STRATEGI DAKWAH YAYASAN GRIYA AL-QUR’AN LAMONGAN
DALAM MENINGKATKAN RELIGIUITAS PADA KELOMPOK
DIFABEL
PROPOSAL
Diajukan Kepada
Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Sebagai Syarat Pengajuan Skripsi Untuk Memperoleh
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Srata Satu Komunikasi Penyiaran Islam
Disusun Oleh :
Dimasq Muhammad Abinnour
NIM.B91219096
Dosen Pembimbing :
Drs.Prihananto, M.Ag.
NIP.196812301993031003
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal penelitian ini telah kami setujui untuk diajukan pada ujian seminar
proposal skripsi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Program Studi Komunikasi
Dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Surabaya, 20 Desember 2021
Dosen Pembimbing
Drs.Prihananto, M.Ag.
NIP. 196812301993031003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan hidayah serta inayah-Nya
sehingga pada kesempatan ini penulis masih diberikan kesehatan jasmani serta rohani
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas proposal ini dengan baik. Shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan pada beliau Nabi Muhammad SAW. Pembimbing kearah
terang benderang dan pembawa suri tauladan bagi umat manusia.
Proposal yang berjudul “Strategi Dakwah Yayasan Griya Al-Qur’an Lamongan Dalam
Meningkatkan Religiuitas Pada Kelompok Difabel” disusun berdasarkan analisis dan
wawancar penulis. Disamping itu proposal bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
metode penelitian kualitatif.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini jauh dari kesempurnaan kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan yang
hakiki dan semoga proposal ini senantiasa bermanfaat bagi pembaca dan khususnya
bagi penulis.
Surabaya, 20 Desember 2021
Dimasq Muhammad Abinnour
NIM.B91219096
A. Latar Belakang
Dakwah merupakan sebuah kegiatan wajib dan harus dilakukan oleh setiap
manusia yang beragama islam tanpa memandang jenis kelamin, usia, dan tak terkecuali
dengan para penyandang disabilitas atau difabel. Penyandang disabilitas atau difabel
merupakan sebutan bagi orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. 1
Dalam hal ini para penyandang disabilitas atau kelompok difabel juga memiliki
peran dalam kegiatan dakwah sebagai penyampai pesan juga sebagai sasaran dakwah.
Meski begitu tidak bisa di pungkiri bahwa ada beberapa yang termasuk kelompok
difabel yang dimana mereka memiliki keterbatasan dengan peran sebagai mitra dakwah
yang memungkinkan keterbatasan tersebut menjadi sebuah hambatan dalam proses
penerimaan pesan dakwah.
Hal ini memungkinkan agar perlunya menggunakan strategi dan metode-metode
khusus untuk bisa mencapai penerimaan dan pemahaman dari para penyandang
disabilitas atau difabel yang memiliki kesulitan dalam memahami pesan dakwah dengan
metode dakwah biasa. Adanya fasilitas untuk mendukung kelompok difabel ini sangat
di perlukan, terutama fasilitas untuk bisa meningkatkan potensi atau meningkatkan
kelebihan-kelebihan yang di miliki oleh para kelompok difabel, mulai dari skill hingga
aspek religiuitas atau keagamaannya.
Oleh karena itu hal ini sesuai dengan Yayasan Griya Al-qur’an Lamongan yang
menjadi salah satu sarana fasilitator untuk para difabel atau penyandang disabilitas
dalam memperoleh hak dan dukungan mereka. Tentunya Yayasan Griya Al-qur’an
Lamongan ini memiliki strategi dan metode-metode khusus dalam membimbing para
difabel untuk lebih mengenal agama dan bagaimana mengamalkannya. Berangkat dari
uraian di atas oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan
mendalam terkait strategi Yayasan Griya Al-Qur’an dalam meningkatkan religiuitas
pada kelompok difabel ini dalam bentuk penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi yayasan griya al-qur’an dalam meningkatkan religiuitas pada
kelompok difabel?
2. Bagaimana ekeftifitas strategi dakwah yayasan griya al-qur’an dalam
meningkatkan religiuitas pada kelompok difabel?
1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, Pasal 1 ayat (1)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana strategi yayasan griya al-qur’an dalam
meningkatkan religiuitas pada kelompok difabel?
