The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nink.mart, 2023-04-08 19:20:32

Modul ASB

DIKLAT TEKNIS



ANALISIS STANDAR BELANJA



















































BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA


Analisa Standar Belanja Buku Peserta



KATA PENGANTAR


Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Teknis merupakan diklat keahlian yang
diperlukan oleh peserta diklat guna mewujudkan kompetensi di bidang
teknis pekerjaannya. Konsep training yang dianut Badiklat PKN BPK selama
ini berubah menjadi learning. Metode pembelajaran yang digunakan untuk
mendukung program diklat adalah workbook (lembar kerja), klasikal/tatap
muka, laboratorium dan E-learning/open distance learning.
Kegiatan pelatihan yang diterapkan menggunakan metode lembar kerja
dirancang berdasarkan studi kasus di lapangan, selanjutnya diharmonisasi
dengan laboratorium/ praktikum audit/ aktivitas kinerja yang menjadi
karakteristik khusus dari pendekatan diklat berbasis proses kerja. Kedua metode tersebut dirancang
sesuai dengan situasi dan kondisi yang telah disederhanakan agar peserta diklat mendapatkan
pengalaman dalam pembelajaran (experiential learning) dikombinasikan dengan metode
pembelajaran klasikal/tatap muka maupun distance learning.
Modul ini dikembangkan dengan bantuan narasumber BPK yang kompeten serta mengadopsi metode
pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang mengutamakan keaktifan peserta diklat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Instrumen evaluasi digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap gambaran kondisi yang sesungguhnya. Seluruh rancangan dalam program diklat telah
terintegrasi, mulai dari kurikulum, silabus, modul, alat bantu pembelajaran, fasilitator, dan metode
evaluasi. Dengan demikian, peserta yang lulus diklat ini, diharapkan dapat mendukung implementasi
pembelajaran berbasis kompetensi dalam bidang spesialis tertentu, demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang efektif.
Proses pembelajaran diklat ini telah dirancang secara khusus, dimana peserta akan merasakan suasana
belajar yang lebih nyaman, menyenangkan dan berkualitas serta mengutamakan pengalaman dalam
pembelajaran (experiential learning) sejalan dengan praktik pemeriksaan keuangan negara di BPK.
Pendidikan berkelanjutan di Badiklat PKN BPK, akan menjamin pembentukan keahlian pemeriksa
sesuai standar, metodologi pemeriksaan keuangan negara yang sejalan dengan perkembangan best
practice.
Selamat belajar dan salam sukses.
Jakarta, Juni 2022

Plt. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
Pemeriksaan Keuangan Negara



Dwi Setiawan Susanto S.E., M.Si., Ak., CSFA
NIP. 196911261996031001



1


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
A. DESKRIPSI SINGKAT MATA DIKLAT ....................................................................... 3

B. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN ......................................................................... 3
C. METODE PEMBELAJARAN ..................................................................................... 4

D. STRUKTUR MODUL ................................................................................................ 4
BAB 1 DASAR HUKUM DAN TEORI ANALISA STANDAR BELANJA (ASB) ............................. 6

A. DASAR HUKUM ANALISA STANDAR BELANJA (ASB) ........................................... 7
B. LANDAS TEORI ANALISA STANDAR BELANJA ....................................................... 9

C. ANALISA STANDAR BELANJA .............................................................................. 11
D. MANFAAT DAN PERAN ANALISA STANDAR BELANJA ....................................... 15
E. PERILAKU BELANJA ............................................................................................. 16

BAB 2 FORMAT ANALISA STANDAR BELANJA .................................................................. 29
A. FORMAT ANALISA STANDAR BELANJA ............................................................... 30

B. CARA PENGGUNAAN ANALISA STANDAR BELANJA ........................................... 33
REFERENSI ....................................................................................................................... 36

PROFIL PENULIS .............................................................................................................. 37
























2


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


PENDAHULUAN




A. DESKRIPSI SINGKAT MATA DIKLAT


Analisa Standar Belanja (ASB) adalah standar yang digunakan untuk menganalisis

kewajaran beban kerja dan belanja kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dalam satu tahun anggaran. ASB ini disusun dengan maksud


untuk mewujudkan perencanaan dan penyusunan anggaran belanja daerah yang efektif,

efisien, transparan, adil, wajar, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, agar SKPD dapat menciptakan realisasi anggaran belanja daerah yang


efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan, Inspektorat pada SKPD terkait harus

memiliki kompetensi yang memadai untuk mereviu kewajaran ASB. Sehubungan dengan

hal tersebut, maka Badiklat memfasilitasi penyelenggaraan Diklat ASB.





B. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN

Mata diklat ini bertujuan agar peserta mampu menerapkan reviu Analisa Standar

Belanja (ASB) untuk meyakinkan keberterapan prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja,


pengendali belanja (baik cost driver, fixed cost dan variable cost) hingga dapat diyakini

kewajaran ASB baik secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Setelah mengikuti diklat ini, peserta diharapkan mampu:


1. Memahami Dasar Hukum dan Teori ASB;

2. Memahami Format Penyusunan ASB;

3. Melakukan Reviu Penyusunan ASB (Studi Kasus Penyusunan ASB);


4. Melakukan Pengembangan dan Penyesuaian ASB;

5. Menyusun Program Kerja dan Kertas Kerja Reviu ASB;


3


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


6. Menyusun Laporan reviu ASB.





C. METODE PEMBELAJARAN

Agar peserta mampu menyerap materi yang diberikan dengan baik, maka proses

belajar mengajar menggunakan pendekatan andragogi. Dengan pendekatan ini, peserta


didorong untuk berpartisipasi secara aktif melalui komunikasi dua arah. Untuk metode

yang digunakan merupakan kombinasi dari ceramah, brainstorming, role play, diskusi,

serta latihan soal dan kasus.


Instruktur membantu peserta dalam memahami materi melalui ceramah dan dalam

proses ini peserta diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab. Agar proses

pendalaman materi dapat berlangsung dengan baik, dilakukan pula diskusi kelompok,

sehingga peserta benar-benar dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar.


Dalam modul ini disertakan pula latihan soal dan kasus untuk membantu peserta dalam

mempercepat dan mempermudah memahami materi.




D. STRUKTUR MODUL


Modul ini disusun dengan kerangka bahasan sebagai berikut:


PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan gambaran umum atas isi modul meliputi deskripsi singkat mata

diklat, tujuan umum pembelajaran, metode pembelajaran, dan struktur modul.












4


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


BAB 1 DASAR HUKUM DAN TEORI ANALISA STANDAR BELANJA


Bab ini membahas mengenai dasar hukum Analisa Standar Belanja (ASB), landasan

teori analisa standar belanja, analisa standar belanja, manfaat dan peran analisa


standar belanja, perilaku belanja, dan metode penentuan pola perilaku belanja

BAB 2 FORMAT ANALISA STANDAR BELANJA


Bab ini memuat tentang format analisa standar belanja dan cara penggunaannya.





























































5


Analisa Standar Belanja Buku Peserta



Bab 1












DASAR HUKUM DAN TEORI




ANALISA STANDAR BELANJA (ASB)






































6


Analisa Standar Belanja Buku Peserta



A. DASAR HUKUM ANALISA STANDAR BELANJA (ASB)


Terdapat beberapa regulasi yang mengamanatkan agar Pemerintah Daerah


menerapkan ASB, yaitu:

1. Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pasal 167 ayat 3,

menyatakan “Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1


mempertimbangkan ASB, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan

minimal, yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan”. pada

penjelasan peraturan ditegaskan, bahwa “yang dimaksud dengan ASB adalah


penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk

melaksanakan suatu kegiatan”.

2. Peraturan Pemerintah nomor 105 tahun 2.000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, Pasal 20 ayat 2 menyatakan: “Untuk

mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah, dikembangkan Standar Analisa


Belanja, Tolok ukur kinerja, dan Standar Biaya”. Penjelasan peraturan menegaskan,

bahwa “Yang dimaksud dengan ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja

dan biaya terhadap suatu kegiatan”.


3. Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah Pasal 39 ayat 2, menyatakan: “Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi

kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan berdasarkan Capaian kinerja,

Indikator kinerja, ASB, Standar satuan harga, dan Standar pelayanan minimal”.

4. Peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah Pasal 41 ayat 3, menyatakan: “Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah

daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan untuk mentelaah kesesuaian

antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD.

7


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 89 ayat 2, menyatakan bahwa: “dokumen


sebagai lampiran meliputi Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon

Anggaran (PPA), Kode rekening APBD, format RKA-SKPD, ASB, dan Standar Satuan

Harga”.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 Pasal 93, menyatakan


bahwa:

a. penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 90 ayat 2 berdasarkan pada Indikator kinerja, capaian atau target

kinerja, ASB, Standar satuan harga, dan Standar Pelayanan Minimal.


b. ASB sebagaimana dimaksud pada ayat 1, merupakan penilaian kewajaran atas

beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 Pasal 100 ayat 2,

menyatakan “pembahasan oleh TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1


dilakukan untuk mentelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA,

Prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen

perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, Indikator kinerja, Kelompok sasaran

kegiatan, ASB, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta sinkronisasi

program, dan kegiatan antar-SKPD”.


8. Peraturan Menteri Dalam negeri nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

pengelolaan Keuangan daerah Pasal 89 ayat 2, menyatakan: “Rancangan surat


edaran kepala daerah tentang Pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 mencakup: “dokumen sebagai lampiran surat edaran

meliputi KUA, PPAS, ASB, dan Standar satuan harga”.



8


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 100 ayat 2 yang menyatakan: “Pembahasan

TAPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan untuk mentelaah kesesuaian

rencana anggaran dengan ASB dan Standar satuan harga”.

10. Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun 2008 tentang Pedoman


Penyusunan APBD tahun 2009, III nomor 4 menyatakan: “substansi Surat Edaran

Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SPKD kepada seluruh SKPD dan

RKA-PPKD kepada SKPD lebih disederhanakan, hanya memuat prioritas

pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkait, alokasi plafon anggaran


sementara untuk setiap program/kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-

SKPD kepada PPKD dan dokumen sebagai lampiran Surat Edaran dimaksud

meliputi KUA, PPAS, ASB, dan standar satuan harga.




