BUKU SAKU
ANTI KORUPSI
Jl. Kuningan Persada Kav. 4, UNTUK PEMELUK
Setiabudi - Jakarta Selatan 12950
Telp. (021) 021-25578300 AGAMA ISLAM
www.kpk.go.id
www.kpk.go.id
BUKU SAKU
ANTI KORUPSI
Jl. Kuningan Persada Kav. 4, UNTUK PEMELUK
Setiabudi - Jakarta Selatan 12950
Telp. (021) 021-25578300 AGAMA ISLAM
www.kpk.go.id
www.kpk.go.id
BUKU SAKU
ANTIKORUPSI
UNTUK PEMELUK
AGAMA ISLAM
Daf ar Isi
Kata Pengantar: Dr. Salahuddin Wahid ..................................... 2
Kata Sambutan Pimpinan KPK ................................................... 4
I. Pendahuluan:
Kedudukan Harta Benda Dalam Islam .........................7
Rasulullah SAW bersabda:
Kelak akan datang suatu masa, di mana sejumlah pemerintahan
II. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun
menghalalkan arak dengan “bungkus” bir, menerima pemberian
2000 Tentang Korupsi ................................................. 16
kecil dengan alasan sedekah, membolehkan suap dengan
“bungkus” hadiah, dan membunuh dengan alasan memberi
III. Pengert an Hadiah (Ghulûl) Dan Grat f kasi: peringatan. Mereka memerangi bangsa-bangsa merdeka
Dr. Salahuddin Wahid. ................................................ 22 untuk menguasai, sehingga (akibatnya) dosa mereka semakin
bertambah. 1
IV. Pengert an Risywah (Suap) ......................................... 31
V. Pengert an Khianat (Mengingkari Kepercayaan) .......33
VI. Solusi Mengatasi Korupsi ........................................... 37
VII. Sanksi Dari Takzir Hingga Hukuman Mat ..................42
1
Lihat Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, juz 3 hal. 82.
1
Daf ar Isi
Kata Pengantar: Dr. Salahuddin Wahid ..................................... 2
Kata Sambutan Pimpinan KPK ................................................... 4
I. Pendahuluan:
Kedudukan Harta Benda Dalam Islam .........................7
Rasulullah SAW bersabda:
Kelak akan datang suatu masa, di mana sejumlah pemerintahan
II. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun
menghalalkan arak dengan “bungkus” bir, menerima pemberian
2000 Tentang Korupsi ................................................. 16
kecil dengan alasan sedekah, membolehkan suap dengan
“bungkus” hadiah, dan membunuh dengan alasan memberi
III. Pengert an Hadiah (Ghulûl) Dan Grat f kasi: peringatan. Mereka memerangi bangsa-bangsa merdeka
Dr. Salahuddin Wahid. ................................................ 22 untuk menguasai, sehingga (akibatnya) dosa mereka semakin
bertambah. 1
IV. Pengert an Risywah (Suap) ......................................... 31
V. Pengert an Khianat (Mengingkari Kepercayaan) .......33
VI. Solusi Mengatasi Korupsi ........................................... 37
VII. Sanksi Dari Takzir Hingga Hukuman Mat ..................42
1
Lihat Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, juz 3 hal. 82.
1
Kata Pengantar Berart , hukum memberikan hadiah berbeda-beda
sesuai dengan tujuan pemberinya, seberapa jauh dampak yang
K.H. Dr. Salahuddin Wahid dit mbulkan, dan bagaimana prosesnya. 4
Assalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh Pemahaman terhadap konsep harta benda dan hadiah
versus suap dalam Islam tersebut menjadi bagian dari buku saku
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, ini. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, upaya
shalawat dan salam ke pangkuan Nabi Muhammad SAW dan pencegahan korupsi dalam pendekatan keagamaan sangatlah
kepada para sahabat dan keluarga sekalian. bermanfaat. Dengan terbitnya buku ini, semoga apa yang selama
ini dipersepsikan sebagai pemberian atau hadiah terkait jabatan,
Islam menganjurkan kaum Muslimin (sunah) agar lantas dibawa pulang dan dijadikan rezeki bagi istri dan anak, bisa
saling memberikan hadiah atau bersedekah satu sama lain, diluruskan.
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: [Hendaklah saling memberi
hadiah, agar kalian saling mencintai]. Apalagi jika pemberian Semoga buku saku ini bisa menyelamatkan sebanyak-
2
tersebut bertujuan menyambung tali silaturahim atau membalas banyaknya umat muslim Indonesia dari jeratan korupsi.
kebaikan orang lain, maka hukumnya semakin baik dan sangat
dianjurkan, sebagaimana hadis Nabi SAW: Hadiah kepada Wabillaahit Tauf qi Wal Hidayah,
kerabat adalah sedekah dan silaturrahim, serta hadis riwayat
Aisyah: Nabi SAW sering menerima hadiah dan membalasnya. Wassalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh
(HR. Bukhari). 3
Akan tetapi, terkadang hadiah bisa menjadi haram
jika bertujuan untuk melanggar hukum syariat, mempengaruhi
putusan pengadilan, mempengaruhi kebijakan publik, dan
sebagainya.
2
Lihat Mu’jam al-Wasith li Al-Baihaqi, juz 2 hal. 339.
3
Mengenai hadiah yang biasa diterima Rasulullah SAW terkait status beliau sebagai kepala
negara, itu merupakan khushusiyyah (semacam hak prerogat f Nabi) yang t dak dibenarkan bagi
pejabat selain Nabi. Sama halnya sepert kebolehan menikahi lebih dari 4 wanita, itu adalah
hak khusus untuk Nabi SAW dan t dak berlaku bagi umatnya. Khushusiyyah ini didasarkan fakta
bahwa Nabi SAW adalah manusia yang terpelihara dari sifat khianat dan ketergelinciran integri-
tas (mashum). Jika beliau t dak terpelihara, tentu t dak akan dipilih oleh Allah Swt sebagai Nabi. 4 Dan hukuman di akhirat kelak, tergantung niat dan dampak yang dit mbulkannya. Lihat Wah-
Lihat ad-Durrul Mukhtar, juz 5 hal. 372. bah Musthafa az-Zuhaili, Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, t , juz 3 hal. 124.
2 3
Kata Pengantar Berart , hukum memberikan hadiah berbeda-beda
sesuai dengan tujuan pemberinya, seberapa jauh dampak yang
K.H. Dr. Salahuddin Wahid dit mbulkan, dan bagaimana prosesnya. 4
Assalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh Pemahaman terhadap konsep harta benda dan hadiah
versus suap dalam Islam tersebut menjadi bagian dari buku saku
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, ini. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, upaya
shalawat dan salam ke pangkuan Nabi Muhammad SAW dan pencegahan korupsi dalam pendekatan keagamaan sangatlah
kepada para sahabat dan keluarga sekalian. bermanfaat. Dengan terbitnya buku ini, semoga apa yang selama
ini dipersepsikan sebagai pemberian atau hadiah terkait jabatan,
Islam menganjurkan kaum Muslimin (sunah) agar lantas dibawa pulang dan dijadikan rezeki bagi istri dan anak, bisa
saling memberikan hadiah atau bersedekah satu sama lain, diluruskan.
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: [Hendaklah saling memberi
hadiah, agar kalian saling mencintai]. Apalagi jika pemberian Semoga buku saku ini bisa menyelamatkan sebanyak-
2
tersebut bertujuan menyambung tali silaturahim atau membalas banyaknya umat muslim Indonesia dari jeratan korupsi.
kebaikan orang lain, maka hukumnya semakin baik dan sangat
dianjurkan, sebagaimana hadis Nabi SAW: Hadiah kepada Wabillaahit Tauf qi Wal Hidayah,
kerabat adalah sedekah dan silaturrahim, serta hadis riwayat
Aisyah: Nabi SAW sering menerima hadiah dan membalasnya. Wassalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh
(HR. Bukhari). 3
Akan tetapi, terkadang hadiah bisa menjadi haram
jika bertujuan untuk melanggar hukum syariat, mempengaruhi
putusan pengadilan, mempengaruhi kebijakan publik, dan
sebagainya.
2
Lihat Mu’jam al-Wasith li Al-Baihaqi, juz 2 hal. 339.
3
Mengenai hadiah yang biasa diterima Rasulullah SAW terkait status beliau sebagai kepala
negara, itu merupakan khushusiyyah (semacam hak prerogat f Nabi) yang t dak dibenarkan bagi
pejabat selain Nabi. Sama halnya sepert kebolehan menikahi lebih dari 4 wanita, itu adalah
hak khusus untuk Nabi SAW dan t dak berlaku bagi umatnya. Khushusiyyah ini didasarkan fakta
bahwa Nabi SAW adalah manusia yang terpelihara dari sifat khianat dan ketergelinciran integri-
tas (mashum). Jika beliau t dak terpelihara, tentu t dak akan dipilih oleh Allah Swt sebagai Nabi. 4 Dan hukuman di akhirat kelak, tergantung niat dan dampak yang dit mbulkannya. Lihat Wah-
Lihat ad-Durrul Mukhtar, juz 5 hal. 372. bah Musthafa az-Zuhaili, Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, t , juz 3 hal. 124.
2 3
Kata Sambutan Pimpinan KPK Dari sisi hukum pidana, kejahatan korupsi
diklasif kasikan dalam tujuh kelompok yakni:, kerugian keuangan
Assalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, konf ik kepent ngan dalam pengadaan dan
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puja dan puji grat f kasi. Disamping itu terdapat perbuatan yang menghalangi
syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Rabb semesta alam proses penindakan t ndak pidana korupsi yakni memalsukan
atas terbitnya Buku Saku Ant Korupsi untuk Pemeluk Agama buku untuk pemeriksaan administrasi, merusakkan bukt atau
Islam ini. membantu dan membiarkan orang merusak bukt .
Buku saku ini dipersiapkan oleh Kedeput an Pencegahan Semoga buku saku ini bisa menjadi pedoman singkat
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebagai pemegang masyarakat Indonesia untuk menghindarkan diri dan keluarganya
mandat undang-undang untuk mencegah dan memberantas dari t ndak pidana korupsi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
t ndak pidana korupsi, KPK berupaya untuk menyebarluaskan isi senant asa membimbing bangsa ini.
pesan buku saku ini sebagai upaya meningkatkan pemahaman
masyarakat. Wassalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh
Buku saku ini adalah perbaikan dari buku sebelumnya: Salam Integritas,
“Buku Saku untuk Memahami Pandangan Islam terhadap Korupsi:
Dunia Akhirat Dihukum” (2007) yang berisi pasal-pasal hukum Pimpinan KPK
pidana dan padanan dalil hukum dari kitab suci. Buku saku kedua
ini menggunakan pendekatan berbeda, yakni narasi ringan nan
padat demi meningkatkan pemahaman di samping dalil-dalil Al-
Qurán dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang korupsi.
Berdasarkan pidana Islam f qh jinayah, terdapat
beberapa jenis t ndak pidana (jarimah) yang mendekat
terminologi korupsi di masa sekarang, yakni ghulûl (penggelapan),
risywah (penyuapan), ghaṣab (mengambil paksa hak/harta orang
lain), khianat, sariqah (pencurian) dan hirâbah (perampokan).
Buku saku ini menelisik t ga dari keenam jarimah yang
dipersepsikan paling sesuai, yakni ghulûl, risywah dan khianat.
4 5
Kata Sambutan Pimpinan KPK Dari sisi hukum pidana, kejahatan korupsi
diklasif kasikan dalam tujuh kelompok yakni:, kerugian keuangan
Assalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, konf ik kepent ngan dalam pengadaan dan
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puja dan puji grat f kasi. Disamping itu terdapat perbuatan yang menghalangi
syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Rabb semesta alam proses penindakan t ndak pidana korupsi yakni memalsukan
atas terbitnya Buku Saku Ant Korupsi untuk Pemeluk Agama buku untuk pemeriksaan administrasi, merusakkan bukt atau
Islam ini. membantu dan membiarkan orang merusak bukt .
Buku saku ini dipersiapkan oleh Kedeput an Pencegahan Semoga buku saku ini bisa menjadi pedoman singkat
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebagai pemegang masyarakat Indonesia untuk menghindarkan diri dan keluarganya
mandat undang-undang untuk mencegah dan memberantas dari t ndak pidana korupsi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
t ndak pidana korupsi, KPK berupaya untuk menyebarluaskan isi senant asa membimbing bangsa ini.
pesan buku saku ini sebagai upaya meningkatkan pemahaman
masyarakat. Wassalaamu’alaikum Warrahmatullaahi Wabarakaatuh
Buku saku ini adalah perbaikan dari buku sebelumnya: Salam Integritas,
“Buku Saku untuk Memahami Pandangan Islam terhadap Korupsi:
Dunia Akhirat Dihukum” (2007) yang berisi pasal-pasal hukum Pimpinan KPK
pidana dan padanan dalil hukum dari kitab suci. Buku saku kedua
ini menggunakan pendekatan berbeda, yakni narasi ringan nan
padat demi meningkatkan pemahaman di samping dalil-dalil Al-
Qurán dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang melarang korupsi.
Berdasarkan pidana Islam f qh jinayah, terdapat
beberapa jenis t ndak pidana (jarimah) yang mendekat
terminologi korupsi di masa sekarang, yakni ghulûl (penggelapan),
risywah (penyuapan), ghaṣab (mengambil paksa hak/harta orang
lain), khianat, sariqah (pencurian) dan hirâbah (perampokan).
Buku saku ini menelisik t ga dari keenam jarimah yang
dipersepsikan paling sesuai, yakni ghulûl, risywah dan khianat.
4 5
I. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam
mengatur semua aspek hidup dan kehidupan manusia
baik secara pribadi, sosial, berbangsa dan bernegara. Islam
mengabarkan tuntunan aspek duniawi dan ukhrawi (akhirat),
baik kabar gembira berupa pahala maupun peringatan/kabar
buruk berupa ancaman/siksaan. Tujuan akhir ajaran Islam
adalah membawa set ap pemeluknya mencapai kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat, dengan jalan melakukan segala yang
bermanfaat dan mencegah segala hal yang merugikan atau
mudarat. Untuk mencapai tujuan itulah maka syariat Islam
Rasulullaah SAW bersabda: berperan sebagai pedoman hidup.
“Seseorang pada hari akhir nant past akan ditanya tentang Sepert diungkapkan dalam kitab suci Al Qurán:
empat hal, usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk
apa digunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
digunakan, serta ilmunya untuk apa digunakan.” pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
(HR Abu Dawud) orang-orang yang beriman.” (QS Yunus (10): 57).
Dalam telaah pemahaman hikmah syariah, atau
Maqaashid Al-Syarii’ah kajian Dr. H. Harun al-Rasyid, S.H.
M.Hum, CFE, hadirnya syariat Islam pada dasarnya adalah untuk
memelihara dan melindungi lima hal pokok, yakni:
(1) Agama, karena agama adalah pedoman hidup yang
mencakup akidah dan syariat, baik kepada Tuhan maupun
kepada sesama manusia,
(2) Jiwa, karena Islam mengakui hak hidup set ap manusia
secara mendalam dan melarang penghilangan jiwa,
(3) Akal, karena keberadaan akal-lah yang membedakan
6 7
I. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam
mengatur semua aspek hidup dan kehidupan manusia
baik secara pribadi, sosial, berbangsa dan bernegara. Islam
mengabarkan tuntunan aspek duniawi dan ukhrawi (akhirat),
baik kabar gembira berupa pahala maupun peringatan/kabar
buruk berupa ancaman/siksaan. Tujuan akhir ajaran Islam
adalah membawa set ap pemeluknya mencapai kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat, dengan jalan melakukan segala yang
bermanfaat dan mencegah segala hal yang merugikan atau
mudarat. Untuk mencapai tujuan itulah maka syariat Islam
Rasulullaah SAW bersabda: berperan sebagai pedoman hidup.
