.
Kebanyakan psikolog klinis menggunakan pendekatan yang
eklektik (gabungan dari beberapa pendekatan) dalam memilih
terapi disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing klien.
Sekalipun demikian terdapat pula psikolog klinis yang
menggunakan pendekatan khusus dalam melakukan intervensi.
2. Asesmen dan Tes Psikologi
Asesmen merupakan proses dimana psikolog klinis
mengobservasi dan mengevaluasi masalah psikologis dan sosial
klien, keterbatasan dan kemampuannya. Asesmen memberikan
suatu dasar ilmiah untuk mengevaluasi terapi dan membentuk
teori-teori tentang fungsi atau disfungsi manusia.
3. Pengajaran dan Supervisi
Psikolog klinis bertindak sebagai pengajar untuk berbagai siswa
baik dalam pengajaran formal maupun informal.
4. Konsultasi
Tujuan dari psikolog klinis adalah membantu orang agar dapat
menerima konsultasi dan mengerjakan pekerjaan mereka
sehingga diperoleh kepuasan yang lebih besar dan efektif.
5. Administrasi
Peran psikolog klinis mencakup usaha bimbingan dan
pengawasan dari sekelompok individu untuk mencapai beberapa
tujuan umum melalui penggunaan keterampilan, merencanakan,
mengorganisasikan, mengumpulkan sumber, mengarahkan dan
mengontrol (Newman, dalam Ardani, Rahayu, Sholichatun,
2007).
6. Penelitian
Psikolog klinis dapat melakukan berbagai penelitian seperti
efektifitas perbedaan pendekatan dalam terapi dan konsultasi,
sebab akibat disfungsi psikologis dan ketepatan prosedur
assessment yang berbeda.
Untuk melakukan penelitian psikolog klinis harus :
o Mengembangkan tentang penelitian sebelumnya yang
relevan dan penelitian teori-teori
o Membentuk hipotesis yang dapat diuji
o Metode yang akurat dan sistematis untuk mengetes
o Seperangkat alat untuk mengumpulkan informasi dengan
tes
o Prosedur yang berarti dan tepat untuk menganalisa dan
mengintepretasikan informasi
o Laporan yang akurat dan jelas tentang penelitian dan
implikasinya.
Penerapan Psikologi Klinis
Sebagai sebuah ilmu terapan, psikologi klinis memiliki peran
dalam bidang kesehatan secara luas. Menurut Kendall (dalam Ardani,
Rahayu, Sholichatun, 2007) terdapat beberapa tempat penerapan
psikologi klinis, yaitu
1. Pusat Kesehatan Mental Masyarakat (Community Mental Health
Centers = CHHSs_
Psikolog klinis berperan penting sebagai terapis, penilai /
assessor, pengajar, supervisor, administrasi dan peneliti.
2. Rumah Sakit Jiwa
Psikolog klinis bekerja untuk :
o Menciptakan setting terapi serta memberikan terapi pada
pasien baik secara kelompok maupun individual
o Mengadakan program pelatihan bagi berbagai anggota dan
staff rumah sakit, sehingga dapat berkembang dan bekerja
sama secara professional
3. Praktek Privat
Psikolog klinis bekerja di kantor-kantor sendiri baik perorangan
maupun bersama sekelompok kolega berdasarkan adanya surat
izin / lisensi.
4. Rumah Sakit Umum
Psikolog klinis mengembangkan penelitian dan program
treatment dalam lingkup kesehatan psikologis yaitu :
o Pengaruh faktor psikososial terhadap penyakit
o Metode psikologi untuk mengatasi penyakit fisik
o Pendidikan masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan
o Pendekatan psikologi untuk mempengaruhi pasien
mengikuti aturan medis
o Intervensi psikologis untuk meredam, mengatasi dan
mencegah masalah kesehatan seperti rokok, penyakit atau
kegemukan.
5. Pusat Pelayanan Residensial untuk Anak dan Remaja
Psikolog klinis berperan menciptakan iklin sosial yang dapat
memberikan dukungan emosional seperti keluarga, praktek
keterampilan akademik dan sosial, serta mendorong klien untuk
menghadapi dan memecahkan masalahnya, bukan
menghindarinya ataupun melakukan tindakan yang kejam.
6. Universitas dan Perguruan Tinggi
Psikolog klinis dapat melakukan asesmen psikologi, bimbingan,
terapi dan membantu mahasiswa menyesuaikan diri ke masa
dewasa dan kehidupan di masyarakat. Di bidang akademis, ia
dapat mengajar mahasiswa ataupun melakukan penelitian.
7. Sistem Sekolah
Psikolog klinis dapat berkonsultasi dengan pengajar atau
administrator untuk mengadakan satu pendidikan khusus, serta
menerapkan prinsip-prinsip psikologi untuk mengembangkan
motivasi belajar di sekolah
8. Penjara, Pengadilan dan Departemen Kepolisian
o Melakukan tes psikologi dan konseling di penjara atau
departemen kepolisian
o Mengembangkan program rehabilitasi, berkonsultasi
dengan penjaga dan administrator untuk menciptakan
lingkungan penjara yang aman, manusiawi dan terdidik
o Membantu mengembangkan keterampilan tahanan
o Dapat pula menyediakan semacam halfhouse, kemudian
memilih beberapa tahanan untuk hidup dan bekerja di
bawah supervise . pengawasan dalam masyarakat
o Membantu hakim dan juri dalam membuat keputusan di
pengadilan dengan memberikan informasi untuk
membantu mengidentifikasi faktor psikologis,
interpersonal atau tingkah laku yang mempengaruhi
terdakwa. Ia dapat melibatkan diri dalam penelitian,
intervensi langsung ataupun dengan member konsultasi.
o Membantu menangani krisis keluarga di Departemen
Kepolisian
9. Pemerintah dan Industri
Peran psikolog klinis ditekankan pada program evaluasi,
pengembangan organisasi, latihan keterampilan manajemen dan
membantu agar organisasi berfungsi secara manusiawi dan
produktif.