B. LANDAS TEORI ANALISA STANDAR BELANJA

1. DESKRIPSI SINGKAT ANGGARAN BERBASIS KINERJA


Terdapat dua terminologi dalam kalimat anggaran berbasi kinerja, yaitu anggaran


adalah prediksi biaya yang akan dikeluarkan kedepan dan kinerja adalah prestasi

yang dicapai. Dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan

Negara pasal 19 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan


RAPBD, SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA (Rencana Kerja dan

Anggaran) dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

Dengan demikian anggaran dengan pendekatan prestasi kerja merupakan suatu

sistem anggaran yang mengutamakan hasil kerja dan output dari setiap program

dan kegiatan yang direncanakan, setiap dana yang dikeluarkan oleh pemerintah

9


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

daerah untuk melaksanakan program dan kegiatan harus didasarkan atas hasil dan

output yang jelas dan terukur. Hal ini yang membedakan antara anggaran berbasis


kinerja dan anggaran tradisional yang lebih melihat prestasi adalah besarnya input

anggaran yang dapat direalisasikan.


Dengan demikian penyusunan anggaran berbasis prestasi kerja dilakukan sejak

pemerintah daerah mengajukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara (PPAS)yang secara tegas menentukan kinerja yang


direncanakan akan dicapai, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

bahwa RKA-SKPD dilakukan dengan pendekatan prestasi kerja dengan

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang


diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian

keluaran dan hasil tersebut.untuk dapat mengimplementasikan anggaran berbasis

kinerja pemerintah daerah perlu melengkapi diri dengan instrumen seperti capaian

kinerja, indikator kinerja, analisa standar belanja, standar satuan harga dan strandar

pelayanan minimal.






2. INDIKATOR KINERJA


Terdapat beberapa indikator yang secara umum dijadikan ukuran pencapaian

kinerja dalam pengelolaan anggaran daerah; dalam Kepmendagri No. 29 tahun 2002

indikator kinerja diukur berdasarkan: input, output, hasil, manfaat, dan dampak;


pada Permendagri no. 13 tahun 2006, indikator kinerja adalah: masukan, keluaran,

hasil/outcome.







10


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Contoh:


Lingkup Ukuran Capaian Kinerja



Kegiatan Jumlah input anggaran


Jumlah Output kegiatan


Jumlah sumber daya selain uang yang digunakan


Program Jumlah manfaat yang diterima oleh pengguna


Jumlah manfaat yang diterima internal organisasi



Jumlah manfaat yang diterima oleh lingkungan masyarakat, selain

pengguna








C. ANALISA STANDAR BELANJA



1. PENGERTIAN ANALISA STANDAR BELANJA

Analisa Standar Belanja (ASB) merupakan salah satu komponen yang harus


dikembangkan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan

APBD dengan pendekatan capaian kinerja. ASB adalah standar yang digunakan

untuk menganalisa kewajaran beban kerja atau atau Kewajaran biaya setiap

program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu satuan kerja dalam satu tahun


anggaran.


Contoh:





11


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Tujuan Ukuran Capaian Kinerja


Menilai Jam kerja pegawai per hari kerja adalah delapan jam

kewajaran Jumlah peserta pelatihan satu kelas adalah 30 orang

beban kerja
1 orang tukang menggalih tanah keras per 1 hari adalah 1 m3


Menilai Standar penggunaan tenaga tukang untuk menggalih 1m3 tanah

kewajaran keras adalah 1 Orang Hari (OH) per m3


biaya Penggunaan bahan bakar minibus untuk dalam kota adalah 1L per

10Km


Besarnya transport pegawai untuk dalam kota atau kurang dari 6

jam adalah Rp...




2. MANFAAT ANALISA STANDAR BELANJA


Penerapan ASB pada dasarnya akan memberikan manfaat antara lain:


a. Berguna untuk menentukan kewajaran belanja pelaksanaan suatu kegiatan

sesuai tupoksinya;


b. Menekan biaya atau meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan

keuangan;


c. Menentukan kewajaran anggaran berdasarkan tolok ukur kenerja yang jelas

Mempermudah penyusunan anggaran.













12


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

3. PERMASALAHAN BILA PENYUSUNAN ANGGARAN TANPA ASB


Dasar hukum telah mengamanatkan adanya ASB oleh pemerintah daerah dalam

menyusun APBD, apabila ASB tidak diwujudkan maka akan menimbulkan masalah-

masalah dalam penyusunan APBD, antara lain:


a. Penentuan anggaran dipengaruhi oleh “siapa”yang mengajukannya, terkadang


alokasi anggaran dipengaruhi oleh SKPD yang mengajukannya.

Contoh:


SKPD BAPEDA mengajukan anggaran pelatihan memperoleh alokasi anggaran

lebih besar dibanding SKPD Dispendukcapil untuk kegiatan yang sama.


b. Penentuan anggaran dipengaruhi oleh “Nama” kegiatan

Tidak dipungkiri nama kegiatan yang kebarat-baratan sering membuat kesan


lebih hingga mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar.

