The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

media pengajaran pertumbuhan ilmu pengetahuan pada ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by riaw62874, 2021-04-13 00:06:48

pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah

media pengajaran pertumbuhan ilmu pengetahuan pada ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah

MAKALAH

PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA ABBASIYAH

Dosen Pembimbing :
Wiwin Fachrudin Yusuf, S.Ag., MA

Oleh :
Riya tri wulandari (201986010011)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Dalam sejarah terungkap bahwa islam bukan hanya sebagai konsepsi ajaran semata

akan tetapi islam telah menjadi peradaban besar.Dunia intelektual mengakui bahwa peradaban
yang tinggi tersebut ternyata banyak memberikan kontribusi yang begitu besar terhadap lajunya
perkembangan ilmu pengetahuan.Pada saat Eropa atau peradaban barat tengah mengalami
kegelapan atau ketumpulan ilmu,di daerah islam telah berada pada kemajuan ilmu pengetahuan
yang cukup pesat seperti pada masa Daulah Abbasiyah .

Terbentuknya daulah abbasiyah ini kelanjutan dari Daulah Bani Ummaiyyah
dinamakan Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan
Al-Abbas,paman Nabi Muhammad saw.Daulah Abbasiyah ini di dirikan oleh Abdullah Al-
Saffah Ibnu Muhammad bin Ali Ibnu Abdullah Ibnu Al-Abbas,dan berkuasa dalam rentang
waktu yang cukup lama yakni dari tahun 132H./750M-656H./1258M.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemerintahan abbasiyah?
2. Bagaimana perkembangan ilmu pada masa Bani Abbasiyah ?
3. Bagaimana kebudayaan pada masa bani abbasiyah?
4. Bagaimana pengaruh peradaban islam terhadap dunia barat ?

C. TUJUAN
Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk:
1.untuk mengetahui sejarah pada masa daulah abbasiyah
2.untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa abbasiyah
3. Menjelaskan pengaruh peradaban islam terhadap dunia barat.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pemerintahan Daulah Abbasiyah

Pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan sebelumnya dari
Bani Umayyah. Pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung
dalam rentang waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berikut silsilah Dinasti Bani Abbasiyah:
1. Abu Abbas as Saffah - 132–136 H/750–754 M
2. Abu Ja’far al Mansur - 136–158 H/754–775 M
3. Al Mahdi - 158–169 H/775–785 M
4. Musa al Hadi - 169–170 H/785–786 M
5. Harun al Rasyid - 170–193 H/786–809 M
6. Al Amin - 193–198 H/809–813 M
7. Abdullah al Makmun - 198–218 H/813–833 M
8. Al Mu’tashim Billah - 218–227 H/833–842 M
9. Watsiq - 227–232 H/842–847 M
10. Al Mutawakkil - 232–247 H/847–861 M
11. Al Muntasihir - 247–248 H/861–862 M
12. Al Musta’in - 248–252 H/862–866 M
13. Al Mu’taz - 252–255 H/866–869 M
14. Al Muhtadi - 255–256 H/869–870 M
15. Al Mutamid - 256–279 H/870–892 M
16. Al Mu’tadhid - 279–289 H/892–902 M
17. Al Muktafi - 289–295 H/902–908 M
18. Al Muqtadir - 295–320 H/908–932 M
19. Al Qahir - 320–322 H/932–934 M
20. Al Radhi - 322–329 H/934–940 M
21. Al Muttaqi - 329–333 H/940–944 M
22. Al Mustakfi - 333–334 H/944–946 M
23. Al Muti - 334–363 H/946–974 M
24. Al Tha’i - 363–381 H/974–991 M
25. Al Qadir - 381–422 H/991–1031 M
26. Al Qaim - 422–467 H/1031–1075 M

27. Al Muqtadi - 467–487 H/1075–1094 M
28. Al Mustazhir - 487–512 H/1094–1118 M
29. Al Musytarsyid - 512–529 H/1118–1135 M
30. Al Rasyid - 529–530 H/1135–1136 M
31. Al Muktafi - 530–555 H/1136–1160 M
32. Al Mustanjid - 555–566 H/1160–1170 M
33. Al Mustadhi - 566–575 H/1170–1180 M
34. Al Nashir - 575–622 H/1180–1225 M
35. Al Zahir - 622–623 H/1225–1226 M
36. Al Mustanshir - 623–640 H/1226–1242 M
37. Al Musta’shim - 640–656 H/1242–1258 M H/750–754 M

Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah tidak lepas dari peran Abu Muslim Al-Khurasani, di
tangannya pecahlah revolusi terbesar dalam sejarah Islam, dengan tumbangnya Dinasti Ummayah.
Ahli sejarah Barat memanggilnya Great Revolution in Islam. Pendiri Dinasti Abbasiyah adalah
Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abass. Kekuasaannya
berlangsung 132-656 H atau 750-656 M. Pada mulanya, ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah,
dekat Kufah. Tahun 762 M untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara Abu Ja`far
Al-Manshur memindahkan ibu kota ke Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesipon. Dengan
demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.

