The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aldasalatun8, 2021-04-01 01:59:07

FLIPBOOK_alda salatun-dikonversi

FLIPBOOK_alda salatun-dikonversi

RESUME MATERI & HASIL DISKUSI

Dosen Pengampuh : Siti Choirul Dwi Astuti, M. Tr. Keb

Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan
(Resusitasi & Langkah Resusitasi )

Nama : Alda Salatun
Nim : 751540120004
Prodi : D-III Kebidanan
Jurusan : Kebidanan

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
2021

MATERI KELOMPOK 3 (RESUSITASI)

A. SESI TANYA JAWAB
Pertanyaan Kelompok 1
Dari Kel. 1

1) Penanya : Falniyanti Hamzah
Pertanyaan : Asuhan pasca resusitasi itu adalah pelayanan
kesehatan pasca resusitasi yg berupa pemantauan,
Asuhan BBl dan konseling, nah prtnyaan saya
bagaimana tahap konseling jika resusitasi belum /
kurang berhasil pada bayi
Penjawab : Melanda Sukmawati S. Lihu
Jawaban : A. Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya
memerlukan rujukan. Sebaiknya bayi dirujuk bersama
dengan ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
B. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana
transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang
anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.
C. Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju
(jika mungkin) tentang keadaan bayi dan perkiraan
waktu tiba Beritahukan juga bahwa ibu baru saja
melahirkan.
D. Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang
diperlukan

Dari Kel. 2
2) Penanya : Eka Pratiwi Teha

Pertanyaan : Apakah kondisi ibu juga beresiko menyebabkan
masalah pada bayi sehingga bayi memerlukan
resusitas?

Penjawab : Anisa Fajri Ibrahim

Jawaban : ya. kondisi ibu juga berisiko untuk menyebabkan
masalah pada bayi, antara lain:
Memiliki infeksi dan penyakit tertentu,
usia ibu di atas 40 atau di bawah 16 tahun, masalah
plasenta, seperti solusio plasenta atau plasenta previa,
memiliki kehamilan berisiko sebelumnya, mengalami
perdarahan berat selama kehamilan, ketuban pecah
dini,
diabetes gestasiona.

Dari Kel. 4
3) Penanya : Nurhikma Purnama Putri Tuhala

Pertanyaan : Jelaskan faktor yang menyebabkan bayi baru lahir
mungkin memerlukan resusitasi

Penjawab : Defina Adelia Triputri
Jawaban : bayi baru lahir akan perlu mendapatkan resusitasi

Jika bayi tampak tidak menangis, lemas, kurang
responsif, sesak napas, atau bahkan tidak bernapas.
Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang
menyebabkan bayi baru lahir mungkin memerlukan
resusitasi, di antaranya:
• Bayi yang kondisinya dipengaruhi oleh gangguan
kehamilan, seperti terlilit tali pusar dan solusio
plasenta
• Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia
kehamilan 37 minggu
• Bayi lahir sungsang
• Bayi kembar
• Bayi lahir dengan gangguan pernapasan, misalnya
akibat aspirasi mekonium

Dari Kel. 5
4) Penanya : Anisa Dunggio

Pertanyaan : Seperti apa Pencatatan dan pelaporan pada resusitasi
berhasil

Penjawab : Ananda Sugiyanto
Jawaban : Melakukan Pencatatan dan pelaporan kasus

sebagaimana pada setiap persalinan, istilah potograf
secara lengkap yang mencakup identitas ibu, riwayat
kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi
janin, dan kondisi BBL. Penting sekali dicatat denyut
jantung janin, oleh karena seringkali asfiksa bermula
dari keadaan gawat janin pada persalinan. Apabila
didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan.
Usahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas:
1) Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan dan
waktunya.
2) Kondisi janin/bayi:

· Apakah ada gawat janin sebelumnya?
· Apakah air ketuban bercampur
meconium?
· Apakah bayi menangis spontan, bernafas
teratur, megap-megap atau tidak bernafas?
· Apakah tonus otot baik?
3) Waktu mulai resusitasi
4) Langkah resusitasi
5) Hasil resusitasi

Dari Kel. 6

5) Penanya : Asriwindari Kadir

Pertanyaan : sebutkan Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi

yang dimaksud Resusitasi berhasil?

