DI KAWASAN HUTAN ANGKE KAPUK Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta ENSIKLOPEDIA Kerjasama PT. Kapuk Naga Indah dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Sahabat-Bakau @sahabatbakau www.sahabatbakau.com
DI KAWASAN HUTAN ANGKE KAPUK Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta ENSIKLOPEDIA Kerjasama PT. Kapuk Naga Indah dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2013
Penulis : Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Niechi Valentino, S.Hut Dadan Mulyana, S.Hut, M.Si Proof Reader : Dr. Ir. Iwan Hilwan, MS Desain & Lay Out : R Rodlyan Ghufrona, S.Hut Copyright © 2013 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit ISBN: 978-979-17820-5-7 FLORA MANGROVE DI KAWASAN HUTAN ANGKE KAPUK Jakarta Utara, Provinsi Dki Jakarta
KATA PENGANTAR \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,tJ^ Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas sekitar 17.405 buah pulau dengan panjang garis pantai sekitar 95.181 km. Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut merupakan pulau-pulau kecil yang keberadaannya bergantung pada hutan mangrove dan hutan pantai. Oleh karena itu, sebagai negara kepulauan Indonesia mempunyai hutan mangrove dengan luasan terluas di dunia dan jenis tumbuhan yang relatif banyak dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Seperti halnya lazim terjadi di negara-negara berkembang lainnya di dunia, banyak hutan mangrove di Indonesia mengalami kerusakan akibat berbagai gangguan, namun gangguan yang paling menonjol adalah pengkonversian lahan mangrove ke bentuk-bentuk penggunaan lahan lainnya. Salah satu hutan mangrove yang saat ini mengalami gangguan cukup berat adalah hutan mangrove di Angke Kapuk, Jakarta Utara. Sehubungan dengan itu, Fakultas Kehutanan IPB bekerjasama dengan PT Kapuk Naga Indah melakukan survey vegetasi untuk menyusun buku “Flora Mangrove di Kawasan Hutan Angke Kapuk, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta” ini. Pada dasarnya buku ini menyajikan berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan mangrove tersebut. Kami harapkan buku ini dapat menjadi salah satu acuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan mangrove yang tumbuh di Hutan Lindung dan Suaka Margastwa Muara Angke, serta daerah sekitarnya di Angke Kapuk, Jakarta Utara. Bogor, Januari 2013 Tim Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v I. PENDAHULUAN 2 II. PENGERTIAN, PENYEBARAN, DAN KONDISI LINGKUNGAN MANGROVE 3 2.1. Pengertian Mangrove 3 2.2. Penyebaran jenis-jenis mangrove di Indonesia 4 2.3. Kondisi Lingkungan Mangrove 5 III. ATRIBUT IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN MANGROVE 7 IV. DESKRIPSI JENIS TUMBUHAN 22 4.1. Jenis Tumbuhan Berhabitus Pohon 22 Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. 22 Avicennia alba Bl. 24 Avicennia marina (Forssk.) Vierh. 26 Bruguiera gymnorhiza (L.) Lamk. 27 Cerbera manghas L. 29 Excoecaria agallocha L. 32 Ficus benjamina L. 34 Hibiscus tiliaceus L. 35 Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze. 38 Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit 40 Morinda citrifolia L. 41 Plumeria rubra L. 43 Rhizophora apiculata Bl. 45 Rhizophora mucronata Lamk. 48 Rhizophora stylosa Gri!. 50 Sonneratia alba J. Smith. 52 Sonneratia caseolaris (L.) Engl. 54 Terminalia catappa L. 55 !espesia populnea (L.) Soland. ex Correa. 57 Xylocarpus granatum Koen. 59 \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,tJJ^
4.2. Jenis Tumbuhan Berhabitus Bukan Pohon 62 Abrus precatorius L. 62 Acanthus ilicifolius L. 63 Acanthus volibilis Wall. 66 Acrostichum aureum L. 68 Acrostichum speciosum Willd. 70 Ageratum conyzoides L. 71 Alternanthera sessilis (L.) R. Br. 73 Chloris barbata Sw. 75 Cleome rutidosperma D.C. 78 Clerodendrum serratum (L.) Moon 80 Cordia dichotoma G. Forst. 82 Cymbopogon cambodgiensis L. 84 Cymbopogon nardus (L.) Rendle. 86 Derris trifoliata Lour. 88 Eichornia crassipes (Mart.) Solms. 89 Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet. 91 Ipomoea maxima (L.f.) Don ex Sweet. 93 Lu"a cylindrica (L.) Roem. 95 Mimosa pigra Blanco. 98 Nypa fruticans Wurmb. 100 Olax imbricata Roxb. 102 Panicum maximum Jacq. 104 Passi#ora foetida L. 106 Phragmites karka (Retz.) Trin ex. Steud. 108 Pluchea indica (L.) Less. 110 Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC. 111 Ricinus communis L. 113 Ruellia tuberosa L. 116 Sesuvium portulacastrum (L.) L. 117 Suaeda maritima (L.) Dum. 119 DAFTAR PUSTAKA 121 \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,tJJJ^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,tJW^ DAFTAR TABEL 1. Penyebaran jenis-jenis mangrove di pulau-pulau utama di Indonesia 6 2. Karakteristik morfologi tumbuhan yang digunakan dalam identi"kasi jenis 7 DAFTAR GAMBAR 1. Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. 21 2. Avicennia alba Bl. 24 3. Avicennia marina (Forssk.) Vierh. 25 4. Bruguiera gymnorhiza (L.) Lamk. 28 5. Cerbera manghas L. 30 6. Excoecaria agallocha L. 31 7. Ficus benjamina L. 33 8. Hibiscus tiliaceus L. 36 9. Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze. 38 10. Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit 39 11. Morinda citrifolia L. 42 12. Plumeria rubra L. 44 13. Rhizophora apiculata Bl. 46 14. Rhizophora mucronata Lamk. 47 15. Rhizophora stylosa Gri!. 49 16. Sonneratia alba J. Smith. 51 17. Sonneratia caseolaris (L.) Engl. 53 18. Terminalia catappa L. 55 19. !espesia populnea (L.) Soland. ex Correa. 58 20. Xylocarpus granatum Koen. 60
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,tW^ 21. Abrus precatorius L. 61 22. Acanthus ilicifolius L. 63 23. Acanthus volibilis Wall. 66 24. Acrostichum aureum L. 67 25. Acrostichum speciosum Willd. 69 26. Ageratum conyzoides L. 72 27. Alternanthera sessilis (L.) R. Br. 74 28. Chloris barbata Sw. 76 29. Cleome rutidosperma D.C. 78 30. Clerodendrum serratum (L.) Moon 79 31. Cordia dichotoma G. Forst. 81 32. Cymbopogon cambodgiensis L. 84 33. Cymbopogon nardus (L.) Rendle. 85 34. Derris trifoliata Lour. 87 35. Eichornia crassipes (Mart.) Solms. 89 36. Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet. 92 37. Ipomoea maxima (L.f.) Don ex Sweet. 93 38. Lu"a cylindrica (L.) Roem. 96 39. Mimosa pigra Blanco. 97 40. Nypa fruticans Wurmb. 99 41. Olax imbricata Roxb. 101 42. Panicum maximum Jacq. 103 43. Passi#ora foetida L. 105 44. Phragmites karka (Retz.) Trin ex. Steud. 107 45. Pluchea indica (L.) Less. 109 46. Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC. 112 47. Ricinus communis L. 114 48. Ruellia tuberosa L. 115 49. Sesuvium portulacastrum (L.) L. 117 50. Suaeda maritima (L.) Dum. 120
