The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

KELOMPOK 8_MINI BOOK_FISTUM_PSPB 19 C (2)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by angginatasys, 2022-06-12 07:01:56

KELOMPOK 8_MINI BOOK_FISTUM_PSPB 19 C (2)

KELOMPOK 8_MINI BOOK_FISTUM_PSPB 19 C (2)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyusun Minibook “Hormon
Tumbuhan” ini tepat pada waktunya. Minibook ini
di susun untuk memenuhi tugas Fisiologi
Tumbuhan. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuiah
yaitu Bapak Ir. Herkules AbdullaH, M.S. yang telah
memberikan tugas ini.
Penyusunan minibook ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami meminta kritik dan
saran dari pembaca yang membangun senantiasa
penulis harapkan. Semoga Minibook ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

1

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................... 1

Daftar Isi .......................................................... 2

A. Sejarah Penemuan Hormon.................... 3
B. Pengertian Hormon Tumbuhan ............. 4
C. Mekanisme Kerja Hormon ..................... 7
D. Macam-Macam Hormon......................... 13

1. Hormon Auksin.................................... 13
2. Hormon Sitokinin ............................... 20
3. Hormon Giberelin ............................... 24
4. Hormon Etilen...................................... 28
5. Hormon Asam Absisat......................... 34
6. Hormon Asam Traumalin .................... 38
7. Hormon Kalin ...................................... 39

DAFTAR PUSTAKA...................................... 41

Hormon Tumbuhan Page 2

HORMON TUMBUHAN

A. Sejarah Penemuan Hormon

Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di
tumbuhan pertama kali dikemukan oleh Charles
Darwin dalam bukunya “The Power of movement
in plants.” Beliau melakukan percobaan dengan
rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan
memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi
pembengkokan ke arah datangnya sinar . Bagian
yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan
yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar
sehingga terjadi pembengkokkan. Tetapi jika ujung
kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak
terjadi pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa
jika ujung kecambah mendapat cahaya dari
samping akan menyebabkan terjadi pemindahan
“pengaruh atau sesuatu zat” dari atas ke bawah
yang menyebabkan terjadinya pembengkokkan.

Boysen-jemsen (1913) melakukan penelitian
dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji
rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan
pengaruh adalah pemindahan zat alami yang

Hormon Tumbuhan Page 3

dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919)
menguatkan pendapat dengan menyatakan bahwa
“ujung batang adalah merupakan pusat

pertumbuhan.

B. Pengertian Hormon Tumbuhan

Hormon merupakan zat pengatur tumbuh,
yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh satu
bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian
lain yang dipengaruhinya. Hormon pada tumbuhan
(fitohormon) adalah sekumpulan senyawa organik
bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam
kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter,
bahkan dapat hanya satu mikromol per liter)
mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
(taksis) tumbuhan.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari
sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar
yang sangat rendah menjadi prekursor (“pemicu”)
proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri

Hormon Tumbuhan Page 4

dirangsang pembentukannya melalui signal berupa

aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai

tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi

di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong

reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila

konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah

mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu

nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah

gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi.

Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan

merupakan bagian dari proses adaptasi dan

pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari

proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai

prekursor. Rangsangan lingkungan memicu

terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi

hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah

gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi.

Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan

merupakan bagian dari proses adaptasi dan

pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk

mempertahankankelangsungan hidup

jenisnya.Pemahaman terhadap fitohormon pada

Hormon Tumbuhan Page 5

masa kini telah membantu peningkatan hasil
pertanian dengan ditemukannya berbagai macam
zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama
dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur
tumbuh dalam pertanian modern mencakup
pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel
untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar
ukuran dan meningkatkan kualitas produk
(misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji),
atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya
dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman
pembungaan tanaman buah musiman), untuk
menyebut beberapa contohnya.

Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh
suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan
dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik
tertentu pada tumbuhan, terutama titik tumbuh di
bagian pucuk tunas maupun ujung akar.
Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di
sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke
bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di
sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui
pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-

Hormon Tumbuhan Page 6

ruang antarsel. Hormon dalam menjalankan
perannya, dapat berperan secara tunggal maupun
dalam koordinasi dengan kelompok hormon
lainnya.

Penggunaan istilah “hormon” sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada
hewan. Hormon dalam konsentrasi rendah
menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2
kelompok hormon yaitu :
a. Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin

dan sitokinin)
b. Hormon penghambat pertumbuhan (asam

absisat, gas etilen, hormon kalin dan asam
traumalin.