Penjawab : Jean Puluhulawa
Jawaban : 1) Tidak dapat menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Nafas cepat (>60 per menit)
5) Merintih
6) Retraksi dinding dada bawah (retraksi)
7) Sianosis sentral

B. RESUSITASI
1) PENGERTIAN RESUSITASI
Resusitasi merupakan suatu usaha dalam memberikan ventilasi
yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya.
2) PERSIAPAN KELUARGA RESUSITASI
Sebelum melakukan tindakan resusitasi, penolong harusmelakukan
informed consent kepada keluarga, jelaskan pula kemungkinan -
kemungkinan yang dapat terjadi.
3) PERSIAPAN TEMPAT RESUSITASI
a) Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi
1. Gunakan ruangan yang hangat dan terang
2. Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering
dan hangat misalnya meja, didepan atau diatas lantai beralas
tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin
(jendela atau pintu yang terbuka).
b) Keterangan
1. Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi

2. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan
pengaturan posisi kepala bayi

3. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 wall atau
lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan.

4) PERSIAPAN ALAT RESUSITASI
Sebelum menolong persalinan,selain partus set dan persiapan lain
yang mendukung persalinan,penolong juga harus menyiapkan
peralatan resusitasi.antara lain:
1. 2 helai kain atau handuk
2. Bahan ganjal bahu bayi dengan tinggi 5 cm dan dapat di
sesuaikan untuk mengatur posisi bayi,dapat digunakan
dengan handuk kecil,kain,selendang
3. alat penghisap lender Deket atau bola karet
4. tabung dan sungkup
5. kotak alat resusitasi
6. jam atau pencatat waktu
7. Resusitasi dapat di lalukan jika bayi mengalami asfiksia

5) ASUHAN PASCA RESUSITASI
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca
resusitasi yang diberikan baik kepada BBL atau pun ibu dan
keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan,
asuhan BBL dan konseling. Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi
tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan
yang diajukan. Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan
keadaan BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan dilakuakan
pada keadaan:
1. Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernafas normal
sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi.
2. Resusitasi belum/kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu
sesudah 2 menit belum bernafas atau megap-megap atau

pada pemantauan lanjutan didapatkan kondisinya
memburuk
3. Bila bayi tidak bernapas setelah resusitasi selama 10 menit
dari denyut jantung 0, pertimbangkan untuk menghentikan
resusitasi. Biasanya bayi tersebut tidak tertolong dan
meninggal.

PERTANYAAN TAMBAHAN

1. Bagaimana cara menghangatkan bayi
2. Bagaimana cara mengatur posisi bayi
3. Bagaimana cara menghisab lender
4. Bagaimana cara mengeringkan bayi pada resusitasi
5. Langkah-langkah Resusitas dewasa

JAWABAN

1. Tindakan bagaimana cara menghangatkan bayi :
a. Selimuti bayi dengan kain
b. Lakukan penilaian
c. lakukan dan berikan bayi pada dada ibu untuk menjaga
kehangatannya
d. Mengintruksikan ibu untuk menyusui bayi sambil dibelai
e. Memakai pakaian
f. Jaga suhu ruangan agar tetap hangat

2. Tindakan bagaimana cara mengatur posisi bayi
a. Atur posisi kepala bayi dekat dengan penolong
b. Ganjal bahu menggunakan handuk setinggi 5 cm agar
kepala bayi ekstensi

