The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by asnitanainggolan27, 2023-10-11 11:12:29

BA XII 3.3 Pemanfaatan PJ dan SIG Full

BA XII 3.3 Pemanfaatan PJ dan SIG Full

“Bahan Ajar SMA / MA Kelas XII” KD 3: 3.3 Menganalisis jaringan transportasi dan tataguna lahan dengan peta dan/atau citra Pengindraan Jauh serta SIG kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan. KD 4: 4.4 Menyajikan peta tematik berdasarkan pengolahan citra pengindraan jauh dan SIG untuk pengembangan potensi dan lingkungan. KELAS 12


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.3 Menganalisis jaringan transportasi dan tataguna lahan dengan peta dan/atau citra Pengindraan Jauh serta SIG kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan. 3.3.1 Menjelaskan konsep transportasi. 3.3.2 Menjelaskan perencanan trasportasi. 3.3.3 Menjelaskan konsep dasar jaringan transportasi. 3.3.4 Menyebutkan bentuk-bentuk pemanfaatan hasil interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait jaringan transportasi. 3.3.5 Menjabarkan langkah-langkah interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait jaringan transportasi. 3.3.6 Menganalisis hasil interpretasi peta dan pengolahan citra pengindraan jauh terkait jaringan transportasi. 3.3.7 Mendefinisikan pengertian tata guna lahan. 3.3.8 Menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi penetapan penggunaan lahan. 3.3.9 Menyebutkan klasifikasi penggunaan lahan. 3.3.10 Menjelaskan manfaat citra pengindraan jauh terkait penghunaan lahan. 3.3.11 Menjelaskan unsur – unsur interpretasi citra pengindraan jauh terkait pengunaan lahan. 3.3.12 Menjelaskan manfaat SIG terkait pemetaan penggunaanlahan dan tata guna lahan. 3.3.13 Menginterpretasi peta penggunaanlahan dan peta rencana tata ruang wilayah. 3.3.14 Menganalisis hasil pengolahan citra penginderaan jauh terkait tata guna lahan. 4.3 Menyajikan peta tematik berdasarkan pengolahan citra pengindraan jauh dan SIG untuk pengembangan potensi dan lingkungan.. 4.3.1 Menyajikan peta rencana jaringan transportasi (Peta Rencana Jalur Rel Kereta Api Menuju Bandara Baru Kulon Progo) berdasarkan hasil interpretasi dan pengolahan citra pengindraan jauh. 4.3.2 Menyajikan peta titik rawan kemacetan di jaringan jalan lingkar luar Kota Yogyakarta dan sekitarnya. 4.3.3 Menyajikan petasistem jaringan transportasi di sebagian daerah Kota Yogyakarta. 4.3.4 Mempresentasikan hasil interpretasi peta penggunaan lahan dan rencana tata ruang wilayah. 4.3.5 Membuat peta mental hasil interpretasi citra pengindraan jauh terkait pengunaan lahan. 4.3.6 Mempresentasikan analisis hasil deliniasi citra pengindraan jauh untuk penggunaan lahan.


A. KONSEP DASAR JARINGAN TRANSPORTASI 1. Definisi Jaringan Transportasi Trasportasi merupakan salah satu objek kajian geografi, yang berkaitan dengan interaksi antarwilayah. Transportasi menjadi tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah di muka bumi. Wilayah dengan kondisi geografis yang beragam memerlukan keterpaduan antar jenis transportasi dalam melayani kebutuhan masyarakat.Pada dasarnya, sistem transportasi dikembangkan untuk menghubungkan dua lokasi tata guna lahan yang mungkin berbeda. Transportasi digunakan untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih meningkat. Oleh karena itu wilayah yang dihubungkan tidak tertutup pada dua wilayah saja, tetapi banyak wilayah sehingga membentuk sebuah jaringan transportasi sehingga setiap wilayah saling berhubungan dengan wilayah lainnya. Jaringan transportai adalah suatu sistem untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain Ada beberapa komponen dasar yang erfungsi pada semua sistem transportasi. Tamin (2000) mengatakan bahwa pergerakan dapat dibedakan berdasarkan tujuan, waktu, dan kondisi sosial ekonomi yang melakukan pergerakan. a. Berdasarkan tujuan pergerakan Pergerakan ini berawal dari rumah yang memiliki tujuan pergerakan ke tempat kerja, ke tempat pendidikan, ke tempat belanja, dan ke tempat sosial dan rekreasi. Pergerakan ke tempat kerja dan tempat pendidikan dilakukan setiap hari sehingga disebut pergerakan rutin. b. Berdasarkan waktu Pergerakan ini dibedakan pada jam sibuk dan bukan jam sibuk. c. Berdasarkan kondisi sosial ekonomi Pergerakan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan (tinggi, menengah, dan rendah) dan kepemilikan kendaraan (tidak memiliki, memiliki 1 kendaraan, memiliki 2 kendaraan atau lebih per rumah tangga).


Gambar 1. Peta Infrastruktur Jaringan Jalan DIY Sumber : www.GIS.Jogjaprov.go.id Menurut UU no 38 tahun 2004, jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang mepunyai peranan penting dalam mendukung bidang ekonomi sosial budaya serta lingkungan yang dapat dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan suatu daeah, dan memperkokoh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahana dan keamann nasional, serta membenuk struktur ruan dalam ragak mewujudkan sasaran pembangunan nasional. a. Pengelompokan jalan menurut sistemnya Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder (UU No. 38 Tahun 2004 Pasal 7): 1) Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk mengembangkan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. 2) Sistem jarigan jalan sekunder Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. b. Pengelompokan jalan menurut fungsinya. Jalan umum menurut fungsinya (UU No. 38 Tahun 2004 Pasal 8) dikelompokan ke dalam: 1) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.


2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpulan atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. c. Pengelompokkanjalan menurut statusnya Jalan umum menurut statusnya (Gunardo, 2014: 61) dikelompokan ke dalam: 1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota propinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol. 2) Jalan propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota propinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, antar ibu kota kabupaten/kota dan jalan strategis propinsi. 3) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. 4) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota. 5) Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. 2. Komponen-Komponen Sistem Transportasi Gambar 2. Bagan Komponen-Komponen Sistem Transportasi Suatu sistem transportasi terdiri dari beberapa komponen diantaranya: a. Benda yang digerakan (Manusia dan Barang) Sistem transportasi adalah suatu produk sistem perjalanan dari tempat asal ke tempat tujuan. Skala pergerakan bisa mencapai ribuan orang atau ribuan ton


barang yang melakukan pergerakan secara bersamaan. Pergerakan tersebut akan menggunakan prasarana dan sarana yang ada dengan implikasi dimana dari pergerakan yang dilakuan secara massal dan bersamaan dalam suatu kurun waktu tertentu. b. Sarana Transportasi Sarana transportasi adalah alat perhubungan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga segala kegiatan, seperti pertanian perindustrian, dan perekonomian dapat berjalan lancar. c. Prasarana Tranportasi Prasarana transportasi meruapakan segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses pemindahan benda. Prasarana tranportasi diantara terdiri dari jalan, terminal, dan sebagainya. 3. Parameter Utama dalam Penentuan Jaringan Transportasi Kaitannya dengan Interaksi Antarwilayah. Interaksi dalam transportasi erat kaitannya dengan tata guna lahan. Interaksi ini melibatkan berbagai aspek kegiatan serta berbagai kepentingan. Perubahan tata guna lahan akan selalu mempengaruhi perkembangan transportasi dan sebaliknya. Didalam kaitan ini, Black menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran pergerakan serta pemilihan moda pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan tata guna lahan di atasnya. Sedangkan setiap perubahan tata guna lahan dipastikan akan membutuhkan peningkatan yang diberikan oleh sistim transportasi dari kawasan yang bersangkutan (Black, 1981:99). Untuk menjelaskan bagaimana interaksi itu terjadi, Mejer menunjukan kerangka sistim interaksi tata guna lahan dan transportasi. Perkembangan tata guna lahan akan membangkitkan arus pergerakan, selain itu perubahan tersebut akan mempengaruhi pula pola persebaran pola permintaan pergerakan. Sebagai konsekwensi dari perubahan tersebut adalah adanya kebutuhan sistim jaringan serta sarana transportasi. Sebaiknya konsekwensi dari adanya peningkatan penyediaan sistim jaringan serta sarana transporasi akan membangkitkan arus pergerakan baru. Ada dua faktor yang menjadi parameter utama dalam penentuan jaringan transportasi, yaitu: 1) Aksesibilitas Konsep dasar dari interaksi atau hubungan antara tata tata guna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas (Peter, 1975:307). Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistim pengaturan tata tata guna lahan secara geografis dengan sistim jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan ‘’mudah’’ atau ‘’susahnya’’ lokasi tersebut dicapai melalui sistim jaringan transportasi (Black dalam Tamin, 2000:32). Gerak manusia kota dalam kegiatannya adalah dari rumah ke tempat bekerja, ke sekolah, ke pasar, ke toko, ke tempat hiburan, kemudahan bagi penduduk untuk menjembatani jarak antara berbagai pusat kegiatan disebut tingkatan daya jangkau atau aksesibilitas (Jayadinata, 1992:156). Interaksi seperti dikemukakan tersebut menunjukan bahwa pekerjanya sistim interaksi tata guna lahan dan transportasi sangat dinamis dan melibatkan unsur-unsur lain sebagai pembentuk watak setiap komponen seperti pada komponen tata guna lahan terliput adanya unsur kependudukan, sosial ekonomi, ekonomi wilayah, harga lahan dan sebagainya. Selain itu