“Seseorang pada hari akhir nant past akan ditanya tentang Sepert diungkapkan dalam kitab suci Al Qurán:
empat hal, usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk
apa digunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
digunakan, serta ilmunya untuk apa digunakan.” pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
(HR Abu Dawud) orang-orang yang beriman.” (QS Yunus (10): 57).
Dalam telaah pemahaman hikmah syariah, atau
Maqaashid Al-Syarii’ah kajian Dr. H. Harun al-Rasyid, S.H.
M.Hum, CFE, hadirnya syariat Islam pada dasarnya adalah untuk
memelihara dan melindungi lima hal pokok, yakni:
(1) Agama, karena agama adalah pedoman hidup yang
mencakup akidah dan syariat, baik kepada Tuhan maupun
kepada sesama manusia,
(2) Jiwa, karena Islam mengakui hak hidup set ap manusia
secara mendalam dan melarang penghilangan jiwa,
(3) Akal, karena keberadaan akal-lah yang membedakan
6 7
manusia dari binatang dan dengan akal manusia bisa lain, serta digunakan untuk hal-hal yang halal.
memperbaiki diri dan memilih jalan hidup mendapat pahala
atau siksa, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan
(4) Keturunan, karena anak keturunan adalah upaya manusia jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
memelihara kemurnian darah dan kelanjutan kehidupannya, kamu… (QS an-Nisa (4): 29)
5
(5) Harta benda, karena Islam mengakui dorongan hidup Berikut sejumlah konsep harta dalam pandangan Islam hasil
manusia mencari harta benda demi pemenuhan kebutuhan kajian Dr. H. Harun al-Rasyid, S.H. M.Hum, CFE:
sehingga perlu diatur agar t dak bentrok, dan
1. Pemilik hakiki atas segala harta yang ada di muka bumi
(6) Kehormatan diri, karena martabat manusia dalam Islam adalah Allah SWT. Kepemilikan manusia bersifat nisbi,
dianggap lebih berharga dan mulia dari harta benda. relat f sebatas melaksanakan amanah untuk mengelola.
Dari kelima hal pokok di atas, memelihara dan melindungi “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
harta benda adalah hal yang paling bersifat keduniawian. Islam naf ahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
memperhat kan naluri kepemilikan harta benda sebagai sesuatu menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang sangat kodrat . Manusia melakukan dorongan ini tak hanya yang beriman di antara kamu dan menaf ahkan
demi memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan, (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
tapi juga sekaligus mengangkat martabat dan status sosialnya di besar” (QS Al-Hadid (57):7).
tengah masyarakat. Sebagaimana Allah SWT berf rman:
2. Harta-harta yang dikuasakan Allah kepada manusia
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta memiliki beberapa fungsi, yakni:
terhadap apa yang diinginkan berupa perempuan-perempuan,
anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas a. Harta sebagai amanah t t pan Allah SWT. Manusia
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah hanyalah pemegang amanah karena memang t dak
mampu mengadakan benda dari t ada.
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik” (QS Ali Imran:14)
b. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa menikmat nya dengan baik dan t dak
Melalui syariat, Allah SWT mengakui dorongan kodrat berlebih-lebihan . Sebagai perhiasan hidup harta
6
tersebut sambil membekalinya dengan rambu-rambu kuat agar sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta
manusia mampu mengendalikan dan membatasi perilaku yang 7
kebanggaan diri .
menyimpang. Manusia juga harus mengumpulkan harta dengan
5
cara halal, dan daripadanya dikeluarkan hak Allah dan manusia Idem, hal 81
6 Lihat Al-Qur’an surah Ali Imran (3) ayat 14
7 Lihat Al-Qur’an surah Al-Alaq (96) ayat 6-7
8 9
manusia dari binatang dan dengan akal manusia bisa lain, serta digunakan untuk hal-hal yang halal.
memperbaiki diri dan memilih jalan hidup mendapat pahala
atau siksa, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan
(4) Keturunan, karena anak keturunan adalah upaya manusia jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
memelihara kemurnian darah dan kelanjutan kehidupannya, kamu… (QS an-Nisa (4): 29)
5
(5) Harta benda, karena Islam mengakui dorongan hidup Berikut sejumlah konsep harta dalam pandangan Islam hasil
manusia mencari harta benda demi pemenuhan kebutuhan kajian Dr. H. Harun al-Rasyid, S.H. M.Hum, CFE:
sehingga perlu diatur agar t dak bentrok, dan
1. Pemilik hakiki atas segala harta yang ada di muka bumi
(6) Kehormatan diri, karena martabat manusia dalam Islam adalah Allah SWT. Kepemilikan manusia bersifat nisbi,
dianggap lebih berharga dan mulia dari harta benda. relat f sebatas melaksanakan amanah untuk mengelola.
Dari kelima hal pokok di atas, memelihara dan melindungi “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
harta benda adalah hal yang paling bersifat keduniawian. Islam naf ahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah
memperhat kan naluri kepemilikan harta benda sebagai sesuatu menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang sangat kodrat . Manusia melakukan dorongan ini tak hanya yang beriman di antara kamu dan menaf ahkan
demi memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan, (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang
tapi juga sekaligus mengangkat martabat dan status sosialnya di besar” (QS Al-Hadid (57):7).
tengah masyarakat. Sebagaimana Allah SWT berf rman:
2. Harta-harta yang dikuasakan Allah kepada manusia
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta memiliki beberapa fungsi, yakni:
terhadap apa yang diinginkan berupa perempuan-perempuan,
anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas a. Harta sebagai amanah t t pan Allah SWT. Manusia
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah hanyalah pemegang amanah karena memang t dak
mampu mengadakan benda dari t ada.
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik” (QS Ali Imran:14)
b. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan
manusia bisa menikmat nya dengan baik dan t dak
Melalui syariat, Allah SWT mengakui dorongan kodrat berlebih-lebihan . Sebagai perhiasan hidup harta
6
tersebut sambil membekalinya dengan rambu-rambu kuat agar sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta
manusia mampu mengendalikan dan membatasi perilaku yang 7
kebanggaan diri .
menyimpang. Manusia juga harus mengumpulkan harta dengan
5
cara halal, dan daripadanya dikeluarkan hak Allah dan manusia Idem, hal 81
6 Lihat Al-Qur’an surah Ali Imran (3) ayat 14
7 Lihat Al-Qur’an surah Al-Alaq (96) ayat 6-7
8 9
c. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal dan t mbangan , melalui cara-cara yang bat l dan
17
18
cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah merugikan , dan melalui suap menyuap.
8
sesuai dengan ajaran Islam atau t dak .
Sebagaimana diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah berkata:
d. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan
perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara “Seseorang pada hari akhir nant past akan ditanya tentang
sesama manusia melalui zakat, infak dan sedekah. 9 empat hal, usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk
apa digunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
3. Untuk dapat memiliki harta, maka manusia dapat digunakan, serta ilmunya untuk apa digunakan.”
mengupayakan mata pencaharian yang halal sesuai
dengan aturan-Nya. Sebagaimana pernah diriwayatkan Secara tekstual maupun substant f, Islam telah memberi rambu-
hadits: rambu yang keras untuk mencegah korupsi maupun menegakkan
hukum dalam kasus korupsi, tanpa pilih kasih. Rasulullah SAW
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja. bahkan memberi contoh yang sangat tegas sepert dikisahkan
Barang siapa yang bekerja keras mencari naf ah yang bahwa pada saat terjadi perist wa pencurian oleh Fat mah,
halal untuk keluarganya, maka sama dengan mujahid di seorang wanita dari keluarga yang terpandang. Pihak keluarga
jalan Allah” (HR.Ahmad). berusaha menutupi perbuatannya dengan mendekat sahabat
kesayangan nabi untuk meminta keringanan hukuman atas
4. Dalam berusaha memperoleh harta benda, maka perist wa tersebut. Namun Nabi Muhammad SAW bersabda:
dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang
11
10
melupakan mat , melupakan mengingat Allah , “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya Fat mah
12
melupakan shalat dan zakat , dan memusatkan putri Muhammad mencuri niscaya aku memotong tangannya.”
kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja . Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
13
5. Dilarang menempuh usaha yang haram, sepert Kisah lain yang tak kalah menarik adalah di masa Kekhalifahan
14
melalui kegiatan riba , perjudian, jual beli barang yang Umar Ibn Khathab R.A., yang melakukan inspeksi ke pasar untuk
16
15
haram , mencuri merampok , curang dalam takaran memeriksa apakah para pedagang bert ndak jujur dalam menjual
dagangannya dan. Umar Ibn Khathab menjumpai beberapa hal
8 Lihat Al-Qur’an surah Al-Anfal (8) ayat 28
9 Lihat Al-Qur’an surah Ali-Imran (3) 133-134 sebagai berikut:
10 Lihat Al-Qur’an surah at-Takatsur (102) ayat 1-2
11 Lihat Al-Qur’an surah al-Munaf qun (63) ayat 9
12 Lihat Al-Qur’an surah an-Nur (24) ayat 37 a. Beberapa sahabat yang ditunjuk menjadi pegawai/
13 Lihat Al-Qur’an surah al-Hasyr (59) ayat 7 aparatur masih melakukan usaha transaksi perdagangan di
14 Lihat Al-Qur’an surah al-Baqarah (2) ayat 273-281
15 Lihat Al-Qur’an surah al-Maidah (5) ayat 90-91 17 Lihat Al-Qur’an surah al-Muthaf f n (83) ayat 1-6
16 18
Lihat Al-Qur’an surah al-Maidah (5) ayat 38 Lihat Al-Qur’an surah al-Baqarah (2) ayat 188
10 11
c. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal dan t mbangan , melalui cara-cara yang bat l dan
17
18
cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah merugikan , dan melalui suap menyuap.
8
sesuai dengan ajaran Islam atau t dak .
Sebagaimana diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah berkata:
d. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan
perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara “Seseorang pada hari akhir nant past akan ditanya tentang
sesama manusia melalui zakat, infak dan sedekah. 9 empat hal, usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk
apa digunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
3. Untuk dapat memiliki harta, maka manusia dapat digunakan, serta ilmunya untuk apa digunakan.”
mengupayakan mata pencaharian yang halal sesuai
dengan aturan-Nya. Sebagaimana pernah diriwayatkan Secara tekstual maupun substant f, Islam telah memberi rambu-
hadits: rambu yang keras untuk mencegah korupsi maupun menegakkan
hukum dalam kasus korupsi, tanpa pilih kasih. Rasulullah SAW
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja. bahkan memberi contoh yang sangat tegas sepert dikisahkan
Barang siapa yang bekerja keras mencari naf ah yang bahwa pada saat terjadi perist wa pencurian oleh Fat mah,
halal untuk keluarganya, maka sama dengan mujahid di seorang wanita dari keluarga yang terpandang. Pihak keluarga
jalan Allah” (HR.Ahmad). berusaha menutupi perbuatannya dengan mendekat sahabat
kesayangan nabi untuk meminta keringanan hukuman atas
4. Dalam berusaha memperoleh harta benda, maka perist wa tersebut. Namun Nabi Muhammad SAW bersabda:
dilarang mencari harta, berusaha atau bekerja yang
11
10
melupakan mat , melupakan mengingat Allah , “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya Fat mah
12
melupakan shalat dan zakat , dan memusatkan putri Muhammad mencuri niscaya aku memotong tangannya.”
kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja . Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
13
5. Dilarang menempuh usaha yang haram, sepert Kisah lain yang tak kalah menarik adalah di masa Kekhalifahan
14
melalui kegiatan riba , perjudian, jual beli barang yang Umar Ibn Khathab R.A., yang melakukan inspeksi ke pasar untuk
16
15
haram , mencuri merampok , curang dalam takaran memeriksa apakah para pedagang bert ndak jujur dalam menjual
dagangannya dan. Umar Ibn Khathab menjumpai beberapa hal
8 Lihat Al-Qur’an surah Al-Anfal (8) ayat 28
9 Lihat Al-Qur’an surah Ali-Imran (3) 133-134 sebagai berikut:
10 Lihat Al-Qur’an surah at-Takatsur (102) ayat 1-2
11 Lihat Al-Qur’an surah al-Munaf qun (63) ayat 9
12 Lihat Al-Qur’an surah an-Nur (24) ayat 37 a. Beberapa sahabat yang ditunjuk menjadi pegawai/
13 Lihat Al-Qur’an surah al-Hasyr (59) ayat 7 aparatur masih melakukan usaha transaksi perdagangan di
14 Lihat Al-Qur’an surah al-Baqarah (2) ayat 273-281
15 Lihat Al-Qur’an surah al-Maidah (5) ayat 90-91 17 Lihat Al-Qur’an surah al-Muthaf f n (83) ayat 1-6
16 18
Lihat Al-Qur’an surah al-Maidah (5) ayat 38 Lihat Al-Qur’an surah al-Baqarah (2) ayat 188
10 11
pasar, padahal mereka sudah menerima upah. Kemudian urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan
Khalifah Umar RA, mengumpulkan mereka dan melarang datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian t ap-
melakukan jual beli karena mereka telah diamanahi t ap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
urusan melayani umat dan digaji oleh negara. Juga para dengan (pembalasan) set mpal, sedang mereka t dak dianiaya.
