The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Seni Perang Sun Tzu (Sun Zi Bingfa) yang dikenal pula dengan Sun Tzu Art of War adalah sebuah buku filsafat militer yang diperkirakan pertama kali ditulis pada tahun 400-320 SM oleh Sun Zi (Sun Tzu). Buku ini merupakan karya tulis militer Tiongkok yang paling dihormati dan paling terkenal di negara-negara luar Tiongkok. Pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 716-735 M. Sementara itu, di Eropa, diperkenalkan dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis oleh Jean Joseph Marie Amiot. Selanjutnya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kapten E.F. Calthrop, seorang kapten berkebangsaan Inggris

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Yaenuri Bae, 2023-10-14 06:46:44

Seni Perang Sun Tzu dan 36 Strategi

Seni Perang Sun Tzu (Sun Zi Bingfa) yang dikenal pula dengan Sun Tzu Art of War adalah sebuah buku filsafat militer yang diperkirakan pertama kali ditulis pada tahun 400-320 SM oleh Sun Zi (Sun Tzu). Buku ini merupakan karya tulis militer Tiongkok yang paling dihormati dan paling terkenal di negara-negara luar Tiongkok. Pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 716-735 M. Sementara itu, di Eropa, diperkenalkan dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis oleh Jean Joseph Marie Amiot. Selanjutnya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kapten E.F. Calthrop, seorang kapten berkebangsaan Inggris

Keywords: MILITER

RESENSI BUKU SENI PERANG SUN TZU DAN 36 STRATEGI IDENTITAS BUKU Judul Buku : Seni Perang Sun Tzu dan 36 Strategi Penerbit : Visimedia, 2007 Penulis : Tjio Tjiang Feng ISBN : 979-1043-77-9 Berat Buku : 320 gr Ukuran Buku : 130 x 190 mm Jumlah Halaman : 112 Halaman Edisi : Cetakan kedua, Agustus 2007 SINOPSIS BUKU Seni Perang Sun Tzu (Sun Zi Bingfa) yang dikenal pula dengan Sun Tzu Art of War adalah sebuah buku filsafat militer yang diperkirakan pertama kali ditulis pada tahun 400-320 SM oleh Sun Zi (Sun Tzu). Buku ini merupakan karya tulis militer Tiongkok yang paling dihormati dan paling terkenal di negara-negara luar Tiongkok. Pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 716-735 M. Sementara itu, di Eropa, diperkenalkan dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis oleh Jean Joseph Marie Amiot. Selanjutnya, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kapten E.F. Calthrop, seorang kapten berkebangsaan Inggris. Buku ini merupakan salah satu buku strategi militer tertua di dunia dan banyak memberikan pengaruh dalam perencanaan strategi militer modern. Buku ini juga banyak menginspirasi banyak kalangan dari pemimpin negara, pemimpin militer, politikus, konglomerat, pengusaha, pedagang, guru, dosen sampai masyarakat umum. Sementara itu, 36 Strategi yang juga dikenal dengan sebutan 36 Taktik merupakan sajak Tiongkok yang mengulas taktik-taktik kemiliteran. Buku ini memuat 36 skenario perang dalam sejarah Tiongkok. Seperti halnya Seni Perang Sun Tzu, hingga saat ini buku ini masih dipercaya dan diaplikasikan oleh banyak kalangan, terutama para pemimpin militer dan para pengusaha.


