PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2019
” Inovasi Penelitian dan Pembelajaran Biologi III (IP2B III) 2019”
Dilaksanakan di Surabaya, 23 Maret 2019
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
2019
ii
Tim Penyunting
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2019
”Inovasi Penelitian dan Pembelajaran Biologi III (IP2B III) 2019”
Pelindung : Prof. Dr. Suyono, M.Pd.
Penanggung Jawab : Dr. Yuliani, M.Si.
Penasehat : Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd.
Ketua Panitia : Dr. Widowati Budijastuti, M.Si.
Wakil Ketua : Guntur Tri Mulyono, M.Sc
Sekretaris : Sari Kusuma Dewi, M.Si
Bendahara : Dra. Evie Ratnasari, M.Si.
Penulis : Pemakalah pada Seminar Nasional Biologi 2019
Editor :
Ahmad Basri, S.Pd., M.Si
Eva Kristinawati Putri, M.Si
Dwi Anggorowati Rahayu, M.Si
Erlix Rakhmad Purnama, S.Si., M.Si.
Dr. Pramitha Yakub, M.Pd
Reviewer : (Universitas Negeri Surabaya)
Reni Ambarwati, S.Si., M.Sc. (Universitas Negeri Surabaya)
Dr. Fida Rachmadiarti, M.Kes (Universitas Negeri Surabaya)
Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si (Universitas Negeri Surabaya)
Prof. Dr. Endang Susantini, M.Pd. (Universitas Negeri Surabaya)
Dra. Wisanti, M.S. (Universitas Negeri Surabaya)
Nur Qomariyah, M.Sc (Universitas Negeri Surabaya)
Dr. Rinie Pratiwi Puspitawati, M.Si (Universitas Airlangga)
Dr Fatimah, M.Kes (Universitas Negeri Sebelas Maret)
Dr. Bowo Sugiharto, M.Pd (Universitas Jember)
Dr. Retno Wimbaningrum, M.Si (UIN Sunan Ampel Surabaya)
Dr. Nur Wakhidah, M.Si
Designer : Yuda
Diterbitkan Oleh:
FAKULTAS MIPA - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Gedung D-1 Unesa Kampus Ketintang
Jln. Ketintang - Surabaya 60231
Telepon : +6231 8280009 pes. 310
Faximil : +6231 8296427
E-Mail : [email protected]
Cetakan Kesatu, November 2019
ISBN
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam Sejahtera bagi kita semua.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kita
semua, sehingga pelaksanaan kegiatan Seminar Nasional Biologi “Inovasi
Pembelajaran dan Penelitian Biologi III (IP2B III) 2019” FMIPA Unesa dengan tema
“Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan” ini dapat terlaksana pada hari ini. Tujuan Seminar Nasional Biologi 2019
adalah: 1) Memberikan informasi dan pemahaman tentang pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan dalam usaha melestarikan kearifan lokal Indonesia; 2)
Memberikan informasi dan pemahaman pembelajaran khususnya bidang pengukuran
dan evaluasi dan terkait dengan pengembangan proses pembelajaran Biologi; dan 3)
Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian biologi, pendidikan biologi, dan ilmu-ilmu
hayati lainnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu pimpinan Universitas Negeri
Surabaya atas dukungannya sehingga seminar ini dapat terselenggara. Seminar
Nasional Biologi IP2B III ini diikuti oleh pemakalah dan peserta dari 21 perguruan
tinggi, 4 pendidikan dasar dan menengah, serta 5 lembaga ilmu pengetahuan/balai
penelitian. Berdasarkan asal daerah peserta/pemakalah tersebar di seluruh wilayah
Indonesia yaitu mayoritas jawa timur, ada dari Bali, DKI Jakarta, jawa tengah,
kepulauan Riau, sulawesi tengah dan sumatera Barat.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada peserta, pemakalah, dan
sponsorship atas keikutsertaannya dalam seminar ini. Dukungan sponsorship untuk
acara ini dari 1. PT Solo Murni (Kiky Creative Product Inc.), 2. Bank Tabungan Negara
(BTN), 3. PT Pertamina, 4. PT Sertiv Solusi Indonesia, 5. Kantor Hukum R.Teguh
Santoso dan Rekan, 6). PT Terminal Petikemas Surabaya, dan 7) CV. Destya Abadi.
