The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

BUKU HARIAN PSM CIKANDE, SERANG BANTEN - DEDI JUMARDI

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tigasekawanfr, 2020-11-25 22:45:09

BUKU HARIAN

BUKU HARIAN PSM CIKANDE, SERANG BANTEN - DEDI JUMARDI

PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)
DESA CIKANDE PERMAI KECAMATAN CIKANDE

KABUPATEN SERANG PROPINSI BANTEN

“Selama kita masih punya TEKAD yang terpelihara
dalam SEMANGAT, maka tiada kata TERLAMBAT

untuk memulai AWAL YANG BARU”

A. Pendahuluan
Masalah sosial menjadi sebuah isu penting dalam mewujudkan

kesejahteraan social (social welfare) disebuah negara. Isu sosial adalah komoditas
politik jitu untuk menarik simpati audiens sementara objek dari masalah sosial itu
hampir tidak pernah tersentuh dan terlupakan setelah hasrat politik berhasil
diperoleh. Selanjutnya penyandang masalah sosial hanya menunggu kembali sampai
pada maksud selanjutnya tiba kembali masalah sosial ini kembali diangkat ke
permukaan. Masalah sosial kembali akan disanjung, disentuh dan dilindungi
kepentingannya untuk sementara waktu, akan tetapi selanjutnya akan dilupakan
kembali. Namun demikian di sini kami tidak bermaksud memperdebatkan kebijakan
pihak manapun, tapi kenyataan ini benar-benar terjadi di masyarakat dan sudah
menjadi rahasia umum apabila keterbatasan masyarakat hanyalah jalan menuju
suksesi indvidu dan/atau golongan.

Bercermin dari fenomena tersebut di atas, Mahfud, MD (2016) sempat
mengatakan bahwa “Masalah negeri ini bukan terletak pada persoalan keyakinan,
melainkan kesenjangan sosial”. Maka dari itu sangat naïf bagi kita apabila isu
kesenjangan sosial ini hanya sebuah komoditas politik saja. Bagaimana kita
seharusnya berbuat tidak pernah diperdebatkan oleh siapapun, padahal kita butuh
untuk sekali-kali berdebat, “Kamu sudah berbuat apa untuk sosial? Kamu lingkup
kegiatan sosialnya kurang sempurna, perbaiki deh di sektor ini dan itu? Lingkungan
saya sudah ada kerjasama dengan rumah sakit A, jadi kita mudah klaim jika ada
warga yang mendapat pelayanan rumah sakit yang tidak baik, kenapa lingkungan
kamu belum?” Dan seterusnya. Perdebatan-perdebatan seperti inilah yang kita
butuhkan, bukan untuk siapa-siapa karena kita juga adalah calon

Penyandang Masalah Kesejhteraan Sosial. Bagaimana hari tua kita ketika kita harus
berpangku pada kursi roda? Bagaimana nasib kita jika kegiatan usaha kita harus
gulung tikar, di-PHK, atau kejadian umum lainnya yang tidak dapat kita bayangkan
akan menimpa kita juga. Pastilah kita akan menjadi bagian dari PMKS juga, lalu
siapa yang akan menolong kita? Sudah terpikirkankah oleh kita semua?

Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Desa Cikande Permai Kecamatan Cikande
Kabupaten Serang Banten tentu tidak menginginkan semua itu terjadi. Maka dari itu
kami bekerja melakukan aksi-aksi sosial dengan atau tanpa harus menunggu
kebijakan seperti apa yang akan digulirkan oleh pihak ketiga kepada PSM kami.
Kami bergotong royong saja bersama masyarakat lainnya, seolah-olah tidak ada
pihak lain, baik pemerintah ataupun swasta yang peduli dengan kegiatan yang kami
lakukan. Padahal jika kita coba berhitung ternyata upaya yang sudah kami lakukan
nilinya sangat besar. Semua bukan bersumber dari bantuan pihak ketiga, akan tetapi
hasil swadaya kami sendiri bersama anggota msyarakat lainnya. Untuk itu baik
secara pribadi ataupun wadah PSM Desa Cikande Permai, kami sangat berterima
kasih atas sumbangsih seluruh warga masyarakat khususnya RW 09, yang telah
secara “Berjamaah membantu sesamanya”.