pejabat negara waktu itu diperintahkan menghitung (QS. Ali-‘Imran [3] : 161)
kenaikan harta benda yang mereka miliki, jika dirasa
terdapat kenaikan yang t dak wajar dibandingkan dengan Melihat dan menilik pelaksanaan Umar bin Khathab
usahanya, maka kelebihan harta tersebut disita untuk dan Umar bin Abdul Aziz ini (yakni hadiah pun harus dikembalikan,
baitul maal (kas negara). pen), nyatalah bahwa komisi yang diterima oleh seorang menteri,
karena menandatangani suatu kontrak dengan satu penguasa
b. Abdullah Ibn Umar, putra Khalifah Umar RA terlihat di pasar luar negeri dalam pembelian barang-barang keperluan menurut
dengan hewan ternak yang dimilikinya lebih baik dan lebih rasa halus iman dan Islam adalah korupsi juga namanya. Kita
gemuk dari yang lain. Ket ka Khalifah Umar RA memanggil katakan menurut rasa halus iman dan Islam adalah guna jadi
putranya untuk memast kan, Abdullah mengatakan hewan pedoman bagi pejabat-pejabat t nggi suatu Negara, bahwa lebih
ternak itu dibelinya dengan harga wajar, lalu digembalakan baik bersih dari kecurigaan ummat. (Prof Dr Hamka, Tafsir
bersama hewan ternak lain di lapangan penggembala Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, cetakan IV, 1985, juzu’ IV,
bersama. Namun Khalifah Umar punya alasan mengapa halaman 143)
hewan ternak milik Abdullah lebih gemuk, yakni karena
warga memberi tempat dan waktu yang lebih leluasa bagi Demikian juga Imam Ibnu Katsir memberikan
hewan ternak Abdullah karena ia anak Kholifah. Kemudian penjelasan atas tafsir ayat tersebut dengan hadits berikut:
Kholifah meminta Abdullah menghitung keuntungan yang
wajar dari hewan ternaknya, kelebihannya diambil untuk Dari Abi Malik Al-Asyja’i dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
baitul maal. sallam, beliau bersabda: “Ghulul (pengkhianatan/ korupsi) yang
paling besar di sisi Allah adalah korupsi sehasta tanah, kalian
Tindakan Khalifah Umar RA tersebut di atas, kini dikenal dengan temukan dua lelaki bertetangga dalam hal tanah atau rumah,
upaya mencegah konf ik kepent ngan dalam pengadaan dan lalu salah seorang dari keduanya mengambil sehasta tanah dari
Pelaporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). bagian pemiliknya. Jika ia mengambilnya maka akan dikalungkan
kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari Qiyamat. (HR Ahmad,
Prof. DR. Hamka antara lain menyampaikan judul dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihut Targhiib wt
korupsi dalam mengomentari tafsir Al Qur’an Surat Ali Imran Tarhiib II/ 380 nomor 1869) 19
ayat 161:
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam 19
ht p://www.eramuslim.com
12 13
pasar, padahal mereka sudah menerima upah. Kemudian urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan
Khalifah Umar RA, mengumpulkan mereka dan melarang datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, Kemudian t ap-
melakukan jual beli karena mereka telah diamanahi t ap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
urusan melayani umat dan digaji oleh negara. Juga para dengan (pembalasan) set mpal, sedang mereka t dak dianiaya.
pejabat negara waktu itu diperintahkan menghitung (QS. Ali-‘Imran [3] : 161)
kenaikan harta benda yang mereka miliki, jika dirasa
terdapat kenaikan yang t dak wajar dibandingkan dengan Melihat dan menilik pelaksanaan Umar bin Khathab
usahanya, maka kelebihan harta tersebut disita untuk dan Umar bin Abdul Aziz ini (yakni hadiah pun harus dikembalikan,
baitul maal (kas negara). pen), nyatalah bahwa komisi yang diterima oleh seorang menteri,
karena menandatangani suatu kontrak dengan satu penguasa
b. Abdullah Ibn Umar, putra Khalifah Umar RA terlihat di pasar luar negeri dalam pembelian barang-barang keperluan menurut
dengan hewan ternak yang dimilikinya lebih baik dan lebih rasa halus iman dan Islam adalah korupsi juga namanya. Kita
gemuk dari yang lain. Ket ka Khalifah Umar RA memanggil katakan menurut rasa halus iman dan Islam adalah guna jadi
putranya untuk memast kan, Abdullah mengatakan hewan pedoman bagi pejabat-pejabat t nggi suatu Negara, bahwa lebih
ternak itu dibelinya dengan harga wajar, lalu digembalakan baik bersih dari kecurigaan ummat. (Prof Dr Hamka, Tafsir
bersama hewan ternak lain di lapangan penggembala Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, cetakan IV, 1985, juzu’ IV,
bersama. Namun Khalifah Umar punya alasan mengapa halaman 143)
hewan ternak milik Abdullah lebih gemuk, yakni karena
warga memberi tempat dan waktu yang lebih leluasa bagi Demikian juga Imam Ibnu Katsir memberikan
hewan ternak Abdullah karena ia anak Kholifah. Kemudian penjelasan atas tafsir ayat tersebut dengan hadits berikut:
Kholifah meminta Abdullah menghitung keuntungan yang
wajar dari hewan ternaknya, kelebihannya diambil untuk Dari Abi Malik Al-Asyja’i dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
baitul maal. sallam, beliau bersabda: “Ghulul (pengkhianatan/ korupsi) yang
paling besar di sisi Allah adalah korupsi sehasta tanah, kalian
Tindakan Khalifah Umar RA tersebut di atas, kini dikenal dengan temukan dua lelaki bertetangga dalam hal tanah atau rumah,
upaya mencegah konf ik kepent ngan dalam pengadaan dan lalu salah seorang dari keduanya mengambil sehasta tanah dari
Pelaporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). bagian pemiliknya. Jika ia mengambilnya maka akan dikalungkan
kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari Qiyamat. (HR Ahmad,
Prof. DR. Hamka antara lain menyampaikan judul dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihut Targhiib wt
korupsi dalam mengomentari tafsir Al Qur’an Surat Ali Imran Tarhiib II/ 380 nomor 1869) 19
ayat 161:
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan
harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam 19
ht p://www.eramuslim.com
12 13
Berdasarkan keterangan Al Qur’an, Al Hadits maupun
kisah tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat memberikan
perhat an terhadap kepemilikan harta, mencegah dan
melarang terjadinya kecurangan dalam memiliki harta, baik
dari cara memperolehnya maupun aspek peruntukkannya. Ini
menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat prevent f bterhadap
perilaku korupt f. Meski para ulama berbeda pendapat tentang
def nisi, ist lah, pengert an, pengklasif kasian jenis maupun
proses pemidanaannya, namun para ulama sepakat bahwa
perbuatan korupsi itu termasuk perbuatan haram dan dilaknat
Allah.
Firman Allah SWT
“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan jalan bat l dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain
itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
(QS. Al-Ba-qarah [2]: 188).
14 15
Berdasarkan keterangan Al Qur’an, Al Hadits maupun
kisah tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat memberikan
perhat an terhadap kepemilikan harta, mencegah dan
melarang terjadinya kecurangan dalam memiliki harta, baik
dari cara memperolehnya maupun aspek peruntukkannya. Ini
menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat prevent f bterhadap
perilaku korupt f. Meski para ulama berbeda pendapat tentang
def nisi, ist lah, pengert an, pengklasif kasian jenis maupun
proses pemidanaannya, namun para ulama sepakat bahwa
perbuatan korupsi itu termasuk perbuatan haram dan dilaknat
Allah.
Firman Allah SWT
“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan jalan bat l dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain
itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
(QS. Al-Ba-qarah [2]: 188).
14 15
II. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 Tentang Korupsi sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan bat l dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta
berlangsung pada tanggal 23-27 Rabiúl Akhir 1421 H/25-29 benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
Juli 2000 M dan membahas tentang suap (risywah), korupsi kamu mengetahui”(QS. Al-Ba-qarah [2]: 188).
(ghulul) dan hadiah kepada pejabat, setelah:
“Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling
Menimbang: memakan harta sesamamu dengan jalan yang bat l…”(QS.
Al-Nisa’[4]:29).
1. Bahwa pengert an risywah dan status hukumnya, hukum
korupsi dan pemberian hadiah kepada pejabat atau “Barang siapa yang berkhianat dalam urusan harta
pejabat menerima hadiah dari masyarakat, kini banyak rampasan perang, maka pada hari kiamat ia akan datang
dipertanyakan kembali oleh masyarakat; membawa apa yang dikhianatkannya itu…”(QS. Ali’Imran
[3]: 161).
2. Bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk
menetapkan fatwa tentang hukum masalah dimaksud. 2. Hadis-hadis Nabi dan atsar.
Memperhat kan: 3. Kaidah Fiqhiyah:
1. Pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat tentang masalah “Sesuatu yang haram mengambilnya, haram pula
pengert an risywah dan status hukumnya, hukum korupsi, memberikannya.”
dan pemberian hadiah kepada pejabat atau pejabat
menerima hadiah dari masyarakat yang dikaitkan dengan
penegakan pemerintah/manajemen yang bersih dan
sehat; Memutuskan
2. Pendapat dan saran-saran peserta sidang/Munas. Menetapkan:
Mengingat: Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia tentang
risywah (suap) ghulul (korupsi) dan hadiah kepada pejabat.
1. Firman Allah SWT
“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta
16 17
II. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 2000 Tentang Korupsi sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan bat l dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta
berlangsung pada tanggal 23-27 Rabiúl Akhir 1421 H/25-29 benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
Juli 2000 M dan membahas tentang suap (risywah), korupsi kamu mengetahui”(QS. Al-Ba-qarah [2]: 188).
(ghulul) dan hadiah kepada pejabat, setelah:
“Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling
Menimbang: memakan harta sesamamu dengan jalan yang bat l…”(QS.
Al-Nisa’[4]:29).
1. Bahwa pengert an risywah dan status hukumnya, hukum
korupsi dan pemberian hadiah kepada pejabat atau “Barang siapa yang berkhianat dalam urusan harta
pejabat menerima hadiah dari masyarakat, kini banyak rampasan perang, maka pada hari kiamat ia akan datang
dipertanyakan kembali oleh masyarakat; membawa apa yang dikhianatkannya itu…”(QS. Ali’Imran
[3]: 161).
2. Bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk
menetapkan fatwa tentang hukum masalah dimaksud. 2. Hadis-hadis Nabi dan atsar.
Memperhat kan: 3. Kaidah Fiqhiyah:
1. Pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat tentang masalah “Sesuatu yang haram mengambilnya, haram pula
pengert an risywah dan status hukumnya, hukum korupsi, memberikannya.”
dan pemberian hadiah kepada pejabat atau pejabat
menerima hadiah dari masyarakat yang dikaitkan dengan
penegakan pemerintah/manajemen yang bersih dan
sehat; Memutuskan
2. Pendapat dan saran-saran peserta sidang/Munas. Menetapkan:
Mengingat: Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia tentang
risywah (suap) ghulul (korupsi) dan hadiah kepada pejabat.
1. Firman Allah SWT
“Dan janganlah (sebagian) kamu memakan harta
16 17
3. Memberikan hadiah kepada pejabat:
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan: a. JIka pemberian hadiah itu pernah dilakukan sebelum
pejabat tersebut memegang jabatan, maka pemberian
1. Risywah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain (pejabat) dengan maksud meluluskan juga menerimanya;
b.
rasyi; penerima disebut murtasyi; dan penghubung antara sebelum pejabat tersebut memegang jabatan, maka
Gharib al-Hadits wa al-Atsar, II, 226).
1)
2.
dapat dikategorikan sebagai risywah apabila tujuannya
perbuatan yang hak. 2) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat
urusan (perkara) maka bagi pejabat haram menerima
3. Hadiah kepada pejabat adalah suatu pemberian dari hadiah tersebut, sedangkan bagi pemberi, haram
seseorang dan/atau masyarakat yang diberikan kepada memberikannya apabila pemberian dimaksud
pejabat, karena kedudukannya, baik pejabat di lingkungan
pemerintahan maupun lainnya. haknya);
4. 3) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat ada sesuatu
urusan, baik sebelum maupun sesudah pemberian
menurut syariát Islam.
sesuatu yang bathil, maka halal (tidak haram) bagi
Kedua: Hukum pemberi memberikan hadiah itu, tetapi bagi pejabat
haram menerimanya.
1. Memberikan risywah dan menerimanya hukumnya adalah
haram.
2. Melakukan korupsi hukumnya adalah haram.
18 19
3. Memberikan hadiah kepada pejabat:
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan: a. JIka pemberian hadiah itu pernah dilakukan sebelum
pejabat tersebut memegang jabatan, maka pemberian
1. Risywah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain (pejabat) dengan maksud meluluskan juga menerimanya;
b.
rasyi; penerima disebut murtasyi; dan penghubung antara sebelum pejabat tersebut memegang jabatan, maka
Gharib al-Hadits wa al-Atsar, II, 226).
1)
2.
dapat dikategorikan sebagai risywah apabila tujuannya
perbuatan yang hak. 2) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat
urusan (perkara) maka bagi pejabat haram menerima
3. Hadiah kepada pejabat adalah suatu pemberian dari hadiah tersebut, sedangkan bagi pemberi, haram
seseorang dan/atau masyarakat yang diberikan kepada memberikannya apabila pemberian dimaksud
pejabat, karena kedudukannya, baik pejabat di lingkungan
pemerintahan maupun lainnya. haknya);
4. 3) Jika antara pemberi hadiah dan pejabat ada sesuatu
urusan, baik sebelum maupun sesudah pemberian
menurut syariát Islam.
sesuatu yang bathil, maka halal (tidak haram) bagi
Kedua: Hukum pemberi memberikan hadiah itu, tetapi bagi pejabat
haram menerimanya.
1. Memberikan risywah dan menerimanya hukumnya adalah
haram.
2. Melakukan korupsi hukumnya adalah haram.
18 19
Ket ga: Seruan
Semua lapisan masyarakat berkewajiban untuk memberantas
dan t dak terlibat dalam prakt k hal-hal tersebut.
Keempat: Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Agar set ap orang dapat mengetahuinya, menghimbau semua
pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.
… Rasulullah SAW naik ke atas mimbar dan bersabda:
Ditetapkan: Jakarta, 27 Rabiúl Akhir Akhir 1421 H
“Jika seorang pegawai diserahi tugas (oleh Negara) kemudian
29 Juli 2000 M datang dan berkata, ‘Ini untukmu dan ini hadiah untukku’,
mengapa ia t dak duduk-duduk saja di rumah ayah atau
ibunya, sambil menunggu apakah ia akan diberi hadiah atau
t dak? Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nya, t daklah seorang pegawai menerima sesuatu (hadiah),
melainkan ia akan datang di hari kiamat sambil memikul
beban hadiah itu di lehernya. Jika (hadiah yang diterima)
berupa unta, ia akan bersuara. Jika berupa lembu, ia akan
Ketua Umum Sekretaris Umum menguak. Dan jika berupa kambing, ia akan mengembik.
(Saksikankanlah) bukankah aku (Muhammad SAW) telah
menyampaikan (kebenaran)?.”
Ttd Ttd
(Hadits Bukhari dan Muslim)
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
20 21
Ket ga: Seruan
Semua lapisan masyarakat berkewajiban untuk memberantas
dan t dak terlibat dalam prakt k hal-hal tersebut.
Keempat: Fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Agar set ap orang dapat mengetahuinya, menghimbau semua
pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini.
… Rasulullah SAW naik ke atas mimbar dan bersabda:
Ditetapkan: Jakarta, 27 Rabiúl Akhir Akhir 1421 H
“Jika seorang pegawai diserahi tugas (oleh Negara) kemudian
29 Juli 2000 M datang dan berkata, ‘Ini untukmu dan ini hadiah untukku’,
mengapa ia t dak duduk-duduk saja di rumah ayah atau
ibunya, sambil menunggu apakah ia akan diberi hadiah atau
t dak? Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-
Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nya, t daklah seorang pegawai menerima sesuatu (hadiah),
melainkan ia akan datang di hari kiamat sambil memikul
beban hadiah itu di lehernya. Jika (hadiah yang diterima)
berupa unta, ia akan bersuara. Jika berupa lembu, ia akan
Ketua Umum Sekretaris Umum menguak. Dan jika berupa kambing, ia akan mengembik.
(Saksikankanlah) bukankah aku (Muhammad SAW) telah
menyampaikan (kebenaran)?.”
