The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Eka Dewi Mayasari, 2022-04-18 00:02:23

WaraDuta Vol.16 No.1 Tahun 2021

WaraDuta Vol.16 No.1 Tahun 2021

TIM REDAKSI

PENANGGUNG JAWAB
Pdt.Daniel K. Listijabudi, Ph.D
PIMPINAN REDAKSI
Pdt.Rena Sesaria Yudhita, M.Th
ANGGOTA REDAKSI
Pdt. Jeniffer Fresy P. Pelupessy -
Wowor, M.A
Pdt. Dr. Wahyu Nugroho ,M.A
Eka Dewi Mayasari, S.Kom
KONTRIBUTOR
Hani Tjahjadi (01180138)
Lay Lukas Christian (52200011)
Zerah Reelaya Waang (01180146)
Felliex Yulio Murlyantara (01190194)
Rivaldi Anjar Saputra 52210018
COVER,DESAIN LAYOUT
Charles Djalu

Narasi Lukisan Cover :
Ngalab Berkah Minggu Palma
Karya : Charles Djalu
watercolor and pencil on paper
35 cm x 45 cm

FAKULTAS TEOLOGI -UKDW

PDT. ROBERT
SETIO, PH.D

SEKAPUR
SIRIH DEKAN

3

sekapur sirih dekan

Sayangnya sampai saat ini kita masih Bagaimana dengan nasib
belum keluar dari pandemi COVID-19. perkuliahan di UKDW? Tiap kali
Sebagian, bahkan sebagian besar bertemu dengan orang luar,
orang sudah mengalami kelelahan pertanyaan yang sering saya
pandemi. Inginnya kembali ke dapatkan adalah "apakah sudah
keadaan sebelum pandemi. mulai kuliah onsite?" Jawaban saya
Sepertinya harapan itu ada. Sejak juga selalu sama: "belum". Tapi akhir-
memuncak di pertengahan tahun akhir ini jawaban saya bertambah
2021, keadaan perlahan-lahan dengan "mungkin semester depan".
melandai. Ketika tulisan ini saya buat, Maksudnya, semester genap 2021-
keadaannya masih melandai. Tetapi 2022. Kemungkinan tersebut sudah
tiba-tiba heboh lagi dengan dibicarakan dalam rapat Rektorat,
munculnya varian baru yang Dekanat dan para pimpinan unit di
dinamakan Omicron. Namanya bagus, UKDW. Belum pasti kuliah onsite
sama seperti COVID dan nama-nama dapat terwujud. Patokan utama
penyakit lain. Dampaknya saja yang adalah ketetapan Pemerintah. Selain
tidak bagus. Karena kemunculan itu, tentu kemampuan UKDW untuk
Omicron yang kabarnya berasal dari memenuhi syarat-syarat yang
Afrika Selatan itu, banyak negara ditetapkan Pemerintah bila ingin
menutup pintu masuk bagi mengadakan kuliah onsite. Misalnya
penerbangan yang berasal dari Afrika pengaturan jumlah peserta dalam
Selatan. Indonesia di antaranya. sebuah kelas yang tidak mungkin
Entah apakah strategi ini akan seperti dulu lagi. Kelas harus dibatasi
berhasil mengurangi penyebaran jumlahnya sesuai dengan kapasitas.
varian baru dari COVID-19 ini atau Bila peserta sebuah matakuliah
tidak. Tentu harapannya cara itu akan banyak maka kelasnya perlu dibagi-
berhasil. Demikian juga dengan bagi. Pelaksanaannya juga harus
pencarian obat dan upaya lain untuk memenuhi protokol kesehatan. Pasti
mengatasi pandemi yang sudah ribet. Begitulah bila kuliah onsite.
terlalu lama berlangsung ini. Pilihan lainnya campuran antara
onsite dan online.
Sunset

4

sekapur sirih dekan

Ini juga tidak kalah ribetnya. Memilih Meskipun keluhan datang bertubi-
tetap online memang terasa jauh tubi, namun kita tidak boleh
lebih mudah. Hanya kasihan saja para menyerah. Keterbatasan di masa
mahasiswa jika kuliahnya online online-onlinean ini jangan kita
terus. Bisa-bisa ada yang mulai dari biarkan membuat diri kita kehilangan
awal sampai lulus kuliahnya online. semangat. Bagi mahasiswa, semangat
Sudah jelas kalau begitu, mereka belajar tetap perlu dijaga. Sekitar 30-
tidak kenal yang namanya kampus. 40 tahun lalu ketika saya duduk di
Dosen dan kawan-kawannya juga bangku sarjana, keterbatasan juga
tidak sebegitu dikenal. Pertemuan ada dan banyak. Belum ada
online pasti beda dengan pertemuan komputer, apalagi internet. Buku juga
langsung. Wajah, tinggi badan, gerak masih terbatas, baik jumlah maupun
gerik pasti beda antara di "kotakan" kemampuan mahasiswa untuk
Zoom dengan di dunia nyata. Belum membelinya. Waktu itu "soping"
lama ada pertemuan antara Dekanat masih hidup. Itu tempat menjual
dengan orangtua mahasiswa buku-buku bekas. Pelan-pelan mulai
angkatan 2020. Pertemuan itu untuk dijual juga buku bajakan. Jelas haram,
menjajaki kemungkinan mahasiswa tapi bagi mahasiswa itu sangat
angkatan 2020 masuk ke asrama di menolong karena jauh lebih murah.
awal tahun 2022. Salah satu orangtua Fotocopy mulai ada, tapi masih
menyatakan senang dengan rencana panjang-panjang dan belum bolak-
itu. Kalau tidak, katanya, anaknya balik halamannya. Tentu
hanya seperti kuliah main-main saja, membacanya tidak nyaman. Bila
lalu tiba-tiba sudah lulus. Kelakar itu lama tidak dibuka, halamannya pada
dalam artinya. Saya bisa mengerti lengket-lengket. Biaya fotocopy juga
kegelisahan orangtua itu jika anaknya relatif mahal. Kalau menulis paper
terus menerus kuliah online. Apalagi masih pakai mesin ketik. Salah berarti
pembinaan asrama tidak mungkin ganti kertas. Type-X sudah mulai ada,
dilakukan lewat cara itu. Sebagai tapi kalau salahnya banyak, bekas
dosen, saya juga merasakan kuliah type-xnya bisa tebal dan tidak bagus
online tidak bisa maksimal. dilihatnya. Beberapa dosen tidak mau
Optimisme zaman online buat saya menerima paper yang banyak type-
terlalu berlebihan. Betul ada banyak xnya. Begitulah sepintas kesulitan-
yang bisa dimanfaatkan dari internet. kesulitan di zaman dulu. Tapi ya
Tetapi bukan berarti semuanya bisa bagaimana lagi. Semua harus
digantikan oleh komputer dan dihadapi dan dicarikan jalan
internet. Pertemuan antar muka keluarnya.
secara langsung tetap dibutuhkan.

5

Saya berharap kesulitan-kesulitan kita
sekarang ini alih-alih melelehkan semangat
kita, malah menjadi kesempatan untuk
menjadi kreatif. Jadi jangan terlalu
menggantungkan harapan pada kembalinya
keadaan seperti sebelum pandemi. Kalau itu
terus yang kita pikirkan maka kita akan
menjadi makin frustrasi. Tapi kalau nanti
ada kesempatan untuk kuliah di kampus,
jangan terus membuat kita lupa daratan.
Situasinya sudah berbeda sekarang ini.
COVID-19 dengan varian-varian baru hasil
mutasinya rasanya masih akan terus
bergulir. Namanya juga evolusi. Tentu saja
kita tetap berharap para ilmuwan dapat
menemukan cara untuk meredam atau
menyiasatinya. Tetapi sepandai-pandainya
ilmuwan masih tetap akan kewalahan
menghadapi virus yang cepat bermutasi ini.
Jadi akhirnya kembali ke diri kita masing-
masing. Paling nomor satu adalah berhati-
hati. Anak-anak muda suka hanyut dalam
euforia massa. Kalau berada di tengah
gerombolan teman-temannya, semua
keberhati-hatian hilang. Perlu penguasaan
diri. Mengutamakan keselamatan diri jangan
dianggap mementingkan diri sendiri. Dalam
konteks pandemi, menjaga keselamatan diri
sama dengan ikut menjaga keselamatan
orang lain. Pakai masker (yang betul) tidak
hanya perlu bagi diri sendiri, tetapi juga
bagi orang lain.

Akhirnya, bagi para mahasiswa, ijinkan saya membagikan ayat ini:



Jangan seorangpun mengangg
ap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

1 Timotus 4:12

6

wawasan teologi

GPeelraeyjaanDanigditaanl

Pdt. Handi Hadiwitanto, Ph.D



Artikel ini ditulis dan diadaptasi dari artikel penulis dalam
Pemandangan Umum BPMS GKI di PMSW-PMSW GKI tahun
2021.

7

Pelayanan dan GerejaDigital[1]
oleh Pdt. Handi Hadiwitanto, PhD.

Sebuah Kegalauan: Digital vs Analog - Online vs Onsite
Pada masa pandemi COVID-19 ketika gereja harus dibatasi aktivitas onsite-nya dengan amat luar
biasa, maka kita harus bersyukur bahwa teknologi digital melalui internet sudah menjadi bagian
masyarakat. Banyak gereja terutama yang wilayah pelayanannya berada di perkotaan dengan amat
cepat beradaptasi dengan mendorong ibadah dan pelayanan menggunakan media internet sebagai
solusi. Bahkan gereja yang berada bukan di perkotaan juga secara umum berupaya untuk
beradaptasi dalam memanfaatkan teknologi internet. Tetapi situasi di atas ini menghadirkan
berbagai pertanyaan bagi beberapa anggota gereja. Apakah gereja pada masa depan akan berubah
menjadi gereja yang total bersifat online atau gereja digital? Pertanyaan yang menyusul lebih lanjut
adalah, apakah gereja digital itu masih dapat disebut gereja? Daftar pertanyaan yang dapat menjadi
semakin panjang dan yang tidak mudah dijawab ini lalu menghadirkan beberapa sikap yang
meragukan legitimasi pelayanan digital sebagai pilihan yang baik bagi kehidupan menggereja.
Bahkan ada pendapat yang secara ekstrim menganggap bahwa pelayanan digital/online gereja
dapat menjebak gereja sekadar menjadi ‘penjual’ yang menawarkan program (content oriented)
tanpa benar-benar mempedulikan persekutuan, visi dan misi gereja yang adalah misi Allah (bdk.
Kim 2020). Tetapi di sisi lain kita juga menemukan dorongan luar biasa untuk melihat pelayanan
dan gereja digital sebagai wujud dan kesempatan gereja di tengah masyarakat digital untuk
berkarya. Di sini gereja seolah berada dalam dilema dan pilihan, digital/online atau onsite.

