The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by renomatika1994, 2024-01-22 10:44:17

Aaafjsksjsh Gdjdkdkdhsjsj

Hjsjskshsbsusbsjsjsjs

Keywords: Education

i BUNGA RAMPAI PRAKTIK BAIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PROGRAM KEMITRAAN GTK PENDIDIKAN DASAR Kontributor Naskah Oom Romsih, M.Pd Dra. Maria Dyah Retno Winarti, M.Pd Aloysia Trimulyatti Panse, S.Pd Supilah, S.Pd. Dewi Nofita, s.pd Wiwororatih Sulistyaningrum, S.Pd., M.M. Dini Arianty, S.Si DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI 2021


ii BUNGA RAMPAI PRAKTIK BAIK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM PROGRAM KEMITRAAN GTK PENDIDIKAN DASAR ISBN : 978-623-6462-02-7 Kontributor Naskah : - Oom Romsih, M.Pd - Dra. Maria Dyah Retno Winarti, M.Pd - Aloysia Trimulyatti Panse, S.Pd - Supilah, S.Pd. - Dewi Nofita, s.pd - Wiwororatih Sulistyaningrum, S.Pd., M.M. - Dini Arianty, S.Si Pengarah : Dr. Rachmadi Widdiharto, M.A. Penanggung Jawab : Eddy Tedjo, SH., MM. Editor Naskah : - Dr. Sandi Budi Iriawan, M.Pd. - Suhendra, Ph.D Proofreader : Dr. Cepi Triatna, M.Pd. Desain dan Tata Letak : - Arief Rahmat agus Kurniawan, S.I.Kom - Irna Rijanasari, S.P., M.Si - Dakroni, S.Kom., M.MSI. Penerbit Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Alamat Gedung D Lt. 15 Kompleks Kemdikbud Senayan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat, 10270 Telp/Fax: (021) 57974129 Laman: www.pgdikdas.kemdikbud.go.id


iii SAMBUTAN DIREKTUR GTK PENDIDIKAN DASAR Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya Buku “Bunga Rampai Praktik Baik Pembelajaran Matematika dalam Program Kemitraan GTK Pendidikan Dasar” ini dapat diterbitkan. Program Peningkatan dan Pemerataan Mutu Pendidikan Melalui Kemitraan atau dikenal dengan Program Kemitraan GTK merupakan sebuah program yang bertujuan untuk melakukan pemerataan mutu pendidikan nasional, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Program ini telah lama berjalan sejak tahun 2003 dan terus dilaksanakan serta berevolusi sesuai dengan kebutuhan. Pada Program Kemitraan GTK Dikdas tahun 2019-2021, telah dicapai satu siklus penuh sehingga pada tahun 2022, GTK Mitra dan Imbas diharapkan sudah tergabung dalam wadah komunitas belajar Bersama GTK Dikdas di masing-masing lokasi. Berdasarkan tahapan yang telah dilalui tersebut, peserta GTK Inti, Mitra, dan Imbas telah melakukan berbagai praktik baik pada tahun 2020 yang kemudian dikembangkan menjadi pelajaran penting bagi GTK lainnya supaya dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana pemecahan masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran atau kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Buku ini merupakan kumpulan dari praktik baik GTK Inti dan Mitra berdasarkan pengalaman mereka dalam mengimplementasikan RTL Kemitraan GTK pada tahun 2020. Lingkup RTL Guru meliputi penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang mengintegrasikan PPK, literasi, numerasi, HOTS, dan 4C. Lingkup RTL kepala sekolah meliputi supervisi akademik, kepemimpinan pembelajaran, praktik manajerial, dan pengembangan kewirausahaan. Semua praktik baik ini dibukukan untuk menjadi referensi bagi GTK dan berbagau pihak terkait dalam mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu Pendidikan dasar. Semoga buku ini dapat membangkitkan motivasi, inspirasi, kreasi/inovasi, dan menjadi solusi bagi GTK dalam melaksanakan tugastugas guru dan kepala sekolah, serta memecahkan masalah yang dihadapi GTK. Jakarta, Mei 2021 Direktur GTK Pendidikan Dasar Dr. Rachmadi Widdiharto, M.A.


iv DAFTAR ISI Sambutan Direktur GTK Pendidikan Dasar……………………………. iii Daftar Isi………………………………………………………………........ iv Selayang Pandang Program Kemitraan………………………………… 1 Pendampingan Guru Matematika Pada Program Kemitraan Tentang Pembelajaran Jarak Jauh Menggunakan Google Classroom………………………………………………………………….. 6 Pendampingan Guru Pada Program Kemitraan Tentang Penggunaan Modul Sederhana Dalam Pembelajaran Tatap Muka………………………………………………………………………… 11 Bermitra Mengajar Matematika Tentang Persamaan Kuadrat Dengan Problem Based Learning………………………………………. 16 Pembelajaran Matematika Dalam Jaringan Dengan Model Discovery Learning Tentang Persamaan Garis Lurus…………………………… 20 Lembar Kegiatan Siswa Mandiri (Lksm) Solusi Mengatasi Keterbatasan Waktu Dalam Pembelajaran Selama Pandemi Pada Siswa SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen…………………… 25 Pemanfaatan Video Conference “Live Meeting” Untuk Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik Pada Materi Koordinat Kartesius Kelas VIII SMPN 1 Nabire……………………………………………………….. 30 Pendampingan Guru Inti Kepada Guru Mitra Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa SMPN 1 Halmahera Utara Pada Materi Fungsi Kuadrat Menggunakan Aplikasi Google Meet………… 35 Refleksi……………………………………………………………………… 39


1 SELAYANG PANDANG PROGRAM KEMITRAAN Kemitraan GTK Dikdas Untuk Meningkatkan dan Memeratakan Mutu Pendidikan Nasional Eddy Tedjo Prakoso Slamet, S.H., M.M. Koordinator Pokja Kemitraan dan Pemberdayaan Komunitas Direktorat GTK Pendidikan Dasar Negara hadir dalam upaya memberikan pendidikan yang bermutu kepada semua masyarakat Indonesia, ketimpangan mutu input, proses, dan hasil pendidikan diantara daerah-daerah di NKRI harus segera dituntaskan. Kehadiran negara harus secara nyata mengatur berbagai sumberdaya pendidikan supaya kesenjangan mutu pendidikan antardaerah dapat diminimalisir dari waktu ke waktu, sehingga pencapaian Indonesia emas tahun 2045 bukan sekedar mimpi kosong tetapi kenyataan yang akan dicapai di setiap wilayah NKRI. Sampai saat ini telah banyak upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah disparitas mutu pendidikan antardaerah, diantaranya dengan melakukan pelatihan, program beasiswa afirmasi, penguatan kapasitas (capacity building), dan berbagai kegiatan sejenis. Namun demikian pemecahan masalah disparitas masih belum terpecahkan, karena berbagai program yang telah dilaksanakan tersebut telah meningkatkan kompetensi guru dan tenaga kependidikan (GTK) sebagai pelaku kunci dalam Pendidikan tetapi belum mampu mengubah kebiasaan kerja (kinerja) dan produktivitas kerja sebagai pendidik dan tenaga kependidikan di kelas dan sekolahnya masing-masing. Diantara “PR” yang harus dituntaskan adalah program belum menyasar pada perubahan kinerja dan pelaksanaan pelatihan terpisah di tempat kerja masing-masing (GTK), misal di hotel atau di balai pelatihan tertentu. Ketika GTK kembali ke tempatnya masing-masing, perubahan perilaku kerja hanya bertahan sesaat (antara 2-3 bulan), selanjutnya mereka akan kembali bekerja dengan kebiasaan lamanya. Mengapa Program Kemitraan GTK harus ada? Mengantisipasi berbagai hal tersebut di atas, Program Kemitraan GTK hadir untuk menyasar dua masalah pokok, yaitu bagaimana mengintegrasikan penguatan kompetensi GTK dan penguatan kinerja GTK di tempat kerjanya masing-masing. Pencapaian kedua hal ini dilakukan melalui belajar dari praktik, saling berbagi, saling belajar, dan bekerjasama diantara GTK dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap peserta (mitra, inti, dan imbas) melalui suatu komintas belajar professional. Program ini berupaya membangun sebuah komunitas GTK yang didalamnya meliputi GTK Inti, Mitra, Imbas, dan fasilitator. GTK Inti adalah peserta kemitraan yang telah menunjukkan keunggulan secara nasional yang dibuktikan oleh pencapaian akademik pada


2 tingkat nasional, baik secara individu maupun lembaga. GTK Mitra adalah GTK yang memiliki potensi untuk mendapatkan keunggulan pada tingkat kabupaten/kota dibuktikan dengan penilaian kompetensi dan kinerja pada tingkat kabupaten/kota. GTK Imbas adalah GTK peserta yang berada di lingkungan GTK Mitra yang akan secara bersama-sama melakukan peningkatan mutu secara berkelanjutan melalui wadah komunitas belajar professional GTK. Apa tujuan program kemitraan GTK? Tujuan umum program Kemitraan GTK adalah memeratakan peningkatan kemampuan dan kinerja GTK secara terpadu. Adapun secara khusus, tujuan program ini adalah (1) Mengurangi kesenjangan kemampuan profesional dan pedagogik Guru diantara Guru Inti, Guru Mitra dan Guru Imbas, (2) mengurangi kesenjangan kemampuan manajerial, supervisi akademik, kepemimpinan pembelajaran, dan pengembangan kewirausahaan Kepala sekolah diantara kepala sekolah Inti, Mitra, dan Imbas, (3) meningkatkan kinerja GTK Inti, Mitra dan Imbas secara berkelanjutan, (4) mengembangkan dan memberdayakan GTK Inti dan komunitas belajar di lingkungan GTK Mitra untuk membantu GTK Mitra dan Imbas dalam melaksanakan tugas pokok secara benar serta memecahkan masalah yang dihadapi secara tepat, (5) membangun jejaring antara peserta GTK Inti dengan Mitra dan Imbas dalam peningkatan mutu Pendidikan secara berkelanjutan, (6) mempererat persatuan dalam kebhinekaan antara pesert GTK Inti dengan Mitra dan Imbas antar kabupaten/kota/provinsi di wilayah Indonesia. Apakah makna kemitraan yang terkandung dalam program? Kemitraan (partnership) mengandung makna kesejajaran. Artinya, GTK Inti bekerjasama atau bermitra dengan Mitra dan Imbas sehingga kelemahan Mitra dan Imbas dapat dipecahkan melalui berbagi pengalaman, belajar bersama, dan pemecahan masalah bersama. Kemitraan juga mengandung arti suatu proses penciptaan suasana (iklim) kerjasama antar orang-orang yang bermitra. Kemitraan dapat diartikan juga sebagai wadah dalam membangun jejaring pengembangan profesi GTK agar menjadi pembelajar dan membentuk komunitas yang terus belajar. Apa muatan Program Kemitraan GTK? muatan program kemitraan adalah (1) Peningkatan kemampuan dan kinerja Guru yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran yang mengakomodasi penguatan pendidikan karakter, pembelajaran abad 21 (fokus pada 4C dan Higher Order Thinking Skills), literasi, dan numerasi secara terpadu. Peningkatan karakter Guru sebagai pendidik profesional (2) Peningkatan kemampuan dan kinerja kepala sekolah yang meliputi pelaksanaan supervisi akademik, pengembangan kewirausahaan, dan manajerial yang mengakomodasi penguatan pendidikan karakter, pembelajaran abad 21 (fokus pada 4C dan Higher Order Thinking Skills), Literasi, dan numerasi secara terpadu. (3) Peningkatan kedisiplinan dan


