The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bella Vanisa
Dwi Riyanti
Maria Bathesa

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Aji Triyono, 2023-06-29 12:10:01

Angkatan Balai Pustaka

Bella Vanisa
Dwi Riyanti
Maria Bathesa

i


ii ANGKATAN BALAI PUSTAKA Bella Vanisa DwiYanti Maria Bathesa


iii ANGKATAN BALAI PUSTAKA PENULIS : BELLA VANISA, DWI YANTI, MARIA BATHESA Tebal : 15 Halaman Editor : Bella Vanisa Dwi Yanti Maria Bathesa


iv KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan judul " ANGKATAN BALAI PUSTAKA " .Tujuan dalam menyusun buku ini untuk mempersembahkan kepada para pembaca yang tertarik untuk memperdalam pengetahuan tentang Angkatan Balai Pustaka. Buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sejarah sastra. Kami menyadari apabila dalam penyusunan buku ini terdapat kekurangan, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap memberi manfaat bagi pembaca yang tertarik pada bidang Angkatan Balai Pustaka. Semoga buku ini bisa membantu dalam mengembangkan pemahaman yang lebih luas. Akhir kata guna penyempurnaan buku ini kritik dan saran dari pembaca sangat kami nantikan. Pontianak, juni 2023 Tim Penulis


v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………………………4 DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………………5 BAB I…………………………………………………………………………………………………………………………………………………..6 PENDAHULUAN..................................................................................................................................6 A. Sejarah Balai Pustaka............................................................................................................................6 B. Latar Belakang Balai Pustaka. ...............................................................................................................8 C. Berdirinya Balai Pustaka. ......................................................................................................................9 D. Dampak Berdirinya Balai Pustaka.........................................................................................................9 BAB II ..............................................................................................................................................10 BALAI PUSTAKA ...............................................................................................................................10 A. Balai Pustaka Sebagai Nama Angkatan...............................................................................................11 B. Pembaharuan Yang Dilakukan Oleh Balai Pustaka .............................................................................12 C. Karakteristik Angkatan Balai Pustaka..................................................................................................12 BAB III .............................................................................................................................................13 TOKOH DAN KARYA BALAI PUSTAKA ................................................................................................13 A.Karya Angkatan Balai Pustaka..............................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................16


6 BAB I PENDAHULUAN Sastra merupakan ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulis atau lisan berdasarkan pemikiran,pendapat,pengalaman, hingga perasaan . semuanya ini diciptakan dalam bentuk imajinatif, cermin, serta kenyataan. Kalau kita berbicara tentang sastra dan karya sastra, maka tidak akan terlepas dari angkatan dan penulisan sejarah sastra Indonesia,juga karakteristik wawasan estetikanya.Hal itu disebabkan karena sastra (Kesusastraan) dari waktu ke waktu pasti akan mengalami perkembangan sesuai periodeperiode sastra. Rangkaian periode-periode sastra itu saling bertumpang-tindih, maksudnya sebelum angkatan kemarin atau angkatan lama lenyap, maka timbul benihbenih baru yang lebih kritis dan kreatif .Seiringnya berjalan waktu sastra mulai berkembang dari periode ke periode,salah satuya adalah angkatan balai pustaka.Balai pustaka merupakan salah satu angkatan dalam sejarah sastra A. Sejarah Balai Pustaka Kasim, Sa’adah Alim, Nurani, Nur Sutan Iskandar, Rustam Effendi, Selasih, Suman Hs. Dan Tulis Sutan Sati. Sedangkan pengarang yang berasal dari luar Sumatera yaitu H.S.D. Muntu (Sulawesi), I Gusti Nyoman Panji Tisna (Bali), Marius Ramis Dayoh (SSulawesi, L. Wairata (Pulau Seram), Paulus Supit (Sulawesi) dan Sutomo Djauhar Arifin (Jawa). Perkembangan sastra Indonesia modern tidak terlepas dari keberadaan Balai Pustaka. Balai Pustaka pada awalnya adalah sebuah Komisi untuk Bacaan Sekolah Pribumi dan Bacaan Rakyat atau Commissie voor de Inlandsche School en Volksectuur yang didirikan pada tahun 1908. Komisi tersebut beranggotakan 6 orang, yang diketuai oleh Dr. G.A.J. Hazeu. Tujuan pemerintah Belanda pada saat itu adalah untuk meningkatkan cara berpikir rakyat Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai pegawai pemerintah Belanda yang bisa digaji lebih kecil daripada mengangkat pegawai pemerintah dari Belanda. Karena hal tersebut sebagian rakyat Indonesia bisa baca tulis dan kemudian timbullah rasa kekhawatiran pemerintah Belanda jika rakyat Indonesia nantinya akan bisa melunturkan kesetiaan dan kepercayaan pemerintah karena