Sikap pada Pelayanan Digital. Sebuah Survei Sikap Anggota Gereja
Saya memahami bahwa memperlawankan pelayanan analog dan digital; onsite dan online, adalah
sikap yang kurang tepat dan sebagian berangkat dari asumsi yang perlu pemeriksaan. Di sini saya
memperlihatkan secara singkat data lapangan hasil survei yang dilakukan oleh saya pada bulan Mei
2021 kepada 1057 responden anggota/simpatisan Gereja Kristen Indonesia (GKI)[2]. Tentu
informasi tentang GKI ini perlu disikapi dengan kritis ketika hendak membuat generalisasi.
Pertimbangan bahwa data dan informasi tentang GKI dapat menjadi pertimbangan adalah wilayah
pelayanan GKI yang sebagian besar di perkotaan dapat memberikan gambaran umum tentang
bagaimana anggota jemaat gereja di perkotaan yang mulai terbiasa dengan pelayanan
digital/online memahami kehidupan menggerejanya. Selain itu hampir seluruh jemaat di
lingkungan GKI sudah memanfaatkan teknologi digital untuk menjalankan pelayanannya sejak
awal pandemi. Bagaimana anggota jemaat GKI merespon dan bersikap pada pelayanan dan gereja
digital dapat menjadi catatan dan pertimbangan kita.

.

(1]Artikel ini ditulis dan diadaptasi dari artikel penulis dalam Pemandangan Umum BPMS GKI di PMSW-PMSW GKI
tahun 2021.

[2] Survei dan penelitian ini adalah tentang ‘aktivitas gerejawi, sikap pada agama, spiritualitas dan komunitas terkait
dengan pelayanan onsite dan online’. Survei dilaksanakan dengan metode stratified random sampling di beberapa jemaat
GKI SW Jabar, SW Jateng dan SW Jatim, dan memproses 1057 responden. Tujuan penelitian adalah: melihat bagaimana

sikap anggota jemaat GKI pada aktivitas pelayanan onsite dan online. Kemudian memahami karakteristiknya yang
dikaitkan dengan peran ajaran agama, spiritualitas dan hidup berkomunitas. Kuesioner dalam bentuk Google Form

terdapat di:
http://bit.ly/Survei_Gereja_dan_Pandemi

8

Di dalam survei saya memeriksa, apakah warga gereja tetap akan beribadah secara onsite setelah
pandemi. Data yang kita dapatkan adalah: 64,2% warga gereja bersikap untuk selalu akan
mengikuti ibadah onsite setelah pandemi. Ada 18% yang mengatakan akan hadir kadang-kadang;
14,5% tergantung dan hanya 1% yang mengatakan tidak akan hadir kembali dalam ibadah onsite.
Saya kemudian membandingkan dengan pertanyaan lain tentang ibadah online, pertanyaan:
apakah warga gereja akan hadir ibadah online setelah pandemi? Hasilnya menunjukkan, hanya ada
12,3% yang dengan tegas mengatakan akan selalu hadir ibadah online; tetapi juga hanya 13,5% yang
tegas mengatakan tidak akan hadir ibadah online. Sisanya ada 35,7% warga gereja mengatakan
kadang-kadang akan hadir dan 34% menunjukkan tergantung. Data ini menunjukkan bahwa
ibadah onsite nampaknya masih menjadi pilihan yang cukup kuat bahkan dinantikan oleh warga
gereja pasca pandemi. Sekalipun warga gereja juga bersedia mempertimbangkan ibadah online ini.
Hanya memang kita melihat sikap bahwa bagi warga gereja ibadah online belum memberikan
keyakinan yang kuat untuk dapat menggantikan aktivitas ibadah onsite yang biasa. Hal ini
semakin terkonfirmasi ketika warga gereja ditanya apakah akan hadir dalam ibadah secara hybrid
(onsite – online bergantian) pasca pandemi. Ada 20,4% yang tegas mengatakan selalu, 29,8%
kadang-kadang, 29,5% tergantung dan 13,5% yang tegas menolak. Hal yang menarik adalah ketika
data ini juga diperiksa berdasarkan golongan usia, maka kelompok usia remaja-pemuda (13-35 thn)
tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan dengan kelompok usia dewasa (36 – 65
thn). Survei lain yang menguatkan data di atas dilakukan oleh BPMSW GKI SW Jawa Barat pada
bulan Oktober – November 2021 dengan 1482 responden jemaat-jemaat di lingkungan GKI SW
Jabar.[3] Anggota jemaat memperlihatkan preferensi yang tinggi pada aktivitas ibadah (kebaktian
umum dan kategorial) secara onsite, yaitu 59% – 69%; sedangkan untuk ibadah online hanya 12% -
18%, dan ibadah hybrid 18% – 23%. Ibadah sebagai sebuah ritual memiliki karakter yang lebih kuat
pada metode tradisional/onsite, meski metode digital/online dapat menjadi alternatif. Sedangkan
aktivitas secara digital/online akan jauh lebih dapat diterima dalam aktivitas gerejawi yang tidak
bersifat ritualistik.

Kemudian saya memeriksa data terkait aktivitas pelayanan gerejawi lainnya (di luar ibadah
Minggu) pasca pandemi. Ketika warga gereja ditanya, apakah mereka akan hadir dalam aktivitas
gerejawi secara onsite, mereka yang menunjukkan sikap tegas akan selalu hadir ada 37,5%. Yang
lainnya adalah sebesar 34% kadang-kadang dan 20,1% tergantung. Sisanya bersikap negatif tidak
hadir atau tidak tahu. Ketika kami bandingkan dengan pertanyaan, apakah akan hadir dalam
aktivitas gerejawi online, hasilnya adalah 15,8% yang tegas mengatakan selalu akan hadir, 41,2%
kadang-kadang, 29,9% tergantung. Di sini responden anggota gereja menunjukkan sikap yang lebih
terbuka pada metode digital/online dalam aktivitas gerejawi di luar ibadah. Hal ini didukung pula
oleh survei yang dilakukan oleh BPMSW GKI SW Jabar. Data terkait preferensi anggota gereja
tentang aktivitas gereja di luar ibadah, seperti pembinaan atau pemahaman Alkitab, metode online
lebih diminati, yaitu oleh 38% – 55%; metode onsite 19% - 36%; dan metode hybrid 24% - 26%.

[3] Lihat Laporan Survei “Preferensi Mengikuti Kegiatan Gereja di Era Tatanan Baru”, PPDI GKI SW Jabar, November
2021.




9

Di sini kita dapat menyadari bahwa terlibat dalam aktivitas gerejawi di luar ibadah adalah hal yang
lebih membutuhkan komitmen. Ada banyak pilihan dalam bagaimana mengekspresikan iman
warga gereja dalam keseharian mereka. Aktivitas gerejawi adalah sebuah pilihan, yang tampaknya
dibedakan dengan ibadah Minggu atau ibadah yang lebih bersifat ritualistik, rutin dan wajib.
Tetapi sebagai salah satu indikator konkret kehidupan menggereja, maka aktivitas gerejawi di luar
ibadah Minggu ini justru perlu mendapatkan perhatian. Data di atas menunjukkan bahwa warga
gereja juga kembali memperlihatkan kepercayaan pada model onsite yang lebih kuat dibandingkan
online. Dengan demikian maka kita perlu memahami bahwa pelayanan digital/online tidak begitu
akan mendominasi serta menggantikan pelayanan onsite. Tetapi kita juga menemukan bahwa sikap
anggota gereja pada metode online jauh lebih terbuka. Ketika diperiksa, apakah mereka akan hadir
dalam aktivitas gerejawi secara hybrid (bergantian onsite – online), warga gereja yang tegas
bersikap mau selalu hadir ada 34,7%, lainnya ada 33,2% kadang-kadang, 22,2% tergantung, dan
sisanya tidak mau atau tidak tahu. Kembali kami juga menemukan bahwa sikap di atas ini tidak
menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan ketika dibandingkan berdasarkan kelompok
usia.

Berdasarkan data di atas ada beberapa hal yang dapat kita catat sebagai interpretasi dan refleksi
terkait gereja dan pelayanan digital.

Pelayanan digital/online dan onsite sebagai metode yang beriringan
Pelayanan digital/online sebagai metode berarti kita akan menjalankan berbagai aktivitas gerejawi
dengan menggunakan teknologi internet dan berbagai platform digital, bersamaan dengan metode
onsite (gereja tradisional/analog), mulai dari ibadah Minggu, ibadah-ibadah kelompok yang lebih
kecil, diskusi, pembinaan, percakapan dan konseling pastoral, rapat dll. Kita semua merasakan
bahwa semakin lama kita juga menyadari berbagai kebutuhan untuk meningkatkan kualitas agar
metode digital/online ini memberikan hasil yang semakin baik bagi kepentingan warga gereja. Kita
perlu menyadari bahwa pelayanan digital/online bukan lagi kita laksanakan sekedar sebagai bentuk
keterpaksaan karena pandemi, tetapi harus dengan kebajikan dan visi untuk masa depan gereja.
Untuk ini kita harus benar-benar menyadari pentingnya menjalankan pelayanan digital/online
yang tetap mampu mempertahankan karakter peran ajaran agama, spiritualitas dan hidup
berkomunitas. Ketika karakter ini hilang maka pelayanan digital/online hanya akan menjadi sebuah
metode dan aktivitas yang tidak otomatis diminati. Dengan demikian pelayanan digital/online atau
onsite sebagai sebuah metode semestinya tidak lagi perlu dilihat sebagai sebuah pertentangan tetapi
sebagai sebuah pilihan dan kebutuhan masyarakat. Aktivitas gerejawi secara digital atau onsite
perlu benar-benar memperhatikan karakteristiknya sebagai gereja. Dalam artikel di Mitra GKI
edisi Januari – Juli 2021 saya membuat catatan bahwa: “…. pertentangan antara pelayanan online
dan onsite adalah sebuah dilema yang salah. Pelayanan onsite pada dasarnya tidak bisa dan tidak
perlu dihilangkan begitu saja karena tetap ada banyak hal yang membutuhkan perjumpaan fisik
yang tidak dapat direduksi dalam pelayanan online. Demikian pula pelayanan online tidak berarti
menjadi aktivitas yang dapat dilakukan begitu saja dengan mudah sekedar mengikuti trend. Kedua
metode pelayanan ini pada akhirnya membutuhkan strategi dan kesungguhan untuk memahami
karakternya serta bermuara pada kemampuan anggota gereja memiliki makna hidup kristiani yang
kuat.”

10

Hal menarik yang perlu diperhatikan terkait pembicaraan tentang metode digital/online adalah
hal ibadah. Sebagai sebuah metode, warga gereja melihat bahwa metode online bukanlah hal yang
memuaskan jika dilakukan untuk ibadah Minggu. Ibadah Minggu tampaknya lebih disukai dengan
metode onsite dan dipahami sesuai untuk membangun karakter aktivitas gerejawi. Hal ini berbeda
jika dibandingkan dengan keterbukaan warga gereja yang melihat metode digital/online sebagai
opsi yang menarik bahkan dapat kuat membantu terwujudnya karakteristik aktivitas gerejawi
lainnya di luar ibadah Minggu. Hal ini menyadarkan kita bahwa ibadah Minggu sebagai sebuah
ritual tampaknya dirasakan oleh warga gereja memiliki karakter dan kultur yang lebih sesuai
dengan metode onsite dan tidak dapat tergantikan begitu saja dengan metode online. Meskipun
tidak dapat disangkal juga bahwa metode online tetap dapat menjadi alternatif untuk ibadah
Minggu. Pasca pandemi ibadah onsite tampaknya tidak akan kehilangan pamor di tengah warga
gereja. Tentu hal ini tetap memerlukan perhatian terkait kualitas pelaksanaannya, khususnya
karakter dan harapan warga gereja.