komponen sistim transportasi terliput adanya unsur kemajuan teknologi, keterbatasan sistem jaringan , sistem operasi dan lain sebagainya. Implikasi dari perubahan atau perkembangan sistem aktivitas adalah meningkatkan kebutuhan prasarana dan sarana dalam bentuk pemenuhan kebutuhan aksesibilitas, peningkatan aksesibilitas ini selanjutnya akan memicu berbagai perubahan tata guna lahan. Proses perubahan yang saling mempengaruhi ini akan berlangsung secara dinamis. Apabila tata tata guna lahan saling berdekatan dan jaringan transportasi antar tata tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi, sebaiknya, jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh, dan hubungan transportasi jelek, maka aksesibilitas rendah. Sedangkan kombinasi antar keduanya mempunyai aksesibilitas menengah. 2) Bangkitan dan Pergerakan Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik kesuatu tata tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu-lintas merupakan fungsi tata tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu-lintas. Bangkitan dan tarikan tergantung pada dua aspek tata tata guna lahan menurut (Tamin, 2000:41), yaitu : 1. Maksud perjalanan, merupakan ciri khas sosial suatu pejalanan. Misalnya ada yang bekerja, sekolah, dan sebagainya. 2. Jarak dari Pusat Kegiatan, yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan pemilihan moda. 3. Peruntukan penggunaan lahan, adalah ciri khas alami yang dapat dijadikan parameter dalam menentukan perencanaan jaringan transportasi. 4. Pemilihan moda perjalanan, merupakan sisi lain dari maksud perjalanan yang dapat digunakan untuk mengelompokan macam perjalanan. Setiap moda mempunyai kekhususan dalam transportasi kota dan mempunyai beberapa keuntungan disamping sejumlah kekurangan. B. PERENCANAAN TRANSPORTASI 1. Pengertian Perencanaan Transportasi Perencanaan transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi seperti jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan. Permasalahan dalam perencanaan transportasi yaitu pada sifat tansportasi yang lebih sebagai suatu sistem dengan pola interaksi yang kompleks, sehingga perencanaan transportasi dapat menjadi suatu kegiatan yang rumit dan memakan waktu, serta usaha dan sumber daya yang besar. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi dilakukan pembatasan-pembatasan terhadap tingkat maupun lingkup analisisnya, sehingga hasil perencanaan transportasi lebih bersifat indikatif dibandingkan sifat kepastiannya.


Gambar 3.Ilustrasi model perencanan transportasi Sumber : www.google.image.com Perencanaan transportasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merencanakan dan memprediksi kebutuhan tansportasi di masa yang akan datng. Data yang dibutuhkan dalam perencanan transportasi meliputi data kependudukan (demografi), penggunaan lahan, kondisi ekonomi dan data kebutuhan perjalanan (demand travel). Data ini digunakan untuk anlisis pola mobilitas penduduk. Selain itu ada yang digunakan dalam kajian transportasi yaitu lokasi pekerjaan, waktu yang diperlukan untuk tiba di lokasi pekerjaan, kepemilikan kendaraan, dan jenis kendaraan digunakan. Terdapat beberapa konsep perencanaa transportasi yang telah berkembang sampai saat ini, yang paling populer adalah “Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap”. Menurut Tamin (2000), model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa seri submodel yang masing-masing harus dilakukan secar terpisah dan berurutan. Adapun keempat dari submodel tersebut yaitu sebagai berikut a. Pemodelan bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation and Trip Atracton) Tahap bangkitan dan tarikan pergerakan bertujuan memperkirakan jumlah pergerakan yang akan dilakukan pada setiap tempat asal (i) ke tempat tujuan (j) misalnya anak sekolah yang pergi ke sekolah. Data atau informasi yang digunakan daalm penentuan bangkitan dan tarikan pergerakan, yaitu penggunaan lahan, penduduk, dan kondisi sosial ekonomi. Jumlah bangkitan dan tarikan pererakan merupak informasi yang sangat penting dalam memperkirakan pegerakan antarwilayah. Pergerakan antarwilayah juga sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitas sistem jaringan jaln antar wilayah tersebut.


Gambar 4. Ilustrasi bangkitan (i) dan tarikan pergerakan (j) Sumber : www.google.image.com b. Pemodelan sebaran/distribusi pergerakan (Trip Distribution) Tahap distibusi pergerakan merupakan interaksi antar penggunaan lahan, angan trasnportasi, dan arus lalu lintas. Pola distribusi (sebaran) arus lalulintas antara tempat asal (i) ke tempat tujuan (d) merupakan hasil interaksi antara lokasi dan penggunaan lahan. Di dalam pemodelan distribusi pergerakan dikenal istilah interaksi spasial. Interaksi spasial dalam geografi adalah arus manusia, barang, uang, atau informasi. Interaksi ini dikarenakan adanya perbedaan potensi wilayah. Misalnya indramayu merupakan salah satu wlayah penghasilan beras sedangkan Jakarta tidak. Maka dari itu terjadi distribusi pergerakn dari Indramayu ke Jakarta. Gambar 5. Ilutrasi distribusi pergerakan Sumber : www.google.image.com c. Pemodelan pemilihan moda (Model Split) Pemilihan moda merupakan bagian terpenting dalam perencanaan transportasi karena dilakukannya pemilihan jenis angkutan umum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda, antara lain sebagai berikut. a) Kepemilikan kendaraa pribadi, semakin inggi pemilikankendaran pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pada angkutan umum. b) Struktur rumah tangga, hal ini berdasarkan kondisi rumahtangga seperti umur keluarga da jumlah anggota keluarga, dimana semakin banyak umur dan jumlah anggota keluarga semakin tinggi peluang untuk mempunyai kendaraan pribadi. c) Pendapatan, semakin tingi pendapatan akan semakin besar peluang menggunakan kendaraan pribadi. d) Tujuan pergerakan, misalnya orang akan menngunakan kendaraan pribadi karena ketepatan waktu, kenyamanan, yang tidak dapat dipenuhi oleh angkutan umum.


e) Waktu terjadinya pergerakan, pada malam hari orang akan menggunakan kendaraan pribadi karena tidak adanya angkutan umum. f) Jarak perjalanan, semakin jauh jaraknya cenderung menggunakan angkutan umum. d. Model pemilihan rute perjalanan (Trafic Assigment) Setiap orang dalam melakukan pergerakan akan mencari rute untuk meminimalkan biaya dan waktu perjalanan. Dalam proses pemodelan pemilihan rute, data yang digunakan antara lain permintaan angkutan dan jaringan jalan. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan rute pergerakan, yaitu waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan dan antrian, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan kawasan tertib lalulintas dan marka jalan, serta kebiasan. Pemilihan rute sangat diperlukan untuk dapat menghindari kemacetan dan kendala-kendala lain yang biasa terjadi di jalan misalnya saat akan melakukan perjalanan yang harus melewati jalan yang sudah teridentifkasi macet mak kita bisa mencari jalur alternatif lain untuk mencapai tempat tujuan. 2. Tujuan Perencanaan Transportasi Perencanaan transportasi ditujukan untuk mengatasi masalah transportasi yang sedang terjadi atau kemungkinan terjadi di masa mendatang. Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk mencari penyelesaian masalah transportasi dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut merupakan kebutuhan mutlak yang banyak merombak bentuk jaringan ’urat nadi’ kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia. Salah satu permasalahan yang paling umum terkait transportasi adalah kemacetan. Kemacetan lalu lintas adalah situasi atau keadaan tersendatnya lalu lintas yang ditandai dengan menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan terhentinya lalu lintas. Kemacetan merupakan permasalahan yang umum terjadi dan banyak terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya mengakibatkan kota menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Kemacetan lalu lintas bisa disebabkan oleh beberapa aspek. Ada beberapa aspek penting yang mempengaruhi kemacetan lalu lintas, yaitu: a. Tipe Lingkungan Jalan atau Penggunaan Lahan Sisi Jalan Tipe lingkungan jalan menurut Munawir (2004) terbagi mnjadi : 1) Komersial, yaitu penggunaan lahan untuk kegiatan komersial (misal: pasar, pertokoan, perkantoran) dengan akses samping jalan langsung untuk kendaraan dan pejalan kaki. 2) Pemukiman, yaitu penggunaan lahan untuk pemukiman dengan akses samping jalan langsung untuk kendaraan dan pejalan kaki. b. Tipe Pelayanan Jalan Menurut Dirjen Bina Marga (1997) Tingkat pelayanan jalan (level of service) adalah ukuran kualitatif yang digunakan untuk menerangkan mengenai kondisi operasional dalam arus lalu lintas dan penilaiannya oleh pemakai jalan (pada umumnya dinyatakan dalam kecepatan, waktu tempuh, kebebasan bergerak, interupsi lalu lintas, keenakan, kenyamanan, dan keselamatan). Tingkat pelayanan jalan dapat digunakan untuk mengetahui kondisi lalu lintas pada suatu jalan dan dapat digunakan sebagai indikator