7 kepandaiannya. Apalagi jika nanti mereka mendapatkan buku bacaan dari luar yang isinya menghasut, maka perlu dipilah terlebih dahulu buku bacaan yang mereka baca. Oleh karena itu pada tanggal 22 September 1917 komisi tersebut berubah menjadi Kantoor voor de (Kantor Bacaan Rakyat) yang lebih dikenal dengan sebutan Balai Pustaka. Balai berarti bangunan atau tempat yang luas untuk melakukan sebuah kegiatan dan Pustaka yang berarti buku-buku. Balai Pustaka tersebut berada di jalan Dr. Wahidin, Jakarta Pusat. Adapun usaha yang dilakukan oleh Balai Pustaka dalam memajukan kesusastraan yaitu mengumpulkan cerita dongeng daerah yang dialihkan ke dalam bahasa Melayu, menerjemahkan cerita asing ke dalam bahasa Melayu, menerbitkan majalah dalam bahasa daerah yaitu Kejawen (Jawa), Parahiayangan (Sunda) dan Panji Pustaka (Melayu). Menerbitkan juga buku Almanak Rakyat yang berisi pengetahuan untuk kehidupan rakyat sehari-hari dengan harga murah serta membuka perpustakaan rakyat melalui sekolah yang berada di pelosok tanah air. Ada nama lain untuk menyebut angkatan ini selain Balai Pustaka yaitu Angkatan Dua Puluhan, karena angkatan ini lahir pada waktu dua puluhan. Dimulainya angkatan ini sejak terbitnya buku Azab dan Sengsara karya Merari Siregar yang terbit di tahun 1920 yang memiliki karya-karya dengan motif yang sama. Kesamaan motif pada waktu tersebut menjadi sadar penamaan angkatan tersebut menjadi Angkatan Dua puluhan. Selain nama-nama tersebut angkatan ini juga disebut dengan Angkatan Situ Nurbaya, karena diambil dari roman karangan yang berjudul Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Hal tersebut didasari oleh populernya tema roman pada waktu itu. Karakteristik pada periode Angkatan Balai Pustaka dibagi menjadi dua yaitu ciri-ciri struktur estetik dan ciri-ciri ekstra estetik. Dalam ciri-ciri struktur estetik memiliki gaya bahasa yang menggunakan perumpamaan klise, pepatahpepatah dan peribahasa, tetapi juga menggunakan bahasa percakapan sehari-hari dari bahasa hikayat sastra lama. Alur roman yang digunakan sebagian besar arus lurus namun ada juga yang menggunakan alur sorot balik. Teknik penokohan dan perwatakan lebih banyak menggunakan analisis langsung (direct author analysis). Tokoh-tokohnya memiliki watak datar (flat character), dan settingnya berlatar kedaerahan. Pada pusat pengisahan biasanya menggunakan metode orang ketiga atau diaan, namun terkadang menggunakan orang pertama atau akuan. Terdapat digresi yaitu sisipan yang secara tidak langsung berkaitan dengan cerita. Memiliki sifat didaktis dan bercorak romantis