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ KAWASAN RESTORASI MANGROVE HUTAN LINDUNG ABORETUM MANGROVE TAMAN WISATA ALAM EKOWISATA MANGROVE EKOWISATA MANGROVE PENGEMBANGAN BIOTA MANGROVE Sabuk Hijau Mangrove Kawasan Muara Angke DKI Jakarta
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Kawasan hutan mangrove Angke Kapuk terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara geogra"s kawasan hutan ini terletak di antara 6°05` sampai 6°10` Lintang Selatan dan antara 106°43` sampai 106°48` Bujur Timur. Berdasarkan administrasi pemerintahan, kawasan ini terletak di dalam wilayah Kelurahan Kamal Muara dan Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Kawasan ini berbatasan dengan PT Mandara Permai di bagian selatan, Laut Jawa di bagian utara, Sungai Angke di bagian timur dan Sungai Kamal di bagian barat. Berdasarkan hasil tata batas di lapangan dan Berita Acara Tata Batas yang ditandatangani pada tanggal 25 Juli 1994 oleh Panitia Tata Batas yang diangkat dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 924 Tahun 1989, kawasan hutan Angke Kapuk luasnya sekitar 327,61 ha yang terdiri atas hutan lindung (44,76 ha), hutan wisata (99,82 ha), Suaka Margasatwa Muara Angke yang ditetapkan tahun 1998 (25,02 ha), dan Hutan dengan Tujuan Istimewa (LDTI) yang terdiri atas Kebun Pembibitan Mangrove 10,51 ha, Transmisi PLN 23,07 ha, Cengkareng Drain 28,93 ha serta Jalan Tol dan Jalur Hijau 95,50 ha. Pada saat ini vegetasi mangrove yang tumbuh relatif cukup masif di kawasan ini hanya ditemukan di Hutan Lindung dan Suaka Margasatwa Muara Angke, sedangkan di daerah lainnya vegetasi mangrove hanya tumbuh secara sporadik dengan kelimpahan yang relatif sedikit, khususnya tumbuh di sebagian kecil pematang-pematang tambak di sekitar sepanjang jalan Tol Sedyatmo. Melalui kerjasama antara Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dengan berbagai pihak (instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, LSM, dan lain-lain) areal-areal tambak terbuka di sepanjang jalan tol tersebut sudah ditanami tumbuhan jenis mangrove (umumnya jenis Rhizophora spp.) yang sebagian besar menggunakan teknik guludan yang diperkenalkan oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB). Vegetasi mangrove di kawasan hutan Angke Kapuk awalnya terdiri atas vegetasi hutan mangrove yang tumbuh secara alami di Suaka Margasatwa Angke Kapuk dan vegetasi hutan mangrove yang ditanam pada tahun 1972 di kawasan hutan lindung mangrove Muara Angke dan sekitarnya. Sejalan dengan perjalanan waktu, hutan tanaman mangrove tersebut tumbuh seperti hutan alam. Perkembangan dan pertumbuhan vegetasi mangrove tersebut nampaknya kurang optimal karena adanya berbagai gangguan seperti pencemaran air, sampah, abrasi, dan perambahan. Akibatnya, saat ini hutan mangrove yang di kawasan hutan Angke Kapuk merupakan sosok hutan mangrove yang terganggu yang banyak ditemukan beragam jenis tumbuhan bawah yang mendominasi daerah-daerah relatif terbuka dan pepohonan mangrove yang penampakan morfologisnya merupakan tegakan mangrove relatif muda. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, buku ini disusun untuk menyajikan beragam jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan hutan Angke Kapuk, khususnya di Hutan Lindung dan Suaka Margasatwa Muara Angke dan daerah sekitarnya di sepanjang jalan tol Sedyatmo dengan cara menjelajah daerah-daerah tersebut. I. PENDAHULUAN HUTAN LINDUNG SUAKA MARGASATWA PENDIDIKAN LINGKUNGAN
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ 2.1. Pengertian Mangrove Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968). Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan, baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah anaerob. Menurut Aksornkoae (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan halo"t yang hidup di sepanjang areal pantai yang terletak diantara pasang tertinggi sampai daerah yang mendekati ketinggian rata-rata air laut, atau lebih tinggi dari permukaan air laut, yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Dengan demikian secara umum hutan mangrove dapat dide"nisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai, laguna,dan muara sungai yang terlindung) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut, yang komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam (kondisi salin). Adapun ekosistem mangrove adalah merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di dalam suatu habitat mangrove. Ruang lingkup sumberdaya mangrove secara keseluruhan terdiri atas : (1) satu atau lebih jenis tumbuhan yang hidupnya terbatas hanya di habitat mangrove, (2) jenis-jenis tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun juga dapat hidup di habitat non-mangrove, (3) biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut pohon, cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain), baik yang hidupnya menetap, sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, atau terbatas hanya di habitat mangrove, (4) proses-proses alamiah dinamis yang berperan dalam mempertahankan ekosistem ini, baik yang berada di daerah bervegetasi maupun di luarnya, (5) mud #at (dataran lumpur) yang berada antara batas tepi hutan dengan batas pasang terendah di laut, dan (6) penduduk yang tinggal, baik di dalam maupun di sekitar hutan mangrove. Tomlinson (1984) membagi tumbuhan mangrove menjadi tiga kelompok, yakni: (1). Tumbuhan mangrove utama (major), yakni tumbuhan mangrove yang hanya tumbuh di habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar napas/udara dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme "siologis dalam mengontrol garam (mengeluarkan garam untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan). Contohnya adalah jenis-jenis dari marga Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera dan Nypa. (2). Tumbuhan mangrove penunjang (minor), yakni tumbuhan mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas, contohnya adalah Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera. (3). Tumbuhan asosiasi mangrove, yakni tumbuhan yang berasosiasi dengan tumbuhan mangrove utama dan penunjang, contohnya adalah jenis-jenis dari marga Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain. II. PENGERTIAN, PENYEBARAN, DAN KONDISI LINGKUNGAN MANGROVE