Kami selaku panitia pelaksana mohon maaf apabila dalam pelaksanaan seminar
terdapat kekurangan. Semoga Seminar Nasional Biologi 2019 ini dapat memberi
manfaat bagi kemajuan ilmu Biologi dan Pendidikan Biologi di Indonesia.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Surabaya, 4 November 2019
Ketua Panitia,
Dr. Widowati Budijastuti, M.Si.
iv
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................................v
Pemulihan dan Penjagaan Hayati Bagi Sumber Daya Lahan Sepanjang Badan 1-5
5-11
Perairan 12-19
20-27
Mahanani Tri Asri 28-33
34-39
Potensi Virus Serangga Sebagai Bioinsektisida Dalam Menjaga 40-45
46-57
Agroekosistem Berkelanjutan
58-63
Sarwoko Mangkoedihardjo 64-70
Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pertumbuhan dan 71-76
77-86
Perkembangan Kelas XII SMA 87-100
101-111
Ari Dwi Jayanti, Wisanti, Sari Kusuma Dewi
Teacher's Perception of Science Literacy and its Implementation in Learning 112-119
120-127
Sriwahyuni Viyosari, Wisanti , Eva Kristinawati Putri
Analysis of Brainstorming Characteristics on Virus Material Worksheets for 128-134
high School Students Grade 10
Innas Soraya, Widowati Budijastuti, Wisanti
Digital Literacy Content Analysis In The Biology Textbooks On Animalia
Material
Intan Delia Tivania Putri, Reni Ambarwati
Kelayakan Teoritis e-Book Pembelahan Sel Berbasis HOTS untuk Melatihkan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Kelas XII SMA/MA
Yuliana Hartiningrum,Endang Susantini
Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pembelajaran IPA Kelas
IV SDI An-Nur Surabaya
Nur Kumala Wardani
Pengaruh Media Prezi terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Motivasi Belajar
Siswa Kelas XI SMAN 4 Palu
Amiruddin Kasim, Masrianih, Sri Wahyuni
Developing Student‟s Worksheet Using Project Based Learning on Biotechnology to
educate 12th Grade Students about Bioentrepreneurship Skills
Rukmana, Rinaldiyanti, Endang Susantini , Ahmad Bashri
Student‟s Prior Knowledge on the Utilization of Plants in the Surronding Environment
Valentina Wahyuningsih dan Wisanti
Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa
Calon Guru Sekolah Dasar
Yulia Eka Yanti, Herawati Susilo, Mohamad Amin, Utami Sri Hastuti
Pengembangan LKS Berbasis Learning Cycle 5e Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Febriarsita, Muhammad
Penerapan Model Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN Sumur Welut III Surabaya
Rahmi Nur Habibah
Pengaruh Model Project Based Learning Dipadukan Metode Gallery Walk dan Gaya
Belajar Terhadap Pengetahuan Prosedural Siswa di SMAN 4 Tangerang Selatan
Sujiyo Miranto
Kelayakan Teoritis Buku Ajar Berbasis Science, Environment, Technology And Society
(SETS) Materi Perubahan Lingkungan dan Daur Ulang Limbah untuk Melatihkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA
Eka Farah Dewi, Herlina Fitrihidajati
Menumbuhkan Kompetensi Manajerial dan Profesional Mahasiswa Calon Guru dalam
Mengelola Laboratorium Biologi Melalui Kegiatan Praktik
v
Ifa Muhimmatin 135-139
Analisis Lingkungan Belajar terhadap Motivasi Belajar pada Materi Plantae 140-145
Dyah Ayu Tasryq N, Wisanti 146-153
154-157
Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Biologi sebagai Upaya Melatih 158-164
Literasi Saintifik 165-171
172-177
Adib Rifqi Setiawan 178-186
Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi 187-194
Perubahan Lingkungan Untuk Melatihkan Berpikir Kritis 195-203
Tria Amalia Atika 204-209
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 210-213
(IPA) Melalui Bacaan Populer 214-217
218-222
Adib Rifqi Setiawan 223-227
Penggunaan Mabadi„Asyroh dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar 228-236
237-242
Adib Rifqi Setiawan 243-248
Validitas LKPD Materi Virus Berstrategi Metakognitif Know-Learned (K-L) untuk 249-254
Melatihkan Keterampilan Metakognitif 255-259
Sonia Dianita Savitri, Endang Susantini
Pengaruh Jenis Material Stek Terhadap Pertumbuhan Akar Pada Perbanyakan
Tanaman Hoya spp.
Trimanto, Suhartono
Analisis Kebutuhan: Pengembangan Monograf Sebagai Sumber Informasi Petani Buah
Naga (Hylocereus polyrhizus)
Trio Ageng Prayitno, Nuril Hidayati
Studi Sebaran Tumbuhan Gulma Invasif Berbiji Di Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Agung Sri Darmayanti, Dinik Rokhmatin, Roif Marsono
Studi Masa Simpan Dan Perlakuan Pendahuluan Terhadap Viabilitas Dan
Pertumbuhan Benih Tiga Jenis Tanaman Lokal Indonesia
Agung Sri Darmayanti
Kekayaan Jenis Makroinvertebrata di Pantai Tengket Bangkalan Madura
Rakmawati
Identifikasi Jaringan Insang pada Ikan Koi (Cyprinus Carpio) yang Terinfeksi
Myxobolus Sp. dengan Pemberian Probiotik
Uun Yanuhar, Nur Sakinah Junirahma, Kurnia Susilowati, Muhammad Musa
Analisa Serangan Bemisia tabacci terhadap Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum)
Dilihat Jumlah Trikoma Daun Sehat dengan Daun Terinfeksi
As’ad Syamsul Arifin, Riyanto
Kelas Ilustrasi Botani : Alternatif Pembelajaran Morfologi Tumbuhan di Kebun Raya
“Eka Karya” Bali – LIPI
Gebby Agnessya Esa Oktavia
Pengaruh Pemberian Filtrat Kacang Hijau dan Kacang Tanah Sebagai Sumber
Nitrogen pada Pembuatan Nata de coco
Eili Supriatin Susilo Wahyuningati, Ahmat Khoirul Rifai, Dewi Farokha Faradiba,Guntur
Trimulyono
Fenologi, Struktur dan Produktivitas Bunga dan Buah Tumbuhan Endemik
Kalimantan Diospyros perfida Bakh.