2. Untuk mengetahui bagaimana ekeftifitas strategi dakwah yayasan griya al-qur’an
dalam meningkatkan religiuitas pada kelompok difabel?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat yang bisa di amalkan
dan jika di uraikan ada beberapa manfaat yang dapat di ambil. Diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
Di harapkan hasil penelitian ini nantinya akan menjadi rujukan
pengetahuan terkait bagaimana strategi-strategi dakwah yang baik dan efektif untuk di
gunakan dalam menghadapi mad’u yang bekebutuhan khusus atau dibafel.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Dengan adanya pengetahuan tentang strategi dakwah yang di jalankan oleh
yayasan griya al-qur’an dalam meningkatkan religiuitas pada kelompok difabel
ini, juga dengan memahami tentang efektifitas dari strategi tersebut, nantinya
dapat menambah inspirasi juga motivasi bagi para pembaca untuk lebih
memperhatikan juga keterlibatan para kelompok difabel dalam aktivitas dakwah
dan di harapkan juga nantinya akan lebih banyak program-program keagamaan
khusus yang di tujukan untuk para kelompok difabel.
b. Bagi Peneliti
Dapat memperluas wawasan atau menambah pengetahuan tentang
bagaimana strategi dakwah yang baik dan efektif dalam menghadapi mad’u
berkebutuhan khusus atau difabel dan memahami bagaimana cara untuk
berinteraksi dengan mereka sesuai dengan keadaan mereka.
c. Bagi Peneliti lain
Dapat di jadikan rujukan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut terkait
strategi dakwah yang berhubungan dengan kelompok difabel.
E. Penelitian Terdahulu
1. Muhammad Idris (2015)
Penelitian Muhammad Idris, dengan judul “Strategi Dakwah Yayasan
Komunitas Sahabat Mata Dalam Pengembangan Potensi Diri Kaum Tuna Netra di
Mijen Kota Semarang” 2015, dengan hasil penelitian: Hasil yang bisa di simpulkan
dari penelitian ini adalah strategi dakwah yang di lakukan oleh Yayasan Komunitas
Sahabat Mata dalam mengembangkan potensi-potensi yang di miliki oleh para
penyandang disabilitas atau di difabel, namun untuk pembahasannya lebih mengarah
kepada tuna netra terkait dengan bagaimana strategi dakwah yang di lakukan oleh
Yayasan Sahabat Mata ini.
Adapun beberapa strategi yang di gunakan oleh Yayasan Komunitas Sahabat
Mata ini adalah; yang pertama adalah strategi Takziyah atau penyucian jiwa, strategi
ini adalah strategi yang di gunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan-pesan
dakwah dengan mendahulukan renungan untuk membersihkan hati dan perilaku
mad’u agar proses penyampaian pesan menjadi lebih efektif lagi, dan tujuannya
adalah untuk memotivasi dan membangun mental para kaum tuna netra agar tetap
semangat dan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kemudian yang
kedua adalah strategi ta’lim atau pembelajaran.
Dalam implementasinya strategi ta’lim ini mengacu kepada proses kaderisasi
para kaum tuna netra untuk bisa lebih mengembangkan skill atau keterampilannya
dalam berbagai bidang yang bisa mereka lakukan sesuai dengan fasilitas yang ada di
Yayasan Komunitas Sahabat Mata, ada beberapa program ta’lim yakni program
untuk mengembangkan public speaking agar nantinya para kaum tuna netra yang
mengikuti program tersebut memiliki keahlian untuk menjadi pembicara, mc, atau
bahkan motivator. 2
2. Anisa Herawati (2019)
Penelitian Anisa Herawati, dengan judul “Strategi Dakwah Dalam Pembinaan
Mental Penyandang Tuna Netra Di SLB Negeri Metro Tahun 2018” dengan hasil
penelitian: hasil yang bisa di simpulkan dari penelitian ini adalah strategi dakwah
yang di gunakan dalam pembinaan mental di Slb Negeri Metro ini ada beberapa
macam, yakni; yang pertama adalah strategi takziyah, strategi ini berfungsi untuk
memberikan gambaran pada SLB Negeri Metro dalam memahami jiwa dan fisiknya
sehingga dengan mengetahui keadaan jiwa dan fisik mereka maka proses pembinaan
dapat berjalanan sesuai dengan kapasitas para pesertanya.