Contoh:


Kegiatan dengan nama Expo/Exhibition lebih memperoleh anggaran lebih

dibanding kegiatan pameran; membangun jembatan dengan nama Skybridge

lebih memperoleh alokasi anggaran lebih dibanding Jembatan Gantung.


c. Penentuan anggaran secara incremental


Anggaran incremental adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang

memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan

usulan anggaran periode tahun yang akan datang, angka pengeluaran

merupakan pembanding kenaikan dari angka periode sebelumnya.


Apabila tidak ada ASB maka penentuan anggaran akan menggunakan data

pengeluaran tahun sebelumnya tanpa ada kajian kesesuaiannya.


Contoh:

13


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Tahun 2021 belanja sosialisasi kesehatan atas bahaya pandemi adalah Rp 100

juta, diperkirakan tahun 2022 terjadi kenaikan 10%, maka anggaran kegiatan


sosialisasi tahun 2022 menjadi Rp 100 juta X 110% = 110 juta, rincian anggaran

sama dengan tahun sebelumnya.


Ketiga hal tersebut mengakibatkan:


1) tidak dapat diyakininya kewajaran beban dan biaya suatu kegiatan;

2) Potensi terjadinya mark-up anggaran ;


3) Inefisiensi pelaksanaan kegiatan;

4) Membuka peluang pemborosan.




4. PERBEDAAN ANALISA STANDAR BELANJA (ASB) DAN STANDAR HARGA BARANG

JASA (SHBJ)


Perbedaan Analisa Standar Belanja (ASB) dan Standar Harga Barang dan Jasa

(SHBJ), Baik ASB dan SHBJ merupakan dua instrumen yang digunakan dalam

penganggaran berbasis kinerja, perbedaan keduanya adalah pada unit analisanya.


SHBJ adalah instrumen penganggaran untuk unit barang dan jasa



Contoh:

Barang Standar harga semen 1 zak Rp 80.000


Standar harga kertas HVS A4 80 gr untuk 1 rim Rp 30.000


Jasa Standar biaya honor pengajar internal per JP Rp 150.000

Standar biaya honor narasumber eksternal instansi per JP Rp


500.000

Sedangkan ASB adalah instrumen penganggaran pada level kegiatan



14


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Contoh:


Kegiatan Standar belanja pelatihan teknis 40 orang per hari adalah Rp 25

juta


Standar belanja penggalihan tanah keras pe m3 Rp 200.000


Standar belanja pengujian sampel jalan per titik adalah Rp 100.000






D. MANFAAT DAN PERAN ANALISA STANDAR BELANJA


1. MANFAAT ANALISA STANDAR BELANJA


Manfaat ASB yang juga menjadi tujuan penyusunan disusunnya ASB, adalah:



a. Penetapan plafon anggaran pada saat PPAS menjadi objektif


b. Untuk menentukan kewajaran biaya pelaksanaan suatu kegiatan


c. Agar anggaran dapat dipertanggungjawabkan dan dicapai efisiensi pengeluaran

keuangan


d. Menjadi tolok ukur kinerja


2. PERAN ANALISA STANDAR BELANJA



a. Pada tahap perencanaan


Pada saat musrenbang, penyusunan rencana kerja SKPD, dan penyusunan

rencana kerja pemerintah daerah (RKPD), ASB sebagai sarana menentukan

“pemicu kinerja/cost driver” kegiatan yang direncanakan untuk dapat

menentukan besaran anggaran kegiatan.



b. Tahap penganggaran

15


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Pada saat penentuian plafon anggaran sementara (pagu indikatif) dan

penyusunan rencana kerja anggaran (RKA), ASB digunakan oleh Tim Anggaran


Pemerintah Daerah (TAPD) mengevaluasi kewajaran beban kerja dan biaya

usulan program, kegiatan, dan anggaran setiap SKPD.


c. Tahap pengawasan


Dalam pelaksanaan tugas pengawasan ASB digunakan untuk menentukan


kewajaran anggaran dan efisiensi pengeluaran keuangan.





E. PERILAKU BELANJA



Yang dimaksud perilaku belanja adalah pola perubahan belanja yang dikaitkan

dengan perubahan target kinerja atau aktivitas pemerintah daerah.


Contoh:


Perubahan Target Kinerja Perubahan Belanja



Target Output bertambah Besar belanja bertambah


Target Output bertambah Besar belanja tidak berubah





Dari contoh diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku belanja ada yang terpengaruh

oleh perubahan target kinerja yang disebut dengan belanja variabel, dan ada belanja

yang tidak terpengaruh target kinerja yaitu disebut belanja tetap.









16


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

1. PERILAKU BELANJA VARIABEL


Belanja yang nilainya berubah secara proposional sesuai perubahan target


kinerja kegiatan, atau besar kecilnya belanja variabel dipengaruhi oleh besar

kecilnya target kinerja; biaya variabel per unit relatif tetap meskipun jumlah volume

target kinerja berubah.