Ridesti Rindyastuti, Ayu Ummi Maufiroh
Keanekaragaman dan Kemelimpahan Burung di Kawasan Mangrove Wonorejo
Surabaya
Nasrotul Akhadah, Ghea Dionita Sanora, Rizqi Aulia Nurlaili, Reni Ambarwati
Peran Tumbuhan Akuatik Sebagai Fitoremediasi Melalui Pemantauan Kualitas Air di
Kebun Raya Purwodadi
Emilia Anjar Prastiwi, Rony Irawanto
Pemanfaatan Pupuk Cair dari Limbah Serabut (Sabut) Kelapa sebagai Alternatif
Nutrisi Tanaman Kangkung (Ipomea reptans poir.) pada Hidroponik Wick System
Risa Akbar Fitria, Irkham Mahmudi , Yuliani
Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis dalam Pengencer Dasar Tris-Citric-Acid Soya (TCS)
vi
terhadap Motilitas Spermatozoa Kambing Boer Pasca Pembekuan
Wira Nanda, Nur Ducha , Erlix Rakhmad Purnama
Inventarisasi Ektoparasit dan Endoparasit yang Menginfeksi Ikan Lele (Clarias 260-264
gariepinus) pada Budi Daya Kolam Tanah
Ajheng Triyuni Hariza, Lilis Suryandari
Kultivasi Mikroalga Scenedesmus Pada Medium Suplemen Air Kelapa Cultivation 265-268
Scenedesmus Microalgae on the Coconut Water Suplemented Medium
Cindy Claudia1, Orryani Lambui dan I Nengah Swastika
Studi Analisis Pengujian Standar Pada Komoditi Padi (Oryza sativa L) Di UPT. PSBT2P6H9-275
Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Jawa Timur
Lilis Suryandari, Evie Ratnasari
Pengaruh Perendaman Plantlet Nilam Aceh (Pogostemon Cablin) Pra-aklimatisasi 276-280
dengan Indole-3-Butyric Acid Terhadap Pertumbuhan Tunas Pucuk
Siti Mudaliana Ali Topan
Kadar Serat Diterjen Asam Dan Serat Diterjen Neutral Butiran Kering Distilat Sekam 281-289
Padi Hasil Fermentasi Mono Dan Ko-Kultur Saccharomyces cerevisiae Dengan
Candida tropicalis
Tatang Sopandi, Wardah
Keanekaragaman Arthropoda pada Lahan Bero Sawah Padi Organik 290-296
Fais Nihayatih, Cicilia Nova Ratnasari, Fatikhul Karim
Kajian Keanekaragaman Tumbuhan dalam Fitoremediasi Deterjen 297-307
Elisa Kustiyaningsih, Rony Irawanto
Analisis Kualitatif Ekspresi Gen BRCA1 dan BRCA2 Pada Jaringan Kanker Payudara 308-312
Dengan Stadium Yang Telah Diketahui
Riska Muliyana, Dwi Listyorini, I Kade Karisma Gita Ardana
Identifikasi Pertumbuhan Sekunder Talus Lichen Parmelia sulcata pada Media 313-317
Propagasi MYE (Malt Yeast Extract) dan MS (Murashige and Skoog) secara In Vitro
Firda Nurul Diah Ashshoffa, Yuliani
Pengaruh Thidiazuron dan Air Kelapa terhadap Perkembangan Protokorm Vanda 318-322
tricolor Lindley var. suavis secara In Vitro
Raras Ahlul Widawati, Endang Semiarti, Catharina Tri Widyastuti
Profil Implementasi Nilai-Nilai Karakter Siswa Pendidikan Dasar hingga Menengah 323-330
di Gorontalo
Yuni Sri Rahayu, Suryanti, Wasis
vii
Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pendidikan Biologi III (IP2B III) 2019”
Pengaruh Perendaman Plantlet Nilam Aceh (Pogostemon Cablin) Pra-
aklimatisasi dengan Indole-3-Butyric Acid Terhadap Pertumbuhan Tunas Pucuk
Siti Mudaliana1, Ali Topan1
1UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu
1email: [email protected]
1email: [email protected]
ABSTRAK
Nilam merupakan penghasil minyak atsiri penting untuk industri wewangian. Oleh
sebab itu, permintaan akan minyak atsiri ini sangat tinggi. Hanya saja, hal ini tidak dibarengi
dengan produksi minyak yang berkualitas. Hal ini terkait dengan kekurangan pada proses
penyulingan serta penggunaan bibit tanaman yang baik sebagai bahan baku. Kultur jaringan
merupakan salah satu cara dalam memenuhi permintaan akan bibit tanaman yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bibit tanaman nilam yang berkualitas. Penelitian
dilakukan dengan merendam plantlet pucuk nilam pada larutan hormon, indole-3-butyric acid
(IBA) 1 mg/L, dengan durasi lama perendaman yang berbeda. Empat perlakuan yang berbeda