Pembentuk Peradaban Dinasti Abbasiyah yaitu kemenangan tentara Islam masa Al-Mahdi dan
Harun Al-Rasyid atas Bizantium, memunculkan gerakan intelektual dalam sejarah Islam. Setelah
tercapai kemenangan dalam peperangan, para tentara membuka jalan bagi bidang pemerintahan,
keuangan, undang-undang dan ilmu pengetahuan untuk berkarya di bidangnya. Dengan demikian
maka muncul penyair, filsuf, ahli sejarah, ahli ilmu hisab, tokoh agama dan pujangga yang
memperkaya khazanah bahasa Arab.1 Disebabkan masuknya pengaruh asing, yaitu; Yunani,
Suriah, India, Persia dan Yahudi. Gerakan intelektual ditandai dengan proyek penerjemahan karya-
karya berbahasa Persia, Sanskerta, Suriah (aramaik) dan Yunani ke dalam bahasa Arab.

Beberapa pengaruh yang diperoleh Dinasti Abbasiyah antara lain:Yunani, India, Persia dan
Yahudi. Pengaruh peradaban Yunani dalam filsafat dan logika. Yunani juga mempengaruhi ilmu
kedokteran, teknik, mekanik, kimia dll.Penerjemah pertama bahasa Yunani adalah Abu Yahya ibn
Al-Bathriq, yang menerjemahkan karya Galen dan Hippocrates (436 S.M) dalam bidang
kedokteran. Selain itu ada karya Ptolemius (Quadripartitum) dan karya Euchid (Almagest), tentang
astronomi. Peradaban India berpengaruh dalam ilmu matematika, dan kedokteran terutama ilmu
perbintangan. India menjadi sumber inspirasi pertama dalam bidang mistisisme dan matematika.
Peradaban Persia mewarnaiSuasana tumbuhnya peradaban Abbasyiah terjadi setelah perluasan
wilayah secara besar-besaran. Faktor yang paling dominan mendorong suasana itu adalah
kebijakan dari khalifah Abu ja’far, bahwa yang menjadi khalifah harus orang yang mencintai dan
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. sastra Arab. Khalifah Abbasiyah meneliti sejarah raja-
raja Persia dan mengikuti administrasi mereka. Karya terjemahan lain dari bahasa Persia oleh Al-

1 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1993), III: 185-186.

Fadhl ibn Nawbakhti (815 M) kepada lembaga pustaka Harun Al-Rasyid. Kesenian, kaligrafi atau
seni menulis indah (belles-letters). Dalam bidang sastra Ibn Al Muqaffa menerjemahkan Kalilah
Wa Dimnah dari bahasa Pahlevi dan menerjemahkan buku As-Sind Wa Al-Hind. Yahudi
berpengaruh dalam kisah Taurat dan tafsir Talmud. Para mufassir menerima cerita, sehingga
diantara mereka ada yang berlebihan hingga disusupi kisah israiliyyat. Diantara umat Islam ada
yang terpengaruh pemikiran Yahudi tentang sifat Allah yaitu tentang penyerupaan (tasybih) dan
mencari tentang sifat Allah akhirnya beralih kepada pemikiran bahwa Al-Qur`an adalah makhluk.
Terlihat dalam sastra dan syair, muncul pengaruh tentang kerahiban dalam ucapan-ucapan
sebagian penyair dan aliran-aliran tasawuf.

Suasana keilmuan memang diciptakaan oleh khalifah dengan menyediakan segala fasilitas
penunjang, lembaga pendidikan dan perpustakaan dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim
disediakan oleh siapa saja yang mau belajar ilmu pengetahuan. Ulama dari berbagai disiplin ilmu
didatangkan untuk mengajari orang-orang islam yang belajar. Kegiatan menulis buku berjalan
dengan sangat pesat, karena pemerintah mewajibkan belajar sambil menuliskan ilmu kitab.2

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

a. Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia
pertama.

b. Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
c. Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam

pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
d. Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam

pemerintahan Khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
e. Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari
bangsa Mongol.