Nilai-nilai inilah yang ingin kita tularkan kepada anggota masyarakat
lainnya, agar memiliki motivasi yang sama untuk membantu sesamanya
sebagaimana yang kami lakukan. Banyak program sosial yang dapat terbantu oleh
para PSM ini, sehingga kami pun mendirikan sebuah Gerakan Barisan Sosial
(GEBASS) yang mana gerakan ini adalah wadah bagi para PSM di manapun berada
untuk bisa menyalurkan aktivitas sosialnya baik melalui gerakan tabungan sosial,
gerakan bantu tetangga, gerakan pelihara lingkungan, gerakan tanggap bencana,
gerakan bantu lansia, gerakan bantu penyandangan disabilitas dan gerakan-gerakan
lain yang hajat dan kepentingannya hanya untuk sosial. Maka dari itu, tugas kita
hanyalah lakukan, lakukan dan lakukan, jangan menunggu uluran tangan dari pihak
manapun karena kita tidak pernah terlihat oleh mereka. Kita tidak berharap ada
saling menunggu antara masyarakat yang membutuhkan dengan pihak lain yang
tidak sadar bahwa uluran tangan mereka melalui kebijakan-kebijakannya sangat
dinanti-nantikan. Dengan adanya PSM-PSM yang memiliki nilai juang tinggi untuk
membantu sesamanya inilah kekosongan uluran tangan ini dapat teratasi.

A. PSM Desa Cikande Permai
Desa Cikande Permai menyimpan segudang permasalahan kesenjangan
sosial. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat yaitu sebanyak 8845 jiwa. >
10%-nya mengalami permasalahan kesenjangan sosial dan sebagian besar memiliki
akses yang lemah terhadap pelayanan kesehatan dan birokrasi. Sebagai contoh
permasalahan masyarakat yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan. Sudah
tidak punya uang untuk berobat, masih juga ditambah administrasi yang tidak
lengkap. Untuk hal ini kami harus mampu mencari solusi terbaik untuk dapat
membantunya. Mulai dari mencari mobil pengangkut, mendaftarkan,
memeriksakan, menebus obat-obatan sampai mengantarkannya pulang kembali. Ini
bukan pekerjaan yang mudah karena kerap sekali kami beradu mulut dengan para
perawat karena kami berpikir ini menyangkut nyawa yang harus diselamatkan.
Adapun masalah administrasi sudah ada tim yang mengurusnya.
Sikap individualisme juga kerap muncul saat masyarakat saling
mengandalkan masalah sosial siapa yang harus membantu menanganinya.
Terkadang mereka langsung tunjuk hidung kepada kami, padahal saat itu kami
sedang memiliki ketidakmampuan untuk membantu, karena termasuk saya pun
adalah pekerja pabrik. Jadi kami harus berbagi waktu antara pekerjaan dengan
kepentingan masyrakat. Untuk momentum tertentu saya terkadang memilih tidak
masuk kerja, sehingga pernah mendapat teguran keras dari atasan saya. Maka dari
itu beberapa anggota masyarakat banyak yang menghindar ketika ditunjuk sebagai
anggota PSM. Entah kekhawatiran seperti apa yang ada dalam benak mereka,
padahal menjadi bagian dari PSM justru akan mendekatkan dirinya kepada
pertolongan saat ditimpa musibah yang tidak diharapkan. Satu contoh iuran
msyarakat yang kemudian mampu diwujudkan dalam bangunan Posyandu, jalan
lingkungan, bhakti sosial, buku-buku sekolah dan termasuk alokasi kedukaan, baik
untuk penyiapan pemakaman, perlengkapan jenazah, sampai kepada tahlilan selama
7 (hari) jika masih mampu diberikan bantuan maka akan terbantu sampai tuntas.
Dengan kegiatan sebagaimana disebutkan di atas, pertanyaannya apakah kita
akan menghindar dari status PSM, atau terjun langsung di dalamnya bersama yang
lain? Jawaban ini kembali ke dalam diri masing-masing. Suka atau tidak suka, mau
tidak mau diri kita sendiri sebenarnya terancam kepada status PMKS. Tidak saat ini,