Kemudian yang kedua adalah strategi Ta’lim, strategi ini di lakukan secara
mendalam pada saat proses pembelajaran terutama ketika memberikan pembinaan
dan pemahaman tentang al-qur’an, yang di gunakan dalam proses ta’lim ini berupa
al-qur’an braile atau al-qur’an timbul.3
2 Muhammad Idris, Strategi Dakwah Yayasan Komunitas Sahabat Mata Dalam Pengembangan Potensi
Diri Kaum Tuna Netra di Mijen Kota Semarang. Skripsi Prodi Manajemen Dakwah fakultas Dakwah UIN
Walisongo Semarang. 2015, hlm. 3
3 Anisa Herawati, Strategi Dakwah Dalam Pembinaan Mental Penyandang Tuna Netra Di SLB Negeri
Metro Tahun 2018. Skripsi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Adab dan Dakwah IAIN
Metro.2019, hlm 4
F. Definisi Konsep
1. Strategi Dakwah
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “stragos” atau “strategis”
dengan kata jamak strategi yang berarti jenderal, tetapi dalam Yunani kuno berarti
perwira negara dengan fungsi yang luas4 dalam hal ini penerapan strategi pada awalnya
hanya di terapkan pada masa masa peperangan lalu saat ini di gunakan untuk mengelola
kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, agama dll. Tergantung dari penerapannya masing-
masing strategi berfungsi untuk mengelola perencanaan yang berisi ide-ide pokok untuk
kelancaran sebuah perencanaan.
Para ahli telah merumuskan definisi tentang Strategi antara lain: 1) Jamaludin
Darwis dalam Djamrah dan Zain menyatakan bahwa Strategi dimaknai sebagai “seni
merencanakan perang”. Strategi juga bisa diartikan sebagai “strategi pasukan darat dan
laut untuk menepati posisi yang menguntungkan dalam perang.5 2) Senada dengan
pendapat diatas syukir juga berpendapat dalam bukunya bahwa Strategi adalah metode,
cara, siasat atau taktik yang dipergunakan dalam aktifitas (kegiatan) tertentu.6 3)
Sedangkan menurut pendapat Prof M. Ali Aziz, bahwa Strategi merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan.
Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum
sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertenatu, artinya arah
dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.Oleh sebab itu,
sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur
keberhasilannya.7 Melihat dari beberpa pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan
bahwa strategi dakwah merupakan Strategi Dakwah merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, starategi merupakan proses penyusunan
rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, Strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan
tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.
Ada beberapa jenis strategi dakwah yang biasa di gunakan dalam kegiatan
dakwah:
a. Strategi sentimentil (al-manhaj al-athifi).
4 Husnul Khatimah,Strategi Dakwah. (2016), hlm. 2
5 Umi Zulfa, Strategi pembelajaran, (Cilacap: Al-Ghazali Press, 2010), hlm. 15
6 Syamsuri, Strategi dan Metode Pomesmawi dalam Dakwah Islamiah di Desa Kebarongan. Skripsi Prodi
Sosial Islam fakultas Dakwah IAIIG Cilacap. 2009, hlm. 3
7 M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarata: Kencana, 2009), hlm. 349
Strategi sentimental (al-manhaj al-athifi) merupakan dakwah yang
tefokus hanya kepada aspek hati, perasaan, dan batin dalam proses kegiatan
dakwah untuk menghadapi mitra dakwah dengan cara memberikan mitra dakwah
nasihat-nasihat yang penuh kesan dan kelembutan dalam pembawaannya untuk
bisa memberi pelayanan yang memuaskan kepada para mitra dakwah agar tetap
merasa aman dan nyaman saat melakukan proses kegiatan dakwah. Strategi ini
sesuai untuk mitra dakwah yang mungkin terkucilkan dan dianggap lemah, seperti
kaum perempuan, anak-anak, orang awam, para mu’alaf, orang-orang miskin,
anak-anak yatim, dan lain sebagainya yang masih membutuhkan pemahaman
mendalam tentang dasar keagamaan dan aspek religiuitas yang lain .
b. Strategi rasional (al-manhaj al-aqli).
Strategi rasional (al-manhaj al-aqli) merupakan strategi dakwah dengan
beberapa metode yang berfokus pada aspek akal pikiran. Dalam hal ini, Al-Qur’an
mendorong penggunaan strategi rasional ini dengan beberapa pemahaman definisi
antara lain seperti: tafakkur, tadzakkur, nazhar, taammul, I’tibar, tadabbur dan
istibshar. Tafakkur merupakan proses penggunaan pemikiran untuk mencapai
sebuah pemahaman dan memikirkannya; tadzakkur merupakan proses untuk
menghadirkan kembali sebuah ilmu yang harus dipelihara setelah dilupakan,
Nazhar adalah proses untuk mengarahkan hati agar bisa berkonsentrasi pada objek
yang sedang diperhatikan, Taammul adalah dimana kita berusaha mengulang-
ulang pemikiran hingga menemukan kebenaran dalam hati, I,tibar bermakna
perpindahan dari pengetahuan yang sedang dipikirkan menuju pengetahuan yang
lain; tadabbur suatu usaha memikirkan akibat-akibat setiap masalah; Istibshar
ialah mengungkap sesuatu atau serta memperlihat kannya kepada pandangan hati.
c. Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi).
Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan
strategi eksperimen. Strategi ini berfokus pada praktik keagamaan, keteladanan,
dan pentas drama. Yang dimana dalam strategi ini mengarahkan mitra dakwah
untuk merasakan sensasi dari melakukan kegiatan keagamaan dengan perasaan
dan batinnya. Seperti ketika melakukan sholat, sholat menjadi salah satu praktik
keagamaan yang wajib di lakukan oleh setiap muslim tapi dalam berbagai kasus
banyak yang masih meninggalkan kegiatan sholat ini, oleh karenanya dalam
strategi ini ingin mewujudkan sebuah perasaan tanggung jawab mitra dakwah
kepada kegiatan-kegiatan keagamaan yang harusnya di lakukan.8
8 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: kencana, 2012) hlm. 353.
2. Kelompok Difabel
Difabel merupakan singkatan dari bahasa Inggris different ability
people atau diferently abled people, yaitu orang-orang yang dikatagorikan sebagai
manusia yang memiliki kemampuan berbeda dari manusia pada umumnya. Istilah
lainnya ialah differently able, yang secara harfiah berarti sesuatu yang berbeda.
Sedangkan secara terminologi, difabel adalah setiap orang yang mengalami hambatan
dalam aktifitas keseharian maupun partisipasinya dalam masyarakat karena desain
sarana prasarana publik yang tidak universal dan lingkungan sosial yang masih hidup
dengan ideologi kenormalan. Sedangkan penyandang disabilitas merupakan Sebutan
yang dikemukakan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas, yaitu setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Dari sekian sebutan di atas,
difabel dianggap sebagai panggilan yang lebih nyaman, sopan, dan umum dalam
percapakan komunitas. Sebutan difabel dinilai sejalan dengan ideologi yang
memanusiakan, yaitu memberlakukan difabel sesuai harkat dan martabatnya sebagai
manusia yang notabene merupakan bagian dari keragaman umat manusia.
Terdapat empat jenis difabel atau penyandang disabilitas yaitu:
a. Disabilitas fisik: Amputasi, lumpuh, paraplegi, stroke, disabilitas akibat kusta,
cerebral palsy (CP).
b. Disabilitas intelektual: Down syndrome, kretinisme, mikrosefali, makrosefali,
dan skafosefali.
c. Disabilitas mental: Skizofrenia, demensia, afektif bipolar, retardasi mental.
d. Disabilitas sensori: disabilitas netra, disabilitas rungu, dan disabilitas wicara.9
Dalam hal ini, jenis yang sering kita dengar jika membahas tentang kelompok
difabel atau disabilitas adalah jenis disabilitas sensori yang di dalamnya ada
penyandang tuna netra yakni orang yang tidak memiliki penglihatan yang normal,
penyandang tuna rungu yakni orang yang tidak memiliki pendengaran yang normal, dan
penyandang tuna wicara yakni orang yang tidak memiliki kemampuan bicara yang
normal.
3. Religiuitas
Religiulitas merupakan konsep yang berhubungan dengan tingkat konsepsi
seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen dan penghayatan seseorang terhadap
9 M. Syafi’ie, Diskursus Sebutan Warga Difabel, Skripsi Prodi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia FH UII. 2020, hlm. 2
agamanya. Tingkat konseptualisasi adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap
agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal yang
perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk
menjadi religius. Agama adalahsistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan
sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-
persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).10
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa religiusitas merupakan
bagaimana keyakinan seseorang terhadap suatu agama beserta tingkat pengetahuannya
terhadap agama dan bagaimana proses pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari
sesuai dengan nilai-nilai agama atau aturan yang sesuai dengan ajaran agama juga
bagaimana seseorang menggunakan keikhlasan hati ketika menjalankan kegiatan
keagamaan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif demikian metode tersebut untuk mendapatkan pemahaman
mendalam terkait dengan strategi dakwah yang di lakukan oleh Yayasan Griya Al-
Qur’an Lamongan dalam meningkatkan religiuitas pada kelompok difabel.
Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang di gunakan untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
ialah data yang sebenarnya, sebuah data pasti yang memiliki suatu nilai di balik
data yang tampak.11
b. Jenis Penelitian
Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
Etnografi, penelitian etnografi atau antropologi, juga dapat diistilahkan sebagai
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan hitungan. Etnografi
merupakan suatu deskripsi dan analisis tentang suatu masyarakat yang didasarkan
pada penelitian lapangan.12 Demikian penulis menggunakan pendekatan ini untuk
mengamati, memahami dan menuliskan mengenai strategi dakwah yang di
lakukan oleh Yayasan Griya Al-Qur’an Lamongan dalam upaya meningkatkan
religiuitas pada kelompok difabel yang ada di sana dengan mempelajari dan
mewawancarai hingga menemukan suatu kesimpulan.