Pada awalnya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih
memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, Khalifah al-Mansur (khalifah
ke-2) memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, yakni Bagdad, dekat bekas
ibu kota Persia, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di
tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Mansur melakukan konsolidasi dan
penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan
yudikatif.

Dalam bidang pemerintahan, al-Mansur menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir
sebagai koordinator dari kementerian yang ada. Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin
Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris
negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk
Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang

2 Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 66.

sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas.
Kalau dulu hanya sekadar untuk mengantar surat, pada masa al-Mansur, jawatan pos ditugaskan
untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat
berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat
kepada khalifah.

Pada masa al-Mahdi (khalifah ke-3) perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di
sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga,
dan besi. Di samping itu transit perdagangan antara Timur dan Barat juga banyak membawa
kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.

Daulah Abbasiyah mengalami masa keemasan pada masa diperintah oleh Khalifah Harun ar-
Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Harun ar-Rasyid adalah seorang
khalifah yang adil dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Untuk menungkatkan kesejahteraan
dan layanan kesehatan, dia mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada
masa pemerintahannya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.

Harun ar-Rasyid juga membangun tempat-tempat untuk pemandian umum utuk rakyatnya.
Sungguh pada waktu itu kesejahteraan, sosial, dan kesehatan menjadi perhatian serius pemerintah.
Untuk mendukung terwujudnya kemajuan tersebut, pemerintah mendorong tumbuhnya ilmu
pengetahuan melalui sektor pendidikan.

Perhatian pemerintah terhadapmasalah pendidikan dan ilmu pengetahuan berlanjut pada saat
Daulah Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-Ma’mun. Khalifah al-Ma’mun adalah khalifah
setelah Harun ar-Rasyid. al-Makmun juga dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu
filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 171 keperluan penerjemahan ini ia mendirikan lebaga
yang bernama Baitul Hikmah sebagai pusat penerjemahan sekaligus berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar.

Al-Mu’tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang
Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal.
Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem
ketentaraan. Praktik perang bagi orang-orang muslim sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus
menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas
menjadi sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik
yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-
gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan internal Bani Abbas, revolusi
al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antarbangsa
dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan. 3

B. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa bani abbasiyah

3 Tim Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,Pendidikan Agama Islam Kelas VIII(KDT,2014)hal,169-167

1. Bangsa yang Peduli Pada Ilmu Pengetahuan

pada awalnya ilmu pengetahuan berasal dari Al-Qur`an dan hadits. Orang Islam keturunan
non Arab khususnya orang-orang Persia berpendapat bahwa mereka merasa perlu mempelajari tata
bahasa Arab (nahwu) dan philologi syair-syair sebelum Islam yang memerlukan studi geneologi
dan history untuk memahami Al-Qur`an dan hadits.Hal yang menarik peneliti sejarah kebudayaan
Islam bahwa mayoritas orang yang fokus pada keilmuan adalah kaum Mawali terutama orang
Persia. Bahasa Arab merupakan satu-satunya media komunikasi untuk berinteraksi dengan sesama
muslimin di Abbasiyah. Mayoritas pembawa ilmu dalam Islam adalah orang asing (non Arab),
baik ilmu syar`i maupun ilmu aqli. Sangat langka dari kalangan bangsa Arab, bila ada orang Arab
dalam nasabnya, namun bahasanya bukan Arab termasuk pendidik dan gurunya. Orang Persia
biasanya tinggal di kota-kota besar, mereka berdagang dan sudah lama mengenal seni
kebudayaan.4

Pada mulanya umat Islam tidak mempunyai ilmu tentang seni dan ilmu pengetahuan lain.
Seluruh perhatian mereka hanya melekat pada undang-undang Al-Qur`an dan hadits. Mereka tidak
tau cara mengajarkan ilmu, seni (adab), mengarang, menyusun atau mengumpulkan buku. Mereka
mampu mengulangi Al-Qur`an dan meriwayatkan hadits. Pemindahan ilmu pengetahuan
dilakukan secara lisan. Seiring berjalannya waktu ilmu-ilmu yang disampaikan secara lisan, dan
dihafalkan mengalami pengurangan saat disampaikan pada generasi