C. Mekanisme Kerja Hormon

Tanaman secara alamiah tanaman sudah
mengandung hormon pertumbuhan seperti Auksin,
giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini
diistilahkan dengan hormon endogen. Kebanyakan
hormon endogen di tanaman berada pada jaringan
meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti
ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena

Hormon Tumbuhan Page 7

pola budidaya yang intensif yang disertai
pengelolaan tanah yang kurang tepat maka
kandungan hormon endogen tersebut menjadi
rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman. Akibatnya sering dijumpai
pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan
bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang
merupakan sebagian tanda kekurangan hormon
(selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara).
Oleh karena itu penambahan hormon dari luar
(hormon eksogen) seperti produk hormonik yang
mengandung hormon Auksin, Giberelin dan
Sitokinin organik (Non sintetik/kimia) mutlak
diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman yang optimal.

Untuk mengetahui bagaimana mekanisme
kerja hormonik (Auksin, giberelin dan Sitokinin)
pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan
sederhana. Pemberian Auksin eksogen (hormonik)
akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang
akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya
unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil
yang sangat diperlukan untuk mempertinggi

Hormon Tumbuhan Page 8

fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin
meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang
meningkat dan bersama dengan auksin akan
bergerak ke akar untuk memacu pembentukan
giberelin dan Sitokinin di akar yang akan
membantu pembentukan dan perkembangan akar .
Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar
akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga
giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan
diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.

Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin
eksogen maka terjadi peningkatan kandungan
Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan
meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin)
dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang
bersama-sama dengan hasil fotosintat yang
meningkat di awal penanaman akan mempercepat
proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk
pembentukan tunas-tunas baru) selain juga
mengatasi kekerdilan tanaman.

Seiring dengan pertumbuhan vegetatif
tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus

Hormon Tumbuhan Page 9

dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin
eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N
yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke
generatif dengan terbentuknya kuncup bunga/buah
atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah,
jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara
tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan
berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus
sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan
penambahan Auksin Eksogen akan menghambat
perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus
sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi.

Pada fase generatif ini penambahan hormon
sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan
kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa
yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan
memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan
giberelin akan memperbesar sel jaringan
penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-
hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat
ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar
(semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung
dll.).

Hormon Tumbuhan Page 10

Hormon bekerja melalui pengikatan dengan
reseptor spesifik pengikatan dari hormone ke
reseptor ini pada umumnya memicu suatu
perubahan penyesuaian pada reseptor, ini memicu
suatu perubahan penyesuaian dari pada reseptor
sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi
kepada unsur spesifik lain dari sel.

Reseptor ini terletak pada permukaan sel
atau intraselular. Interaksi permukaan hormone
reseptor memberikan sinyal pembentukan dari
"messenger kedua" Interaksi hormon-reseptor ini
menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen (3,7)
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan
variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk
beberapa hormon, seperti insulin dan
glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara
reseptor untuk sebagian besar hormone mempunyai
distribusi yang lebih terbatas.

Adanya reseptor merupakan determinan
(penentu) pertama apakah jaringan akan
memberikan respon terhadap hormon. Namun,
molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca-
reseptor juga penting, hal ini tidak saja menentukan
apakah jaringan akan memberikan respon terhadap

Hormon Tumbuhan Page 11

hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal
yang terakhir ini memungkinkan hormon yang
sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan
yang berbeda.

Gambar 1. letak hormone pada tumbuhan

Hormon Tumbuhan Page 12

D. Macam-Macam Hormon

1. Hormon Auksin

a. Sejarah Hormon Auksin

Sejarah Hormon Auksin Frizt Went

(1863-1935) merupakan salah seorang

mahasiswa pascasarjana di salah satu

universitas di negara Belanda yang berhasil

menemukan suatu senyawa dalam tanaman

(dibagian ujung dari suatu koleoptil) yang

dapat menyebabkan terjadinya

pembengkokan pada suatu bagian tumbuhan

ditahun 1926. Pada saat ini, proses

pembengkokan batang tersebut dikenal

dengan sebutan fototropisme. Frizt Went

juga menjelaskan bahwa senyawa tersebut

mengalami traspor secara difusi dari bagian

ujung koleoptil ke bagian potongan kecil

lainnya. Senyawa ini dikenal dengan nama

hormon auksin. Auksin berasal dari kata
“auxien” yang dalam bahsa Yunani berarti

meningkatkan. Went berhasil mengetahui

aktivitas dari auksin melalui peristiwa

pembengkokan koleoptil yang dipicu oleh

Hormon Tumbuhan Page 13

adanya pemanjangan pada sisi tumbuhan.