2 Buku ini terdiri dari 19 Bab yang di dalamnya membahas berbagai seni perang Sun Tzu dan 36 strategi. Dalam pembahasan Seni perang Sun Tzu terdapat 13 Bab mulai dari Perencanaan, Melancarkan perang, Menyerang dengan strategi, Penempatan pasukan secara taktis, Energi, Kelemahan dan kekuatan, Melakuan Manuver, Aneka taktik Perang, Pergerakan Pasukan, Dataran, 9 Medan Pertempuran, Menyerang Menggunakan Api, hingga Intelijen dan spionase. Sedangkan dalam pembahasan 36 Strategi terbagi menjadi 6 Bab yakni Strategi untuk Menang, Strategi Berhadapan dengan Musuh, Strategi Penyerangan, Strategi Chaos, Strategi Pendekatan, hingga Strategi Kalah. ISI RESENSI I. SENI PERANG SUN TZU. Bab 1 “Perencanaan”. Sun Tzu mengatakan bahwa seni perang dan pelaksanaannya merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah negara. Ini adalah persoalan hidup dan mati, sebuah jalan menuju keselamatan atau kehancuran. Karena itu, dia menjadi subjek penelitian yang tidak bisa disangkal. Selanjutnya, seni perang ditentukan oleh lima faktor utama yang harus di pertimbangkan dengan matang dalam rangka menentukan kondisi yang ada di lapangan. Pada Bab pertama ini menjelaskan tentang menjelajahi lima faktor mendasar (hukum moral, cuaca, dataran, pemimpin pasukan, serta doktrin dan kedisiplinan) dan tujuh elemen yang menentukan hasil keterlibatan militer. Dengan memikirkan, menilai dan membandingkan poin-poin tersebut, seorang komandan dapat menghitung peluang kemenangannya. Penyimpangan kebiasaan dari perhitungan ini akan menyebabkan kegagalan melalui tindakan yang tidak tepat. Teks tersebut menekankan bahwa perang adalah masalah yang sangat serius bagi negara dan tidak boleh dimulai tanpa pertimbangan yang matang. Bab 2 “Melancarkan perang”. Sun Tzu mengatakan bahwa dalam pelaksanaan perang, jika di medan perang terdapat 1.000 pasukan yang bisa bergerak dengan cepat atau tangkas, sama seperti jumlah pasukan bersenjata berat yang tidak bisa bergerak dengan tangkas dan 1.000 pasukan pengangkut, dengan persedian bekal yang cukup, anggaran belanja yang akan dikeluarkan akan setara dengan 1.000 batang emas per harinya.


3 Pengeluaran itu sudah termasuk untuk mendanai kegiatan pasukan di markas dan pasukan di garis depan, yang juga mencakupi menyuguhkan hiburan bagi para tamu, barang-barang kecil seperti lem dan cat, dan budget untuk membeli kereta dan persenjataan. Hanya dengan biaya seperti ini, pasukan tangguh yang terdiri dari 1.000 orang prajurit dapat dibentuk. Pada Bab ke 2 ini menjelaskan cara memahami ekonomi peperangan dan bagaimana kesuksesan membutuhkan kemenangan dalam keterlibatan yang menentukan dengan cepat. Bagian ini menyarankan agar kampanye militer yang sukses memerlukan pembatasan biaya persaingan dan konflik. Bab 3 “Menyerang dengan strategi”. Sun Tzu mengatakan bahwa dalam menerapkan seni perang, menaklukkan negara musuh secara utuh merupakan hal terbaik yang bisa dilakukan; meluluhlantahkan dan menghancurkannya bukan merupakan pilihan yang baik. Lebih baik menangkap seluruh pasukan musuh daripada menghancurkannya, demikian seterusnya dengan kompi dan bagaian lain dari pasukan musuh. Pada Bab ke tiga menjelaskan tentang mendefinisikan sumber kekuatan sebagai kesatuan, bukan ukuran dan membahas lima faktor yang diperlukan untuk berhasil dalam perang apa pun. Berdasarkan tingkat kepentingannya, faktor-faktor penting ini adalah: Serangan, Strategi, Aliansi, Tentara dan Kota. Bab 4 “Penempatan pasukan secara taktis”. Sun Tzu mengatakan bahwa dalam peperangan kuno, para petarung yang baik pertama sekali adalah menempatkan diri mereka di bawah kemungkinan untuk kalah, lalu menunggu kesempatan untuk mengalahkan musuh. Pada Bab ke empat menjelaskan pentingnya mempertahankan posisi yang ada sampai seorang komandan mampu maju dari posisi tersebut dengan aman. Hal ini mengajarkan para komandan pentingnya mengenali peluang strategis dan mengajarkan untuk tidak menciptakan peluang bagi musuh. Bab 5 “Energi”. Sun Tzu mengatakan bahwa mengendalikan pasukan besar memiliki prinsip yang sama dengan mengendalikan pasukan kecil. Ini semata-mata persoalan membagi jumlah mereka.