2. Gerakan Penerjemahan

Ketika pemerintahan sudah kokoh Khalifah Abbasiyah khususnya Abu Ja`far Al Manshur,
Harun Al-Rasyid, dan Al-Ma`mun menaruh perhatian khusus pada ilmu pengetahuan. Mereka
mengirim misi ke Konstantinopel untuk membawa hasil ilmiah bidang filsafat, logika, kedokteran,
matematika, astrologi (ilmu perbintangan), musik, geografi dan sejarah. Al Ma`mun meminta buku
pengetahuan kuno dari Raja Romawi dan memerintahkan menerjemahkan karya tersebut dalam
bahasa Arab.

karya lain dari bahasa Assyria (bahasa Persia Kuno) dan Sanskerta (bahasa India Kuno)
diterjemahkan dalam bahasa Arab. Para sarjana yang menerjemahkan karya Persia yaitu: keluarga
Nubacht, Hasan ibn Sahal, Wazir besar Ma`mun dan Baladhuri pengarang Futuh al-Buldan. Selain
dewan penerjemah pemerintah, rakyat yang kaya ikut melindungi penerjemahan. Sebagai hasil
dari kebangkitan ini, banyak sarjana yang mulai mempelajari, mengomentari dan merevisi buku
penerjemah lain. Selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah Pertama ada empat penerjemah
terkemuka yaitu Hunayn ibn Ishaq, Wa`qub ibn Ishaq (dari suku arah Kinda), Thabit ibn Qurra
(dari Harran) dan Umar ibn Al-Farrakhan (dari Tabaristan).

3. Perpustakaan Bait Al-Hikmah dan Darul Hikmah Sebagai Pusat

4 14 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2013), III: 383.

Kebudayaan Islam Dinasti AbbasiyahBait Al-Hikmah merupakan kelanjutan institus
Jundishapur Academy di masa Imperium Sasania Persia didirikan oleh Harun Al-
Rasyid.Perpustakaan ini dilengkapi berbagai buku karangan Al-Ma`mun. Perpustakaan ini
menyimpan karya ilmiah dalam bidang agama dan mampu bertahan hingga penyerbuan bangsa
Mongol. Perpustakaan Bait Al-Hikmah dan Darul Hikmah, mencapai puncaknya pada masa
Khalifah Al-Ma`mun. Perpustakaan ini lebih menyerupai universitas di mana terdapat kitab-kitab
secara lengkap.

Orang-orang datang ke perpustakaan untuk membaca, menulis dan berdiskusi. Di samping itu
perpustakaan ini juga berfungsi sebagai kantor penerjemahan, terutama karya kedokteran, filsafat,
matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam.Ahli ilmu pengetahuan dan sastra yang sering
mengunjungi perpustakaan ini mempunyai efek yang besar dalam kemajuan aktifitas ilmiah
selama pemerintahan Dinasti Abbasiyah seperti halnya dalam penyebaran di antara umat Islam
dan non Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, para ilmuan Islam telah mengembangkan ilmu-
ilmu yang diterjemahkan dan mendapatkan temuan ilmiah baru. Disini letak sumbangan Islam
tehadap ilmu dan peradaban Barat atau dunia. Perlindungan terhadap ilmu pengetahuan tidak
terbatas pada khalifah-khalifah saja, namun juga menjadi urusan wazir (menteri) dan para pejabat
tinggi. Beberapa diantara mereka sering mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah di rumah
mereka.

pada masa daulah Abbasiyah merupakan masa keemasan (The Golden age) bagi umat
Islam. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan,
ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke dalam bahasa
Arab.Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendekiawancendekiawan besar yang
menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Adapun
cendekiawan-cendekiawan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah:

1. Filsafat
a. Al-Kindi (194-260 H = 809 – 873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul. Ia seorang
Filosof Arab pertama. Selain itu, dia juga seorang dokter Islam yang terkenal. Ia ahli dalam
pengobatan Mata sebagaimana dalam buku “Optics” (Ilmu mata) yang menjadi referensi
pemikiran Roger Bacon.
b. Al-Farabi, karyanya sebanyak 12 buah. Dia seorang Filosof Islam yang paling faham
terhadap pemikiran Aristoteles. Di bidang Seni Musik, dia menciptakan alat music “piano”
(Al-Qonun)
c. Ibnu Bajah (beliau wafat tahun 523 H). yaitu Abu Bakar Muhammad Bin Yahya memiliki
beberapa karangan yang cukup bernilai tinggi dalam bidang filsafat.
d. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H). yaitu Abu Bakar Bin Abdul Malik Bin Thufail, beliau
adalah salah seorang murid Ibnu Bajah dan termasuk filosof terkenal.5