Di lapangan, tumbuhan mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi), tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mempengaruhi zonasi mangrove adalah: (1). Pasang surut, yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan salinitas air serta tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan. (2). Tipe tanah, yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase. (3). Kadar garam tanah dan air, yang berkaitan dengan toleransi jenis terhadap kadar garam. (4). Cahaya, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari jenis intoleran seperti jenis-jenis dari marga Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia. 2.2. Penyebaran jenis-jenis mangrove di Indonesia Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau (bahasa Indonesia). Penyebaran hutan mangrove terbatas dari daerah tropika sampai 320 LU dan 380 LS. Menurut Chapman (1975a), penyebaran hutan mangrove di dunia dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : 1. !e Old World Mangrove yang meliputi Afrika Timur, Laut Merah, India, Asia Tenggara, Jepang, Filipina, Australia, New Zealand, Kepulauan Pasi"k dan Samoa. Kelompok ini disebut pula Grup Timur. 2. !e New World Mangrove yang meliputi pantai Atlantik dari Afrika dan Amerika, Meksiko, dan pantai Pasi"k Amerika dan kepulauan Galapagos. Kelompok ini disebut pula Grup Barat. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Fakultas Kehutanan IPB bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial pada tahun 1999, luas mangrove di Indonesia diperkirakan sekitar 9,2 juta ha yang terdiri atas 3,7 juta ha di dalam kawasan hutan dan 5,5 juta ha di luar kawasan hutan. Selanjutnya dilaporkan bahwa saat ini sekitar 43 % (1,6 juta ha) mangrove di kawasan hutan dan 67 % (3,7 ha) mangrove di luar kawasan hutan sedang mengalami kerusakan akibat eksploitasi yang kurang terkendali, konversi ke bentuk pemanfaatan lain, pencemaran, bencana alam, dan lain-lain. Struktur dan komposisi mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila dibandingkan dengan wilayah lain. Di Indonesia dapat ditemukan tegakan Avicennia marina dengan ketinggian 1-2 m pada pantai yang tergenang air laut terus menerus, hingga tegakan campuran Bruguiera-Rhizophora dengan tinggi lebih dari 30 m. Pada pantai terbuka, dapat ditemukan jenis Avicennia alba dan Sonneratia alba, sementara di sepanjang sungai yang mempunyai salinitas yang lebih rendah banyak ditemukan jenis palem Nypa fruticans dan Sonneratia caseolaris. Dilain pihak kawasan mangrove sekunder, didominasi oleh anakan mangrove dan berbagai jenis semak atau herba, misalnya Acanthus ilicifolius dan Acrostichum aureum. Jenis-jenis pohon mangrove umumnya menyebar di pantai yang terlindung dan di muara-muara sungai, dengan komposisi jenis yang berbeda-beda bergantung pada kondisi habitatnya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran jenis mangrove tersebut berkaitan dengan salinitas, jenis tanah, tipe pasang, dan frekuensi penggenangan. Tumbuhan mangrove terdiri atas pohon, epi"t, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut Hutching and Saenger (1987), di seluruh dunia terdapat lebih dari 20 suku Tumbuhan mangrove, yang terdiri dari 30 marga, dengan anggota lebih dari 80 jenis. Sejauh ini di Indonesia tercatat ada 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epi"t dan 1 jenis paku (Kusmana, 1993). Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis merupakan jenis mangrove sejati (true mangrove) dan selebihnya merupakan jenis mangrove asosiasi (associate mangrove). Dari 43 jenis mangrove sejati tersebut 33 jenis diantaranya merupakan jenis berhabitus pohon atau semak yang besar maupun yang kecil. Di Indonesia sendiri terdapat perbedaan dalam hal keragaman jenis mangrove antara satu pulau dengan pulau lainnya. Dari 202 jenis mangrove yang telah diketahui, 166 jenis terdapat di Jawa, 157 jenis di Sumatera, 150 jenis di Kalimantan, 142 jenis di Irian Jaya (Papua), 135 jenis di Sulawesi, 133 jenis di Maluku dan 120 jenis di Kepulauan Nusa Tenggara. Sebaran jenis mengrove di pulau-pulau utama di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ 2.3. Kondisi Lingkungan Mangrove Percival and Womersley (1975) menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang mempengaruhi mangrove adalah struktur "siogra" wilayah, daya akresif atau erosif dari laut atau sungai, pengaruh pasang surut, kondisi tanah, serta kondisi-kondisi tertentu yang disebabkan oleh eksploitasi. Dalam hal "siogra", kondisi yang menguntungkan untuk mangrove adalah adanya teluk dangkal yang terlindung, estuaria, laguna, dan sisi semenanjung atau pulau dan selat yang terlindung. Selain itu, Chapman (1975a) menyatakan bahwa banyak faktor lingkungan yang mempengaruhi rawarawa mangrove, tetapi faktor yang terpenting adalah tipe tanah, salinitas, drainase dan arus air. Meskipun keberadaan rawa-rawa mangrove tidak tergantung pada iklim, dan ditemukan pada kondisi yang selalu basah ataupun pengaruh musiman (Tomlinson, 1986; Percival and Womersley, 1975), tetapi keberadaan mangrove yang luas, nampaknya bergantung pada tujuh faktor dasar berikut ini (Chapman, 1975b): (1). Suhu udara Hutan mangrove yang luas umumnya terdapat pada wilayah yang suhu rata-rata di bulan terdinginnya, lebih dari 20 o C dengan kisaran musimannya tidak melebihi 5o C, kecuali di Afrika Timur dimana kisarannya bisa mencapai 10o C. (2). Arus laut Perlu dicatat bahwa batas bagian selatan penyebaran mangrove dari pantai bagian barat Afrika, berkaitan dengan perbatasan antara upwelling air dingin dengan arus air hangat bagian selatan. Situasi yang sama juga terjadi untuk pantai barat Australia dan Amerika Selatan dimana terdapat penyebaran mangrove yang sangat terbatas, dimana arus Humboldt yang dingin terjadi. Arus tersebut mengarah ke utara, dan ini menghambat benih yang mengapung untuk hanyut ke selatan. Kemungkinan, bila benih-benih mangrove ditanam di bagian selatan dari penyebarannya sekarang di perbatasan Australia bagian barat, Afrika Selatan dan Amerika Selatan bagian barat, mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik. (3). Perlindungan Mangrove berkembang baik di pantai-pantai yang terlindung dari ombak yang kuat atau pengaruh pasang surut yang terlalu kuat yang dapat menyapu anakan mangrove sebelum tumbuh mapan. Perlindungan seperti itu diberikan oleh teluk, laguna, estuaria di belakang semenanjung dan gosong lepas pantai, dan di selat yang sempit. (4). Pantai yang dangkal Pantai-pantai yang dangkal memberikan kesempatan berkembangnya mangrove yang luas. Meskipun demikian, pada pantai yang dasar lautnya curam, mangrove tepian (fringe mangrove) cenderung berkembang dengan baik. (5). Air masin Kandungan garam dalam air bukan merupakan prasyarat untuk pertumbuhan mangrove, meskipun toleransi terhadap garam memungkinkan jenis mangrove tumbuh di wilayah tropika beriklim arid (kering) dimana mereka tidak akan bisa hidup seperti tanaman darat. Mangrove biasanya ditemukan di wilayah tropika basah, walaupun ada juga mangrove yang bisa hidup di daerah pantai di gurun. Di wilayah tropika basah, mangrove menstimulasi terjadinya hutan rawa air tawar atau hutan riparian. (6). Kisaran pasang surut Pasang surut dan fenomena yang terkait dengannya, nampaknya mengendalikan zonasi vertikal dari beberapa jenis