kemacetan yang didasarkan pada kondisi lalu lintas pada suatu jalan yang dibedakan menjadi enam tingkatan. Tingkat Pelayanan Karakteristik A Arus lalu-lintas bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat memilih kecepatan yang dikehendaki. B Arus lalu-lintas stabil, tetapi kecepatan operasi mulai sedikit terbatas akibat peningkatan volume lalu-lintas; pengemudi masih memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan. C Arus lalu-lintas stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan oleh volume lalu-lintas, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan. D Arus lalu-lintas mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan, volume lalu lintas masih dapat ditolerir. E Arus lalu-lintas tidak stabil. Kecepatan rendah dan terkadang terhenti, volume lalu-lintas berada pada kapasitas. F Arus lalu-lintas yang terhambat, kecepatan rendah. Volume di bawah kapasitas, banyak berhenti. Tabel 1. Tingkat pelayanan jalan (Level of Sevice) c. Volume Lalu Lintas Menurut Silva Sukirman (1994) Volume lalu lintas adalah jumlah dari arus lalu lintas yang menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satuan waktu (hari, jam, menit). Dalam pengambilan data, setiap kendaraan yang dicatat masih memakai ekuivalensi mobil penumpang (emp). Hasil tersebut kemudian dikonversikan menggunakan nilai satuan mobil penumpang (smp) per jam. Tujuan mengubah emp menjadi smp adalah untuk menyamakan satuan kendaraan. Adapun nilai ekuivalensi mobil penumpang menurut Dirjen Bina Marga (1997) untuk standar perkotaan adalah: Kelas Kendaraan Nilai Ekuivalensi Kendaraan ringan (mobil pribadi, taksi, kombinasi sepeda motor) 1,00 Sepeda motor 0,25 Kendaraan barang sedang atau berat lebih dari 15 ton 1,20 Bus sedang dan besar, trem 1,20 Sepeda 0,25 Tabel 2. Daftar Satuan Mobil Penumpang d. Kapasitas Jalan Kapasitas jalan dapat diartikan sebagai kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau dengan mempertimbangkan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang per jam (smp/jam). e. Hambatan Samping


Menurut Dirjen Bina Marga (1997) hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja dari aktivitas samping segmen jalan, hambatan samping tersebut antara lain adalah pejalan kaki, angkutan umum dan kendaraan lain parkir atau berhenti, kendaraan masuk atau keluar sisi jalan, dan kendaraan lambat seperti becak dan kereta kuda. 3. Hal-hal yang perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Transportasi Merencanakan perangkutan pada dasarnya adalah memperkirakan kebutuhan angkutan di masa depan yang harus dikaitkan dengan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut ini beberapa hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan transportasi: a. Sarana yang telah ada didayagunakan secara optimum dan ditujukan guna merancang dan membangun berbagai sarana baru. b. Sarana harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan lalu-lintas yang sudah ada maupun yang akan ada, diletakkan pada lokasi yang tepat di dalam daerah atau kota, dan secara ekonomi harus dapat dipertanggungjawabkan. c. Perangkutan harus memberikan keuntungan maksimum kepada masyarakat dengan meminimumkan penggunaan waktu dan biaya. d. Pada saat yang sama harus diperhitungkan pula peningkatan tuntutan akan perkembangan kota atau tata tata guna lahan serta perluasan wilayah perkotaan. 4. Tahapan Proses Perencanaan Transportasi Tahapan proses perencanaan perangkutan, diantaranya meliputi: a. Pendataan kondisi yang ada, meliputi tata tata guna lahan, kependudukan, pemilikan kendaraan, lalu-lintas orang da kendaraan, sarana angkut, kegiatan ekonomi, sumber keuangan, dan bangkitan lalu-lintas. b. Kebijaksanaan pemerintah untuk masa yang akan datang, meliputi pengawasan dan kebijaksanaan pemerintah atas perkembangan pertanahan, serta ciri khas jaringan perhubungan yang akan datang. c. Perkiraan perkembangan wilayah kota, meliputi taksiran kependudukan, kegiatan ekonomi, pemilihan kendaraan, tata tata guna lahan, dan jaringan perhubungan di masa yang akan datang. d. Perkiraan lalu-lintas di masa yang akan datang, meliputi bangkitan lalu-lintas di masa depan, pilihan moda angkutan atau ragam kendaraan, perpindahan antarzone, pembebanan dari pergerakan antarzone ke dalam jaringan perangkutan, dan evaluasi. C. PENGINDERAAN JAUH UNTUK KAJIAN TRANSPORTASI Dalam kajian transportasi, citra penginderaan jauh banyak menyediakan data dan informasi dibandingkan dengan metode pengumpulan data secara konvensional seperti survey lapangan, studi literatur, dan studi dokumentasi. Selain itu, data citra penginderaan jauh lebih banyak tersedia sehingga perencanaan transportasi akan lebih mudah. Peran penginderaan jauh dalam kajian transportasi yaitu untuk penyediaan data penggunaan lahan, pengumpulan data sosial ekonomi, dan inventarisasi jaringan transportasi. 1. Penyediaan data penggunaan lahan Perencanaan transportasi memerlukan data penggunaan lahan untuk menentukan pola pergerakan, volume, distribusi sarana angkutan, dan tingkat


aksesibilitas sistem transportasi.Data penggunaan lahan dapat menentukan harga lahan yang sangat penting dalam perencanaan dan pengembangan kawasan perdagangan, permukiman, industri, dan jasa. Kemudian data lokasi tempat tinggal penduduk (permukiman), dan lokasi beraktivitas penduduk (bekerja, sekolah, rekreasi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pergerakan penduduk sehingga data penggunaan lahan sangat penting untuk perencanaan transportasi.Setiap citra penginderaan jauh dapat menampilkan data penggunaan lahan dengan waktu perekaman yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk memperoleh informasi perubahan penggunaan lahan dalam perencanaan transportasi. Gambar 6. Peginderaan jauh dapat merekam pola pergeakan, volume, distribusi, dan aksesibilitas secara updata. Sumber : Google Earth 2. Pengumpulan data sosial-ekonomi dan jumlah penduduk Kondisi sosial ekonomi dan karakteristik penduduk pada suatu wilayah mencerminkan pola penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi, misalnya menentukan jumlah bangkitan pergerakan. Informasi mengenai jumlah penduduk pada suatu wilayah merupakan parameter penting dalam perencanaan transportasi. Penginderaan jauh merupakan sumber data yang dapat digunakan dalam memperkirakan jumlah penduduk. Untuk memperkirakan jumlah penduduk melalui citra penginderaan jauh yaitu dengan menghitung jumlah unit bangunan dan tipe ukuran bangunan rumah dikalikan dengan jumlah penghuni tipe rumah tersebut. Kategori untuk setiap rumah, yaitu jumlah keluarga besar, keluarga sedang, dan keluarga kecil. Sedangkan kepadatan, kategorinya padat, sedang, dan jarang. Untuk mengetahui pola persebaran penduduk dapat diestimasi dari pola permukiman penduduk. 3. Inventarisai jaringan tranportasi (kondisi jalan) Citra penginderaan jauh resolusi tinggi dapat menampilkan data jaringan jalan, sungai, rel kereta api dengan sangat jelas. Bahkan fungsi jalan dapat