Ttd Ttd
(Hadits Bukhari dan Muslim)
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin
20 21
III. Pengert an Hadiah (Ghulûl) Dan Grat f kasi: KH Dr. Salahuddin Ghulûl
Wahid
Secara bahasa, ghulûl diart kan sebagai: menggelapkan
Secara et mologis, “hadiah” berasal dari bahasa Arab harta rampasan perang sebelum dibagi. Kemudian secara
21
yang art nya “pemberian” atau “suguhan.” Dalam terminologi ist lah, ghulûl dimaknai sebagai: penggelapan yang dilakukan
f qh lintas madzhab (f qh muqaranah), hadiah diart kan secara pegawai negeri atau penyelenggara negara, dengan melanggar
beragam. Dr. Abdurrahim ibn Ibrahim al-Hasyim merangkum amanah (breach of trust), atau pemberian hadiah kepada
22
perbedaan def nisi di atas sbb:
pejabat/pegawai, di mana pemberian tersebut terindikasi kuat
Pemberian barang/benda dari seseorang semasa terkait dengan jabatan si penerima. Baik jumlahnya besar atau
hidupnya kepada orang lain, dari harta yang dimilikinya secara kecil, dengan alasan uang lelah atau kenang-kenangan, baik
f sik (bukan dimiliki manfaatannya saja), sebagai penghormatan diminta atau t dak, baik ada pihak yang dirugikan atau t dak. 23
atau memuliakan si penerima, tanpa syarat dan tanpa
mengharap balasan. 20 Ghulûl dalam pengert an kedua ini merujuk pada hadis
riwayat Ahmad bin Hanbal:
Dari pengert an ini, terdapat dua kalimat yang
disepakat semua mazhab f qh, yaitu: tanpa syarat dan tanpa “Hadiah [yang diberikan] kepada pegawai negeri adalah ghulûl”
mengharap balasan. Maksudnya, tanpa syarat harus membalas
dengan hadiah serupa, tanpa syarat harus mengerjakan atau juga riwayat Al-Baihaqi dan at-Thabrani:
meningggalkan sesuatu, bahkan tanpa mengharap apapun dari si “Hadiah kepada pejabat adalah ghulûl).” 24
penerima.
Dari sini dapat dipahami, jika pemberian dilakukan
Ini pengert an hadiah secara umum dalam kitab-kitab
tafsir, hadits, dan f qh. Ada pula hadiah dengan pengert an dengan mot f pahala dan penghormatan, itu temasuk hadiah
khusus. Yakni hadiah yang diberikan karena unsur jabatan. murni. Jika mot vasinya adalah kedekatan dengan si penerima
Hadiah dengan pengert an khusus ini dinamakan ghulûl. dan kemudahan dalam urusan-urusan yang terkait dengan
jabatannya, itu termasuk ghulûl yang diharamkan.
21 Pengert an ini merujuk pada QS. Ali ‘Imran [3] ayat 161. Lihat Wizarat al-Awqaf wa as-Syu’un
ad-Diniyah al-Kuwait yah, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwait yah, Kuwait, t , juz 31 hal. 272
22
Pengert an ini sebenarnya mirip praktek pungli di masa sekarang.
23
Ada juga yang mengart kan ghulul sebagai: pemberian kepada pejabat/pegawai dengan hara-
pan mendapatkan kemudahan dalam suatu urusan. Pengert an ini sebenarnya merujuk pada
def nisi suap (risywah), di mana salah satu unsur suap adalah ghulul/grat f kasi. Lihat Mukhtar
20
Dr. Abdurrahim ibn Ibrahim al-Hasyim, Al-Hadaya li al-Muwadzdzaf n; Ahkamuha wa Kaifaiyyat as-Shihhah, hal. 244, dan Qamus al-Muhith, juz 4 hal. 336.
at-Tasharruf f iha, hal. 15. 24 Lihat Wahbah Musthafa az-Zuhaili, op.cit, juz 8 hal. 101.
22 23
III. Pengert an Hadiah (Ghulûl) Dan Grat f kasi: KH Dr. Salahuddin Ghulûl
Wahid
Secara bahasa, ghulûl diart kan sebagai: menggelapkan
Secara et mologis, “hadiah” berasal dari bahasa Arab harta rampasan perang sebelum dibagi. Kemudian secara
21
yang art nya “pemberian” atau “suguhan.” Dalam terminologi ist lah, ghulûl dimaknai sebagai: penggelapan yang dilakukan
f qh lintas madzhab (f qh muqaranah), hadiah diart kan secara pegawai negeri atau penyelenggara negara, dengan melanggar
beragam. Dr. Abdurrahim ibn Ibrahim al-Hasyim merangkum amanah (breach of trust), atau pemberian hadiah kepada
22
perbedaan def nisi di atas sbb:
pejabat/pegawai, di mana pemberian tersebut terindikasi kuat
Pemberian barang/benda dari seseorang semasa terkait dengan jabatan si penerima. Baik jumlahnya besar atau
hidupnya kepada orang lain, dari harta yang dimilikinya secara kecil, dengan alasan uang lelah atau kenang-kenangan, baik
f sik (bukan dimiliki manfaatannya saja), sebagai penghormatan diminta atau t dak, baik ada pihak yang dirugikan atau t dak. 23
atau memuliakan si penerima, tanpa syarat dan tanpa
mengharap balasan. 20 Ghulûl dalam pengert an kedua ini merujuk pada hadis
riwayat Ahmad bin Hanbal:
Dari pengert an ini, terdapat dua kalimat yang
disepakat semua mazhab f qh, yaitu: tanpa syarat dan tanpa “Hadiah [yang diberikan] kepada pegawai negeri adalah ghulûl”
mengharap balasan. Maksudnya, tanpa syarat harus membalas
dengan hadiah serupa, tanpa syarat harus mengerjakan atau juga riwayat Al-Baihaqi dan at-Thabrani:
meningggalkan sesuatu, bahkan tanpa mengharap apapun dari si “Hadiah kepada pejabat adalah ghulûl).” 24
penerima.
Dari sini dapat dipahami, jika pemberian dilakukan
Ini pengert an hadiah secara umum dalam kitab-kitab
tafsir, hadits, dan f qh. Ada pula hadiah dengan pengert an dengan mot f pahala dan penghormatan, itu temasuk hadiah
khusus. Yakni hadiah yang diberikan karena unsur jabatan. murni. Jika mot vasinya adalah kedekatan dengan si penerima
Hadiah dengan pengert an khusus ini dinamakan ghulûl. dan kemudahan dalam urusan-urusan yang terkait dengan
jabatannya, itu termasuk ghulûl yang diharamkan.
21 Pengert an ini merujuk pada QS. Ali ‘Imran [3] ayat 161. Lihat Wizarat al-Awqaf wa as-Syu’un
ad-Diniyah al-Kuwait yah, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwait yah, Kuwait, t , juz 31 hal. 272
22
Pengert an ini sebenarnya mirip praktek pungli di masa sekarang.
23
Ada juga yang mengart kan ghulul sebagai: pemberian kepada pejabat/pegawai dengan hara-
pan mendapatkan kemudahan dalam suatu urusan. Pengert an ini sebenarnya merujuk pada
def nisi suap (risywah), di mana salah satu unsur suap adalah ghulul/grat f kasi. Lihat Mukhtar
20
Dr. Abdurrahim ibn Ibrahim al-Hasyim, Al-Hadaya li al-Muwadzdzaf n; Ahkamuha wa Kaifaiyyat as-Shihhah, hal. 244, dan Qamus al-Muhith, juz 4 hal. 336.
at-Tasharruf f iha, hal. 15. 24 Lihat Wahbah Musthafa az-Zuhaili, op.cit, juz 8 hal. 101.
22 23
Ghulûl dalam pengert an terakhir ini mirip pengert an grat f kasi melainkan ia akan datang di hari kiamat sambil memikul beban
masa kini. 25 hadiah itu di lehernya. Jika (hadiah yang diterima) berupa unta,
ia akan bersuara. Jika berupa lembu, ia akan menguak. Dan jika
Dalam sejarah Islam, prakt k pemberian hadiah kepada berupa kambing, ia akan mengembik. (Saksikankanlah) bukankah
pejabat/pegawai—dalam pengert an ghulûl —, pernah terjadi aku (Muhammad SAW) telah menyampaikan (kebenaran)?.”
pada masa Rasulullah SAW. Dalam hadis shahih riwayat al-Bukhari
dan Muslim dikisahkan, Rasulullah SAW mengangkat beberapa Ini merupakan hadis yang sangat populer dalam
pegawai yang ditugaskan untuk menarik dan mendistribusikan masalah grat f kasi. Hampir semua ulama hadis pernah
29
26
zakat. Salah seorang pegawai tersebut bernama Ibnu al-Lutbiyah meriwayatkan hadis ini. Kesimpulannya, Nabi SAW melarang
27
dari Bani al-Azdi. keras pegawai menerima hadiah dari para wajib zakat—atau
wajib pajak dalam kasus Indonesia. Sebab, pegawai negeri
Suatu hari, Ibnu al-Lutbiyah menghadap Rasulullah sudah mendapat gaji dan fasilitas negara. Jika Ibnu al-Lutbiyah
SAW sambil membawa harta zakat yang dipungutnya. “Ini (zakat) bukan pegawai negeri (diumpamakan sepert orang yang duduk-
untuk kalian dan ini hadiah yang diberikan (para pembayar zakat) duduk di rumah), tentu dia t dak akan diberi hadiah. Berart ,
untukku,” ucap Ibnu al-Lutbiyah sambil menunjukkan barangnya. jabatan Ibnu al-Lutbiyah -lah yang menjadi penyebab orang lain
Nabi SAW langsung berdiri dan bersabda: “Seandainya engkau memberikan hadiah kepadanya. Karena itu, dalam hadis lain
30
duduk-duduk saja di rumah ayah atau ibumu sambil menunggu Nabi SAW menegaskan: “Barangsiapa diangkat sebagai pegawai
(datangnya hadiah), apakah ungkau akan diberi hadiah?!”
dan telah mendapat gaji, maka apa yang diambil selain dari gaji
Kemudian, seusai shalat jamaah, Nabi SAW naik ke itu adalah ghulul” (HR. Abu Daud, al-Hakim, Ibn Huzaimah).
28
atas mimbar dan kembali mengeluarkan statemen terkait kasus Pejabat atau pegawai negeri, ket ka ditunjuk untuk
Ibnu al-Lutbiyah: “Jika seorang pegawai diserahi tugas (oleh mengemban tugas tertentu, dia harus menjalankan tugas apa
Negara) kemudian datang dan berkata, ‘Ini untukmu dan ini adanya. Ini prinsip hukum Islam. Jika dia menerima hadiah atau
hadiah untukku’, mengapa ia t dak duduk-duduk saja di rumah pemberian di luar gaji, di mana hadiah tersebut patut diduga
ayah atau ibunya, sambil menunggu apakah ia akan diberi hadiah berkaitan erat dengan jabatannya, berart dia telah berkhianat
atau t dak? Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan- atas tugas dan jabatannya.
Nya, t daklah seorang pegawai menerima sesuatu (hadiah),
Status hukum menerima grat f kasi, mengut p An-
25
Telah kita maklumi, grat f kasi berasal dari bahasa Inggris “grat fy” yang berart memberi
kebahagiaan atau kepuasan. Grat f kasi dalam KBBI diart kan sebagai: hadiah kepada pegawai di Nawawi (631 H–676 H) dalam Syarah Muslim, adalah haram dan
luar gaji yang telah ditentukan. Pengert an ini mirip dengan def nisi ghulul dalam Islam. Sedangkan termasuk dosa besar, meskipun nominalnya terbilang kecil. Hal
dalam UU Tipikor, t dak terdapat def nisi khusus grat f kasi, melainkan sekedar contoh praktek- ini sesuai pesan implisit hadis yang mengisahkan seorang hamba
praktek grat f kasi, yakni: set ap pemberian atau hadiah dalam art luas, meliput pemberian
uang, barang, t ket perjalanan, dan fasilitas lainnya yang diberikan karena ada hubungannya
dengan jabatan, kekuasaan, dan kewenangan yang dimiliki seseorang untuk melakukan atau t dak 29 Dalam terminologi Ilmu Hadis (Musthalah al-Hadits), riwayat yang sangat populer di kalangan
melakukan suatu perbuatan. ulama disebut Hadits Masyhur. Lihat antara lain: Abdurrahman bin Muhammad al-Qammasy,
26
Dalam riwayat lain: Ibnu al-Utbiyyah. Jami’ Latha’if Tafsir, t ., juz 12 hal. 28.
27 30
Dalam riwayat lain: dari Bani Asad. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut:
28
Menurut riwayat Abu Dawud, statemen tersebut disampaikan setelah shalat Ashar. Dar al-Fikr, t . Juz 5 hal. 221 dan juz 13 hal. 164.
24 25
Ghulûl dalam pengert an terakhir ini mirip pengert an grat f kasi melainkan ia akan datang di hari kiamat sambil memikul beban
masa kini. 25 hadiah itu di lehernya. Jika (hadiah yang diterima) berupa unta,
ia akan bersuara. Jika berupa lembu, ia akan menguak. Dan jika
Dalam sejarah Islam, prakt k pemberian hadiah kepada berupa kambing, ia akan mengembik. (Saksikankanlah) bukankah
pejabat/pegawai—dalam pengert an ghulûl —, pernah terjadi aku (Muhammad SAW) telah menyampaikan (kebenaran)?.”
pada masa Rasulullah SAW. Dalam hadis shahih riwayat al-Bukhari
dan Muslim dikisahkan, Rasulullah SAW mengangkat beberapa Ini merupakan hadis yang sangat populer dalam
pegawai yang ditugaskan untuk menarik dan mendistribusikan masalah grat f kasi. Hampir semua ulama hadis pernah
29
26
zakat. Salah seorang pegawai tersebut bernama Ibnu al-Lutbiyah meriwayatkan hadis ini. Kesimpulannya, Nabi SAW melarang
27
dari Bani al-Azdi. keras pegawai menerima hadiah dari para wajib zakat—atau
wajib pajak dalam kasus Indonesia. Sebab, pegawai negeri
Suatu hari, Ibnu al-Lutbiyah menghadap Rasulullah sudah mendapat gaji dan fasilitas negara. Jika Ibnu al-Lutbiyah
SAW sambil membawa harta zakat yang dipungutnya. “Ini (zakat) bukan pegawai negeri (diumpamakan sepert orang yang duduk-
untuk kalian dan ini hadiah yang diberikan (para pembayar zakat) duduk di rumah), tentu dia t dak akan diberi hadiah. Berart ,
untukku,” ucap Ibnu al-Lutbiyah sambil menunjukkan barangnya. jabatan Ibnu al-Lutbiyah -lah yang menjadi penyebab orang lain
Nabi SAW langsung berdiri dan bersabda: “Seandainya engkau memberikan hadiah kepadanya. Karena itu, dalam hadis lain
30
duduk-duduk saja di rumah ayah atau ibumu sambil menunggu Nabi SAW menegaskan: “Barangsiapa diangkat sebagai pegawai
(datangnya hadiah), apakah ungkau akan diberi hadiah?!”
dan telah mendapat gaji, maka apa yang diambil selain dari gaji
Kemudian, seusai shalat jamaah, Nabi SAW naik ke itu adalah ghulul” (HR. Abu Daud, al-Hakim, Ibn Huzaimah).
28
atas mimbar dan kembali mengeluarkan statemen terkait kasus Pejabat atau pegawai negeri, ket ka ditunjuk untuk
Ibnu al-Lutbiyah: “Jika seorang pegawai diserahi tugas (oleh mengemban tugas tertentu, dia harus menjalankan tugas apa
Negara) kemudian datang dan berkata, ‘Ini untukmu dan ini adanya. Ini prinsip hukum Islam. Jika dia menerima hadiah atau
hadiah untukku’, mengapa ia t dak duduk-duduk saja di rumah pemberian di luar gaji, di mana hadiah tersebut patut diduga
ayah atau ibunya, sambil menunggu apakah ia akan diberi hadiah berkaitan erat dengan jabatannya, berart dia telah berkhianat
atau t dak? Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan- atas tugas dan jabatannya.