3. indakan bagaimana cara menghisap lendir pada bayi ;
a. Memasukkan ujung penghisap kedalam fulus bayi
b. Kemudian menghisap dan masukan 5 cm ke dalam
mulut

c. Kemudian dihisap secara bersamaan
d. kemudian memasukkan ujung penghisap kedalam

hidung dengan sedalam 3 cm dan dilakukan dengan
cara yang sama dihisap secara bersamaan dengan ujung
penghisap.
mengapa kita memasukkan alat penghisap 5 cm di
mulut dan 3 cm di hidung karena kalau lebih dari 5 dan
3 cm itu akan menyebabkan denyut jantung bayi
melambat dan akan terjadinya henti napas pada bayi
4. Tindakan bagaimana cara menghangatkan bayi :
a. Selimuti bayi dengan kain
b. Lakukan penilaian
c. lakukan dan berikan bayi pada dada ibu untuk
menjaga kehangatannya
d. Mengintruksikan ibu untuk menyusui bayi sambil
dibelai
e. Memakai pakaian
f. Jaga suhu ruangan agar tetap hangat
5. Langkah-langkah resusitasi dewasa :
a. Stabilitas Awal
Pendekatan kepada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal pendekatan kepada pasien perdarahan
sama seperti perdarahan pada umumnya,yakni meliputi
pemeriksaan awal ,resusitasi, diagnosis ,terapi. Tujuan
pokoknya adalah mempertahankan stabilitas
hemodinamik ,menghentikan perdarahan,dan mencegah
perdarahan ulang.

• Perhatikan kondisi sekitar (Danger)
Saat melihat korban yang tidak sadarkan diri
seperti korban serangan jantung, tersambar
petir, atau korban kecelakaan, penting melihat

kondisi sekitar untuk memastikan keamanan
dalam menolong korban. "Perhatikan apakah
kondisi sekitar aman bagi korban, si penolong,
dan orang lain yang berada di sekitar. Hal ini
penting agar si penolong tidak terkena bahaya
seperti sisa arus listrik dan lainnya," ucap Vani
dalam pelatihan tersebut.
• Cek respon (Response)
Cek respon atau kesadaran dilakukan saat
penolong memastikan bahwa kondisi sekitar
aman. Penilaian tingkat kesadaran korban dapat
dilakukan dalam empat tahap. Pertama, cek
apakah korban sadar? Apakah korban merespon
dengan panggilan suara? Apakah korban
merespon apabila ada pemberian rasa sakit,
seperti ditepuk pundaknya. Jika tidak
memberikan respon, mintalah seseorang untuk
menghubungi ambulan, mengambil P3k dan
Defibrilator Eksternal Otomatis (AED), jika
ada. Selain itu, cek apakah korban bernapas
atau tidak. Jika tidak, korban baru bisa
mendapatkan penanganan CPR. Pengecekan
napas bisa dilakukan dengan melihat
pergerakan dada.
b. Ventilasi Tekanan Positif
Berlutut di samping korban. Letakkan dua telapak
tangan dengan posisi saling bertumpu di tengah dada
korban. Posisikan siku tegak lurus di atas dada korban
dengan posisi bahu sejajar tangan. Mulai kompresi
dada (menekan dada korban) dengan kedalaman 5 cm
(dewasa) secara cepat, kira-kira 120 kali per menit

• Jalan napas (Airway)
Setelah memberikan 30 kali kompresi dada,
buka jalan napas dengan menggunakan cara
meletakkan satu tangan di dahi korban dan
tengadahkan kepala korban. Kemudian letakkan
ujung jari di bawah dagu korban, kemudian
angkat dagunya. Posisi ini akan
mempertahankan jalan napas tetap terbuka.

• Berikan bantuan napas (Breathing)
Berikan bantuan napas sebanyak dua kali.
Setiap tiupan dilakukan selama 1 detik dan
terlihat dada terangkat.