4 Pada Bab ke lima menjelaskan penggunaan kreativitas dan waktu dalam membangun momentum tentara. Bab 6 “Kelemahan dan kekuatan”. Sun Tzu mengatakan bahwa siapa pun yang tiba pertama di medan pertempuran akan memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat dan bersiap-siap melawan musuh. Pada Bab ke enam menjelaskan bagaimana peluang pasukan datang dari bukaan di lingkungan yang disebabkan oleh kelemahan relatif musuh dan bagaimana merespons perubahan dalam medan perang yang berubah-ubah di wilayah tertentu. Bab 7 “Melakuan Manuver”. Sun Tzu mengatakan bahwa dalam perang, seorang jenderal mendapat perintah dari penguasa. Setelah mengumpulkan prajurit dan menyatukan kekuatannya, dia harus menyelaraskan dan mengharmonisasikan elemenelemen yang berbeda, serta membangkitkan rasa persaudaraan dan solidaritas sebelum semuanya menempati kemah atau barak. Setelah itu, barulah dia membuat taktik manuver. Dan satu hal yang paling sulit dalam merancang taktikn bermanuver adalah mewujudkan pikiran menjadi perintah dan mengubah ketidak beruntungan menjadi keberhasilan atau kemenangan. Pada Bab ke tujuh menjelaskan bahaya konflik langsung dan cara memenangkan konfrontasi jika hal tersebut dipaksakan kepada komandan. Bab 8 “Aneka taktik Perang”. Sun Tzu mengatakan bahwa dalam sebuah perang, jenderal mendapat perintah dari pengusa, merekrut dan mengumpulkan pasukannya, serta memobilisasi kekuatannya. Seni perang mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada musuh yang tidak datang menyerang, tetapi pada kesiapan kita sendiri untuk menyambut serangan mereka; tidak bergantung pada kegagalan serangan musuh, tetapi lebih pada kenyataan bahwa kita menempati posisi yang tidak mudah diserang. Ada lima kesalahan fatal yang bisa membahayakan seorang jenderal, yaitu (1) kecerobohan yang membuatnya terbunuh; (2) sikap pengecut yang membuatnya tertangkap; (3) mudah marah sehingga mudah terpancing; (4) haus akan penghormatan membuatnya rentan terhadap penghinaan; (5) terlalu berbelas-kasihan kepada prajuritnya, yang membuat dia selalu merasa kawatir dan terganggu. Kelima kesalahan ini merupakan kesalahan terbesar yang dilakukan oleh seorang jenderal dan merupakan penyebab berbagai bencana dalam pelaksanaan operasi militer.


5 Pada Bab ke delapan berfokus pada perlunya fleksibilitas dalam tanggapan tentara. Ini menjelaskan bagaimana menanggapi perubahan keadaan dengan sukses. Bab 9 “Pergerakan Pasukan”. Sun Tzu mengatakan bahwa kini kita sampai pada persoalan penempatan (perkemahan) pasukan dan meng amati tanda-tanda yang bersal dari musuh. Lewatilah daerah pegunungan dengan cepat dan tetaplah menjaga kedekatan dengan lembah. Pada Bab ke sembilan menjelaskan berbagai situasi yang dihadapi tentara ketika bergerak melalui wilayah musuh baru dan bagaimana menanggapi situasi ini. Sebagian besar bagian ini berfokus pada evaluasi niat orang lain. Bab 10 “Dataran”. Sun Tzu mengatakan bahwa kita dapat membedakan enam jenis dataran, yaitu medan komunikatif, medan jebakan, medan netral, medan yang menyempit, medan kunci dan medan yang berada jauh dari musuh. Pada Bab ke sepuluh menjelaskan tentang melihat tiga area umum perlawanan (jarak, bahaya dan penghalang) dan enam jenis posisi tanah yang timbul darinya. Masingmasing dari enam posisi lapangan ini menawarkan kelebihan dan kekurangan tertentu. Bab 11 “9 Medan Pertempuran”. Sun Tzu mengatakan bahwa dalam seni berperang terdapat sembilan jenis medan pertempuran, yakni (1) medan yang menyebar, (2) medan perbatasan, (3) medan kunci, (4) medan komunikatif, (5) medan fokus, (6) medan serius, (7) medan berbahaya, (8) medan yang menyempit, dan (9) medan kematian. Pada Bab ke sebelas menjelaskan sembilan situasi (atau tahapan) umum dalam suatu operasi militer, mulai dari penyebaran hingga mematikan dan fokus khusus yang diperlukan seorang komandan agar berhasil menavigasi situasi tersebut. Bab 12 “Menyerang Menggunakan Api”. Sun Tzu mengatakan bahwa ada lima cara dalam menggunakan api untuk menyerang musuh. Cara pertama adalah membakar musuh di dalam kemah mereka; kedua adalah membakar pasokan dan perbekalan musuh; ketiga adalah membakar peralatan berat militer dan pasokan musuh; keempat adalah membakar gudang persenjataan dan gudang musuh; serta yang kelima adalah membakar alat transportasi musuh.