Nya, t daklah seorang pegawai menerima sesuatu (hadiah),
Status hukum menerima grat f kasi, mengut p An-
25
Telah kita maklumi, grat f kasi berasal dari bahasa Inggris “grat fy” yang berart memberi
kebahagiaan atau kepuasan. Grat f kasi dalam KBBI diart kan sebagai: hadiah kepada pegawai di Nawawi (631 H–676 H) dalam Syarah Muslim, adalah haram dan
luar gaji yang telah ditentukan. Pengert an ini mirip dengan def nisi ghulul dalam Islam. Sedangkan termasuk dosa besar, meskipun nominalnya terbilang kecil. Hal
dalam UU Tipikor, t dak terdapat def nisi khusus grat f kasi, melainkan sekedar contoh praktek- ini sesuai pesan implisit hadis yang mengisahkan seorang hamba
praktek grat f kasi, yakni: set ap pemberian atau hadiah dalam art luas, meliput pemberian
uang, barang, t ket perjalanan, dan fasilitas lainnya yang diberikan karena ada hubungannya
dengan jabatan, kekuasaan, dan kewenangan yang dimiliki seseorang untuk melakukan atau t dak 29 Dalam terminologi Ilmu Hadis (Musthalah al-Hadits), riwayat yang sangat populer di kalangan
melakukan suatu perbuatan. ulama disebut Hadits Masyhur. Lihat antara lain: Abdurrahman bin Muhammad al-Qammasy,
26
Dalam riwayat lain: Ibnu al-Utbiyyah. Jami’ Latha’if Tafsir, t ., juz 12 hal. 28.
27 30
Dalam riwayat lain: dari Bani Asad. Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut:
28
Menurut riwayat Abu Dawud, statemen tersebut disampaikan setelah shalat Ashar. Dar al-Fikr, t . Juz 5 hal. 221 dan juz 13 hal. 164.
24 25
sahaya bernama Rifa’ah bin Zaid, yang terkena anak panah saat shadaqah jika diniat ingin mendapat pahala, atau temasuk
berdiri untuk melepaskan pelana kuda Rasulullah SAW. Para hadiah jika diniat ingin mendapat pahala dan memuliakan.
shahabat menyebutnya mat syahid, tapi Nabi SAW menolak:
“Tidak! Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, Ketentuan yang sama berlaku bagi hakim. Hakim
sesungguhnya sehelai kain yang diambilnya dari ghanimah t dak boleh menerima hadiah dari orang yang belum pernah
perang Khaibar, akan menyalakan api Neraka baginya.” memberikan hadiah kepadanya sebelum menjabat. Dia juga
dilarang menerima pemberian yang jumlahnya meningkat dari
pada pemberian sebelumnya. Ini prinsip umum dalam f qh
34
Hukum Ghulûl jinayah (pidana Islam). Hakim hanya boleh menerima hadiah
atau pemberian dari keluarga atau sahabat dekat, dimana si
Sejumlah kisah di atas menggambarkan bahwa Islam
keluarga atau si sahabat t dak sedang berperkara dan memang
sangat menentang grat f kasi, atau prakt k pemberian hadiah
sudah terbiasa memberi hadiah sejak sebelum dirinya menjadi
yang terkait jabatan. Demikian menentangnya, sejumlah ulama
hakim. 35
klasik sampai menulis bab khusus tentang grat f kasi di dalam
kitab-kitab mereka. Contohnya Al-Bukhari dalam kitab al-Jami’ Dari paparan di atas, hukum pemberian hadiah kepada pejabat/
as-Shahih menulis: “Bab Hadiah untuk Pegawai” dan “Bab Orang pegawai dapat dipilah sbb:
31
yang Dilarang Menerima Hadiah karena Sebab Tertentu.”
1. Haram bagi pemberi dan penerima. Yakni suap
Kemudian Imam Muslim dalam kitab al-Imarah (Pemerintahan)
(risywah), pungli (sukht), dan yang sejenis.
juga membuat bab khusus “Bab Hadiah bagi Para Pegawai,” yang
oleh Imam an-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim dinamakan: 2. Boleh bagi pemberi, haram bagi penerima. Yakni
32
“Bab Haramnya Hadiah bagi Pegawai.” Dan masih banyak lagi. hadiah kepada pejabat/pegawai/hakim tanpa
syarat, tapi pemberinya terpaksa memberi untuk
Mengenai hadiah yang diberikan BUKAN karena faktor
mengamankan diri dari perilaku penguasa, atau
jabatan, sepert pejabat/pegawai yang biasa menerima hadiah
sekedar untuk menghormat kedudukan si pejabat/
dari teman atau kerabat sejak sebelum menjadi menjabat/
pegawai. Pihak pemberi hadiah t dak berdosa,
pegawai, atau nilainya t dak meningkat secara signif kan
sedangkan pihak penerima hadiah (pejabat) berdosa
dibandingkan pemberian-pemberian sebelumnya, maka dalam
besar karena dianggap menerima grat f kasi atau
33
Islam t dak dinamakan ghulûl /grat f kasi. Itu bisa termasuk
bahkan melakukan pemerasan.
31
Lihat Al-Jami’ as-Shahih li al-Bukhari, juz 5 hal. 220.
32
Abu Zakariya Yahya bin Syarf an-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut: Ihya’ at-Turats al-Arabi, 34
1392 H., juz 12. Hal. 218. 35 Dan Ibnu Qidamah (541 H-620 H)
33 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, t . Juz 5 hal. 221 Wahbah Musthafa az-Zuhaili, Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, t , juz 8 hal.
dan juz 13 hal. 164. 101.
26 27
sahaya bernama Rifa’ah bin Zaid, yang terkena anak panah saat shadaqah jika diniat ingin mendapat pahala, atau temasuk
berdiri untuk melepaskan pelana kuda Rasulullah SAW. Para hadiah jika diniat ingin mendapat pahala dan memuliakan.
shahabat menyebutnya mat syahid, tapi Nabi SAW menolak:
“Tidak! Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, Ketentuan yang sama berlaku bagi hakim. Hakim
sesungguhnya sehelai kain yang diambilnya dari ghanimah t dak boleh menerima hadiah dari orang yang belum pernah
perang Khaibar, akan menyalakan api Neraka baginya.” memberikan hadiah kepadanya sebelum menjabat. Dia juga
dilarang menerima pemberian yang jumlahnya meningkat dari
pada pemberian sebelumnya. Ini prinsip umum dalam f qh
34
Hukum Ghulûl jinayah (pidana Islam). Hakim hanya boleh menerima hadiah
atau pemberian dari keluarga atau sahabat dekat, dimana si
Sejumlah kisah di atas menggambarkan bahwa Islam
keluarga atau si sahabat t dak sedang berperkara dan memang
sangat menentang grat f kasi, atau prakt k pemberian hadiah
sudah terbiasa memberi hadiah sejak sebelum dirinya menjadi
yang terkait jabatan. Demikian menentangnya, sejumlah ulama
hakim. 35
klasik sampai menulis bab khusus tentang grat f kasi di dalam
kitab-kitab mereka. Contohnya Al-Bukhari dalam kitab al-Jami’ Dari paparan di atas, hukum pemberian hadiah kepada pejabat/
as-Shahih menulis: “Bab Hadiah untuk Pegawai” dan “Bab Orang pegawai dapat dipilah sbb:
31
yang Dilarang Menerima Hadiah karena Sebab Tertentu.”
1. Haram bagi pemberi dan penerima. Yakni suap
Kemudian Imam Muslim dalam kitab al-Imarah (Pemerintahan)
(risywah), pungli (sukht), dan yang sejenis.
juga membuat bab khusus “Bab Hadiah bagi Para Pegawai,” yang
oleh Imam an-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim dinamakan: 2. Boleh bagi pemberi, haram bagi penerima. Yakni
32
“Bab Haramnya Hadiah bagi Pegawai.” Dan masih banyak lagi. hadiah kepada pejabat/pegawai/hakim tanpa
syarat, tapi pemberinya terpaksa memberi untuk
Mengenai hadiah yang diberikan BUKAN karena faktor
mengamankan diri dari perilaku penguasa, atau
jabatan, sepert pejabat/pegawai yang biasa menerima hadiah
sekedar untuk menghormat kedudukan si pejabat/
dari teman atau kerabat sejak sebelum menjadi menjabat/
pegawai. Pihak pemberi hadiah t dak berdosa,
pegawai, atau nilainya t dak meningkat secara signif kan
sedangkan pihak penerima hadiah (pejabat) berdosa
dibandingkan pemberian-pemberian sebelumnya, maka dalam
besar karena dianggap menerima grat f kasi atau
33
Islam t dak dinamakan ghulûl /grat f kasi. Itu bisa termasuk
bahkan melakukan pemerasan.
31
Lihat Al-Jami’ as-Shahih li al-Bukhari, juz 5 hal. 220.
32
Abu Zakariya Yahya bin Syarf an-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, Beirut: Ihya’ at-Turats al-Arabi, 34
1392 H., juz 12. Hal. 218. 35 Dan Ibnu Qidamah (541 H-620 H)
33 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Fikr, t . Juz 5 hal. 221 Wahbah Musthafa az-Zuhaili, Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, t , juz 8 hal.
dan juz 13 hal. 164. 101.
26 27
3. Boleh bagi pemberi dan penerima. Sepert hadiah t mbulnya dampak negat f di belakang hari. Jika suatu perbuatan
kepada pejabat/pegawai dari kerabat/sahabat yang diduga keras akan menimbulkan kerusakan (mafsadah) di
sudah terbiasa memberi hadiah sejak sebelum dirinya belakang hari, maka perbuatan tersebut harus dilarang secara
total. Kaidah sadd ad-dari’ah merupakan salah satu prinsip
menjadi pelayan publik, dan kadar hadiah t dak
hukum Islam yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan umum
melebihi kebiasaan sebelum dia menjadi pejabat/
dan menghindari kerusakan (jalbul mashalih wa dar’ul mafasid).
pegawai.
Karena itu, jika hadiah dari keluarga atau teman
Persoalannya, budaya nepot sme dan polit k dinast
dekat pejabat/pegawai diduga keras akan menjurus pada
di Indonesia sudah menggurita, sehingga sahabat atau keluarga grat f kasi, maka ia harus dilarang secara total. Hal ini sesuai
pejabat justru sering memanfaatkan kesempatan memberi dengan ketentuan pasal 12 B Undang-Undang 20/2001, yang
hadiah untuk memperoleh kemudahan, baik dalam masalah menyebutkan bahwa grat f kasi kepada pegawai negeri atau
perizinan, pengurusan akta, pengadaan barang/jasa, dan penyelenggara negara dianggap suap, apabila berhubungan
sebagainya. Sehingga, pada saat tender, misalnya, sahabat atau dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas atau kewajibannya.
KPK menghimbau terhadap pegawai negeri atau penyelenggara
keluarga yang pernah memberikan grat f kasi otomat s akan
negara wajib menolak pemberian terkait jabatan dan berlawanan
memiliki “posisi khusus” di mata si penerimanya, bandingkan
dengan tugas atau kewajibannya, jika terpaksa menerima segera
peserta tender lainnya. Inilah yang dimaksud oleh Umar bin
melaporkan penerimaan tersebut kepada KPK. Sebab, jabatan
Abdil Aziz ra: ”Hadiah pada zaman Nabi SAW adalah hadiah,
atau kekuasaan memiliki efek magnet s; ia dapat menarik hal-
sedangkan hadiah hari ini (hakikatnya) adalah suap.” hal yang sebelumnya t dak bisa ditarik. Hadiah kepada pejabat
di masa sekarang, sangat rentan mempengaruhi sikap si pejabat
Dan, kondisi kita sekarang ini sebenarnya sudah
dalam mengambil keputusan.
diprediksi oleh Rasulullah SAW 15 abad yang lalu. Beliau bersabda:
Kelak akan datang suatu masa, di mana sejumlah pemerintahan Pandangan lain yang paralel dengan pemikiran tersebut
adalah:
menghalalkan arak dengan “bungkus” bir, menerima pemberian
kecil dengan alasan sedekah, membolehkan suap dengan
“Adapun hadiah adalah pemberian yang dimaksudkan untuk
“bungkus” hadiah, dan membunuh dengan alasan memberi
menumbuhkan rasa cinta dan simpat . Jika hadiah diberikan oleh
peringatan. Mereka memerangi bangsa-bangsa merdeka orang yang t dak biasa memberi kepada seseorang sebelum ia
untuk menguasai, sehingga (akibatnya) dosa mereka semakin memangku suatu jabatan, maka hukumnya haram. Namun,
bertambah. 36 jika hadiah diterima dari orang yang sudah terbiasa memberi
hadiah kepadanya sebelum ia mendapatkan jabatan, maka jika
Maka, salah satu solusi yang ditawarkan Islam ialah ia memberi lebih (dari biasanya), maka statusnya sama dengan
sadd ad-dari’ah. Yakni upaya prevent f untuk mencegah jika si pemberi t dak terbiasa memberi hadiah kepadanya. Yakni,
haram. Namun, jika t dak lebih dari ukuran yang biasa diberikan,
36 Lihat Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, juz 3 hal. 82.
28 29
3. Boleh bagi pemberi dan penerima. Sepert hadiah t mbulnya dampak negat f di belakang hari. Jika suatu perbuatan
kepada pejabat/pegawai dari kerabat/sahabat yang diduga keras akan menimbulkan kerusakan (mafsadah) di
sudah terbiasa memberi hadiah sejak sebelum dirinya belakang hari, maka perbuatan tersebut harus dilarang secara
total. Kaidah sadd ad-dari’ah merupakan salah satu prinsip
menjadi pelayan publik, dan kadar hadiah t dak
hukum Islam yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan umum
melebihi kebiasaan sebelum dia menjadi pejabat/
dan menghindari kerusakan (jalbul mashalih wa dar’ul mafasid).
pegawai.
Karena itu, jika hadiah dari keluarga atau teman
Persoalannya, budaya nepot sme dan polit k dinast
dekat pejabat/pegawai diduga keras akan menjurus pada
di Indonesia sudah menggurita, sehingga sahabat atau keluarga grat f kasi, maka ia harus dilarang secara total. Hal ini sesuai
pejabat justru sering memanfaatkan kesempatan memberi dengan ketentuan pasal 12 B Undang-Undang 20/2001, yang
hadiah untuk memperoleh kemudahan, baik dalam masalah menyebutkan bahwa grat f kasi kepada pegawai negeri atau
perizinan, pengurusan akta, pengadaan barang/jasa, dan penyelenggara negara dianggap suap, apabila berhubungan
sebagainya. Sehingga, pada saat tender, misalnya, sahabat atau dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas atau kewajibannya.