tapi mungkin nanti, tidak kepada kita mungkin nanti kepada salah satu anggota
keluarga kita. Sederhananya siapa di antara kita yang belum pernah masuk ke dalam
rumah sakit. Entah itu untuk kepentingan sendiri ataupun untuk kepentingan orang
lain. Kita lihat sekeliling rumah sakit, di antara pasien-pasien yang ada, di antara
fasilitas-fasilitas yang diberikan, salah satunya mungkin telah dicatatkan untuk kita.

Maka dari itu wujud Gerakan Barisan Sosial (Gebass) bukan sembarang
gerakan yang hanya ikut-ikutan, gerakan latah yang mengikuti gerakan kelompok
lain yang tujuannya tentu kita juga tidak mengerti. Dengan Gebass kita akan
dibiasakan untuk membantu sesama yang membutuhkan. Tidak perlu besar,
semampunya kita bisa lakukan walaupun dengan uang Rp. 1.000,- s.d. Rp. 2.000,-
per bulan. Tidak perlu memikirkan bisa menyumbang ambulance, material pasir,
batu, semen ataupun obat-obatan, cukup dengan tenaga dan pikirannya yang
tertolong pasti akan sangat berterima kasih.

Tengoklah Ivo anak yang menyandang disabilitas, dia sangat merasa
terbantu adanya Gebass. Percaya dirinya timbul, prestasinya akhirnya mampu diraih
sampai tingkat internsional menjurai olimpiade Teknologi Informasi di Vietnam.
Siapa yang tidak haru dan bangga, dari seorang penerima sekarang begitu percaya
dirinya dia, sehingga dia ingin bisa memberi kepada orang lain yang
membutuhkannya tidak menjadi penerim. Posyandu yang didirikan secara mandiri
hanya dengan mengandalkan gerakan Gebass, telah membantu ibu-ibu yang ada
untuk beraktivitas. Kita bantu juga para pemuda menyalurkan minat dan bakatnya
agar tidak terjebak pada pergaulan yang menyimpang dan lain-lain yang mungkin
menjadi hajat hidup masyarakat di lingkungan.

1. Peran Serta PSM di Lingkungan RW Cikande Permai
Struktur Organisasi Psm Desa Cikande

2. Gerakan Barisan Sosial (GEBASS)
Secara umum kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat dimaksudkan untuk
memberi peringatan dini kepada segenap elemen masyarakat baik pembuat
kebijakan, pelaku kebijakan maupun yang terkena imbas atas kebijakan untuk
semakin sadar akan rawannya PMKS di lingkungannya. Dan dalam ajang inipun

sekaligus kami ingin memperkenalkan metode dan carabaru untuk kami
persembahkan bagi NKRI yaitu Program Gerakan Barisan Sosial (GEBASS) yang
di pelopori oleh PSM

Sedangkan tujuan Pekerja Sosial Masyarakat menciptakan metode GEBASS
ini antara lain:

a. Untuk mempermudah kinerja PSM
b. Untuk mengetahui permasalahan tentang lingkungan sosial yang
terjadi di wilayah lingkungan terkecil yaitu pada tingkatan RT,RW,Dasa
,Kecamatan ,Kabupaten,Kota.
c. Untuk mengetahui kondisi perubahan lingkungan social yang lebih
luas .

3. Manfaat GEBASS
Gerakan barisan sosial GEBASS ini diharapkan akan memberi manfaat yang
baik bagi pihak-pihak sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah
Selaku pembuat kebijakan di segala bidang, pemerintah daerah akan
mendapat masukan yang berharga untuk upaya-upaya perbaikan lingkungannya
baik diwujudkan dari sisi aspek kebijakan peraturan daerah dan aspek kebijakan
pelaksanaan pembangunan lingkungan sosial yang dapat lebih tepat sasaran dan
memberi dampak positif bagi masyarakatnya.
b. Ketua RT ( Rukun Tetangga )
Selaku pengelola lingkungan terendah, berbasih akar rumput akan memberi
dampak positif bagi lingkungan sosial masyarakat yang dipimpinnya dan mudah
dalam melaksanakan tugas-tugas sosial dimasyarakat karna akan ada upaya saling
mendukung untuk bergerak dalam sosial masyarakat.
c. Bagi masyarakat
Gerakan Barisan Sosial (GEBASS) ini diharapkan dapat memberi
pandangan-pandangan kepada masyarakat akan hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh masyarakat dalam dilingkungannya.