8 sentimental. Sedangkan pada ciri-ciri ekstra estetik yaitu terjadinya pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda tentang adat lama dan kemodernan. Namun tidak mempermasalahkan rasa nasionalisme dan kebangsaannya. Kebanyakan pengarangpengarang Balai Pustaka berasal dari wilayah Sumatera, hanya sebagian kecil saja yang berasal dari luar Sumatera. Pengarang yang berasal dari Sumatera ada Abdul Muis, Adinegoro (Djamaluddin), Aman Datuk Madjoindo, Hamidah, Hamka, Marah Rusli, Merari Siregar, Moh. Yamin, Muhammad. B. Latar Belakang Balai Pustaka. Latar belakang berdirinya Balai Pustaka di Indonesia erat hubungannya dengan kebijaksanaan pemerintah Belanda jauh sebelumnya.Kaum liberal yang berkuasa di Negeri Belanda memandang perlu untuk meningkatkan taraf hidup rakyat bumiputera (rakyat Indonesia dahulu).Lahirlah politik Etis(yang bertalian dengan moral)pada tahun 1870.Politik Etis ini meliputi edukasi (pendidikan),transmigrasi,dan irigasi (pengairan). Di bidang pendidikan, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah-sekolah seperlunya, terutama di pulau Jawa.Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf berpikir segelintir rakyat Indonesia,di samping untuk menjadikan mereka sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda yang dapat digaji lebih murah daripada mengangkat pegawai dari negeri Belanda atau Eropa lainnya.Karena pendidikan ini,sebagian kecil rakyat bisa baca-tulis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pemerintah Hindia Belanda kalau kepandaian rakyat ini melunturkan kepercayaan dan kesetiaan kepada pemerintah.Lebih-lebih bila mereka ini mendapatkan bacaan dari luar yang isinya menghasut.Untuk itu perlu diatasi dengan mengadakan buku bacaan yang digemari rakyat,setelah disensor terlebih dahulu. Pada tanggal 14 September 1908 dengan surat keputusan pemerintah no.12 berdirilah.Sebuah komisi yang bernama Commissie voor de Inlandsche School(Komisi Bacaan Sekolah Bumi Putra dan Rakyat).Komisi ini beranggotakan 6 orang yang dikepalai oleh Dr.G.A.J.Hazeu.Komisi ini berkewajiban pula member pertimbangan kepada Directuuur Onderwijs (Bagian Pengajaran) untuk memilih buku-buku yang baik bagi murid-murid di sekolah.