KPK menghimbau terhadap pegawai negeri atau penyelenggara
keluarga yang pernah memberikan grat f kasi otomat s akan
negara wajib menolak pemberian terkait jabatan dan berlawanan
memiliki “posisi khusus” di mata si penerimanya, bandingkan
dengan tugas atau kewajibannya, jika terpaksa menerima segera
peserta tender lainnya. Inilah yang dimaksud oleh Umar bin
melaporkan penerimaan tersebut kepada KPK. Sebab, jabatan
Abdil Aziz ra: ”Hadiah pada zaman Nabi SAW adalah hadiah,
atau kekuasaan memiliki efek magnet s; ia dapat menarik hal-
sedangkan hadiah hari ini (hakikatnya) adalah suap.” hal yang sebelumnya t dak bisa ditarik. Hadiah kepada pejabat
di masa sekarang, sangat rentan mempengaruhi sikap si pejabat
Dan, kondisi kita sekarang ini sebenarnya sudah
dalam mengambil keputusan.
diprediksi oleh Rasulullah SAW 15 abad yang lalu. Beliau bersabda:
Kelak akan datang suatu masa, di mana sejumlah pemerintahan Pandangan lain yang paralel dengan pemikiran tersebut
adalah:
menghalalkan arak dengan “bungkus” bir, menerima pemberian
kecil dengan alasan sedekah, membolehkan suap dengan
“Adapun hadiah adalah pemberian yang dimaksudkan untuk
“bungkus” hadiah, dan membunuh dengan alasan memberi
menumbuhkan rasa cinta dan simpat . Jika hadiah diberikan oleh
peringatan. Mereka memerangi bangsa-bangsa merdeka orang yang t dak biasa memberi kepada seseorang sebelum ia
untuk menguasai, sehingga (akibatnya) dosa mereka semakin memangku suatu jabatan, maka hukumnya haram. Namun,
bertambah. 36 jika hadiah diterima dari orang yang sudah terbiasa memberi
hadiah kepadanya sebelum ia mendapatkan jabatan, maka jika
Maka, salah satu solusi yang ditawarkan Islam ialah ia memberi lebih (dari biasanya), maka statusnya sama dengan
sadd ad-dari’ah. Yakni upaya prevent f untuk mencegah jika si pemberi t dak terbiasa memberi hadiah kepadanya. Yakni,
haram. Namun, jika t dak lebih dari ukuran yang biasa diberikan,
36 Lihat Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur, Beirut: Dar al-Fikr, 1993, juz 3 hal. 82.
28 29
maka jika ia memiliki lawan sengketa, hukumnya juga t dak mendasar antara UU Tipikor dengan ketentuan syariat Islam.
boleh. Jika ia t dak memiliki lawan sengketa (pada suatu kasus), Namun, meski sanksi yang bersifat ukhrawi t dak tercantum,
maka ia boleh mengambil hadiah sebatas ukuran yang biasa pelaksanaan sanksi dalam UU Tipikor telah memenuhi prinsip-
diterimanya sebelum menjabat. Lebih utama, t dak mengambil prinsip ta’zir dalam syariat Islam, sehingga pelaku grat f kasi
hadiah tersebut. Hukum larangan kepada seseorang hakim untuk yang beragama Islam, dapat menghapus dosa-dosanya dengan
mengambil hadiah lebih kuat dari pejabat lain. Karena hakim cara menjalani hukuman yang ditetapkan pengadilan. Jika
adalah wakil dari syara’, maka sudah seharusnya bila ia berjalan t dak demikian, dosa-dosanya t dak akan terampuni. Hal ini
sesuai dengan hukum syara’.” didasarkan hadis yang mengisahkan perjalanan Rasulullah SAW
37
ke perkampungan Bani al-Asyhal.
Konsekuensi Hukum
Konsekuensi hukum bagi penerima grat f kasi dalam
f qh jinayah adalah wajib mengembalikan hadiah yang diterima, Rasulullah bersilaturrahim dengan penduduk Bani Asyhad,
atau menyerahkan kepada negara, atau memilikinya dengan izin ditemani seorang shahabat bernama Abu Raf ’. Ket ka pulang,
38
pemerintah. Jika salah satunya t dak dilakukan, maka penerima keduanya tampak tergesa-gesa karena waktu Maghrib segera
grat f kasi diancam hukuman/sanksi pidana. Ini konsekuensi t ba. Di tengah perjalanan, saat melewat pekuburan Baqi’, t ba-
hukum yang bersifat duniawi. t ba Nabi SAW berseru: “Waduh, celaka… Waduh, celaka….!” Abu
Raf ’ pun menghent kan langkahnya.
Pemerintah berhak mengatur bentuk hukuman atau
sanksi bagi penerima grat f kasi yang melanggar ketentuan “Apa yang terjadi padamu?” tanya Rasulullah SAW. “Ayo jalan!”
perundang-undangan. Hal ini sesuai prinsip hukum Islam, ajak beliau.
bahwa bentuk sanksi yang t dak ditetapkan secara langsung Abu Raf ’ lalu menjelaskan bahwa dirinya berhent
dalam Al-Qur’an atau Hadits (ta’zir), ketentuannya diserahkan karena mengira dialah yang akan celaka. “Tidak!” jawab
kepada pihak berwenang. Maka KPK mendorong aparatur sipil Rasulullah SAW. “(Tadi) aku melewat kuburan si Fulan. Dia
negara untuk menolak pemberian terkait jabatan. Jika terlanjur pernah kutunjuk sebagai pegawai pemungut zakat di sebuah
diterima, maka pemberian itu wajib dilaporkan ke KPK maksimal perkampungan. Di sana dia menerima (hadiah) mantel yang
30 hari setelah diterima untuk ditentukan, apakah pemberian itu terbuat dari bulu harimau. Sekarang (di dalam kuburnya), dia
diizinkan diterima secara pribadi atau diserahkan ke negara.
memakai mantel yang terbuat dari api neraka.”. 39
Selain konsekuensi hukum duniawi, pelaku grat f kasi
dalam Islam juga diancam hukuman akhirat, jika dia t dak
mengembalikan hadiah yang diterimanya. Ini perbedaan paling
37
Sepert diungkapkan Ali Abdul Kaf as-Subki dalam Fatawa as-Subki, juz 1, (Bairut: Dar al-
Ma’rifah) hlm. 205.
38 Wahbah Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1418 H., juz 4 39 Lihat kisah lengkapnya, antara lain, pada Sulaiman bin Ahmad at-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir,
hal. 151, dan Abu al-Fida’ Ismail ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, op.cit, hal. 155. Mosul: Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, 1 hal 323, .
30 31
maka jika ia memiliki lawan sengketa, hukumnya juga t dak mendasar antara UU Tipikor dengan ketentuan syariat Islam.
boleh. Jika ia t dak memiliki lawan sengketa (pada suatu kasus), Namun, meski sanksi yang bersifat ukhrawi t dak tercantum,
maka ia boleh mengambil hadiah sebatas ukuran yang biasa pelaksanaan sanksi dalam UU Tipikor telah memenuhi prinsip-
diterimanya sebelum menjabat. Lebih utama, t dak mengambil prinsip ta’zir dalam syariat Islam, sehingga pelaku grat f kasi
hadiah tersebut. Hukum larangan kepada seseorang hakim untuk yang beragama Islam, dapat menghapus dosa-dosanya dengan
mengambil hadiah lebih kuat dari pejabat lain. Karena hakim cara menjalani hukuman yang ditetapkan pengadilan. Jika
adalah wakil dari syara’, maka sudah seharusnya bila ia berjalan t dak demikian, dosa-dosanya t dak akan terampuni. Hal ini
sesuai dengan hukum syara’.” didasarkan hadis yang mengisahkan perjalanan Rasulullah SAW
37
ke perkampungan Bani al-Asyhal.
Konsekuensi Hukum
Konsekuensi hukum bagi penerima grat f kasi dalam
f qh jinayah adalah wajib mengembalikan hadiah yang diterima, Rasulullah bersilaturrahim dengan penduduk Bani Asyhad,
atau menyerahkan kepada negara, atau memilikinya dengan izin ditemani seorang shahabat bernama Abu Raf ’. Ket ka pulang,
38
pemerintah. Jika salah satunya t dak dilakukan, maka penerima keduanya tampak tergesa-gesa karena waktu Maghrib segera
grat f kasi diancam hukuman/sanksi pidana. Ini konsekuensi t ba. Di tengah perjalanan, saat melewat pekuburan Baqi’, t ba-
hukum yang bersifat duniawi. t ba Nabi SAW berseru: “Waduh, celaka… Waduh, celaka….!” Abu
Raf ’ pun menghent kan langkahnya.
Pemerintah berhak mengatur bentuk hukuman atau
sanksi bagi penerima grat f kasi yang melanggar ketentuan “Apa yang terjadi padamu?” tanya Rasulullah SAW. “Ayo jalan!”
perundang-undangan. Hal ini sesuai prinsip hukum Islam, ajak beliau.
bahwa bentuk sanksi yang t dak ditetapkan secara langsung Abu Raf ’ lalu menjelaskan bahwa dirinya berhent
dalam Al-Qur’an atau Hadits (ta’zir), ketentuannya diserahkan karena mengira dialah yang akan celaka. “Tidak!” jawab
kepada pihak berwenang. Maka KPK mendorong aparatur sipil Rasulullah SAW. “(Tadi) aku melewat kuburan si Fulan. Dia
negara untuk menolak pemberian terkait jabatan. Jika terlanjur pernah kutunjuk sebagai pegawai pemungut zakat di sebuah
diterima, maka pemberian itu wajib dilaporkan ke KPK maksimal perkampungan. Di sana dia menerima (hadiah) mantel yang
30 hari setelah diterima untuk ditentukan, apakah pemberian itu terbuat dari bulu harimau. Sekarang (di dalam kuburnya), dia
diizinkan diterima secara pribadi atau diserahkan ke negara.
memakai mantel yang terbuat dari api neraka.”. 39
Selain konsekuensi hukum duniawi, pelaku grat f kasi
dalam Islam juga diancam hukuman akhirat, jika dia t dak
mengembalikan hadiah yang diterimanya. Ini perbedaan paling
37
Sepert diungkapkan Ali Abdul Kaf as-Subki dalam Fatawa as-Subki, juz 1, (Bairut: Dar al-
Ma’rifah) hlm. 205.
38 Wahbah Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, Beirut: Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1418 H., juz 4 39 Lihat kisah lengkapnya, antara lain, pada Sulaiman bin Ahmad at-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir,
hal. 151, dan Abu al-Fida’ Ismail ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, op.cit, hal. 155. Mosul: Maktabah al-Ulum wa al-Hikam, 1 hal 323, .
30 31
V. Khianat (Mengingkari Kepercayaan) “Khianat adalah menentang kebenaran dengan cara melanggar
janji dalam ketersembunyian. Lawan dari khianat adalah
“seseorang yang amanat.”
melanggar atau mengambil hak orang lain dan dapat pula
dalam bentuk pembatalan sepihak dalam perjanjian yang “Khianat adalah mengambil sesuatu dan menyembunyikannya
dibuatnya, khususnya dalam masalah utang-piutang atau dalam kumpulan harta bendanya.”
42
masalah muamalah secara umum.”
“Khianat adalah jika seseorang dipercaya untuk mengolah suatu
Dalam buku “Korupsi dalam Hukum Pidana Islam” Dr.
H.M Nurul Irfan M.Ag mengungkapkan, bahwa dari enam jenis
jinayah atau meminjamkan.”
yang terjadi di Indonesia saat ini dimana khianat
urutan teratas sebanyak 21 kali, disusul risywah sebanyak 12 Sebuah atsar meriwayatkan dari Ibnu Masúd ra, berkata:
kali dan ghulul
yang melanggar pasal mana pun di antara sekian banyak pasal, “Termasuk harta haram adalah jika kamu mengusahakan suatu
pada hakikatnya ia telah berkhianat. Sebab, ia telah melanggar kebutuhan untuk orang lain dan kamu berhasil memenuhinya
sumpah jabatan, baik sumpah sebagai Pegawai Negeri Sipil lalu dia memberimu hadiah dan kamu menerimanya.”
43
maupun sebagai pejabat.”
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
sedang kamu mengetahui (QS. Al Anfaal: 27).”
pertanggunganjawab terhadap harta benda yang ia miliki. Dalam
Dan berikut beberapa hadits yang mengungkapkan dunia modern saat ini, hal tersebut dikenal dengan prinsip
tentang perilaku khianat: prinsip pembalikan beban pembuktian.
“Tanpa ada yang menentang, Umar dan Ibn Mas’ud pernah
mewajibkan hadd disebabkan bau khamr dari mulut seseorang,
atau dari muntahan khamr-nya, dengan berdasar qarinah dhahir.
Para ulama dan khalifah selalu memutuskan hukum potong
42 tangan bila barang curian ada di tangan tersangka. Qarinah
43
Ibid., 173.
34 35
V. Khianat (Mengingkari Kepercayaan) “Khianat adalah menentang kebenaran dengan cara melanggar
janji dalam ketersembunyian. Lawan dari khianat adalah
“seseorang yang amanat.”
melanggar atau mengambil hak orang lain dan dapat pula
dalam bentuk pembatalan sepihak dalam perjanjian yang “Khianat adalah mengambil sesuatu dan menyembunyikannya
dibuatnya, khususnya dalam masalah utang-piutang atau dalam kumpulan harta bendanya.”
42
masalah muamalah secara umum.”
“Khianat adalah jika seseorang dipercaya untuk mengolah suatu
Dalam buku “Korupsi dalam Hukum Pidana Islam” Dr.
H.M Nurul Irfan M.Ag mengungkapkan, bahwa dari enam jenis
jinayah atau meminjamkan.”
yang terjadi di Indonesia saat ini dimana khianat
urutan teratas sebanyak 21 kali, disusul risywah sebanyak 12 Sebuah atsar meriwayatkan dari Ibnu Masúd ra, berkata:
kali dan ghulul
yang melanggar pasal mana pun di antara sekian banyak pasal, “Termasuk harta haram adalah jika kamu mengusahakan suatu
pada hakikatnya ia telah berkhianat. Sebab, ia telah melanggar kebutuhan untuk orang lain dan kamu berhasil memenuhinya
sumpah jabatan, baik sumpah sebagai Pegawai Negeri Sipil lalu dia memberimu hadiah dan kamu menerimanya.”
43
maupun sebagai pejabat.”
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
sedang kamu mengetahui (QS. Al Anfaal: 27).”
pertanggunganjawab terhadap harta benda yang ia miliki. Dalam
Dan berikut beberapa hadits yang mengungkapkan dunia modern saat ini, hal tersebut dikenal dengan prinsip
tentang perilaku khianat: prinsip pembalikan beban pembuktian.
“Tanpa ada yang menentang, Umar dan Ibn Mas’ud pernah
mewajibkan hadd disebabkan bau khamr dari mulut seseorang,
atau dari muntahan khamr-nya, dengan berdasar qarinah dhahir.
Para ulama dan khalifah selalu memutuskan hukum potong
42 tangan bila barang curian ada di tangan tersangka. Qarinah
43
Ibid., 173.
34 35
Sebab, keduanya merupakan berita yang mungkin benar dan
t dak. Sementara adanya barang curian di tangan tersangka
merupakan bukt kuat yang t dak samar lagi.” 44
Sepert dikut p dalam buku Jihad NU Melawan Korupsi,
penetapan hukum tersebut di atas lebih dikarenakan orang itu
tak bisa membukt kan sebaliknya, bahwa dirinya bukan peminum
khamr atau pencuri barang tersebut. “Dengan mengacu kepada
dua hal itu, jika ada pejabat yang memiliki kekayaan yang t dak
wajar, negara berhak meminta pejabat itu membukt kan bahwa
kekayaannya diperoleh dengan cara benar,” katanya.