4. 5 Pilar GEBASS
a. Komunikasi
Commmuniction is the process by which a system is established and altered
by means of shared signals thatoperate according to rules.
Komunikasi adalah suatu proses dimana suatu system
dibentuk,dipelihara,dan diubah dengan tujuan bahwa signyal-signyal yang
dikirimkan diterima dilakukan sesuai dengan aturan.
b. Arah Tujuan
Penentuan tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat perencanaan
sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang
ingin dicapai
c. Sumber Dana
Untuk menunjang organisasi tentu dibutuhkan dana untuk membiayai
operasionalnya dan dapat diperoleh dari beberapa sumber
d. Pengawasan :
“Controlling is the process of measuring performance and taking action to
ensure desired results.”

Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan

e. Evaluasi :
Suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat
tingkat keberhasilan program. Dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi
tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
B. Tujuan PSM
Arah kegiatan yang dilaksanakan oleh PSM memiliki tujuan pokok
sebagaimana berikut ini:
1. Mewujudkan masyarakat yang gemar membantu sesamanya agar tercipta
kehidupan masyarakay yang berkesejahteraan sosial.

2. Mewujudkan warga nasyarakat yang memiliki keberfungsian sosial yang
mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

3. Membantu pemerintah dalam penanganan masalah-masalah sosial.

C. Tugas dan Fungsi PSM

1. Tugas PSM, meliputi:

a. Menginisiasi /mengawali penanganan masalah sosial.

b. Mendorong, menggerakkan dan mengembangkan

kegiatan penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

c. Sebagai pendamping sosial bagi warga masyarakat penerima manfaat dalam

penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

d. Sebagai mitra pemerintah/institusi dalam penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial.

e. Mamantau program penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

2. Fungsi PSM :

a. Perencana dan inisiator program dalam penyelenggaraan kesos.

b. Pelaksana dan pengorganisasi program dalam penyelenggaraan kesos.

c. Pengembang kemitraan dan peningkatan kerjasana dalam penyelenggaraan

kesos.

d. Pengendali progran dalam penyelenggaraan kesos.

D. Kerangka Operasional
PSM dikenal sudah sejak lama hal ini bisa kita lihat didalam produk

perundang-undangan di Kemensos dulu namanya Departemen Sosial yaitu
Keputusan Menteri Sosial No. 28/HUK/1987 tentang PSM artinya bahwa 28 tahun
yang lalu sudah dicanangkan keberadaan PSM. Akan tetapi terlepas kapan PSM
berdiri yang pasti sekarang PSM masih eksis dan justru lebih diberdayakan dan
ditingkatkan keberadaannya hal ini terbukti dengan diterbitkannya peraturan baru
tentang PSM dan mencabut peraturan lama diganti dengan Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 01 tahun 2012 tentang Pekerja Sosial Masyarakat atau
PSM dimana yang dimaksud dengan PSM adalah: “Seseorang sebagai warga
masyarakat yang mempunyai jiwa pengabdian sosial, kemauan, dan kemampuan
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, serta telah mengikuti bimbingan atau
pelatihan di bidang kesejahteraan sosial” jelasnya sebagai seorang PSM tidak hanya
sekedar ingin gaya-gaya saja akan tetapi lebih ditekankan pada dedikasi /pengabdian
sosial dan kemampuan untuk melaksanakan misi sosialnya.