Pelayanan digital dan konteks masyarakat digital
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dan perlu diperhatikan adalah pelayanan digital/online
sebagai konteks atau kultur. Kenyataan bahwa warga gereja ternyata lebih memilih ibadah Minggu
secara onsite ketimbang online, tetapi dapat menerima metode online untuk wujud aktivitas
gerejawi lainnya, menunjukkan bahwa ada ciri khas dalam pelayanan digital/online yang tidak
begitu saja dapat cocok untuk semua bentuk pelayanan/aktivitas gerejawi. Kekhasan dalam
pelayanan digital/online terkait dengan karakteristik masyarakat digital dan era internet pada
masa kini. Di sini kita diajak untuk memahami lebih dalam sebuah konteks/kultur modern, di
mana masyarakat digital dan era internet itu membangun cara berpikir dan berkomunikasinya
sendiri secara khas (lih. Spadaro 2014; Drescher 2011). Pemahaman yang baik tentang
konteks/kultur masyarakat digital dapat membantu gereja, bukan hanya untuk melaksanakan
pelayanan gerejawi biasa dengan metode digital/online, melainkan juga untuk mengembangkan
pelayanan baru yang kreatif yang sesuai dengan masyarakat digital. Beberapa karakteristik yang
kuat di tengah masyarakat digital yang dapat kita catat adalah: relasi yang cair, luas dan tidak
terbatas pada struktur tradisional; mengedepankan rasa percaya, kenyamanan dan partisipasi yang
bebas; konsep berjejaring menggantikan struktur institusi tradisional, di mana institusi tidak lagi
mendefinisikan individu, melainkan individu yang mendefinisikan dirinya dan berelasi dengan
individu dan kelompok; instan dan cepat; otoritas yang didapat melalui relasi yang kuat (bdk.
Anderson 2015; Drescher 2011).

Apa yang perlu dipersiapkan oleh gereja modern pada waktu-waktu ini adalah pelayanan
digital/online kreatif yang di satu sisi sesuai dengan karakter masyarakat digital dan di sisi lain
tetap mampu menghadirkan karakter dari aktivitas keagamaan (peran ajaran agama, spiritualitas
dan hidup berkomunitas). Pelayanan bersama dalam jejaring yang luas dapat dimulai dari
pertemuan dan diskusi-diskusi secara online atau bahkan ‘ruang digital’ untuk tempat nongkrong
yang informal tetapi terarah dalam komunikasi iman yang kuat. Di sini gereja dalam kultur digital
sudah harus berada dalam paradigma baru, di mana gereja tidak lagi melihat lokasi, struktur,
keanggotaan dan kegiatan-kegiatan tradisionalnya sebagai ukuran. Tetapi pada saat yang
bersamaan gereja tetap menyadari bahwa dirinya adalah sebuah komunitas yang membangun
komunikasi iman yang kuat sebagai dasar.

11

Diperlukan kebajikan kepemimpinan gereja yang adaptif di tengah masyarakat digital modern
yang menuntun gereja membangun relasi – komunikasi komunitas iman modern. Data lapangan
terkait gambaran gereja memperlihatkan bahwa struktur gereja yang terlalu mengikat, kaku dan
sentralistik selalu menjadi variabel yang bertentangan bagi warga gereja modern dalam aktivitas
dan pelayanannya (lih. Hadiwitanto 2020). Pada saat yang bersamaan warga gereja sebagai bagian
dari masyarakat digital juga menunjukkan harapan yang kuat tentang hidup berkomunitas yang
memberikan ruang pada rasa nyaman, relasi, nilai-tujuan bersama yang jelas, ruang partisipasi dan
keterlibatan. Di sini gereja dengan kepemimpinan yang justru kaku, tidak relasional dan tidak
melibatkan, bahkan tidak memperlihatkan keteladanan terkait nilai-tujuan bersama, benar-benar
akan menjadi penyebab dari menurunnya tingkat partisipasi warga gereja.
Interpretasi dan refleksi di atas membawa kita pada kesimpulan bahwa gereja digital
bukan sekedar persoalan gereja yang menjalankan metode digital dalam pelayanannya,
melainkan gereja yang adaptif untuk membangun karakteristik, komunikasi dan
komunikasi iman di tengah masyarakat digital.

12

PROFIL DOSEN

Yahya Wijaya sudah pensiun sebagai dosen TEOLOGI ITU HARUS TERLIBAT
tetap,tetapi diperpanjang dengan status kontrak
untuk dua tahun, ketika terbit SK Menteri DI ISU
Pendidikan dan Kebudayaan yang PUBLIK
mengangkatnya pada jabatan akademik Profesor
terhitung mulai 1 April 2021. Menanggapi hal itu, untuk kehidupan bersama
UKDW mengangkat kembali Yahya sebagai yang lebih baik
dosen tetap sesudah satu tahun dalam status
kontrak. Ia dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Yahya Wijaya
Teologi pada peringatan Dies Natalis ke-59 Duta
Wacana tanggal 1 November 2021 yang lalu.
Dengan orasi ilmiahnya bertajuk Profitability,
Solidarity, dan Sustainability, Yahya mencoba
melihat isu ekologi dari sisi bisnis serta teologi.
Keduanya sering dianggap sebagai “biang keladi”
kerusakan lingkungan selama ini. Dalam orasinya
ia menawarkan perspektif yang mendamaikan
antara pencarian keuntungan, kepedulian sosial,
dan pelestarian lingkungan sebagaimana telah
dirintis oleh para pelaku wirausaha lestari
(sustainable entrepreneurship)

Dalam perjalanan kehidupannya, Yahya baru
belajar teologi secara akademik di usia 29 tahun
sebagai mahasiswa Duta Wacana yang di tahun
1984 masih bernama Sekolah Tinggi Theologia
(STTh) Duta Wacana. Sebelumnya ia tinggal di
Jakarta dan bekerja sebagai medical
representative supervisor di sebuah perusahaan
farmasi. Jenuh dengan hiruk pikuk ibukota, ia
ingin mencari suasana baru di kota yang santai,
maka Yogyakarta menjadi pilihannya

Sebelum studi teologi secara formal, Yahya sudah
tertarik dengan pandangan-pandangan teologis
yang kritis dan provokatif yang ditemukannya di
buku-buku teologi popular dan tulisan-tulisan di
koran, termasuk di antaranya karya Eka
Darmaputera. Bacaan-bacaan tersebut
menyadarkannya bahwa teologi bukanlah
pertama-tama tentang dosa atau teori surga-
neraka. Ketika belajar di program S-1 di Duta
Wacana, ia menjadi asisten dosen etika yaitu Dr.
Verne Fletcher yang mengharuskannya membaca
banyak literatur primer etika Kristen.

13

Di situlah ia mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh seperti Teologi harus
Dietrich Bonhoeffer, Reinhold Niebuhr, Richard Niebuhr, Paul menempatkan diri
Althaus,dan John Howard Yoder. Ketika mendapat sebagai salah satu
kesempatan studi lanjut tingkat Master di Princeton
Theological Seminary, ia mengambil bidang Christian Ethics unsur publik yang
dan belajar dari para professor Princeton yang ternama berbagi dan
termasuk Max Stackhouse, Peter Paris, Nancy Duff, Daniel
Migliore, dan teolog pembebasan Gustavo Gutierrez yang bernegosiasi dengan
kebetulan sedang menjadi professor tamu selama satu unsur-unsur publik yang
semester. Pengalaman-pengalaman inilah yang membuatnya
tertarik untuk mendalami bidang yang diampunya saat ini, lain untuk
yaitu teologi publik yang juga digelutinya ketika mengambil memperjuangkan
studi doktoral di University of Leeds.Yahya berpendapat kehidupan bersama
bahwa teologi dan para teolog harus terlibat dalam isu-isu
publik bukan dengan klaim sebagai pemilik kebenaran mutlak yang lebih baik
atau pembawa mandat sorgawi yang tak bisa dikritik dan
diganggu gugat. YAHYA WIJAYA
Baginya teologi harus menempatkan diri sebagai salah satu
unsur publik yang berbagi dan bernegosiasi dengan unsur-
unsur publik yang lain untuk memperjuangkan kehidupan
bersama yang lebih baik. Dengan begitu,teologi dapat
berkontribusi dalam kajian isu-isu kontemporer yang atual
pada berbagai sektor kehidupan publik, termasuk bisnis,
budaya populer,kesehatan masyarakat,teknologi informasi,
seni, dan ekologi.

Sebelum diutus oleh GKI Sinwil Jateng untuk menjadi dosen
Fakultas Teologi UKDW, Yahya bekerja sebagai pendeta
jemaat GKI Salatiga dan mengambil bagian di berbagai
badan dan program di lingkungan GKI, khususnya Klasis
Magelang, Sinwil Jateng, dan Sinode. Selain itu ia juga
secara rutin melayani undangan berkhotbah di berbagai
gereja.Setelah dinyatakan sebagai pendeta emeritus pada
tahun 2020, ia mengurangi keterlibatannya dalam pelayanan
gerejawi untuk lebih berkonsentrasi di dunia akademik
karena menyadar bahwa sebagai ‘lansia,’ energinya semakin
terbatas. Baginya, usianya sekarang dan setiap hari baru
adalah bonus serta anugerah dari Tuhan. Anugerah tersebut
menurutnya perlu dinikmati dengan merespon apa yang perlu
direspon dan mengerjakan apa yang dapat dikerjakan sebaik
baiknya tetapi tanpa ambisi macam-macam.Baginya
semangat yang berkobar-kobar dan perjuangan yang visioner
adalah jatah dosen-dosen yang lebih muda -yang biasa
disebut “Komisi Pemuda” di Fakultas Teologi- untuk
membuat UKDW, khususnya Fakultas Teologi, semakin
moncer di sorga dan di bumi (Sor-Bum!).

14

Kegiatan fakultas

Diskusi Teologis



DAN

Kristus Iman

Diskusi Teologis kembali dilaksanakan Fakultas Teologi UKDW
pada hari Selasa, 09 Februari 2021 melalui Zoom Meeting
dan disiarkan ulang melalui tayangan YouTube.
15