• Kompres Dada
RJP atau CPR adalah kombinasi tindakan
kompresi dada dan bantuan napas. Ketika
jantung tidak bisa berdetak, kompresi dada
diperlukan untuk sirkulasi darah yang
membawa oksigen. Agar kompresi dada efektif,
maka korban harus dalam posisi terlentang pada
permukaan rata dan keras. Langkah melakukan
kompresi dada dewasa yaitu dengan
memberikan penekanan pada dada sebanyak 30
kali penekanan dengan kedalaman 5 sampai 6
cm. Lokasi penekanan berada pada pertengahan
dada yaitu di bawah tulang sternum. Kompresi
dada adalah penekanan yang bertenaga dan
ritmis pada setengah bawah tulang dada.
Kompresi ini menyebabkan Aliran darah
dengan cara meningkatkan tekanan intratorakal
dan penekanan langsung pada jantung.
Kompresi dada yang efektif memerlukan

penekanan dengan kecepatan 100-120 kali per
menit. Kompresi dada untuk meningkatkan
keefektifan kompresi dada, posisikan korban
pada permukaan yang datar, keras, dan rata
dengan posisi terlentang dan penolong
mengambil posisi di sebelah dada korban.
Kompresi di atas matras di atas tempat tidur
pasien dapat menyebabkan kompresi dada tidak
maksimal.

Persiapan resusitasi pada bayi

1. Alat
A. billing berfungsi untuk menghisap lendir ketika bayi
B. lampu sorot berfungsi untuk memberikan kehangatan pada bayi
C. handuk berfungsi untuk menghangatkan bayi
D. Kain berfungsi untuk mengganjal bagian punggung bayi
E. Handuk berfungsi untuk mengeringkan bayi
F. bak instrumen berfungsi untuk meletakkan alat-alat resusitasi
G. APD

2. Tempat Resusitasi
A. tidak berangin
B. Tidak berada di dekat pintu dan jendela
C. Meja datar untuk mempermudah tindakan ketika kita melakukan
ventilasi dan kompresi pada bayi
D. Lampu sorot dan meja resusitasi jaraknya 60 cm

MATERI KELOMPOK 4 (LANGKAH RESUSITASI)

C. TANYA JAWAB
HASIL DISKUSI

1) Penanya : Sri Zein Hunggialo (kelompok 1)
Pertanyaan : Apa saja pertolongan pertama yang harus kita
lakukan sebagai masyarakat awam apabila mendapati
korban yang terkena henti jantung mendadak??
Penjawab : Ria Kamelia Olii
Jawabannya : RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada
korban henti jantung dan henti napas. Tindakan RJP
dapat dilakukan oleh orang awam ketika tidak ada
tenaga medis di sekitarnya. Langkah-langkah untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
1. Periksa kesadaran korban
2. Panggil bantuan
3. Atur posisi korban
4. Atur posisi kepala korban
5. Periksa nadi pasien
6. Lakukan pompa jantung Selama 20 menit dan teruslah
lakukan tindakan tersebut sampai bantuan tenaga medis
datang.

2) Penanya : Nopi Fujiastuty R. Daud (kelompok 2)
Pertanyaan : Apa paparan anda tadi menjelaskan pada stabilitas
awal bagian posisi pasien dimana posisi pasien pada
saat melakukan Resusitasi jantung dilakukan dalam
keadaan posisi telentang. Pertanyaan saya mengapa
pada saat melakukan Resusitasi jantung harus
dilakukan dalam keadaan telentang?

Penjawab : Fitri Patricia Duengo
Jawabanya : Posisi terbaik pasien yang akan menerima resusitasi

