The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Senja di Danau Maninjau-Marlina-November_0

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rien57036, 2022-06-04 03:34:29

Senja di Danau Maninjau-Marlina-November_0

Senja di Danau Maninjau-Marlina-November_0

5. Jaga Alam Lestarikan
Lingkungan

Hari ini adalah hari terakhir Cila dan keluarganya
liburan di Danau Maninjau. Esok mereka sekeluarga akan
kembali ke Pekanbaru. Cila dan Faiz merasa sedih harus
berpisah dengan sahabat-sahabat baru mereka, Rani dan
Buyung. Juga kelinci-kelinci putih yang lucu.
Pagi ini, sekitar pukul 10.00, Ayah dan kepala
desa akan mengumpulkan masyarakat di sekitar Danau
Maninjau untuk memberikan pencerahan tentang kondisi
Danau Maninjau, pencemaran yang terjadi, dan solusi
ke depannya. Ayah seorang pakar di bidang lingkungan
hidup merasa terpanggil untuk ikut memperbaiki kondisi
Danau Maninjau yang sudah tercemar.
Ayah, Bunda, Bu Marni, dan kepala desa telah
berkumpul dengan masyarakat di balai desa. Ayah
didampingi kepala desa dan beberapa tetua masyarakat
menjelaskan tentang kondisi Danau Maninjau saat ini.
Pencemaran air danau yang sudah sangat memprihatinkan
dan membahayakan kelangsungan hidup ikan dan danau
beberapa tahun mendatang.

41

Dengan terperinci Ayah menjelaskan jika
pencemaran Danau Maninjau disebabkan oleh
keberadaan keramba ikan yang jumlahnya melebihi daya
tampung danau. Jika keadaan ini tidak segera diatasi dan
diperbaiki, umur Danau Maninjau tidak akan lama lagi.
Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ini
adalah dengan mengurangi jumlah keramba ikan yang ada
di danau. Dari jumlah total 20.000 keramba ikan, harus
disusutkan menjadi 6.000 saja keramba ikan. Untuk itu,
Ayah mengimbau dan meminta kesadaran masyarakat
untuk ikhlas mengurangi jumlah keramba yang mereka
urus selama ini.
“Andai bisa, keramba ikan memang dihentikan
sama sekali. Masyarakat boleh menebarkan benih ikan,
tetapi tidak boleh memberikan pakannya lagi. Biarkan
ikan-ikan tersebut tumbuh alami, makan plankton seperti
dulu, lalu kita mengambil ikan dengan cara memancing
dan menjala seperti yang dilakukan orang tua kita
dahulu,” ujar Ayah dengan suara tegas.
“Danau Maninjau adalah daerah wisata yang
menjadi aset daerah untuk diwariskan kepada anak cucu
kita kelak. Untuk itu, kita masyarakat pemilik danau ini

42

harus bersama-sama menjaga kelangsungan hidup danau

ini. Dengan danau inilah masyarakat mencarik kehidupan

dan dengan danau inilah masyarakat menggantungkan

harapan,” ujar Ayah dengan suara berapi-api. Ucapan

Ayah disambut tepuk tangan meriah oleh masyarakat

yang mulai memahami kondisi danau mereka ini.

“Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha.

Niat baik kita insyaallah akan dibantu oleh Allah

SWT. untuk mewujudkannya. Marilah bersama-sama

kita selamatkan alam kita ini. Kita jaga kelestarian

dan kelangsungan hidup danau beserta ikan-ikan

yang terkandung di dalamnya,” ucap Ayah menutup

penjelasannya. Masyarakat yang hadir kembali bertepuk

tangan memberikan apresiasi terhadap penjelasan dan

ajakan Ayah.

Cila, Faiz, Rani, dan Buyung bermain-main di

pinggiran Danau Maninjau, sementara Afif duduk-duduk

di teras belakang penginapan. Ia memperhatikan adik-

adiknya yang asyik bermain di pasir pinggir danau.

“Kapan-kapan kalau liburan, main ke Pekanbaru

ya, Rani,” ucap Cila pada Rani.

“Buyung juga ikut ya, Uni,” ujar Buyung penuh

semangat.

43

“Tentu, Buyung. Kalian berdua harus datang ke
Pekanbaru. Nanti kami akan ajak kalian berdua main ke
tempat-tempat permainan di Pekanbaru yang pasti seru-
seru,” ucap Cila dengan riang.
“Wah, Buyung ingin sekali main ke tempat seperti
itu. Buyung pernah liat arena bermain di televisi, apa
seperti itu juga yang ada di Pekanbaru?” tanya Buyung
polos. Cila dan Faiz tertawa melihat wajah penasaran
Buyung.
“Insyaallah sama, Buyung,” ucap Cila lembut.
Rani dan Buyung sangat senang mendengarnya. Dalam
hati mereka berdoa semoga suatu saat berkesempatan
mengunjungi sahabat-sahabat mereka ini di Pekanbaru.
Rani dan Buyung tidak menyangka jika anak-anak
dari kota ternyata baik-baik dan ramah-ramah. Mereka
tidak terlihat sombong meski mereka anak orang berada.
Mereka juga tidak pilih-pilih teman dalam bergaul. Meski
baru mengenal Bang Afif, Cila, dan Faiz beberapa hari,
Rani dan Buyung merasa telah lama mengenal mereka.
Begitu juga sebaliknya, Cila dan Faiz merasa begitu
senang bisa bertemu dan bersahabat dengan Rani dan
Buyung. Liburan mereka di danau ini jadi menyenangkan
karena kehadiran kakak beradik tersebut.