Kegiatan fakultas

Diskusi Teologis kembali dilaksanakan Fakultas Teologi UKDW pada hari Selasa,
09 Februari 2021 melalui Zoom Meeting dan disiarkan ulang melalui tayangan
YouTube. Diskusi kali ini mengundang dua narasumber yang memiliki latar
belakang pemahaman teologi yang berbeda. Strategi ini nampaknya membuat
diskusi ini lebih menarik. Dua narasumber tersebut ialah Pdt. Jadi S. Lima, S.Th.,
M.Div., M.A., M. Th, Dosen STT Reformed Injili Internasional dan Pdt. Wahju Satrio
Wibowo, M.A., Ph.D, Dosen Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta. Diskusi teologis
ini dimoderatori oleh Sdr. Timotius Verdino, S. Si. Teol. yang merupakan salah
satu mahasiswa S2 Fakultas Teologi UKDW. Diskusi yang berlangsung sekitar
lebih dari satu jam ini mengangkat suatu topik yang kontroversial yakni Yesus
Sejarah dan Kristus Iman.
Diskusi diawali dengan presentasi dari Pdt. Jadi yang lebih banyak mengungkapkan
pengalamannya berjumpa dengan tubuh Kristus dalam gereja. Padahal Pdt. Jadi ini
awalnya berasal dari keluarga yang berkeyakinan konfusianisme. Namun pengalaman
salah masuk kelas pelajaran agama ketika di bangku sekolah, justru membuatnya
menjadi tertarik untuk mengenal tentang siapa itu Yesus. Hingga pada akhirnya ketika
berjumpa dengan kristologi, hal ini justru membawa Pdt. Jadi pada studi tentang Yesus
Sejarah dan memberikan banyak perubahan sekaligus memperkaya perspektif yang
dimilikinya.
Diskusi kemudian dilanjutkan dengan paparan presentasi Pdt. Wahju yang lebih banyak
memaparkan secara kronologis studi tentang Yesus Sejarah yang terus berkembang
sejak semula hingga masa kini. Pdt. Wahju menjelaskan bahwa studi tentang Yesus
Sejarah merupakan upaya untuk mencari Yesus yang hidup pada sekitar abad pertama
sekaligus figur Yesus “apa adanya” tanpa berbalutkan kepercayaan komunitas pertama
saat ini. Di akhir pemaparannya, Pdt. Wahju menyebut temuan-temuan yang berkaitan
dengan Yesus Sejarah menjadi bagian yang akan memperkaya keimanan kita.
Setelah menyimak presentasi menarik dari kedua narasumber, moderator membuka
termin pertanyaan bagi para peserta yang mengikuti Diskusi Teologis ini. Tak disangka
antusiasme dari para peserta dalam mengajukan pertanyaan, semakin membuat ruang
diskusi menjadi lebih hidup. Dari pemaparan materi yang disampaikan kedua
narasumber, kita dapat melihat perbedaan di antara keduanya. Pdt. Jadi lebih tertarik
pada pendekatan pengalaman berjumpa dengan Yesus dalam menghayati Yesus,
sedangkan Pdt. Wahju terkesan lebih filosofis dalam menjelaskan tentang Yesus.
Perbedaan di antara keduanya bukanlah hal yang patut dipertentangkan satu sama lain,
justru melaluinya baik narasumber maupun peserta diskusi semakin diperkaya dan
diperlengkapi dalam memahami figur Yesus secara utuh. [FYM]

16

Kegiatan fakultas

DISKUSI TEOLOGIS

MENGAPA SULIT
MENGAMPUNI?

DISKUSI TGL

Neurosains 09 Maret 2021

17

Kegiatan fakultas

Diskusi Teologis edisi Bulan Maret 2021 dilakukan secara
interdisipliner karena memperjumpakan perspektif teologi
pastoral dengan perspektif non-teologi, yaitu neurosains. Dr. dr.
Yusak M. T. Siahaan, Sp. S.diundang sebagai narasumber dan Pdt.
Asnath Niwa Natar sebagai penanggap. Diskusi ini berusaha
menjawab pertanyaan mendasar sebagian besar orang, “Mengapa
Sulit Mengampuni?” Diskusi tersebut dimoderatori oleh Pdt. Hetty
Widowaty, S. Si., mahasiswi S2 Fakultas Teologi UKDW. Diskusi
berlangsung dengan hangat selama kurang lebih dua jam dan
diselenggarakan melalui Zoom dan ditayangkanulang di channel
Youtube resmi Fakultas Teologi.

Dari perpektif neurosains, ada dua hal yang dapat dijadikan
alasan (tidak mutlak), mengapa seseorang sulit mengampuni.
Alasan pertama ialah karena perasaan sakit/marah pada dasarnya
akan masuk menjadi memori jangka panjang (long term memory).
Memori inilah yang mengatur berbagai perasaan, seperti rasa
malu atau marah, bahkan memori ini juga berfungsi untuk
menentukan respon emosional seseorang. Jadi, memori tidak
hanya berfungsi untuk mengingat atau menghafal saja, namun
juga menentukan respon emosional. Alasan selanjutnya
berhubungan dengan ukuran salah satu bagian otak kita yang
disebut sebagai insular. Menurut hasil penelitian, orang dengan
ukuran insular yang lebih kecil dianggap memiliki kecenderungan
untuk mengampuni (tend to forgive)—sedangkan yang memiliki
insular lebih besar, dianggap sebaliknya.

18

Kegiatan fakultas

Kendati demikian, Dr. Yusak menyatakan
bahwa kita tidak bisa hanya
mengandalkan ukuran insular seseorang,
karena ada berbagai faktor lain yang
memengaruhi kecenderungan seseorang
dalam mengampuni. Sebagai sebuah cara
agar seseorang terbantu dalam
mengampuni, Dr. Yusak mengatakan
bahwa kita perlu berupaya untuk
menggantikan (replace) memori yang
menyakitkan dengan memori baru yang
menyenangkan agar perasaan dan respon
emosional seseorang menjadi semakin
positif.

Dalam tanggapannya terhadap
paparan materi Dr. Yusak, Pdt. Asnath
menekankan beberapa hal penting bahwa
perspektif neurosains semakin
menegaskan bahwa pada dasarnya
manusia itu harus dilihat secara
holistik,baik secara fisik pun batin.
Keduanya tidak perlu dipisahkan karena
bukanlah sebuah dikotomi. Melalui diskusi
teologis ini, para perserta diajak untuk
memperluas horizon berteologi dan
menumbuhkan semangat untuk menggali
perspektif bidang ilmu lain yang pada
dasarnya dapat didialogkan dengan
perspektif teologis. [HT]

19

Kegiatan fakultas

teologi Kristen

DAN
PERKAWINAN
BEDA AGAMA

13 April 2021

DISKUSI TEOLOGI

20
19

Fakultas Teologi UKDW kembali menyelenggarakan diskusi teologis yang ke-3.
Tema kali ini ialah “Teologi Kristen Dan Perkawinan Beda Agama” yang dibahas
bersama Pdt. Eben Haezer Lalenoh, M.A., Ph.D dan Pdt. Handi Hadiwitanto,
Ph.D sebagai narasumber. Diskusi ini dilakukan pada hari Selasa, 13 April 2021
pukul 07.30-09.30 WIB secara online melalui media zoom meeting dan
streaming di kanal Youtube Fakultas Teologi UKDW. Diskusi dimulai dengan doa
yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Wahyu Nugroho, MA lalu dilanjutkan oleh Pdt. Adhi
Tri Subowo, S.Si.Teol selaku moderator.
Pdt. Eben Haezer Lalenoh, M.A., Ph.D mengawali pemaparan materinya dengan
menekankan bahwasannya Perkawinan Beda Agama (PBA) adalah suatu realita
dalam konteks hidup masyarakat majemuk. Pdt. Eben menjelaskan bahwa
pasangan beda agama masih banyak menerima pertentangan. Gereja sendiri
masih belum memberikan solusi bagi kenyataan ini, malah kerap berakhir pada
jalan buntu. Sikap tersebut didasari oleh pertimbangan yuridis (terkait tidak
adanya pengesahan terhadap perkawinan beda agama oleh pemerintah),
penafsiran terhadap teks Alkitab, warisan teologi, dan warisan kultural
Dalam perkembangannya, PBA dapat dilakukan dan dicatat melalui putusan
pengadilan. Pdt. Eben menampilkan adanya gap antara wacana teologi dengan
sikap konkret gereja-gereja di Indonesia. Warisan teologi ini cenderung
mengikuti corak aliran gereja. Pdt. Eben menegaskan bahwa menolak PBA
menunjukkan relasi iman yang hanya sebatas pada tata krama, perlu sikap
terbuka bahkan penerimaan agar tidak berhenti pada lapisan luar saja. Pdt.
Handi Hadiwitanto, Ph.D kemudian memberikan tanggapannya berdasarkan
Teologi Praktis, yang dijelaskan beliau sebagai berteologi dari hal-hal yang
praktis dalam kehidupan setiap hari. Pdt. Handi menekankan perlunya re-reading
dan re-tradition, bahwa memang ada dimensi yang begitu luas terkait
perkawinan beda agama termasuk perihal pemahaman di kalangan akar rumput.
Dialog diakhiri dengan penegasan bahwa perkawinan yang ideal seharusnya
tidak ditentukan oleh identitas agama, melainkan perwujudan karakter
perkawinan yang menjadi spirit bagi 2 individu yang bersatu dalam perkawinan.
Gereja perlu membangung teologi terkait PBA yang menampilkan esensi
pernikahan sebagai anugerah dan berkat bagi manusia. Keramahan terhadap
konteks melalui sikap kritis dan reflektif juga dibutuhkan agar gereja mampu
merumuskan tindakan yang mengakomodir berbagai dimensi dalam isu
perkawinan beda agama. [ZW]

21

Kegiatan fakultas

DISKUSI TEOLOGIS

GA
ME

ALKITAB UNTUK
ANAK ADHD

Keberadaan anak-anak dengan ADHD di gereja
memerlukan pendampingan khusus bagi

pertumbuhan imannya. Inilah topik yang dibahas
dalam Diskusi Teologis tanggal 5 Mei 2021, yang
mendiskusikan mengenai “Aplikasi Games Alkitab

untuk Anak-anak ADHD” atau Attention Deficit
Hyperactivity Disorder.

22

Diskusi Teologis edisi Bulan Maret 2021 dilakukan secara
interdisipliner karena memperjumpakan perspektif teologi pastoral
dengan perspektif non-teologi, yaitu neurosains. Dr. dr. Yusak M. T.
Siahaan, Sp. S.diundang sebagai narasumber dan Pdt. Asnath Niwa
Natar sebagai penanggap. Diskusi ini berusaha menjawab pertanyaan
mendasar sebagian besar orang, “Mengapa Sulit Mengampuni?”
Diskusi tersebut dimoderatori oleh Pdt. Hetty Widowaty, S. Si.,
mahasiswi S2 Fakultas Teologi UKDW. Diskusi berlangsung dengan
hangat selama kurang lebih dua jam dan diselenggarakan melalui
Zoom dan ditayangkan ulang di channel Youtube resmi Fakultas
Teologi.

Dari perspektif neurosains, ada dua hal yang dapat dijadikan
alasan (tidak mutlak), mengapa seseorang sulit mengampuni. Alasan
pertama ialah karena perasaan sakit/marah pada dasarnya akan masuk
menjadi memori jangka panjang (long term memory). Memori inilah
yang mengatur berbagai perasaan, seperti rasa malu atau marah,
bahkan memori ini juga berfungsi untuk menentukan respon
emosional seseorang. Jadi, memori tidak hanya berfungsi untuk
mengingat atau menghafal saja, namun juga menentukan respon
emosional. Alasan selanjutnya berhubungan dengan ukuran salah satu
bagian otak kita yang disebut sebagai insular. Menurut hasil
penelitian, orang dengan ukuran insular yang lebih kecil dianggap
memiliki kecenderungan untuk mengampuni (tend to forgive)—
sedangkan yang memiliki insular lebih besar, dianggap sebaliknya.