Contoh


Biaya sewa kursi dan Jumlah peserta 10, belanja sewa kursi Rp 100.000


meja peserta pelatihan
Jumlah peserta 20, belanja sewa kursi Rp 200.000


Jumlah peserta 30, belanja sewa kursi Rp 300.000


Jumlah peserta 40, belanja sewa kursi Rp 400.000





Sehingga perilaku belanja sewa kursi dan meja peserta pelatihan sebagai belanja


variabel dapat digambarkan sebagai berikut:






PERILAKU BELANJA SEWA KURSI
MEJA


jumlah peserta belanja sewa kursi
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
1 2 3 4





17


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

2. PERILAKU BELANJA TETAP


Belanja tetap adalah jumlah nilai belanja yang tetap dalam rentang kapasitas


tertentu (range of capacity) tetap tidak berubah, meskipun target kinerja berubah

naik, atau nilai belanja yang tidak dipengaruhi perubahan nilai target kinerja; biaya

tetap perunit target kinerja akan menurun bila target kinerja naik.


Contoh:


Biaya honor Jumlah peserta 10, belanja narsum Rp 2.5juta


narasumber dalam
Jumlah peserta 20, belanja narsum Rp 2.5juta
sehari pelatihan
Jumlah peserta 30, belanja narsum Rp 2.5juta


Jumlah peserta 40, belanja narsum Rp 2.5juta





Grafik perilaku belanja tetap dapat digambarkan sebagai berikut:




PERILAKU BELANJA SEWA
NARSUM


jumlah peserta belanja narsum
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
-
1 2 3 4










18


Analisa Standar Belanja Buku Peserta




3. PERILAKU BELANJA SEMI VARIABEL


Perilaku belanja semi variabel totalnya berubah namun tidak proposional atas


perubahan target kinerja; perubahan belanja variabel tidak konstan; belanja semi

variabel mengandung unsur belanja tetap dan belanja variabel.


Contohnya:


Belanja Dalam pemakaian peralatan yang normal sesuai kapasitas

pemeliharaan maka akan terdapat belanja pemeliharaan rutin yang tetap,


peralatan namun apabila pemakaian peralatan diatas kapasitas normal

maka akan mengakibatkan belanja pemeliharaan khusus


Belanja listrik Dalam penggunaan normal maka belanja listrik relatif tetap,

namun bila terdapat pemakaian listrik yang melebihi kapasitas


maka akan mengakibatkan belanja pemakaian listrik yang

naik.





Perilaku belanja semi variabel dapat digambarkan sebagai berikut:


























19


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


PERILAKU BELANJA SEMI

VARIABEL

pemakaian KWH belanja listrik

250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
-
1 2 3 4






Maka dapat disimpulkan bahwa pola perilaku total belanja atas perubahan

target kinerja adalah:


a. Jumlah belanja tetap, meskipun target kinerja berubah baik naik maupun turun


(belanja tetap)

b. Jumlah belanja berubah secara proposional atas perubahan target kinerja,

target kinerja naik belanja naik, target kinerja turun belanja turun (belanja

variabel)


c. Jumlah tetap sampai batas tertentu target kinerja dan akan naik bila melampui

target kinerja.



4. RUMUS TOTAL BELANJA


Secara total belanja maka rumusannya adalah:



Belanja Total = Belanja Tetap total + Belanja Variabel Total


Belanja Total capaian kinerja = Belanja tetap total + (belanja variabel per unit

x realisasi target kinerja



20


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Y = a + b.x


Y=Belanja Total


X=Cost Driver



a=Belanja Tetap Total


b=Belanja Variabel per unit kinerja





Cost driver, adalah kinerja yang mempengaruhi perilaku belanja variabel.


Belanja semi variabel tidak diperhitungkan sebagai komponen belanja atas target

kinerja dikarenakan jumlahnya yang relatif kecil dan sulit dialokasikan secara


langsung kepada pencapaian target kinerja.




F. METODE PENENTUAN POLA PERILAKU BELANJA

Penentuan pola perilaku belanja, dibutuhkan untuk menentukan RAPBD,

terdapat beberapa pendekatan dalam menentukan pola perilaku belanja, yaitu:


1. PENDEKATAN INTUISI


Pendekatan intuisi adalah pendekatan yang lebih diambil oleh pengambil

keputusan berdasarkan pengalaman dirinya, pendekatan ini akan kuat bilamana

dilakukan oleh probadi yang berpengalaman dalam menyusun, implementasi,


mengevaluasi ASB.

2. PENDEKATAN ANALISA ENGINEERING

Pendekatan ini lebih kepada merekonstruksi belanja berdasarkan kriteria yang

ada dengan kerangka input-proses-output, pendekatan ini lebih melibatkan




21


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

banyak pihak untuk menetapkan kriteria belanja dan menyusunnya bersama

dengan kerangka input-proses-output.


3. PENDEKATAN ANALISA DATA BELANJA HISTORIS

Pendekatan ini lebih banyak digunakan, yaitu pendekatan menentukan pola

perilaku belanja berdasarkan data-data belanja di masa sebelumnya dari

beberapa satuan kerja, pendekatan ini berasumsi bahwa belanja dimasa yang


akan datang perilakunya akan sama dengan masa lalu, pendekatan ini juga

dilakukan dengan menggunaka salah satu metode, yaitu: titik tertinggi dan titik

terendah (high-low point method):

Metode ini juga disebut metode dua titik (two point method), merupakan


metode yang dapat menggambarkan hubungan antara total belanja dengan

beban kerja dengan menggunakan garis lurus, yaitu dengan menggunakan dua

titik pada scattergraph.