5 Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 1985), 69.

e. Al-Ghazali (450-505 H = 1058-1101 M) hasil karyanya berjumlah 70 judul, buku karyanya
yang cukup terkenal adalah Al-Munqizh Min adl-Dlalal, Tahufutul Falasifah, Mizanul
Amal, Ihya ulumuddin, Al-Wajiz, mahkum Nazzar Miyazul Ilmi, Muqasidul Falasifah.

f. Ibnu Rusyd (520-595 H = 1126-1198 M), diantara buku karangannya yang terkenal adalah
Mubadiul Falasifah, Kulliyyat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, kitab dokma-dokma dan
lainnya. Beliau disamping seorang filososf juga sebagai seorang dokter, buku tentang
kedokteran yang cukup terkenal adalah Al-Hafi.6

2. Kedokteran
❖ Beberapa perguruan tinggi kedokteran yang cukup terkenal berada di kota :
a. Yunde Shapur (Iran)
b. Harran (Syiria)
c. Baghdad
❖ Para dokter dan ahli kedokteran yang terkenal antara lain :
a. Jabir Bin Hayyan (Wafat tahun 161 H /778 M), beliau dianggap sebagai bapak ilmu kimia,
buku karangannya sebanyak 500 judul.
b. Hunain Bin Ishaq (194-264 H/810-878 M), beliau seorang ahli mata yang terkenal dan
banyak menerjemahkan buku-buku bahasa asing.
c. Ibnu Sina (980 – 1037 M). Ia terkenal Ahli kedokteran. Dia dinobatkan sebagai Father of
Doctors(Bapak kedokteran). Karya tulisnya yang terkenal Al-Qonun fith-Thibb (Dasar-
dasar ilmu kedokteran), berisi ensiklopedi ilmu kedokteran.7
d. Thabib bin Qurra (221-228 H/836-873 M).
e. Ar-Razi atau Razes (251-313 H/809-873 M), karangannya yang terkenal adalah bidang
penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin.

3. Matematika
Di antara ahli matematika yaitu :
a. Umar Al-Farukhan beliau seorang insinyur arsitek pembangunan kota baghdad.
b. Al-Khawrizmi, pengarang kitab Al-Gebar (Al-Jabari), beliau juga penemu angka 0 (nol),
sedang angka 1 sampai 9 berasal dari Hindia yang dikembangkan oleh Islam. Sehingga angka
1,2,3,4,5,6,7,8,9,0 disebut angka arab dan setelah disempurnakan lagi oleh orang latin
kemudian disebut angka latin.
c. Banu Nusa (3 anak syakir Musa). Mereka menulis banyak buku dan ilmu ukur.8

4. Astronomi
Para ahli ilmu astronomi yang terkenal adalah.
a. Al-Fazari pencipta astrolube yaitu alat pengukur tinggi dan jarak bintang.
b. Al-battaria atau Albatagnius.dia ahli matematika dan astronomi.dia menciptakan istilah
perhitungan Trigonometri dengan unsur-unsur, seperti Sin (Jaib), Tangen dan Contangen.

6 Ibid., 67
7 Abu Su’ud, Islamologi, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 72.
8 Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 68.

Ia berhasil menentukan garis lengkung atau kemiringan ekliptik (orbit dimana matahari
kelihatannya bergerak), panjangnya tahun tropis, lamanya musim, serta tepatnya orbit
matahari dan orbit utama planet-planet.
c. Abdul wafak menemukan jalan ke-3 dari bulan (jalan ke-1 dan ke-2 ditemukan oleh orang
yunani).
d. Al-Farghoni atau Al-fragenius. Beliau menulis ringkasan ilmu astronomi yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.

5. Seni Ukir

Beberapa seni ukir yang terkenal yaitu Badr dan Tariff sekitar tahun 961-976 M, pada saat
itu juga terdapat sekolah khusus seni ukir di kairo yang bernama sekolah Kairo.

6. Bahasa dan Sastra

Berbeda dengan masa pemerintahan Bani Umayyah yang belum banyak. Penyair pada masa
pemerintahan Bani umayyah, masih kental dalam keaslian warna Arabnya, sedangkan sastrawan
pada zaman pemerintahan Bani Abbas, telah melakukan perubahan kekuasaan tersebut. Mereka
telah mampu mengombinasikan dengan sesuatu yang bukan berasal dari tradisi arab. Oleh karena
itu, wajar kalau kemudian pada masa pemerintahan bani Abbas banyak bermunculan penyakit
terkenal. Di antara mereka adalah sebagai berikut :

a. Abu Nawas (145-198 H) nama aslinya adalah Hasan bin Hani.
b. Abu Tamam (wafat 232 H) nama aslinya adalah Habib bin Auwas atb-Tba’i.
c. Dabal al-Khuzu’i (wafat 246 H) nama aslinya adalah Da’bal bin Ali Razin dari Khuza’ab.