23

Sebagai narasumber adalah Pdt. Dr. Maria Agustini, M.Pd. yang
memaparkan materi berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya
sebagai syarat untuk mengambil gelar doktoral di Universitas Negeri
Jakarta. Penelitiannya berangkat dari ketidaksesuaian kebutuhan anak
berkebutuhan khusus (ABK) dengan pelayanan anak inklusif yang
dilakukan oleh gereja. Berdasarkan fakta yang ada, media pembelajaran
belum sesuai dengan kebutuhan anak dengan ADHD. Kerangka teoritis
yang ia gunakan untuk penelitiannya adalah Model Hannafin and Peck.
Selain itu, Pdt. Maria juga secara langsung menunjukkan aplikasi games
yang dicoba untuk dikembangkan olehnya, yang bernama “Bible Warrior
Adventure”, dan hasilnya adalah bahwa game tersebut secara signifikan
berpengaruh pada anak penyandang ADHD. Sesi diskusi ini juga menarik,
karena, secara langsung juga ditanggapi oleh Pdt. Dr. Tabita Kartika
Christiani, PhD., yang merupakan dosen Fakultas Teologi UKDW dengan
minat khusus, pada Pendidikan Kristiani, dan Teologi Disabilitas. Pdt.
Tabita memulainya dengan terlebih dahulu memberikan gambaran umum
tentang PK untuk anak dengan ADHD, yang diteliti oleh Pdt. Maria, dan
membandingkannya dengan hasil penelitiannya. Menurut Pdt. Tabita,
penelitian Pdt. Maria berusaha untuk menggunakan, setidaknya, 4 disiplin
ilmu, yaitu: Teologi, Psikologi (dalam hal ini Neuroscience), Pendidikan
(PAUD dan ABK), dan Teknik Informasi (aplikasi games sebagai media
pembelajaran). Pdt. Tabita juga membandingkan dengan hasil
penelitiannya tentang PK inklusif, dimana dibutuhkan pengembangan
teologi dari perspektif disabilitas, pendidikan inklusif, dan pendidikan
Kristiani. Namun, ia juga melihat dialog-dialog model yang digunakan oleh
Pdt. Maria, maupun yang ia lakukan. Pada akhir tanggapannya, Pdt. Tabita
melihat bahwa kedua model ini dapat sangat mungkin dilihat secara
bersama. (LLC)

24

Kegiatan fakultas

SITKI IV

STUDI INTENSIF TENTANG
KRISTEN-ISLAM

Isi

Beragama yang Humanis dari
Perspektif Islam - 01

Agama dan Kemanusiaan: Makna
dan Perkembangan Kontemporer -

02
BERAGAMA YANG HUMANIS

- 03

25

WEB INAR Webinar yang dilaksanakan pada
12 Januari 2021 itu berlangsung
Beragama yang secara daring melalui Zoom.
Humanis dari Sesuai singkatannya, SITKI (Studi
Perspektif Islam Intensif tentang Kristen-Islam)
berusaha membangun wacana
Pada awal tahun 2021, Pusat Studi ilmiah tentang relasi antar umat
Agama-Agama (PSAA) kembali beragama, secara khusus Kristen-
mengadakan serial webinar Islam. Harapannya, melalui dialog
dengan tema besar “Beragama yang terjadi, kepekaan terhadap
yang Humanis”, yang berlangsung isu-isu keberagaman di Indonesia
pada pertengahan bulan Januari. dapat diasah. Dengan demikian,
Serial Webinar tersebut diawali keberagaman tidak dilihat sebagai
dengan webinar pertama yang ancaman melainkan sebagai
bertemakan ”Beragama yang sebuah peluang untuk menjalin
Humanis dari Perspektif Islam”. persaudaraan.
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA.
hadir sebagai narasumbernya.

WEB INAR Dalam serial webinar ini, beliau
menyampaikan isu-isu kontemporer
Agama dan tentang diskursus agama dan
Kemanusiaan: kemanusiaan. Melalui diskusi dengan
beliau, peserta diperkaya tentang
MAKNA DAN keterkaitan persoalan kemanusiaan di
PERKEMBANGAN aras lokal dengan fenomena
KONTEMPORER kemanusiaan global. Segenap panitia
SITKI IV ini juga berharap kiranya serial
Pusat Studi Agama-Agama (PSAA) webinar ini dapat menjadi sebuah
kembali mengadakan serial webinar pembelajaran yang tidak hanya
“Beragama yang Humanis”. Serial menjadikan perubahan paradigma
webinar ini dilaksanakan selama tiga para peserta sebagai outputnya,
hari yakni 12-14 Januari 2021 secara melainkan juga menjadikan para
daring melalui Zoom Meeting. Pada 12 peserta sebagai peneliti-peneliti muda
Januari 2021, tepatnya dalam serial yang menghasilkan temuan original
webinar kedua, tema yang diangkat dan memiliki daya transformatif serta
adalah “Agama dan Kemanusiaan: kontributif bagi konteks lokal mereka.
Makna dan Perkembangan
Kontemporer”. Narasumber dari serial 26
webinar kedua ini adalah Dr. Zainal
Abidin Bagir yang pada saat itu
menjabat sebagai Direktur ICRS UGM.

WEB INAR

Beragama yang Humanis

Tema “Beragama yang Kemanusian tidak memandang
Humanis” merupakan satu agama dan setiap agama
tema besar yang diambil dari dipanggil untuk berpihak
hasil FGD 1 yang diadakan oleh sekaligus terlibat
SITKI IV yang diadakan pada 11 menghadirkan solusi bagi
Januari 2021. FGD tersebut masalah kemanusian yang ada.
berhasil membantu peserta Yang selanjutnya adalah Pdt.
SITKI IV untuk menemukan Dr. Herriette Lebang, yang
tema yang akan menjadi bahan merupakan mantan ketua
penelitian mereka. Setelah Persekutuan Gereja-gereja di
melakukan FGD 1, para peserta Indonesia atau PGI pada
diperlengkapi dengan periode 2015-2019, dan saat ini
pemahaman agama yang ia menjabat sebagai Ketua
humanis dari perspektif Islam Dewan Pertimbangan PGI.
dan Kristen, dalam diskursus Dalam narasinya, ia
agama dan kemanusiaan. menekankan bahwa
Usaha memperkaya ini keberpihakan pada masalah-
dibentuk dalam suatu kelas masalah ekologis merupakan
online yang menghadirkan 3 usaha untuk meng-humanis-
narasumber pada 12-14 Januari kan relasi antar agama,
2021 dari jam 09.00-15.00 WIB. terutama Islam dan Kristen.
Adapun para narasumber, yaitu: Pembicara yang terakhir adalah
Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Dr. Zainal Abidin Bagir yang
M.A. yang merupakan Imam merupakan Direktur ICRS UGM.
Besar Masjid Agung Istiqlal, Dalam narasinya, ia
Jakarta. Dalam presentasinya, ia menekankan isu-isu
menekankan bahwa konsep kontemporer yang berkaitan
humanis dalam Islam itu dengan agama dan
adalah sangat terbuka. kemanusiaan. Ia juga
memaparkan narasi dan
fenomena kemanusiaan, bukan
hanya dalam konteks lokal atau
Indonesia saja, tetapi juga
dalam ranah global. (LLC)

27

Kegiatan fakultas

NGASIK

28

29

MEMPERSEMBAHKAN

NGASIK#2
NGOBROL ASYIK
SEPUTAR TEOLOGI

Ngasik (Ngobrol Asyik Seputar Memasuki bulan Juli, Ngasik
Teologi) season #2 masih terus menghadirkan tema “Trauma,
berlangsung. Antusiasme warganet Pendampingan Pastoral & Self
terhadap tema-tema teologi kali ini Healing” dengan narasumber
tampak melalui 12 tema terpilih yang Pdt. Dr. Asnath Niwa Natar, M.Th.
akan menemani warganet belajar dan Bulan Agustus 2021, Ngasik
berdiskusi melalui live Instagram. kembali hadir dengan tema
Pada tahun 2021 ini, Ngasik masih “Pertobatan Ekologis & Restorasi
dilakukan sekali sebulan tepatnya Alam” bersama Pdt. (Em). Prof.
setiap Jumat ketiga, pukul 19.30 Dr. (h.c.) Emanuel Gerrit Singgih,
WIB.Seperti namanya, Ngasik tetap Ph.D sebagai narasumber.
konsisten untuk menyajikan tema- Selanjutnya, Ngasik
tema teologi yang actual dengan cara menghadirkan Pdt. Daniel K.
yang asyik. Karena itu, Ngasik juga Listijabudi,Ph.D yang membahas
memberikan ruang kepada warganet perihal “Warna-
untuk ikut serta dalam memberikan WarniSpiritualitas”.Kemudian,Pdt
kritikdan saran. . Paulus SugengWidjaja, MAPS.,
Ngasik season #2 tahun ini dimulai Ph.D juga hadir sebagai
dengan tema “ApaYang Terjadi narasumber untuk membahas
Setelah Kematian?” dibawakan oleh tema “Nasionalisme Yang Inklusif
Pdt. Wahju S. Wibowo, Ph.D. Pada ”. Bulan November 2021, Prof. J.
bulan Februari, Prof. J. B. Banawiratma B. Banawiratma kembali hadir
membahas tema “Spiritualitas Masa dengan tema yang berbeda
Prapaska”. Lalu, Dr. Leonard yakni “Allah Kok Ibu?”. Rangkaian
Chrysostomos Epafras, S.Si, M.Th. Ngasik 2021 ditutup dengan
membahas tentang kehendak bebas pembahasan tentang “Inkarnasi
dengan tema“Free Will: Will I Be Truly Yesus & Teologi Tubuh” oleh Pdt.
Free?”.Selanjutnya, Ngasik mengusung Stefanus Christian Haryono,
tema“Disabled God” bersama MACF., Ph.D. Ngasik akan
narasumber Pdt. Prof.Tabita Kartika kembali hadir menemani
Christiani, Ph.D. Kemudian, pada warganet pada tahun 2022
bulan Mei dibahas seputar “Fenomena dengan jadwal yang masih sama.
Kerasukan dan Alam Gaib” oleh Pdt. Stay tuned di laman instagram
Robert Setio, Ph.D. Pada bulan Juni, @teologi_dewe. Salam Ngasik!
kembali dengan narasumber Pdt. Prof.
Tabita Kartika Christiani, Ph.D yang
membahas tema “God & Gen Z”.

30

piebmadbuah
Selasa, 2 Februari 2021
awal semester genap
ka
Mengawali proses perkuliahan pada semester
genap tahun ajaran 2020/2021, Fakultas Teologi Lalu, bagaimana
UKDW menyelenggarakan persekutuan atau ibadah cara melihat
pembukaan secara online melalui media zoom semua itu Pdt.
meeting.Ini merupakan yang kedua kalinya sejak Robert Setio
pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.Ibadah ini mengatakan
dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Februari 2021, kuncinya
pukul 08.00 WIB dengan tema“Move On”dan diikuti ialah“belajar”.
oleh mahasiswa, staf, dosen, serta para orang tua Belajar pada realita
dari mahasiswa.Ibadah dimulai dengan saat teduh yang beragam,
yang dipandu oleh Pdt. Wahyu Nugroho selaku bersedia untuk
liturgos dan Pdt. Robert Setio yang menjadi pelayan membongkar
firman. Kemudian, pujian pembuka dari PKJ.244 persepsi atau
dilantunkan oleh Pdt. Jozef Hehanussa yang diiringi asumsi sekalipun
permainan piano oleh Pdt. Daniel K. Listijabudi. rasanya tidak enak,
agar menjadi
Pdt. Robert Setio memilih bacaan dari Kitab modal energi
Deuterokanonika, yakni, Yesus bin Sirakh 40 : 1-7. untuk
Mengawali renungannya, Pdt. Robert Setio mengembangkan
menuturkan tentang seorang ahli Biblika Perjanjian kehidupan.
Pertama (Perjanjian Lama) bernama John Roger son
yang menggunakan pemahaman mengenai tipe
masyarakat, cold society (mementingkan stabilitas)
dan hot society (membuka diri terhadap carut-
marut) untuk memahami Perjanjian Pertama.Pdt.
Robert mencoba membaca Yesus bin Sirakh 40 : 1-7
yang merupakan kitab hikmat menggunakan tipe
hot society. Teks Yesus bin Sirakh 40 : 1-7
menunjukkan adanya ketakutan, kekacauan, baik
dan buruk selalu ada bagi hidup semua orang.