diberikan kepada plantlet nilam, terdiri dari 0 jam (tidak direndam; kontrol); 1 jam; 2 jam; dan 3
jam perendaman. Pengamatan dilakukan pada hari ke-7, -14, -21, dan -28. Data dianalisis
menggunakan ANOVA satu arah, dilanjutkan dengan uji Dunnet (α=0.05). Hasil analisis
menunjukkan bahwa perendaman plantlet dalam larutan IBA berpengaruh pada tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar bila dibandingkan dengan kontrol. Hasil
antar perlakuan berbeda secara signifikan (P<0,05) hanya pada panjang dan jumlah akar,
sedangkan pada jumlah daun dan tinggi tanaman tidak berbeda secara signifikan. Perendaman
plantlet pra-aklimatisasi pada larutan IBA 1 mg/L dengan lama waktu perendaman 1 jam
relatif menghasilkan jumlah akar dan panjang akar yang lebih baik dari pada tanpa
perendaman IBA. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ZPT yang digunakan (IBA)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan daun baru, namun berpengaruh
terhadap tinggi tanaman, dan pertumbuhan akar.
Kata kunci: aklimatisasi, IBA, indole-3-butyric acid, nilam aceh, plantlet
ABSTRACT
Patchouli is an important essential oil producer for the fragrance industry. Therefore, the
demand for essential oils is very high. However, this is not accompanied by quality oil production. This is
related to deficiencies in the distillation process and the use of good plant seeds as raw material. Tissue
culture is one way to meet the demand for quality plant seeds. This study aims to produce quality
patchouli seeds. The study was conducted by immersing patchouli shoot plantlets in a hormone solution,
indole-3-butyric acid (IBA) 1 mg / L, with a different duration of immersion. Four different treatments
were given to patchouli plantlets, consisting of 0 hours (not soaked; control); 1 hour; 2 hours; and 3 hours
of immersion. Observations were made on days 7, -14, -21 and -28. Data were analyzed statistically
using one-way ANOVA, followed by the Dunnet test (α=0.05). The results showed that immersion of
plantlets in IBA solution had an effect on plant height, number of leaves, number of roots and root length
compared to controls. Results between treatments differed significantly (P <0.05) only on the length and
number of roots, while the number of leaves and plant height did not differ significantly. Immersion of
pre-acclimatization plantlets in IBA 1 mg / L solution with 1 hour immersion time relatively produced a
better number of roots and root length than without IBA immersion. ZPT (IBA) did not affected
significantly on new leaves growth, but it had effect on the plants height and roots.
Key words: acclimatization, IBA, indole-3-butyric acid, patchouli, plantlets
Prodising Seminar Nasional Biologi 2019_ISBN: 978-602-0951-26-3 276
Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pendidikan Biologi III (IP2B III) 2019”
PENDAHULUAN ini, dilakukan perendaman plantlet pra-
Nilam merupakan salah satu jenis aklimatisasi dengan larutan IBA 1 mg/L.
Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap
tanaman penghasil minyak atsiri yang penting pertumbuhan nilam aceh.
untuk industri wewangian. Minyak nilam
dimanfaatkan sebagai bahan pengikat (fiksatif) METODE PENELITIAN
pada parfum. Permintaan akan minyak nilam di Persiapan Plantlet
pasar perdagangan internasional sangat tinggi
dan Indonesia menjadi salah satu pemasok Pada penelitian ini digunakan plantlet
minyak nilam terbesar di dunia, sekitar 90%. nilam aceh (Pogostemon cablin (Bl.) Benth.) yang
Hanya saja, kualitas minyak yang dihasilkan telah dikultur pada botol kultur di media MS0
masih di bawah standar (Santoso, 1990). Nilam padat selama 2 bulan di Laboratorium Kultur
sendiri (Pogostemon sp.) termasuk famili Jaringan Tanaman UPT Materia Medica Batu.