Penyair besar yang berwatak kritis.
d. Ibnu Rumy (221-283 H), nama aslinya adalah Abu Hasan Ali bin Abbas. Penyair yang berani

menciptakan tema-tema baru.
e. Al-Matanabby (303-354 H) nama aslinya adalah Abu Thayib Ahmad bin Husin al-Kuft penyair

istana yang haus, pemuja yang paling handal

Pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah telah terjadi perkembangan yang sngat
menarik dalam bidang prosa. Banyak buku sastra novel, riwayat, kumpulan nasihat, dan uraian-
uraian sastra yang dikarang atau disalin dari bahasa asing. Di antara mereka sebagai berikut :
a. Abdullah bin Muqaffa (wafat tahun 143 H) buku prosa yang dirintis di antarnya Kalilab wa

Dimnab, kitab itu terjemahan dari bahasa Sansekerta. Karya seorang filosuf India bernama
Baidaba dia menyalin menjadi bahasa Arab.
b. Abdul Hamid al-Katib. Ia dipandang sebagai pelopor seni mengarang surat.
c. Al-Jabid (wafat 225 H), karyanya ini memiliki nilai sastra tinggi sehingga menjadi bahasa
rujukan dan bahasa bacaan bagi para sastrawan kemudian.
d. Ibnu Qutaibab (wafat 276 H). Ia dikenal sebagi ilmuan dan sastrawan yang sangat cerdas dan
memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang bahasa kesusastraan.

e. Ibnu Abdi Rabbib (wafat 328 H). Ia seorang penyair yang berbakat yang memiliki
kecenderungan ke sajak drama. Sesuatu yang sangat langka dalam tradisi sastra Arab. Karyanya
terkenal adalah al-Aqdul Farid, semacam ensiklopedia islam yang memuat banyak ilmu
pengetahuan islam. 9

C. Perkembangan kebudayaan pada masa bani abbasiyah

Pusat peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah adalah:

1. Baghdad

Kota baghdad dibangun oleh khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan al-Mansur
membangun kota ini ialah untuk seteril dari kelompok syiah maupun kelompok bani umayyah
yang baru saja dikalahkan. Letaknya di tebing sungai Dajlah. Dari sungai ini jalannya transportsi
barang dari India, Sind, Cina, Basrah, Ahwaz, Wasit, Mausil, Diar bakar dan Diar Rabi’ah. Bagdad
dibangun oleh 1000 pekerja dari seluruh wilayah islam diawasi oleh arsitek ahli eropa yang dibayar
dengan harga mahal oleh khalifah al-Mansur.

Di dalam kota Baghdad dibangun berbagai peradaban seperti istana, masjid, madrasah,
kuttab dan perpustakaan, darul khaliah atau perkampungan khalifah dan fasilitas lainya. Pada masa
Harun al-Rasyid kota Baghdad dibangun menjadi lebih sempurna, dengan fasilitas pendidikan,
diantaranya berdiri Universitas Nizamiyah dan perpustakaan Baitul Hikmah, dilengkapi dengan
fasilitas belajar yang lengkap. Pada akhirnya kota baghdad menjadi kota yang makmur, maju dan
kaya dengan tamadun, ilmu pengetahuan dan kebaikan serta mendapat perhatian seluruh kaum
muslimin dan terkenal di seluruh dunia. Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru
dunia datang untuk belajar di kota Baghdad.

2. Samara

Diriwayatkan bahwa, asal kata samara dari bahsa Arab yang artinya siapa yang melihat pasti
menang. Kota ini dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh seratus kilometer dari kota Baghdad.
Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah kota tua, Khalifah Harun menggali sebuah sugai yang
dekat dengan istana namanya Taqul. Selanjutnya Khalifah al-Muktasim juga telah membangun
sebuah istana yang dihadiahkan kepada permaisurinya.

Kota itu dibangun karena kota baghdad semakin sesak dengan penduduk dan peradaban. Di
antara bangunan-bangunan besar yang indah di kota samarra ialah mahligai Khalifah al-
Mutawakkil Khalifah Ke-10 yang diberi nama mahlighai al-Arus selanjutnya dibangun mahlighai-
mahligai Khalifah berikutnya, al-Mukhtar dan al-Walid.