9 C. Berdirinya Balai Pustaka. Banyak jumlah masyarakat yang ingin membaca dari tahun ke tahun , maka semakin banyak juga jumlah buku yang dibutuhkan. Tugas komisi makin banyak dan makin sibuk. Maka pada tanggal 22 September 1917 komisi tersebut menjadi Kantoor voor de Volkslectuur(Kantor Bacaan Rakyat) yang kemudian lebih dikenal dengan Balai Pustaka. Balai artinya bangunan atau tempat yang luas untuk melakukan kegiatan dan Pustaka artinya buku-buku.Balai Pustaka ini beralamat di jalan Dr.Wahidin, Jakarta Pusat. Tugas Balai Pustaka berkenaan dengan karang- mengarang dan pencetakan buku bacaan dan buku-buku lain.Usaha Balai Pustaka dalam memajukan kesusastraan antara lain: Mengumpulkan atau menghimpun cerita-cerita (dongeng) daerah dan mengalihkannya ke dalam bahasa Melayu,Menerjemahkan cerita-cerita Eropa atau cerita asing lainnya ke dalam bahasa Melayu,Menerbitkan majalah dalam bahasa daerah yaitu: Panji Pustaka (Melayu), Parahiayangan (Sunda), dan Kejawen (Jawa),Menerbitkan buku Almanak Rakyat yang berisi ilmu pengetahuan praktis untuk kehidupan rakyat sehari-hari dengan harga murah,Membuka perpustakaan rakyat melalui sekolah-sekolah di pelosok tanah air. D. Dampak Berdirinya Balai Pustaka. Pada zaman angkatan 20,bahasa yang dipakai sebagai bahasa karangan di Balai Pustaka adalah bahasa Melayu.Karena itu pengarang-pengarang Balai Pustaka kebanyakan orang Melayu.Hanya beberapa pengarang yang bukan dari Melayu yang menjadi penulis dalam Balai Pustaka.Karena Balai Pustaka merupakan lembaga yang mendukung pendidikan,Balai Pustaka sangat berperan dalam perkembangan sejarah Indonesia sebelum kemerdekaan.Jasa-jasa Balai Pustaka antara lain:Mempercepat pertumbuhan kesusastraan Indonesia,Perkembangan dan kemajuan sastra menjadi pesat karena naskah karangan yang disusun pengarang dapat terbit dengan biaya balai pustaka,pertumbuhan dan perkembangan bahasa lebih terpelihara karena hanya naskah cerita yang bahasanya baik yang dapat diterbitkan,membangkitkan semangat pengarangpengarang muda dan mengembangkan bakat mereka,sampai sekarang merupakan gelanggang karang- mengarang dan cetak mencetak buku.Karena berdiri dibawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda,ada dampak-dampak yang merugikan bagi karangan yang akan diterbitkan.Hal ini terjadi karena naskah-naskah yang masuk bisa


10 dicetak hanya jika memenuhi kriteria tulisan yang diperkenankan pemerintah Hindia Belanda. Hal-hal yang berdampak buruk tersebut antara lain:Pengarang tidak bebas mengemukakan pikiran dan perasaan karena harus menyesuaikan dengan ketentuanketentuan pemerintah Hindia Belanda, misalnya naskah tidak boleh berbau politik, harus netral dan tidak boleh menyinggung suatu golongan,Staf redaksi sebagai pengemban kemauan pemerinth Hindia Belanda sangat menentukan nasib sebuah naskah. Tidak jarang naskah yang terbit itu sudah berbeda jauh dari aslinya karena disesuaikan dengan selera staf redaksi. BAB II BALAI PUSTAKA Angkatan Balai Pustaka adalah sebuah kelompok sastra yang didirikan pada tahun 1930 di Indonesia. Angkatan Balai Pustaka sering dianggap sebagai gerakan sastra pertama yang secara aktif mempromosikan sastra Indonesia modern dan membentuk arah baru dalam kesusastraan Indonesia. Angkatan Balai Pustaka terbentuk sebagai bagian dari Balai Pustaka, penerbit yang didirikan pada tahun 1908 oleh pemerintah kolonial Belanda. Awalnya, Balai Pustaka bertujuan untuk menerbitkan karya-karya sastra klasik Barat dalam bahasa Indonesia. Namun, pada tahun 1920-an, Balai Pustaka mulai mengalami perubahan dengan mulai menerbitkan karya-karya sastra Indonesia modern. Pada tahun 1930, kelompok sastra yang terdiri dari beberapa penulis, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Sanusi Pane, membentuk Angkatan Balai Pustaka. Mereka memiliki visi untuk memajukan kesusastraan Indonesia dan menciptakan karyakarya sastra yang lebih sesuai dengan kondisi sosial dan politik Indonesia pada waktu itu.