31

Kitab hikmat seperti bin Sirakh mengajak
orang untuk terus menggali kehidupan. Pdt.
Robert melalui renungannya mengajak kita
untuk menggali kehidupan dengan cara
move on, bukan patah hati dan mencari
pengalihan melainkan merawat yang patah
tersebut. Dalam situasi pandemi ini, ada
yang tidak dapat move on, meratapi
mengapa ini dan itu, dulu begini dan begitu.
Bagaimana jika masa ini menjadi
kesempatan untuk menghimpun energy
guna mengembangkan diri? Pdt. Robert
mengatakan memang rasanya menderita
dan susah, namun mungkin saja itu bias
dihimpun untuk mengembangkan
kehidupan. Hikmat bin Sirakh mengajak
pertama-tama untuk “membuka”diri, belajar
untuk menjadi “ringan”. Segala
keberagaman merupakan momen untuk
belajar. Kehidupan yang beragam ini perlu
untuk dipelihara, move on menguak semua
keragaman! [ZW]

32

Kegiatan Fakultas

Penyerahan Surat Keputusan

GURU BESAR
PDT. YAHYA WIJAYA

Proficiat Prof. Yahya

PROFICIAT! Pada tanggal 01 April 2021 silam, Pdt. Yahya Wijaya, Ph.D
menerima Surat Keputusan Jabatan Akademik sebagai Profesor (Guru
Besar) dalam bidang ilmu Teologi. Adapun penyerahan Surat Keputusan
Jabatan Akademik secara fisik dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2021 di
Lecture Hall, Universitas Kristen Duta Wacana. Dengan diterimanya SK
sebagai Profesor, maka Fakultas Teologi UKDW kini memiliki tiga Profesor
(Guru Besar) (sekarang - 2022 empat dengan Prof. Tabita K. Christiani)
yang tentu semakin mewarnai wawasan teologi yang selama ini ada.
Segenap civitas Universitas Kristen Duta Wacana, secara khusus Fakultas
Teologi bergembira atas status baru yang didapatkan oleh Pdt. Yahya
Wijaya, Ph.D! Pengukuhan Guru Besar telah dilaksanakan pada 1
November 2021 pada acara Dies Natalis ke-69 Duta Wacana. Kiranya
rahmat Tuhan terus beserta! [HT]

33

BERITA ALUMNI

Pdt. Yahya
Tirta Prewita

HELLO! ABOUT ME

PENDETA JEMAAT DI Lahir di Solo, 21 Juni 1968, masuk STT Duta
GKJ PURWANTORO, Wacana angkatan 1986, ditahbiskan 9 Desember
WONOGIRI 1992, berkeluarga (1995) dikaruniai dua anak,
studi Master in Participatory Development selesai
ALUMNI FAKULTAS 2001, menjabat sekretaris umum sinode GKJ
TEOLOGI UKDW 1991 2006-2009, alamat: Pastori GKJ Purwantoro,
selatan terminal bus Purwantoro, Wonogiri 57695,
email: [email protected]

SHARING

Bagi kawan-kawan alumni dari fakultas lain, 29

tahun bekerja dan berkarir di satu tempat dan di

posisi yang sama bisa berarti kegagalan.

Bagaimana bisa itu terjadi? Tetapi inilah salah

satu keajaiban bagi alumni fakultas teologi.

Kawan-kawan pendeta jemaat juga

mengalaminya. Dalam sharing ini aku berbagi

secara khusus bagaimana sebagai pendeta

jemaat menjawab tantangan pelayanan gereja di

pedesaan.

34

BERITA ALUMNI

Perkenalan pertama dengan jemaat yang kemudian memproses pemanggilan
pendeta padaku terjadi saat masih mahasiswa di tahun 1990. Diundang
pertama kali untuk perkenalan membawaku ke jemaat di pepanthan yang
belum ada aliran listrik, dan beberapa warga usia lanjut dengan telanjang kaki
beribadah ke gereja dengan alasan bahwa alas kaki membuat kaki mereka
tidak merasa nyaman menapak di jalan tanah yang bila hujan licin dan
berlumpur. Entah mengapa, aku jatuh cinta, dan perkenalan berlanjut ke
proses orientasi tiga bulan, pembimbingan, ujian calon pendeta, dan
ditahbiskan 9 Desember 1992.

Saat menulis skripsi sebenarnya aku buat proposal skripsi berjudul:
Mengembangkan Pelayanan Gereja Pedesaan, penghayatan saat praktek akhir
di gereja yang merupakan mata kuliah wajib sebelum bisa menulis skripsi.
Dosen pembimbingku mengatakan, “Kau bisa menulis topik ini nanti kalau
sudah jadi pendeta”, dan menyodorkan topik-topik lain yang menurutku tidak
kalah menarik. Ternyata benar, sebagai pendeta jemaat di wilayah pedesaan,
aku tidak hanya menuliskannya, melainkan mengerjakannya sebagai bagian
hidupku.

Pengalaman sebagai volunteer di LPM Duta Wacana menjadi bekal
mengerjakan pelayanan baik ke jemaat maupun masyarakat, bukan hanya
model karitatif atau reformatif, melainkan dalam bentuk pengorganisasian
masyarakat lewat kelompok tani dengan metode organik dan mandiri. Di
dasawarsa akhir rezim orde baru, pengorganisasian masyarakat dicurigai dan
diawasi sebagai gerakan yang berpotensi subversif. Gereja bisa menjadi payung
yang aman bagi kelompok tani dan masyarakat, bukan hanya belajar teknik
pertanian, tetapi juga mendialogkan dan bersama mengupayakan apa yang
baik benar dan membangun. Ternyata pelayanan transformatif sangatlah
kontekstual. Dan bersama jemaat tantangan pelayanan gereja di pedesaan bisa
dijawab.

35

BERITA ALUMNI

Proses studi di Duta Wacana sudah memberi bekal perkenalan dan jejaring
dengan orang-orang maupun LSM yang sedia membantu. Jadilah bukan
hanya membangun intern hidup dan pelayanan gereja dengan pengkaderan
majelis, pembelajaran bersama lewat “Temu Pelayan Pelayanan” (istilah ini
dari seri kegiatan LPM Duta Wacana yang mengundang dan
mempertemukan gereja-gereja guna mengerjakan pelayanan diakonia
masyarakat). Sangat lazim gereja mengundang narasumber untuk sarasehan
hukum: Hukum Perkawinan, waris, agraria, mengurus sertifikat tanah,
bahkan membahas undang-undang pemilu. Ternyata semua itu menjadikan
komunitas gereja paling siap saat terjadi peralihan kekuasaan di tahun 1998,
dan perubahan besar yang harus dihadapi. Bukan pemerintah daerah
(kecamatan-kecamatan), tetapi malah gereja yang mengundang pengurus-
pengurus partai belajar bersama UU baru di pemilu 1999.

Tahun 1990-an belum jamannya internet, atau medsos, sebagai media
informasi dan komunikasi pelayanan setiap bulan diterbitkan majalah
“Kirmizi”. Ada rubrik tetap berupa lembar diakonia masyarakat, diakonia
pertanian, rubrik hukum, katekisasi umum, selain mewartakan program
kegiatan gereja yang butuh dukungan, dan tentu saja renungan. Selain
membangun warga bersatu hati dalam gerak transformasi hidup bergereja
yang dijalani, ternyata majalah “Kirmizi” juga menjadi media penggalangan
dukungan dari semua pihak dari luar komunitas. Pengelolaan media ini juga
menjadi dasar saat gereja harus mengelola informasi dan komunikasi, baik
dalam mengedukasi warga, maupun mengerjakan advokasi yang
dibutuhkan dalam mengerjakan tugas pastoralnya.

36

BERITA ALUMNI

Visi gereja sebagai keluarga Allah yang berdaya, dan sedia melayani di
tengah masyarakat dan bangsa, menjadikan gereja agen perubahan bukan
hanya untuk warga, tetapi juga masyarakat sekitarnya. Inilah yang
menjadikan di tahun 1993-1997 ada belasan pemuda dikirim belajar kursus
singkat (2-3 bulan) pertanian dan menjadi penggerak di kelompok tani yang
ada. Bahkan 7 orang tamat kursus pertanian 1 tahun di KPTT Salatiga.
Ternyata panggilan pelayanan masyarakat dan pelatihan-pelatihan itu
menjadikan komunitas gereja bukan hanya bertahan, tetapi tetap dapat
menggarami sekitarnya, dan menjadi terang yang bernyala.

GKJ Purwantoro bukan gereja yang kaya, sampai sekarang tetap sebagai
warga pedesaan yang sederhana dalam hidup kesehariannya. Daripada
mengupayakan mobil pelayanan gereja, lebih memilih mengelola dan
merawat mobil ambulan dengan tulisan “mobil pelayanan masyarakat”, yang
sangat berguna mengantar jemput warga sakit, menjadi mobil jenazah,
tetapi juga bisa menjadi mobil angkutan serba guna lainnya. Pilihan menjadi
hamba yang mengabdi dan melayani jelas dinyatakan. Itu pilihan pelayanan
yang dibangun bersama jemaat, karir yang tidak akan pernah meningkat.
Tetapi itu panggilan yang dijalani dengan ketaatan dan kesediaan, karena
Tuhan sudah sangat baik kepada kita.

37

fak TEOLOGI
UKDW

KEGIATAN
DOSEN

Innovative and Collaborative

EMAIL TELEPHONE WEBSITE
[email protected] +62 274 563929 www.ukdw.ac.id

38

Pdt. Dr. Asnath Niwa
Natar, M.Th.

● 15 Januari 2021: Reviewer artikel Jurnal Dunamis
● 2 April 2021: Reviewer artikel Jurnal Dunamis
● 8 Februari 2021: Pembicara pada Webinar di STT Ekumene dengan tema
“Perceraian dan Kekerasan terhadap Perempuan di Masa Pandemi”.
● 20 Februari 2021: Evaluasi Stage
● 26-27 Februari 2021: Asesor akreditasi Daring STT Periago
● 9 Maret 2021: Pembicara dalam Webinar Diskusi Teologi Fakultas Teologi UKDW
dengan tema “Mengapa Sulit Mengampuni. Kaitannya Dengan Pastoral”.
● 19 Maret 2021: Pembicara dalam Webinar PERUATI Bali dengan tema
“Perempuan dan Persoalan Kekerasan Dalam Belenggu Budaya Patriarki”
● 13-15 April 2021: Peserta Lokakarya Nasional PERSETIA dengan tema
“Penyusunan Proposal Penelitian dan Penulisan Artikel untuk Jurnal Internasional
Terindeks”.
● 9-10 April 2021: Asesor akreditasi Daring STT Jaffray Makassar
● 19-20 April 2021: Asesor akreditasi Daring STT Iman Jakarta
● 7-8 Mei 2021: Asesor akreditasi Daring STT Mamasa
● 28-29 Mei 2021: Asesor akreditasi Daring STT Kerusso Jakarta
● 11 Juni 2021: Peserta FGD Fakultas Teologi UKDW dengan tema “Kampus yang
Memerdekakan dan Kampus Merdeka”.
● 21 Juni 2021: Pembicara dalam Webinar UKSW dengan tema “Teologi Feminis”.
● 15 Juli 2021: Reviewer artikel di Jurnal Kenosis.
● 16 Juli 2021: Pembicara dalam webinar Ngasik Fakultas Teologi UKDW dengan
tema “Trauma, Pendampingan Pastoral dan Self Healing”
● 17 Juli 2021: Pembicara dalam Webinar Bina Penatua Jenjang Penyemaian di GKI
Surya Utama dengan tema “ Pengantar Pastoral”.
● 21-23 Juli 2021: Studi Institut PERSETIA dengan tema “Perempuan, Radikalisme
dan Peacebuilding”
● 26-27 Juli 2021: Asesor akreditasi Daring STT Mooat
● Penelitian : Ketimpangan Gender Dalam Pesta Demokrasi PILEG 2019 Di Daerah
Istimewa Yogyakarta