PSM sendiri berkedudukan di desa/kelurahan yang mempunyai wilayah
kerja di desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.
Sedangkan persyaratan untuk menjadi PSM itu sendiri, di antaranya:
1. Warga Negara RI.
2. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 45.
3. Telah berumur 18 tahun ketas.
4. Sehat jasmani dan rohani.
5. Atas kemauan dan inisiatif sendiritanpa paksaan dari pihak manapun.
6. Memperlihatkan itikat baik dalam penyelenggaraan kesos.
7. Terus menerus menunjukkan karya nyata dalam penyelenggaraan kesos di

lingkungan masyarakat.
8. Telah mengikuti bimbingan atau pelatihan dibidang kesos.
9. Memiliki sumber penghidupan yang memadai.

Dengan demikian apabila sudah memenuhi kriteria sebagaimana
dipersyaratkan di atas, maka sasaran dari PSM ini adalah Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS). Dimana menurut Permensos RI Nomor 08 Tahun 2012, yang dimaksud
dengan PMKS adalah “Perseorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan
fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani,
rohani maupun sosial secara memadai dan wajar”. Jadi singkatnya bahwa PMKS
adalah seseorang, keluarga atau kelompok yang mengalami masalah sehingga
kebutuhannya tidak terpenuhi, contoh suatu keluarga fakir miskin, untuk mencukupi
kebutuhan makan sehari-hari saja susah, belum lagi masalah sandang, tempat tinggal
yang tidak layak, kehidupan masyarakat tersisihkan, biaya kesehatan dan biaya
sekolah anak tidak terpenuhi dan sebagainya.

Adapun pengertian PSKS sendiri adalah “Perseorangan, keluarga, kelompok
dan /atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan,
mendukung dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial” penjelasan
secara singkatnya bahwa perorangan, keluarga atau kelompok yang memberikan
bantuan/pelayanaan sosial kepada penyandang masalah sosial.

Berikut ini adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), di
antaranya :
1. Anak balita telantar adalah seorang anak berusia 5 (lima) tahun ke bawah yang

ditelantarkan orang tuanya dan/atau berada di dalam keluarga tidak mampu oleh
orang tua/keluarga yang tidak memberikan pengasuhan,perawatan, pembinaan
dan perlindungan bagi anak sehingga hak-hak dasarnya semakin tidak terpenuhi
serta anak dieksploitasi untuk tujuan tertentu. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Terlantar/ tanpa asuhan yang layak;
b. Berasal dari keluarga sangat miskin / miskin;
c. Kehilangan hak asuh dari orangtua/ keluarga;
d. Anak balita yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang

tua/keluarga;
e. Anak balita yang dieksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang

disalahgunakan orang tua menjadi pengemis di jalanan; dan
f. Anak balita yang menderita gizi buruk atau kurang.
2. Anak terlantar adalah seorang anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18
(delapan belas) tahun, meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan
ditelantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang
tua/keluarga. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berasal dari keluarga fakir miskin;
b. Anak yang dilalaikan oleh orang tuanya; dan
c. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

3. Anak yang berhadapan dengan hukum adalah orang yang telah berumur 12 (dua
belas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, meliputi
anak yang disangka, didakwa, atau dijatuhi pidana karena melakukan tindak
pidana dan anak yang menjadi korban tindak pidana atau yang melihat dan/atau
mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana. Dengan kriteria sebagai
berikut:

a. disangka;
b. didakwa; atau
c. dijatuhi pidana

4. Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja di
jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghasilkan
sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Menghabiskan sebagian besar waktunya dijalanan maupun ditempattempat
umum; atau
b. Mencari nafkah dan/atau berkeliaran di jalanan maupun ditempat-tempat
umum.

5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang
terdiri dari anak dengan disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental dan
anak dengan disabilitas fisik dan mental. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Anak dengan disabilitas fisik : tubuh, netra, rungu wicara
b. Anak dengan disabilitas mental : mental retardasi dan eks psikotik
c. Anak dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda
d. Tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari-hari.