11 Angkatan Balai Pustaka menekankan pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam karya sastra. Mereka juga berusaha menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu, dengan menyoroti masalah sosial dan politik yang dihadapi. Beberapa karya sastra terkenal yang dihasilkan oleh Angkatan Balai Pustaka antara lain novel "Sitti Nurbaya" karya Marah Rusli, "Salah Asuhan" karya Abdoel Moeis, dan "Belenggu" karya Armijn Pane. Karya-karya ini menjadi tonggak dalam perkembangan novel Indonesia modern dan banyak dianggap sebagai karya sastra klasik. Setelah masa kejayaannya pada tahun 1930-an, Angkatan Balai Pustaka mulai kehilangan momentumnya setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Namun, warisan mereka tetap terus dikenang dan dihargai sebagai gerakan sastra yang penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia. A. Balai Pustaka Sebagai Nama Angkatan. Angkatan Balai Pustaka , nama tersebut diambil dari nama penerbit ini karena sebagian besar pengarang pada periode ini berkumpul pada lembaga penerbitan ini. Sebelum dicetak Balai Pustaka berhak memperbaiki baik isi maupun bahasanya. Karena perana Balai Pustaka terhadap karya periode ini, angkatan tersebut disebut Angkatan Balai Pustaka . Selain Balai Pustaka, nama lain yang digunakan untuk menyebut angkatan ini adalah Angkatan Dua Puluhan karena angkatan ini lahir pada rentang waktu tahun dua puluhan. Angkatan ini dimulai dari terbitnya buku Azab dan Sengsara karya Merari Siregar yang terbit tahun 1920 yang memiliki corak yang sama dengan karya-karya berikutnya. Kesamaan corak pada rentang waktu tersebut mendasari penamaan angkatan tersebut menjadi angkatan Dua Puluhan . Selain dua nama tersebut angkatan ini juga disebut Angkatan Siti Nurbaya. Penamaan ini diambil dari judul sebuah roman karangan Marah Rusli yang berjudul Siti Nurbaya. Hal ini sebagai akibat dari kepopuleran tema roman tersebut pada waktu itu.


12 B. Pembaharuan Yang Dilakukan Oleh Balai Pustaka Pada tahun angkatan 20 ini terjadi perkembangan sastra yang berbeda dari sastra sebelumnya,yaitu sastra Melayu lama. Perkembangan ini terjadi pada setiap genre sastra yang dikenal dalam sastra Melayu, yaitu prosa, puisi, dan drama. Dalam prosa, angkatan Balai Pustaka telah bergerak jauh berbeda dari sastra Melayu lama. Dari segi isi, prosa periode ini mengambil bahan cerita dari Minangkabau. Hal ini berbeda dengan prosa lama yang kebanyakan mengambil setting istana dangan tempat negeri "antah berantah" yang tidak bisa ditelusuri tempat sebenarnya.Kisah yang diceritakan dalam prosa-prosa Balai Pustaka mengangkat tema perjuangan kaum muda dalam menanggapi kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam masyarakat. Kejanggalan-kejanggalan itu membentuk pertentangan-pertentangan antara kaum muda yang berpikiran maju dengan kaum tua yang berpikiran kolot. Secara lebih khusus tematema yang menjadi latar pertentangan antara kaum tua dan kaum muda mengenai adat, kawin paksa, kebangsawanan, poligami, gaya hidup barat dan sebagainya. C. Karakteristik Angkatan Balai Pustaka Dalam menunjukkan karakteristik periode angkatan Balai Pustaka Pradopo (2007: 23) membagi menjadi dua, yaitu berdasarkan ciri-ciri struktur estetik dan ciri-ciri ekstra estetik.Struktur estetik lebihdekat dengan istilah unsur intrinsik dan ekstra estetik dengan unsur ekstrinsik. Berikut ciri – ciri balai pustaka : 1. Bersifat didaktis. Sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya. Semuanya ditujukan kepada pembaca untuk memberi nasihat. 2. Bercorak romantis (melarikan diri) dari masalah kehidupan seharihari yang menekan. 3. Permasalahan adat, terutama masalah adat kawin paksa, permaduan, dan sebagainya. 4. Pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda. Kaum tua mempertahankan adat lama, sedangkan kaum muda menghendaki kemajuan menurut paham kehidupan modern. 5. Latar cerita pada umumnya latar daerah, pedesaan, dan kehidupan daerah. Misalnya, novel Sitti Nurbaya memiliki latar tempat di daerah Padang.