dibedakan dari citra seperti jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Selain jaringan jalan, pada citra juga dapat ditampilkan persimpangan jalan, tempat parkir, terminal, bandar udara, dan stasiun kereta api. Informasi yang detail dan akurat tentang jaringan jalan merupakan dasar untuk manajemen dan perencanaan transportasi. Citra satelit penginderaan jauh dapat menyediakan sumber informasi spasial jaringan jalan seperti lokasi, panjang jalan, lebar jalan, kualitas jalan (jalan beraspal, jalan paving blok, jalan tanah). Informasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki data sistem transportasi yang sudah ada. Gambar 7. Citra satelit penginderaan jauh dapat menyediakan sumber informasi tenang jaringan jalan. Sumber : Google Earth D. KONSEP DASAR TATA GUNA LAHAN 1. Tata Guna Lahan Tata guna lahan sering dipertukarkan dengan istilah penggunaanlahan; karena pada dasarnya memiliki pengertian yang sama. Dalam berbagai literatur, kedua istilah ini disebut landuse. Sedikit perbedaan keduanya hanya terletak pada penekanan pada ruang (space). Tata guna lahan secara implisit mengandung pengertian ruang di dalamnya, karena terkait dengan tata guna, penataan atau pengaturan penggunaan, baik dalam konteks ruang maupun waktu. Sementarapenggunaanlahan tidak ditekankan seperti itu. Dengan demikian, perencanaan tata guna lahan juga memiliki relevansi dan bahkan sama dengan pengertian perencanaan tata ruang (spatial planning). Definisi perencanaan tata guna lahan perlu dilihat secara komprehensif, dari sisi perencanaan, tata guna dan lahan. Secara umum, perencanaan dapat didefinisikan sebagai proses menyiapkan dan membuat sekumpulan keputusan untuk tindakan-tindakan di masa depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan melalui usaha optimal. Keputusan dan tindakan dilakukan terhadap upaya tata guna (menata penggunaan) yang diinginkan (berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan) mengenai lahan, baik pada rentang waktu pendek (saat ini) maupun pada masa yang akan datang.


Pengertian Tata Guna Lahan adalah wujud dalam ruang di alam mengenai bagaimana penggunaanlahan tertata, baik secara alami maupun direncanakan. Dari sisi pengertian perencanaan sebagai suatu intervensi manusia, maka lahan secara alami dapat terus berkembang tanpa harus ada penataan melalui suatu intervensi. Sedangkan pada keadaan yang direncanakan, tata guna lahan akan terus berkembang sesuai dengan upaya perwujudan pola dan struktur ruang pada jangka waktu yang ditetapkan. Perencanaan tata guna lahan (landuse planning) dari sisi intervensi dalam memberikan dorongan dan bantuan pada pengguna lahan (landusers) dalam menata lahan. Penekanan terhadap kata “perencanaan” adalah adanya intervensi, baik dari sisi kebijakan yang diperkuat oleh pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun aktivitas sosial ekonomi yang terorganisasi secara baik. Di sinilah prinsip dan teknik penataan dan zonasi itu diperlukan, melalui pertimbangan efisiensi, ekuitas (equity), dan keberkelanjutan (sustainability). Dari Penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:Pengertian Tata Guna Lahan adalah aktivitas penilaian secara sistematis terhadap potensi lahan dalam rangka untuk memilih, mengadopsi, dan menentukan pilihan penggunaanlahan terbaik dalam ruang berdasarkan potensi dan kondisi biofisik, ekonomi dan sosial untuk meningkatkan produktivitas dan ekuitas, dan menjaga kelestarian lingkungan. Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai aspek. Misalnya, wilayah pembangunan di kota biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum, dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan setiap wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Lokasi dari fasilitas-fasilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria- kriteria tertentu yang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Contohnya, pembangunan tempat penampungan sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain diluar area permukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan kriteria-kriteria lainnya. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteria ini dapat digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria.Contoh lain, seperti pembangunan lokasi pabrik, pasar, fasilitas- fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telepon, dan air. Setelah lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan fasilitas tersebut dapat digabungkan dengan SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil.Sebelum aplikasi SIG digunakan untuk membantu pengambilan keputusan, tugas dari daerah terlebih dahulu memasukkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi dan potensi daerahnya. Data-data yang perlu disiapkan antara lain data peta dan data statistik daerah. Data peta dapat menggunakan data yang sudah ada, seperti dari BIG atau instansi lain. Jika data belum ada atau ingin membuat data yang lebih baru, daerah bisa membuat peta baru berdasarkan foto satelit atau foto udara. Adapun data statistik diambil dari sensus, survei, data daerah dalam angka, dan hasil pendataan lainnya.


Gambar 8. Peta rencana tata guna lahan ProSumber: http://blog.ub.ac.id/lasmono/files/20


obolinggo yang diwujudkan dalam Peta RTRW 013/06/peta_perencanaan.jpg. diunduh 7 Mei 2017


.::. 17 2. Faktor – faktor yang Memengaruhi Penetapan Tata Guna Lahan Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam tata guna lahan. Faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor fisik Faktor fisik yang perlu dipertibangkan terkait dengan tata guna lahan adalah keadaan geologi, tanah, air dan iklim. Keempat faktor fisik ini saling memperngruhi antara satu dan lainnya. Misalanya adalah kondisi geologi. Kondisi geologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi jenis tanah yang ada, karena kita ketahui bahwa faktor pembentukan tanah adalah bantuan induk yang tersusun dalan sistem geologi. Tata guna lahan pada suatu daerah juga harus mempertimbangkan ketersediaan air yang ada. Ketersediaan air ini akan berkaitan dengan sistem pemanfaatan lahan yang ada. Iklim juga memiliki peranan yang penting dalam tata guna lahan. Misalnya saja adalah tata guna lahan untuk pertanian lahan basah, maka lahan tersebut harus mempertimbangkan jumlah curah hujan yang turun dan faktor iklim lainnya. b. Faktor biologis Faktor biologis yang perlu diperhatikan dalam tata guna lahan adalah vegetasi, hewan, dan kependudukan. Pemanfaatan lahan yang terkait dengan faktor biologis ini dapat dicontohkan dengan melihat jenis tumbuhan apa yang dapat tumbuh dan dimanfaatkan pada jenis lahan yang ada. Hal tersebut juga dapat dilihat dari keberadaan kependudukan disuatu wilayah. Misalnya saja adalah tidak tata guna lahan untuk daerah perindustrian yang dibangun di pinggiran kota yang jauh dari permukiman penduduk. Hal ini erat kaitanya dengan faktor keamanan penduduk. c. Keadaan ekonomi Faktor pertimbangan ekonomi erat kaitannya dengan dengan ciri keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Tata guna lahan sangat mempertimbangkan faktor ini. Hal ini erat kaitanya dengan tujuan tata guna lahan adalagh untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan memanfaatkan ketersediaan yang ada apabila tidak memberikan keuntungan. d. Faktor institusi Faktor institusi dicirikan oleh hukum pertahanan, keadaan politik, keadaan sosial, dan secara administrasi dapat digunakan. Kita mengetahui bahwa ada beberapa lahan yang tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan penduduk. Hal ini erat kaitanya dengan undang – undang yang telah dibuat. Sebagai contoh adalah lahan area yang digunakan sebagai wilayah hutan lindung, daerah resapan air dan area lahan yang bersejarah tidak boleh dimanfaatkan oleh penduduk. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kondisi lahan yang ada. 3. Klasifikasi Tata Guna Lahan Pengetahuan tentang penggunaan dan penutupan lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Penggunaan foto udara pankromatik skala menengah untuk pemetaan penggunaan lahan telah dilakukan sejak tahun