39

Pdt. Daniel K.
Listijabudi, Ph.D

●Narasumber dalam Webinar Bible Talk GKMI Ark Jakarta, dengan tema:
“Spiritualitas Yesus dan Penderitaan”, pada tanggal 7 Januari 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi Jemaat GKI Cinere Jakarta,
dengan tema: “Menjelajah Panorama Studi Kitab Suci”, pada tanggal 24 Januari
2021.
●Narasumber dalam Webinar Ngopih Series GKI Pajajaran, Magelang, dengan tema:
“Asal Usul Kejahatan: Yesaya 45: 7”, pada tanggal 2 Februari 2021.
●Narasumber dalam Webinar untuk Dosen STT Sangkakala (JKI) Salatiga, dengan
tema: “Teologi Anabaptist-Mennonite”, pada tanggal 11 Februari 2021.
●Narasumber dalam Webinar Bank Indonesia Jakarta dengan tema: “Cinta Tuhan,
Cinta Hikmat”, pada tanggal 19 Februari 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi Jemaat GKI Cinere Jakarta,
dengan tema: “Alkitab sebagai Produk Sejarah”, pada tanggal 28 Februari 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi Sinode Gereja Pantekosta
di Indonesia (GpdI), dengan tema: “Apresiasi dan Kritik terhadap GpdI”, pada
tanggal 1 Maret 2021.
●Narasumber dalam Webinar GBKP Tanjung Priok Jakarta dengan tema: “Telaah
Kritis Alkitab tentang Kematian dan Kebangkitan Yesus”, pada tanggal 13 Maret
2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Bible Fest GKI Peterongan, Semarang, dengan
tema: “Siapa Anak-Anak Allah-Bene HaElohim (Kejadian 6)?”, pada tanggal 16 Maret
2021.
●Narasumber dalam Webinar GKI Kedoya dengan tema: “Menggulati Kebaikan
(Illahi) dan Malapetaka dalam Pandemi”, pada tanggal 28 Maret 2021.
●Narasumber dalam Webinar GKMI Blora, dengan tema: “Wajah Allah di tengah
Pandemi”, pada tanggal 25 Maret 2021.

40

Pdt. Daniel K.
Listijabudi, Ph.D

●Narasumber dalam Webinar Forum Hikmat Sinode GKMI dengan tema: “Nilai-Nilai
Spiritualitas Utama Anabaptis Mennonite”, pada tanggal 28 Maret 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi Jemaat GKI Cinere Jakarta,
dengan tema: “Alkitab sebagai Cerita-Tafsir Narasi”, pada tanggal 28 Maret 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi Jemaat GKI Cinere Jakarta,
dengan tema: “Mendekati Alkitab dalam Respon Pembaca- Reader Response
Criticism” pada tanggal 30 Mei 2021.
●Narasumber dalam Webinar Bible Talk GKMI Ark Jakarta, dengan tema: “A Living
and Loving Community – Kisah 2 dan 4”, pada tanggal 10 Juni 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi GKI Peterongan Semarang,
dengan tema: “Son of God”, pada tanggal 26 Juni 2021.
●Narasumber dalam Webinar dalam Pembinaan Teologi Jemaat GKI Cinere Jakarta,
dengan tema: “Hermeneutik Kontekstual, Suatu Pengantar”, pada tanggal 27 Juni
2021.

41

Pdt. Handi
Hadiwitanto, Ph.D

●Pembawa materi dalam Webinar Penulis Sabda Bina GPIB pada 29 Januari 2021
dengan topik “Teologi Praktis Pembangunan Jemaat”.
●Pembawa materi Bina Penatua GKI Samanhudi Jakarta pada 30 Januari 2021
dengan topik “Komunitas Pelayanan yang Sehat dan Membangun”.
●Pembawa materi pembinaan Penatua dan Calon Penatua GKI Kelapa Cengkir
Jakarta pada 21 Februari 2021 dengan topik “Gereja Pasca Pandemi”.
●Pembawa materi dalam Konven GKI Klasis Jogja pada 5 Maret 2021 dengan topik
“Strategi Penggembalaan Umat pada Masa Pandemi”.
●Pembinaan materi Pembinaan Pejabat Gerejawi GKI Maulana Yusuf Bandung pada
11 Maret 2021 dengan topik Cyber Theology.
●Pembawa materi pada pembinaan Majelis Jemaat GKI Bundasudi Batam pada 18 –
19 Maret 2021 dengan topik “Panggilan pelayanan dan Organisasi GKI”.
●Pembawa materi retreat siswa – guru SMA BPK PENABUR Tasikmalaya pada 25
Maret 2021 dengan topik “Renewing Our Mind In God’s Word”.
●Pembawa materi pada webinar GKI Gunung Sahari – Jakarta pada 10 April 2021
dengan topik “A Whole New Church”.
●Penanggap pada Diskusi Teologi online Fakultas Teologi UKDW pada 13 April 2021
dengan topik Teologi Kristen dan Perkawinan Beda Agama”.
●Pembawa materi webinar GKI Masaran – Solo pada 16 April 2021 dengan topik
“Pembangunan Jemaat di masa dan pasca pandemi”.
●Pembawa materi pada pembinaan aktivis GKI Diponegoro Surabaya pada 5 Juni
2021 dengan topik “Pelayanan Intergenerasional pada Masa Pandemi”.
●Pembawa materi Pembinaan Komisi Dewasa GKI SW Jateng pada 12 Juni 2021
dengan topik “Keluarga dan Gereja siap Berpelayanan dalam Kultur Digital”.
●Pembawa materi Pembekalan Pegawai Akademik (PA) dan Pegawai Pendukung
Akademik (PPA) Baru UKDW pada 17 Juni 2021 dengan topik “Panggilan Kerja dan
Nilai-nilai Kedutawacanaan”.
●Pembawa materi Webinar GKMI Gloria Pati Semarang pada 23 Juni 2021 dengan
topik “Menguak Gereja di Era Online”.

42

Pdt. Hendri Mulyana
Sendjaja, M.Hum.,
Lic.Th.

●Sedang studi lanjut di Vrije Universiteit Amsterdam
●16 Februari: Narasumber Bible Fest GKI Peterongan Semarang melalui Zoom;
Tema: Inkarnasi Sang Anak.
●27 Maret: Narasumber Pembinaan Jemaat (Toerustingsdag) GKIN melalui Zoom;
Tema: Merayakan Anugerah TUHAN (3 Sesi).
●30 Maret – 18 Mei: A Student-Assistant for Classics II: Dostoevsky and the Brothers
Karamazov (Prof. Dr. Katya Tolstaya), The Faculty Religion and Theology, VU
Amsterdam.
●29 Mei: Narasumber Pembinaan Teologi Jemaat GKI Kranggan Bekasi melalui
Zoom; Tema: Allah Sang Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
● 01 Juni: Narasumber Diskusi Ministrium GKIN; Tema: Rancangan Strategi
Kesaksian dan Pelayanan Gereja.
●05 Juni: Narasumber Pembinaan Teologi Jemaat GKI Kranggan Bekasi melalui
Zoom; Tema: Allah Sang Khalik Langit dan Bumi.
●07 - 11 Juni: Partisipan Pelatihan PEKERTI Universitas Airlangga melalui Zoom.
●12 Juni: Narasumber Pembinaan Teologi Jemaat GKI Kranggan Bekasi melalui
Zoom; Tema: Allah Sang Penebus.
●19 Juni: Narasumber Pembinaan Teologi Jemaat GKI Kranggan Bekasi melalui
Zoom; Tema: Allah Roh Kudus.

43

Pdt. Jeniffer Fresy
Porielly Pelupessy-
Wowor, MA

Sedang studi lanjut di Fordham University, New York

Prof. Dr. J. B.
Banawiratma

● Mengantar percakapan mengenai “Eklesiologi Era Revolusi Industri 4.0 dan Era
Digital” pada webinar Penulisan Sabda Bina GPIB pada 11 Januari 2021
● Memberi kuliah mengenai “Metode Penelitian dengan Pendekatan Appreciative
Inquiry” pada Universitas Lampung, FISIP Jurusan Sosiologi pada 11 Februari 2021
● Menyampaikan bahan diskusi mengenai “Eklesiologi Masa Pandemi. Gereja
Mengenakan Masker Injil Yesus Kristus” pada webinar yang diselenggarakan oleh
Senat Mahasiswa Fakultas Teologi, UKSW pada 12 Juni 2021
● Mengantar percakapan mengenai “Spiritualitas pada Era Milenial. Perspektif
Teologi Kontekstual” pada webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Konseling
Pastoral Indonesia (AKPI) dan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN), Palangka Raya
pada 29 Juni 2021
● Mengantar percakapan mengenai “Teologi Kontekstual Pembebasan” pada
webinar pembukaan kelas Musikola Teologi yang diselenggarakan oleh Institut
Mosintuwu dan STT GKST Tentena pada 23 Juli 2021

44

Pdt. Dr. Jozef M. N.
Hehanussa

● 14 Februari - GKI Cinere : Menjadi Gereja Yang Bersaksi - Misi Ekumenikal dan
Misi Evangelikal
● 26 Maret - GPIB Marga Mulya Yogyakarta : Bina Diri Katekisan - "Siapa Saya"
● 25-26 April - GPIB Martin Luther Jakarta : Hermeneutika / Penafsiran Alkitab
● 15 & 28 Mei - GPIB Filadelfia Bintaro : Sejarah Reformasi Gereja
● 29 Juni - GPIB Filadelfia Bintaro : Nilai-nilai Kristen Sebagai Dasar Membangun
Solidaritas Dalam Keluarga

Dr. Leonard
Chrysostomos
Epafras

● 21 Januari, narasumber Webinar Evolusi dan Penciptaan, GKJW Rungkut,

“Apakah Manusia Berasal dari Kera atau dari Adam?”

● 26 Januari, narasumber Webinar Ngopih Series (Ngobrolin Pemahaman Iman

dan Hati), GKI Pajajaran, “Immanu-El & Tselem-El: Panggilan Gereja di Masa

Pandemi.”

● 1 Februari, narasumber Penulisan Sabda Bina GPIB 2020-2021, “Teologi di Era

Digital.”