Sebuah atsar meriwayatkan dari Ibnu Masúd ra, berkata,
“Termasuk harta haram adalah jika kamu mengusahakan suatu
kebutuhan untuk orang lain dan kamu berhasil memenuhinya
lalu dia memberimu hadiah dan kamu menerimanya.”
44
Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, ath-Thuruq Al Hukmiyyahf as-Siyasah asy-Syar’iyyah, tahqiq Dr.
Muhammaf Jamil Ghazi,( Kairo:Mathba’ah al-Madani) hal 8.
36 37
Sebab, keduanya merupakan berita yang mungkin benar dan
t dak. Sementara adanya barang curian di tangan tersangka
merupakan bukt kuat yang t dak samar lagi.” 44
Sepert dikut p dalam buku Jihad NU Melawan Korupsi,
penetapan hukum tersebut di atas lebih dikarenakan orang itu
tak bisa membukt kan sebaliknya, bahwa dirinya bukan peminum
khamr atau pencuri barang tersebut. “Dengan mengacu kepada
dua hal itu, jika ada pejabat yang memiliki kekayaan yang t dak
wajar, negara berhak meminta pejabat itu membukt kan bahwa
kekayaannya diperoleh dengan cara benar,” katanya.
Sebuah atsar meriwayatkan dari Ibnu Masúd ra, berkata,
“Termasuk harta haram adalah jika kamu mengusahakan suatu
kebutuhan untuk orang lain dan kamu berhasil memenuhinya
lalu dia memberimu hadiah dan kamu menerimanya.”
44
Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, ath-Thuruq Al Hukmiyyahf as-Siyasah asy-Syar’iyyah, tahqiq Dr.
Muhammaf Jamil Ghazi,( Kairo:Mathba’ah al-Madani) hal 8.
36 37
VI. Solusi Mengatasi Korupsi Kedua, Membentengi diri, keluarga dan masyarakat dengan
ketaqwaan, agar t dak terlibat dalam suap dan korupsi. Bertaqwa
Bagaimana Islam bisa memberikan solusi terhadap bermakna menjalankan semua perintah dan menjauhi semua
permasalahan suap dan korupsi, yang sudah mengakar ke seluruh larangan-Nya, int nya adalah hat -hat . Mari berhat -hat menjaga
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara? Ada beberapa hal rizqi yang diperoleh agar halal dan berkah, karena rezeki yang
yang dapat dijadikan jalan keluar terhadap permasalahan ini. haram akan menghalangi doa, sedangkan rezeki yang halal akan
memberikan keberkahan.
Pertama, Mengingatkan kembali bahwa kita semua akan mat
dan ada kehidupan setelah mat . “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil.” (QS. An-
Jika kita semua meyakini ada kehidupan setelah mat , Nisa : 29)
semest nya kita semua akan berhat -hat dalam menjalankan
hidup dan kehidupan di dunia ini. Semua perbuatan baik Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW memperingatkan tentang
maupun buruk, termasuk amanah berupa jabatan past akan sesuatu yang haram menghalangi do’a, sebagai berikut:
dipertanggungjawabkan di sisi-Nya. Sebab manusia adalah Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:
makluk yang bertanggung jawab, berasal dari Allah, menjadi “Sesungguhnya Allah Maha baik dan t dak menerima kecuali
wakil Allah di muka bumi (kholifah f l ‘ardli) dan akhirnya akan yang baik.”
kembali kepada Allah. Jika semua kita ingat dan sadar bahwa
hidup di dunia ini sementara, kita akan kembali menuju hidup Allah memerintahkan orang-orang Mukmin sama sepert yang
yang abadi setelah mat , maka hanya satu kata, ‘hat -hat .” diperintahkan kepada para Rasul. Allah SWT berf rman: “Hai
Sebagaimana f rman Allah SWT: para Rasul, makanlah makanan yang baik, dan kerjakanlah amal
shalih.” (QS. Al-Mu’minun: 51)
“Barangsiapa berbuat kebaikan seberat zarrahpun, niscaya ia Allah juga berf rman: “Hai orang-orang yang beriman makanlah
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa berbuat keburukan makanan yang baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS. Al-
seberat zarrahlpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya”. (QS Baqarah: 172).
Al Zalzalah:7-8)
“Lalu Rasulullah bercerita tentang seorang lelaki yang
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang menempuh perjalanan jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor.
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit (seraya berdoa),
Allah, jika benar-benar hanya kepadaNYa kamu menyembah.” ‘Ya Rabb, ya Rabb.’ Sedangkan makanannya haram, minumannya
(QS Al Baqorah:172) haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan barang yang
haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR Muslim)
38 39
VI. Solusi Mengatasi Korupsi Kedua, Membentengi diri, keluarga dan masyarakat dengan
ketaqwaan, agar t dak terlibat dalam suap dan korupsi. Bertaqwa
Bagaimana Islam bisa memberikan solusi terhadap bermakna menjalankan semua perintah dan menjauhi semua
permasalahan suap dan korupsi, yang sudah mengakar ke seluruh larangan-Nya, int nya adalah hat -hat . Mari berhat -hat menjaga
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara? Ada beberapa hal rizqi yang diperoleh agar halal dan berkah, karena rezeki yang
yang dapat dijadikan jalan keluar terhadap permasalahan ini. haram akan menghalangi doa, sedangkan rezeki yang halal akan
memberikan keberkahan.
Pertama, Mengingatkan kembali bahwa kita semua akan mat
dan ada kehidupan setelah mat . “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil.” (QS. An-
Jika kita semua meyakini ada kehidupan setelah mat , Nisa : 29)
semest nya kita semua akan berhat -hat dalam menjalankan
hidup dan kehidupan di dunia ini. Semua perbuatan baik Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW memperingatkan tentang
maupun buruk, termasuk amanah berupa jabatan past akan sesuatu yang haram menghalangi do’a, sebagai berikut:
dipertanggungjawabkan di sisi-Nya. Sebab manusia adalah Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:
makluk yang bertanggung jawab, berasal dari Allah, menjadi “Sesungguhnya Allah Maha baik dan t dak menerima kecuali
wakil Allah di muka bumi (kholifah f l ‘ardli) dan akhirnya akan yang baik.”
kembali kepada Allah. Jika semua kita ingat dan sadar bahwa
hidup di dunia ini sementara, kita akan kembali menuju hidup Allah memerintahkan orang-orang Mukmin sama sepert yang
yang abadi setelah mat , maka hanya satu kata, ‘hat -hat .” diperintahkan kepada para Rasul. Allah SWT berf rman: “Hai
Sebagaimana f rman Allah SWT: para Rasul, makanlah makanan yang baik, dan kerjakanlah amal
shalih.” (QS. Al-Mu’minun: 51)
“Barangsiapa berbuat kebaikan seberat zarrahpun, niscaya ia Allah juga berf rman: “Hai orang-orang yang beriman makanlah
akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa berbuat keburukan makanan yang baik yang Kami berikan kepada kalian.” (QS. Al-
seberat zarrahlpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya”. (QS Baqarah: 172).
Al Zalzalah:7-8)
“Lalu Rasulullah bercerita tentang seorang lelaki yang
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang menempuh perjalanan jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor.
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit (seraya berdoa),
Allah, jika benar-benar hanya kepadaNYa kamu menyembah.” ‘Ya Rabb, ya Rabb.’ Sedangkan makanannya haram, minumannya
(QS Al Baqorah:172) haram, pakaiannya haram dan ia kenyang dengan barang yang
haram. Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR Muslim)
38 39
Tidak memberi dan/atau menerima hadiah/suap memang Abu Hurairah adalah orang yang saleh dan t dak
melakukan t ndak kecurangan korupsi tersebut. [Al Mustadrak
“Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan penerima Ash Shahihain juz 2 no 3327]
suap.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
Rasulullah SAW, sebagai Pemimpin dan teladan umat telah
Jika kita seorang pegawai, pemimpin, atau pejabat hendaklah memberi contoh nyata. Rasulullah SAW menegakkan kebenaran
mengingat sabda Rasulullah SAW dan berhat -hat karenanya:
tanpa pandang bulu, walau terhadap keluarganya sendiri.
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh] telah
“Hadiah-hadiah buat para pegawai/pejabat adalah termasuk mengabarkan kepada kami [Al Laits] dari [Ibnu Syihab] dari
ghulul (mencuri).” (HR.Ahmad) [‘Urwah] dari [‘Aisyah], bahwa orang-orang Quraisy merasa
kebingungan dengan masalah seorang wanita Makhzumiyah yang
ketahuan mencuri, lalu mereka berkata, “Siapakah yang kiranya
Ket ga, Melakukan perbaikan sistem pemerintahan (ishlahuh berani membicarakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
hukumah) & penegakan supremasi hukum. Agar t dak ada wasallam?” Maka mereka mengusulkan, “Tidak ada yang berani
kesempatan dan ruang bagi para pejabat publik untuk menerima melakukan hal ini kecuali Usamah, seorang yang dicintai oleh
suap maupun melakukan korupsi. Islam sudah membukt kan Rasulullah SAW.”
melakukan rekam jejak, pengawasan-pengawasan dan Sesaat kemudian, Usamah mengadukan hal itu kepada beliau,
penegakan hukum. maka Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu hendak memberi
Adalah Khalifah Umar Ibn Khat hab RA yang kembali menerapkan Syafa’at (keringanan) dalam hukum dari hukum-hukum Allah?”
proses pemeriksaan harta kepada lingkungannya. Proses ini tak Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah, sabdanya: “Wahai
ubahnya Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sekalian manusia, hanyasanya yang membinasakan orang-
di masa kini. orang sebelum kalian adalah, ket ka orang-orang terpandang
mereka mencuri, mereka membiarkannya (t dak menghukum),
Saat itu Khalifah Umar bersikukuh melakukan penyelidikan sementara jika orang-orang yang rendahan dari mereka mencuri
kepada Abu Hurairah. Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW, mereka menegakkan hukuman had. Demi Allah, sekiranya
seorang sahabat yang paling banyak menghafal hadits Rasulullah Fat mah bint Muhammad mencuri, sungguh aku sendiri yang
dan dikenal shalih dan amanah. Akan tetapi, ket ka Khalifah Umar akan memotong tangannya.” Dan dalam hadits Ibnu Rumh
melihat perkembangan hartanya yang t dak normal, Khalifah disebutkan, “Hanyasanya yang menyebabkan kebinasaan orang-
tetap melakukan pemeriksaan. Abu Hurairah diberi sanksi awal orang sebelum kalian.”
berupa pemecatan/diberhent kan langsung, kemudian hartanya
ditarik dan dimasukkan ke kas baitul maal, setelah itu baru
diselidiki ulang. Walhasil, setelah diselidiki kembali, ternyata
40 41
Tidak memberi dan/atau menerima hadiah/suap memang Abu Hurairah adalah orang yang saleh dan t dak
melakukan t ndak kecurangan korupsi tersebut. [Al Mustadrak
“Rasulullah SAW melaknat orang yang menyuap dan penerima Ash Shahihain juz 2 no 3327]
suap.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)
Rasulullah SAW, sebagai Pemimpin dan teladan umat telah
Jika kita seorang pegawai, pemimpin, atau pejabat hendaklah memberi contoh nyata. Rasulullah SAW menegakkan kebenaran
mengingat sabda Rasulullah SAW dan berhat -hat karenanya:
tanpa pandang bulu, walau terhadap keluarganya sendiri.
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rumh] telah
“Hadiah-hadiah buat para pegawai/pejabat adalah termasuk mengabarkan kepada kami [Al Laits] dari [Ibnu Syihab] dari
ghulul (mencuri).” (HR.Ahmad) [‘Urwah] dari [‘Aisyah], bahwa orang-orang Quraisy merasa
kebingungan dengan masalah seorang wanita Makhzumiyah yang
ketahuan mencuri, lalu mereka berkata, “Siapakah yang kiranya
Ket ga, Melakukan perbaikan sistem pemerintahan (ishlahuh berani membicarakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
hukumah) & penegakan supremasi hukum. Agar t dak ada wasallam?” Maka mereka mengusulkan, “Tidak ada yang berani
kesempatan dan ruang bagi para pejabat publik untuk menerima melakukan hal ini kecuali Usamah, seorang yang dicintai oleh
suap maupun melakukan korupsi. Islam sudah membukt kan Rasulullah SAW.”
melakukan rekam jejak, pengawasan-pengawasan dan Sesaat kemudian, Usamah mengadukan hal itu kepada beliau,
penegakan hukum. maka Rasulullah SAW bersabda: “Apakah kamu hendak memberi
Adalah Khalifah Umar Ibn Khat hab RA yang kembali menerapkan Syafa’at (keringanan) dalam hukum dari hukum-hukum Allah?”
proses pemeriksaan harta kepada lingkungannya. Proses ini tak Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah, sabdanya: “Wahai
ubahnya Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) sekalian manusia, hanyasanya yang membinasakan orang-
di masa kini. orang sebelum kalian adalah, ket ka orang-orang terpandang
mereka mencuri, mereka membiarkannya (t dak menghukum),
Saat itu Khalifah Umar bersikukuh melakukan penyelidikan sementara jika orang-orang yang rendahan dari mereka mencuri
kepada Abu Hurairah. Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW, mereka menegakkan hukuman had. Demi Allah, sekiranya
seorang sahabat yang paling banyak menghafal hadits Rasulullah Fat mah bint Muhammad mencuri, sungguh aku sendiri yang
dan dikenal shalih dan amanah. Akan tetapi, ket ka Khalifah Umar akan memotong tangannya.” Dan dalam hadits Ibnu Rumh
melihat perkembangan hartanya yang t dak normal, Khalifah disebutkan, “Hanyasanya yang menyebabkan kebinasaan orang-
tetap melakukan pemeriksaan. Abu Hurairah diberi sanksi awal orang sebelum kalian.”
berupa pemecatan/diberhent kan langsung, kemudian hartanya
ditarik dan dimasukkan ke kas baitul maal, setelah itu baru
diselidiki ulang. Walhasil, setelah diselidiki kembali, ternyata
40 41
Keempat, bagi para dai, para penyeru kebaikan, para pemegang VII. Sanksi Dari Takzir Hingga Hukuman Mat
kekuasaan hendaklah lebih giat untuk memberi keteladan,
menjadi contoh hidup orang beriman dan berkepribadian baik/ Bagaimana pengenaan sanksi hukuman bagi pelaku
Islami (shakhsiyah Islamiyah), terutama sikap kesederhanaan korupsi yang diterapkan dalam Islam? Apakah bagi koruptor bisa
(zuhud terhadap dunia), sehingga memberikan energi posit f diterapkan sanksi potong tangan? Dianggap atau disamakan dia
dan menginspirasi terwujudnya masyarakat yang baik/Islami dengan pencuri berdasarkan f rman Allah berikut?