Berikut adalah gambar peragaan Went

terkait pembengkokan koleoptil dengan

menggunakan tanaman Avena sp.. Uji ini
dikenal dengan nama “The avena curvature
test”.

Gambar 2. Peragaan Went mengenai Auksin yang
dapat membengkokan ujung koleoptil.

Keterangan :

a. Bagian ujung koleoptil dari tanaman
Avena sp. dipotong lalu dipindahkan kebagian atas
agar.

b. Bagian ujung koleoptil lain dipotong.
c. Potongan agar yang telah menyera

auksin dipindahkan pada sisi koleoptil.
d. Koleoptil tersebut kemudian menyerap auksin yang

berada di agar, akibatnya terjadi pembengkokan
koleoptil akibat dari pemanjangan disalah satu sisi
koleoptil.

Hormon Tumbuhan Page 14

b. Pengertian Hormon Auksin

Auksin banyak diproduksi dijaringan

meristem, baik pada ujung batang maupun

ujung akar. Auksin yang dihasilkan pada

ujung batang akan mendominasi

pertumbuhan batang utama, sehingga

pertumbuhan cabang relative sedikit.

Keadaan ini dikenal dengan istilah

dominansi apical (apical dominace). Dengan

memotong ujung batang, dominansi apical

akan hilang, sehingga pertumbuhan cabang-

cabang batang akan berjalan dengan baik.

Auksin dapat terurai bila terkena cahaya.

Bila suatu koleoptil dikenai cahaya dari

samping, maka bagian koleoptil yang

terkena cahaya auksinnya akan terurai

sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari

pada bagian koleoptil yang tidak terkena

cahaya, akibatnya koleoptil akan tumbuh

membelok kearah datangnya sinar. Tanaman

yang memperoleh terlalu banyak sinar dari

satu sisi akan mengalami perubahan-

perubahan sebagai berikut :

Hormon Tumbuhan Page 15

a. Auksin akan terakumulasi di sisi batang
yang tidak terkena sinar.

b. Konsentrasi auksin yang tinggi di sisi
yang tidak terkena sinar akan
mempercepat pembelahan dan
pembentangan sel batang ataupun
koleoptil.

c. Pertumbuhan sel yang lebih banyak di
sisi tumbuhan yang kurang sinar
menyebabkan batang menjadi bengkok
sehingga akan terlihat bahwa tanaman
tumbuh menuju kearah cahaya

Fungsi hormon auksin :

- Merangsang pemanjangan sel pada
daerah titik tumbuh

- Merangsang pertumbuhan akar
- Merangsang pertumbuhan buah tanpa

biji
- Merangsang differensiasi jaringan

pembuluh
- Merangsang absisi (pengguguran pada

daun)

Hormon Tumbuhan Page 16

- Berperan dalam dominansi apikal

c. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Hormon
Auksin
Menurut Sauer et al (2013) dalam
melakukan kerja, hormon auksin juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
a. Cahaya Cahaya merupakan salah satu
faktor penghambat dalam kerja auksin.
Adanya cahaya menyebabkan auksin
menjadi rusak dan auksin berpindah
kearah yang menjauhi cahaya. Salah
satu jenis cahaya yang dapat
menghambat kerja auksin adalah cahaya
nila. Pada tumbuhan terdapat 2 pigmen
yang mampu menyerap sinar nila, yakni
betakaroten dan ribovlavin. Ribovlavin
terdapat dibagian ujung-ujung akar. Jika
ribovlavin menyerap sinar nila maka
enzim-enzim yang berperan dalam
membantu pembentukan IAA dan
triptophan akan rusak. Sedangkan
rusak/hilangnya betakaroten tidak
berpengaruh terhadap fototropisme.

Hormon Tumbuhan Page 17

Pengaruh cahaya terhadap kerja auksin
dapat dibuktikn dari fototropisme
koleoptil. Koleoptil merupakan daun
khusus yang berfungsi melindungi benih
sampai muncul dari tanah yang berasal
dari simpul utama dari selubung
epikotil. Koleoptil akan membengkok
kearah datangnya cahaya. Apabila ujung
koleoptil tersebut dituutp dengan
menggunakan aluminium foil, maka
ujung koleoptil tersebut tidak akan
membengkok kearah datangnya cahaya.
Sebaliknya jika ujung koleoptil kembali
dibuka maka akan terjadi
pembengkokan ke arah cahya yang
datang. Jaringan yang terdapat pada
ujung koleoptil berperan sebagai
pengamat cahaya dan memproduksi
beberapa sinyal yang dihantarkan
kebagian bawah tanaman sehingga nanti
memberikan efek fisiologis berupa
pembengkokan atau pembungkukan.
b. Gaya Berat Auksin diedarkan dari
bagian puncuk menuju bagian bawah