mangrove. Suatu kisaran pasang surut yang besar, yang dibarengi dengan pantai dengan dasar laut yang landai, akan mendorong berkembangnya mangrove yang ekstensif. (7). Substrat lumpur Walaupun mangrove tumbuh pada pasir, lumpur, gambut, dan batuan koral, tetapi mangrove yang luas biasanya ditemukan pada tanah-tanah lumpur atau yang berlumpur. Tanah-tanah seperti itu biasanya ditemukan di sepanjang pantai berdelta, laguna, dan estuaria. Tanah-tanah volkanik, seperti yang terdapat di Indonesia, bersifat kondusif bagi mangrove. Menurut Hamilton dan Snedaker (1984), sumberdaya mangrove bersifat terbarukan hanya bila proses-proses ekologis yang mengatur sistem tersebut dipertahankan. Proses ekologis internal yang menyebabkan bisa dipertahankannya dan bisa diperbaharuinya ekosistem mangrove adalah bergantung pada proses eksternal berikut ini: (1) percampuran antara air masin (pasang surut) dengan air tawar (air sungai) yang seimbang, (2) pasokan hara yang memadai, dan (3) substrat yang stabil. Menghilangkan satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut akan merusak atau menghilangkan sifat terbarukan dari sumberdaya mangrove tersebut.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ ISLAND Java Bali&LSI* Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Papua 1 Acanthus ilicifolius + + + + + + + 2 Aegiceras corniculatum + + + + + + + 3 Aegiceras #oridum + + + + 4 Acrosticum aureum + + + + + + + 5 Avicennia alba + + + + + + + 6 Avicennia lanata + + 7 Avicennia marina + + + + + + + 8 Avicennia o$cinalis + + + + + + + 9 Bruguiera cylindrica + + + + + + + 10 Bruguiera gymnorrhiza + + + + + + + 11 Bruguiera parvi#ora + + + + + + + 12 Bruguiera sexangula + + + + + + 13 Cerbera manghas + + + + + + + 14 Ceriops decandra + + + + + + + 15 Ceriops tagal + + + + + + + 16 Derris trifoliata + + + + + + + 17 Dolichandrone spathacea + + 18 Excoecaria agallocha + + + + + + + 19 Finlaysonia maritima + + + + + + + 20 Heritiera littoralis + + + + + + + 21 Kandelia candel + + 22 Lumnitzera littorea + + + + + + + 23 Lumnitzera racemosa + + + + + + 24 Nypa fruticans + + + + + + + 25 Osbornea octodonta + + + + + 26 Pemphis acidula + + + 27 Phoenix paludosa + 28 Pluchea indica + + + + + + + 29 Rhizophora apiculata + + + + + + + 30 Rhizophora lamarckii + + + + 31 Rhizophora mucronata + + + + + + + 32 Rhizophora stylosa + + + + + + + 33 Scyphiphora hydrophyllacea + + + + + + + 34 Sonneratia alba + + + + + + + 35 Sonneratia caseolaris + + + + + + + 36 Sonneratia ovate + + + + + + 37 Widelia bi Tumbuhan + + + + + + + 38 Xylocarpus granatum + + + + + + + 39 Xylocarpus moluccensis + + + + + + + 40 Xylocarpus rumphii + + + + NO JENIS TABEL 1 PENYEBARAN JENIS-JENIS MANGROVE DI PULAU-PULAU UTAMA DI INDONESIA
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ III. ATRIBUT IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN MANGROVE TABEL 2 KARAKTERISTIK MORFOLOGI TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM IDENTIFIKASI JENIS No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN 1. Bentuk Helai Daun A. Simple leaf: B. Compound leaves: C. Trifoliolate: D. Palmate: Daun tunggal hanya terdapat satu helai daun yang terlihat nyata pada tingkat daun. Daun majemuk terdiri dari dua atau lebih helai daun yang terlihat nyata dan jelas pada tingkat daun. Daun majemuk menjari. Daun majemuk beranak daun tiga helai.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN E. Bipinnate: F. Tripinnate: 2. Tata Daun A. Opposite: B. Opposite decussate: C. Alternate: Daun majemuk menyirip ganda dua. Daun majemuk menyirip ganda tiga. Berhadapan - bersilangan antar buku bersilangan. Hanya satu daun yang terdapat pada buku batang pada setiap ranting. Dua daun terletak berlawanan satu sama lain pada setiap buku batang pada ranting yang sama.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN D. Whorled: E. Spiral: 3. Bentuk Helai Daun A. Cordate: B. Deltoid: C. Elliptic: Berkarang atau melingkar, di dalam satu buku terdapat lebih dari 2 daun. Tersusun secara berseling (alternate) namun daun-daun mengarah ke berbagai sudut. Bentuk daun membentuk seperti sebuah segitiga dimana di pangkalnyamelebar dan meruncing di ujung daunnya. Daun melebar pada bagian tengah daun, bagian pangkal dan ujung daun mempunyai bentuk yang hampir sama, panjang daun minimal dua kali lebar daunnya. Bentuk daun seperti hati, pangkal daun melebar.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN D. Lanceolate: E. Linear: F. Oblanceolate: G. Oblong: H. Obovate: Panjang helai daun beberapa kali dari lebarnya, melebar ke arah pangkal daun dan meruncing pada ujung daun. Bentuk daun lurus panjang dan mengikuti pertulangan daunnya, lebar daun tidak begitu lebar dari pertulangan daunnya dan memiliki lebar yang sama di sepanjang daunnya. Berbentuk elips yang memanjang, panjang daun 3-5 kali lebar daun. Bentuk daun seperti telur, pangkal daunnya menyempit. Berbentuk lanset terbalik dimana daun melebar di bagian ujung.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN I. Orbicular: J. Spathulate: K. Rhomboid: 4. Bentuk Ujung Daun A. Acute: B. Acuminate: Bentuk bundar. Sempit untuk hampir seluruh daun, tetapi kemudian memiliki struktur putaran tiba-tiba di puncak. Ujung daun lancip, meruncing ke arah ujung daun dengan sisi yang lurus atau agak lurus. Meruncing. Bentuk belah ketupat.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN C. Caudate: D. Cuspidate: E. Mucronate: F. Emarginate: G. Rounded: Meruncing panjang. Meruncing pendek. Berlekuk. Ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali. Meruncing seperti jarum.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN 5. Bentuk Pangkal Daun A. Attenuate: B. Cuneate: C. Rounded: D. Cordate: E. Auriculate: Jaringan daun meruncing ke bawah tangkai daun (arah dasar) ke basis yang sempit, selalu memiliki beberapa daun berdaging di kedua sisi tangkai daun. Pertulangan daun sempit, berbentuk lurus dengan sisi dasarnya, meruncing ke dasar, daun terpasang di ujung yang sempit. Hati-berbentuk daun dasar yang melekat pada kedudukan dari dasar. Bisa juga menjadi bentuk daun keseluruhan, dengan tangkai yang melekat pada takikan. Berbentuk seperti daun telinga di kiri-kanan tangkai daun. Pertulangan daun membentuk kurva yang melengkung membentuk lingkaran.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN F. Hastate: G. Asymmetric: 6. Bentuk tepi daun A. Entire: B. Crenate: C. Dentate: Pangkal daun melebar dan menyudut sempit. Pangkal daun tidak simetris. Rata. Bergelombang. Bergerigi.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan I. DAUN D. Undulate: E. Serrate: F. Serrulate: G. Lobed: H. Deeply Lobed: Bergerigi tajam tapi jarang. Bergerigi tajam/runcing yang rapat. Berlekuk dalam. Berlekuk. Berombak.