6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah adalah
anak yang terancam secara fisik dan nonfisik karena tindak kekerasan,
diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau
lingkungan sosial terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya
dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Anak (laki-laki/perempuan) dibawah usia 18 (delapan belas) tahun;
b. Pernah dianiaya dan/atau diperkosa; dan
c. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauannya)

7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus adalah anak yang berusia 6
(enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun dalam situasi darurat, dari
kelompok minoritas dan terisolasi, dieksploitasi secara ekonomi dan/atau
seksual, diperdagangkan, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), korban penculikan, penjualan,
perdagangan, korban kekerasan baik fisik perlakuan salah dan penelantaran.
Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berusia 6 (enam) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun;
b. Dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan yang
c. Buruk/diskriminasi;
d. Korban perdagangan manusia;
e. Korban kekerasan, baik fisik dan/atau mental dan seksual;
f. Korban eksploitasi, ekonomi atau seksual;
g. Terinfeksi hiv/aids.
8. Lanjut usia telantar adalah seseorang yang berusia 60 (enam puluh) tahun atau
lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.
Dengan kriteria sebagai berikut:
a. tidak terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan; dan
b. terlantar secara psikis, dan sosial.
9. Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik, mental,
intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana ketika berhadapan
dengan berbagai hambatan hal ini dapat mengalami partisipasi penuh dan
efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.
Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Mengalami hambatan untuk melakukan suatu aktifitas sehari-hari;
b. Mengalami hambatan dalam bekerja sehari-hari;
c. Tidak mampu memecahkan masalah secara memadai;
d. Penyandang disabilitas fisik : tubuh, netra, rungu wicara;
e. Penyandang disabilitas mental : mental retardasi dan eks psikotik; dan
f. Penyandang disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda.
10. Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan
sesama atau lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar
perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau
jasa. Dengan kriteria sebagai berikut:

a.

Menjajakan diri di tempat umum, di lokasi atau tempat pelacuran seperti

rumah bordil, dan tempat terselubung seperti warung remang-remang, hotel,

mall dan diskotek; dan

b. Memperoleh imbalan uang, materi atau jasa.

11. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai

dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak

mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di

tempat umum. Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tanpa Kartu Tanda Penduduk (KTP);

b. Tanpa tempat tinggal yang pasti/tetap;

c. Tanpa penghasilan yang tetap; dan

d. Tanpa rencana hari depan anak-anaknya maupun dirinya.

12. Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta

ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas

kasihan orang lain. Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Mata pencariannya tergantung pada belas kasihan orang lain;

b. Berpakaian kumuh dan compang camping;

c. Berada ditempat-tempat ramai/strategis; dan

d. Memperalat sesama untuk merangsang belas kasihan orang lain.

13. Pemulung adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan

caramemungut dan mengumpulkan barang-barang bekas yang berada di

berbagai tempat pemukiman pendudukan, pertokoan dan/atau pasar-pasar yang

bermaksud untuk didaur ulang atau dijual kembali, sehingga memiliki nilai

ekonomis. Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tidak mempunyai pekerjaan tetap; dan

b. Mengumpulkan barang bekas.

14. Kelompok Minoritas adalah kelompok yang mengalami

gangguankeberfungsian sosialnya akibat diskriminasi dan marginalisasi yang

diterimanya sehingga karena keterbatasannya menyebabkan dirinya rentan

mengalami masalah sosial, seperti gay, waria, dan lesbian. Dengan kriteria

sebagai berikut:

b.

a. Gangguan keberfungsian sosial;
Diskriminasi;

c. Marginalisasi; dan
d. Berperilaku seks menyimpang.
15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP) adalah seseorang
yang telah selesai menjalani masa pidananya sesuai dengan keputusan
pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam
kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara normal. Dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Seseorang (laki-laki/perempuan) berusia diatas 18 (delapan belas) tahun;
b. Telah selesai dan keluar dari lembaga pemasyarakatan karena masalah

pidana;
c. Kurang diterima/dijauhi atau diabaikan oleh keluarga dan masyarakat;
d. Sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap; dan
e. Berperan sebagai kepala keluarga/pencari nafkah utama keluarga yang tidak

dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.
16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah seseorang yang telah dinyatakan

terinfeksi HIV/AIDS dan membutuhkan pelayanan sosial, perawatan
kesehatan, dukungan dan pengobatan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Seseorang (laki-laki/perempuan) berusia diatas 18 (delapan belas)
b. Tahun; dan
c. Telah terinfeksi hiv/aids.

17. Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah seseorang yang menggunakan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya diluar pengobatan atau tanpa
sepengetahuan dokter yang berwenang. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Seseorang (laki-laki/perempuan) yang pernah menyalahgunakan narkotika,
psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya baik dilakukan sekali, lebih dari
sekali atau dalam taraf coba-coba;

c.

b. Secara medik sudah dinyatakan bebas dari ketergantungan obat oleh dokter
yang berwenang; dan

Tidak dapat melaksanakan keberfungsian sosialnya.
18. Korban trafficking adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis,

mental, fisik, seksual, ekonomi dan/atau sosial yang diakibatkan tindak pidana
perdagangan orang. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Mengalami tindak kekerasan;
b. Mengalami eksploitasi seksual;
c. Mengalami penelantaran;
d. Mengalami pengusiran (deportasi); dan
e. Ketidakmampuan menyesuaikan diri di tempat kerja baru (negara tempat

bekerja) sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu.
19. Korban tindak kekerasan adalah orang baik individu, keluarga, kelompok

maupun kesatuan masyarakat tertentu yang mengalami tindak kekerasan, baik
sebagai akibat perlakuan salah, eksploitasi, diskriminasi, bentuk-bentuk
kekerasan lainnya ataupun dengan membiarkan orang berada dalam situasi
berbahaya sehingga menyebabkan fungsi sosialnya terganggu. Dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Mengalami perlakuan salah;
b. Mengalami penelantaran;
c. Mengalami tindakan eksploitasi;
d. Mengalami perlakuan diskriminasi; dan
e. Dibiarkan dalam situasi berbahaya.
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) adalah pekerja migran internal dan
lintas negara yang mengalami masalah sosial, baik dalam bentuk tindak
kekerasan, penelantaran, mengalami musibah (faktor alam dan sosial) maupun
mengalami disharmoni sosial karena ketidakmampuan menyesuaikan diri di
negara tempat bekerja sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu.
Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pekerja migran domestik;
b. Pekerja migran lintas negara;

d.

c. Eks pekerja migran domestik dan lintas negara;

d. Eks pekerja migran domestik dan lintas negara yang sakit, cacat dan

e. Meninggal dunia;

f. Pekerja migran tidak berdokumen (undocument);
g. Pekerja migran miskin;
h. Mengalami masalah sosial dalam bentuk :

1) Tindak kekerasan;
2) Eksploitasi;
3) Penelantaran;
4) Pengusiran (deportasi);
5) Ketidakmampuan menyesuaikan diri di tempat kerja baru (negara

tempat bekerja) sehingga mengakibatkan fungsi sosialnya terganggu;
dan
6) Mengalami trafficking
21. Korban bencana alam adalah orang atau sekelompok orang yang menderita
atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor terganggu fungsi sosialnya. Dengan kriteria sebagai berikut:
Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami: a.
korban terluka atau meninggal;
b. kerugian harta benda;
c. dampak psikologis; dan
d. terganggu dalam melaksanakan fungsi sosialnya.
22. Korban bencana sosial adalah orang atau sekelompok orang yang menderita
atau meninggal dunia akibat bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Dengan
kriteria sebagai berikut:
Seseorang atau sekelompok orang yang mengalami: a.
Korban jiwa manusia;
b. Kerugian harta benda; dan
c. Dampak psikologis.

23. Perempuan rawan sosial ekonomi adalah seorang perempuan dewasa menikah,
belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk
dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perempuan berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 59 (lima puluh
sembilan) tahun;
b. Istri yang ditinggal suami tanpa kejelasan;
c. Menjadi pencari nafkah utama keluarga; dan
d. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup layak.

24. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Tidak mempunyai sumber mata pencaharian; dan/atau
b. Mempunyai sumber mata pencarian tetapi tidak mempunyai kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/ atau
keluarganya.

