E-BOOK MUATAN LOKAL
SEJARAH, MOTIF, DAN PROSES PEMBUATAN BATIK
Guru Pembimbing: Anita Sari, S.Ag.
Disusun Oleh Handayani
Kelas X-IPA 4
SMA NEGERI 1 BONTANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga e-book ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan dukungan baik materi maupun
pikirannya. Harapan penulis semoga e-book ini dapat menambah
pengetahuan danpengalaman dari pada pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar e-book ini
menjadi lebih baik lagi. Setelah itu kami berharap semoga makalah ini
berguna bagi pembaca. Akhir kata penulis meminta maaf sebesar-besarnya
kepada pihak pembaca maupun jika terdapat kesalahan dalam penulisan,
penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca,
oleh karena itu penulis memohon kritik dan sarannya demi kemajuan
bersama.
Bontang, 01 Oktober 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN . .......................................................................1
A. Latar Belakang..... ...................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Sejarah Batik Indonesia............... ...........................................2
B. Perkembangan Batik di Indonesia...........................................3
1. Batik Solo dan Yogyakarta...............................................3
2. Perkembangan Batik di Kota-Kota Lain............................3
3. Pembatikan di Jakarta......................................................4
4. Pembatikan di Luar Jawa.................................................5
C. Tentang Batik..........................................................................5
D. Cara Membuat Batik...............................................................6
1. Perlengkapan Membatik...................................................6
2. Proses Pembuatan Batik..................................................7
E. Motif-Motif Batik......................................................................8
BAB III : PENUTUP....................................................................................13
A. Kesimpulan............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa
lampau, yang telah menjadikan Negara Indonesia memiliki cirri yang
khas di mancanegara. Perkembangan batik yang sudah menempuh
perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai jenis dan
corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untik itu bagai
warga Negara Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan
warisan budaya ini agar tidak punah dengan bergantinnya zaman.
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan teman-teman mengenai warisan budaya Indonesia
khususnya batik.
B. Rumusan Masalah
Salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia
adalah batik. Sejak Malaysia pernah mengklaim bahwa batik berasal
dari Malaysia, barulah bangsa Indonesia tersadar dari mimpinya bahwa
batik harus segera dilestarikan kembali keberadaannya. Dan sejak saat
itu banyak motif batik bermunculan kembali bahkan sudah menjadi tren
kalau batik merupakan pakaian khas bangsa Indonesia. Bahkan oleh
UNESCO telah ditetapkan bahwa batik sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
Apa itu batik, mengapa batik harus dilestarikan dan bagaimana
batik bisa menjadi suatu kebudayaan yang ada di Indonesia akan
dibahas satu persatu dalam makalah ini.
C. Tujuan
Penulisan e-book ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
tentang kebudayaan batik, terutama tentang motif, corak, teknik, cara
pembuatan maupun alat dan bahan pembuatan batik tradisional
Indonesia sehingga batik indonesia tetap lestari di lingkungan
masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Batik Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan
kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam
beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-
masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan
Yogyakarta.
Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-
XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain
untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja
Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam
kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para
pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar
kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan
dikerjakan ditempatnya masing-masing. Lama-lama kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan
kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.
Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton,
kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun
pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan
sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari
tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari:
pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda
abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
Jaman Majapahit
Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit di telusuri
di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang
erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal
nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.
Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari
luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik
Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini
sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana
hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak
dijual.
2
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama
dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna
coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad
yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo.
Perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih
dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta. Warna babaran batik
Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala
(dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Hanya sekarang masih
terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap
didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat
daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi
sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik
tulis.
B. Perkembangan Batik Di Indonesia
1. Batik Solo dan Yogyakarta
Dari kerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitarnya abad
17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di
wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para
keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan
selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi
perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik
dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang
dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai
bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal
sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan
“Sidomukti” dan “Sidoluruh”. Sedangkan Asal-usul pembatikan
didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I
dengan rajanya Panembahan Senopati.
Di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut
pangeran Diponegoro mengembangkan batik ke Timur batik Solo
dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di
Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik,
Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di
Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
2. Perkembangan Batik Di Kota-Kota Lain
Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja
dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah
selesa-inya peperangan tahun 1830. Pengikutnya yang terkenal
waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di
3
Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat
pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang
memberi warna merah kesemuan kuning.
Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan
oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik sama halnya
dengan pembatikan di Pekalongan. Para pengikut Pangeran
Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan
usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah
Pekalongan sendiri, batik tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan
dan Wonopringgo.
Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya
perang Diponegoro dan banyaknya keluarga kraton yang pindah
kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena tidak mau kejasama
dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa pengikut-
pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus
dilanjutkan dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.
Pemakaian batik cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930
yang dibawa oleh Purnomo dari Yogyakarta. Pembatikan dikenal di
Ciamis sekitar abad ke-XIX Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya
hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti:
mengkudu, pohon tom, dan sebagainya. Motif batik hasil Ciamis
adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah
sendiri terutama motif dan warna Garutan. Ciri khas batik Cirebonan
sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan
margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh
alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah
menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar
garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.
3. Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan
dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad
ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa
Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah
pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar
didekat Tanah Abang
Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas,
Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan
Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan
dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-
pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa
Indonesia sedikit dan kecil. Oleh karena pusat pemasaran batik
sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah Abang, dan juga bahan-
4
bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama, maka timbul
pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka
perusahaan batik di Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan
Tanah Abang.
Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil
tenunan sendiri dan obat-obatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-
bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan sebagainya. Batik Jakarta
sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama
dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-
bahan baku cambric sudah dikenal dan pemasaran hasil produksinya
di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar Jakarta.
4. Pembatikan di Luar Jawa
Batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar
di Indonesia yang ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat
misalnya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari
pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa
berkembang didaerah ini.
Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman
sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi
Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat
yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang
terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”, dari batik-batik yang
dibuat di Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan
ditrapkan pada kayu sebagai alat cap. Banyak pedagang-pedagang
batik membuka perusahaan-perusahaan batik dengan bahannya
didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan Pakanbaru.
Warna dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah
ungu serta polanya Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya.
Sekarang batik produksi Padang lebih maju lagi tetapi tetap masih
jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat untuk cap sekarang
telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.
C. Tentang Batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa“amba” yang berarti
menulis dan “nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak
– menggunakan canting atau cap – dan pencelupan kain dengan
menggunakan bahan perintang warna corak “malam” (wax) yang
diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.
Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing.
Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang
dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai
bahan perintang warna.
5
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi
bagian dari budaya Indonesia(khususnya Jawa) sejak lama. Kesenian
batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa
lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai
ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke
dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu
batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada
corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan
membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh
asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan
beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik
pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing
dan juga pada akhirnya, para penjajah.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun
temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari
batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang
sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada
dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada
Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik Indonesia sebagai mahakarya
warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009.
D. Cara Membuat Batik
1. Perlengkapan Membatik
a. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan
membentangkan mori sewaktu dibatik.
Bandul
Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan mori yang baru
dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin, atau tarikan si
pembantik secara tidak sengaja.
b. Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat
dari logam baja, atau tanah liat.
c. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa
digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak.
6
d. Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak
kena tetesan “malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu
membatik.
e. Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak
kotorannya.
f. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau
mengambil cairan. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik
dengan cairan lilin.
g. Mori
Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-
macam, dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain
batik yang dihasilkan.
h. Lilin (“Malam”)
Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk
membatik. Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada
kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorotan.
i. Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai
contoh motif batik yang akan dibuat.
2. Proses Pembuatan Batik
a. Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil
b. Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan
c. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian
yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk
bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya
adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna,
bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
d. Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair dengan
menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas.
e. Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna tertentu
tertutup malam. Proses pewarnaan pertama pada bagian yang
tidak tertutup oleh lilin dilakukan dengan mencelupkan kain
tersebut pada warna tertentu. Kain dicelup dengan warna yang
dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan dengan warna
lebih tua atau gelap nantinya.
f. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
g. Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah
warna tadi direbus dgn air panas. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah digambar
menjadi terlihat jelas.
7
h. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali
proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat
canting) untuk menahan warna berikutnya .
i. Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua,
pemberian malam lagi.
j. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik
dicelupkan ke campuran air dans oda ash untuk mematikan warna
yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.
k. Proses terakhir adalah mencuci / direndam air dingin dan dijemur
sebelum dapat digunakan dan dipakai.
E. Motif Batik
1. Batik Kraton
Penjelasan: awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di
Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini
dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang
hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk
digunakan oleh orang “biasa” seperti motif Batik Parang Barong, Batik
Parang Rusak termasuk Batik Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.
2. Batik Cuwiri
Penjelasan: meruapakan motif batik yang menggunakan zat pewarna
soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk semekan dan kemben,
juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini kebanyakan
menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-
kecil dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati.
8
3. Batik Pringgondani
Penjelasan: Nama kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca putera
Werkudara. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap
seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh sulur-
suluran kecil yang diselingi dengan naga.