44

Tidak berapa lama Ayah, Bunda, dan Bu Marni
datang menemui mereka. Bu Marni ternyata ingin
mengajak sahabatnya Bu Aisyah beserta keluarga untuk
makan siang di rumahnya. Bu Aisyah dan anak-anaknya
tentu saja merasa sangat senang dengan undangan Bu
Marni. Mereka pun bergegas meninggalkan penginapan
menuju ke rumah bu Marni.
Bu Marni telah menyiapkan masakan yang enak-
enak, seperti gulai ayam kampung, tumis pensi, samba
lado teri dan jengkol, sayur bayam, dan ketupuk ubi. Bu
Aisyah sekeluarga makan dengan lahap. Begitu juga Rani
dan Buyung. Hari ini, ibu mereka masak yang istimewa.
Semua itu tidak lain karena menghormati tamu mereka,
menjamu sahabat masa kecil ibu mereka. Makan siang
ini menjadi perpisahan bagi mereka semua. Anak-anak
kembali merasa sedih.
Esok paginya, Cila sekeluarga telah siap
untuk berangkat ke Pekanbaru. Mereka harus segera
meninggalkan Danau Maninjau. Bu Marni dan suaminya
serta Rani dan Buyung telah berdiri di depan penginapan
mereka untuk ikut melepas kepergian Cila sekeluarga.

45

46

“Marni, makasih untuk semuanya, untuk
persahabatan kita, jamuan makannya, dan terima kasih
anak-anak telah menjadi sahabat Afif, Cila, dan Faiz.
Semoga kita bisa bertemu di lain kesempatan,” ucap
Bunda seraya memeluk Bu Marni erat. Dua wanita
tersebut berpelukan dengan air mata berlinang.
“Ya, Aisyah. Terima kasih juga telah bersedia
menjalin silaturahmi dengan kami. Terima kasih telah
memberikan pencerahan pada masyarakat di kampung
ini,” ucap Bu Marni dengan suara parau.
“Ini sedikit oleh-oleh dari kami untuk dimakan di
jalan,” ujar Bu Marni lagi seraya menyerahkan sebuah
bungkusan pada Bunda. Bunda menerimanya dengan
tangan gemetar.
“Ini juga kenang-kenangan dari aku, Marni.
Semoga ini bisa menjadi pengikat tali persaudaraan di
antara kita,” Bunda pun menyerahkan sebuah bungkusan
pada sahabatnya. Isinya adalah sebuah tas kesayangan
bunda.
“Duh, terima kasih, Aisyah. Sudah repot-repot,”
ucap Bu Marni seraya menerima bingkisan dari bunda.

47

Anak-anak pun bersalaman. Cila melepaskan jam

tangannya dan memberikannya pada Rani sebagai kenang-

kenangan. Rani ragu untuk menerimanya. Namun, Rani

melihat Bu Aisyah mengangguk ke arahnya.

“Ambillah Rani. Itu jam kesayangan Cila. Semoga

jam itu juga bisa menjadi pengikat tali persahabatan di

antara kalian,” ucap Bunda tulus. Rani pun akhirnya

menerima jam tangan pemberian Cila dengan suka cita.

Faiz pun tidak mau ketinggalan, ia memberikan topi

merah kesayangannya kepada Buyung. Buyung langsung

menerimanya dengan raut wajah penuh kegembiraan.

Dari pertama kali bertemu, Buyung sudah merasa suka

dengan topi yang dipakai oleh Faiz itu. Namun, Buyung

tidak pernah mau meminta sesuatu pada ibunya, yang ia

tahu ibunya tidak akan bisa membelikannya.

Cila dan Rani berpelukan erat. Mata mereka basah

karena sedih. Begitu juga Faiz dan Buyung. Sebelum Cila

dan keluarganya masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Rani

mengeluarkan sesuatu dari kantong roknya.

“Cila, maaf. Aku hanya punya ini,” ucap Rani seraya

menyerahkan sesuatu ke tangan Cila. Cila membuka

tangannya dan melihat sebuah untaian kalung dari kulit

kerang. Cantik sekali.