.::. 18 1940-an. Dewasa ini, sejak tahun 2000-an citra satelit telah digunakan untuk pemetaan penggunaan dan penutupan lahan bagi wilayah yang luas.Istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi. Contoh jenis penutup lahan adalah pohon-pohon, bangunan perkotaan, danau, dan es glasial. Istilah penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Sebagai contoh, sebidang lahan di daerah pinggiran kota digunakan untuk perumahan satu keluarga. Bergantung pada tingkat kerincian pemetaannya, penggunaan lahannya, dapat dikatakan sebagai lahan kekotaan, lahan pemukiman, atau digunakan untuk permukiman satu keluarga. Sebidang lahan tersebut mempunyai penutup lahan yang terdiri atas atap, permukaan yang diperkeras, rumput, dan pepohonan. Studi hidrologi tentang karakteristik aliran permukaan air digunakan untuk mengetahui jumlah dan aagihan atap, permukaan yang diperkeras, rumput, dan pepohonan yang ada pada sebidang lahan tersebut. Badan survei Geologi Amerika Serikat (USGS) telah menyusun sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan sebagai acuan dalam klasifikasi data pengindraan jauh yang dilaporkan dalam USGS profesional paper. Informasi penutupan lahan dapat dikenali dengan menggunakan pengindraan jauh yang tepat. Informasi tentang kegiatan manusia pada lahan tidak selalu dapat ditafsirkan secara langsung berdasarkan penutup lahannya. Sebagai contoh, kegiatan rekreasi ekstensif berupa daerah lahan yang tidak cocok bagi interpretasi foto udara maupun citra satelit. Contoh lainnya, berburu merupakan kegiatan rekreasi yang menembus ke lahan lain yang dklasifikasikan sebagai beberapa tipe hutan, daerah peternakan, lahan basah, atau lahan pertanian, baik pada survei lapangan maupun interpretasi foto udara.Oleh karena itu, diperlukan sumber informasi tambahan untuk melengkapi data penutup lahan. Informasi pelengkap juga diperlukan untuk menentukan penggunaan lahan, antara lain untuk taman, perlindungan binatang buruan atau daerah konservasi air dengan jumlah penggunaan lahannya sama dengan batas administrasi yang biasanya tidak dapat dikenali pada citra pengindraan jauh. Sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS disusun berdasarkan kriteria berikut. a. Tingkat ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan pengindraan jauh tidak kurang dari 85 persen. b. Ketelitian interpretasi untuk beberapa kategori kurang lebih sama. c. Hasil yang diulang dapat diperoleh dari penafsir yang satu ke penafsir yang lain dan dari satu saat pengindraan ke saat yang lain. d. Sistem klasifikasi dapat diterapkan untuk daerah yang luas. e. Kategorisasi memungkinkan penggunaan lahan ditafsir dari tipe penutup lahannya. f. Sistem klasifikasi dapat digunakan dengan data pengindraan jauh yang diperoleh pada waktu yang berbeda. g. Kategori dapat diperinci ke dalam subkategori lebih rinci yang diperoleh dari citra skala besar atau survei lapangan. h. Pengelompokan kategori dapat dilakukan dengan baik i. Dimungkinkan dapat membandingkan dengan data penggunaan lahan dan penutupan lahan pada masa mendatang.


.::. 19 j. Jika memungkinkan, lahan multiguna dapat dikenali dengan baik. Hasil sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan USGS untuk digunakan dengan data pengindraan jauh ditunjukan pada tabel berikut ini. Tabel 3 sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan untuk digunakan sebagai data pengindraan jauh. No. Tingkat I Tingkat II 1. Perkotaan atau lahan bangunan Perdagangan dan jasa Industri Transportasi,komunikasi,dan umum Kompleks industri dan perdagangan Perkotaan campuran atau lahan bangunan Perkotaan atau lahan bangunan lainnya 2. Lahan pertanian Tanaman semusim dan padang rumput Daerah buah-buahan, jeruk, anggur, labu bibit, dan tanaman hias Tempat pengembangan terkurung Lahan pertanian 3. Lahan peternakan Lahan tanaman obat Lahan perternakan semak dan belukar Lahan peternakan campuran 4. Lahan hutan Lahan hutan gugur daun musiman Lahan hutan yang selalu hijau Lahan hutan campuran 5. Lahan air Sungai dan kanal Danau Waduk Teluk dan muara 6. Lahan basah Lahan hutan basah Lahan basah bukan hutan 7. Lahan gundul Dataran garam kering Gisik Daerah berpasir selain gisik Batuan singkapan gundul Tambang terbuka, pertambangan, dan tambang kerikil Daerah peralihan Lahan gundul campuran 8. Padang lumut Padang lumut semak dan belukar Padang lumut tanaman obat Padang lumut lahan gundul Padang lumut basah Padang lumut campuran 9. Es/salju abadi Pemukiman Lapangan salju abadi Glasier Tabel 4 Format interpretasi citra yang representatif untuk beberapa tingkat klasifikasi penggunaan dan penutup lahan. Tingkat Klasifikasi Penggunaan Dan Penutup Lahan Ukuran Yang Mewakili Interpretasi Citra


.::. 20 I Landsat II Foto udara skala kecil III Foto udara skala sedang IV Foto udara skala besar Keterangan : a. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 Tingkat I dan II ditetapkan oleh USGS. Hal ini dimaksudkan agar tingkat II dan IV dirancang oleh pengguna lokal berdasar sistem USGS mengingat bahwa kategori pada setiap tingkat harus dikelompokkan ke dalam kategori pada tingkat yang lebih tinggi. b. Pada tabel 4 menyajikan daftar format interpretasi citra yang representatif bagi empat tingkat klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan. Tingkat I disusun untuk digunakan pada citra skala kecil seperti citra Landsat. Tingkat II disusun untuk digunakan pada foto udara skala kecil. c. Citra yang paling banyak digunakan untuk pemetaan tingkat II adalah foto udara inframerah berwarna dengan ketinggian terbang paling tinggi. d. Informasi penggunaan dan penutup tingkat I pada daerah luas akan lebih efisien dan ekonomis apabila menggunakan citra Landsat yang dapat dinterpretasi dari foto udara konvensional skala sedang atau disusun berdasarkan survei lapangan. e. Sebaliknya, beberapa kategori tingkat II dapat diinterpretasi secara tepat dari data Landsat. f. Untuk pemetaan pada tingkat III, selain informasi dari foto udara skala sedang, informasi penunjang juga diperlukan. g. Untuk pemetaan pada tingkat IV selain informasi dari foto udara skala besar, informasi penunjang juga tetap diperlukan. E. UNSUR-UNSUR INTERPRETASI CITRA PENGINDRAAN JAUH TERKAIT TATA GUNA LAHAN 1. Rona, adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu obyek yang terdapat pada citra.


.::. 21 Gambar 9. Rona gelap pada air dan cerah pda pasir Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/08/ronapantulan.gif?w=468&h=350 diunduh 5 Mei 2017 2. Warna, adalah wujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Gambar 10. Warna coklat kekuningan pada air menandakan air keruh Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/08/warna.gif?w=468&h=350 diunduh 5 Mei 2017 3. Bentuk, merupakan variabel kualitatif yang mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak obyek-obyek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi citra melalui unsur bentuk saja. Gambar 11. Gedung sekolah memiliki bentuk seperti huruf I, L, U dan persegi panjang


.::. 22 Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/bentuksekolah.gif?w=444&h=332 diunduh 5 Mei 2017 4. Ukuran, adalah atribut obyek yang meliputi jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Ukuran merupakan faktor pengenal yang dapat digunakan untuk membedakan obyek-obyek sejenis yang terdapat pada foto udara sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran sangat mencirikan suatu obyek. Gambar 11. Ukuran gedung sekolah lebih besar dari rumah penduduk Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/ukuranbangunan.gif?w=468&h=350 diunduh 5 Mei 2017 5. Tekstur, sering dinyatakan dengan kasar, sedang, dan halus. Gambar 12. Tekstur pohon kasar, kebun sedang, tanah kosong halus Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/teksturtumbuhan-1.gif?w=468&h=350 diunduh 5 Mei 2017 6. Pola, atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah..


.::. 23 Gambar 13. Pola aliran sentrifugal Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/radialsentrifugal.jpg?w=468&h=351 diunduh 5 Mei 2017 7. Bayangan, bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan biasanya hanya tampak samar-samar atau bahkan tidak tampak sama sekali. Meskipun bayangan membatasi gambaran penuh suatu obyek pada foto udara, kadang justru menjadi kunci penting dalam interpretasi terutama untuk mengenali suatu obyek yang justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya. Gambar 14. Jalan layang dapat dikenali dengan adanya bayangan Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/jembatanlayang.jpg?w=468&h=351 diunduh 5 Mei 2017 8. Situs, adalah tempat kedudukan suatu obyek dengan obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.


.::. 24 Gambar 16. Pola permukiman memanjang sejajar dengan jalan Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/sejajarjalan.jpg?w=468&h=351 diunduh 5 Mei 2017 9. Asosiasi, Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara obyek satu dengan obyek lain. Adanya keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu obyek sering merupakan petunjuk bagi obyek lain. Gambar 17. Stasiun Kereta Api berasosiasi dengan adanya rel di sekitarnya Sumber: https://andimanwno.files.wordpress.com/2009/09/stasiun.jpg?w=410&h=307 diunduh 5 Mei 2017 F. PENGINDRAAN JAUH UNTUK KAJIAN TATA GUNA LAHAN Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi dari citra yang diperoleh dari jarak jauh dengan menggunakan sensor. Data yang diperoleh itu dikelola dan akan digunakan untuk kepentingan tertentu. Pemanfaatan penginderaan jauh sangat berkaitan dengan Sistem Informasi Geografi. Citra yang diperoleh melalui penginderaan jauh merupakan data dasar atau input yang selanjutnya diolah dan disajikandengan Sistem Informasi Geografi. Posisi data dari citra Penginderaan Jauh dapat dikoreksi kembali dalam Sistem Informasi Geografi. Dengan demikian, integrasi antara data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi Geografi akan memperoleh informasi yang optimal sebagai data pemanfaatan wilayah. Sementara itu, penggunaanlahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya dengan lahan. Penutup lahan merupakan gambaran kostruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan. Pemetaan