Hormon Tumbuhan Page 18

(dasar). Selama proses pengedarannya
auksin akan lebih banyak terdapat
dibagian bawah dari ujung batang
dibandingkan bagian atas. Hal ini
disebabkan karena adanya gaya berat.
c. Kadar/ Konsentrasi Auksin Auksin
dapat bekerja secara efeketif pada
konsentrasi tertentu. Konsentrasi/ kadar
auksin yang tinggi dapat menghambat
pertumbuhan pada sel-sel akar tetapi
dapat meningkatkan pengembangan sel-
sel batang. Pengaturan kadar/
konsentrasid dari auksin dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu : 1. Pengaturan
sintesis in situ. Selama proses biosintesis
dapat diatur berapa banyak auksin
bebas/ free auxsin (misalnya IAA) yang
terbentuk. 2. Pembentukan auksin terikat
(bound auxin) yang ireversibel (bentuk
detoksifikasi) maupun reversible (bentuk
cadangan). Auksin terikat yang
ireversible dapat dilepas kembali
sebagai IAA, contohnya thioglukosisa.
Sedangkan auksin terikat yang

Hormon Tumbuhan Page 19

reversible, IAA akan terbentuk terlebih
dahulu kemudian akan diubah menadi
bentuk lain agar tidak toksisk
(detoksifikasi), contohnya IAA-peptida
(IAA glutamat dan IAA aspartat). 3.
Pendegredasian menjadi senyawa tidak
aktif, dengan cara destruksi baik berupa
destruksi enzimatik maupun destruksi
fotooksiatif. Dalam destruksi enzimatik
oksigen merupakan hal yang mutlak.
Selain itu diperlukan pula H2O2 dan
enzim IAA-Oksidaes (kataliatornya).
Hasil destruksi ini berupa metilen
xindole.
2. Hormon Sitokinin
a. Sejarah Hormon Sitokinin
Sitokinin adalah senyawa yang dapat
ditemui secara bebasa disitoplasma serta
merupakan salah satu komopenen
terintegritas dari beberapa RNAt (sitokinin
merupakan komponen penyusun molekul
RNAt sebayak 10%). Senyawa ini memiliki
kemampuan dalam meningkatkan
pembelahan sel pada tumbuhan. Sitokinin

Hormon Tumbuhan Page 20

mulanya ditemukan oleh Gottlieb Haberalnd
di Australia pada tahun 1914. Beliau
mulanya menemukan senyawa yang dapat
mendorong pembelahan sel yang
menghasilkan kambium gabus serta mampu
memulihkan luka pada umbi kentang yang
telah dipotong. Senyawa tersebut belum
perna diidentifikasi sebelumnya. Senyawa
inilah yang saat ini dikenal dengan nama
sitokin yang memicu sitokinesis. Kemudian
di 1940an ditemukan pula senyawa yang
memacu sitokinesis yang berasal dari
endosperm buah kelapa muda oleh Johannes
Van Overbeek (Kimia, 2011).

b. Pengertian Hormon Sitokinin
Sitokinin merupakan senyawa yang

memiliki struktrur seperti adenin yang
mampu memacu terjadinya pembelahan sel.
Jika dilihat dari struktur kimianya, sitokinin
memiliki rantai samping yang kaya akan
karbon (C) dan Hidrogen (H) yang melekat
di nitrogen bagian puncak cincin purinnya.
Bentuk dasar dari sitkonin adalah 6-amino

Hormon Tumbuhan Page 21

purin atau yang dikenal dengan nama
adenin. Adenin menjadi penentu aktivitas
dari setiap jenis sitoinin. Rantai yang
panjang dan adanya double bond dalam
rantai tersebut dapat meningkatkan aktivitas
dari sitokinin Semua jenis sitokinin biasanya
ditemukan dalam bentuk bebas ataupun
sebagai nukleosida dengan gugus ribosa
yang terletak pada atom nitrogen di nomor
9, misalnya zeatinribosida. Selain
ditemukan pada jamur (fungi), bakteri, RNA
organisme prokariotik dan eukariotik,
sitokinin dapat pula ditemukan pada spesies
tanaman tingkat tinggi. Sitokinin dapat
ditemui pada beberapa spesies tanaman
tingkat tinggi sebagaimana pula pada jamur
(fungi), bakteri, RNA prokariotik dan
eukariotik. Bakteri dan jamur patogen
mengandung sitokinin yang berpengaruh
dalam proses penyebaran penyakit. Namun
sitokinin disini tidak berperan sebagai
patogen, justru sitokinin berperan positif
dalam hubungan mutualistik dengan