3 tanggungjawab sebagai pendidik, dan (4) Publikasi praktik baik (good practices) Kemitraan GTK. Apa saja prinsip-prinsip yang melandasi program kemitraan GTK? Prinsip Kemitraan GTK meliputi: (1). Kemitraan (partnership) untuk membangun budaya mutu pendidikan; (2) Kesetaraan (equality) antara peserta Inti, Mitra dan Imbas masing-masing memiliki peluang yang sama dalam peningkatan kemampuan dan kinerja sebagai GTK; (3). Adanya proses belajar (learning process) yang saling menguntungkan antara GTK Inti, Mitra dan Imbas; (4) Sinergi dalam membangun profesionalisme dengan memanfaatkan pengalaman GTK lain; (5). Memperkaya (enrichment) baik secara pribadi (kemampuan guru) maupun organisasi (kinerja satuan pendidikan), sehingga kedua belah pihak saling mendukung dan saling memperkuat jejaring profesi sebagai GTK profesional. Apa indikator keberhasilan program kemitraan GTK? Program kemitraan dikategorikan berhasil jika menunjukkan enam kondisi berikut, (1) terjadi peningkatan kemampuan dan kinerja Guru Mitra dan imbas dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran yang mengintegrasikan PPK, literasi, numerasi, dan pembelajaran abad 21 (fokus pada 4C/Collaboration, Communication, Creativity, Critical Thinking dan HOTS/Higher Order Thinking Skill), (2) terjadi peningkatan kompetensi pedagogik dan peningkatan karakter guru, (3). terjadi peningkatan kemampuan dan kinerja kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan kewirausahaan, dan manajerial yang memastikan pembelajaran di sekolah dapat mengintegrasikan PPK, literasi, numerasi, dan pembelajaran abad 21 (focus pada 4C dan Higher Order Thinking Skills) secara terpadu, (4). Terjadi saling berbagi pengalaman, dialog pemecahan masalah, dan kegiatan peningkatan mutu pendidikan melalui peran GTK, (5). terwujud jejaring pengembangan kemampuan dan kinerja GTK dalam bentuk komunitas belajar professional GTK Dikdas di lokasi Mitra dan Imbas, dan (6). terjadinya sinergi kekuatan berbagai pihak dalam meningkatkan mutu pendidikan dasar. Berapa banyak peserta yang mengikuti program Kemitraan GTK? Secara keseluruhan, peserta yang ditargetkan mencapai 3.899 GTK dengan perbandingan 1;3;30 atau satu GTK Inti mendampingi tiga GTK Mitra dan 30 GTK Imbas. NO. PESERTA GTK INTI MITRA IMBAS JUMLAH 1 KS SMP 39 117 800 1.326 2 GURU SMP 76 227 3.200 2.573


4 Total 115 344 3.440 3.899 Dimana sajakah daerah yang menjadi sasaran Program Kemitraan GTK? Sasaran daerah program Kemitraan GTK meliputi 20 Kabupaten Kota yang tersebar di 9 provinsi. Kemitraan GTK Dikdas dilaksanakan antar provinsi. Berapa lama program kemitraan GTK ini dirancang untuk mencapai pemerataan? Skema perbaikan dan peningkatan GTK Mitra (fix the people) tahun 2019, pembiasaan perilaku kerja GTK secara berkelanjutan (fix the school) tahun 2020, dan pelibatan eko sistem GTK di wilayah Mitra (fix the system) tahun 2021, sehingga waktu yang dibutuhkan sebanyak tiga tahun (2020-2022). Apa saja tahapan kegiatan Kemitraan GTK? Sembilan kegiatan pokok kemitraan GTK, yaitu: 1. Workshop penguatan GTK Inti. Pada kegiatan ini GTK ini dibekali secara khusus dengan berbagai panduan praktik. Guru Inti dibekali dengan (1) panduan penyusunan RPP yang mengintegrasikan PPK, literasi, numerasi, 4C; (2) panduan pembelajaran; (3) panduan penilaian pembelajaran. Kepala sekolah dibekali dengan: (1) panduan penyusunan RPP yang mengintegrasikan PPK, literasi, numerasi, 4C; (2) panduan pembelajaran; (3) panduan penilaian pembelajaran; (4) panduan supervisi reflektif kolaboratif; (5) panduan kepemimpinan pembelajaran; (6) panduan manajemen sekolah, (7) panduan pengembangan kewirausahaan. 2. Workshop pembekalan GTK Inti dan Mitra. Kegiatan ini merupakan upaya mempertemukan GTK Mitra dan Inti supaya saling kenal dan saling memahami satu sama lain, membuat rencana magang (on the job learning), dan menyusun draf Rencana Tindak Lanjut (RTL) atau rencana aksi perubahan di sekolah mitra. 3. Kegiatan OJL 1 (magang di kelas/sekolah Inti). OJL 1 Pelaksanaan kegiatan OJL 1. 4. GTK Mitra belajar/ magang di kelas/sekolah GTK Inti dengan melakukan berbagai kegiatan, yaitu melakukan orientasi (observasi dan wawancara) di sekitar lingkungan sekolah GTK Inti; guru mitra melakukan praktik pembelajaran yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi pembelajaran; Kepala sekolah Mitra melakukan praktik supervisi akademik, manajerial, kewirausahaan, dan kepemimpinan pembelajaran; melakukan refleksi OJL 1; mempelajari berbagai dokumen (Guru: silabus dan RPP; kepala sekolah: Renstra, RKAS, Program Supervisi kepala sekolah, dll.); memfinalkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) atau rencana aksi perubahan.


5 5. Supervisi OJL 1, yaitu upaya untuk memastikan pelaksanaan OJL 1 dapat terealisasi secara efektif, khususnya pelaksanaan praktik (pembelajaran bagi guru dan supervisi pembelajaran bagi kepala sekolah) dapat direalisasikan oleh GTK mitra. Upaya ini dilakukan dengan menugaskan fasilitator untuk secara langsung mendampingi pelaksanaan OJL 1. 6. Kegiatan OJL 2, yaitu pelaksanaan RTL (rencana aksi) di kelas dan sekolah mitra. GTK Mitra melaksanakan rencana aksinya yang didampingi oleh GTK Inti secara daring. Pelaksanaan daring dilakukan melalui grup WA dan apliksi simitra. 7. Pendampingan GTK Inti ke GTK Mitra, yaitu GTK Inti mendampingi pelaksanaan RTL GTK Mitra secara langsung di kelas dan sekolah mitra. Pada tahap ini, hal baik yang dipelajari mitra di tempat Inti diujicobakan. Pokok pendampingan bagi guru adalah praktik menyusun RPP secara bersama, praktik mengajar, dan menilai pembelajaran. Pokok pendampingan bagi kepala sekolah adalah praktik supervisi pembelajaran dan kepemimpinan pembelajaran. 8. Workshop penyusunan laporan dan praktik baik kemitraan, yaitu kegiatan menyampaikan proses, hasil, dan berbagai kendala serta solusi yang dilakukan dalam implementasi RTL (rencana aksi) GTK mitra dan tulisan praktik baik yang dialami oleh GTK mitra dan inti selama proses kemitraan. 9. Penyusunan RTL (rencana aksi) tahun 2021, yaitu kegiatan untuk merumuskan kelanjutan upaya peningkatan mutu pembelajaran tahun berikutnya. Program kemitraan dilaksanakan selama tiga tahun, karenanya pada akhir tahun ke-1 s.d ke-3, GTK mitra, inti, dan imbas harus merumuskan RTL yang akan dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas/sekolah dan imbas yang tetap didampingi oleh inti. Pada akhir kegiatan kemitraan, GTK Inti, Mitra, dan Imbas membuat praktik baik dari hasil implementasi RTL yang menggambarkan masalah yang dihadapi, pemecahan yang dilakukan, hasil yang dicapai, dan pelajaran penting dari praktik baik bagi GTK lainnya.


6 PENDAMPINGAN GURU MATEMATIKA PADA PROGRAM KEMITRAAN TENTANG PEMBELAJARAN JARAK JAUH MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM Oleh Oom Romsih, M.Pd. SMP Negeri 14 Kota Serang Kota Serang Banten Pendahuluan Program Kemitraan adalah salah satu program yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya pemerataan kualitas pendidikan untuk seluruh wilayah di Indonesia. Proses pemerataan dilaksanakan melalui proses pendampingan disertai berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang ilmu pedagogik dan penguasaan materi yang dilaksanakan oleh Guru Inti terhadap Guru Mitra. Sebelum masa pandemi, proses berbagi ini dilaksanakan dengan saling berkunjung, untuk melihat secara langsung proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekolah inti maupun sekolah mitra untuk selanjutnya mengadakan refleksi sebagai bahan perbaikan kualitas pembelajaran selanjutnya. Pada masa pandemi, sesuai dengan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 yang berisi Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19, maka kegiatan berbagi pun dilaksanakan secara jarak jauh. Pembelajaran merupakan interaksi antarsiswa, siswa dengan guru dan materi pembelajaran yang harus difasilitasi dan dirancang oleh guru supaya interaksi tersebut terjadi multiarah sesuai dengan hakikat pembelajaran. Seorang guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik dalam berbagai kondisi, baik tatap muka luar jaringan maupun jarak jauh dalam jaringan, mulai dari penyusunan perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru perlu melakukan usaha yang maksimal dalam mengoptimalkan pembelajaran tanpa mengesampingkan kesehatan dan keselamatan siswa, khususnya saat pembelajaran jarak jauh melalui belajar dari rumah (BDR). Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh melalui BDR di SMP Negeri 1 Mamuju khususnya untuk mata pelajaran Matematika menimbulkan banyak polemik dan masalah. Hal ini dikarenakan interaksi sebagai hakikat pembelajaran sangat minim terjadi dalam pembelajaran yang dilaksanakan jarak jauh. Objek kajian dalam mata pelajaran Matematika yang abstrak akan dapat dipahami siswa apabila interaksi secara optimal terjadi dalam pembelajaran matermatika. Dengan demikian, guru harus kreatif dalam


7 memfasilitasi pembelajaran matematika agar tetap efektif meskipun dilaksanakan secara jarak jauh. Pendampingan tentang Pembelajaran Jarak Jauh Menggunakan Google Classroom Pada Program Kemitraan tahun 2020 ini, penulis sebagai salah satu Guru Inti telah melaksanakan pendampingan terhadap tiga orang Guru Mitra yang bertugas di SMP Negeri 1 Mamuju, SMPN 2 Tapalang, dan SMPN 1 Kalukku Sulawesi Barat. Ketiga sekolah tersebut dengan kondisi yang berbeda melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan BDR sesuai dengan instruksi dari pemerintah. Sebagian besar siswa di SMP Negeri 1 Mamuju dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring), sedangkan SMP Negeri 2 Tapalang dan SMP Negeri 1 Kalukku kurang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara daring karena keterbatasan jaringan yang terjadi di kedua daerah tersebut. Hasil survei menunjukkan bahwa kurang lebih 80% siswa di SMP Negeri 1 Mamuju memiliki gawai/HP yang dapat dijadikan media dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Hasil rapat dewan guru yang dilaksanakan menetapkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama masa pandemi adalah pembelajaran jarak jauh secara daring menggunakan aplikasi WhatsApp (WA). Pada saat pembelajaran jarak jauh mulai dilaksanakan, tentunya proses pembelajaran harus mampu mengakomodasi kebutuhan seluruh siswa, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh dapat maksimal sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa pada setiap materi pembelajaran yang diajarkan. Pada kenyataannya melalui pembelajaran jarak jauh secara daring menggunakan WA terdapat beberapa kendala yang dialami di antaranya masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran, tidak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, tidak mengerjakan tugas sebagai tindak lanjut dari pembelajaran, bahkan masih ada siswa yang tidak pernah mengikuti pembelajaran secara daring. Untuk itu, perlu kreativitas guru dalam merancang pembelajaran jarak jauh yang inovatif dan efektif agar siswa di SMP Negeri 1 Mamuju dalam pembelajaran Matematika khususnya termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, fokus pendampingan penulis sebagai Guru Inti pada Program Kemitraan ini adalah pelaksanaan pembelajaran jarak jauh secara daring di SMP Negeri 1 Mamuju yang merupakan pengalaman terbaik penulis ketika melaksanakan peran sebagai Guru Inti pada Program Kemitraan ini. Identifikasi awal proses pendampingan menghasilkan rekomendasi bahwa platform yang disepakati oleh sekolah sesuai dengan kondisi dari siswa SMP Negeri 1 Mamuju untuk pembelajaran jarak jauh daring adalah google classroom. Google classroom merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan proses pembelajaran secara daring (Gunawan & Sunarman, 2018). Selanjutnya, selama pelaksanaan pembelajaran