Daun bakau hitam (Rhizophora mucronata Lamk.) Susunan daunnya tunggal, bersilangan (opposite) \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan II. BUNGA Bentuk Umum Bunga Majemuk A. Recame: B. Panicle: C. Cyme: A. Stigma : Kepala Putik. B. Style : Tangkai putik. C. Anther : Kepala sari. D. Filament : Tangkai sari. E. Ovary : Bakal biji. F. Petal : Daun mahkota. G. Sepal : Daun kelopak bunga. Berbentuk bongkol (bunga majemuk tak terbatas). Bunga majemuk terbatas. Berbentuk malai (bunga majemuk tak terbatas).
No Bagian Tumbuhan Keterangan D. Umbel: E. Spike: G. Lobed: G. Corymb: Bunga berbentuk payung (bunga majemuk tak terbatas). Bunga berbentuk bulir (Bunga majemuk tak terbatas). Bunga berbentuk aying (bunga majemuk tak terbatas). Bunga majemuk dalam seludang. II. BUNGA \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
No Bagian Tumbuhan Keterangan III. MORFOLOGI PAKU-PAKUAN 1. Bentuk Fisik Tumbuhan A. Monopodial: B. Sympodial: 2. Tipe Daun A. Simple: B. Compound: Batang memiliki lebih dari satu titik pertumbuhan. Batang hanya memiliki satu titik pertumbuhan. Memiliki banyak anak daun. Satu tangkai hanya menopang satu helai daun. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ No Bagian Tumbuhan Keterangan IV. Morfologi Daun Palem A. Fan-Like: B. Fish-tail-like: C. Feather Like: Berbentuk kipas. Berbentuk ekor ikan. Berbentuk menyirip. III. MORFOLOGI PAKU-PAKUAN
Gambar 1 Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
IV. DESKRIPSI JENIS TUMBUHAN \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Fabaceae Sinonim: Racosperma auriculiforme (Benth.) Pedley. Nama daerah: Akasia, Ki hia. Spesies yang mirip: A. mangium, A. crassicarpa A. Cunn. Ex Benth. Habitus: Pohon, tinggi 15-20 m, pada tapak yang baik dapat mencapai 35 m. Daun: Majemuk berhadapan, menyirip pada tingkat semai. Pada tingkat dewasa lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal tumpul, panjang 5-20 x 1-2 cm, pertulangan menyirip hijau dengan 3 urat yang jelas. Bunga: Majemuk berkelamin dua di ketiak daun, berwarna kuning muda, wangi, kelopak silindris, benang sari silindris, kepala sari bentuk ginjal, mahkota putih bentuknya seperti kuku, putih. Buah: Polong, masih muda hijau setelah tua berwarna coklat, kemudian merekah dan terpilin. Ukuran buah (6.5 x 1.5) cm. Biji: Lonjong, pipih hitam atau coklat mengkilap. Batang: Tegak, bulat, putih kotor. Akar: Akarnya berupa akar tunggang, berwarna putih kotor. Ciri khusus: Daunnya hampir sama dengan Acacia mangium tetapi daunnya lebih kecil seperti bulan sabit. Fenologi: Muncul sepanjang tahun dan berbunga pada bulan Maret sampai Juni. Penyerbukan biasanya dilakukan oleh serangga. Habitat: Tumbuh di dataran rendah tropis beriklim lembab sampai sub lembab, sepanjang tepi sungai, pada daerah berpasir di tepi pantai, daerah yang mengalami pasang surut air laut, danau-danau berair asin di dekat pantai, dan dataran yang tergenang air. Jenis ini dapat tumbuh pada kondisi tanah yang mengandung garam dengan salinitas 0.15-7.25 dS/m, baik di tanah kering maupun basah. Kegunaan: Kayunya untuk kayu bakar, jenis ini dimanfaatkan secara luas untuk keperluan revegetasi dan rehabilitasi lahan terdegradasi dan reklamasi pada lahan bekas pertambangan timah dan bauksit. 4.1. JENIS TUMBUHAN BERHABITUS POHON Acacia auriculiformis A. Cunn. ex Benth.
Gambar 2 Avicennia alba Bl. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Avicenniaceae Sinonim: Avicennia marina (Forssk.) Vierh. var. alba (Blume) Bakh. Nama daerah: Api-api, Mangi-mangi putih, Boak, Koak. Spesies yang mirip: A. marina, A. o$cinalis, A. lanata. Habitus: Pohon mencapai tinggi 15 m. Daun: Tunggal, bersilangan (opposite), lanset hingga elips, ujung daun runcing, panjang 10-18cm. Bunga: Rangkaian 10-13 bunga, panjang 1-3 cm, berada di ujung atau di ketiak daun pada pucuk, mahkotanya 4 berwarna kuning sampai oranye, kelopak 5 helai, benang sari 4 dengan diameter 0.4-0.5 cm. Buah: Ukuran buah lebarnya 1.5-2 cm dan panjangnya 2.5-4 cm, berambut halus, buah seperti cabe atau biji buah mete. Biji: Tipe biji kriptovivipari. Batang: Kulit kayu berwarna kelabu hingga hitam, seperti kulit ikan hiu. Akar: Berakar napas, seperti pensil. Ciri khusus: Daunnya ramping panjang, buah seperti cabe, spesies pionir. Fenologi: Berbunga umumnya Juli sampai Februari, berbuah umumnya November sampai Maret (musim penghujan), pembuahan sampai masak 2-3 bulan. Habitat: Paparan lumpur, tepi sungai, daerah kering, toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi. Kegunaan: Kayunya sebagai kayu bakar jenis unggulan dan penahan abrasi laut di pesisir pantai paling depan. Avicennia alba Bl.
Gambar 3 Avicennia marina (Forssk.) Vierh. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Avicenniaceae Sinonim: A. intermedia Gri!., A. mindanaense Elmer., Sceura marina Forssk., A. marina var. acutissima Stapf & Moldenke., A. marina var. anomola Moldenke., A. marina var. australiasica (Walp.) J. Everett., A. marina var. intermedia (Gri!.) Bakh., A. marina var. marina., A. marina var. resinifera (Forst.) Bakh., A. marina var. rumphiana (Hall. f.) Bakh., A. marina var. typica Bakhuizen. Nama daerah: Sie-sie, Pejapi, Nyapi, Sia-sia putih, Api, Sia, Hajusa, Pai, Api-api. Spesies yang mirip: A. alba, A. o$cinalis, A. lanata. Habitus: Pohon mencapai tinggi 25 m dan diameter mencapai 40 cm. Daun: Tunggal, bersilangan (opposite), berbentuk elips, ujung runcing hingga membundar, pangkal daun acute, ukuran daun (5-11 cm x 2.5-5 cm), permukaan daun bagian atas hijau kuning mengkilap dan bagian bawahnya abu-abu keputihan, tangkai daun 1.5-2 cm. Bunga: Rangkaian 8-14 bunga rapat dan kompak, panjang 1-2 cm, berada di ujung atau di ketiak daun pada pucuk, mahkotanya 4 berwarna kuning sampai oranye, kelopak 5 helai, benang sari 4 dengan diameter 0.4-0.5 cm. Buah: Ukuran buah lebarnya 1.5-2 cm dan panjangnya 1.5-2.5 cm, kulitnya berambut halus pendek dengan warna kulit abu-abu kehijauan, buah seperti kotak atau seperti kacang. Buahnya melingkar atau memiliki sebuah paruh pendek. Biji: Tipe biji kriptovivipari. Batang: Kulit kayu bagian luar berwarna abu-abu kecoklatan dan tipis, mengelupas pipih dalam bentuk bercak, kulit dalam berwarna putih krem. Akar: Akar napas, seperti pasak. Ciri khusus: Buah seperti kacang, spesies pionir. Fenologi: Berbunga umumnya Juli sampai Februari, berbuah umumnya November sampai Maret (musim penghujan), pembuahan sampai masak 2-3 bulan. Habitat: Paparan lumpur, tepi sungai, daerah kering, toleran terhadap salinitas yang sangat tinggi dan umumnya di daerah pertemuan sungai atau teluk landai dengan lumpur dalam. Kegunaan: Kayunya sebagai kayu bakar jenis unggulan dan penahan abrasi laut di pesisir pantai paling depan. Selain itu akarnya menjadi penahan dan penangkap berbagai sampah di perairan, serta menjadi tempat makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput, dan teritip. Avicennia marina (Forssk.) Vierh.