(mujtama’ muslim). Dengan izin Allah SWT, tauladan sepert ini
pada akhirnya akan mengantarkan negeri ini menjalani kehidupan “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dipenuhi tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
keberkahan Allah SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Maidah [5]: 38)
Sebagaimana f rman Allah SWT:
Namun syariat Islam, menurut pendapat Dr. H. Harun al-
46
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Rasyid dalam buku Fikih Korupsi , pada prinsipnya menekankan
past lah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari pada aspek pendidikan dan pencegahan. Karena itu banyak
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) disepakat bahwa hukum yang paling tepat adalah hukum ta’zir,
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al- dimana hakim yang akan menetapkan pelaksanaannya secara
A’raf : 96) khusus mulai dari hukuman cambuk, penjara, pengasingan,
penyitaan harta, denda, peringatan, nasihat, publikasi hingga
Sikap kesederhanaan akan memberikan energi posit f berupa
kesyukuran dan menumbuhkan rasa empat yang dalam terhadap hukuman mat jika dianggap telah melakukan korupsi berulang-
kepedulian. Sementara sikap bermewah-mewah dan konsumt f ulang.
akan memat kan hat dan kewaspadaan atas harta yang Nahdlatul Ulama sebagai organisasi muslim terbesar di
diperolehnya halal atau haram. Allah SWT telah memperingatkan
tanah air dengan puluhan juta umat memandang korupsi sebagai
dalam f rman-Nya:
pengkhianatan berat (ghulul) terhadap amanat rakyat. Dari cara
“Kamu telah dilalaikan oleh kemewahan. Hingga kamu masuk kerja dan dampaknya, korupsi dikategorikan sebagai pencurian
47
ke liang kubur. Janganlah begitu nant kamu akan mengetahui. (sariqah) dan perampokan (nahb).
Dan Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Jangan
begitu, seandainya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin, niscaya kamu benar-benar melihat neraka Jahim. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul
yakin. Kemudian pada hari itu niscaya benar-benar kamu akan
ditanya tentang kenikmatan (yang diterima di dunia).” 45 46 Fikih Korupsi, Analisis Polit k Uang di Indonesia dalam perspekt f Maqashid al-Syariah, Dr. H.
Harun al-Rasyind, S.H, M.Hum, CFE. hal. 186-196.
45 47
(QS At Takaatsur 1-8) Buku Jihad Nahdlatul Ulama Melawan Korupsi, hal. 105.
42 43
Keempat, bagi para dai, para penyeru kebaikan, para pemegang VII. Sanksi Dari Takzir Hingga Hukuman Mat
kekuasaan hendaklah lebih giat untuk memberi keteladan,
menjadi contoh hidup orang beriman dan berkepribadian baik/ Bagaimana pengenaan sanksi hukuman bagi pelaku
Islami (shakhsiyah Islamiyah), terutama sikap kesederhanaan korupsi yang diterapkan dalam Islam? Apakah bagi koruptor bisa
(zuhud terhadap dunia), sehingga memberikan energi posit f diterapkan sanksi potong tangan? Dianggap atau disamakan dia
dan menginspirasi terwujudnya masyarakat yang baik/Islami dengan pencuri berdasarkan f rman Allah berikut?
(mujtama’ muslim). Dengan izin Allah SWT, tauladan sepert ini
pada akhirnya akan mengantarkan negeri ini menjalani kehidupan “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dipenuhi tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
keberkahan Allah SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Maidah [5]: 38)
Sebagaimana f rman Allah SWT:
Namun syariat Islam, menurut pendapat Dr. H. Harun al-
46
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Rasyid dalam buku Fikih Korupsi , pada prinsipnya menekankan
past lah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari pada aspek pendidikan dan pencegahan. Karena itu banyak
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) disepakat bahwa hukum yang paling tepat adalah hukum ta’zir,
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al- dimana hakim yang akan menetapkan pelaksanaannya secara
A’raf : 96) khusus mulai dari hukuman cambuk, penjara, pengasingan,
penyitaan harta, denda, peringatan, nasihat, publikasi hingga
Sikap kesederhanaan akan memberikan energi posit f berupa
kesyukuran dan menumbuhkan rasa empat yang dalam terhadap hukuman mat jika dianggap telah melakukan korupsi berulang-
kepedulian. Sementara sikap bermewah-mewah dan konsumt f ulang.
akan memat kan hat dan kewaspadaan atas harta yang Nahdlatul Ulama sebagai organisasi muslim terbesar di
diperolehnya halal atau haram. Allah SWT telah memperingatkan
tanah air dengan puluhan juta umat memandang korupsi sebagai
dalam f rman-Nya:
pengkhianatan berat (ghulul) terhadap amanat rakyat. Dari cara
“Kamu telah dilalaikan oleh kemewahan. Hingga kamu masuk kerja dan dampaknya, korupsi dikategorikan sebagai pencurian
47
ke liang kubur. Janganlah begitu nant kamu akan mengetahui. (sariqah) dan perampokan (nahb).
Dan Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Jangan
begitu, seandainya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin, niscaya kamu benar-benar melihat neraka Jahim. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul
yakin. Kemudian pada hari itu niscaya benar-benar kamu akan
ditanya tentang kenikmatan (yang diterima di dunia).” 45 46 Fikih Korupsi, Analisis Polit k Uang di Indonesia dalam perspekt f Maqashid al-Syariah, Dr. H.
Harun al-Rasyind, S.H, M.Hum, CFE. hal. 186-196.
45 47
(QS At Takaatsur 1-8) Buku Jihad Nahdlatul Ulama Melawan Korupsi, hal. 105.
42 43
Korupsi pun dianggap sebagai t ndak kejahatan luar Menurut KH Said Aqil Siradj, korupsi di Indonesia sudah
biasa yang layak diberi sanksi hukuman dunia yang maha sangat akut maka perlu ada sanksi sosial buat para koruptor.
berat mulai dari ta’zir dan penjara, sanksi moral, sanksi sosial, “Jadi NU mengikut Nabi menyarankan agar para ulama t dak ikut
pemiskinan sampai ke hukuman mat , sebagaimana rumusan menshalatkan jenazah koruptor. Tapi shalat jenazah tetap harus
Halaqah Alim Ulama Nusantara Membangun Gerakan Pesantren dilakukan karena hukumnya fardlu kifayah yang berart cukup
Ant Korupsi di Yogyakarta tahun 2015. “Hukuman mat dapat dilakukan oleh sebagian kaum muslimin saja. Maka biarlah yang
diterapkan apabila t ndak pidana korupsi atau t ndak pidana menshalatkan orang lain saja, atau keluarganya,” ujarnya kepada
pencucian uang dilakukan ket ka negara dalam keadaan bahaya, NU Online di Jakarta, Sabtu 21 Agustus 2010.
krisis ekonomi, krisis sosial, atau dilakukan secara berulang-
ulang.”
48
Sebelumnya, melalui Lajnah Bahsul Masail (Komisi ****
C) Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Alim Ulama NU
yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur
pada 25-28 Juli 2002, NU mengeluarkan fatwa agar para ulama
atau kiai dianjurkan t dak ikut menshalatkan jenazah koruptor
sebagai sebuah sanksi sosial untuk t ndak pidana korupsi.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan,
fatwa agar para ulama t dak menshalatkan jenazah koruptor itu
berdasar pada hadits Nabi Muhammad SAW. Bahwa suatu ket ka
Nabi memerintahkan agar para sahabat menshalatkan jenazah
seorang sahabat yang meninggal dalam perang Khaibar, namun
Nabi sendiri t dak ikut menshalatkannya.
Para sahabat kemudian bertanya mengapa Nabi t dak
ikut menshalatkan jenazah itu? Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya
sahabatmu ini telah melakukan korupsi di jalan Allah.’ Setelah
sahabat memeriksa ternyata ditemukan sahabat yang meninggal
tadi telah mengambil dan menyembunyikan harta rampasan
perang (ghanimah) senilai dua dirham sebelum harta-harta
ghanimah itu dibagi.
48
Ibid, 106.
44 45
Korupsi pun dianggap sebagai t ndak kejahatan luar Menurut KH Said Aqil Siradj, korupsi di Indonesia sudah
biasa yang layak diberi sanksi hukuman dunia yang maha sangat akut maka perlu ada sanksi sosial buat para koruptor.
berat mulai dari ta’zir dan penjara, sanksi moral, sanksi sosial, “Jadi NU mengikut Nabi menyarankan agar para ulama t dak ikut
pemiskinan sampai ke hukuman mat , sebagaimana rumusan menshalatkan jenazah koruptor. Tapi shalat jenazah tetap harus
Halaqah Alim Ulama Nusantara Membangun Gerakan Pesantren dilakukan karena hukumnya fardlu kifayah yang berart cukup
Ant Korupsi di Yogyakarta tahun 2015. “Hukuman mat dapat dilakukan oleh sebagian kaum muslimin saja. Maka biarlah yang
diterapkan apabila t ndak pidana korupsi atau t ndak pidana menshalatkan orang lain saja, atau keluarganya,” ujarnya kepada
pencucian uang dilakukan ket ka negara dalam keadaan bahaya, NU Online di Jakarta, Sabtu 21 Agustus 2010.
krisis ekonomi, krisis sosial, atau dilakukan secara berulang-
ulang.”
48
Sebelumnya, melalui Lajnah Bahsul Masail (Komisi ****
C) Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Alim Ulama NU
yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur
pada 25-28 Juli 2002, NU mengeluarkan fatwa agar para ulama
atau kiai dianjurkan t dak ikut menshalatkan jenazah koruptor
sebagai sebuah sanksi sosial untuk t ndak pidana korupsi.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj mengatakan,
fatwa agar para ulama t dak menshalatkan jenazah koruptor itu
berdasar pada hadits Nabi Muhammad SAW. Bahwa suatu ket ka
Nabi memerintahkan agar para sahabat menshalatkan jenazah
seorang sahabat yang meninggal dalam perang Khaibar, namun
Nabi sendiri t dak ikut menshalatkannya.
Para sahabat kemudian bertanya mengapa Nabi t dak
ikut menshalatkan jenazah itu? Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya
sahabatmu ini telah melakukan korupsi di jalan Allah.’ Setelah
sahabat memeriksa ternyata ditemukan sahabat yang meninggal
tadi telah mengambil dan menyembunyikan harta rampasan
perang (ghanimah) senilai dua dirham sebelum harta-harta
ghanimah itu dibagi.
48
Ibid, 106.
44 45
IV. Pengert an Risywah (Suap) dengan (jalan berbuat dosa), padahal kamu mengetahui (QS: Al-
Baqarah: 188).
Risywah, atau dalam bahasa Melayu disebut rasuah,
secara sederhana diart kan sebagai suap. Fatwa Majelis Ulama Abdullah Muhsin al-Thariqi mengatakan bahwa sanksi
Indonesia tahun 2000 menyatakan risywah sebagai “pemberian hukum terhadap risywah masuk dalam kategori sanksi takzir
41
yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain (pejabat) yang kompetensinya ada di tangan hakim . Beberapa hadits
dengan maksud meluluskan suatu perbuatan yang bat l (t dak menyebutkan risywah dan orang-orang yang terlibatnya dengan
benar menurut syari’ah) atau membat lkan perbuatan yang sebutan “laknat” dan “terkutuk” dan risywah masuk dalam daf ar
hak. Pemberi disebut rasyi; penerima disebut murtasyi; dan dosa besar dengan mengut p:
40
penghubung antara rasyi dan murtasyi disebut raísy .” Pejabat
di sini bisa diart kan sebagai hakim atau aparat pemerintah yang “Dari ‘Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, Allah
punya wewenang meluluskan permintaan masyarakat. melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap,
(H.R. Imam Ahmad).”
Terdapat beberapa ayat Al Qurán yang melarang
perilaku suap, sepert : Hadits lain adalah dari Usamah bin Malik bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianat
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu “Hadiah itu dapat menghilangkan pendengaran, menutup hat
mengkhianat amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, dan penglihatan.”
sedang kamu mengetahui (QS Al-Anfal: 27).
Diriwayatkan Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan
yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan “Hadiah untuk pejabat (penguasa) adalah kecurangan.”
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan Dalam bentuk atsar, disebutkan Rasulullah SAW yang
sesuatu yang Allah t dak menurunkan hujjah untuk itu dan mengutus Abdullah bin Rawahah untuk mengunjungi kaum
(mengharamkan) mengada-ngadakan terhadap Allah yang t dak Yahudi dengan tujuan mengambil pajak hasil tanaman kurma.
kamu ketahui,” (QS Al-Araf:33). Namun mereka membangkang dan malah berupaya menyuap
Abdullah.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) “Adapun apa-apa yang kamu tawarkan berupa suap, maka
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu sesungguhnya itu adalah makanan haram. Kami t dak akan
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu memakannya (H.R. Malik).”
40 Fatwa MUI No. 23 Tahun 2000 berdasarkan Ibn al-Atsir, al-Nihayah f Gharib al-Hadits wa
al-Atsar, II, 226 41 Dikut p dari buku Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Dr. H.M. Nurul Irfan, M.Ag., 103.
32 33
IV. Pengert an Risywah (Suap) dengan (jalan berbuat dosa), padahal kamu mengetahui (QS: Al-
Baqarah: 188).
Risywah, atau dalam bahasa Melayu disebut rasuah,
secara sederhana diart kan sebagai suap. Fatwa Majelis Ulama Abdullah Muhsin al-Thariqi mengatakan bahwa sanksi
Indonesia tahun 2000 menyatakan risywah sebagai “pemberian hukum terhadap risywah masuk dalam kategori sanksi takzir
41
yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain (pejabat) yang kompetensinya ada di tangan hakim . Beberapa hadits
dengan maksud meluluskan suatu perbuatan yang bat l (t dak menyebutkan risywah dan orang-orang yang terlibatnya dengan
benar menurut syari’ah) atau membat lkan perbuatan yang sebutan “laknat” dan “terkutuk” dan risywah masuk dalam daf ar
hak. Pemberi disebut rasyi; penerima disebut murtasyi; dan dosa besar dengan mengut p:
40
penghubung antara rasyi dan murtasyi disebut raísy .” Pejabat
di sini bisa diart kan sebagai hakim atau aparat pemerintah yang “Dari ‘Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, Allah
punya wewenang meluluskan permintaan masyarakat. melaknat orang yang menyuap dan orang yang menerima suap,
(H.R. Imam Ahmad).”
Terdapat beberapa ayat Al Qurán yang melarang
perilaku suap, sepert : Hadits lain adalah dari Usamah bin Malik bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianat
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu “Hadiah itu dapat menghilangkan pendengaran, menutup hat
mengkhianat amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, dan penglihatan.”
sedang kamu mengetahui (QS Al-Anfal: 27).
Diriwayatkan Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan
yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan “Hadiah untuk pejabat (penguasa) adalah kecurangan.”
perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan Dalam bentuk atsar, disebutkan Rasulullah SAW yang
sesuatu yang Allah t dak menurunkan hujjah untuk itu dan mengutus Abdullah bin Rawahah untuk mengunjungi kaum
(mengharamkan) mengada-ngadakan terhadap Allah yang t dak Yahudi dengan tujuan mengambil pajak hasil tanaman kurma.
kamu ketahui,” (QS Al-Araf:33). Namun mereka membangkang dan malah berupaya menyuap
Abdullah.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) “Adapun apa-apa yang kamu tawarkan berupa suap, maka
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu sesungguhnya itu adalah makanan haram. Kami t dak akan
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu memakannya (H.R. Malik).”
40 Fatwa MUI No. 23 Tahun 2000 berdasarkan Ibn al-Atsir, al-Nihayah f Gharib al-Hadits wa
al-Atsar, II, 226 41 Dikut p dari buku Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Dr. H.M. Nurul Irfan, M.Ag., 103.
32 33
BUKU SAKU
ANTIKORUPSI
UNTUK PEMELUK
AGAMA ISLAM