8 matematika menggunakan google classroom, Guru Inti dan Guru Mitra berdiskusi membahas aktivitas, proses, dan hasil belajar belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil diskusi dengan Guru Mitra menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran daring menggunakan google classroom hanya sekitar 60%, terjadi penurunan dibandingkan pertemuan sebelumnya. Selain itu, pada saat pengumpulan tugas masih banyak siswa yang mengerjakan tugas tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Langkah pendampingan yang dilaksanakan Guru Inti dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengarahkan Guru Mitra untuk memposting materi, bahan ajar, dan LKPD pada google classroom dua hari sebelum jadwal pelaksanaan pembelajaran daring. Tujuan pemberian materi, bahan ajar, dan LKPD sebelum jadwal pelaksanaan adalah supaya siswa dapat mempersiapkan diri mereka dalam mempelajari materi, selain mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri di rumah. Apabila materi dan perangkat pembelajaran telah diberikan sebelumnya, maka aktivitas yang dilaksanakan dalam google classroom adalah membahas materi yang tidak mampu dipelajari siswa secara mandiri (Nirfayanti & Nurbaeti, 2019). Selama pembelajaran daring dengan google classroom, bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam mata pelajaran Matematika dan telah mengerjakan tugas dengan baik, maka guru mengarahkan siswa tersebut untuk membantu teman yang mengalami kesulitan (tutor sebaya). Pada kolom chat yang terdapat dalam google classroom, proses diskusi antara guru dan siswa dapat dilaksanakan. Melalui aplikasi google classroom diasumsikan bahwa tujuan pembelajaran akan lebih mudah direalisasikan dan sarat kebermaknaan. Oleh karena itu, penggunaan google classroom ini sesungguhnya mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran dan menyampaikan informasi secara tepat dan akurat kepada siswa (Hakim, 2016). Pembelajaran menggunakan google classroom memiliki beberapa kelebihan menurut Alfina & Ommi (2020), di antaranya: 1. Sangat mudah dioperasikan bagi pemula; 2. Mudah mengelola tugas yang diberikan; 3. Semua file masuk ke dalam drive sehingga mudah diakses di manapun; 4. Mudah meninjau tugas sebelum dikirim; 5. Mudah dalam melihat informasi/pengumuman dari guru; dan 6. Tersedia secara gratis. Supaya penggunaan google classroom lebih efektif dan efisien, maka Guru Inti mengarahkan Guru Mitra untuk mengondisikan perangkat pembelajaran tersampaikan kepada siswa dan diposting di google classroom dua hari sebelum jadwal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Perangkat pembelajaran yang diposting sebelumnya, meliputi: (1) materi dan video pembelajaran; (2) LKPD; dan (3) tugas/instrumen evaluasi. Upaya


9 memotivasi siswa untuk mempelajari materi dapat dilakukan dengan cara memberikan soal pretes yang berkaitan dengan materi tersebut, serta adanya pemberian reward bagi siswa yang mengerjakan LKPD di awal waktu. Satu hal yang perlu dilaksanan adalah adanya penegasan terhadap siswa bahwa mencari referensi dari berbagai sumber sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri. Pada soal pretes, pertanyaan yang diberikan terdiri dari 2-3 butir soal yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Setelah memposting materi di google classroom, maka pada saat jadwal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, guru dan siswa mengadakan diskusi tentang kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari materi secara mandiri. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi pada kolom postingan di platform google classroom. Setelah dilaksanakan proses diskusi dan tanya jawab pada postingan, guru memberikan penguatan atau konfirmasi terkait materi yang dipelajari agar tidak terjadi miskonsepsi. Di akhir pembelajaran, siswa diarahkan untuk mengerjakan postes untuk melihat daya serap siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Setelah memposting materi dan perangkat pembelajaran dua atau tiga hari sebelum jadwal pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, terlihat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Beberapa siswa yang memiliki motivasi dan kemampuan yang cukup baik dalam matematika terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Ada beberapa siswa yang langsung mengumpulkan jawaban LKPD yang telah ditugaskan. Sebagai umpan balik dari proses pembelajaran, guru memberikan reward terhadap siswa tersebut dengan memberikan poin/nilai tambahan. Hal ini mengakibatkan siswa semakin bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Penutup Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit untuk dibelajarkan kepada siswa. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh khususnya untuk mata pelajaran Matematika dapat dilaksanakan secara efektif apabila guru memiliki kreativitas dan pengetahuan yang cukup untuk merancang strategi pembelajaran jarak jauh yang inovatif melibatkan TIK, di antaranya google classroom. Pengetahuan guru dapat ditingkatkan melalui proses belajar kolaboratif, dimana setiap guru memiliki kesadaran untuk mau berbagi pengetahuan dan pengelaman sehingga dapat berkarya dan berkembang bersama. Pelaksanaan program kemitraan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika didukung kemauan dan kesadaran yang tinggi dari kedua belah pihak (inti dan mitra) untuk terus melakukan optimalisasi pelaksanaan program supaya pemerataan kualitas pembelajaran di Indonesia dapat terwujud. Diskusi yang proaktif serta refleksi bersama perlu secara rutin dilaksanakan untuk melihat ketercapaian program dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Guru Inti dan Guru Mitra perlu meng-upgrade


10 pengetahuan yang dimilikinya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Daftar Pustaka Alfina & Ommi. (2020). Penerapan LMS Google Classroom dalam Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid -19. Majalah Ilmiah Methoda Vol.10 No.1. Gunawan, F.I. & Sunarman, S.G., (2018). Pengembangan Kelas Virtual Dengan Google Classroom Dalam Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving) Topik Vektor Pada Peserta didik SMK Untuk Mendukung Pembelajaran. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika Etnomatnesia. Hakim, A.B., (2016). Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom Dan Edmodo. I-STATEMENT: Information System and Technology Management, 2(1). Hanum, N.S., (2013). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, R. I. (2020). Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19). 1–3. Nirfayanti, & Nurbaeti. (2019). Pengaruh Media Pembelajaran Google Classroom Dalam Pembelajaran Analisis Real Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa. Proximal, 2(1), 50–59.


11 PENDAMPINGAN GURU PADA PROGRAM KEMITRAAN TENTANG PENGGUNAAN MODUL SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN TATAP MUKA Oleh Dra. Maria Dyah Retno Winarti, M.Pd. SMP Negeri 9 Kota Serang Kota Serang Banten Pendahuluan Bangsa Indonesia bersatu hati untuk melawan Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak bulan Februari 2020. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap warga negara untuk mencegah meluasnya dan memutus mata rantai penyebaran virus corona adalah menjaga jarak, rajin mencuci tangan, menggunakan masker, menghindari kerumunan, dan melakukan ibadah, belajar, bekerja dari rumah. Hal ini berdampak pada pelaksanaan pembelajaran di setiap satuan pendidikan yang cenderung dilaksanakan melalui pembelajaran jarak jauh dari rumah (BDR), baik menggunakan moda luar jaringan (luring), maupun dalam jaringan (daring) sesuai dengan kebijakan pemerintah yang berlaku. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dari rumah secara luring dan daring diatur melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 01/KB/2020, 516, HK.03.01/MENKES/363/2020, 440-882 Tahun 2020 tentang Panduan Penyelengaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19. Pada kebijakan tersebut dihimbau untuk setiap satuan pendidikan untuk tetap melaksanakan pembelajaran jarak jauh dari rumah dengan berbagai moda, baik luring, daring, maupun kombinasi meskipun untuk zona hijau dan kuning diperbolehkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka langsung dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Satuan pendidikan di Kabupaten Bireun pada umumnya melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan memenuhi protokol kesehatan. Permasalahan yang timbul melalui pembelajaran yang dilaksanakan secara tatap muka melalui pengaturan jadwal terkait jumlah siswa di antaranya waktu belajar yang sempit di sekolah. Hal ini mendorong guru untuk memberikan penugasan sebagai penguatan bagi siswa untuk dikerjakan di rumah masing-masing. Melalui cara ini, banyak siswa yang tidak mampu menguasai materi pembelajaran dan persentase siswa yang mengumpulkan tugas juga sangat sedikit. Program Kemitraan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merupakan titik terang untuk menyelesaikan masalah tersebut, dimana guru di Kabupaten Bireun, khususnya di SMP Negeri 1 Bireuen, SMP Negeri 1 Jeumpa, dan SMP Negeri 1 Peudada dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan penulis sebagai Guru


12 Inti untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi Guru Mitra. Permasalahan Guru Mitra tentang Pembelajaran Jarak Jauh Tatap Muka Pemerintah setempat memperbolehkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka di setiap satuan pendidikan di Kabupaten Bireuen, termasuk di sekolah tempat Guru Mitra bertugas dengan protokol kesehatan yang bertanggung jawab. Sekolah memfasilitasi buku paket agar setiap siswa tetap bisa belajar mandiri di rumah. Pada awalnya, guru memandu pembelajaran di kelas dan lewat grup WhatsApps (WA). Setelah berlangsung beberapa minggu berdasarkan pengamatan Guru Mitra, ternyata pembelajaran berlangsung kurang efektif karena banyak siswa yang ketinggalan materi dan tidak menyelesaikan tagihan tugas-tugasnya. Hal ini dikarenakan beberapa kendala yang dihadapi oleh siswa, antara lain siswa dan orang tua tidak memiliki gawai/HP yang dapat digunakan untuk pembelajaran daring dan kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu sehingga tidak bisa memberi paket kuota internet/berlangganan wifi, serta kondisi geografis Kabupaten Bireuen yang berdampak sinyal internet kurang bagus/stabil. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Guru Mitra didampingi oleh Guru Inti dalam upaya mengatasi hal tersebut adalah mengembangkan modul sederhana untuk mengatasi keterbatasan waktu belajar di sekolah dan menyediakan grup WA sebagai upaya memberikan layanan pendampingan siswa belajar mandiri di rumah bagi yang mengalami kesulitan. Untuk itu, perangkat pembelajaran disiapkan oleh Guru Mitra dengan cara berdiskusi secara daring dengan Guru Inti tentang bagaimana merancang pembelajaran yang dilakukan dalam masa pandemic, khususnya terkait pengembangan modul sederhana. Pelaksanaan Pendampingan Penggunaan Modul Sederhana dalam Pembelajaran Tatap Muka Pendampingan terhadap Guru Mitra dilakukan secara daring dan luring, dengan saling bergantian Guru Mitra mengunjungi SMP Negeri 9 Kota Serang tempat Guru Inti bertugas pada bulan Agustus dan di bulan September Guru Inti mengunjungi Guru Mitra. Namun di tahun 2020, karena bangsa Indonesia terdampak pandemi maka kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh Guru Inti terhadap Guru Mitra dilakukan secara daring penuh meskipun kondisi daerah Kabupaten Bireuen termasuk kategori zona hijau. Fokus pendampingan adalah pada pengembangan dan penggunaan modul sederhana untuk pembelajaran tatap muka pada masa Pandemi Covid-19. Winkel (2009: 472) menyatakan bahwa modul pembelajaran dapat diartikan sebagai rancangan program belajar mengajar yang memuat materi pembelajaran dan aktivitas belajar mandiri yang dapat dilakukan siswa. Menurutnya, modul pembelajaran diartikan sebagai satuan program terkecil yang dapat dipelajari secara mandiri, perseorangan ataupun dipelajari langsung oleh