● 5 Februari, narasumber Bina Umat, GKI Kedoya, “Pengaruh Yudaisme Terhadap

Kekristenan.” 45

Dr. Leonard
Chrysostomos Epafras

● 13 Februari, narasumber Countering Hate Speech: Webinar Series in Developing
Alternative Narrative for Peace, Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia
Cerdas (YPMIC) dan Joint Fellows Indonesian KAICIID, “The Role of Social Media
Influencer in Countering Hate Speech.”
● 6 Maret, narasumber Webinar Pembekalan Mahasiswa KKN, Institut Agama
Kristen Negeri (IAKN) Manado, “Keramahan di Tengah Pandemi COVID-19.”
● 19 Maret, narasumber Ngasik: Ngobrol Asik Teologi, Fakultas Teologi UKDW,
Freewill: Will I be truly free?”
● 25 Maret, pemakalah The 11th International Graduate Students and Scholars’
Conference in Indonesia (IGSSCI), Sekolah Pascasarjana UGM, “Reading the signs of
the times: Christian Apocalypticism & the conspiracy of Covidians.”
● Pemakalah The 11th International Graduate Students and Scholars’ Conference
in Indonesia (IGSSCI), Sekolah Pascasarjana UGM, “Theater of Triumph and
Transgression: Hospitality in the Viral Communication.”
● 17 Maret, narasumber Belajar Bersama, GKI Blora, “Memecah Roti Berbagi Hati:
Belajar Paskah Yahudi & Kristen.”
● 6 & 8 April, moderator & coordinator for NGO Forum and Mayor’s Symposium,
Co-Designing Sustainable, Just and Smart Urban Living, Universitas Hindu Indonesia
(UNHI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ICRS.
● 14 April, narasumber Bergereja dan Adaptasi Pola Hidup baru di Tengah
Pandemi, Sidang Tahunan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Wilayah DKI,
“Bergereja dalam Era Pandemi: Ekklesiologi dalam Kenormalan Baru.”
● 17 April, narasumber Hebrew Language and Culture Studies in Southeast Asia:
Current Condition and Future Prospects, Middle East Institute, National University of
Singapore (NUS), University of Cambridge, Middlebury College, “A Preliminary Notes
on Hebrew in Indonesia: From a Sacred Language to Metalingual of Identity.”
● 23 April, instruktur Short Course Multikulturalisme, Institut Agama Kristen
Negeri (IAKN) Ambon, “Merajut Harmoni dalam Bermedsos.”
● 24 April, narasumber UKK Talks, Universitas Gadjah Mada, “Hukuman Mati
dalam Perspektif Kekristenan.”
● 24 April, narasumber DXC National Conference 2021: Creativity, Digital Media,
and The Transformative Experience, Universitas Kristen Petra, “Jalan Ninja Ketujuh:
Beragama Daring.”
● 21 Mei, narasumber Alkitab & yang Lain, Forum Biblika Omongan Biblika
Kekinian (OMBAK), “Catherine Keller: Face of the Deep, A Theology of Becoming.”

46

Dr. Leonard
Chrysostomos Epafras

● 20 Mei, narasumber LiveInstagram, Young Interfaith and Peacemaker
Community (YIPC) Center, “Prahara Yerusalem: Bagaimana Peacemaker
Menyikapinya?”
● 29 Mei, narasumber Peace Forum Komunitas Dialog Damai, Pusat Studi Agama
dan Perdamaian (PSAP), Universitas Kristen Immanuel, “Konflik Israel-Palestina: Dari
Zionofobia ke Rodfey Shalom.”
● 4 Juni, narasumber Konflik Israel-Palestian, Penerbit BPK Gunung Mulia, “Antara
Zionofobia, Rodfey Shalom dan Visi Perdamaian Kristen Palestina.”
● 14-16 Juni, narasumber Lokakarya Penyusunan Kurikulum Studi Agama-Agama,
Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja, “Kajian Agama dan Teologi.”
● 15 Juni, narasumber Webinar Ngopih Series (Ngobrolin Pemahaman Iman dan
Hati), GKI Pajajaran, “Tetap Percaya Ketika Bimbang Melanda.”
● 19 Juni, narasumber Dialog Lintas Agama, Pusat Studi Agama dan Perdamaian
(PSAP), Universitas Kristen Immanuel, “Moderasi Beragama: Harapan & Tantangan.”
● 25 Juni, narasumber Workshop Memahami dan Menandingi Narasi Kebencian di
Ranah Digital, Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFENet), “Ujaran
Kebencian sebagai Efek Monitory Society.”
● 26 Juni, narasumber Seminar Penjurusan Kuliah, GKI Gunung Sahari, “Around
the World. Choose your Destination, Fakultas Filsafat Keilahian UKDW.”
● 26 Juni, narasumber Webinar Literasi Digital (Kabupaten Parigi), Kementerian
Komunikasi & Informatika (Kemenkominfo) dan SiberKreasi, “Dakwah Yang Ramah
di Internet.”
● 28 Juni, narasumber Webinar Literasi Digital (Kabupaten Bitung), Kementerian
Komunikasi & Informatika (Kemenkominfo) dan SiberKreasi, “Khotbah Yang Ramah
di Internet.”
● 29 Juni, narasumber Webinar Literasi Digital (Kabupaten Kolaka), Kementerian
Komunikasi & Informatika (Kemenkominfo) dan SiberKreasi, “Aman dan Nyaman
dalam Bermedia Sosial.”
● 30 Juni, narasumber Webinar Literasi Digital (Kabupaten Parigi II), Kementerian
Komunikasi & Informatika (Kemenkominfo) dan SiberKreasi, “Mengenal dan
Menangkal Hoaks.”

47

Pdt. Paulus Sugeng
Widjaja, MAPS, Ph.D

●Narasumber Webinar yang diselenggarakan North Asia Reconciliation Forum,
tanggal 17 Juni 2021, dengan tema “Learning from Initiatives of Hope from Divided
Global Contexts.”
●Narasumber Conference on Theology, Religion, and Christian Education (Contrace)
yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, tanggal 20 Mei 2021,
dengan tema “Membangun Harmonisasi Masyarakat Plural.”
●Narasumber Pembinaan Umat yang diselenggarakan Gereja Kristen Muria
Indonesia (GKMI) Gloria Patri, tanggal 28 April 2021, dengan tema “Mendatangi Atau
Menjauhi Konflik?”
●Narasumber Pembinaan Pasutri yang diselenggarakan Gereja Kristen Indonesia
(GKI) Gading Indah, tanggal 21 Februari 2021, dengan tema “Harmoni Di Tengah
Pandemi.”
●Narasumber Webinar Persekutuan Hamba-hamba Tuhan yang diselenggarakan
Persekutuan Gereja-gereja Muria Wilayah (PGMW) 1, tanggal 17 Februari 2021,
dengan tema “Menyikapi Penderitaan Dengan Benar: Refleksi Kisah Ayub.”
●Narasumber Forum Grup Discussion (FGD) tentang Identitas, Teologi & Spiritualitas
Mennonite yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala, tanggal 8
Februari 2021, dengan tema “Sejarah dan Teologi Mennonite.”

Pdt. Rena
Sesaria Yudhita,
M.Th.

Sedang studi lanjut di Trinity Theological College (TTC) Singapore
48

Pdt. Robert Setio,
Ph.D

●Pengajar Mata Kuliah Tafsir Kontekstual P.L., Program Pascasarjana, STT Intim
Makassar
●Mengikuti Rapat Pleno Majelis GKI Diponegoro, Surabaya pada 3 Februari 2021
●Mengikuti Rapat Steering Committee Netherlands-Indonesia Consortium for
Muslim-Christian Relations (NICMCR) pada 9 Februari 2021
●Pembicara dalam acara Persekutuan Doa Sektor GKI Diponegoro, Surabaya. Tema:
"Tidak Berbuat Jahat, Sudah Cukup Baikkah?" pada 9 Februari 2021
●Pembicara dalam acara Persekutuan Wilayah Timur A GKJ Gondokusuman,
Yogyakarta. Tema: "Makna Kematian" pada 10 Februari 2021
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan STT William Carey, Medan pada 10-11
Februari 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) -
Perguruan Tinggi (PT)
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan STT Ekumene, Jakarta pada 17-18
Februari 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) -
Perguruan Tinggi (PT)
●Mengikuti Rapat Kelompok Kerja Netherlands-Indonesia Consortium for Muslim-
Christian Relations (NICMCR) pada 22 Februari 2021
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan STT Alpha Omega, Semarang pada 1-2
Maret 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) - Perguruan
Tinggi (PT)
● Narasumber dalam acara Webinar GKI Mojokerto dengan tema: "Masih Adakah
Harapan?" pada 4 Maret 2021
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan STT Amanat Agung, Jakarta pada 8-9
Maret 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) - Perguruan
Tinggi (PT)
● Mengikuti Rapat Pleno Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GKI pada 10 Maret
2021
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan STT Berea, Salatiga pada 15-16 Maret
2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) - Perguruan Tinggi
(PT)

49

Pdt. Robert Setio, Ph.D

● Perangkum Diskusi dalam acara Konferensi Kesaksian dan Pelayanan Sinode
GKI yang diselenggarakan oleh BPMS GKI pada 21 Maret 2021
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan Universitas Kristen Indonesia Tomohon
pada 26-27 Maret 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN)
- Perguruan Tinggi (PT)
● Narasumber dalam acara Webinar Paskah GKI Ngagel, Surabaya. Tema:
"Mengapa Segala Peristiwa Dibaca Sebagai Tanda Akhir Zaman?" pada 8 April 2021
● Pengkotbah dalam Ibadah Minggu GKI Wongsodirjan, Yogyakarta pada 24 April
2021
●Asesor Anchor dalam Akreditasi Lapangan Universitas Kristen Indonesia Tomohon
pada 28-29 April 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) -
Perguruan Tinggi (PT)
● Peserta dalam acara Consultation on the ATESEA Accredited Programs of
Schools in Indonesia yang diselenggarakan oleh ATESEA pada 29 April 2021
● Peserta Rapat Pleno Majelis Jemaat GKI Diponegoro, Surabaya pada 5 Mei 2021
● Mengikuti Rapat Pleno Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GKI pada7 Mei 2021
● Narasumber dalam acara D.Th Research Methodology and Orientation Seminar
Senate of Serampore College, India. Session: "Current Trends in Theological
Research, Asian Perspective" yang diselenggarakan oleh Senate of Serampore
College, India pada 10 Mei 2021
● Peserta dalam acara Penjelasan tentang fasilitas Global Digital Theological
Library oleh ATESEA pada 11 Mei 2021
● Pembicara Pemahaman Alkitab Majelis Jemaat GKI Diponegoro, Surabaya.
Tema: "Batu Penjuru atau Batu Sandungan?" pada 13 Mei 2021
● Narasumber dalam acara Seminar Pentakosta GKI Merisi Indah, Surabaya.
Tema: "Pentakosta: Masa Lalu vs. Masa Kini" pada 19 Mei 2021
● Narasumber dalam acara Ngasik, Fakultas Teologi, UKDW. Tema: "Kerasukan"
pada 28 Mei 2021
● Narasumber dalam acara Pertemuan Ayo Baca Alkitab, GKI Samanhudi, Jakarta.
Tema: "Spiritualitas Pasutri yang Bertumbuh" pada 30 Mei 2021
● Narasumber dalam acara Kuliah Umum Institut Agama Kristen Negeri Tarutung.
Topik: "Sinergitas Perguruan Tinggi Keagamaan dengan Gereja dalam Mewujudkan
Program Merdeka Belajar" pada 12 Juni 2021
● Narasumber dalam acara Webinar WULAN - Lembaga Alkitab Indonesia. Tema:
"Yehezkiel, Nabi yang Dibisukan" pada 24 Juni 2021
● Peserta dalam acara Webinar ‘Theology, Climate Change and the Pandemic’
yang diselenggarakan oleh International Reformed Theological Institute (IRTI) pada
24 Juni 2021

50


Click to View FlipBook Version