Labiaceae. Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam Dipilih tanaman dengan tinggi dan jumlah daun
yang dapat dibedakan menurut karakter seragam.
morfologinya, kandungan patchouli alcohol (PA), Penanaman Plantlet
kualitas minyak serta ketahanan terhadap
cekaman biotik dan abiotik. Ketiga jenis nilam Plantlet nilam aceh di dalam botol kultur
tersebut adalah P. cablin (Bl.) Benth. Syn. P. dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan
patchouli var. suavis (Ten.) Hook. f. disebut nilam pinset kemudian dicuci dengan akuades steril.
aceh; P. heyneanus Benth disebut nilam jawa; dan Selanjutnya, planlet direndam dalam larutan
P. hortensis Backer disebut nilam sabun (van fungisida (Benlate® 2 g/l) selama 30 menit.
Steenis, 2008). Adapun yang paling luas daerah Plantlet nilam dipotong sehingga yang tersisa
penyebarannya dan banyak dibudidayakan adalah daun berjumlah 4 dan batang dengan
adalah nilam aceh yang memiliki kadar minyak panjang yang sama, selanjutnya direndam pada
dan kualitas minyak lebih tinggi dibandingkan larutan yang mengandung ZPT IBA dengan
dengan kedua jenis nilam lainnya. Minyak nilam perlakuan sebagai berikut: 1) IBA 0 mg/L, durasi
aceh termasuk salah satu dari minyak atsiri perendaman plantlet 0 jam (kontrol); 2) IBA 1
(essential oil, volatile). mg/L, perendaman 1 jam; 3) IBA 1 mg/L,
perendaman 2 jam; dan 4) IBA 1 mg/L,
Salah satu usaha untuk memenuhi perendaman 3 jam. Kemudian planlet ditanam
kebutuhan akan bibit nilam yang berkualitas pada media pembibitan yaitu arang sekam pada
adalah dengan teknik kultur jaringan tanaman. tray aklimatisasi. Selanjutnya tanaman ditutup
Pada teknik kultur jaringan maupun proses dengan plastik bening yang diberi lubang pada
aklimatisasi biasanya digunakan zat pengatur bagian ujungnya yang bertujuan untuk adaptasi
tumbuh (ZPT, hormon) untuk meningkatkan tanaman kultur terhadap lingkungan barunya.
pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh Planlet dipelihara secara intensif di green house
pada tanaman (plant regulator) adalah senyawa (nursery). Pengamatan dilakukan pada hari ke-7,
organik yang bukan hara yang dalam jumlah -14, -21, dan -28 pasca aklimatisasi. Parameter
sedikit dapat mendukung, menghambat dan yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah
merubah proses fisiologi tumbuhan. daun baru yang tumbuh, jumlah akar, dan
panjang akar. Seluruh data dianalisis
IBA (Indole-3-butyric acid) merupakan menggunakan ANOVA satu arah, dilanjutkan
salah satu jenis hormon yang digunakan untuk dengan uji Dunnet dengan tingkat kesalahan 5%
merangsang pertumbuhan akar. Selain dipakai menggunakan software GraphPad Prism.
untuk merangsang perakaran, hormon IBA
mempunyai manfaat yang lain seperti HASIL
menambah daya kecambah, merangsang Tinggi Tanaman
perkembangan buah, mencegah kerontokan,
serta pendorong kegiatan kambium (Wattimena, Hasil uji statistik dan Gambar 1
1987). Pada kultur jaringan tanaman, IBA menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada
biasanya ditambahkan pada medium tanam, kelompok perlakuan (2), (3), dan (4) terhadap
misal dicampur ke dalam medium Murashige- kontrol (perlakuan (1)), tidak berbeda secara
Skoog (Nissen & Sutter, 1990; Gaspar, et al., signifikan pada pengamatan hari ke-7 dan ke-14.
1996). Aplikasi ZPT pada plantlet sebelum Untuk pengamatan pada hari ke-21 dan ke-28,
aklimatisasi dirasa lebih praktis. Pada penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang
Prodising Seminar Nasional Biologi 2019_ISBN: 978-602-0951-26-3 276
Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pendidikan Biologi III (IP2B III) 2019”
singnifikan pada perlakuan (2) terhadap kontrol Jumlah daun15
(P<0.05), sedangkan perlakuan (3) dan (4) tidak 1
berbeda secara signifikan terhadap kontrol. 2hari ke-7
Paparan terhadap auksin eksogen menampakan hari ke-14
hasil yang signifikan setelah minggu ke-3 (hari 10 3 hari ke-21
ke-21). Hal ini menunjukkan bahwa auksin 4hari ke-28
eksogen, dalam hal ini IBA, memerlukan waktu
untuk dapat memberikan pengaruh terhadap 5
pertumbuhan tinggi tanaman. Pada perlakuan (2)
tanaman direndam selama 1 jam sebelum 0
ditanam, dan perlakuan (3) dan (4), 2 dan 3 jam.