13 siswa sendiri. Menurut Anwar (2010), modul pembelajaran menekankan pada bahan ajar yang dibuat secara sistematis. Secara isi pun dikemas lebih komprehensif, menarik, dan memiliki metode dan evaluasi yang memiliki kemanfaatan untuk mencapai tujuan, yakni mencapai kompetensi yang diinginkan. Secara garis besar, pengertian modul dapat diartikan sebagai bahan ajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri. Dengan demikian, modul pembelajaran biasanya didesain secara sistematis, menarik, dan mudah untuk dipelajari secara mandiri. Modul pembelajaran yang memuat materi dan aktivitas belajar mandiri siswa dapat didesain dan dikembangkan secara sederhana, tidak seperti modul biasanya. Karakteristik sebuah modul sederhana meliputi: (1) self instructional; (2) self contained; (3) stand alone; (4) adaptif; dan (5) user friendly. 1. Self Instructional Melalui modul ini siswa pun bisa belajar secara mandiri tanpa harus didampingi oleh guru. Dengan kata lain, siswa belajar tanpa bergantung oleh pihak-pihak tertentu. 2. Self Contained Materi yang disampaikan dalam modul sudah disusun sesuai dengan unit kompetensi, sehingga pembahasan yang digunakan lebih lengkap, menyeluruh, dan lebih efektif. Artinya, cukup dalam satu buku, materi pembelajaran sudah tersaji secara langkap. 3. Stand Alone Modul disusun dan dikembangkan secara mandiri, maksudnya tidak bergantung pada media lain, sehingga siswa yang mempelajarinya pun tidak terkesan ribet dengan media-media pendukung lainnya. 4. Adaptif Modul harus mampu menyesuaikan diri terhadap banyak hal perkembangan, baik perkembangan teknologi ataupun ilmu pengetahuan yang sifatnya baru. 5. User friendly Karakteristik ini menjadi dasar utama pula dalam pembuatan modul pembelajaran. Meskipun demikian, dari segi penyusunan tetap berdasarkan pada kaidah agar tetap ramah dan sesuai setiap kali digunakan dalam pembelajaran. Secara teknis penulisan pun juga harus disesuaikan, agar tingkat keterbacaan lebih tinggi karena bisa mempengaruhi konsistensi dari siswa dalam belajar. Modul pembelajaran sederhana memiliki banyak keuntungan jidak digunakan dengan tepat dalam pembelajaran. Beberapa kelebihan atau keuntungan menggunakan modul pembelajaran sederhana adalah sebagai berikut.


14 1. Siswa memiliki kesadaran terhadap dirinya sendiri. 2. Membangun rasa tanggung jawab terhadap kegiatan belajar yang dilakukan. 3. Siswa bisa mempelajari modul pembelajaran lebih eksploratif dan tergantung dari tingkat pemahaman dan kemampuannya, sehingga lebih efektif dan efisien. 4. Membangun motivasi bagi siswa, karena saat mempelajari secara mandiri isi modul pembelajaran siswa dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang materi pembelajaran yang dipelajari. 5. Terjadi pemerataan pemahaman terhadap materi yang disampaikan dari buku ajar dan tentu saja lebih berdaya guna. Pendampingan terhadap Guru Mitra secara daring di tahun 2020 selama bulan September s.d. November 2020, difokuskan pada kemampuan guru menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi RPP 1 lembar sesuai Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2019 lengkap dengan lampirannya, mendampingi Guru Mitra saat melakukan praktik mengajar, dan mendampingi saat kegiatan evaluasi pembelajaran. Berikut deskripsi pendampingan yang dilakukan penulis sebagai Guru Inti yang merupakan pengalaman terbaik selama melaksanakan aktivitas pada Program Kemitraaan: 1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) untuk Mata Pelajaran Matematika KD 3.4 dan KD 4.4 tentang Fungsi Kuadrat yaitu: (1) Analisis KI, KD, dan Materi; (2) merumuskan tujuan dan indikator pembelajaran; (3) menyusun langkah-langkah pembelajaran yang mengintegrasikan PPK, GLS, HOTs, pembelajaran abad 21, dan merdeka belajar; (4) menentukan dan menyiapkan sumber, media dan alat pembelajaran; (5) menentukan teknik penilaian dan menyusun perangkat penilaian; dan (6) mengembangkan modul sederhana sebagai penunjang pembelajaran tatap muka. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika KD 3.4 dan KD 4.4 tentang Fungsi Kuadrat yang didokumentasi lewat foto dan video dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. 3. Pengolahan dan Analisis Evaluasi Pembelajaran pada KD 3.4 dan KD 4.4 tentang Fungsi kuadrat. Pendampingan dilakukan Guru Inti kepada Guru Mitra dilakukan lewat grup WA dengan menggunakan chatting dan voicenote. Kendala yang dihadapi dalam berkomunikasi lewat WA adalah sinyal tidak selalu mendukung dan pendampingan tidak selalu efektif karena kesibukan masingmasing. Namun demikian, proses pendampingan tetap berjalan dengan efektif sehingga Guru Mitra dapat mengembangkan modul sederhana dan menggunakannya dalam pembelajaran tatap muka. Hasil belajar siswa


15 meningkat setelah pembelajaran menggunakan modul sederhana yang telah dikembangkan oleh guru yang memuat materi pembelajaran dan langkah pembelajaran mandiri yang harus dilakukan oleh siswa di rumah. Penutup Kegiatan pendampingan secara daring oleh Guru Inti untuk meningkatkan kompetensi Guru Mitra terkait pembelajaran tatap muka pada masa Pandemi Covid-19 melalui pendampingan pengembangan dan enggunaan modul sederhana untuk penunjang siswa belajar mandiri di rumah. melalui Program Kemitraan ini, Guru Mitra merasakan manfaat yang besar dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan bersama Guru Inti, sehingga dapat berkembang bersama. Proses tersebut dapat memeratakan dan meningkatan kompetensi Guru Mitra, kualitas pendidikan, khususnya dalam memperbaiki pelaksanaan pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Pengalaman menunjukkan bahwa faktor penting yang mendukung Program Kemitraan ini, yaitu kemajuan teknologi, keinginan Guru Mitra untuk perubahan, dukungan Kepala Sekolah Mitra, kemauan dan kemampuan siswa, serta sarana dan prasarana yang dimiliki sistem pendidikan di sekolah. Sedangkan faktor penghambat Program Kemitraan ini adalah rasa kurang percaya diri, takut mencoba, dan ketersediaan waktu. Daftar Pustaka Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktorat UPI. Bandung. Winkel, 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.


16 BERMITRA MENGAJAR MATEMATIKA TENTANG PERSAMAAN KUADRAT DENGAN PROBLEM BASED LEARNING Oleh Aloysia Trimulyatti Panse, S.Pd. SMP Negeri 1 Ruteng Cancar Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur Pendahuluan SMP Negeri 1 Ruteng Cancar merupakan salah satu sekolah negeri di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang mengikuti kegiatan kemitraan yang berlangsung dari tahun 2019 sampai dengan 2021. Kegiatan kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengatasi persoalan pendidikan yang dihadapi oleh banyak guru, termasuk pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Ruteng Cancar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sering menjadi topik pembicaraan dan dianggap paling sulit, menakutkan, dan membosankan untuk dipelajari siswa. Hal ini diperkuat dengan rerata hasil belajar Matematika yang lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya di SMP Negeri 1 Ruteng Cancar. Hal ini merupakan tantangan bagi Guru Matematika untuk memikirkan strategi, metode, atau model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Mata pelajaran Matematikan pada jenjang SMP terdiri atas empat bidang kajian, yaitu: (1) Bilangan; (2) Aljabar; (3) Geometri dan Pengukuran; dan (4) Peluang dan Statistika. Bidang kajian Aljabar merupakan bidang kajian Matematika yang paling sulit dibelajarkan kepada siswa, khususnya siswa SMP Negeri Ruteng Cancar dikarenakan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) belum dipelajari bidang kajian Aljabar ini secara formal. Salah satu materi pada bidang kajian Aljabar yang paling sulit untuk dipelajari oleh siswa adalah materi Persamaan Kuadrat yang biasanya diajarkan melalui metode ekspositori, latihan, dan drill tanpa dikaitkan dengan masalah nyata atau rekayasa dan terbukti belum efektif. Efektivitas pembelajaran Matematika sangat bergantung pada bagaimana guru memilih dan menerapkan strategi, model, atau metode pembelajaran yang relevan dengan kekhasan pada bidang ilmu Matematika dan karakteristik materi pembelajaran. Objek kajian Matematika yang abstrak pada materi Persamaan Kuadrat akan dapat dengan mudah dipahami siswa jika dikaitkan dengan hal-hal yang dekat dengan kehidupannya, termasuk masalah nyata atau rekayasa. Dengan demikian, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Ruteng Cancar pada materi


17 Persamaan Kuadrat telah diterapkan model problem based learning yang merupakan pengalaman terbaik penulis selama menjadi Guru Matematika. Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Awalnya penulis belum mengetahui dan memahami secara utuh pelaksanaan atau penerapan model problem based learning yang sebenarnya, meskipun sebelumnya penulis sering mencari informasi dari berbagai sumber seperti internet, buku, dan mengikuti beberapa kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tentang penerapan model problem based learning. Pada umumnya menurut berbagai sumber, problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang disarankan pada Kurikulum 2013 untuk diterapkan pada berbagai mata pelajaran, termasuk Matematika SMP. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata atau rekayasa di awal pembelajaran untuk menstimulus siswa berpikir dan melakukan aktivitas matematis berikutnya. Melalui penerapan model pembelajaran ini, diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik bidang ilmu Matematika sebagai ilmu berpikir. Proses berpikir siswa dapat distimulasi oleh masalah yang muncul di awal pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran ini juga dapat mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai (Sanjaya, 2012: 21). Implementasi model problem based learning dilakukan dengan memberikan masalah untuk dieksplorasi, diselesaikan, dan dimaknai oleh siswa pada awal pembelajaran di kegiatan inti. Masalah merupakan kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi real, seperti sampah bertumpuk, banjir, kebakaran, atau soal sebagai masalah matematis yang direkayasa. Masalah yang paling sesuai dengan model problem based learning adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, semakin dekat dengan dunia nyata, maka akan semakin baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecakapan siswa. Dari masalah yang diberikan ini siswa kemudian bekerjasama dalam kelompok, mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimiliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan. Disini peran guru adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa dalam mencari dan menemukan solusi dan sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajarannya. Problem based learning dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, mengatasi masalah, keterampilan penyelidikan, kemampuan mempelajari peran sebagai orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi masalah rekayasa, dan menjadi pembelajar yang mandiri (Trianto, 2011). Dengan kata lain, problem based learning lebih dari sekedar serentetan langkah pembelajaran yang harus dilakukan secara terturut, melainkan juga sebuah