6 Pada Bab ke dua belas menjelaskan penggunaan senjata secara umum dan penggunaan khusus lingkungan sebagai senjata. Bagian ini mengkaji lima sasaran serangan, lima jenis serangan lingkungan dan tanggapan yang tepat terhadap serangan tersebut. Bab 13 “Intelijen dan spionase”. Sun Tzu mengatakan bahwa membangun sebuah pasukan yang berjumlah 100.000 orang untuk sebuah operasi militer di tempat yang jauh akan memberikan beban yang berat terhadap pendapatan rakyat. Ini terjadi bersamaan dengan keringnya harta kekayaan negara yang jumlahnya sama dengan pengeluaran setiap hari, yakni sekitar 1.000 kepingan perak. Akan ada keributan dan gangguan besar atas perdamaian di dalam negeri dan luar negeri, serta orang-orang akan kehabisan tenaga di sepanjang rute pasokan. Selain itu, akan terjadi gangguan pada pekerjaan, tugas dan berbagai profesi yang bisa memengaruhi 700.000 ribu rumah tangga. Pada Bab ke tiga belas menjelaskan tentang berfokus pada pentingnya mengembangkan sumber informasi yang baik dan menetapkan lima jenis sumber intelijen serta cara terbaik mengelola masing-masing sumber tersebut. II. 36 STRATEGI. Tiga Puluh Enam Strategi (Hanzi: 三十六计) adalah sebuah koleksi sajak Tiongkok yang mengulas taktik-taktik kemiliteran. Pada BAB 36 Strategi ini memuat 36 skenario perang dalam sejarah Tiongkok, utamanya diambil dari kisah fabel sejarah Tiongkok pada Zaman Negara-negara Berperang dan Zaman Tiga Negara. Juga dikenal sebagai "36 Taktik". Lebih banyak disampaikan melalui cerita mulut ke mulut daripada sebuah dokumen tertulis dan telah banyak penulis di Tiongkok yang berusaha untuk mengompilasi "36 Strategi" dari berbagai cerita turun-temurun tersebut. Secara umum, orang-orang Tiongkok mengatakan bahwa, "Hanya ada 36 Strategi di bawah langit", menandakan bahwa semua strategi perang modern ataupun klasik merupakan variasi dari 36 Strategi dasar tersebut. Fakta bahwa "36 Strategi" yang telah diterjemahkan pada Pendidikan Militer Barat, menunjukkan adanya kesamaan dengan strategi-strategi yang biasa digunakan dalam perang-perang sebelumnya di Barat.


7 Dalam waktu yang tidak terlalu lama sejak ditemukan di Tiongkok Daratan, dokumen tersebut menjadi sedemikian populer di dalam dan dan di luar Tiongkok. Kerap dihubungkan dengan Seni Perang Sun Tzu, namun ia lebih merupakan sebuah buku tentang taktik daripada sebuah buku strategi. BAB 1 (Strategi untuk Menang) Strategi 1 “Perdaya Langit untuk melewati Samudra”. Bergerak di kegelapan dan bayang-bayang, menggunakan tempat-tempat tersembunyi, atau bersembunyi di belakang layar hanya akan menarik kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh anda harus bertindak di tempat terbuka menyembunyikan maksud tersembunyi anda dengan aktivitas biasa sehari-hari. Strategi 2 “Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao”. Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Ketahui bahwa musuh tidak selalu kuat di semua hal. Entah dimana, pasti ada celah di antara senjatanya, kelemahan pasti dapat diserang. Dengan kata lain, anda dapat menyerang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis. Strategi 3 “Pinjam tangan seseorang untuk membunuh”. (Bunuh dengan pisau pinjaman.) Serang dengan menggunakan kekuatan pihak lain (karena kekuatan yang minim atau tidak ingin menggunakan kekuatan sendiri). Perdaya sekutu untuk menyerang musuh, sogok aparat musuh untuk menjadi pengkhianat, atau gunakan kekuatan musuh untuk melawan dirinya sendiri. Strategi 4 “Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga”. Adalah sebuah keuntungan, merencanakan waktu dan tempat pertempuran. Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak. Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia sambil anda mengumpulkan/menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung, anda dapat menyerangnya. Strategi 5 “Gunakan kesempatan saat terjadi kebakaran untuk merampok lainnya”. (Merampok sebuah rumah yang terbakar.) Saat sebuah negara mengalami konflik internal, ketika terjangkit penyakit dan kelaparan, ketika korupsi dan kejahatan merajalela, maka ia tidak akan bisa menghadapi ancaman dari luar. Inilah waktunya untuk menyerang.