Contoh:


Belanja reparasi kendaraan roda dua adalah :

a) tentukan high point dengan mentukan satuan kerja dengan beban kerja tertinggi

serta nilai belanjanya dan low point dengan menentukan satuan kerja yang beban

kerjanya terendah serta nilai belanjanya.



Jumlah Kendaraan Point Tertinggi-
Nama Satuan kerja Belanja reparasi dalam Rp
(unit) Rendah


A 150 175.000.000

B 200 200.000.000


C 250 225.000.000

D 300 250.000.000 T





22


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Jumlah Kendaraan Point Tertinggi-
Nama Satuan kerja Belanja reparasi dalam Rp
(unit) Rendah


E 275 237.000.000

F 225 212.500.000


G 175 187.500.000

H 125 162.500.000


I 100 150.000.000 R

J 120 160.000.000


K 160 180.000.000

L 220 210.000.000

Σ 2.300 2.349.500.000




b) Hitung selisih antara T dan R


Nama Satuan kerja Beban Kerja Belanja reparasi dalam Rp



D 300 250,000,000


I 100 150,000,000



Selisih 200 100,000,000


Selisih diatas menunjukkan unsur belanja variabel, selanjutnya hitung belanja

variabel perunitnya = b

b = Rp 100.000.000 : 200 = Rp 500.000

c) selanjutnya hitung belanja variabel dan belanja tetap setiap satuan kerja:









23


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Belanja Variabel
Belanja Tetap = Total
Nama Jumlah Belanja Belanja Satuan Kerja = unit
belanja satuan kerja -
Satuan Kendaraan reparasi variabel beban kerja x
belanja variabel satuan
kerja (unit) dalam Rp per unit belanja variabel per
kerja
unit


1 2 3 4 5=2x4 6=3-5


A 150 175,000,000 500,000 75,000,000 100,000,000



B 200 200,000,000 500,000 100,000,000 100,000,000


C 250 225,000,000 500,000 125,000,000 100,000,000


D 300 250,000,000 500,000 150,000,000 100,000,000


E 275 237,000,000 500,000 137,500,000 99,500,000


F 225 212,500,000 500,000 112,500,000 100,000,000


G 175 187,500,000 500,000 87,500,000 100,000,000


H 125 162,500,000 500,000 62,500,000 100,000,000


I 100 150,000,000 500,000 50,000,000 100,000,000



J 120 160,000,000 500,000 60,000,000 100,000,000


K 160 180,000,000 500,000 80,000,000 100,000,000


L 220 210,000,000 500,000 110,000,000 100,000,000



Σ 2,300
2,349,500,000






24


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Dengan demikian formulasi belanja reparasi kendaraan adalah sebagai berikut:


Y = a + b.X


Y = Total Belanja reparasi



a = Belanja tetap


b = belanja variabel =500.000


X= Cost Driver=jumlah beban kerja


metode kuadrat terkecil (least square method),


Least square method, merupakan penggunaan metode analisa regresi yang paling

kuat, metode ini didasarkan pada persamaan garis lurus dengan rumus regresi


sederhana:




Y = a + bX


Y=variabel kriterium


X=variabel kriterium


a=variabel konstan



b=koefisien arah regresi linear


Dimana harga “a” dan “b” adalah















25


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Coba kita terapkan dengan kasus sebelumnya:


Cost
NAMA
No. ANGGARAN (Y) driver=Variabel X2 X.Y
KEGIATAN
Kriterium=X


1 2 3 4 5 6



1 A 175,000,000 150 22,500 26,250,000,000


2 B 200,000,000 200 40,000 40,000,000,000


3 C 225,000,000 250 62,500 56,250,000,000


4 D 250,000,000 300 90,000 75,000,000,000


5 E 237,000,000 275 75,625 65,175,000,000


6 F 212,500,000 225 50,625 47,812,500,000


7 G 187,500,000 175 30,625 32,812,500,000



8 H 162,500,000 125 15,625 20,312,500,000


9 I 150,000,000 100 10,000 15,000,000,000


10 J 160,000,000 120 14,400 19,200,000,000


11 K 180,000,000 160 25,600 28,800,000,000


12 L 210,000,000 220 540,800 48,400 46,200,000,000



Σ 2,349,500,000 2,300 485,900 472,812,500,000


rerata= 195,791,667 192


ΣY= 2,349,500,000 nΣX2= 5,830,800




26


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


Σ X2= 485,900 (ΣX)2= 5,290,000


ΣX= 2,300 n= 12


ΣXY= 472,812,500,000






54,153,300,000,000 269,900,000,000
a= b=
540,800 540,800
= 100,135,540 = 499,075




Maka: Y=a+b.X



NAMA Cost driver=Variabel
No. ANGGARAN (Y) Y'=a + b.X
KEGIATAN Kriterium=X



1 2 3 4 5


1 A 175,000,000 150 174,996,857


2 B 200,000,000 200 199,950,629


3 C 225,000,000 250 224,904,401


4 D 250,000,000 300 249,858,173


5 E 237,000,000 275 237,381,287



6 F 212,500,000 225 212,427,515


7 G 187,500,000 175 187,473,743


8 H 162,500,000 125 162,519,970






27


Analisa Standar Belanja Buku Peserta


NAMA Cost driver=Variabel
No. ANGGARAN (Y) Y'=a + b.X
KEGIATAN Kriterium=X



9 I 150,000,000 100 150,043,084


10 J 160,000,000 120 160,024,593


11 K 180,000,000 160 179,987,611


12 L 210,000,000 220 209,932,138


Σ 2,349,500,000 2,300 2,349,500,000





Memperbandingkan hasil pendekatan titik tertinggi dan titik terendah (high-low

point method) dan regresi sederhana, yaitu:




Pendekatan Teori b = Belanja Variabel, hasil perhitungan



high-low point method 500.000


Regresi sederhana 499,075


perbedaan 925






















28


Analisa Standar Belanja Buku Peserta



Bab 2












FORMAT ANALISA STANDAR BELANJA













































29


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Sebelum membahas




A. FORMAT ANALISA STANDAR BELANJA



Berdasarkan definisi ASB bahwa “penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja

sebagaimana dimaksud dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja,

analisa standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal” , maka

format ASB adalah sebagai berikut:




ASB-011 PENYELENGGARAAN PELATIHAN/BIMBINGAN TEKNIS

Deskripsi:
Penyelenggaraan pelatihan teknis/bimbingan teknis merupakan kegiatan untuk memberikan pelatihan
kepada para pegawai dilingkungan satuan kerja perangkat daerah dan kepada masyarakat untuk

memperoleh keahlian tertentu.

Pengendali Belanja (cost driver):
jumlah peserta dan hari pelatihan


Satuan pengendalian belanja tetap (fixed cost):
= 1.162.850 per kegiatan


Satuan pengendalian belanja variabel (variabel cost):
= 100.000 perjumlah peserta


Formula perhitungan belanja total: Belanja tetap + belanja variabel
= 1.162.850 + (100.000 x jumlah peserta x jumlah hari)


Rentang Relevan:
Jumlah peserta pelatihan antara 20 orang sampai dengan 80 orang
Jumlah hari pelatihan antara 1 hari sampai dengan 4 hari.





30


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Alokasi Objek Belanja ASB-011:
No. Keterangan Batas Rata-Rata Batas Atas

Bawah
1. Belanja Honorarium PNS 0.0250 0.1833 0.4151

2 Belanja Honorarium non PNS 0.0500 0.0971 0.2703
3 Belanja bahan material 0.0100 0.0574 0.2793
4 Belanja Bahan Habis Pakai 0.0200 0.0987 41,31%

5 Belanja Jasa Kantor 0.0500 0.2251 0.7077
6 Belanja Cetak dan penggandaan 0.0200 0.1213 0.6427
7 Belanja Sewa 0.0010 0.0069 0.0254

8 Belanja Makan Minum 0.0300 0.1232 0.2659
9 Belanja Perjalanan Dinas 0.0150 8,7% 0.2268
jumlah 100%



1. KODE DAN NAMA JENIS ASB


Kode dan Nama Jenis ASB adalah kode urutan dan nama jenis per ASB yang

digunakan agar memudahkan pengguna dalam mencari jenis ASB yang sesuai

dengan kegiatan yang akan disusun anggarannya.


2. DESKRIPSI


Deskripsi adalah penjelasan detil operasional peruntukkan dari ASB.

3. PENGENDALI BELANJA (COST DRIVER)


Pengendali Belanja dapat juga disebut sebagai pemicu belanja adalah faktor-

faktor yang mempengaruhi besar kecilnya belanja dari suatu kegiatan, faktor-


faktor tersebut merupakan beban kerja riil, bukan semu dari kegiatan yang

dianggarkan.

Contohnya:








31


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Pengendali belanja untuk pelatihan adalah jumlah peserta dan jumlah hari

pelatihan.


4. SATUAN PENGENDALI BELANJA TETAP (Fixed Cost)


Satuan pengendali belanja tetap merupakan belanja yang nilainya tetap meski

volume target kinerja kegiatan naik ataupun turun.


5. SATUAN PENGENDALI BELANJA VARIABEL (Variabel cost)

Satuan pengendali belanja variabel merupakan belanja yang nilainya akan

berubah dipengaruhi perubahan target kenerja atau volume kegiatan.


6. FORMULA PERHITUNGAN BELANJA TOTAL


Merupakan rumus untuk menghitung total belanja suatu kegiatan, merupakan

penjumlahan dari belanja variabel dan belanja tetap.

7. RENTANG RELEVAN


Rentang relevan adalah suatu rentang pengendali belanja agar standar dapat

digunakan secara optimal untuk menganalisa kewajaran belanja suatu kegiatan,


apabila terdapat kegiatan pelatihan dengan pengendali belanja diluar rentang

relevan, maka tidak dapat menggunakan standar tersebut secara optimal.