18 sistem sosial yang memerankan siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator supaya proses berpikir terjadi pada siswa. Tepat di tahun 2019 penulis berkesempatan mengikuti kegiatan kemitraan dari mata pelajaran Matematika, dengan pengalaman penulis yang sangat minim berkesempatan belajar dan bermitra di sekolah inti, yakni SMP Negeri 12 Bogor Jawa Barat, di sini penulis belajar dan melihat secara langsung seperti apa penerapan model pembelajaran matematika oleh Guru Inti Matematika dan melihat keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Setelah itu, penulis diberi kesempatan oleh Guru Inti untuk mengajar di sekolah inti dengan membawakan materi Notasi Ilmiah dengan menerapkan model problem based learning dengan alokasi watu 2 jam pelajaran. Pada kesempatan tersebut, penulis mendapat kesempatan banyak berdiskusi dengan Guru Inti mengenai berbagai model pembelajaran salah satunya adala problem based learning. Pemahaman secara utuh tentang problem based learning baru penulis dapatkan pada Program Kemitraan ini yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud. Dengan mengikuti kegiatan kemitraan pada program tersebut yang berlangsung dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 menurut rencana, SMP Negeri 1 Ruteng Cancar banyak mendapatkan hal baru dari Guru Inti di SMP Negeri 12 Bogor Jawa Barat sebagai sekolah inti, tempat penulis sebagai Guru Mitra pada mata pelajaran Matematika menimba pengalaman terutama terkait pembelajaran matematika. Pengalaman bermitra dengan Guru Inti di SMP Negeri 12 Bogor Jawa Barat khususnya tentang penerapan model problem based learning selanjutnya diimplementasikan pada pembelajaran Matematika di Kelas IX H SMP Negeri 1 Ruteng Cancar pada Materi Persamaan Kuadrat. Selama kegiatan kemitraan tersebut, penulis selalu berkomunikasi dengan Guru Inti melalui WhatsApp ataupun media komunikasi ainnya apabila terdapat kendala atau hal-hal yang tidak dipahami pada saat menerapkan model problem based learning. Model problem based learning ini terbukti dapat membangkitan semangat siswa untuk belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika mereka. Penutup Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan model problem based learning pada Materi Persamaan Kuadrat di SMP Negeri 1 Ruteng Cancar terbukti dapat meningkatkan aktivitas, motivasi, hasil belajar, dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas IX H. Pembelajaran matematika dengan menerapkan model problem based learning hasil bermitra dengan Guru Inti pada Program Kemitraan GTK Dikdas dlaksanakan dengan cara mengenalkan siswa pada permasalahan-


19 permasalahan nyata di kehidupan sehari–hari yang berkaitan dengan materi Persamaan Kuadrat. Selanjutnya, siswa mencoba berbagai strategi untuk menemukan penyelesaian dari permasalahan-permasalahan tersebut. Dengan demikian, bermitra dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai guru merupakan realisasi proses belajar kolaboratif untuk menyelesaikan bersama masalah pendidikan termasuk pembelajaran Matematika. Melalui Program Kemitraan ini, kita berkarya bersama dan sukses bersama untuk mewujudkan pendidikan nasional yang lebih baik. Daftar Pustaka Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.


20 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM JARINGAN DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING TENTANG PERSAMAAN GARIS LURUS Oleh Supilah, S.Pd. SMP Negeri 1 Anjongan Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat Pendahuluan Hasil belajar siswa di sekolah merupakan tolok ukur keberhasilan sistem pendidikan nasional. Data hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2017/2018 menunjukkan bahwa rerata nilai UN pada jenjang SMP di Provinsi Kalimantan Barat adalah 46,52. Secara nasional pencapaaian hasil UN ini menunjukkan rerata yang masih di bawah standar yang telah ditetapkan, terutama untuk mata pelajaran Matematika. Rendahnya hasil belajar siswa dapat diatasi dengan memperbaiki kualitas sistem pendidikan, terutama kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru merupakan kunci utama keberhasilan pendidikan yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelajaran dan ketercapaian tujuan pembelajaran baik secara intruksional maupun nasional dalam berbagai kondisi, baik normal maupun kondisi khusus. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020 memberlakukan sebuah kebijakan agar pembelajaran dilaksanakan dari rumah (BDR) selama Pandemi Covid-19. Untuk tetap menjaga efektivitas pelaksanaan BDR, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan telah memberlakukan kebijakan berupa Surat Keputusan Nomor 018/H/KR/2020 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kondisi Khusus. Kebijakan lainnya yang mengatur pelaksanaan pembelajaran untuk dilaksanakan jarak jauh dengan sistem BDR adalah Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 01/KB/2020, 516, HK.03.01/MENKES/363/2020, 440-882 Tahun 2020 tentang Panduan Penyelengaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19. Menindaklanjuti kebijakan tersebut di atas, Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga dan Pariwisata di Kabupaten Mempawah Provinsi Kalimantan Barat mengambil kebijakan tentang sistem pembelajaran jarak jauh yang bisa diterapkan di sekolah, yakni sistem luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring). SMP Negeri 1 Anjongan sebagai salah satu sekolah di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat melaksanakan BDR dengan sistem dalam jaringan (daring), termasuk pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika. Belajar Matematika dalam Jaringan dengan Model Discovery Learning


21 Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di SMP Negeri 1 Anjongan selama Pandemi Covid-19, khususnya untuk mata pelajaran Matematika banyak mengalami kendala yang disebabkan kurangnya pengetahuan siswa dan guru dalam mempergunakan atau memanfaatkan tekhnologi yang ada pada zaman ini. Selain itu, faktor lain yang menjadi kendala dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh adalah ketersediaan fasilitas yang terbatas, banyak siswa yang belum memiliki smartphone atau fasilitas lain yang dapat digunakan dan mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Adapun beberapa siswa yang memiliki smartphone juga memiliki kendala dengan tidak adanya ketersediaan internet di daerah tempat tinggalnya. Kemudian banyak siswa yang belum paham bagaimana cara memanfaatkan smartphone untuk keperluan BDR. Namun demikian, berbagai upaya harus terus dilakukan untuk menghadirkan pembelajaran yang tetap efektif bagi siswa. Menghadirkan pembelajaran jarak jauh bagi siswa merupakan tantangan tersendiri untuk guru dan sekolah guna memberikan pendidikan terbaik untuk siswa. Semua kendala yang ada perlahan-lahan dapat diatasi dengan adanya kerja sama antar guru, saling berbagi pengetahuan, dan bekerja dengan gigih dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar maupun dalam hal penggunaan tekhnologi untuk mendukung pembelajaran. Walaupun hasil belajar siswa pada masa BDR menurun (learning loss) dibandingkan dengan kegitan pembelajaran tatap muka, namun masih ada hal baru yang diperoleh siswa antara lain, pengetahuan siswa dalam hal pemanfaatan tekhnologi untuk mencari berbagai informasi sedikit-demi sedikit mulai meningkat. Dengan demikian, siswa sudah mulai memahami bahwa sumber-sumber belajar dapat mereka peroleh tidak hanya dari penjelasan guru, tetapi banyak yang bisa diperoleh melalui sumber lainnya yang memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK), seperti internet dan sebagainya. Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi kendala di atas yang dihadapi selama pembelajaran jarak jauh di antaranya dengan memberikan sosialisasi kepada siswa bagaimana melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan smartphone yang dimiliki siswa melalui grup WhatsApp (WA). Siswa dimasukkan kedalam grup sesuai dengan kelasnya masing-masing. Di dalam grup WA kemudian guru memberikan materi pembelajaran berupa bahan ajar maupun video pembelajaran. Kemudian siswa dapat berinteraksi dengan guru dan teman-teman sekelasnya untuk mendiskuskan pembelajaran. Guru juga memberikan tugas melalui grup WA namun untuk tes dilakukan melalui website sekolah. Selain menggunakan grup WA, guru terkadang mengadakan pembelajaran menggunakan aplikasi video conference seperti zoom meeting atau google meet untuk melakukan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran matematika dalam jaringan di atas cukup efektif untuk menekan defisit kompetensi matematika dari siswa. Melalui


22 pembelajaran menggunakan media tersebut terjadilah interaksi atau komukasi belajar mengajar antara guru dan siswa. Siswa dan dan guru dapat bertanya jawab, menjelaskan, bertanya, dan menjawab pertanyaan. Selain itu, soal-soal dan materi pelajaran dapat dilihat di website sekolah. Dengan fasilitas tersebut siswa langsung dapat melihat soal, membaca materi, bahkan dapat langsung melihat nilai yang diperoleh setelah soal-soal atau tugastugas selesai dikerjakan. Pengalaman selama melaksanakan pembelajaran matematika jarak jauh yang paling berkesan dan menjadi pengalaman terbaik adalah pembelajaran tentang Persamaan Garis Lurus pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2020/2021 yang dilaksanakan didampingi oleh Guru Inti pada Program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar. Pembelajaran matematika pada materi Persamaan Garis Lurus ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang Gradien, sedangkan pertemuan kedua membahas tentang Persamaan Garis Lurus. Pembelajaran yang dilakukan pada pertemuan kesatu dan kedua dilakukan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (RPPJJ) yang telah dibuat dengan bimbingan guru inti. Pertemuan kesatu dan kedua dilaksanakan secara daring menerapkan model discovery learning. Model pembelajaran ini dipilih karena dirasa cocok untuk diterapkan pada pemblajaran jarak jauh menggunakan aplikasi video conference seperti zoom meeting ataupun google meet. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut: 1. Pendahuluan a. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran sebagai sikap disiplin. b. Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumnya. c. Memberitahukan tentang tujuan pembelajaran, materi, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada pertemuan yang sedang berlangsung. 2. Kegiatan Inti a. Stimulation Memberikan rangsangan kepada siswa untuk mendapatkan informasi dari materi Persamaan Garis Lurus yang akan dipelajari melalui pertemuan secara virtual dalam google meet atau zoom meeting. b. Problem Statement Guru menyajikan soal untuk memancing siswa menyampaikan pertanyaan sebanyak mungkin. Setelah siswa bertanya guru dan siswa berdiskusi untuk mencari jawaban yang tepat melalui fasilitasi grup WA. c. Data Collecting Guru memberikan penjelasan dan contoh penyelesaian terkait materi Persamaan Garis Lurus dengan memberi dan meminta informasi kepada siswa melalui fasilitas google meet atau zoom meeting.