13 6. Cerita bermain pada zaman sekarang, bukan di tempat dan zaman antah-berantah. 7. Cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan, masalah masih bersifat kedaerahan. BAB III TOKOH DAN KARYA BALAI PUSTAKA A.Karya Angkatan Balai Pustaka. Merira siregal • Azab dan sengsara; novel (1920) • Binasa Karena Gadis proanganl; novel (1931) Marah Rusli • Siti Nurbaya; novel (1922) • La Hami; novel (1924) Muhammad Yamin • Tanah Ali; Puisi (1922) • Indonesia, Tumpah darahku; Puisi (1928) • Kalau Dewi Tara Sudah Berkata; drama (1932) Nur Sutan Iskandar • Apa Dayaku karena aku seorang perempuan; novel (1923) • Linta yang membawa maut; novel (1926) • Salah pilih; novel (1932) Tulis Sutan Sati • Tak disangka; novel (1923) • Sengsara Membawa Nikmat; novel (1928)


14 • Tak membalas pertalian; novel (1932) Djamaluddin Adinegoro • Darah Muda; novel (1927) • Asmara Jaya; novel (1928) • Melawat Ke Barat; novel (1930) Abas Sutan Pamunt Jak Nan •satiDagang Melarat; novel (1926) • Pertemuan; novel (1927) Abdul Muis • Salah Asuhan; novel (1928) • Pertemuan Jodoh; novel (1933) Aman Datuk Madjoindo • Syair Si Banso Urai; syair (1931) • Menebus Dosa; novel (1932) • Rusmala Dewi; novel (bersama S. Hardjosoemarto, 1932) Muhammad Kasim • Niki Bahtera; terjemahan cerita anak-anak karya Cornelis Johannes Kieviet (1920) • Muda Teruna; novel (1922)Pemandangan dalam Dunia • Kanak-Kanak; cerita anak-anak (1928) • Bertengkar dan Berbisik; cerita anak-anak (1929) • Bual di Kedai Kopi; cerita anak-anak (1930) • Pangeran Hindi; terjemahan cerita • anak-anak karya Lew Wallace (1931) Soeman Hasiboean • Kasih Tak Terlerai; novel (1930) • Percobaan Setia; novel (1931)


15 • Mencari Pencuri Anak Perawan; novel (1932) • Kasih Tersesat; novel (1932) Rustam Effendi • Bebasari; drama (1926) • Percikan Permenungan; puisi (1926) Abdoel Rivai • Gubahan; puisi (1930) • Puspa Aneka; puisi (1931) • Dagang Melarat; novel (1926) • Pertemuan; novel (1927) Bella Vanisa, Lahir di laung pada 18 Juli 2003 Sedang menempuh Pendidikan S1 di IKIP PGRI Pontianak Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 2. Dan lulusan tahun 2022. Dwi Yanti., Lahir di serang banten pada 06 Oktober 2002. Jenjang pendidikan S1 ditempuh di IKIP PGRI PONTIANAK. Kota Pontianak dan lulus tahun 2022. Maria bathesa, lahir di Sungai Ayak 12 Juni 2003. Sedang menempuh pendidikan S1 di IKIP PGRI PONTIANAK.


16 DAFTAR PUSTAKA kurniawati, Yayuk, M. Sukri, and Nuriadi Nuriadi. "Dekonstruksi Tokoh Dua Roman Angkatan Balai Pustaka dalam Novel Trilogi Soekram (Bab Pengarang Tak Pernah Mati) Karya Sapardi Djoko Damono." Basastra 9.2 (2020): 140-153.. https://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Balai_Pustaka#:~:text=Angkatan%20Balai%20Pustaka%20 adalah%20nama,Muhammad%20Kasim%2C%20dan%20Merari%20Siregar.


17


Click to View FlipBook Version