jantung paru adalah posisi telentang pada permukaan
yang keras. Hal ini memungkinkan kompresi yang
efektif ke area sternum. Berbaring terlentang adalah
cara terbaik untuk menjaga tulang belakang Anda
tetap lurus dan menghindari tekanan pada punggung
bagian bawah, pinggul dan lutut,”dan juga dapat
meningkatkan jumlah darah kembali ke jantung dan
paru dari ekstremitas inferior.
3) Penanya : Ananda sugiyanto (kelompok 3)
Pertanyaan :Jelaskan bagaimana tahapan pemeriksaan ABC
Resusitasi?
Penjawab : Masna Usman Djafar
Jawabanya : 1. Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan
di dahi pasien, dan dua jari tangan di bawah dagunya
bentuk tangan seperti pistol. Dengan lembut
dongakkan kepalanya dengan menekan dahi sambil
sedikit mendorong dagu pasien
2. Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi
napasnya atau rasai dengan pipi anda sampai 10 detik.
Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan
buatan.
3. Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi
dengan dua jari selama 10 detik. Untuk bayi rabalah
denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk orang
dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di leher
di rongga antara trakhea(saluran udara)dengan otot

besar leher. Periksa tanda-tanda lain peredaran darah,
misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada
tanda-tanda peredaran darah, segera lakukan CPR.
4) Penanya : Siti Uswatun Khasanah Nggilu (Kelompok 5)
Pertanyaan : Mengapa kita perlu mempelajari tehnik resusitasi
jantung paru?
Penjawab : Sri Wahyuni Hasan
Jawabnya : Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Harus
Menjadi Bekal Tiap Orang. Resusitasi jantung paru
(RJP) merupakan langkah pertolongan medis untuk
mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi darah
di dalam tubuh yang terhenti. Resusitasi jantung paru
bertujuan menjaga darah dan oksigen tetap beredar ke
seluruh tubuh. Berikut manfaat kita sebagai
masyarakat ataupun tenaga kesehatan dalam
mempelajari teknik dari resusitasi jantung paru
tersebut.
1. Mungkin bisa menyelamatkan seseorang dari kerusakan otak
Salah satu keuntungan kita bisa melakukan RJP adalah
mampu mengurangi risiko korban mengalami kerusakan
otak. Hal ini sangat mungkin terjadi sebab tindakan
pertolongan pertama dengan RJP dapat menjaga oksigen dan
darah tetap beredar di dalam tubuh korban. Pada kondisi
ketika tubuh tidak lagi dilalui suplai oksigen dan darah, maka
kemungkinan terjadinya kerusakan otak akan sangat tinggi.
2. Bisa menyelamatkan nyawa seseorang
Makin cepat sebuah pertolongan diberikan, maka makin
besar kemungkinan seseorang yang mengalami kecelakaan
atau serangan jantung bisa diselamatkan. Jika seseorang
mengalami serangan jantung, maka fungsi jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh akan terhenti. Jika RJP

dilakukan segera setelah kejadian, makin besar kemungkinan
jantung bisa kembali bekerja mengedarkan oksigen dan darah
ke seluruh tubuh. Hal ini tentu saja akan meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk terhindar dari kematian.
3. Masih jarang orang yang bisa melakukan RJP
Jangan terkejut mendapati fakta bahwa lebih dari separuh
pasien yang terkena serangan jantung tidak mendapatkan
pertolongan pertama berupa resusitasi jantung paru. Alasan
utamanya adalah banyak orang-orang yang belum pernah
mendapatkan pelatihan melakukan RJP. Padahal, upaya
penyelamatan dengan RJP mudah untuk dipelajari sekaligus
diaplikasikan secara nyata.
4. Banyak kejadian serangan jantung di rumah
Salah satu alasan penting lainnya kenapa kita perlu memiliki
bekal yang cukup untuk melakukan RJP adalah untuk
mengantisipasi orang di rumah mengalami kondisi yang
memerlukan RJP. Setidaknya 85 persen serangan jantung
terjadi di rumah. Hal tersebut bisa saja menimpa orang di
sekitar kita termasuk anggota keluarga. Dengan memiliki
kemampuan melakukan resusitasi jantung dan paru, kita bisa
berperan dalam menyelamatkan nyawa orang-orang yang kita
cintai.

