Table of Contents
Biografi Ki Hajar Dewantara
o 1. Pendidikan Ki Hajar Dewantara
o 2. Profesi Ki Hajar Dewantara
o 3. Mendirikan Inische Partij
o 4. Mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa
o 5. Wafatnya Ki Hajar Dewantara
o 6. Kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional
Konsep Trilogi Ki Hajar Dewantara
o 1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
o 2. Ing Madya Mangun Karsa
o 3. Tut Wuri Handayani
Karya-karya Ki Hajar Dewantara
o 1. Ki Hajar Dewantara, Buku Bagian Pertama: Tentang
Pendidikan
o 2. Ki Hajar Dewantara, Buku Bagian Kedua: tentang
Kebudayaan
o 3. Ki Hajar Dewantara, Buku Bagian Ketiga: tentang Politik
dan Kemasyarakatan
o 4. Ki Hajar Dewantara, Buku Bagian Keempat: tentang
Riwayat dan Perjuangan Hidup Penulis
Rekomendasi Buku Biografi
Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Tanggal itu
ditetapkan dari peristiwa bersejarah Pertempuran Surabaya yang
terjadi pada 1945. Kata "Selamat Hari Pahlawan" pun menjadi trending
di Twitter berkaitan dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar
Dewantara adalah seorang pahlawan Indonesia.
Dia dikenal sebagai seorang pendidik dan mendapat julukan sebagai
Bapak Pendidik Indonesia. Bahkan, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara
pada 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Lantas, seperti apa sosok Ki Hajar Dewantara?
Biografi Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 dengan nama RM
Soewardi Soerjaningrat. Merupakan cucu dari Sri Paku Alam III dan
ayahnya bernama GPH Soerjaningrat.
Dia berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman di
Yogyakarta, yang merupakan salah satu kerajaan pecahan Dinasti
Mataram selain Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan
Kadipaten Mangkunegaran.
Ki Hajar Dewantara menamatkan sekolah di ELS (Sekolah Dasar
Belanda), lalu melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera)
meski tidak tamat lantaran sakit.
Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis sekaligus jurnalis
pergerakan nasional yang pemberani. Dia juga menjadi wartawan di
beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express,
Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Selain itu, pada 20 Mei 1908 ia sempat bergabung dengan Boedi
Oetomo (BO) di Batavia (Jakarta) pada 20 Mei 1908. Kemudian keluar
dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto Mangunkusumo serta
Ernest Douwes Dekker atau Tiga Serangkai pada 25 desember 1912
Ki Hajar Dewantara dan Tiga Serangkai
Ki Hajar Dewantara menyampaikan kritik terkait pendidikan di
Indonesia yang kala itu hanya boleh dinikmati oleh para keturunan
Belanda dan orang kaya saja melalui tulisan-tulisannya.
Kemudian, pada 1913, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda karena
tulisannya yang dianggap menghina pemerintah. Melalui Ki Hajar
Dewantara, kata “Indonesia” dipakai di kancah internasional untuk
pertama kalinya saat ia mendirikan kantor berita dengan nama
Indonesische Persbureau di Den Haag. Ia juga bergabung dengan
Indische Vereeniging (IV) ketika di belanda. Indische Vereeniging (IV)
merupakan organisasi pelajar indonesia di Belanda. Pada 6 September
1919, Ki Hajar Dewantara dipulangkan ke tanah air. Lalu, dia
mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta.
Ki Hajar Dewantara juga telah mengajarkan filososi yang terkenal di
dunia pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun
karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di
tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”.
Setelah Indonesia merdeka, dia diangkat menjadi menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia di kabinet pertama
di bawah pemerintahan Ir. Soekarno.
Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa,
Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Namun, dua
tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa ini, tepatnya pada
tanggal 28 April 1959, beliau wafat di Yogyakarta.
1. Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Sebagai bangsawan jawa, soewardi soerjaningrat mengenyam
pendidikan Europeesche Lagere School (ELS), sekolah rendah
untuk anak-anak eropa.
Kemudian ia mendapatkan kesempatan untuk masuk school tot
opleiding voor inlandsche artsen (STOVIA) atau yg disebut sekolah
dokter jawa. Namun, karena kondisi kesehatannya tidak
mengizinkan membuat soewardi soerjaningrat tidak tamat dari
sekolah ini.
Soewardi soejaningrat (Ki Hajar Dewantara) selain mendapatkan
pendidikan formal dilingkungan istana paku alam juga mendapat
pendidikan formal antara lain.
1. Europeesche lagere school (ELS) atau sekola belnda III
2. Kweek School (sekolah guru) di Yogyakarta
3. School tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA), sekolah
kedokteran yang berada di Jakart. Pendidikan di STOVIA ini
tidak dapat diselesaikan karena ia sakit.
Sebagai fitur dari keluarga bangsawan pakualaman, soewardi
soerjaningrat memili kepribadian yang sederhana dan sangat
dekat dgn rakyat (kawula). Jiwanya menyatu melalui pendidikan
dan budaya local (jawa) guna mencapai kesetaraan social-politik
dalam masyarakat kolonial. Kekuatan-kekuatan yang menjadi
dasar soaewardi soerjaningrat dalam memperjuangkan kesatuan
dan persamaan lewat nasionalisme kultural sampai dengan
nasionalisme politik.
2. Profesi Ki Hajar Dewantara
Profesi yang digeluti oleh soewardi soeejaningrat (Ki Hajar
Dewantara) adalah dunia jurnalisme yang berkiprah beberapa
surat kabar dan majalah pada waktu itu : sediotomo, de Express,
oetoesan hindia, midden java, tjahata timoer, kaoem moeda, dan
poesara yang melontarkan kritik social-politik kaum bumiputera
kepeda penjajah.
Tulisannya komunikatif, mengena, dan tegas. Jiwanya sebagai
pendidik tertanam dan direalisikan dengan mendirikan perguruan
taman siswa pada tahun 1992 dengan tujuan mendidik
masyarakat bumiputera.
Pada waktu itu, Ki Hajar Dewantara termasuk penulis terkenal.
Tulisannya yang tajam dan patriotic membuatnya mampu
membangkitkan semangat anti colonial bagi pembacanya.
Selain sebagai wartawan, ia juga aktif di berbagai organisasi
social dan politik. Ketika tahun 1908, Ki Hajar Dewantara aktif di
seksi propaganda organnisasi boedi oetomo untuk
menyosialisasikan dan membangkitkan kesadaran masyarakat
Indonesia tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam
berbangsa dan bernegara.
3. Mendirikan Inische Partij
Bersama dengan Danudirdja Setyabudhi atau yang dikenal dgn
Douwes dekker dan cipto mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara
mendirikan indische partij (partai politik pertama yang beraliran
nasionalisme di Indonesia) pada tnggl 25 desember 1912 tujuan
untuk kemerdekaan Indonesia, kemudian ditolak oleh belanda
karena dianggap dapat menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat.
Setelah pendaftaran status badan hukum Indische Partij ditolak,
Ki Hajar Dewantara ikut membentuk Komite Boemipoetra pada
November 1913. Komite ini sekaligus sebagai komite tandingan
dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa.
Komite Boemipoetra melancarkan kritik kepada pemerintah
kolonial Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun
bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik
uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan
tersebut.
Berhubungan dengan rencana perayaan tersebut, Ki Hajar
Dewantara mengkritik melalui tulisannya yang berjudul Een voor
Allen maar Ook Allen voor Een yang artinya (Satu untuk semua,
tetapi semua untuk satu juga) dan Als Ik Eens Nederlander Was
(Seandainya Aku Seorang Belanda).