23 d. Data Processing Siswa mencari atau mengumpulkan informasi yang diberikan guru ataupun dari sumber lain, kemudian mendiskusikannya dengan siswa lain dalam grup WA. e. Verification Guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil temuan dan diskusinya melalui fasilitas google meet atau zoom meeting, sementara siswa lain diminta untuk memberikan tanggapan. f. Generalization Guru dan siswa menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang disampaikan siswa. 3. Penutup a. Siswa diminta melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran terkait dengan penguasaan materi, pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan melalui grup WA. b. Guru memberikan tugas kepada siswa melalui website sekolah, dan mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya. c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. d. Berdoa dan memberi salam. Ketika pembelajaran berlangsung menggunakan fasilitas google meet atau zoom meeting terjadi lebih banyak interaksi antara siswa dan guru serta siswa dan siswa lainnya dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan WA. Siswa lebih antusias dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, sehingga situasi pembelajaran yang terjadi hampir sama dengan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka di sekolah. Namun, terdapat beberapa hal yang menjadi kekurangan ketika melakukan pembelajaran menggunakan aplikasi video conference seperti zoom meeting ataupun google meet, yaitu guru sulit untuk mengamati siswa satu persatu seperti pembelajaran tatap muka di kelas. Selain itu, keadaan jaringan internet yang tidak stabil terkadang membuat siswa sering keluar masuk ke dalam aplikasi video conference tersebut. Pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua tentang materi Persamaan Garis Lurus di kelas VII SMP Negeri 1 Anjongan menunjukkan perbedaan hasil belajar matematika siswa saat pembelajaran dilakukan dengan media WA saja dan ketika dilakukan pembelajaran dengan aplikasi video conference seperti zoom meeting dan google meet. Hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi video conference mencapai kriteria ketuntasan minimal sesuai dengan KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran Matematika, bahkan lebih tinggi daripada siswa yang belajar hanya melalui grup WA. Hal ini terjadi karena siswa dapat berinteraksi langsung dengan guru serta dapat bertanya dan berdiskusi tentang materi pembelajaran yang


24 diberikan guru. Siswa menganggap bahwa pembelajaran menggunakan aplikasi video conference seperti zoom meeting atau google meet lebih menarik untuk diikuti serta memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Penutup Pembelajaran jarak jauh dengan menerapkan model discovery learning menggunakan media WA, google meet atau zoom meeting, maupun website sekolah merupakan solusi yang dapat dilakukan untuk melakukan pembelajaran matematika jarak jauh dan berinteraksi dengan siswa selama masa BDR. Siswa merasa senang dalam pembelajaran tentang Persamaan Garis Lurus yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi video conference seperti zoom meeting atau google meet, hal ini dikarenakan siswa dapat lebih mengerti materi yang disampaikan karena terjadi interaksi multiarah, termasuk interaksi antara guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan aplikasi video conference seperti zoom meeting atau google meet memberikan pengalaman baru kepada guru dan siswa dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan memberikan kesempatan berinteraksi mendekati pembelajaran tatap muka di sekolah. Daftar Pustaka Pusat Penilaian Pendidikan. 2018. Laporan Hasil Ujian Nasional. https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!smp!capaian_nasi onal!99&99&999!T&T&T&T&1&!1!&. Diakses pada tanggal 10 Desember 2020. Kemendikbud. 2020. Bersama Hadapi Korona. https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2020/08/SALINAN_REVISI-SKB-4-MENTERIPTM_AGUSTUS-2020.pdfem. Diakses pada 10 Desember 2020. Kurniawan. 2017. Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII. Erlangga. Jakarta. Miyanto, Anna, Suparno. 2018. Matematika Pegangan Guru SMP/MTs Kelas VIII Semester II. Intan Pariwara. Yogyakarta.


25 LEMBAR KEGIATAN SISWA MANDIRI (LKSM) SOLUSI MENGATASI KETERBATASAN WAKTU DALAM PEMBELAJARAN SELAMA PANDEMI PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEUDADA KABUPATEN BIREUEN Oleh: DEWI NOFITA, S.Pd. Guru SMP Negeri 1 Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh Pendahuluan Program Kemitraan 2019 adalah salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan dikelola oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dan memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pemberdayaan guru. Karena, di antara sejumlah elemen penentu pendidikan, guru adalah ujung tombak pelaksana dalam proses pendidikan di lapangan, khususnya dalam pembelajaran. Secara ideal, gagasan tersebut akan terlaksana dengan baik apabila berbagai prasyarat terpenuhi. Namun kenyataan di lapangan begitu banyak kendala/hambatan sehingga membuat gagasan program tersebut berpotensi tidak dapat terlaksana sebagaimana direncanakan dan diharapkan. Salah satu kendala penghambat yang nyata saat ini adalah adanya pendemi Covid-19 (Corona Virus Diseases-19) yang hingga kini belum juga mereda. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia memberikan dampak yang tidak menguntungkan terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Virus yang mulai mewabah pertama kali pada tanggal 31 Desember 2019 di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, menyebar dengan sangat cepat, sehingga pada 1 Maret 2020 WHO menetapkan wabah ini sebagai pandemi global. Terkait dengan penetapan WHO tersebut, pemerintah Indonesia membuat berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut semakin meluas. Salah satu kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia adalah kebijakan WFH (Work from Home) dan LFH (Learn from Home). Konsekuensi dari kebijakan kebijakan WFH (Work from Home) dan LFH (Learn from Home) tersebut di atas adalah kegiatan belajar tatap muka di sekolah ditiadakan dan digantikan dengan aktivitas belajar dari rumah (tatap maya) yang dimulai pada tanggal 16 Maret 2020. Peralihan cara pembelajaran tersebut memaksa kami, para pelaksana pendidikan di lapangan, untuk mengikuti kebijakan pemerintah pusat. Sebagai konseuensinya, para pengelola pendidikan di Kabupaten Bireuen,


26 Aceh, termasuk saya yang bertugas di SMP Negeri 1 Peudada, harus merancang pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online. Pembelajaran dengan cara daring ini merupakan sesuatu yang baru bagi kami, sehingga kami terbata-bata dalam mengimplementasikannya. Namun demiian, kami harus melakukan semua hal dengan semaksimal kami bisa. Pembahasan Berkenaan dengan kebijakan pemerintah tersebut di atas, pembelajaran dengan secara daring, kami, kepala sekolah dan guru-guru SMP Negeri 1 Peudada, Kabupaten Bireuen, harus memikirkan bagaimana cara memaksimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan tersebut. Demi kepentingan tersebut, kami memutuskan untuk melakukan pembelajaran secara daring yang dikombinasikan dengan pembelajaran secara, salah satunya adalah melalui Whatshap grup perkelas. Cara pembelajaran dengan kombinasi pendekatan tersebut dibolehkan asalkan memenuhi beberapa syarat, di antaranya harus berada pada wilayah “hijau” atau “oranye” dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Untuk sesi tatap muka, secara teknis kami melakukan dengan sistem shift (bergilir). Misalnya, apabila hari ini shift A pembelajarannya dilakukan secara tatap muka, maka shift B pembelajarannya dilakukan secara daring, demikian seterusnya. Terkait dengan gagasan tersebut di atas, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen tidak keberatan, namun menetapkan ketentuan bahwa sekolah boleh dibuka dengan syarat pengurangan jam tatap muka yang biasanya satu minggu penuh dengan durasi waktu 5 x 45 menit menjadi “hanya” 2 x 25 menit. Di samping itu, kapasitas kelas tidak boleh lebih dari 15 siswa yang disertai dengan kebijakan tambahan tidak boleh ada kantin sekolah yang buka. Hal tersebut sebagai upaya mengurangi kerumunan siswa yang berpotensi menjadi klaster penyebaran Covid-19 baru. Oleh karena itu, setiap siswa wajib membawa bekal dari rumah masing-masing dengan protokol kesehatan yang ketat. Meskipun kami telah berusaha melakukan kegiatan pembelajaran kombinasi tatap muka dan daring ini semaksimal mungkin, namun beberapa hal tidak dapat kami hindari. Dua di antaranya adalah kondidi geografis dan kondisi sosial ekonomi siswa. Kondisi geografis yang penuh dengan keterbatasan menjadikan sejumlah gagasan inovatif menjadi tidak mudah untuk diimplementasikan. Di samping itu, kondisi sosial ekonomi sebagian masyaraat dalam keterbatasan. Meskipun kehadiran teknologi memungkinkan pembelajaran secara daring dapat dilakukan, namun bukan tanpa masalah, kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi salah satu penyebabnya. Sebagian besar mata pencaharian para orang tua siswa di Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen adalah petani dan nelayan. Kedua kondisi terbatas tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran


27 yang dalam keadaan normal pun tidak maksimal karena kedua hal tersebut, apalagi saat ini ditambah dengan adanya pandemi COVID-19. Berikut adalah beberapa kendala/hambatan akibat kedua kondisi tersebut. 1. Keterbatasan kepemilikan gawai (HP) oleh siswa; 2. Keterbatasan kepemilikan kuota pulsa; 3. Kondisi sinyal yang tidak stabil; 4. Kurangnya dukungan dari orang tua atau wali siswa; 5. Kurangnya motivasi siswa untuk belajar mandiri; dan 6. Keterbatasan waktu untuk kegiatan tatap muka Meskipun ada kendala, sebagaimana tersebut di atas, sebagai guru yang bertugas di SMP Negeri 1 Peudada, Kabupaten Bireuen, sekaligus sebagaii Guru Mitra, saya tetap melakukan upaya terbaik, sambil mencoba memikirkan beberapa alternatif solusi untuk menanggulangi kendala/hambatan tersebut. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman saya sebagai guru (Guru Mitra) sebagian tertanggulangi oleh perhatian dan masukan dari Guru Inti, Ibu Maria Dyah Retno Winarti, guru SMP Negeri 9 Kota Serang, Banten, yang senantiasa siap dan sigap membantu Guru Mitra yang didampinginya. Selaku Guru Mitra, saya kerap berdiskusi dengan Guru Inti melalui WA, baik dengan chatting maupun video call, guna mencari alternatif solusi untuk menanggulagi permasalahan tersebut di atas. Setelah sejumlah diskusi dilakukan, Guru Inti menyarankan kepada saya untuk memikirkan upaya terobosan demi kelancaran kegiatan pembelajaran, mulai dari menyusun perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, hingga mengolah hasil pembelajaran. Meskipun proses komunikasi tidak selalu lancar, dikarenakan sinyal jaringan yang kurang mendukung antar Kota Serang dan Kabupaten Bireuen, namun saya (Guru Mitra) dan Guru Inti senantiasa berusaha memberikan yang terbaik. Melalui kerja keras dan koordinasi yang efektif di antara kami, saya memutuskan untuk mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa Mandiri (LKSM) yang ditujukan untuk kegiatan siswa di rumah secara mandiri. LKSM yang dikembangkan merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2012: 106). Penggunaan LKSM dalam pembelajaran bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bantuan minimal dari guru. Di dalam pemanfaatannya, guru hanya sebagai fasilitator belajar. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Susilana dan Riyana (2008: 14) yang menyatakan modul (sebagai dasar penyusunan LKSM) merupakan suatu paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa untuk kepentingan belajar siswa. Dalam penggunaan LKSM, guru memberikan kelonggaran kepada siswa yang masih belum memiliki smartphone (HP) pribadi dengan