Hormon Tumbuhan Page 22

tumbuhan. Contohnya dalam pembentukan
mikoriza dan bintil-bintil akar.
c. Fungsi Hormon Sitokinin
- Merangsang dominansi aplikasi oleh

auksin
- Merangsang pertumbuhan titik tumbuh
- Memamatahkan dormansi biji serta

merangsang pertumbuhan embrio
- Merangsang pembentukan akar, cabang
- Menghambat pertumbuhan akar

adventiv
- Menghambat proses penuaan daun,

bunga, dan buah dengan cara
mengontrol proses kemunduran yang
menyebabkan kematian sel-sel daun.
d. Faktor yang mempengaruhi Kerja Hormon
Sitokinin
Banyak dan beragamnnya efek sitokinin
menunjukkan bahwa senyawa ini memiliki
mekasinsem kerja yang berbeda pda setiap
jaringan yang berbeda. Efek utama yang
muncul akibat pemberian sitokinin biasanya
akan diikuti oleh kemunculan beberapa efek
sekunder. Efek utama maupun efek

Hormon Tumbuhan Page 23

sekunder dari kerja sitokinin sangat
bergantung pada kondisi fisologis sel
sasarannya. Sitokini dapat bekerjad dalam
kosentrasi yang sangat rendah yakni 0,01
sampai 1 µM. Seperti yang telah diketahui
sejak lama bahwa sitokinin memiliki peran
dalam pembentukan RNA dan enzim,
namun peranannya tersebut dapat menjadi
terhambat apabila ada inhibit dalam sintesis
protein dan/ RNA. Protein pengikat juga
menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kerja sitokinin. Tidak semua
protein pengikat berikatan secara khas pada
sitokinin dan memiliki afinitas tinggi
terhadap sitokinin yang aktif. Secara umum
diberbagai tumbuha telah terdapat protein
pengikat sitokinin yang khas misalnya pada
daun Jelai. Pada daun Jelai tersebut terdapat
protein pengikat zeatin yang afinitasnya
tinggi (Dewi, 2008).

3. Hormon Giberelin
a. Sejarah Hormon Giberelin

Hormon Tumbuhan Page 24

Kurosawa merupakan salah seorang
warga negara Jepang yang pada tahun 1926
berhasil menemukan hormon giberelin.
Mulnya Kurosawa hanya melakukan
penelitian untuk mengetahui lebih lanjut
penyakit “bekane” yang menyerang padi.
Gejala yang timbul pada tanaman padi
apabile terserang penyakit ini adalah batang
dan daunnya memanjang secara tidak
normal. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
yang bernama Giberella fujikuroi. Guna
membuktikan kebenaran bahwa penyakit
bekane tersebut memang disebabkan oleh
Giberella fujikuroi maka Kurosawa
mencoba untuk mengisolasi Giberella
fujikuroi dan menginfeksikannya ke
tanaman sehat. Hasilnya tanaman yang sehat
tersebut menunjukkan gejala yang sama
dengan penyakit bekane.
b. Pengertian Hormon Giberelin

Giberelin (asam Gibellate/ GA)
merupakan senyawa yang tergolong
kedalam diterpenoid tetrasiklik yang
memiliki rangka ent-gibberalene yang

Hormon Tumbuhan Page 25

disebut ent-kaurene. Struktur dasar dari

giberelin berupa kerangka giban dan

kelompok karboksil bebas. Hormon

giberelin memiliki beberapa sifat,

diantaranya berbentuk kristal; mudah larut

dalam metanol, etanol, dan aseton; sedikit

larut dalam air dan larut sebagian dalam etil

asetat. Giberelin merupakan hormon yang

berpengaruh dalam proses perkembangan

dan perkecambahan pada suatu tanaman saat

bekerjasama dengan matahari. Giberelin

mampu mempengaruhi proses

perkecambahan sebab giberelin mampu

merangsang pembentukan enzim amilase.

Enzim amilase merupakan enzim yang

berperan dalam pemecahan senyawa

amilum didalam endosperm (cadangan

makanan) tumbuhan. Energi yang

dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah

berasal dari hasil perombakan cadangan

makanan tersebut.