8 Strategi 6 “Berpura-pura menyerang dari timur dan menyeranglah dari barat”. Pada tiap pertempuran, elemen dari sebuah kejutan dapat menghasilkan keuntungan ganda. Bahkan ketika berhadapan langsung dengan musuh, kejutan masih dapat digunakan dengan melakukan penyerangan saat mereka lengah. Untuk melakukannya, anda harus membuat perkiraan akan apa yang ada dalam benak musuh melalui sebuah tipu daya. BAB 2 (Strategi Berhadapan dengan Musuh) Strategi 7 “Berhadapan dengan Musuh Buatlah sesuatu untuk hal kosong”. Anda menggunakan tipu daya yang sama dua kali. Setelah breaksi terhadap tipuan pertama dan –biasanya- kedua, musuh akan ragu-ragu untuk bereaksi pada tipuan yang ketiga. OLeh karenanya, tipuan ketiga adalah serangan sebenarnya untuk menangkap musuh saat pertahanannya lemah. Strategi 8 “Secara rahasia pergunakan lintasan Chen Chang”. (Perbaiki jalan utama untuk mengambil jalan lain.) Serang musuh dengan dua kekuatan konvergen. Yang pertama adalah serangan langsung, sesuatu yang sangat jelas dan membuat musuh mempersiapkan pertahanannya. Yang kedua secara tidak langsung, sebuah serangan yang menakutkan, musuh tidak mengira dan membagi kekuatannya sehingga pada saatsaat terakhir mengalami kebingungan dan kemalangan. Strategi 9 “Pantau api yang terbakar sepanjang sungai”. Tunda untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi antar mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan habiskan. Strategi 10 “Pisau tersarung dalam senyum”. Puji dan jilat musuh anda. Ketika anda mendapat kepercayaan darinya, anda bergerak melawannya secara rahasia. Strategi 11 “Pohon prem berkorban untuk pohon persik”. (Mengorbankan perak untuk mempertahankan emas.) Ada suatu keadaan dimana anda harus mengorbankan tujuan jangka pendek untuk mendapatkan tujuan jangka panjang. Ini adalah strategi kambing hitam dimana seseorang akan dikorbankan untuk menyelamatkan yang lain.


