Untuk membentuk mental anak bangsa yang
memiliki jiwa patriot dan cinta tanah air di bentuk
semenjak dini. Pendidikan formal di sekolah Negeri
adalah tempatnya untuk membentuk anak bangsa
yang memiliki cinta tanah air, berjiwa patriot.
Diantaranya kegiatan ini meliputi:
1. Kegiatan Upacara Bendera
51
Kegiatan upacara bendera yang setiap hari
senin dilaksanakan di sekolah banyak sekali
manfaat untuk generasi anak bangsa ini. Tetapi
dari hari ke hari mengalami pergeseran, pada
zaman tahun delapan puluhan siswa pelajar
sangat tertib dan kidmat melaksanakan upacara
bendera.
Pendidikan atau latihan upacara bendera
para Tentara Nasional Indonesia diperbolehkan
kerja sama untuk membimbing tata cara upacara
yang baik dan benar. Peserta upacara menjadi
sorotan untuk disiplinkan yang terjadi pada waktu
itu, seperti di suruh peserta upacara membawa
batu untuk di genggam semenjak di mulainya
upacara hingga akhir upacara batu harus tetap
utuh. Dan yang terpenting lagi jika ada peserta
upacara yang pingsan tidak boleh di tolong
langsung oleh peserta upacara lainnya, karena
sudah ada petugas Palang Merah Remaja
52
(PMR), dan ini benar-benar di laksanakan oleh
siswa-siswi zaman itu. Jika ini terjadi pada zaman
sekarang menjadi sangat rumit berurusan
dengan pihak yang berwajib.
Selain upacara bendera resmi setiap hari
senin, di tahun delapanpuluhan juga sering
diadakan lomba upacara bendera dalam rangka
perlombaan antar kelas upacara bendera. Apa
yang terjadi? Siswa-siswi giat berlatih, sehingga
tertanam dalam jiwa lomba upacara bendera
sangat serius untuk membanggakan kelasnya
masing-masing. Tetap yang tertujuh adalah
peserta upacara, setiap peserta upacara
pandangannya harus lurus kedepan selama
upacara berlangsung tidak boleh menengok
kesamping kanan-kiri, dan ini dijalankan benar-
benar oleh siswa-siswi zaman itu. Nilai-nilai jiwa
patriot dan cinta tanah air betul-betul tertanam.
53
Coba bandingkan kegiatan upacara
bendera di tahun 2000 hingga sekarang sangat
jauh berbeda. Peserta upacara pada saat
berlangsung, dalam posisi siap sempurna masih
banyak yang tidak tertib. Tangan posisinya di
depan di belakang, tengok kanan-kiri, bahkan
tertawa. Ini pergesaran karakter anak bangsa.
Ada juga sekolah swasta tidak melaksanakan
upacara bendera setiap seninnya, kenapa bias
terjadi? Karena kurang pengawasan dari pihak-
pihak terkait. Seharusnya sekolah tersebut
izinnya dibekukan.
Solusinya untuk anak bangsa ini harus di
tekan lagi pentingnya upacara bendera ini.
Pengawasan terhadap sekolah-sekolah swasta-
swasta yang agak menyeleweng secepatnya di
beri teguran/peringatan. Lombah tata cara
upacara bendera harusnya digiatkan lagi baik
antar kelas maupun antar sekolah dari tingkat
kabupaten hingga tingkat provinsi. Jika berjalan
54
lima tahun berturut-turut hasilnya pasti lebih baik
untuk anak bangsa yang benar-benar cinta tanah
airnya sendiri dan tidak mudah diaduh domba
oleh pihak-pihak lain.
2. Kegiatan Lombah Baris berbaris
Kegiatan lomba baris-berbaris ini sangat
dekat sekali dengan tumbuhnya jiwa patriot dan
cinta tanah air. Anak bangsa terutama pelajar
Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat tertarik
sekali dengan kegiatan ini, karena di usia muda,
tenaga muda lagi semngat-semangatnya
mengaplikasikan tenaga. Pemanfaatkan usia
muda ini sangat positif jadinya.
Latihan baris-berbaris di laksanakan setiap
tahun di zaman pelajar tahun delapanpuluhan.
Pelajar SMA sangat semangat untuk latihan
baris-berbaris, jika dilihat dari segi senipun
sangat menarik sekali dan indah. Dari segi
55
peserta sangat bagus menunjukan keahlian
bahkan di mulai dari atraksi kebolehan baris-
berbarisnya ke penonton. Gerak tangan dan kaki
sangat serentak, orang melihatnya sambal
berkata,” Tentara muda”. Berdasarkan kegiatan
tersebut dengan sendirinya cinta tanah air di
miliki pada dirinya.