Famili: Rhizophoraceae Sinonim: B. capensis Bl., B. conjugata (non Rhizophora conjuga L.) Merr., B. cylindrica (non Bl.) Hance., B. gymnorrhiza (with one ‘r’), B. rhedii Bl., B. rumphii Bl., B. wightii Bl., B. zipelii Bl., Mangium celsum Rumph., M. minus Rumph., Rhizophora gymnorrhiza L., R. palun., R. rhedii Steud., R. tinctoria Blanco. Nama daerah: Lindur, Tancang merah, Sala-sala, Totongkek, Tancang, Tumu, Tanjang, Putut, Tokke-tokke, Tokke, Mutut besar, Tongke kecil, Mangi-mangi, Wako, Bako, Bangko, Sarau, Kendeka, Pertut, Taheup, Tenggel, Tumu, Tomo, Dau. Spesies yang mirip: B. passi#ora, B. cylindrica, B. sexangula, R. mucronata, R. apiculata, R. stylosa, R. lamarkii. Habitus: Pohon mencapai ketinggian 36 m dan diameter mencapai 60 cm. Daun: Tunggal, tata daunnya bersilangan-berhadapan (opposite), berwarna hijau pada lapisan atas dan berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak), bentuknya elips-lanset, ujung meruncing dengan ukuran daun (4.5-7 cm x 8.5-22 cm). Bunga: Rangkaian bunga lebar dan tunggal di ketiak daun, bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga 9-25 mm, mahkotanya putih hingga coklat, kelopaknya 10- 14 helai berwarna merah, panjangnya 3-5 cm, ujung tiap mahkotanya runcing, masing-masing terdiri dari 3 tangkai benang sari. Buah: Buahnya melingkar atau memiliki sebuah paruh pendek. Buahnya melingkar spiral, bundar melintang, panjangnya 2-2.5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau gelap hingga ungu dengan bercak coklat, panjangnya 12-30 cm dan diameter 1.5-2 cm, permukaan licin, kelopaknya menyatu saat buah jatuh. Biji: Tipe biji vivipari. Batang: Kulit kayu bagian luar berwarna abu-abu, abu-abu kehitaman, coklat tua atau hitam mengelupas kaku, retakretak yang dalam memanjang searah vertikal, memiliki mulut kulit kayu, kasar, kulit dalam berwarna merah muda, merah atau coklat kemerahan. Akar: Akar berupa akar lutut dan banir kecil berasal dari bentukan seperti akar tunjang, seakan-akan papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon. Ciri khusus: Bunga besar, berwarna merah (kelopak), daun licin dan tebal, tanpa ujung yang kasar dan ramping. Fenologi: Berbunga sepanjang tahun, berbuah umumnya Juli sampai Agustus, pembuahan sampai masak 7-8 bulan. Habitat: Tumbuh subur di daerah mangrove bagian tengah sampai bagian dalam. Umumnya di daerah yang mempunyai aerasi yang baik. Kegunaan: Bagian dalam hipokotil dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar. Kulit batang sumber tanin untuk penyamak kulit. Bruguiera Gymnorhiza (L.) Lamk. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
Gambar 4 Bruguiera gymnorhiza (L.) Lamk. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
Famili: Apocynaceae Sinonim: Cerbera odollam Bl., C. lactaria Hamilton., C. forsteri Seem., C. linneai Montr., C. tanghinia Hook., C. venenifera A.J.M., C. venenifera (Poir.) Steud., Elcana seminuda Blanco., Tabernaemontana obtusifolia Poir., Tanghinia manghas (L.) G. Don. Nama daerah: Bintaro, Mangga laut, Bintan, Buta-buta madang, Gorogoro, Kayu susu, Kayu kurita, Kenyeri putih, Kadong, Koyandan, Mangga brabu, Waba, Jabal, Kenyen putih, Bilu tasi, Buta badak. Habitus: Pohon mencapai ketinggian 20 m. Daun: Biasanya terdapat 20-30 bunga dalam satu tandan, letaknya di ujung dahan. Formasinya berkelompok secara tidak beraturan. Daun mahkotanya berjumlah 5 putih bersih dan berwarna merah jingga hingga merah muda-merah pada bagian pusatnya. Kelopaknya berjumlah 5 dengan putih kehijauan, letaknya agak jauh dari mahkota. Benang sari tidak bergagang menempel pada mulut tabung. Bunga: Rangkaian bunga lebar dan tunggal di ketiak daun, bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga 9-25 mm, mahkotanya putih hingga coklat, kelopaknya 10- 14 helai berwarna merah, panjangnya 3-5 cm, ujung tiap mahkotanya runcing, masing-masing terdiri dari 3 tangkai benang sari. Buah: Bulat, hijau hingga kemerahan, mengkilat dan berdaging. Diameter buah 6-8 cm. Buah berpasangan. Biji: Tipe bijinya sebesar 8 x 4 cm tetap melekat pada bibit. Batang: Eksudat berlebihan, biasanya memiliki cairan susu tapi terkadang sering berwarna hijau kekuningan. Kulit kayu bercelah, berwarna abu-abu hingga coklat, memiliki lentisel. Akar: Akarnya menjalar ke seluruh permukaan tanah, tapi kurang memiliki akar udara dan akar nafas. Ciri khusus: Mempunyai buah yang mencolok, berpasangan, biji beracun, bergetah putih. Fenologi: Tumbuh di sepanjang tahun. Habitat: Tumbuh di hutan rawa pesisir atau pantai hingga jauh ke darat (400 mdpl), menyukai tanah yang memiliki system pengeringan yang baik, terbuka terhadap udara dari laut dan tempat yang tidak teratur tergenang oleh pasang surut. Biasanya tumbuh di tepi bagian daratan mangrove. Kegunaan: Minyak yang diperas dari biji dan buah dapat mengobati gatal-gatal, reumatik, dan pilek. Selain itu dapat digunakan untuk meracuni ikan (insektisida). Kulit kayu dan daun digunakan untuk obat pencahar. Kayunya sebagai kayu bakar dan bahan arang. Sebagai tanaman hias/peneduh, kadang-kadang sebagai energi alternatif (biofuel). Cerbera manghas L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
Gambar 5 Cerbera manghas L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