25. Keluarga bermasalah sosial psikologis adalah keluarga yang hubungan antar
anggota keluarganya terutama antara suami-istri, orang tua dengan anak kurang
serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan dengan
wajar. Dengan kriteria sebagai berikut:
• Suami atau istri sering tidak saling memperhatikan atau anggota keluarga
kurang berkomunikasi;
• Suami dan istri sering bertengkar, hidup sendiri-sendiri walaupun masih
dalam ikatan keluarga;
• Hubungan dengan tetangga kurang baik, sering bertengkar tidak mau
bergaul/berkomunikasi; dan
• Kebutuhan anak baik jasmani, rohani maupun sosial kurang terpenuhi.

26. Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal
dan terpencil serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan
baik sosial ekonomi, maupun politik. Dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berbentuk komunitas relatif kecil, tertutup dan homogen;
b. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;

c. Pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau;
d. Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi subsistem;
e. Peralatan dan teknologinya sederhana;
f. Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat

relatif tinggi; dan
g. Terbatasnya akses pelayanan sosial ekonomi dan politik.

Gambar 1
5 Pilar GEBASS

5 PILAR GEBASS

KOMUNIKASI
ARAH TUJUAN

SUMBER DANA

PENGAWASAN

EVALUASI

Selanjutnya Gerakan barisan sosial menerapkan penanganan skala prioritas
yang disesuaikan dengan keadaan linkungan setempat yang kami jadikan
sebagai percontohkan adalah RW 09 Desa Cikande Permai Kecamatan
Cikande Serang Banten dan proses kerjanya telah kami susun dibawah ini.

1. Tugas GEBASS

TUGASGEBASSRW

Menanggulangi rawan sosial warga RW dan warga yang tidak
bermukim (gelandangan) namun ditemukan di wilayah rw yang
meliputi
1. kematian
2. tranportasi ambulans
3. anak yatim
4. Donor Darah
5. Lansia yang terlantar
6. Penyandang cacat / disabilitas
7. Bantuan dana pendidikan
8. Rehabilitasi pengguna NARKOBA
9. Pelatihan kerja
Khusus warga yang tidak mukim (gelandangan ) penanganan
hanya bersifat pelaporan yang akan di tindak lanjuti oleh dinas
sosial untuk ditempatkan di rumah perlindungan.

Setalah kami paparkan tentang tugas dan fungsi maka kami membuat juga langkah

langkah kerja agar labih mudah dipahami dan dijalankan ditingkat akar rumput.

LANGKAH LANGKAH

1. MENDATA WARGA YANG
MENGALAMI RAWAN SOSIAL MELALUI
KETUA RT SETEMPAT

2. MERENCANAKAN PROGRAM BANTUAN
SOSIAL SKALA
PRIORITAS JANGKA PENDEK
DAN JANGKA PANJANG

3. MEMBENTUK KEPENGURUSAN
4. MENENTUKAN BUDGET

ANGGARAN YANG DISESUAIKAN
DENGAN SUMBER DANA YANG
ADA DI KE RW AN

Struktur organi sasi yang kami buat juga lebih disederhanakan

Penutup
Kami sangat berharap muncul PSM-PSM mandiri lain di masa yang akan

datang, dengan demikian maka akan tumbuh juga kelompok Gebass-Gebass lain
yang akan membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah kesenjangan
sosial. Pemerintah dalam hal ini tidak boleh tutup mata dengan aktivitas PSMPSM,
karena menjamurnya PSM bukanlah ancaman bagi siapapun tapi justru akan
meringankan beban pemerintah dalam mengatasi masalah sosial. Untuk itu PSM
pun meminta untuk lebih diakui dan diperhatikan sebagaimana organisasi sosial
kemasyarakatan lainnya. Maka dari itu keyakinan kami apabila para PSM ini
diperhatikan, maka warga akan semakin mandiri membangun lingkungannya. Kami
ingin di semua daerah konsep Gebass dapat dijadikan kerangka acuan bagi para
PSM untuk membangun lingkungannya masing-masing.

Demikian yang dapat diuraikan semoga apa yang tertuang dapat bermanfaat
bagi semua pihak terutama bagi kami sendiri, agar tetap semangat membangun
Gerakan Barisan Sosial dalam lingkup yang lebih besar lagi.

Cikande 10 Nopember 2017
Salam hangat,

Dedi Jumardi


Click to View FlipBook Version