Cobalah bandingkan dengan sekarang,
jika kegiatan itu dilaksanakan maka akan kena
sanksi bahkan masuk ke ranah perkara. Disis lain
dari ormas yang sekarang berkembang biak
ibarat jamur di musim penghujan, mengadakan
latihan perang dan merekut usia anak pelajar di
usia SMA. Politik terbalik untuk bangsa ini,
sehingga muncullah hal-hal yang tidak kita
inginkan tumbuh di anak bangsa ini. Dia tidak
cinta tanah air, karena alasan-alasan ideologi.
56
CINTA TANAH AIR MELALUI
PENDIDIKAN KELUARGA
7
57
Kata cinta pasti tidak akan terlepas dari rasa
kasih dan sayang. Dari rasa kasih dan sayang
itulah, timbul keinginan untuk memberikan yang
terbaik, serta menjaga, merawat, dan melindungi
sesuatu yang kita cinta dari hal-hal yang buruk.
Begitu pula dengan cinta tanah air. Cinta tanah air
sendiri dapat diartikan menjadi suatu kondisi di
mana masyarakat bisa memberikan rasa kasih dan
sayangnya kepada negara dalam bentuk
pengabdian, pemeliharaan, pembelaan dan
perlindungan dari segala macam bentuk penjajahan
dan hal-hal yang berbahaya.
Selain itu, cinta tanah air juga dapat
didefinisikan sebagai timbulnya rasa kebanggaan
dalam diri masyarakat terhadap negaranya,
sehingga ia akan terus berjuang untuk memajukan
dan menyejahterakan berbagai unsur yang terdapat
di dalam negaranya.
58
Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini rasa
cinta tanah air yang dimiliki para generasi muda di
Indonesia mulai menurun. Padahal, generasi muda
ialah salah satu faktor pendorong bagi perubahan
sejarah supaya negara bisa menjadi lebih baik
daripada sebelumnya. Alasan lunturnya rasa cinta
tanah air ini beraneka macam, contohnya ialah arus
globalisasi. Globalisasi ini menyebabkan mudahnya
kebudayaan serta produk-produk luar negeri masuk
ke dalam negara Indonesia. Generasi muda jaman
kini lebih suka mengikuti trend dari luar, daripada
tetap bersikukuh terhadap budaya negaranya
sendiri. Itu bisa dibuktikan dengan bagaimana
produk yang ber-merk luar negeri lebih laku di
pasaran. Generasi muda jaman kini menganggap,
bahwa penggunaan barang-barang dari luar negeri
ialah sesuatu yang keren dan patut dibanggakan.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan
adanya pemupukan rasa cinta tanah air bagi
generasi muda melalui perantara pendidikan.
59
Pendidikan ini tidak harus terbatas pada pendidikan
formal seperti sekolah, tetapi juga bisa dilakukan di
luar sekolah dengan bantuan orangtua, teman-
teman sebaya, orang terpandang, dan lain
sebagainya.
Sebagai contoh ialah pendidikan karakter.
Pendidikan karakter sendiri diartikan sebagai suatu
usaha terencana yang dilakukan dengan sadar demi
mendidik dan membangun karakter pribadi maupun
kelompok yang baik sebagai warga negara.
Karakter yang baik sendiri meliputi jujur, toleransi,
demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
bersahabat, cinta damai, peduli lingkungan, dan lain
sebagainya. Untuk mencapai karakter yang baik
tersebut tidak bisa hanya melalui perkenalan saja,
tetapi diperlukan penanaman pula di dalam diri
generasi muda.
Penguatan karakter siswa dalam
mempersiapkan daya saing siswa dengan
60
kompetensi abad 21, yaitu: berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi, dan kolaborasi. Yang menjadi sorotan
dalam berkomunikasi dan berikir kritis adalah
penguasaan dan pemahaman bahasa. Lembaga
pendidikan harus mempersiapkan peserta didik
secara dini tentang bahasa, sehingga anak mampu
merespons dengan cepat dalam berkomunikasi dan
mamu berfikir secepat mungkin dalam menanggapi
setiap permasalahan yang membutuhkan jajak
pendapat atau diskusi dengan komunitas dan
jenjang apapun. Pembinaan Karater salah satunya
melalui gerakan literasi sekolah salah satunya dari
segi kebahasaan yang menekankan nilai-nilai
karakter diantaranya adalah kegiatan membaca
mandiri, menulis mandiri, bercerita, pemberdayaan
perpustakaan sekolah, pembiasaan membeli buku
cerita.