Hormon Tumbuhan Page 26

Gambar 3. Struktur Hormon Giberelin (Sumber :
Salisbury dan Ross, 1995)

Pemberian giberelin pada suatu tanaman
dengan konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan tanaman mengalami
gigantisme, sesuai dengan penemuan awal
dari giberelin yang menyatakan bahwa ZPT
jenis giberelin merupakan ZPT yang
memberikan efek berupa peningkatan
pertumbuhan beberapa kali lipat dari
normalnya.
c. Fungsi Hormon Giberelin
- Merangsang pemanjangan batang dan

pembelahan sel
- Merangsang perkecambahan biji
- Memecah dormansi biji
- Merangsang pembungaan dan

pembuahan

Hormon Tumbuhan Page 27

d. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Hormon
Giberelin
Pemberian giberelin pada suatu tanaman ada
kalanya tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan maupun produksi
tanaman tersebut akibat adanya beberapa
faktor penghambat. Respon dari tanaman
yang diberikan giberelin bergantung pada
bagian tanaman itu sendiri yang
diaplikasikan dengan hormon giberelin,
konsentrasi dari hormon giberelin dan
faktor-faktor yanga ada dilingkungan.

4. Hormon Etilen
a. Sejarah Hormon Etilen
Hormon etilen pertama kali ditemukan
pada abad ke-20 atau sekitar 75 tahun yang
lalu. Pada saat itu untuk mematangkan buah
jeruk, petani melakukan pengeraman
terhadap buah jeruk dalam lumbung yang
diberi kompor minyak tanah didekatnya.
Mulanya para petani yakin jika panas yang
muncul berasal dari kompor tersebut yang
menyebabkan buah menjadi matang. Namun

Hormon Tumbuhan Page 28

saat kompor yang digunakan diberi
pembersih (tanpa polusi) justru buah
menjadi tidak matang. Para ahli fisiologi
tumbuhan kemudian melakukan penelitian
dan56 berhasil menemukan bahwa
penyebab matangnya buah adalah etilen.
Etilen merupakan gas hasil pembakaran dari
minyak tanah. Kemudian para ahli juga
menemukan bahwa setiap tumbuhan
menghasilkan etilen yang merupakan
hormon tumbuhan (fitohormon). Hormon
etilen dapat memicu berbagai macam respon
fisiologis selain pematangan buah. Etilen
telah digunakan sejak zaman Mesir Kuno
pada buah Ara yang dilukai. Pelukaan
tersebut berfungsi untuk merangsan
produksi etieln pada jaringan tanaman.
Sedangkan orang cino kuno melakukan
pembakaran dupa ditempat tertutup guna
menghasilkan hormon etilen.
b. Pengertian Hormon Etilen

Etilen merupakan senyawa hasil dari
reaksi pembakaran tidak sempurna dari
senyawa yang memiliki banyak ikatan

Hormon Tumbuhan Page 29

karbon seperti minyak bumi, gas alam
maupun batu bara. Tanaman yang terkena
gas hasil pembakaran (diperkirakan adalah
etilen) akan menunjukkan gelaja berupa
daun yang gugur, daun mengeriting, tajuk
bunga kehilangan warna, batang
membengkak serta penghambatan dalam
elongasi dan pertumbuhan akar. Pada
penelitian berikutnya barulah diketahui
bahwa hasil metabolisme suatu tumbuhan
selama masa pertumbuhan dan
perkembangannya akan menghasilkan
etilen. Hormon etilen merupakan hormon
tumbuhan yang secara umum berbeda
dengan hormon lainnya seperti auksin,
sitokinin dan giberelin. Etilen dalam
keadaan normal berbentuk gas.. Struktur
kimia dari hormon etilen sangatlah
sederhana jika dibanding hormon tumbuhan
lainnya sebab hanya terdiri dari 4 atom
hidrogen (H) dan 2 atom karbon (C) yang
berikatan 112 rangkap. Rumus molekulnya
C2H4.

Hormon Tumbuhan Page 30

Berikut adalah gambaran struktur dari
homron etilen :

Gambar 4. Struktur Kimia Etilen

Etilen merupakan suatu senyawa kimia
yang dihasilkan oleh tanaman pada saat
proses pemasakan dan dapat menguap
(Salisbury and Ross, 1995). Etilen yang
diproduksi oleh suatu tanaman dapat dengan
mudah dilacak dengan cara kromtografi gas
karena molekul etilen dapat dengan mudah
diserap oleh jaringan pada kondisi yang
hampa udara. Berikut adalah beberapa
karakteristik dari hormon etilen: 1.
Merupakangas volatil. Hal ini ditandai
dengan kemampuan fisiologisnya untuk
dapat aktif bekerja dalam konsentrasi yang