9 Strategi 12 “Mencuri kambing sepanjang perjalanan (Ambil kesempatan untuk mencuri kambing)”. Sementara tetap berpegang pada rencana, anda harus cukup fleksibel untuk mengambil keuntungan dari tiap kesempatan yang ada sekecil apapun. Bab 3 (Strategi Penyerangan) Strategi 13 “Kagetkan ular dengan memukul rumput di sekitarnya”. Ketika anda tidak mengetahui rencana lawan secara jelas, serang dan pelajari reaksi lawan. Perilakunya akan membongkar strateginya. Strategi 14 “Pinjam mayat orang lain untuk menghidupkan kembali jiwanya”. (Menghidupkan kembali orang mati.) Ambil sebuah lembaga, teknologi, atau sebuah metode yang telah dilupakan atau tidak digunakan lagi dan gunakan untuk kepentingan diri sendiri. Hidupkan kembali sesuatu dari masa lalu dengan memberinya tujuan baru atau terjemahkan kembali, dan bawa ide-ide lama, kebiasaan, dan tradisi ke kehidupan seharihari. Strategi 15 “Giring macan untuk meninggalkan sarangnya”. Jangan pernah menyerang secara langsung musuh yang memiliki keunggulan akibat posisinya yang baik. Giring mereka untuk meninggalkan sarangnya sehingga mereka akan terjauh dari sumber kekuatannya. Strategi 16 “Pada saat menangkap, lepaslah satu orang”. Mangsa yang tersudut biasanya akan menyerang secara membabi buta. Untuk mencegah hal ini, biarkan musuh percaya bahwa masih ada kesempatan untuk bebas. Hasrat mereka untuk menyerang akan teredam dengan keinginan untuk melarikan diri. Ketika pada akhirnya kebebasan yang mereka inginkan tersebut tak terbukti, moral musuh akan jatuh dan mereka akan menyerah tanpa perlawanan. Strategi 17 “Melempar Batu Bata untuk mendapatkan Giok”. Persiapkan sebuah jebakan dan perdaya musuh anda dengan umpan. Dalam perang, umpan adalah ilusi atas sebuah kesempatan untuk memperoleh hasil. Dalam keseharian, umpan adalah ilusi atas kekayaan, kekuasaan dan sex. Strategi 18 “Kalahkan musuh dengan menangkap pemimpinnya”. Jika tentara musuh kuat tetapi dipimpin oleh komandan yang mengandalkan uang dan ancaman, maka ambil pemimpinnya. Jika komandan mati atau tertangkap maka sisa pasukannya akan


10 terpecah belah atau akan lari ke pihak anda. Akan tetapi jika pasukan terikat atas sebuah loyalitas terhadap pimpinannya, maka berhati-hatilah, pasukan akan dapat melanjutkan perlawanan dengan motivasi balas dendam. BAB 4 (Strategi Chaos/Kekacauan) Strategi 19 “Jauhkan kayu bakar dari tungku masak”. (Lepaskan pegangan kayu dari kapaknya.) Ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk menghadapinya secara langsung anda harus melemahkannya dengan meruntuhkan pondasinya dan menyerang sumberdayanya. Strategi 20 “Memancing di air keruh”. Sebelum menghadapi pasukan musuh, buatlah sebuah kekacauan untuk memperlemah persepsi dan pertimbangan mereka. Buatlah sesuatu yang tidak biasa, aneh, dan tak terpikirkan sehingga menimbulkan kecurigaan musuh dan mengacaukan pikirannya. Musuh yang bingung akan lebih mudah untuk diserang. Strategi 21 “Lepaskan kulit serangga”. (Penampakan yang salah menipu musuh.) Ketika anda dalam keadaan tersudut, dan anda hanya memiliki kesempatan untuk melarikan diri dan harus mengonsolidasi kelompok, buatlah sebuah ilusi. Sementara perhatian musuh terfokus atas muslihat yang anda lakukan, pindahkan pasukan anda secara rahasia di belakang muka anda yang terlihat. Strategi 22 “Tutup pintu untuk menangkap pencuri”. Jika anda memiliki kesempatan untuk menangkap seluruh musuh maka lakukanlah, sehingga dengan demikian pertempuran akan segera berakhir. Membiarkan musuh untuk lepas akan menanam bibit dari konflik baru. Akan tetapi jika mereka berhasil melarikan diri, berhatihatilah dalam melakukan pengejaran. Strategi 23 “Berteman dengan negara jauh dan serang negara tetangga”. Jamak diketahui bahwa negara yang berbatasan satu sama lain menjadi musuh sementara negara yang terpisah jauh merupakan sekutu yang baik. Ketika anda adalah yang terkuat di sebuah wilayah, ancaman terbesar adalah dari terkuat kedua di wilayah tersebut, bukan dari yang terkuat di wilayah lain.