Gambar 6 Excoecaria agallocha L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Euphorbiaceae Sinonim: Commia cochinchinensis Lour., Stillingia agallocha (L.) Baill. Nama daerah: Madengan, Buta-buta, Menengan, Kalibuda, Kayu butabuta, Betuh, Warejit, Bebutah, Kayu wuta, Sambuta, Kalapinrang, Mata huli, Makasuta, Goro-goro raci. Habitus: Pohon mencapai ketinggian 15 m. Daun: Hijau tua dan berubah merah bata sebelum rontok, pinggiran halus bergerigi, letak daunnya berselingan dengan bentuk elips. Ukuran daun 6.5-10.5 x 3.5-5.0 cm. Ada 2 kelenjar pada pangkal daun. Ujung daunnya meruncing. Bunga: Letak bunganya di ketiak daun berupa bulir, daun mahkotanya berwarna hijau dan putih, kelopak bunganya hijau kekuningan, benang sari 3 dengan warna kuning dengan diameter 0.2-0.3 cm (tiap bunga). Memiliki salah satu bunga jantan atau betina, tidak keduanya, bunga jantan lebih kecil dari bunga betina dan menyebar di seluruh tandan. Buah: Berwarna hijau dengan permukaan seperti kulit dan kasar, berbentuk seperti bola dengan 3 tonjolan (schizocarp). Ukuran bunga berdiameter 5-7 mm. Biji: Berwarna coklat tua dengan keadaan normal. Batang: Kulit kayu berwarna abu-abu, halus tetapi memiliki bintil. Batang memiliki getah putih lengket. Akar: Akarnya menjalar ke seluruh permukaan tanah, seringkali berbentuk kusut dan ditutupi oleh lentisel, tidak memiliki akar udara. Ciri khusus: Mempunyai getah putih yang lengket pada batang, dahan dan daun yang dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Fenologi: Tumbuh sepanjang tahun. Perbungaan terjadi sepanjang tahun dan penyerbukan melalui serangga, terutama lebah. Habitat: Tumbuh memerlukan pasokan air dengan jumlah yang besar. Umumnya ditemukan mangrove di bagian pinggir daratan, atau kadang-kadang di atas air pasang. Bahkan dapat ditemukan di sepanjang pinggiran danau asin (90% air laut). Kegunaan: Akar sebagai obat sakit gigi dan pembengkakan, kayu sebagai bahan ukiran dan bahan kertas yang bermutu baik, getah dapat digunakan sebagai pembunuh ikan. Excoecaria agallocha L.
Gambar 7 Ficus benjamina L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Moraceae Sinonim: F. altissima Bl., F. carica Linn., F. conora King., F. %stulosa Reinw., F. fulva Reinw., F. hispida Linn., F. melinocarpa Bl. Nama daerah: Beringin, Waringin (Sunda), Caringin (Jawa). Spesies yang mirip: F. ampelas Burm., F. annulata Bl., F. callosa Willd., F. glabella Bl. Habitus: Pohon, tinggi 20-25 m. Daun: Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berseling. Bentuk daun lonjong dengan tepi rata, ujung daun runcing, pangkal tumpul, panjang daun 3-6 cm, lebarnya 2-4 cm, pertulangan daun menyirip hijau. Bunga: Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota berbentuk bulat, halus, berwarna kuning kehijauan. Buah: Buah buni, bulat, panjang 0.5-1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah. Biji: Biji bulat, keras, dan putih. Batang: Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, berwarna abu-abu kehitaman. Bergetah putih. Akar: Berakar tunggang dan akar napas. Ciri khusus: Pada batang keluar akar gantung (akar udara). Fenologi: Muncul sepanjang tahun. Habitat: Tumbuh di tanah dan bersifat hemi-epi%t (pencekik), mampu tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan. Kegunaan: Daun berfungsi sebagai obat sakit sariawan pada anak-anak, akar udara mampu mengobati penyakit pilek, demam, radang amandel, nyeri rematik sendi, bronchitis, in#uenza, luka terpukul (memar), bahkan mampu mencegah penyakit kanker. Ficus benjamina L.
Famili: Malvaceae Sinonim: H. abutiloides Willd., H. celebicus Koord., H. cuspidatus Sol. ex Park., H. elatus (non Sw.) Miq., H. hastatus L., H. similis Blume., H. tricuspis Sol. ex Park., Novella repens, Novella rubra, Paritium tiliaceum (L.) St. Hill. Nama daerah: Waru, Waru laut, Wande, Waru langkong, Waru langit, Waru lot, Waru lenga, Waru lengis, Waru lisah, Waru rangkang, Baru (Jawa), Kioko, Siron, Baru, Buluh, Bou, Tobe, Beruk, Melanding (Sumatera), Kabaru, Fau, Wau (Nusa Tenggara), War, Papatale, Haru, Palu, Faru, Haaro, Fanu, Balo, Kalo, Pa (Maluku), Kasyanaf, Iwal, Wakati (Papua), Bahu, Molowahu. Spesies yang mirip: H. similis Blume., H. macrophyllus Roxb., !espesia populnea Soland. Habitus: Pohon mencapai ketinggian 5-15 m. Daun: Daun tunggal, berseling, berbentuk hati, lebar, panjang 10- 15 cm, bagian bawah berbulu keputih-putihan dengan tepi rata, bertulang daun menjari, garis tengah hingga 19 cm, daun penumpunya bundar telur memanjang. Bunga: Serupa dengan !espesia populnea, tetapi bercabang 5, kepala putik berwarna ungu dengan bercak coklat. Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2-5 kuntum. Daun kelopak berjumlah taju 8-11buah dengan panjang 2.5 cm, daun mahkota berbentuk kipas, berkuku pendek, dan lebarnya 5-7.5 cm, berwarna kuning, jingga kemudian kemerah-merahan dengan noda ungu pada pangkalnya. Buah: Kapsul, diameter 2-3 cm, terbelah ke dalam 5 segment dan melepaskan biji pada saat matang (dehiscent). Berambut lebat, dan beruang lima, panjang sekitar 3 cm. Biji: Biji kecil berwarna cokelat muda. Batang: Batang berkayu, bulat, bercabang, warnanya cokelat tua. Akar: Berakar normal, serabut. Ciri khusus: Daun tipis, lebih pendek dan lebih besar daripada !espesia populnea. Fenologi: Tumbuh di sepanjang tahun. Habitat: Tumbuh di daerah pantai tidak berawa atau di dekat pesisir. Tumbuh liar di daerah ladang dan hutan. Mampu bertahan di daerah toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800-2000 mm per tahun. Biasa ditemui di daerah pesisir pantai berpasir, hutan bakau, dan wilayah riparian. Kegunaan: Kayunya biasa digunakan sebagai bahan banguna atau perahu, roda pedati, perkakas, dan kayu bakar, kulit batangnya dapat dijadikan tali. Daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak, atau yang muda dapat dijadikan sayuran. Hibiscus tiliaceus L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
Gambar 8 Hibiscus tiliaceus L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^