D. LANGKAH RESUSITASI
1. STABILITAS AWAL
Teknik resusitasi bayi dan anak saat awal adalah melakukan
penilaian kondisi anak secara cepat dengan menggunakan segitiga
penilaian pediatrik, atau pediatric assessment triangle/PAT. Dari
PAT ini kita dapat mengenali kondisi distress napas, gagal nafas,
syok, henti napas dan henti jantung, disfungsi otak dan
abnormalitas sistemik lainnya. PAT terdiri atas 3 elemen, yaitu:

1. penampilan anak: tonus, interaksi anak dengan lingkungan,
kenyamanan, arah pandangan anak, suara/tangisan anak

2. upaya napas anak: suara napas abnormal, posisi tubuh
abnormal, retraksi, dan napas cuping hidung

3. kondisi sirkulasi: pucat, mottling, sianosis, perdarahan
2. VENTILASI TEKANAN POSITIF NON-INVASIF

Ventilasi non-invasif (NIV) merupakan pilihan terapi bermakna
dalam manajemen gagal napas akut dan kronis. Penerapan NIV
mendahului pengenalan laringoskopi di awal tahun 1990-an dan
penggunaan ventilasi mekanik dengan tekanan positif melalui pipa
endotrakea di tahun 1950-an. Keberhasilan penggunaan HIV pada
gagal napas pertama kali dipublikasikan pada tahun 1936. Semua
modalitas NIV menggunakan sirkuit tertutup atau semi tertutup dan
dengan demikian mampu mengontrol dan memberikan FiO₂ yang
tinggi. Hal ini merupakan mekanisme penting di mana NIV
memperbaiki oksigenasi, terlepas dari beberpa mekanisme lain-lain.

Ventilasi tekanan positif non-invasif (non-invasive positive
pressure ventilation, NPPV) menambah penggunaan ventilasi
spontan yang menggunakan masker hidung yang ketat atau masker
oronasal tanpa intubasi endotrakea. Teknik ini dapat digunakan
dalam banyak kondisi jika tidak ada kontraindikasi. Aplikasi dari
ventilasi tekanan positif non-invasif tidak seharusnya menunda
intubasi endotrakea jika memiliki indikasi klinis.
3. KOMPRESI DADA

Untuk meningkatkan keefektifan kompresi dada, posisikan korban
pada permukaan yang datar, keras, dan rata dengan posisi
terlentang dan penolong mengambil posisi disebelah dada korban.
Kompresi di atas matras di atas tempat tidur pasien dapat
menyebabkan kompresi dada tidak maksimal. Backboard dapat
dipakai selama resusitasi jantung paru dilakukan dan
menginterupsi kompresi dada. Penolong harus menekan sternum

dengan kedalaman 5-6 cm dan diberi kesempatan untuk
mengembang kembali setelah setiap kali penekanan.
Pengembangan dada kembali yang tidak adekuat, peningkatan
tekanan intratorakal dan pemburukan hemodinamik diantaranya
penurunan perfusi koroner, cardiac index, perfusi otot, jantung, dan
perfSSusi ke otak.
4. CARA MENGOMPRES DADA
a. Memposisikan tangan untuk kompresi dada
1. Teknik kompresi dada merupakan tekanan serial dan ritmis

pada setengah bahwa tulang dada. Posisi tangan untuk
kompresi dada
2. Raba tulang iga paling bawah dengan jari tengah sampai anda
menemukan batas bawah sternum (sterna notch)
3. Letakan jari telunjuk anda disebelah jari tengah anda Letakan
bantalan telapak tangan anda yang lain di sebelah jari telunjuk
anda
b. Melakukan kompresi dada:
1. Kaitkan jari tangan anda yang diatas kejari tangan yang di
bawah dan angkat jari tangan anda yang di bawah dari dinding
dada korban
2. Luruskan kedua siku anda dan pastikan mereka terkunci dalam
posisinya
3. posisikan bahu anda tepat tegak harus diatas dada korban
4. gunakan berat badan anda untuk menekan sternum sedalam 5-6
cm


Click to View FlipBook Version