11 Strategi 24 “Cari lintasan aman untuk menjajah Kerajaan Guo”. Pinjam sumberdaya sekutu untuk menyerang musuh bersama. Sesudah musuh dikalahkan, gunakan sumberdaya tersebut untuk menempatkan sekutu anda pada posisi pertama – untuk diserang. BAB 5 (Strategi Pendekatan) Strategi 25 “Gantikan balok dengan kayu jelek”. Kacaukan formasi musuh, ganggu metode operasinya, ubah aturan-aturan yang digunakannya, buatlah sebuah hal yang berlawanan dengan latihan standarnya. Dengan cara ini anda telah meruntuhkan tiang-tiang pendukung yang dibutuhkan oleh musuh dalam membangun pasukan yang efektif. Strategi 26 “Lihat pada pohon murbei dan ganggu ulatnya”. Untuk mendisiplinkan, mengontrol, dan mengingatkan suatu pihak yang status atau posisinya di luar konfrontasi langsung; gunakan analogi atau sindiran. Tanpa langsung menyebut nama, pihak yang tertuduh tidak akan dapat memukul balik tanpa keberpihakan yang jelas. Strategi 27 “Pura-pura menjadi seekor babi untuk memakan macan”. (Bergaya bodoh.) Sembunyi di balik topeng ketololan, mabuk, atau gila untuk menciptakan kebingungan atas tujuan dan motivasi anda. Giring lawan anda ke dalam sikap meremehkan kemampuan anda sampai pada akhirnya terlalu yakin akan diri sendiri sehingga menurunkan level pertahanannya. Pada situasi ini anda dapat menyerangnya. Strategi 28 “Jauhkan tangga ketika musuh telah sampai di atas (Seberangi sungai dan hancurkan jembatan)”. Dengan umpan dan tipu muslihat giring musuh anda ke dalam daerah berbahaya. Kemudian putus jalur komunikasi dan jalan untuk melarikan diri. Untuk menyelamatkan dirinya, dia harus bertarung dengan kekuatan anda dan sekaligus elemen alam. Strategi 29 “Hias pohon dengan bunga palsu”. Menempelkan kembang sutera di atas pohon memberikan sebuah ilusi bahwa pohon tersebut sehat. Dengan menggunakan muslihat dan penyamaran akan membuat sesuatu yang tak berarti tampak berharga; tak mengancam kelihatan berbahaya; bukan apa-apa kelihatan berguna.


12 Strategi 30 “Buat tuan rumah dan tamu bertukar tempat”. Kalahkan musuh dari dalam dengan menyusup ke dalam benteng lawan di bawah muslihat kerjasama, penyerahan diri, atau perjanjian damai. Dengan cara ini anda akan menemukan kelemahan dan kemudian saat pasukan musuh sedang beristirahat, serang secara langsung ke jantung pertahanannya. BAB 6 (Strategi Kalah) Strategi 31 “Jebakan indah (jebakan bujuk rayu, gunakan seorang perempuan untuk menjebak seorang laki-laki)”. Kirim musuh anda perempuan-perempuan cantik yang akan menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Strategi ini dapat bekerja pada tiga tingkatan. Pertama, penguasa akan terpesona oleh kecantikannya sehingga akan melalaikan tugasnya dan tingkat kewaspadaannya akan menurun. Kedua, para laki-laki akan menunjukkan sikap agresifnya yang akan menyulut perselisihan kecil di antara mereka, menyebabkan lemahnya kerjasama dan jatuhnya semangat. Ketiga, para perempuan akan termotivasi oleh rasa cemburu dan iri, sehingga akan membuat intrik yang pada gilirannya akan semakin memperburuk situasi. Strategi 32 “Kosongkan benteng (Jebakan psikologis, benteng yang kosong akan membuat musuh berpikir bahwa benteng tersebut penuh dengan jebakan)”. Ketika musuh kuat dalam segi jumlah dan situasinya tidak menuntungkan bagi diri anda, maka tanggalkan seluruh muslihat militer dan bertindaklah seperti biasa. Jika musuh tidak mengetahui secara pasti situasi anda, tindakan yang tidak biasanya ini akan meningkatkan kewaspadaan. Dengan sebuah keberuntungan, musuh akan mengendorkan serangan. Strategi 33 “Biarkan mata-mata musuh menyebarkan konflik di wilayah pertahanannya (Gunakan mata-mata musuh untuk menyebarkan informasi palsu)”. Perlemah kemampuan tempur musuh anda dengan secara diam-diam membuat konflik antara musuh dan teman, sekutu, penasihat, komandan, prajurit, dan rakyatnya. Sementara ia sibuk untuk menyelesaikan konflik internalnya, kemampuan tempur dan bertahannya akan melemah. Strategi 34 “Lukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan musuh (Masuk pada jebakan; jadilah umpan)”. Berpura-pura terluka akan mengakibatkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, musuh akan bersantai sejenak oleh karena dia tidak melihat anda sebagai sebuah ancaman serius. Yang kedua adalah jalan untuk menjilat musuh anda dengan berpura-pura luka oleh sebab musuh merasa aman.