4. Batik Sekar Jagad
Penjelasan: salah satu motif batik khas Indonesia. Motif ini
mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain
yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa
motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” yang
diambil dari bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini
juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.
5. Batik Sida Luhur
Penjelasan: Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan
golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri
berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif
berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias
tercapai. Motif Sida Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna harapan
untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan
masyarakat.
9
6. Batik Kawung
Penjelasan: Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung
(sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-
kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga
diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat
lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang
melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif
Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong
yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya: Kawung Picis
adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil.
Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil.
Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun
oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai
dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada
picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya
bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.
7. Batik Semen Rama
Penjelasan: dimaknai sebagai penggambaran dari “kehidupan yang
semi” (kehidupan yang berkembang atau makmur). Terdapat
beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang
pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti
tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah
ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung
dan megamendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang
berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis
ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan
paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang
adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas
tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang
yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka. Selain
makna tersebut motif Semen Rama (dibaca Semen Romo) sendiri
seringkali dihubungkan dengan cerita Ramayana yang sarat dengan
10
ajaran Hastha Brata atau ajaran keutamaan melalui delapan jalan.
Ajaran ini adalah wejangan keutamaan dari Ramawijaya kepada
Wibisana ketika dinobatkan menjadi raja Alengka. Jadi “Semen Romo”
mengandung ajaran sifat-sifat utama yang seharusnya dimiliki oleh
seorang raja atau pemimpin rakyat.
8. Batik Sida Asih
Penjelasan: Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan
golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri
berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif
berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias
tercapai. Makna dari motif Sida Asih (dibaca Sido Asih) adalah
harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan
mengasihi antar sesama.
9. Batik Tambal
Penjelasan : Tambal memiliki arti tambal bermakna menambal atau
memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya,
manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik,
lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa
membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan
menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal.
Kepercayaan ini muncul karena orang yang sakit dianggap ada
sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk mengobatinya perlu
“ditambal”.
11
10. Batik Sida Mukti
Penjelasan: Sida Mukti merupakan motif batik yang biasanya terbuat
dari zat pewarna soga alam. Biasanya digunakan sebagai kain dalam
upacara perkawinan. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah
gurda. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan
motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti
jadi/menjadi/terlaksana. Dengan demikian, motif-motif berawalan
“sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bias tercapai.
Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batik merupakan salah satu kekayaan warisan budaya bangsa
Indonesia. Batik adalah sebuah proses menahan warna dengan
memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain.
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim kebudayaan
Indonesia dan penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang
dihargai adalah bangsa yang memelihara budayanya, bukan sebagai
yang menciptakan pertama kalinya.
Akhirnya dunia mengakui batik merupakan salah satu warisan umat
manusia yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta
penghargaan itu akan disampaikan secara resmi oleh United Nations
Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO). Pengakuan
dilakukan pada 28 September 2009 dan penghargaan resmi pada hari ini
(2 Oktober) di Abu Dhabi.
Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena penilaian
terhadap keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam.
Penghargaan itu juga diberikan karena pemerintah dan rakyat Indonesia
juga dinilai telah melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi
dan melestarikan warisan budaya itu secara turun-menurun.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap Batik Indonesia, Presiden SBY
meminta kepada seluruh warga negara Indonesia untuk memulai
memakai batik pada hari ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, untuk
selalu nguri-uri kebudayaan Indonesia. Tidak ada kata terlambat untuk
memulai sesuatu yang baik.
Setelah proses pengakuan ini apa yang harus dilakukan oleh
masyarakat dan bangsa Indonesia selaku pemilik sah batik? Apakah
akan membiarkannya begitu saja? Ada banyak cara yang bisa kita
lakukan sekaligus mempromosikan batik secara kontinyu, dengan
memakai batik sebagai busana kita sehari-hari. Disamping untuk
menghidupkan industri batik secara tidak langsung, kita ikut menjaga
kebudayaan Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hindayani, Fisika. 2009. Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta Selatan:
Buana Cipta Pustaka.
Aliya, 2010. Batik Pekalongan. Jakarta Timur: CV. Rama Edukasitama.
Wilson, Edward O. 1998. Consilience: The Unity of Knowledge. New York:
Vintage. ISBN 978-0-679-76867-8.
www.google.com www.wikipedia.com
(id.wikipedia.org/wiki/batik)
(www.seasite.niu.Edu/Indonesian/budaya_bangsa/batik)
Mulyana, Deddy, dan Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi Antarbudaya:
Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda
Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage:
New York. ISBN 978-0-679-76867-8.
http://harryani.wordpress.com/motif-batik/
14