.::. 25 penggunaanlahan dan penutup lahan sangat berhubungan dengan studi vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dari biosfer. Data penggunaanlahan dan penutup lahan sangatlah penting untuk suatu perencanaan wilayah. Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan, yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, toporafi, hidrologi dan biologi. Pengindraan jauh kaitannya dengan tata guna lahan salah satunya dalam bentuk inventarisasi penggunaanlahan. Inventarisasi penggunaanlahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Penggunaanlahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan arahan fungsi penggunaanlahan.Dasar penggunaanlahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contoh inventarisasi citra penginderaan jauh dalam penggunaanlahan seperti inventarisasi lahan pertanian, perkebunan, permukiman, kehutanan, pertambangan, industri, pertokoan, pusat perbelanjaan, perbankan, perkantoran, ruang terbuka hijau, dll yang dapat dilakukan dengan menggunakan kunci interpretasi citra. Setelah itu citra penginderaan jauh dapat diolah dengan SIG untuk menampilkan peta penggunaanlahan yang akan digunakan lebih lanjut oleh para pengambil kebijakan. SIG memiliki banyak keunggulan dalam pengolahan ini karena data dapat dikelola dalam format yang jelas, biaya lebih murah daripada harus survey lapangan, pemanggilan data cepat dan dapat diubah dengan cepat, data spasial dan nonspasial dapat dikelola bersama, analisa data dan perubahan dapat dilakukan secara efisien, dapat untuk perancangan secara cepat dan tepat. 5.


.::. 26 Gambar 12. Pengolahan citra satelit daerah tambang dengan SIG Sumber: http://terra-image.com/pemetaan-area-pertambangan/ diunduh 5 Mei 2017 Setelah selesai dilakukan pengolahan, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan layout agar informasi-informasi yang ada didalamnya lebih mudah dipahami. Berikut adalah contoh peta penggunaanlahan yang sudah siap digunakan.


.::. 27 Gambar 13. Peta penggunaanlahan Sub-Das Wuryantoro Sumber: http://abuzadan.staff.uns.ac.id/files/2014/02/02-PetaPenggunaan-Lahan.jpg diunduh 5 Mei 2017 DAFTAR PUSTAKA


.::. 28 Danang Endarto, dkk. 2009. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Bina Jalan Kota. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Jalan Kota Direktorat Bina Marga K. Wardiyatmoko. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Lili Sumantri. 2016. Buku Siswa Aktif dan Keatif Belajar Geografi 3. Bandug: Grafindo. Peta Infrastruktur Jaringan Jalan Berdasarkan RTRW D.I. Yogyakarta. 2017. Diunduh dari www.GIS.JOgjaprov.go.id padaSenin, 08 Mei 2017. Rina Widayanti. 2013. Formulasi Model Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan. Terhadap Angkutan Kota Di Kota Depok. Jurnal, Tata Guna Lahan. Diakses Melaluirina_widayanti.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/.../J urnal+Tata+Guna+Lahan Silvia Sukirman. (1999). Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung: Nova. Sudaryanto. 2013. Studi penggunaan lahan di kecamatan umbulharjo kota yogyakarta berdasarkan interpretasi citra quickbird.Journal.unwidha.ac.id Vol 25, no 86. Diunduh pada tanggal 6 Mei 2017. Suhadi Purwantoro dan Saiful Hadi. B. Studi perubahan penggunaan lahan di kecamatan umbulharjo kota yogyakarta tahun 1987-1996 berdasarkan foto udara. Diunduh melalui staff.uny.ac.id/sites/default/files/..../Studi%20Perub%20Peng%20L ahan(Geo)m pada tanggal 7 Mei 2017 Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Wahyu Setiawan. 2015. penginderaan Jauh:Interpretasi Citra. Diakses melalui https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/07/05/penginderaa n-jauh-interpretasi-citra/, pada tanggal 7 Mei 2017 Wardiyatmoko. K. 2014. Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Yasinto Sindhu P. 2016. Geografi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Erlangga. Yulmadia Yulir. 2013. Geografi untuk SMA Kelas X. Bogor: Yudistira. Ipin Saripin. 2003. Identifikasi Penggunaan Lahan Dengan Menggunakan Citra Landsat Thematic Mapper. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8. Nomor 2, 2003. Kompetensi Dasar 3.3 Menganalisis jaringan transportasi dan tata guna lahan dengan peta dan/atau citra pengindraan jauh serta Sistem Informasi Geografis (SIG) kaitannya dengan pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan 4.3 Menyajikan peta tematik berdasarkan pengolahan citra pengindraan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pengembangan potensi wilayah dan kesehatan lingkungan


.::. 29 Indikator Pencapaian Kompetensi 3.3.1 Menjelaskan pengertian analisa keruangan untuk SIG 3.3.2 Menganalisis hasil SIG secara keruangan terkait inventarisasi sumber daya alam untuk pengembangan potensi wilayah 3.3.1 Menjelaskan pemanfaatan SIG dalam perencanaan pembangunan 3.3.2 Mengidentifikasi pemanfaatan SIG untuk perencanaan pembangunan di berbagai bidang 3.3.3 Menganalisis pemanfaatan SIG untuk perencanaan pembangunan diberbagai bidang 3.4.1. Menjelaskan macam-macam analisis keruangan menggunakan SIG 3.4.2. Menganalisis hasil SIG secara keruangan terkait mitigasi bencana 3.3.1 Mendefinisikan konsep kesehatan lingkungan 3.3.2 Mengklasifikasikan ruang lingkup kesehatan lingkungan 3.3.3 Mejelaskan penggunaan SIG untuk kajian kesehatan lingkungan. 3.3.4 Menganalisis SIG secara keruangan untuk kajian kesehatan ligkungan. 4.3.1 Menyajikan hasil SIG secara keruangan terkait inventarisasi sumber daya alam untuk pengembangan potensi wilayah


.::. 30 PETA KONSEP Analisa Keruangan SIG Untuk Pengembangan Potensi Wilayah Inventarisasi SDA Perencanaan Pembangunan Perencanaan Ruang Pariwisata Perencanaan Transportasi Sosial Budaya Mitigasi Bencana Analisa Keruangan SIG Untuk Kajian Kesehatan Lingkungan Kajian Kesehatan Lingkungan Pemetaan Penyakit dan Kepentingan Kesehatan


.::. 31 Peran SIG dan Analisis SIG Perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat membantu manusia dalam membantu menjalankan hidupnya. SIG dalam geografi sangat membantu menganalisis data-data geografi. Data yang dimaksudkan adalah data spasial. SIG membantu dalam memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, yang mana secara spasial. Dalam hal analisis menggunakan SIG, dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya klasifikasi, Overlay, networking, Buffering, dan tiga dimensi (3D) 1. Klasifikasi Proses ini yaitu mengelompokkan data keruangan (spasial) menjadi data keruangan yang berarti. Contohnya adalahh mengklasifikasikan pola tata guna lahan untuk pemukiman, pertanian perkebunan atau hutan berdasarkan analisis data kemiringan atau ketinggian. 2. Overlay Proses ini yaitu menganalisis dan mengintegrasikan (tumpang tindih) dua atau lebih data keruangan yang berbeda. Contohnya adalah menganalisis daerah rawan erosi dengan menggabungkan data ketinggian, jenis tanah dan kadar air. 3. Networking Proses ini berupa analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini seringkali dipakai dalam berbagai bidang misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa minyak atau gas, pipa air minum atau saluran pembuangan.


.::. 32 4. Buffering Analisis ini menghasilkan sebuah penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya sehingga kita bisa mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya. Buffering misalnya dapat digunakan untuk menentukan jalur hijau kota, menggambarkan Zona Ekonomi Ekslusif suatu negara, mengetahui luas daerah tumpahan minyak di laut atau untuk menentukan lokasi pasar. 5. Tiga Dimensi Analisis ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman karena data keruangan divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi menyerupai bentuk sebenarnya. Penerapannya bisa digunakan misalnya untuk menganalisi daerah yang rawan terkena aliran lava jika gunung api akan meletus.