13 Strategi 35 “Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan (Jangan pernah bergantung pada satu strategi)”. Dalam hal-hal penting, seseorang harus menggunakan beberapa strategi yang dijalankan secara simultan. Tetap berpegang pada rencana berbeda-beda yang dijalankan pada sebuah skema besar; dengan cara ini, jika satu strategi gagal, anda masih memiliki beberapa strategi untuk tetap maju. Strategi 36 “Selain dari semua hal di atas, salah satu yang paling dikenal adalah strategi ke 36: lari untuk bertempur di lain waktu”. Hal ini diabadikan dalam bentuk peribahasa Cina: ”Jika seluruhnya gagal, mundur” Jika keadaannya jelas bahwa seluruh rencana aksi anda akan mengalami kegagalan, mundurlah dan konsolidasi pasukan. Ketika pihak anda mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. Selama anda tidak kalah, anda masih memiliki sebuah kesempatan untuk menang! KELEBIHAN 1. Buku ini memberikan pandangan yang mendalam dan filosofis mengenai seni perang dan strategi. Sun Tzu menekankan pentingnya memahami musuh dan diri sendiri sebelum berperang. 2. Prinsip-prinsip yang dijelaskan dalam buku ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk bisnis, politik dan kehidupan sehari-hari. 3. Sun Tzu menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga buku ini dapat diaplikasikan oleh berbagai lapisan masyarakat. 4. Buku ini mengandung 36 strategi yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Ini membuatnya relevan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk strategi bisnis, politik dan hubungan sosial. 5. Buku ini memberikan contoh konkret dan rinci tentang cara mengimplementasikan setiap strategi, membuatnya lebih praktis untuk diterapkan.


14 KELEMAHAN 1. 36 Strategi yang tertulis dalam buku ini mungkin tidak memberikan pemahaman mendalam tentang dasar filosofis strategi seperti yang ditemukan dalam "Seni Perang" Sun Tzu. Ini dapat membuatnya lebih terbatas dalam hal pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip strategi. 2. Meskipun strategi-strategi ini dapat diterapkan dalam berbagai situasi, beberapa dari tulisan tersebut mungkin terlalu spesifik dan tidak selalu relevan dalam semua situasi. 3. Penulis tidak memberikan panduan praktis yang sangat rinci tentang bagaimana menerapkan prinsip-prinsipnya dalam situasi nyata. 4. Buku ini ditulis dalam konteks budaya Tiongkok pada zaman kuno, sehingga beberapa konsep dan analogi mungkin sulit dimengerti oleh pembaca yang tidak akrab dengan budaya tersebut. KESIMPULAN “The Art of War” adalah sebuah buku yang ditulis oleh Sun Tzu, seorang ahli strategi militer kuno dari Tiongkok. Buku ini memberikan wawasan mendalam tentang seni perang dan strategi yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi, tidak hanya dalam konteks pertempuran fisik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, bisnis dan politik. Dalam buku ini, Sun Tzu mengajarkan prinsip-prinsip penting tentang bagaimana memenangkan pertempuran dengan menggunakan kecerdasan, pengamatan dan pemahaman tentang kelemahan dan kekuatan musuh. Ia menekankan pentingnya persiapan yang baik, pengendalian diri dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Edisi karya “The Art of War” yang diterjemahkan oleh Tjio Tjiang Feng memberikan pemahaman yang lebih luas tentang filsafat dan strategi di balik teks asli Sun Tzu. Buku ini memberikan wawasan yang berguna bagi mereka yang tertarik dalam belajar tentang strategi, kepemimpinan dan mencapai keunggulan dalam segala aspek kehidupan.


15 PUSAT PENDIDIKAN ARHANUD SATUAN PENDIDIKAN PERWIRA TIMBANGAN BUKU (RESENSI BUKU) “SENI PERANG SUN TZU DAN 36 STRATEGI” DISUSUN OLEH : NAMA : YAENURI PANGKAT/CORP/NRP : LETDA ARH / 21050135080186 NOSIS : 033-a PRODI : DIKCABPA ABIT DIKTUKPA TA 2023 Batu, Nopember 2023


Click to View FlipBook Version