Gambar 9 Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Fabaceae Sinonim: I. amboinensis D.C., I. madagascariensis $ouars ex DC., I. retusa (Kurz.) O. Kuntze., Afzelia bijuga (Colebr.) A. Gray. Nama daerah: Merbau, Ipil, Kayu besi. Spesies yang mirip: Kingiodendron platycarpum. Habitus: Pohon mencapai ketinggian 50 m dengan tinggi bebas cabang mencapai 20 m, dan berdiameter mencapai 160-250 cm. Daun: Daun majemuk dengan 2-3 pasang anak daun, anak daun bundar telur tidak simetris, ukurannya 2.5-16.5 x 1.8- 11 cm, dengan ujung tumpul atau melekuk dan pangkal membundar, permukaannya gundul dan licin, tulang daun utama berambut panjang di sisi bawah. Bunga: Terkumpul dalam karangan di ujung (terminal), panjang hingga 10 cm, berambut halus. Mahkota berwarna putih yang berubah menjadi jambon, atau merah; benang sari seluruhnya berwarna merah keunguan. Buah: Buah kapsul dengan 3 sel yang berisi sampai 450 biji, buah polong dengan ukuran 10-28 x 2-4 cm. Biji: Biji kecil 1-8 butir, kasar, hitam. Batang: Batang tidak bercabang, lurus, licin dan berwarna keputihan, kulit mengelupas. Akar: Membentuk akar banir (papan) yang tebal dan tinggi, bentuk pegagannya berwarna abu-abu terang atau coklat pucat, halus dengan bintil-bintil kecil lentisel, mengelupas serupa sisik-sisik bulat. Fenologi: Bunga muncul sepanjang tahun, dengan puncaknya pada bulan Agustus. Habitat: Sering terdapat di hutan pantai dan sepanjang sungai pasang surut tetapi juga ditemui di daratan sampai ketinggian 600 m dpl. Kegunaan: Kayunya biasa digunakan sebagai bahan konstruksi berat, pepagan dan daunnya dapat digunakan sebagai obat dan bijinya dapat dimakan setelah diolah dengan hati-hati. Intsia bijuga (Colebr.) O. Kuntze.
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Gambar 10 Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
\'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^ Famili: Fabaceae Sinonim: Mimosa leucochepala Lam., Mimosa leucophala Lam. Nama daerah: Petai cina (Indonesia), Lamtoro (Jawa), Peuteuy selong (Sunda), Tibak, Ipil-ipil (Kalimantan) Spesies yang mirip: Leucaena glauca (L.) Benth Habitus: Pohon dapat mencapai tinggi sekitar 11 m dan diameter batang sekitar 17 cm. Daun: Majemuk menyirip ganda dua, daun berseling (alternate), anak daun berhadapan (opposite), anak daun bulat telur, panjang 6-25 cm, lebar 2-5 cm, ujung runcing, tepi rata, pangkal tumpul, hijau, berbulu. Bunga: Bongkol, kelopak bentuk lonceng, hijau, benang sari sepuluh, panjang + 1 cm, daun mahkota lepas, bentuk lanset, panjang ± 5 mm, tangkai panjang, putih kekuningan Buah: Polong, bentuk lanset dan pipih, panjang 8-18 cm, lebar ± 2 cm, masih muda hijau setelah tua hitam. Biji: Bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat Batang: Berkayu, penampang bulat, bercabang, hijau kecoklatan. Akar: Akar tunggang, berwarna kuning kecoklatan Ciri khusus: Daun kecil mengandung alkaloida, saponin, #avonoida dan tanin. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Fenologi: Polinasi dilakukan oleh serangga atau burung dan angin. Habitat: Cocok hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1500 m dpl. Sering ditemukan di dekat sungai, juga di sepanjang jalan dan tonjolan pada tanah berpasir. Kegunaan: Digunakan sebagai tanaman naungan dan reboisasi. Kayu digunakan untuk pulp/kertas, bahan bakar dan arang. Kulit (ditumbuk) digunakan untuk melawan infeksi jamur dan sebagai pewarna cokelat untuk jaring ikan. Daun digunakan sebagai pakan ternak. Daun, bunga dan buahnya digunakan untuk memasak. Biji dapat digunakan sebagai pengganti kopi juga sebagai peluruh air seni dan obat cacing. Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Famili: Rubiaceae Sinonim: Bancudus latifolia Rumph., Morinda citrifolia Hunter. Nama daerah: Mengkudu, Noni, Keumeudee (Aceh), Pace, Kemudu, Kudu (Jawa), Cangkudu (Sunda), Kodhuk (Madura), Tibah (Bali), Eodu, Eoru, Lengkudu, Bangkudu, Pamarai, Mangkudu, Neteu, Kudu, Ai kombo, Bakulu, Wangkudu, Labanau. Habitus: Pohon kecil atau perdu yang mencapai tinggi 3-8 m. Daun: Daun mengkilap, letak daun berhadapan (opposite), helaian daun tebal, tunggal dan besar. Bentuknya jorong lanset, berukuran (15-50 x 5-17) cm, tepi daun rata, ujung daun lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak dengan urat daun menyirip. Warna daun hijau mengkilap, tidak berbulu, dengan pangkal daun berukuran 0.5-2.5 cm. Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segitiga lebar. Bunga: Bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu, dengan berkelamin dua. Mahkotanya putih berbentuk corong, panjang mencapai 1.5 cm. Benang sari tertancap di mulut mahkota, dengan kepala putik berputing dua. Bunga putih dan harum. Buah: Buah bulat lonjong seperti telur dengan diameter 7.5-10 cm. Permukaan buah terdiri dari sel-sel polygonal yang berbintik dan berkutil. Awal berwarna hijau, lama-kelamaan berwarna putih kekuningan hingga masak putih transparan. Daging buah terdiri dari buah-buah berbentuk piramida berwarna cokelat. Biji: Berwarna hitam, tersusun dari albumen keras dan ruang udara yang tampak jelas. Berukuran kecil-kecil dan berjumlah banyak. Batang: Batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuningkuningan, berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegi empat. Akar: Berbentuk tunggang yang tertancap dalam. Ciri khusus: Bijinya mempunyai daya tahan lama, tajuknya selalu hijau, dan batangnya sangat mudah dibelah. Fenologi: Bulan kering berpengaruh pada jumlah buah dan besar kecilnya buah yang dihasilkan sedangkan bulan basah berpengaruh terhadap proses pembungaan. Habitat: Tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1500 m dpl. Tanaman ini sangat baik tumbuh dengan kondisi cukup sinar matahari, tekstur tanah liat berpasir, agak lembab, banyak mengandung bahan organik dengan drainase yang cukup baik, curah hujannya 1500-3500 mm/tahun dengan bulan kering < 3 bulan, pH tanah 5-7. Kegunaan: Kayunya sebagai penopang tanaman lada, daunnya dimakan dengan nilai kandungan gizi yang tinggi, buahnya sebagai antibiotik. Akarnya untuk mewarnai batik dan anyaman pandan. Morinda citrifolia L. \'-03"."/(307&%*,"8"4"/)65"/"/(,&,"16,t^