Aspek-Aspek Psikologi Klinis
Sepanjang sejarah perkembangannya, Menurut Kendall (dalam
Ardani, Rahayu, Sholichatun, 2007) psikologi klinis memiliki 4 aspek
yang parallel dalam tindakan dan konsepnya yaitu
asesmen/pengukuran, intervensi, penelitian dan organisasi profesioanal
yang dijabarkan dibawah ini :
1. Asesmen / Pengukuran dalam Psikologi Klinis
Penelitian psikometrik sebagai pengukuran kuantitatif tentang
atribut dan tingkah laku manusia dimulai sejak penelitian
psikologi awal oleh Wundt dan Galton. Perkembangan psikologi
ini dimulai dari tes keterampilan motorik sederhana ke hal yang
lebih kompleks seperti kompetensi mental dan fungsi
kepribadian.
Psikologi klinis mengembangkan banyak cara pengukuran dengan
mengkonstruksi tes-tes khusus baik secara objektif, proyektif
maupun behavioral. Sebagai penunjang kemudian dipergunakan
pula formula statistic untuk diagnose dan prediksi hasil tes.
2. Intervensi dalam Psikologi Klinis
Psikologi klinis mempunyai 5 bentuk dasar intervensi yaitu :
a. Milleu Therapy (Terapi Lingkungan)
Dengan terapi lingkungan ini dibentuk sosioterapi khusus
sehingga tercipta suasana santai, relasi yang suportif dan
memungkinkan dipelajarinya keterampilan baru untuk
mengusahakan kehidupan yang efektif. Tokoh terapi
lingkungan adalah Pinel dan Tood (abad 18 dan 19)
b. Behavioral Therapy
Terapi behavioral didasarkan pada prinsip belajar, juga dikenal
adanya Cognitive Therapy oleh Ellis dan Beck yang bertujuan
mengajarkan klien cara berpikir yang lebih efektif. Tokoh
behavioral terapi adalah Skinner, Salted an Wolpe.
c. Individual Therapy
Tujuan individual therapy adalah membantu klien untuk
melakukan re-evaluasi dan re-strukturisasi gaya kepribadian
dasar mereka sehingga mampu mengatasi konflik emosional.
Tokoh individual therapy Charcot, Janer, Barnheim, Freud,
Breuer, Du Bois, Roger.
d. Group Therapy
Tokoh group therapu adalah Worcester, Pratt Ackerman
(Terapi Keluarga), Moreno (Psikodrama) dan Lewin (T-Group).
e. Program Perubahan Sosial (Social Change Programs)
Tujuan program perubahan sosial adalah mencegah disfungsi
psikologis dan memperharikan kesejahteraan organisasi
kelompok yang lebih besar dan masyarakat sehubunganan
dengan adanya pengaruh ekonomi atau aktivitas politik.
Program ini baru berkembang sekitar tahun 1960-an. Tokoh
program perubahan sosial adalah Cowen, Fairwesther.
3. Penelitian dalam Psikologi Klinis
Penelitian difokuskan pada pengembangan peralatan pengukuran
serta mencari penyebab dan akibat disfungsi psikologis
Penelitian dalam Intervensi Klinis
Snycer (1947) menyatakan bahwa terapi yang berhasil tidak
melibatkan banyak deskripsi dan penyataan
langsung untuk memancing pertanyaan
positif tentang diri klien.
Peres (1947) menyatakan bahwa terapi kelompok yang
efektif tergantung pada penggunaan
penyataan oleh terapis yang mempu
mendorong klien untuk menjelaskan
perasaan mereka.
4. Psikologi Klinis sebagai Profesi
Psikologi secara formal menjadi disiplin ilmu di sekolah sejak
berdirinya American Psychological Association (APA) pada tahun
1892.
1920—1950 hal penting terjadi pada masa ini didirikan
Psychological Corporation oleh Cattel pada
tahun 1921 untuk memasarkan tes psikologi
dan konsultasi. Dengan demikian psikologi
klinis mulai berkembang dalam dunia bisnis.
Pada tahun 1923, ahli-ahli psikologi klinis
membentuk American Association of Applied
Health (AAAP) sebagai usaha untuk lebih
mendapatkan pengenalan professional. Para
psikolog klinis juga ikut serta dalam National
Institute of Mental Health (NIMH) yang
1950—1980 bertujuan mencegah terjadinya disfungsi
psikologis pada veteran perang Vietnam.
Dengan meningkatnya perhatian masyarakat
tentang kesehatan mental, maka terciptanya
kesempatan kerja dan training professional
yang lebih luas bagi para psikolog klinis.
5. Psikologi Klinis, Integrasi Ilmu Pengetahuan Ilmiah –Profesional
Psikologi klinis merupakan suatu lapangan dalam psikologi yang
mengintegrasikan metode ilmiah dan pelayanan professional
untuk mengembangkan teori, pengukuran, intervensi, inovatif
dan efektif, untuk memahami fungsi-fungsi manusia dan
mengerti disfungsi psikologis.
Praktisi klinis memerlukan keahlian dalam penelitian ilmiah untuk
menunjukkan keuntungan pada klien. Peneliti klinis perlu
mengumpulkan keahlian dalam praktek pengukuran dan
intervensi untuk dapat mengembangkan penelitian yang
mencerminkan kompleksitas praktek klinis, yang merupakan
informasi yang berguna bagi praktisi.