3.Karkh

Kota karkh dibangun oleh Khalifah al-Mansur dengan tujuan sebagai kota bayangan bagi
Baghdad sebagai kota pusat pemerintahan. Kota Baghdad yang sudah penuh sesak dengan

9 Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 82.

berbagai bangunan, masjid, istana, madrasah, makhtab dan bangunan fasilitas pemerintahan
lainnya, maka Khalifah al-Mansur memindahkan pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad ke
kota Karkh. Perniagaan yang dominan adalah perniagaan minyak wangi, tukang-tukuang besi,
tukang-tukang kayu, perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta perniagaan bunga, dan
perniagaan alat musik.

4.Anhar (Hasyimiyah)

Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh salah seorang raja persia yang bergelar
Heraklius. Pada saat Abbasyiah, maka Khalifah pertama Abu Abbas Assafah memperbaiki kota
ini dan mengganti namanya menjadi kota Hasyimiyah. Pada saat al-Mansur menjadi Khalifah ke
dua, dia merasa tidak aman, karena pernah mendapat ancaman dari lawan politik, maka Khalifah
al-Mansur merancang untuk mendirikan kota baru yang namanya Baghdad.

Meskipun ibu kota Abbasyiah dipindahkan ke Baghdad di wilayah bekas kekuasaan Romawi
timur yang terkenal dengan Babilonia, akan tetapi Hasyimiyah tetap menjadi salah satu pusat
peradaban islam Abbasiyah. Selama 4 tahun Abu Abbas menjadi Khalifah, kota ini menjadi pusat
ibu kota Abbasiyah. Pada saat perkembangan peradaban Abbasiyah mengalami masa puncak
kejayaan, Hasyimiyah termasuk salah satu pusatnya pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Bukhara dan Samarkand

Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan mongol. Sejarah
berdiri dua kota ini adalah ketika Iskandar Zurkarnain diperintahkan agar membatasi hegomoni
Mongol mengadakan serangan ke wilayah lain. Iskandar diutus ke wilayah ini yang sekarang
dikenal dengan nama wilayah Tranxoania dan membangun Bukhara dan Samarkand menjadi pusat
kota bagi komunitas diwilayah ini. Dua kota ini masuk ke wilayah pada masa Abbasiyah berkuasa.
Dua kota ini lahir ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan Imam Samarkandi.

6. Mesir

Mesir sejak dahulu kalah telah berdiri beberapa kota tua yang dalam sejarah mesir kuno telah
kita kenal beberapa kota seperti Alexandria, Fustat, dan Kahira yang sekarang dikenal dengan
nama Kairo. Pada saat wilayah ini di kuasai Abbasiyah, berdiri beberapa Universitas dan Masjid,
Universitas al-Azhar dan Masjid Quatul.

D. Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat

Ilmu pengetahuan islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah,
Toledo, Cordoba dan sevilla, kemudian mengalir ke negara Barat lewat para kaum terpelajar Barat.
Mereka menerjemahkan karangan buku-buku dari islam dalam bahasa Barat. Di antara pelajar dari
Barat antara lain :

a. Abolarad Bath. Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli matematika serta
sebagai filosof inggris yang terkenal.

b. Mazarabes. Beliau seorang muslim dan mengubah namanya menjadi Petrus Alphonsi supaya
tidak dicurigai, setelah bekerja sebagai dokter di istana Raja Inggris Henri I. Setelah
mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, kemudian beliau membuka perguruan tinggi dan
mengajarkan pengetahuan Islam. Ia termasuk orang yang berjasa menyebarkan Islam di
Inggis.

c. Archedeacon Dominico Gundissavi. Dengan meniru Khalifah Al-Makmun, beliau
mendirikan “Bait al-Hikamah” (Badan penerjemah /House of Wisdom) dari pihak pemerintah
kristen di Toledo yang waktu itu badan tersebut dipimpin oleh Raymond. Disana disalinlah
buku-buku berbahasa arab yang belum terbakar.

d. Ibnu Dawud (seorang muslim dari bangsa Yunani). Di barat ia terkenal dengan nama
Avendeath. Ia menyalin buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa latin, tentang Astronomi
dan Astrologi.

e. Gerard Cremona. Lahir di Cremona Itali tahun 1114 M. Kemudian pindah ke Toledo, di sana
ia menyali buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa latin tentang ilmu Filsafat,
Matematika, dan Kedokteran, semuanya berjumlah 80 buah.