.::. 33 I. Analisa Keruangan SIG Untuk Pengembangan Potensi Wilayah Analisa Keruangan Analisa keruangan adalah salah satu pendekatan dalam geografi. Pendekatan ini mendasarkan pada perbedaan lokasi dari sifat-sifat pentingnya seperti perbedaan struktur, pola, dan proses. Struktur keruangan terkait dengan elemen pembentuk ruang yang berupa kenampakan titik, garis, dan area. Sedangkan pola keruangan berkaitan dengan lokasi distribusi ketiga elemen tersebut. Distribusi atau agihan elemen geografi ini akan membentuk pola seperti memanjang, radial, dan sebagainya. Nah, proses keruangan sendiri berkenaan dengan perubahan elemen pembentuk ruang. Ahli geografi berusaha mencari faktor-faktor yang menentukan pola penyebaran serta cara mengubah pola sehingga dicapai penyebaran yang lebih baik, efisien, dan wajar. Analisis suatu masalah menggunakan pendekatan ini dapat dilakukan dengan pertanyaan 5W 1H seperti berikut ini. Pertanyaan What (apa), untuk mengetahui jenis fenomena alam yang terjadi. Pertanyaan When (kapan), untuk mengetahui waktu terjadinya fenomena alam. Pertanyaan Where (di mana), untuk mengetahui tempat fenomena alam berlangsung. Pertanyaan Why (mengapa), untuk mengetahui penyebab terjadinya fenomena alam. Pertanyaan Who (siapa), untuk mengetahui subjek atau pelaku yang menyebabkan terjadinya fenomena alam. Pertanyaan How (bagaimana), untuk mengetahui proses terjadinya fenomena alam. Peran Teknologi SIG Pengembangan e-government merupakan tuntutan untuk semua instansional pemerintah di Indonesia. Penyediaan informasi yang handal, terintegrasi dan ramah pengguna merupakan suatu keharusan dalam mendukung e-government. Dalam hal ini Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) pada institusi di Propinsi / Kabupaten / Kota mempunyai kewajiban untuk menciptakan media informasi dan komunikasi birokrasi


.::. 34 pemerintahan di bidang perencanaan yang transparan dan bersifat global kepada publik, salah satunya dalam penyediaan peta yang didukung dengan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis). Peran dari teknologi SIG ini akan memberikan hasil keputusan yang lebih baik, karena dari beberapa pengalaman menunjukan adanya perbedaan antara hasil-hasil analisa yang disesuaikan untuk pola ruang dan hasil-hasil yang belum disesuaikan secara statistik bersifat signifikan. Perbedaan ini memberikan kepada perencana kebijakan suatu keyakinan yang lebih besar bahwa hasil-hasil analisa ruang (data spasial) mencerminkan situasi yang lebih nyata. Kesulitan utama yang dihadapi oleh komunitas data spasial adalah kurangnya informasi yang membantu para pengguna prospektif untuk mengetahui data yang ada, kesesuaian data yang ada untuk aplikasi-aplikasi yang direncanakan, dan kondisi-kondisi untuk pengaksesan data yang ada, dan untuk mentransfer data ke sistem pengguna. Standar ini akan memudahkan masalah-masalah tersebut. Standar ini menetapkan isi informasi metadata untuk suatu set data geospasial digital. Tujuan standar ini adalah untuk memberikan terminologi dan definisi yang sama untuk konsep-konsep yang berhubungan dengan metadata-metadata ini. Metadata adalah data tentang isi, kualitas, kondisi, dan karakteristik-karakteristik lain dari data. Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau setidaknya menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola. Unsur-unsur metadata berdasarkan standar FGDC diuraikan kedalam 7 (tujuh) bagian utama yang disebut sebagai seksi (section), yaitu : 1. Informasi Identifikasi (Identification Information) 2. Informasi Kualitas Data (Data Quality Information) 3. Organisasi Data Spasial (Spatial Data Organization) 4. Informasi Acuan Spasial (Spatial Reference Information) 5. Informasi Entitas dan Atribut (Entity and Attribute Information) 6. Informasi Distribusi (Distribution Information) 7. Informasi Acuan Metadata (Metadata Reference Information) Standar memberikan spesifikasi untuk terminologi elemen-elemen data dan compound elements, definisi untuk terminologi ini, dan informasi mengenai nilai-nilai yang diberikan untuk elemen-elemen data. Informasi tentang istilah-istilah yang mutlak, mutlak dalam kondisi-kondisi tertentu, dan opsional (diberikan atas kehendak penyedia data) diberikan oleh standar ini.


.::. 35 Informasi yang tercakup dalam standar dipilih berdasarkan empat peran yang dimiliki oleh metadata: 1. Ketersediaan – data diperlukan untuk menetapkan set-set data yang ada untuk suatu lokasi geografis. 2. Kesesuaian untuk penggunaan – data perlu untuk menetapkan apakah suatu set data memenuhi spesifikasi yang diperlukan. 3. Akses – data diperlukan untuk mendapatkan suatu set data yang teridentifikasi. 4. Transfer – data diperlukan untuk memproses dan menggunakan suatu set data. Peran-peran ini membentuk suatu rangkaian dimana seorang pengguna dapat menelusuri piramida pilihan untuk menentukan data apa yang tersedia, mengevaluasi kesesuaian data untuk penggunaan, mengakses data, dan untuk mentransfer dan memproses data. Urutan pasti dimana elemenelemen data dieveluasi, dan signifikansi relatif elemen-elemen data, tidak akan sama untuk semua pengguna. Oleh karena itu agar dapat diketahui bagaimana keadaan dari data spasial yang ada di Propinsi / Kabupaten / Kota, maka perlu dibuat Metadata Sistem Informasi Spasial Daerah. A. SIG Untuk Inventarisasi SDA Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba kompleks. Perkembangan tersebut mendorong perlunya informasi yang rinci tentang data sumber daya alam, yang mungkin dapat dikembangkan. Data aneka sumber daya alam hasil penelitian dijadikan modal sebagai bahan baku untuk perencanaan pembangunan. Secara sederhana, manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alam adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam. Misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi, dan barang tambang lainya.


.::. 36 Gambar 2. Peat Persebaran Sumber Daya Minyak Bumi Indonesia 2. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan. Misalnya : a. Kawasan lahan potensial dan lahan kritis b. Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak c. Kawasan lahan pertanian dan perkebunan d. Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan Gambar 3. Peta Daya Dukung Tanah Batam


.::. 37 3. Pemetaan geologi yang digunakan untuk kepentingan eksplorasi dan penganggulangan bencana alam 4. Pemetaan daerah pasang surut guna mengembangkan lokasi pertanian atau kepentingan lain 5. Pemetaan kesuburan tanah yang sangat diperlukan bagi usaha pertanian Contoh Aplikasi SIG untuk mendukung inventarisasi Sumberdaya pada suatu potensi wilayah adalah sebagai berikut: 1. GIS Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Informasi laman spasial daerah dapat diakses melalui http://gis.jogjaprov.go.id. Laman ini menyajikan informasi 53 layer tentang Batas Wilayah, Dataset Khusus, Geologi, Hidrografi, Hipsografi Lingkungan Terbangun, Tanah, Toponimi, Transportasi, Utilitas yang terintegrasi oleh peta dasar secara real time.


.::. 38 2. GIS Kabupaten Banyuwangi Informasi laman spasial daerah dapat diakses melalui http://gis.banyuwangikab.go.id/. Laman ini menyajikan informasi peta dasar, peta rencana, peta tematik dan peta kecamatan yang sangat lengkap. Pada layer peta tematik menyajikan peta : Batuan Geologi, Curah Hujan, Daerah Aliran Sungai, Jenis Tanah, Kawasan Hutan, Kemiringan Lereng, Kerentanan Gerakan Tanah, Ketinggian, Mineral Logam, Mineral Non Logam, Rawan Banjir, Rawan Dampak Gunung Berapi, Rawan Lava Gunung Berapi, Rawan Tsunami, Sumber Mata Air, Tekstur Tanah, Wilayah Usaha Pertambangan, Landuse Eksisting dan Morfologi


.::. 39 B. SIG Untuk Perencanaan Pembangunan Sistem informasi geografi sebagai bagian dari kajian geografi dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pembangunan. Dalam hal perencanaan pembangunan, SIG dapat dimanfaatkan untuk perencanaan menentukan wilayah atau zonifikasi berdasarkan berbagai pertimbangan, misalnya karakteristik lahan dan ketidakselarasan. Sebagai contoh adalah pembangunan tempat sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter di antaranya: 1. Di luar area pemukiman 2. Berada dalam radius 10 meter dari genangan air 3. Berjarak 5 meter dar jalan raya. Pemanfaatan lahan perkotaan dan pedesaan tentunya berbeda. Pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi daerah permukiman, industri, pedagangan, perkantoran , fasilitas umum, dan jalur hijau. Adapun daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Pemetaanya berdasarkan curah hujan, iklim, kondisional, ketinggian, dan keadaan alam. Hal itu membantu penentuan lokasi tanaman pupukyang dipakai beserta proses pengolahan lahannya. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat membantu dalam hal penataan ruang yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang aada agar lebih efektif dan efisien.