Kita sebagai generasi muda, harus
menyadari bahwa kita hidup di dunia berdampingan
dengan orang lain yang memiliki suku, ras, dan
61
agama yang berbeda-beda. Kita tidak boleh
menyinggung perbedaan yang ada, tetapi kita harus
menghargai perbedaan tersebut.
Kemudian, kita juga harus menghargai
teman-teman yang ada di sekitar kita dalam
memberikan pendapat. Kita tidak boleh
mencelanya, tetapi kita boleh untuk memberikan
sanggahan dengan bahasa yang sopan supaya
tidak menyakiti perasaannya. Dan sebagai warga
yang baik, hendaknya kita mampu mengikuti
kegiatan sosial kemasyarakatan dengan asas
gotong-royong dan cinta lingkungan di dalamnya.
Cinta lingkungan ini dapat dicontohkan
dengan hal-hal kecil seperti tidak membuang
sampah sembarangan dan merawat tanaman
dengan baik, sehingga dapat menciptakan
lingkungan yang nyaman. Walau pendidikan
karakter ini terlihat sepele, apabila
diimplementasikan dengan baik akan menimbulkan
62
atau meningkatkan rasa cinta tanah air bagi
generasi muda.
Selain itu, usaha lain untuk meningkatkan
rasa cinta tanah air bagi generasi muda ialah
mencari tahu apa saja kebudayaan yang ada di
sekitar kita. Kita bisa mencari informasi budaya
tersebut melalui penelusuran pada masyarakat
sekitar maupun dengan membaca buku literatur.
Setelah mengetahui apa saja budaya-budaya yang
ada, hendaknya kita ikut andil di dalamnya dengan
cara mengikuti kegiatan budaya tersebut.
Mungkin pada awalnya kita tidak bisa terjun
langsung untuk menjadi "pemain", tetapi kita bisa
mengawalinya dengan menjadi penonton terlebih
dahulu dan selanjutnya mengikuti komunitas budaya
yang ada. Dengan begitu, lama kelamaan rasa cinta
terhadap budaya dalam diri generasi muda akan
tumbuh.
63
“ Aku hanya rakyat biasa yang tidak kenal pantang
menyerah dalam mengarungi alam semesta.
Pintaku Cuma satu agar bangsa ini merdeka
dengan sebenar–benarnya
maju terus berkarya mandiri tanpa membebani,
maju tanpa mencoreng
bhineka tunggal ika, sejahtera mendekap nusantara
dalam nafas bendera dan bahasa Negara Kesatuan
Republik Indonesia “
64
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
buku ini. Dalam penulisan ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin, namun sebagai
manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya penulisan buku ini.
Semoga Tuhan selalu meridhoi setiap langkah kita.
Buku berjudul “Bahasa dan Benderaku”
menceritakan tentang tugas seorang guru dalam
mendorong peserta didiknya agar mempunyai jiwa
nasionalisme serta mampu memaknai arti penting
bahasa dan bendera Indonesia.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
nantikan. Semoga penulisan buku ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembacanya.
Penulis
65
JUDUL: Bahasa dan Benderaku
Penulis: Ruswi Isnaini, S.Pd
Peran pendidikan sangat penting dalam
upaya penanaman ideologi pancasila mengacu
pada filosofis bendera dan bahasa dimulai dari
lingkungan sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah pemikiran intoleransi serta bibit
radikalisme yang menyimpang baik secara formal
maupun tidak formal serta dapat menghindari dan
mengantisipasi penyebarannya
“Bahasa dan Benderaku” adalah sebuah
kajian tentang peran guru dalam mendorong
peserta didiknya agar mempunyai jiwa
nasionalisme, cerdas, mandiri, toleransi, serta
pemaknaan dari bahasa dan bendera Indonesia.
Peran Guru sebagai insan pedagogis
mengupayakan adanya aktivitas kebangsaan,
berlomba-lomba mencapai tujuan bernegara.
Penulis mengharapkan agar buku ini dapat
membakar semangat nasionalisme kebangsaan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga
tercapai tujuan nasional yang kita harapkan selama
ini. Semoga dengan memiliki buku ini, pembaca
menjadi pribadi yang lebih mencintai negaranya
yaitu Indonesia.
66
Biodata Penulis
Penulis lahir di Sukoharjo,
8 Februari 1984. Alumni
Universitas Negeri
Surakarta (UNS) FKIP
Jurusan P. MIPA FISIKA
lulusan tahun 2006 dan
Universitas Terbuka
Jurusan PGSD lulusan
tahun 2018. Penulis pernah bertugas di SMP Negeri 18
Kota Serang Provinsi Banten. Tahun 2016 mutasi ke
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah bertugas di SD
Negeri 02 Lalung Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar Jawa Tengah sampai sekarang.
67