Menurut pengakuan para ahli kebudayaan dan ahli ilmu pengetahuan Barat, bahwa
peradaban di negara-negara Barat banyak dipengaruhi oleh peradaban Islam. Berbagai orang
pandai Eropa sekarang merasa bahwa kehidupan Eropa sebenarnya dibelit oleh kebudayaan Islam
disekelilingnya. Dan untuk melepaskan diri dari kebudayaan ini adalah sesuatu hal yang tidak
mungkin karena mereka sendiri telah mengakui kebudayaan ini adalah kebudayaan sendiri.

Pengakuan para ahli dari barat tentang pengaruh Islam terhadap dunia Barat di masa lalu di
antar lain:
a. Prof.Dr.charles Singer.”Di Barat Ilmu Tasrih (Anatomi) dan ilmu Kedokteran sebenarnya tidak
ada, ilmu mengenal penyakit dipergunakan dengan cara-cara yang bukan-bukan, seperti dengan
jengkalan jari, tumbuh-tumbuhan, tukang jual obat dan takhayul yang dijadikan untuk
pengobatan”.

b. Para Orientalis Spanyol.”Buku Karangan Ilmu Filsafat buah pikiran ahli Filsafat islam yaitu Ibnu
Rusyd, Al-Ghazali”. Jadi pernyataan tersebut berarti bahwa Filsafat islam sangat mempengaruhi
Filsafat Barat.

c. Ibnu Tumlus (ahli ilmu Ukur, Ilmu perbintangan, ilmu musik dan Aritmatika), “orang-orang islam
telah jauh melampaui kepandaian orang-orang Barat”

d. Dr. Peter Du Berg. “pendeta Peter the Venerable berangkat ke Toledo hendak menyalin Al-
Qur’an, tetapi pendeta tersebut takjub ketika melihat Yahudi Islam sedng menulis di atas benda
tipis halus (kertas), kemudian ia membawa kepandaian umat Islam dalam membuat kertas itu ke
Paris”.

e. Prof. H.A.R. Ghib (Maha Guru London University). “sastra barat itu berasal dari sastra muslimin,
tidklah ada yang mempertengkarkan dan memperselisihkannya”.

f. Prof. Leo Weiner (sastrawan).”kontak pengaruh sastra Islam dengan sastra Eropa dimulai pada
abad VII M”.

g. Prof. Kodrad. Dalam bukunya “Ubar dan Usprung deermite Literichen Minnesang” yang
diterbitkan di Swiss tahun 1918, menyatakan bahwa Eropa mendapat sastra dan nyala api
pearadaban modern adalah dari Islam”.10

Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga peradaban di
semua aspek kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi
militer, administrasi wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industri, Islamisasi
pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi,
filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta
pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan
tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suasana tumbuhnya peradaban ilmu
pengetahuan masa Abbasiyah berkembang pesat. Serta keilmuan yang diciptakan oleh khalifah
Abu ja’far dengan menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga pendidikan dan perustakaan
dibangun, tempat-tempat istirahat dan mukim disediakan oleh siapa saja yang mau belajar ilmu
pengetahuan.
Adapun bentuk peradaban hasil riset para ahli dan tokoh-tokohnya yaitu, ilmu filsafat,
kedokteran, matematika, astronomi, seni ukir, bahasa dan sastra.
Kota-kota di wilayah Abbasiyah yang menjadi pusat-pusat peradaban masa Bani Abbasiyah
yaitu Baghdad, Samarra, karkh, Anhar (Hasyimiyah), Bukhara, Samarkand, dan Mesir.
Ilmu pengetahuan islam masuk dan berkembang, mempengaruhi terhadap dunia Baratseperti
di wilayah Toledo, Cordoba, dan Sevilla. Kemudian mengalir ke negara-negara Barat lewat para
kaum terpelajar Barat. Adapun pelajar dari barat yang terpengaruh dengan perkembangan ilmu
pengetahuan islam seperti Abolard Bath. Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli
matematika serta sebagai filosof inggris yang terkenal.

B.Daftar pustaka

Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 66.
Tim Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,Pendidikan Agama Islam Kelas VIII(KDT,2014)hal,169-167
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI-Press, 1985), 69.
Ibid., 67

10 Ibid., 72-73.

Abu Su’ud, Islamologi, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 72.
Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 68.
Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 82.
Ibid., 72-73.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2013), III: 383.
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1993), III: 185-186.


Click to View FlipBook Version