.::. 40 C. SIG Untuk Perencanaan Ruang Untuk bidang perencanaan ruang , SIG digunakan untuk perencanaan tata ruang wilayah (analisis dampak lingkungan, daerah serapan air, kondisi tata ruang kota, dan masih banyak lagi. Penataan ruang menggunakan GIS akan menghindarkan terjadinya banjir, kemacetan, infrastruktur dan transportasi, hingga pembangunan perumahan dan perkantoran) , perencanaan kawasan industri, kawasan pemukiman, serta penataan sistem dan status pertahanan. Dalam bidang perencanaan wilayah dan kota, ilmu ini memiliki peranan yang sangat penting. Menata ruang suatu wilayah membutuhkan dukungan data dan informasi, baik spasial maupun non spasial, yang akurat dan terkini, terutama data dan informasi tematik yang mengilustrasikan kondisi suatu wilayah. Perubahan kondisi wilayah pada daerah yang akan disusun rencana tata ruangnya, perlu dipahami dengan baik oleh para perencana, karena kualitas rencana tata ruang sangat ditentukan oleh pemahaman para perencana terhadap kondisi fisik wilayah perencanaan. Dengan menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat, sebagian data dan informasi spasial yang diperlukan dalam perencanaan tata ruang dapat dibangun dalam sebuah sistem informasi yang berbasis pada koordinat geografis yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Geografis (SIG). Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, dalam SIG dimungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam layer-layer peta. Sistem informasi yang meng-overlay-kan beberapa layer tematik diatas peta dasar sungguh membantu proses analisa wilayah dan pemahaman kondisi wilayah bagi para perencana, serta dapat menghemat waktu karena sebagian proses dilakukan oleh piranti lunak, sehingga dengan SIG proses perencanaan tata ruang dapat lebih efisien dan efektif. Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba kompleks. Perkembangan tersebut mendorong perlunya informasi yang rinci tentang data sumber daya alam, yang mungkin dapat dikembangkan. Adapun anfaat SIG dalam bidang perencanaan wilayah dan kota diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi. 2. Untuk pendataan pajak bumi dan bangunan 3. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.


.::. 41 4. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran. 5. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya. 6. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk. 7. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya. 8. Untuk mengetahui persebaran penggunaa lahan. 9. Untuk pengawasan daerah bencana alam. Gambar 5. Peta RTRW Batam


.::. 42 D. SIG Untuk Pariwisata Sebuat pemetaan pariwisata menghasilkan gambaran lokasi yang berbentuk peta yang disebut Peta Destinasi Pariwisata yang akan memunculkan gambar lokasi - lokasi dan keadaan obyek – obyek pariwisata yang di petakan Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, yang dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian (Yoeti, 2008) Dalam bidang pariwisata, pemanfaatan SIG dilakukan seperti untuk inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata suatu daerah. SIG di bidang pariwisata sangat membantu manusia zaman sekarang untuk mempermudah melihat destinasi wilayah pariwisata yang akan dikunjungi atau sedang dikunjungi Secara garis besar SIG merupakan program komputer yang sangat bermanfaat dalam bidang pariwisata hal penyajian informasi-informasi secara grafis. SIG dapat menyajikan suatu data dengan jelas serta lengkap. Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, dalam SIG dimungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survei lapangan. Dengan menggunakan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat, sebagian data dan informasi spasial yang diperlukan dalam bidang pariwisata yang dapat dibangun dalam sebuah sistem informasi yang berbasis pada koordinat geografis yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Informasi Geografis (SIG).dengan lebih baik karena terbantu dengan fiturfitur pengolahan dan penyajian data yang dimiliki oleh aplikasi SIG yang baik


.::. 43 Gambar 7. Peta Ekowisata Batam E. SIG Untuk Perencanaan Transportasi Dalam bidang transportasi pemetaan SIG digunakan untuk inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, serta analisis kawasan rawan kemacetan dan kecelakaan. 1. Manajemen Prasarana Transportasi GIS digunakan untuk mengelola dan menganalisa berbagai informasi dengan geografi sebagai komponen utamanya lebih daroi 80 % dari informasi digunakan untuk mengelola jalan, jalur kereta api, fasilitas pelabuhan, sebagai komponen utamanya GIS bisa dimanfaatkan untuk menentukan


.::. 44 lokasi dari suatu peristiwa atau aset dan keterkaitannya atau kedekatannya antar satu dengan yang lainnya terhadap peristiwa atau aset yang lainnya, dimana hal tersebut merupakan faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan untuk memutuskan suau desain, pembangunan atau pemeliharaan. 2. Manajemen logistik dan kendaraan Sebuah kegiatan operasi yang efisien membutuhkan sebuah keputusan yang akurat dan tepat waktu. Misalnya mengetahui sedang berada dimanakah kendaraan atau aktivitas penghantaran pada saat itu, memungkinkan untuk pendayagunaan aset secara optimal dan penghematan . Kepuasan pelanggan, posisi yang bersaing, respons yang sigap, pendayagunaan yang efektif, serta kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan di berbagai kemungkinan yang diraih 3. Manajemen Transit Perencanaa rute, pengiriman teknisi, analisa pelayanan, penaganan pemasaran dan hubungan komunitas dan pola transit akan diperoleh keuntungan dengan cara melakukan pemahaman sebaik-baiknya terhadap kendaraan transit, rute perjalanan dan fasilitas lokasi rute perjalanan dapat dikelola secara langsung melalui database jaringan jalan dan dikaitkan terhadap pusat kependudukan dan karyawan, seperti pada sistem database dan sebuah skedul Gambar 8. Peta Konsep Jaringan Transportasi Laut Wilayah Batam


.::. 45 F. SIG Untuk Sosial Budaya Dalam bidang sosial budaya, pemanfaatan SIG digunakan seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu wilayah, mengetaui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya, pedataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada suatu kawasan, serta pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawsan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan, dan perkantoran. Gambar 9. Peta Kepadatan Penduduk Kotamadya Bandung


.::. 46 G.SIG Untuk Mitigasi Bencana Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang sisebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Untuk meminimalisasi korban maupun kerugian, terdapat penanggulangan yang dilakukan sebelum, saat dan setelah bencana. Serangkaian penanggulangan tersebut dikenal dengan siklus penanggunalangan bencana. Gambar 1. Siklus penanggulangan bencana Dalam Penelitian dan Analisis, SIG dapat dimanfaatkan untuk mengetahui daerah rawan bencana Sig dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan untuk wilayah Jawa, sangat berpotensi Gempa karena dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur dalam vulkanik atau darah yang memiliki banyak gunungapi yang aktif. Wilayah selatan Jawa berpotensi gempa dan tsunami. Oleh karena itu dengan memanfaatkan Sig dapat mengurangi dan bersiaga tehadap ancaman bencana tersebut. Peta Bencana Berbasis SIG, Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, secara spasial. Pada kondisi yang lebih umum, SIG adalah cara yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa informasi spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang mengkombinasikan antara penerapan dengan sistem.


.::. 47 Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan asset terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses pembuatan keputusan. Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan Basis data, inventori, overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi, proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi, auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko dengan potensi bahayanya, proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai, untuk mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Daerah yang paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi. Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan, langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika bencana menyerang. Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana, mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, [obat/ kedokteran] dan lain lain misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.


.::. 48 II. Analisa Keruangan SIG Untuk Kajian Kesehatan Lingkungan Kesehatan Lingkungan HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia): kesehatan lingkungan ialah suatu kondisi lingkungan yang dapat menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dengan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. WHO (World Health Organization): kesehatan lingkungan ialah suatu keseimbangan ekologi yang harus tercipta diantara manusia dengan lingkungannya agar bisa menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8 : 1. Penyehatan Air dan Udara 2. Pengamanan Limbah padat/sampah 3. Pengamanan Limbah cair 4. Pengamanan limbah gas 5. Pengamanan radiasi 6. Pengamanan kebisingan 7. Pengamanan vektor penyakit 8. Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis 2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis 3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis 4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum 5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus. A. Permukiman Sehat Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Lingkungan sehat


.::. 49 merupakan sebuah lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah, binatang pembawa penyakit, zat kimia yang berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi sinar pengion dan non pengion, air yang tercemar, udara yang tercemar dan makanan yang terkontaminasi. Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu: 1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan. 2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah. 3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah. Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut: 1. Sarana air bersih 2. Jamban 3. Limbah rumah tangga 4. Limbah perusahaan 5. Limbah industri 6. Sampah B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan Menurut Blum ada empat peranan lingkungan dalam menyebabkan gangguan kesehatan, yaitu : 1. Reservoir Peran lingkungan sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan adanya manusia, hewan dan benda sebagai tempat berkembang biaknya bibit penyakit. Contoh : air kotor, sampah dan sebagainya. 2. Sebagai Agent ( penyebab penyakit) Contoh peran lingkungan sebagai penyebab penyakit : adanya beberapa mikroba penyebab penyakit baik dari golongan bakteri, jamur, virus maupun


Click to View FlipBook Version