Hal ini menunjukkan bahwa durasi perendaman Gambar 2. Jumlah daun baru rata-rata tanaman nilam
dengan zat pengatur tumbuh IBA, tidak aceh yang diberi perlakuan pra-aklimatisasi berupa
mempengaruhi secara linear pertumbuhan perendaman IBA dengan durasi yang berbeda-beda;
tanaman. Meskipun diasumsikan semakin lama pengamatan pada hari ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28
durasi perendaman maka IBA yang masuk ke
tanaman akan semakin tinggi pula. Jumlah dan Panjang Akar
Hasil analisis menunjukkan, bahwa jumlah akar
Pertumbuhan Daun Baru pada ketiga perlakuan memberikan hasil yang
Hasil analisis menunjukkan bahwa berbeda nyata terhadap kontrol pada
pengamatan hari ke-7 (P<0.05), tetapi tidak
jumlah daun pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata pada pengamatan hari ke-14, ke-
berbeda nyata terhadap kontrol (P>0.05). Jumlah 21, dan ke-28. Jumlah akar rata-rata dapat dilihat
daun rata-rata dapat dilihat pada grafik pada pada grafik pada gambar 3A. Sedangkan pada
Gambar 2. Wattimena (1987) menyebutkan, parameter panjang akar, didapat bahwa ketiga
bahwa auksin dapat menghambat pembentukan perlakuan memberikan hasil yang berbeda nyata
daun. Jadi, seharusnya semakin kecil durasi terhadap terhadap kontrol pada pengamatan hari
perendaman auksin (IBA), jumlah daun yang ke-28 (P<0.05), tetapi tidak berbeda nyata pada
terbentuk makin banyak. Penelitian ini data lainnya. Jumlah akar rata-rata dapat dilihat
menunjukkan auksin tidak memberikan efek pada grafik pada Gambar 3B. Tanaman yang
apapun terhadap pembentukan daun baru baik direndam auksin dengan waktu relatif singkat (1
pada pengamatan hari ke-7, ke-14, ke-21, jam), mempunyai panjang akar yang lebih
maupun ke-28. panjang dibanding kontrol, sedangkan
penambahan waktu perendaman hanya akan
menghasilkan panjang akar yang sama dengan
tanaman yang tidak direndam auksin
Gambar 1. Tinggi rata-rata (cm) tanaman nilam aceh 277
yang diberi perlakuan pra-aklimatisasi berupa
perendaman IBA dengan durasi yang berbeda-beda;
pengamatan pada hari ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28
Prodising Seminar Nasional Biologi 2019_ISBN: 978-602-0951-26-3
Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pendidikan Biologi III (IP2B III) 2019”
jumlah akar 25 Akan tetapi, peningkatan ini tidak akan
1 membawa hasil yang signifikan terhadap
pertumbuhan tanaman, meskipun tetap lebih
20 2 tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak
3 terpapar auksin eksogen. Terdapat waktu yang
optimum terhadap lama perendaman terhadap
15 4 absorbsi dan efek auksin pada tanaman. Dalam
hal ini, satu jam perendaman sudah cukup.
10 Penambahan waktu perendaman tidak akan
menyebabkan peningkatan efek auksin dalam
5 pertambahan tinggi tanaman/ panjang batang.
Penelitian oleh Prihandono (2010) menunjukkan
A hal yang serupa. Kecepatan pertumbuhan bibit
Anthurium hookeri yang direndam dalam larutan
0 IAA selama 30 menit lebih baik dibanding
perlakuan perendaman selama 15 menit maupun
hari ke-7 perendaman selama 45 menit. Wilkins (1989)
hari ke-14 menyatakan bahwa hormon auksin
hari ke-21 meningkatkan pertumbuhan sampai mencapai
hari ke-28 konsentrasi optimal, namun apabila konsentrasi
yang diberikan lebih tinggi dari konsentrasi
Panjang akar (mm) 5 optimal, maka akan mengganggu metabolisme
1 dan perkembangan tumbuhan.
42 Efek auksin eksogen baru menampakkan
3 hasil setelah hari ke-21. Pemberian auksin harus
dikombinasikan dengan hormon lain untuk
34 mendapatkan planlet yang optimal. Pada
penelitian ini hanya digunakan auksin saja. Hal
2 inilah kemungkinan yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman menjadi tertunda. Dalam
1 penelitian ini, penambahan auksin eksogen tidak
dibarengi dengan penambahan sitokinin
B eksogen. Sementara auksin dan sitokinin
berperan dalam pertumbuhan tunas. Seperti
0 yang dinyatakan oleh Ali et al. (2007) pada
tanaman tembakau, keseimbangan antara auksin
hari ke-7 dan sitokinin dapat mengatur pertumbuhan
hari ke-14 tunas dan kalus pada kultur in vitro. Oleh karena
hari ke-21 itu untuk mendapatkan hasil kultur jaringan
hari ke-28 yang optimal diperlukan kombinasi komposisi
ZPT berupa hormon auksin dan sitokinin yang
Gambar 3. Jumlah akar rata-rata (A) dan panjang akar tepat. Lebih lanjut, Anggraeni (2011) mendapati
bahwa pada tanaman gaharu, diperlukan
rata-rata (mm) (B) tanaman nilam aceh yang diberi kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA
perlakuan pra-aklimatisasi berupa perendaman IBA yang optimum dalam menghasilkan jumlah dan
dengan durasi yang berbeda-beda; pengamatan pada hari panjang planlet. Misra (1996) menyatakan bahwa
ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 pertumbuhan daun dan kalus nilam aceh hasil
mikropropagasi memerlukan kombinasi NAA
PEMBAHASAN (auksin) dan BA (sitokinin) yang tepat.