Akibat dari tulisan “Seandainya Aku Seorang Belanda”,
pemerintah kolonial Belanda menjatuhkan hukuman tanpa proses
pengadilan, berupa hukum interning (hukum buang) yaitu sebuah
hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh
bagi seseorang untuk ia bertempat tinggal. Ki Hajar Dewantara
akhirnya dihukum buang di Pulang Bangka.
4. Mendirikan Perguruan Nasional
Taman Siswa
Setelah kembali dari pengasingan bersama dengan teman-
temannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah perguruan
yang bercorak nasional, National Onderwijs Instituut Taman Siswa
(Perguruan Nasional Taman Siswa) pada Juli 1922, lembaga
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi kelas
bawah untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya
para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Perguruan ini mengubah metode pengajaran kolonial yaitu dari
sistem pendidikan “perintah dan sanksi” kependidikan pamong
yang sangat menekankan pendidikan mengenai pentingnya rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa
dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Dalam membangun Taman Siswa, banyak rintangan yang
dihadapi Ki Hajar Dewantara. Pemerintah kolonial Belanda
berusaha membatasi dengan mengeluarkan ordonansi sekolah liar
pada 1 Oktober 1932.
Di Indonesia, Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatian di
bidang Pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih
kemerdekaan. Perguruan Taman Siswa sangat menekankan
pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka
mencintai tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan.
5. Wafatnya Ki Hajar Dewantara
Perjuangan Ki Hajar Dewantara belum selesai untuk mendidik
penerus bangsa, namun ia sudah wafat terlebih dahulu pada 26
April 1959 dan dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa
Wijaya Brata, Yogyakarta.
6. Kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut
wuri handayani yang menjadi slogan Kementerian Pendidikan.
Namanya juga diabadikan sebagai salah satu kapal perang di
Indonesia yaitu KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan
pada uang kertas Rp 20.000 tahun emisi 1998.
Ki Hajar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang
kedua oleh Presiden Soekarno pada 28 November 1959
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
305 Tahun 1959, 28 November 1959). Untuk mengingat jasa-jasa
Ki Hajar Dewantara, didirikanlah Museum Dewantara Kirti Griya di
Yogyakarta.
Konsep Trilogi Ki Hajar Dewantara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), trilogi berarti tiga
hal yang saling bertaut atau bergantung. Konsep trilogi Ki Hajar
Dewantara yang digunakan sebagai pijakan yaitu Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti bahwa pendidik yang berada di
depan hendaknya menjadi contoh. Sung dalam bahasa Jawa
berarti memberi, berasal dari kata asung. Sedangkan sung berarti
menjadi, karena antara memberi dan menjadi memiliki makna
yang berbeda.
Ajaran Ki Hajar Dewantara yang pertama ini menggambarkan
situasi di mana seorang pendidik bukan hanya sebagai orang yang
berjalan di depan tetapi juga harus menjadi teladan bagi semua
orang yang mengikutinya. Selain mendidik dan transfer ilmu,
pendidik juga harus memberikan contoh kepada peserta didik
setidaknya mengenai hal yang diajarkannya.
Kata Ing Ngarsa tidak dapat berdiri sendiri jika tidak
mendapatkan kalimat penjelas di belakangnya. Artinya seorang
yang berada di depan jika belum menjadi teladan maka belum
pantas menyandang gelar pendidik.
Ing Ngarsa Sung Tuladha menekankan pada ranah afektif yang
berkaitan dengan sikap, perilaku, emosi, dan nilai. Ranah ini
mengenai perilaku-perilaku pendidik yang akan menjadi teladan
bagi peserta didik karena sejatinya setiap apapun yang dilakukan
pendidik akan menarik perhatian dan contoh bagi peserta didik.
Di dalam Undang-undang disebutkan bahwa ada empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, salah satu di
antaranya adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi
kepribadian merupakan kemampuan personal guru yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, arif, dewasa,
berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya.
2. Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya artinya di tengah-tengah. Mangun memiliki arti
membangkitkan atau menggugah dan Karsa artinya bentuk
kemauan atau niat. Makna dari Ing Madya Mangun Karsa ialah
seseorang di tengah harus juga mampu melibatkan diri
membangkitkan atau menggugah semangat.
Ing Madya Mangun Karsa berarti seorang pendidik jika berada di
tengah-tengah peserta didiknya mampu terlibat dalam setiap
pembelajaran dilakukan siswa agar semua bisa mempersatukan
semua gerak dan perilaku secara serentak untuk mencapai tujuan
bersama.
Ajaran Ing Madya Mangun Karsa ini erat kaitannya dengan
kebersamaan, kekompakan, dan kerjasama. Seorang pendidik
tidak hanya melihat kepada orang yang didiknya, tetapi juga harus
berada di tengah-tengah orang yang dididiknya. Pendidik harus
memberi wawasan pengetahuan kepada peserta didik. Sebisa
mungkin pendidik menanamkan pendidikan kepribadian kepada
siswa meskipun tidak secara langsung.
3. Tut Wuri Handayani
Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berarti
memberikan dorongan moral atau dorongan semangat sehingga
memiliki arti seseorang harus memberikan dorongan moral dan
semangat kerja dari belakang. Pendidik harus mampu memberi
kemerdekaan kepada peserta didik dengan perhatian sepenuhnya
untuk memberikan petunjuk dan pengarahan.
Kemerdekaan pendidikan diberikan pendidik melalui tanggung
jawab kepada peserta didik untuk memperlihatkan
kemampuannya dan sebagai pendidik ia berdiri di belakang
tentang bagaimana para pendidik bisa menumbuhkan dan
merangsang serta mengarahkan setiap potensi yang dimiliki
peserta didik, merupakan hal yang harus dipikirkan.
Ki Hajar Dewantara juga menyebutkan tujuan trilogi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Mencapai tujuan tertib dan damai.
2. Membentuk manusia yang merdeka.
Karya-karya Ki Hajar Dewantara
Sebagai seorang pendidik, budayawan serta jurnalis, Ki Hajar
Dewantara memiliki beberapa karya di masa hidupnya. Karya-
karya tersebut banyak dipublikasikan terhadap perkembangan
Pendidikan di Indonesia, karya-karya tersebut antara lain:
1. Ki Hajar Dewantara
Buku Bagian Pertama: Tentang Pendidikan
Buku ini membahas gagasan dan pemikiran Ki Hajar Dewantara
dalam bidang Pendidikan di antaranya mengenai Pendidikan
nasional. Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kemerdekaan
bangsa untuk mendapat kesejahteraan tidak hanya dicapai
melalui jalan politik, tetapi juga melalui pendidikan.
2. Ki Hajar Dewantara
Buku Bagian Kedua: tentang Kebudayaan
Dalam buku ini, Ki Hajar Dewantara menulis tentang kebudayaan
dan kesenian antara lain: Pembangunan Kebudayaan Nasional,
Kebudayaan SIfat Pribadi Bangsa, Asosiasi antara Barat dan Timur.
3. Ki Hajar Dewantara
Buku Bagian Ketiga: tentang Politik dan Kemasyarakatan
Buku ini berisi tulisan-tulisan mengenai politik antara tahun 1913-
1922 yang membuat ramai dunia imperialis Belanda dan tulisan-
tulisan mengenai wanita dan perjuangannya.
4. Ki Hajar Dewantara
Buku Bagian Keempat: tentang Riwayat dan Perjuangan hidup
Penulis Pada buku bagian keempat ini, Ki Hajar Dewantara
banyak melukiskan kisah kehidupan dan perjuangan hidup
perintis.
ZAHRAH OCTAVIANI
X MPLB 4
INFORMATIKA
BIOGRAFI KI HAJAR DEWANTARA