8. TABEL ALOKASI BELANJA

menginformasikan jenis-jenis objek belanja, proporsi batas bawah, rata-rata,

batas atas dari total belanja. Jenis-jenis objek belanja merupakan lingkup belanja


yang hanya diperbolehkan digunakan dalam ASB tersebut, atau jenis objek belanja

tidak boleh ditambah maupun dikurangi. Batas bawah adalah proporsi terendah

dari objek belanja, rata-rata adalah proporsi rata-rata dari objek belanja pada

seluruh SKPD, batas atas adalah proporsi tertinggi yang dapat digunakan dalam





32


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

objek belanja. Batas atas dan bawah memberikan flesibelitas dalam menyusun

anggaran.





B. CARA PENGGUNAAN ANALISA STANDAR BELANJA


Berikut langkah-langkah menggunakan ASB berdasarkan contoh ASB diatas:

1. pastikan bahwa kegiatan tersebut telah tercantum dalam KUA-PPAS atau


Kebijakan Umum APBD atau Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.

2. Pastikan ASB yang digunakan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan disusun

anggarannya.


Contoh:

Kegiatan pelatihan = menggunakan ASB PENYELENGGARAAN BIMBINGAN ATAU


PELATIHAN TEKNIS.

3. Dari ASB maka dapat ditentukan maksimum total belanja dengan rumus:


Belanja Total=Belanja Tetap + (Belanja Variabel x cost driver),


dengan menggunakan contoh ASB diatas maka total belanja:

Rp 1.162.850 + (Rp 100.000 x 30 peserta x 4 hari pelatihan)= Rp 13.162.850


4. Alokasikan total belanja kepada komponen-komponen belanjanya sesuai

prosentase yang telah ditentukan pada ASB, besarnya prosentase setiap

komponen ditentukan oleh perencana.














33


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

No. Keterangan Rata-Rata Rp Perkomponen


1 Belanja Honorarium PNS 18.33% 2,412,750


2 Belanja Honorarium non PNS 9.71% 1,278,113


3 Belanja bahan material 5.74% 755,548


4 Belanja Bahan Habis Pakai 9.87% 1,299,173


5 Belanja Jasa Kantor 22.51% 2,962,958


Belanja Cetak dan
6 12.13% 1,596,654
penggandaan


7 Belanja Sewa 0.69% 90,824

8 Belanja Makan Minum 12.32% 1,621,663


9 Belanja Perjalanan Dinas 8.70% 1,145,168


Jumlah 100% 13,162,850


5. Dari ASB maka dapat ditentukan “indikator input” yaitu besarnya anggaran Rp

13.162.850; dan “indikator output” adalah terdiklatnya 30 orang peserta selama 4

hari.


6. ASB di tuangkan pada RKA, sebagai berikut:


RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Formulir RKA-SKPD

SKPD... 2.2.1


PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN...

Urusan Pemerintahan : 1.01. Urusan Wajib Pendidikan


Satuan kerja : 1.01.01 Dinas Pendidikan






34


Analisa Standar Belanja Buku Peserta

Program : xxxx


Kegiatan : xxxx Pelatihan Guru-Guru SMP


Lokasi Kegiatan : Dinas Pendidikan

Jumlah anggaran Tahun sebelumnya: tidak dianggarkan


Jumlah anggaran tahun 2007: Rp 13.162.850


(tiga belas juta seratus enampuluh dua ribu delapan ratus lima puluh rupiah)

Jumlah anggaran Tahun 2008 : tidak dianggarkan


Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung


Indikator Tolok Ukur Kinerja Target Kinerja

Capaian Pelatihan materi...dipahami 120 peserta

Program


Masukan Dana yang tersedia Rp 13.162.850


Keluaran Peserta yang dilatih, lama pelatihan 30 orang , 4 hari

pelatihan


Hasil Tercapainya kompetensi peserta sesuai

materi yang dilatihkan


Rincian anggaran..
















35


Analisa Standar Belanja Buku Peserta




REFERENSI



Irwan Taufiq Ritonga, 2012, Analisis Standar Belanja, Lembaga Kajian manajemen, Sleman.

Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan
Daerah.

Peraturan Menteri Dalam negeri nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan daerah.

Peraturan Pemerintah nomor 12 tahun 2019, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 tahun 2020 tentang Pedoman teknis pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Presiden nomor 33 tahun 2020, tentang Standar Harga Satuan Regional
































36


Analisa Standar Belanja Buku Peserta




PROFIL PENULIS





R. Bramantyo mulai meniti karir sebagai pemeriksa atau Ajun
Akuntan tahun 1988 setelah menyelesaikan pendidikan Diploma III
pada STAN Jakarta. Pada tahun 2000 diangkat sebagai Kepala Sub
Bidang Penyelenggaraan Diklat Teknis Aparatur Pengawasan,
kemudian tahun 2004 diangkat sebagai Kepala Sub Bidang Tata
Laksana Pengawasan Internal Pemerintah dan BUMN BUMD, dan
pada tahun 2007 menjadi widyaiswara pada Pusdiklatwas BPKP. Pada
tahun 2011, penulis dipekerjakan sebagai Widyaiswara pada Pusdiklat
BPK, hingga saat ini menekuni karirnya sebagai Widyaiswara Ahli
Utama pada Badiklat PKN BPK RI.

















































37


BADAN DIKLAT PKN

BPK RI


Click to View FlipBook Version