Hormon Tumbuhan Page 31

rendah (0,001 ppm) dan memacu respon
dari banyak jaringan. 2. Laju produksinya
dapat terus mengalami peningkatan saat
mulai dirangsang. 3. Diproduksi di dalam
tanaman. Namun ada beberapa jenis bakteri
dan cendawan yang memiliki kemampuan
dalam menghasilkan etilen yang berperan
sebagai pendorong perkecambahan biji,
pengendali dalam pertumbuhan kecambah
dan pengurang waktu serangan penyakit
akibat dari patogen tanah (Salisbury and
Ross, 1995). 113 4. Selain yang terdapat di
dalam tanaman (endogenous). Etilen juga
terdapat dilingkungan (etilen eksogenous)
yang dapat memacu sintesis etilen
endogenous.
c. Fungsi Hormon Etilen
- Mempercepat pematangan buah
- Menghambat pemanjangan akar, batang,

dan pembungaan
- Menyebabkan pertumbuhan batang

menjadi kokoh dan tebal
- Merangsang proses absisi interaksi

antara etilen dengan auksin

Hormon Tumbuhan Page 32

- Memacu proses pembungaan interaksi
antara etilen dengan giberelin
mengontrol rasio bunga jantan dengan
bunga betina pada tumbuhan monoceus

d. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Hormon
Etilen
Mekanisme kerja etilen dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Interaksi dengan hormon lain, misalnya
auksin. Terjadinya peningkatan auksin
juga menyebabkan terjadinya
peningkatan etilen.
2. Pembentukan senyawa kompleks dengan
metalo-enzim. Etilen dapat aktif dalam
kondisi normal jika berikatan dengan
metalo-enzim dan oksigen. Jika
konsentrasi CO2 meningkat maka peran
dari etilen akan digantikan oleh CO2
tersebut sehingga pematangan
terhambat.
3. Kondisi lingkungan, seperti suhu, kadar
oksigen dan lain sebagainya.

Hormon Tumbuhan Page 33

Sedangkan untuk pemberian etilen
eksogen, perlu diperhatikan beberapa hal
misalnya:
1. Penyemprotan tanaman dengan
menggunakan etilen jangan di posisi
tangkai. Sebab dapat menyebabkan buah
menjadi rontok.
2. Penyemprotan hanya dapat dilakukan
pada buah yang masak secara fisiologis.
Jika buah yang belum masak secara
fisiologis diberi etilen maka rasa dan
aroma buah kurang baik.
3. Penyemprotan dilakukan sebaiknya pada
pagi hari yakni pukul 9-10. Jika terlalu
pagi maka akan banyak pula embun
sehingga nanti menjadi tidak efektif.

5. Hormon Asam Absisat
a. Sejarah Hormon Asam Absisat
Fredercik Addicott merupakan orang yang
pertama kali berhasil mengisolasi senyawa
absisin I dan absisin II dari tanaman kapas
pada tahun 1963. Kemudian ditahun 1976
senyawa absicin II tersebut dikenal dengan

Hormon Tumbuhan Page 34

nama asam absisat (ABA). Senyawa
tersebut lah yang menyebabkan terjadinya
pengguguran buah dan daun pada kapas.
Pada saat yang sama dilakukan pula
penelitian oleh Philp Wareing dan Van
Stevemick terkait asam absisat. Peneliti
tesebut berhasil menemukan bahwa asam
absisat ini terdapa pada smua jaringan
tanaman dan dapat dipisah dengan cara
kromatografi. Tahun 1965 seorang ahli
berhasil menemukan “dormin” yang berasal
dari pohon Ara (Acer pseudoplatanus).
Apabila daun pepohonan yang aktif tumbuh
(flush) diberikan dormin maka mata
tunasnya akan mengalami dormansi.
Kelompok peneliti lain juga melakukan
penelitian lanjutan terakait asam absisat
dengan cara mengisolasi senyawa penyebab
gugurnya buah tanaman Lupin luteus.
Hingga pada akhirnya dorman serta
senyawa yang dapat menggugurkan buah
pada tanaman Lupin memiliki 128
kesamaan dengan asam absisik II. Sehingga
banyak yang mengartikan asam absisat

Hormon Tumbuhan Page 35

sebagai senyawa inhibitor B kompleks yang
memberikan pengaruh dalam pertumbuhan,
absisi dan dormansi.
b. Pengertian Hormon Asam Absisat
Asam absisat memberikan pengaruh yang
sangat nyata dalam pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Asam absisat
berkerja bersama dengan ZPT lain yang
sifatnya antagonis. Misalnya asam absisat
menjadi penghambat kerja dari IAA dalam
hal mendorong pembengkakan koleopil
Avena sp. Apabila IAA yang diberikan lebih
banyak lagi, maka pengaruh dari asam
absisat tersebut dapat dihilangkan. Tetapi
dalam hal perkecambahan biji beberapa
spesies misalnya selada, kerja dari asam
absisat tersebut tidak dapat dihambat hanya
dengan cara pemberian IAA, diperlukan
adanya zat pengaturt tumbuh lain, seperti
sitokinin dan giberelin. 129 Asam absisat
tergolong kedalam molekul seskuiterpenoid
(molekul dengan jumlah atom karbon
(C)nya 15) dan tergolong kedalam hormon
tumbuhan. Sesuain dengan namanya,