28 memberikan waktu tambahan untuk mengikuti pembelajaran secara daring, khususnya dalam mengerjakan tugas. Hal tersebut karena sebagian siswa belajar secara daring dengan meminjam smartphone milik orang tuanya, sehingga mereka harus menunggu orang tuanya pulang kerja untuk menjawab pertanyaan yang ada di dalam LKMS melalui WA atau bertanya melaui WA grup apabila mereka menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang disajikan di dalam LKMS. Terkait implementasinya, saya sebagai guru selalu siap melayani siswa (melalui WA) kapanpun apabila ada siswa yang mengalami kesulitan ketika mengerjakan LKSM. Dalam prakteknya, penggunaan LKSM berjalan dengan baik dan turut memaksimalkan proses pembelajaran, materi pembelajaran tersampaikan secara lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara daring saja tanpa aktivitas belajar lainnya, termasuk pelaksanaan ujian dan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Setelah digunakan dalam sejumlah kegiatan pembelajaran, LKSM yang kami kembangkan hasilnya cukup memuaskan. Salah satunya ditandai dengan proses pembelajaran yang lebih terarah sehinga hasil belajar siswa semakin meningkat kualitasnya. Menurut catatan saya, sekitar 90% dari jumlah siswa kelas IX yang saya kelola, ternyata setelah mereka belajar dengan bantuan LKSM, mereka dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan demikian, solusi pembelajaran dengan menggunakan LKSM dapat membantu guru dalam mengatasi minimnya waktu dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa. Pengalaman mengembangkan LKSM ini menjadi pemicu bagi saya, selaku guru (Guru Mitra) untuk senantiasa menjalin kerjasama dengan guru lain (Guru Inti atau rekan sejawat) dalam mengatasi permasalahan dalam pembelajaran. Di samping itu, pengalaman tersebut menambah wawasan dan keterampilan saya sebagai guru (Guru Mitra) dan siswa dalam pemanfaatan salah satu perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yaitu smar-phone atau (HP) yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Penutup Saya mendengar kabar bahwa setelah dijalani beberapa saat, ternyata pembelajaran secara daring memiliki banyak keterbatasan. Salah satunya adalah pengalaman psikologis belajar siswa amat terbatas, karena atmosfir belajar yang semestinya turut hadir sebagai bagian dari proses pendidikan. Berdasarkan alasan tersebut, mulai tahun ajaran 2020/2021 pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud, mengubah sistem pembelajaran dari daring kembali menjadi menjadi tatap muka. Seandainya kebijakan pembelajaran (kembali) tatap muka jadi dilaksanakan, saya kira LKSM masih tetap dapat digunakan, karena


29 menanamkan kemandirian belajar pada siswa sudah semestinya, dalam situasi pandemi Covid-19 maupun dalam situasi “normal” tanpa pandemi Covid-19. Dengan kata lain pemanfaatan LKSM dapat terus dimanfaatkan kapanpun dan dalam situasi apapun. Kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud, dibuat untuk menanggulangi kekosongan atmosfir pembelajaran real di sekolah yang amat penting bagi perkembangan (psikolgis) pendidikan siswa, namun dalam pelaksanaannya tetap harus selalu berhati-hati karena tetap mengandung resiko, yaitu potensi para peserta didik dan pendidik terpapar Covid-19, karena mereka berinteraksi secara langsung. Oleh karena itu, kebijakan ini dibarengi dengan syarat protokol kesehatan yang ketat dengan melibatkan dinas kesehatan dan instansi terkait lainnya untuk turut memantau implementasinya. Daftar Pustaka Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Susilana, R., Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima.


30 PEMANFAATAN VIDEO CONFERENCE “LIVE MEETING” UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATERI KOORDINAT KARTESIUS KELAS VIII SMPN 1 NABIRE Oleh: WIWORORATIH SULISTYANINGRUM, S.Pd., M.M. Guru SMP Negeri 1 Nabire, Papua Pendahuluan Secara geografis, wilayah Indonesia demikian luas, sehingga pengelolaan berbagai hal menjadi tidak mudah, pendidikan tidak terkecuali. Pengelolaan sektor pendidikan di Indonesia demikian kompleks karena melibatkan banyak pihak pada wilayah yang demikian luas. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu faktor betapa pendidikan di negeri kita belum merata, khususnya pada aspek kualitas. Program Kemitraan adalah sebuah program yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) yang dikelola oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar untuk meningkatkan dan memeratakan kualitas pendidikan di Indonesia. Proram ini melibatkan 3 (tiga) kelompok guru, yaitu Guru Inti, Guru Mitra, dan Guru Imbas. Pertimbangan keterlibatan guru dalam program ini menjadi penting, karena di antara sejumlah komponen pada sektor penting, guru adalah elemen krusial yang menentukan proses dan hasil pendidikan (pembelajaran). Program kemitraan merupakan salah satu solusi alternative dalam upaya penting bagi peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi Ditjen GTK. Dalam program ini, Guru Inti adalah guru dari wilayah dengan rata-rata capaian nilai UN yang tinggi, sementara Guru Mitra adalah guru dari wilayah dengan rata-rata capaian nilai UN yang (relative) rendah. Hasil dari kolaborasi di antara Guru Mitra dan Guru Inti tersebut diharapkan berpengaruh terhafap peningkatan kualitas proses pembelajaran dan capaian hasil belajar siswa. Bahkan jika memungkinkan, di masa mendatang, kegiatan ini diharapkan terus meluas hingga menyentuh guru-guru di sekolah yang ada di sekitar sekolah tempat bertugas para Guru Mitra atau lazim disebut sebagai Guru Imbas. Aktivitas inti dari Program Kemitraan adalah bagaimana para Guru Mitra belajar dari para Guru Inti tentang bagaimana mengelola pendidikan dan bagaimana para Guru Inti melakukan pendampingan kepada para Guru Mitra sesuai dengan kebutuhanya masing-masing, khususnya pada aspek pembelajaran. Di dalam kegiatan tersebut terdapat kegiatan kunjungan Guru Inti ke sekolah Guru Mitra, demikian pula sebaliknya, Guru Mitra juga


31 mengunjungi sekolah Guru Inti untuk melaksanakan kegiatan “magang”, yang dikenal dengan OJL atau On the Job Learning selama kurang lebih 1 (satu) minggu untuk belajar dan melihat secara langsung proses pembelajaran di sekolah tempat Guru Inti agar dapat membawa sejumlah praktik baik untuk diadaptasi di sekolah tempat bertugas Guru Mitra di SMP Negeri 1 Nabire, Papua. Pembahasan Program Kemitraan akan terlaksana dengan baik apabila ditunjang oleh berbagai kondisi yang kondusif. Tetapi kenyataan di lapangan tidak sederhana, begitu banyak kendala yang menghambat kelancarannya, sehingga membuat gagasan program ini tidak mulus terlaksana dengan baik. Salah satunya adalah kendala adanya pendemi Covid-19 (Corona Virus Diseases-19) yang melanda berbagai belahan dunia. Pandemi Covid-19, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap berbagai hal, tidak terkecuali terhadap pelaksanaan Program Kemitraan ini. Dengan adanya pandemi Covid-19, proses pembelajaran tidak maksimal karena kegiatan pembelajaran tatap muka langsung di dalam kelas digantikan dengan kegiatan pembelajaran tatap maya melalui media. Mengganti ruang kelas dengan ruang virtual yang tampak pada layar media adalah sebuah “keterpaksaan” karena pada dasarnya ruang kelas nyata dengan guru nyata berdiri di depan kelas tidak akan dapat tergantikan dengan media secanggih apapun. Belum lagi kebijakan yang cenderung terus berubah karena situasi, dari secara tatap muka penuh berubah menjadi secara daring (dalam jaringan – online), kemudian secara tatap muka yang dilakukan secara persesi. Hal tersebut membuat guru harus bekerja keras dalam menentukan cara yang tepat untuk menyajikan kegiatan pembelajaran yang efektif sehingga peserta didik menerima materi pelajaran yang seharusnya mereka terima dan menguasai materi pelajaran tersebut sebagaimana seharusnya. Berikut adalah beberapa upaya yang dilakukan oleh Guru Mitra untuk mengatasi berbagai kendala yang menghambat pelaksanaan kegiatan pembelajaran secara daring. 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembela (RPP) model daring; 2. Mengusahakan adanya platform dan kuota yang akan digunakan untuk melaksanakan video conference; 3. Membuat link untuk dibagikan kepada peserta didik sebelum melakukan kegiatan pembelajaran secara daring; 4. Memberikan materi pelajaran melalui Whatsapp dalam bentuk power point (ppt), video, dan sebagainya;


32 5. Memberikan penjelasan materi pelajaran secara langsung, melalui tatap muka terbatas dengan menggunakan aturan protocol kesehatan; dan 6. Memberikan tugas dan quis sederhana kepada peserta didik untuk mengukur pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk melengkapi artikel ini, saya sampaikan beberapa ilustrasi kegiatan Program Kemitraan yang saya lakukan. Gambar 1. Kegiatan Pembelajaran Daring Gambar 2. Kegiatan Diskusi (Lanjutan Pembelajaran)


33 Gambar 3. Materi Pelajaran yang Diunggah di Media Pembelajaran matematika dengan memanfaatkan video conference “live meeting” yang saya lakukan dengan pendampingan dari Guru Inti, sejak persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap pembelajaran, ternyata dapat lebih menggairahkan siswa untuk belajar matematika. Meskipun belum optimal sepenuhnya, namun menjadi awal yang baik dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang mereka pelajari, khusus pada pembahasan kali ini untuk topik koordinat kartesius yang disajikan di kelas VIII SMP Negeri 1 Nabire, Papua. Hal lain yang perlu saya utarakan di sini adalah betapa saya merasakan manfaat dari Program Kemitraan yang disenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar,Ditjen GTK, Kemdikdud ini. Beberapa di antaranya adalah: 1. Saya semakin menyadari bahwa untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan kerjasama dari berbagai pihak melalui kegiatan kolaborasi yang di dalamnya prinsip saling berbagi dan saling memotivasi, khususnya di antara Guru Inti dengan Guru Mitra. 2. Saya semakin memahami bagaimana menyusun perangkat pembelajaran yang lengkap dan baik, termasuk bagaimana menganalisis KI dan KD serta mengembangkan silabus, RPP, dan LKPD yang efekttif. 3. Saya bertambah motivasi untuk senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan sebagai guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif demi kepentingan peserta didik.


34 Penutup Setelah saya mengikuti Program Kemitraan, saya merasa sangat beruntung karena berkesempatan menimba pengetahuan, keterampilan, dan wawasan dari berbagai pihak, khususnya dari Guru Inti dan sekolah tempat Guru Inti bertugas. Berdasarkan pengalaman ini, saya akan selalu mencoba memperbaiki diri untuk meningkatkan kompetensi mengajar saya sebagai guru, demi meningkatkan mutu belajar peserta didik yang saya kelola. Daftar Pustaka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Edisi Revisi 2017. Matematika Kelas VIII Semester 1: Jakarta. Tezar Arnenda, Modul Pengayaan Matematika SMP/MTs Kelas VIII Semester 1.2020: Surakarta.