Menurut Wattimena (1987), auksin Penelitian ini menunjukkan auksin tidak
memberikan efek apapun terhadap pembentukan
berperan dalam pembelahan sel, pertumbuhan daun baru baik pada pengamatan hari ke-7, ke-
14, ke-21, maupun ke-28. Seperti telah disebutkan
akar, serta pemanjangan sel. Pembelahan sel,
278
morfogenesis dan pengaturan pertumbuhan
merupakan proses yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman. Pengurangan
konsentrasi auksin hingga setengah kalinya
memberikan penurunan jumlah tunas yang
terbentuk, meskipun tidak sampai 50%. Namun,
peningkatan konsentrasi hingga dua kalinya juga
tidak memberi hasil yang lebih baik atau tidak
menghasilkan peningkatan jumlah tunas. Hal ini
disebabkan auksin lebih berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar, daripada pucuk.
Lebih lanjut Dewi (2008) menyebutkan
bahwa fungsi auksin antara lain mempengaruhi
pertambahan panjang batang, pertumbuhan,
diferensiasi dan percabangan akar,
perkembangan buah, dominansi apikal,
fototropisme dan geotropisme. Lamanya
eksposur potongan plantet terhadap IBA,
diasumsikan akan mengakibatkan peningkatan
jumlah konsentrasi IBA yang masuk ke tanaman.
Prodising Seminar Nasional Biologi 2019_ISBN: 978-602-0951-26-3
Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pendidikan Biologi III (IP2B III) 2019”
sebelumnya, bahwa pertumbuhan optimal Lebih lanjut dijelaskan oleh Axelsson
ditentukan oleh kadar auksin dan sitokinin yang (2005), bahwa auksin berperan penting dalam
seimbang yang dapat mempengaruhi kondisi proses regulasi pertumbuhan akar. Auksin
fisiologis tanaman menjadi lebih baik, sehingga menstimulasi sel untuk melakukan
dihasilkan pertumbuhan yang optimal embriogenesis. Dalam proses kultur jaringan,
(Wattimena, 1987). Arimarsetiowati dan auksin dalam konsentrasi rendah akan
Ardiyani (2012) melakukan penelitian terhadap menstimulasi pembentukan kalus, sedangkan
kopi Arabika secara in vitro dengan penambahan bila konsentrasinya tinggi akan terjadi dominasi
ZPT auksin. Hasilnya menunjukkan bahwa, dalam pembentukan akar. Akan tetapi, tetap
penambahan auksin pada eksplan kopi Arabika diperlukan keseimbangan yang tepat antara
menghambat munculnya daun, di mana jumlah auksin dan sitokinin dalam pembentukan akar.
daun yang muncul pada eksplan tanpa Dalam media yang mengandung auksin dan
perlakuan auksin lebih banyak daripada jumlah sitokinin, akan terjadi sifat antagonis dalam
daun yang muncul pada eksplan dengan mempengaruhi pembentukan akar.
perlakuan auksin.
Selain dipengaruhi oleh ZPT, kecepatan
Dari hasil yang berbeda nyata, yaitu pada tumbuh juga dipengaruhi oleh keadaan eksplan.
hari ke-7, terlihat bahwa lamanya perendaman Adakalanya terdapat eksplan yang mengalami
berpengaruh secara linear terhadap stagnasi pertumbuhan. Penyebab stagnasi secara
pembentukan akar. Akan tetapi, tanaman tanpa umum antara lain, penggunaan eksplan atau
auksin (kontrol) mempunyai jumlah akar lebih bahan tanam yang tidak meristematik atau
banyak daripada yang diberi perlakuan dengan potensial meristematik, sterilisasi eksplan yang
auksin. Di sini tergambarkan dengan jelas bahwa berlebihan, media tidak cocok atau lingkungan
auksin berpengaruh terhadap pembentukan yang tidak mendukung (Sriyanti dan Wijayanti,
akar. Dari Gambar 3A di atas diketahui bahwa 1994). Selain itu, faktor genetis dari tanaman
kecenderungan jumlah akar terus naik seiring juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
dengan lamanya waktu perendaman. Akan perkembangan tanaman.
tetapi, tanaman tanpa direndam auksin
mempunyai jumlah akar lebih banyak. Dalam hal SIMPULAN
ini bisa dikatakan bahwa waktu optimum untuk ZPT yang digunakan (IBA) tidak
lama perendaman belum didapatkan.