48

“Duh, Rani. Makasih sekali. Aku sangat suka
dengan kalung ini,” ucap Cila penuh suka cita. Rani
tersenyum penuh bahagia. Rani senang melihat Cila suka
dengan pemberiannya.
“Kami pamit, ya,” ucap Ayah seraya menyalami
ayah Buyung. Lalu mereka semua pun naik ke mobil.
Sebelum mobil berjalan mereka saling melambaikan
tangan, mengucapkan selamat berpisah. Air mata
mengalir di pipi Bunda dan Cila. Begitu juga dengan Bu
Marni dan Rani.
Danau Maninjau terlihat tenang di bawah sinar
matahari pagi. Semilir angin terasa sejuk. Danau itu
masih terlihat biru dari kelok 44. Tidak terlihat jika di
dalamnya terdapat endapan pakan ikan, bangkai ikan
yang telah membusuk. Dari jauh, Danau Maninjau masih
terlihat cantik dan penuh pesona. Semoga suatu saat
danau ini benar-benar kembali bersih, kembali memiliki
rinuak dan pensi, dan kembali mengundang kedatangan
wisatawan asing dan wisatawan dalam negeri.


49

Biodata Penulis

Nama lengkap : Marlina, S.Pd.

Nomor Telp : (0761) 65930/ 08127630790

Pos-el : [email protected]

Akun Facebook : Marlina Af AlSha

Alamat kantor : Balai Bahasa Provinsi, Jalan

Binawidya, Kampus Universitas Riau,

Pekanbaru



Riwayat pekerjaan/profesi (10 tahun terakhir):

2006–2016: Pegawai Balai Bahasa Provinsi Riau

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
S-1: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Padang
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Budaya dan Sastra Lisan Masyarakat Suku Akit
di Riau (2013)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 tahun terakhir):
1. “Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Naskah Ujian

Nasional Bahasa Indonesia Kelas IX SMP tahun

ajaran 2006” (Jurnal Madah)
50

2. “Orang Aneh Menunggu Setitik Cahaya: Kritik
Terhadap Perilaku Calon Pemimpin” (Jurnal Madah).

3. “Novel Jembatan Karya Olyrinson: Perspektif
Sosiologis” (Jurnal Madah).

4. “Ketertindasan Melayu dalam Cerpen Suku Pompong
Karya Fedli Azis dan Cerpen Rumah di Ujung
Kampung Karya Hang Kafrawi” (Jurnal Madah).

5. “Kelayakan Serial Animasi Marsha and the Bear
sebagai Tontonan Anak” (Jurnal Widyariset).

Buku Cerita Anak:
1. Cerita Rakyat Mutiara dari Indragiri, Lomba Penulisan

Cerita Rakyat Badan Bahasa tahun 2016.
2. Cerita anak Air Mata Hutan Kami, Sayembara

Penulisan Cerita Anak, Badan Bahasa, tahun 2017.
3. Cerita anak Kerinduan Pompong, Sayembara

Penulisan Cerita Anak, Badan Bahasa, tahun 2017.

Informasi Lain
Marlina lahir di Duri pada 22 Maret 1975. Ia adalah
seorang peneliti sastra yang mengabdi di Balai Bahasa
Riau sejak tahun 2006. Menempuh pendidikan dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Sumatra
Barat. Ia melanjutkan pendidikan S-1 pada jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Padang (UNP).

51

Biodata Penyunting

Nama lengkap : Ebah Suhaebah

Pos-el : [email protected]

Bidang Keahlian: penyuntingan, penyuluhan, dan

pengajaran bahasa Indonesia

Riwayat Pekerjaan:
1988—sekarang PNS di Badan Bahasa
1993—sekarang penyuluh, penyunting, dan pengajar
Bahasa Indonesia

Riwayat Pendidikan:
S-1 Sastra Indonesia, Universitas Padjadjaran, Bandung
(1986)
S-2 Linguistik, Universitas Indonesia, Depok (1998)

Informasi Lain:
Aktif sebagai ahli bahasa Indonesia di lembaga kepolisian,
pengadilan, DPR/DPD RI; pengajar Bahasa Indonesia;
dan penyunting naskah akademik dan buku cerita untuk
siswa SD, SMP, dan SMA. Pernah menulis serial bacaan
anak yang berjudul Di Atas Langit Ada Langit (2001) dan
Satria Tanpa Tanding yang diterbitkan Pusat Bahasa
(sekarang Badan Bahasa).

52

Biodata Ilustrator

Nama lengkap : Ice Ramayani

Telp kantor/ponsel : 082386524227

Pos-el : [email protected]

Akun Instagram : @ike.ramayani

Alamat : Jln. Belibis blok c no 12 Air Tawar,

Padang, Sumatra Barat

Riwayat pekerjaan/profesi :
Mahasiswa Universitas Negeri Padang, Jurusan Seni
Rupa, Prodi Desain Komunikasi Visual, Tahun Masuk
2014

53

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur


Click to View FlipBook Version