35 PENDAMPINGAN GURU INTI KEPADA GURU MITRA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SMPN 1 HALMAHERA UTARA PADA MATERI FUNGSI KUADRAT MENGGUNAKAN APLIKASI GOOGLE MEET Oleh: DINI ARIANTY, S.Si SMP Negeri 2 Bantul Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Pendahuluan Program kemitraan adalah salah satu program Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk peningkatan dan pemerataan pendidikan. Aktivitas utama di dalam program tersebut adalah kolaborasi di antara Guru Inti dan Guru Mitra sehingga mereka saling berbagi pengalaman dan memotivasi dalam menyelesaikan permasalahan, khususnya yang terkait dengan pembelajaran. Guru Inti adalah guru dari daerah dengan rerata capaian nilai UN tinggi dan Guru Mitra adalah guru dari daerah dengan rerata capaian nilai UN relatif rendah. Hasil dari kolaborasi tersebut diharapkan berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan capaian hasil belajar siswa. Menurut rencana, pendampingan Program Kemitraan yang dimulai pada tahun 2019 akan berakhir pada tahun 2021. Namun, karena pada awal tahun 2020 terjadi pandemi Covid-19, maka kegiatan tersebut mengalami perubahan. Kemdikbud membuat kebijakan siswa diharapkan melakukan kegiatan belajar dari rumah (BDR) untuk mencegah penyebaran virus Covid19. Kebijakan BDR membuat guru harus mencari cara terbaik dalam menyampaikan materi sehingga siswa dapat memahami materi yang disajikan, namun di sisi lain aman dari virus Covid-19. Beberapa strategi yang dilakukan oleh Bapak Ferdinand Malihu (Guru Mitra dari SMP Negeri 1 Halmahera Utara) terkait dengan program BDR adalah melalui pemberian tugas yang diambil oleh orang tua seminggu sekali, pemberian materi serta tugas melalui grup Whatsapp, serta berdiskusi dengan siswa menggunakan pesan suara dan pesan teks dalam grup Whatsapp. Selain itu memaksimalkan penggunaan website sekolah dalam pemberian materi dan tugas. Pada awalnya pembelajaran dengan pendekatan BDR berjalan dengan baik karena salah satu kelebihan pembelajaran jarak jauh adalah para siswa dapat mengikuti pembelajaran kapan pun dan di mana pun sesuai keinginannya (Yuangga, K. D., & Sunarsi, D., 2020). Siswa dapat mereview materi sesuai dengan kebutuhannya dan dapat belajar secara mandiri dari berbagai sumber sehingga pengetahuan mereka semakin luas. Tetapi lama


36 kelamaan siswa merasa bosan sehingga pada akhirmya sebagian dari mereka tidak membaca materi dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan strategi agar pembelajaran dengan pola tersebut dapat berjalan efektif. Strategi yang dilakukan oleh guru (Guru Mitra) adalah pembelajaran secara daring melalui: (1) penguatan terhadap interaksi antara murid dengan guru; (2) pemanfaatan interaksi antar murid atau dengan guru; dan (3) perencanaan beberapa kuis online (Yuangga, K. D., & Sunarsi, D., 2020). Untuk mengatasi kurangnya interaksi pada saat proses penyampaian materi, penggunaan platform digital seperti video conference Google Meet dapat dijadikan pilihan guru karena penggunaan platform ini memungkinkan guru dan siswa berinteraksi melalui video (Putra & Irwansyah, 2020). Pembahasan Selama masa pandemi Covid-19, SMP Negeri 1 Halmahera Utara sebagai salah satu sekolah yang termasuk “zona merah” mengadakan BDR. Beberapa cara yang dilakukan oleh Guru Mitra agar materi tersampaikan dengan baik namun tetap aman, baik bagi guru maupun siswa, adalah: 1. Membentuk grup Whatsapp yang beranggotakan seluruh siswa dari kelas yang diampu, mereka diberi file materi pembelajaran dalam format Ms.Word/Ppt. Untuk tugas dan diskusi menggunakan pesan teks dan suara. Pemberian materi dengan menggunakan Whatsapp relatif mudah, murah, dan relatif aman karena tidak ada interaksi secara langsung antara guru dan siswa. 2. Menggandakan materi dan tugas, kemudian orang tua mengambil setiap sepekan sekali dan pengumpulan respons pada pekan berikutnya, Cara ini dilakukan untuk memfasilitasi siswa yang mengalami kesulitan koneksi internet. Namun demikian, cara ini berbiaya karena sekolah harus menggandakan materi dan orang tua harus menggunakan ongkos ketika pergi-pulang ke sekolah. 3. Memaksimalkan penggunaan website sekolah yang sudah ada sejak tahun 2016. Setiap guru mempunyai akun pada website sekolah, sehingga mereka dapat mengunggah materi maupun tugas melalui website tersebut, sementara siswa dapat mengakses materi maupun tugas dengan cara mengetikkan nama guru yang dituju. Cara ini pun relatif mudah dan murah, namun terdapat kendala, yaitu tidak semua siswa mempunyai koneksi internet yang kuat sehingga tetap dibutuhkan cara kedua. Sebagaimana cara pertama, cara kedua juga relatif aman karena tidak ada interaksi fisik secara langsung antara guru dan siswa. Awalnya pembelajaran di SMP Negeri 1 Halmahera Utara berjalan lancar, siswa mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Namun seiring berjalannya waktu, cara tersebut membuat sebagian


37 besar siswa merasa bosan sehingga mereka tidak mau lagi membaca materi yang diberikan oleh guru. Terkait dengan permasalahan ini, Guru Mitra dan Guru Inti berdiskusi membahas upaya yang harus dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung efektif. Pendampingan Guru Inti kepada Guru Mitra dilakukan dengan menggunakan media Whatsapp dan Zoom Meeting. Guru Inti menyarankan kepada Guru Mitra agar menggunakan aplikasi Google Meet karena lebih mudah dan lebih murah dalam melayani kebutuhan siswa melalui interaksi secara virtual dengan guru dan teman-temannya. Aplikasi Google Meet dipilih untuk mengatasi kurangnya interaksi pada kegiatan BDR. Terkait dengan hal tersebut, disepakati pertemuan dengan aplikasi Google Meet. Cara ini dipilih dengan pertimbangan: 1. Kebutuhan siswa untuk berinteraksi dengan guru dan teman-temannya; 2. Penggunaan Google Meet relatif mudah dan murah; dan 3. Aplikasi Google Meet memiliki fitur presentasi daring (online). Namun demikian, ada beberapa kendala dalam penggunaan aplikasi Google Mee, di antaranya SMP Negeri 1 Halmahera Utara berada pada daerah kepulauan sehingga tempat tinggal siswa tersebar di pulau-pulau, walau ada juga yang tinggal di kota, sehingga kendala utama dari penggunaan aplikasi Google Meet adalah koneksi internet. Kendala lainnya adalah aplikasi Google Meet masih baru bagi sebagian siswa sehingga sebagian dari mereka belum familiar dengannya, walaupun penggunaannya mudah tapi apabila belum terbiasa akan mengalami kesulitan. Kendala-kendala tersebut di atas, didiskusikan oleh Guru Mitra dan Guru Inti agar pembelajaran menggunakan Google Meet tidak terhambat. Akhirnya, disepakati bahwa guru (Guru Mitra) perlu mengumumkan kepada siswa tentang waktu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Google Meet melalui grup Whatsapp kepada orang tua pada saat mereka mengambil materi ajar di sekolah. Harapan dari hal ini adalah agar siswa dapat mempersiapkan diri dengan mencari tempat yang terjangkau oleh koneksi internet dan menyiapkan kuota yang cukup. Kendala kedua diatasi dengan cara memberikan tutorial dalam bentuk tertulis yang dititipkan kepada orang tua pada saat mereka ke sekolah. Hal ini juga diunggah ke website sekolah agar dapat diketahui oleh semua siswa dan orang tua. Pada suatu kesempatan Guru Mitra mengajarkan matematika dengan menggunakan Google Meet yang dihadiri oleh kepala sekolah, Guru Inti, Guru Mitra, beberapa Guru Mitra lain dan sejumlah Guru Imbas. Peserta yang hadir mencapai 80%. Guru Mitra memberikan materi dengan sangat bagus. Pada saat sesi pertanyaan, terlihat antusiasme siswa yang menandakan bahwa mereka menyimak dengan baik penjelasan guru, sehingga ada keinginan untuk bertanya. Pertanyaan pertama dari salah seorang siswa tentang bagaimana mencari titik puncak dari grafik fungsi kuadrat. Pertanyaan kedua tentang bagaimana menentukan titik potong grafik fungsi kuadrat dengan


38 sumbu-x. Berikutnya semakin banyak siswa yang bertanya dengan antusias. Setelah pembelajaran usai, Guru Mitra dan Guru Inti mengadakan refleksi tentang pembelajaran. Sedikit catatan untuk Guru Mitra, pada saat pembelajaran guru juga dapat bertanya pada siswa dan siswa dapat menjawab dengan menunjukkan caranya di video atau guru. Hal lain adalah dengan cara sesekali memanggil siswa untuk memastikan bahwa siswa tetap mengikuti pembelajaran. Penutup Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika selama pandemi Covid-19 dengan menggunakan Google Meet membuat siswa terlibat aktif dan dapat mengusir kebosanan dalam pembelajaran karena mereka dapat berinteraksi secara virtual langsung dengan guru dan teman-temannya. Hal tersebut menjadi obat penawar rindu bagi siswa untuk berinteraksi langsung dengan guru dan teman-temannya. Sebagai efek iringan dari pola pembelajaran ini adalah siswa lebih mudah memahami bahan pelajaran karena mendengar secara langsung pengarahan dari guru. Keterampilan lain yang didapat siswa dari pembelajaran dengan menggunakan Google Meet adalah keterampilan mengungkapkan pendapat dan mengomunikasikan gagasan kepada orang lain. Berdasarkan hasil praktik pembelajaran dengan menggunakan Google Meet, penulis menyarankan kepada para Guru Mitra untuk mengadakan pertemuan virtual dengan siswa menggunakan aplikasi Google Meet untuk menguatkan interaksi, baik dengan guru maupun antar siswa. Praktik baik pembelajaran matematika dengan menggunakan aplikasi Google Meet diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru lain dalam menerapkan strategi pembelajaran selama pandemi Covid-19. Hasil praktik baik ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Daftar Pustaka Yuangga, K. D., & Sunarsi, D. (2020). Pengembangan media dan strategi pembelajaran untuk mengatasi permasalahan pembelajaran jarak jauh di pandemi Covid-19. Jurnal Guru Kita. Putra, S.R., & Irwansyah. (2020). Media komunikasi digital, efektif namun tidak efisien, studi media richness theory dalam pembelajaran arak jauh berbasis teknologi di masa pandemic. Jurnal Global Komunika.


39 REFLEKSI Matematika merupakan mata pelajaran dengan objek kajian yang abstrak dan dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Pembelajaran matematika yang difasilitasi oleh guru khususnya pada masa Pandemi Covid-19 di setiap jenjang pendidikan menimbulkan banyak polemik dan masalah, baik melalui pembelajaran jarak jauh secara luring, daring, maupun kombinasi. Namun demikian, banyak juga guru inovatif yang berhasil menyelesaikan masalah selama pembelajaran pada masa Pandemi Covid-19 dengan mengembangkan dan menerapkan strategi, metode, dan media pembelajaran yang relevan untuk kondisi khusus, seperti Pandemi Covid-19. Pengalaman baik guru melaksanakan tugas dan fungsinya dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran harus difasilitasi untuk didiseminasikan kepada guru lainnya melalui program yang sistematis, terarah, dan berkelanjutan. Program Kemitraan yang diselenggarakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Kemdikbud merupakan wahana untuk guru dapat saling berbagi dan mengimbaskan pengetahuan serta pengalaman baik dalam memecahkan masalah pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika dalam kondisi khusus Pandemi Covid-19. Budaya belajar kolaboratif guru yang terbangun melalui Program Kemitraan merupakan kunci keberhasilan pendidikan secara nasional untuk memecahkan masalah pendidikan selama ini yang tidak mungkin dapat diselesaikan oleh guru secara individual. Dengan kata lain, Program Kemitraan ini merupakan harapan besar agar guru memiliki kesadaran tentang pentingnya berbagi dan membangun budaya belajar kolaboratif untuk pendidikan nasional yang lebih baik di masa kini dan masa mendatang. Program Kemitraan yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru matematika dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran matematika khususnya selama Pandemi Covid-19 harus dilanjutkan dengan memberdayakan komponen lainnya, sehingga terbangun komunitas-komunitas baru yang lebih besar dan memiliki kekuatan lebih untuk menyelesaikan tantangan pendidikan ke depan yang juga lebih besar. Program Kemitraan ke depan harus mulai difokuskan pada pemberdayaan komunitas belajar (learning community development) dan pengembangan budaya belajar kolaboratif yang lebih sistemik, sehingga perbaikan kinerja tidak hanya terjadi pada level guru tetapi juga pada level sistem pendidikan dengan skala yang lebih luas.


Click to View FlipBook Version