berpengaruh secara signifikan terhadap
Himanen et al. (2002) menyatakan bahwa pembentukan daun baru, tetapi terlihat
auksin memicu terjadinya pembelahan sel, berpengaruh terhadap akar, dan sedikit
terutama pada pembentukan akar. Akan tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Durasi
pada kondisi tertentu auksin juga dapat bersifat perendaman optimum ZPT (IBA) pra-
meracuni tanaman. Menurut Weaver (1972), aklimatisasi terhadap pertumbuhan pucuk
IBA merupakan auksin dengan aktivitas dan tanaman adalah 1 jam. Sedangkan, pengaruh
translokasi yang lemah, dan akan tetap berada lama perendaman IBA terhadap akar belum
pada daerah pemberian perlakuan, sehingga dapat disimpulkan dari penelitian ini. Oleh sebab
bahan aktifnya akan tertahan di dekat tempat itu, selanjutnya perlu dilakukan penelitian
aplikasinya. Beberapa jenis auksin juga dapat dengan mengkombinasikan dua ZPT, yaitu
menghambat pertumbuhan panjang akar. auksin dan sitokinin, dengan kombinasi
Menurut Kaneda et al. (1997), penambahan konsentrasi yang berbeda-beda. Selain itu,
auksin dengan konsentrasi tertentu tidak selalu penelitian perlu difokuskan pada perbanyakan
meningkatkan pertumbuhan akar. Akan tetapi, jumlah daun baru yang terbentuk karena pada
dalam kasus tertentu justru dapat menghambat nilam, bagian yang dimanfaatkan adalah daun.
pertumbuhan akar. Hal tersebut berhubungan
dengan kadar nitrogen yang ada pada masing- DAFTAR PUSTAKA
masing media tumbuh, yang mana jumlah Ali G, Hadi F, Ali Z , Tariq M and Khan MA,
nitrogen yang melimpah pada media malah
kurang baik untuk pertumbuhan akar. Kadar 2007. Callus Induction and in vitro
asam amino yang tinggi, yang terkait dengan Complete Plant Regeneration of Different
tingginya kadar nitrogen, diketahui dapat Cultivars of Tobacco (Nicotiana tabaccum L.)
menghambat pembentukan akar. on media of Different Hormonal
Consentration. Biotechnology Vol. 6: 561-566.
Prodising Seminar Nasional Biologi 2019_ISBN: 978-602-0951-26-3 279
Seminar Nasional Biologi “Inovasi Penelitian dan Pendidikan Biologi III (IP2B III) 2019”
Anggraeni F, 2011. Induksi Tunas Tanaman Organogenesis in Soybean (Glicine max (L.)
Gaharu (Aquilaria malaccencis Lamk) Merr.). Plant Cell Report Vol. 17: 8-12.
dengan Menggunakan Kombinasi Zat Misra M, 1996. Regeneration of Patchouli
Pengatur Tumbuh BAP dan IAA secara In (Pogostemon cablin Benth.) Plants from Leaf
Vitro Skripsi. Dipublikasikan. Medan: and Node Callus, and Evaluation after
Universitas Sumatera Utara. Growth in The Field. Plant cell report Vol.
Arimarsetiowati R and Ardiyani F, 2012. 15: 991-994.
Pengaruh Penambahan Auxin terhadap Prihandono S, 2010. Kajian Tingkat Kemasakan
Pertunasan dan Perakaran Kopi Arabika Biji dan Lama Perendaman Larutan Auksin
Perbanyakan Somatik Embriogenesis. Pelita terhadap Pertumbuhan Bibit Anthurium
Perkebunan Vol. 28(2): 82-90. hookeri Skripsi. Dipublikasikan. Surakarta:
Axelsson M, 2005. Cloning and Growth- Universitas Sebelas Maret.
regulators. Diakses melalui Santoso H B, 1991, Bertanam nilam bahan industri
www.icfcst.kiev.ua/formes/forme161.htm Wewangian. Kanisius, Yogyakarta.
pada 16 November 2018. Sriyanti DP dan Wijayanti A, 1994, Teknik kultur
jaringan: pengenalan dan petunjuk
Dewi IR, 2008. Peranan dan Fungsi
perbanyakan tanaman secara vegetatif modern.
Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman
Kanisius, Yogyakarta.
Skripsi. Dipublikasikan. Bandung:
Van Steenis CGGJ, 2008, FLORA: untuk sekolah di
Universitas Padjajaran.
Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta.
Himanen K, Boucheron E, Vannesse S, de
Wattimena GA, 1992, Bioteknologi tanaman. Pusat
Almeida-Engler J, Inze D and Beeckman T,
Antar Universitas Bioteknologi, Institut
2002. Auxin-mediated Cell Cycle
Pertanian Bogor, Bogor.
Activation During Early Root Initiation.
Weaver JR, 1972, Plant growth in agriculture.
Plant Cell Vol. 14: 2339-2352.
University of California, San Frasisco.
Kaneda Y, Tabei Y, Nishimura S, Harada K,
Akihama T and Kitamura K, 1997. Wilkins MB, 1989, Fisiologi Tanaman. Alih Bahasa:
Combination of Thiadizuron and Basal Sutedjo MM dan Kartasapoetra AG. Bina
Media with Low Salt Concentration Aksara, Jakarta.
Increases The Frequency of Shoot
Prodising Seminar Nasional Biologi 2019_ISBN: 978-602-0951-26-3 280