10 Ancok, D. & Suroso, F. N. Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem-. Problem Psikologi.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 76
11 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung-Penerbit Alfabeta, 2012). hlm.1
12 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya. 2000), hlm. 3
2. Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang di gali dalam penelitian ini di bagi menjadi dua golongan,
yakni:
a. Data Primer
Sumber data primer yang di maksudkan oleh peneliti di sini adalah sumber data
utama yang memungkinkan peneliti mendapatkan informasi atau data yang di
perlukan terkait dengan penelitian. Seperti memahami strategi dakwah dan
bagaimana efektifitasnya terhadap kelompok difabel peneliti lebih menekankan pada
teknik wawancara sebagai sarana untuk memperoleh dan menggali data tersebut.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder yang di maksudkan oleh peneliti di sini adalah sumber
data yang bersifat membantu atau menunjang kelengkapan data serta memperkuat
dan memberikan penjelasan mengenai sumber data primer. Seperti data-data yang
berbentuk dokumen, misalnya mengenai profil Yayasan Griya Al-Qur’an Lamongan,
dll.
3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti ingin menggunakan teknik pengumpulan data yang sekiranya dapat
mengantar peneliti mendapatkan data yang valid dan mendukung demi tercapainya
hasil yang maksimal, adapun beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan adalah sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering di
gunakan dalam penelitian kualitatif. Teknik ini bertujuan agar peneliti dapat
secara langsung mengamati serta mencatat gejala-gejala yang terjadi di lapangan
obyek penelitian. Sebagai metode ilmiah bisa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik tentang fenomena-fenomena yang diselidiki.13
peneliti menggunakan teknik ini untuk menggali data-data yang ada di lapangan
dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi Yayasan Griya Al-
Qur’an Lamongan.
b. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan upaya untuk menghimpun data yang akurat tentang
keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan
13 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1991), hlm. 136
data.14 Dalam proses pengumpulan data menggunakan teknik wawancara ini
peneliti melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang terlibat seperti
melakukan wawancara terhadap pengurus, pembimbing, dan santri-santri difabel
yang ada Yayasan Griya AL-Qur’an Lamongan terkait dengan data yang di
perlukan dalam penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.15 Dari teknik ini peneliti berusaha mengambil data yang
berupa dokumen untuk memperkuat kevalidan data seperti dokumen profil
Yayasan Griya Al-Qur’an dan dokumen-dokumen lain yang dapat mendukung
keabsahan data untuk penelitian.
4. Teknik Analisi Data
Pada teknik ini, peneliti akan memanfaatkan data dan mengolahnya sedemikian
rupa hingga peneliti dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang ada untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Dalam hal ini ada
tiga alur yang dapat di lakukan dalam melakukan analisis data, yaitu:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan data dengan menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan
cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dan verivikasi.
b. Penyajian data
Dalam proses penyajian data, dokumen-dokumen dan hasil wawancara
akan dianalisis oleh peneliti agar dapat memunculkan deskripsi tentang strategi
dakwah yang di gunakan oleh Yayasan Griya Al-Qur’an Lamongan dalam
upayanya meningkatkan aspek religiuitas pada kelompok difabel yang ada di sana.
c. Penarikan kesimpulan
Dan yang terakhir adalah proses penarikan kesimpulan dimana penulis
akan mendeskripsikan, menganalisa dan menginterprentasikan data yang telah
peneliti dapatkan melalui penelitian tersebut.16
5. Teknik Validitas Data
Dalam mengetahui validitas data dan untuk meminimalisir distorsi, peneliti
berusaha untuk mengecek ulang data yang telah di dapatkan dari hasil observasi dan
14 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, hlm. 72
15 Husaini Usman dan Purnomo Setisy Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Askara,
1996), hlm. 73
16 Miles, Mattew B. And Huberman, Michael A Analisis Data Kualitatif, Diterjamahkan, Tjejep
Rohandi,(jakarta: UI Press, 1992), hlm.16
wawancara serta dokumentasi sebelum diproses dalam bentuk data tulisan dengan
harapan tulisan tersebut agar terhindar dari sekecil mungkin kesalahan. Selanjutnya
peneliti mengiterpretasikannya yaitu menafsirkan data-data yang telah terkumpul
sesuai dengan bahasa peneliti berdasarkan data yang penulis peroleh dari fokus yang
diteliti.
DAFTAR PUSTAKA