Hormon Tumbuhan Page 36

hormon ini memiliki peran dalam proses
absisi pada tanaman. Absisi adalah proses
pemisahan bagia tmbuhan seperti daun,
bunga, buah dan batang secara alami. Proses
absisi ini dipengaruhu oleh beberapa faktor,
seperti panas, dingin, kekeringan dan
sebagainya
c. Fungsi Hormon Asam Absisat
- Mengurangi kecepatan pembelahan dan

pemanjangan di daerah titik tumbuh
- Memacu pengguguran daun pada saat

kemarau untuk mengurangi penguapan
air.
- Membantu menutup stomata daun untuk
mengurangi penguapan
- Mengurangi kecepatan pembelahan dan
pembelahan sel bahkan menghentikannya
- Memicu berbagai jenis sel tumbuhan
untuk menghasilkan gas etilen
- Memacu dormansi biji agar tidak
berkecambah

Hormon Tumbuhan Page 37

6. Hormon Asam Traumalin
a. Pengertian Asam Traumalin
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya
merupakan hormon hipotetik yaitu
merupakan gabungan beberapa aktivitas
hormone yang ada (auksin, giberelin,
sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila
tumbuhan mengalami luka atau perlukaan
karena gangguan fisik maka akan segera
terbentuk cambium gabus. Pembentukan
cambium gabus itu terjadi karena adanya
pengaruh hormone luka (asam traumalin).
Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil
kerja sama antar hormone pada tumbuhan
yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya
luka pada tumbuhan akan memacu
pengeluaran hormone luka yang kemudian
merangsang pembentukan cambium gabus.
Pembentukan cambium gabus dilakukan
oleh hormone giberelin, selanjutnya, karena
pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah
sel-sel baru yang akan membentuk jaringan
penutup luka yang disebut kalus. Asam

Hormon Tumbuhan Page 38

traumalin ini dapat ditemukan pada dinding
sel tumbuhan.
7. Hormon Asam Kalin
a. Pengertian Asam Kalin
Kalin adalah hormone tumbuhan yang
mempengaruhi pembentukan organ pada
tumbuhan.
Berdasarkan organ yang dipengaruhinya,
kalin dapat dibedakan atas:
1. Rizokalin, mempengaruhi pertumbuhan

akar
2. Kaulokalin, mempengaruhi pertumbuhan

batang
3. Filokalin, mempengaruhi pertumbuhan

daun
4. Antokalin atau florigen, mempengaruhi

pertumbuhan bunga

Hormon Tumbuhan Page 39

DAFTAR PUSTAKA

Adnan., Boy. R.J. dan Muhammad, Z. 2017.
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman
dalam ZPT Auksin terhadap Viabilitas Benih
Semangka (Citurullus lunatus) Kadaluarsa.
Jurnal penelitian Agrosamudra. 4(1): 45-57.

Asra, R. 2014. Pengaruh Hormon Giberelin (GA3)
Terhadap Daya Kecambah dan Vigoritas
Calopogonium caeruleum. Jurnal Biospecies.
7(1): 29-33.

Alisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. ITB. Bandung.

Anggorowati, Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Penerbit Universitas Terbuka

Dewi, I.R. 2008. Peran dan Fungsi Hormon Bagi
Pertumbuhan Tanaman. Artikel. Bandung:
Universitas Padjajaran.

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo
Persada. Jakarta.

Hormon Tumbuhan Page 40

Hismarto, B. 2015. Pengaruh Pemberian Auksin
Sintetik Asam Naftelan Asetat terhadap
Pertumbuhan Mikroalgar (Nannochloropsis
oculata). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem. 3(2): 179-186.

Rindari, Henny.2007.Sains Biologi 3.PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri : Solo

Hormon Tumbuhan Page 41

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur Kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya dan karunia-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
minibook “Hormon Tumbuhan” ini tepat pada
waktunya.

Kami mengucapkan Terima kasih kepada Bapak
Ir.Herkules Abdullah ,MS. Yang telah memberikan
tugas ini. Dan kami juga berterimakasih kepada
pembaca buku ini, semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi kita semua

Kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berekanan bagi para pembaca,
atas perhatiannya kami mengcapkan terima kasih.

Hormon Tumbuhan Page 42


Click to View FlipBook Version