EKSPLORASI NILAI-NILAI LUHUR SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ASAL DALAM UPAYA MENEBALKAN KONTEKS DIRI (KEKUATAN KODRAT) MURID SEBAGAI MANUSIA DAN ANGGOTA MASYARAKAT. Kementerian Pendidikan, Kebuadayaan, Riset dan Teknologi Fasilitator : A. Budiyanto, S.Pd. Pengajar Praktik : Septiana Rahmawati, S.Pd. Oleh : Rosallia Pramu Dyaningtyas Diskusi Kelompok A Kelas Q PPGP 9
Rosallia Pramu Dyaningtyas Putri Iswinarti Rina Astuti Hidayatin Nangimah Arin Darhani Sitepu Nadya Mirasanti KELOMPOK A KELAS Q PPGP 9 Kementerian Pendidikan, Kebuadayaan, Riset dan Teknologi
MATERI PEMBAHASAN
Pemikiran Ki Hajar Dewantara menempatkan pendidikan sebagai alat yang kokoh untuk perubahan sosial. Sebuah proses memanusiakan manusia, bukan hanya tentang mengubah individu dalam lingkup pengetahuan dan keterampilan seseorang tetapi juga tentang mengubah masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan yang baik menjadi penggerak perubahan sosial yang positif, mengubah pola pikir kearah yang lebih baik, mengatasi ketidaksesuai tatanan kehidupan, dan kesadaran akan pentingnya perdamaian. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untukmenuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA 01
Konsep Sekolah Ramah anak Berkebhinekaan Global; Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) dan Penerapan 3 Kata Ajaib (Terima kasih, Tolong, Maaf) Pelestarian Budaya Daerah. Kegiatan pembiasaan keagamaan dan kreativitas sebelum memulai kegiatan belajar. KEKUATAN KONTEKS SOSIO-KULTURAL DI DAERAH KAMI YANG SEJALAN DENGAN PEMIKIRAN KHD 02
KonsepSekolah Ramah anak dan Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) sejalan dengan pemikiran KHD karena terdapat proses memanusiakan manusia. Penggunaan baju daerah (encim/sadariah) sesuai dengan pemikiran KHD untuk menghargai kearifan lokal dimana Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Kegiatan pembiasaan keagamaan dan kreativitas sebelum memulai kegiatan belajar salah satu kegiatan yang sejalan dengan pemikiran KHD yang menekankan pendidikan berbasis karakter dan kreativitas. BAGAIMANA PEMIKIRAN KHD DAPAT DIKONTEKSTUALKAN SESUAIKAN DENGAN NILAINILAI LUHUR KEARIFAN BUDAYA DAERAH ASAL YANG RELEVAN MENJADI PENGUATAN KARAKTER MURID SEBAGAI INDIVIDU SEKALIGUS SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT PADA KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA DI DAERAH KITA? 03
Program pemerintah pada kurikulum merdeka belajar sudah menerapkan Pemikiran KHD yang telah tertuang dalam profil Pancasila yaitu bertakwa kepada tuhan yang maha esa, kebhinekaan global, mandiri, gotong royong, toleransi, bernalar kritis dan kreatif. Dimana mengacu dengan kordat alam dan kodrat zaman. Hal yang bisa kami terapkan dalam menebalkan laku murid di kelas atau sekolah adalah dengan Penerapan Budaya 5S. Dengan menerapkan budaya ini dan tetap memperhatikan kodrat alam serta zaman dapat menjadikan kelas tempat yang menyenangkan dengan menyajikan pembelajaran yang komunikatif interaktif dan variatif sesuai perkembangan zaman. 04 SEPAKATI SATU KEKUATAN PEMIKIRAN KHD YANG MENEBALKAN LAKU MURID DI KELAS ATAU SEKOLAH ANDA SESUAI DENGAN KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA DI DAERAH ANDA YANG DAPAT DITERAPKAN.
Jika 5S diterapkan dalam konteks sekolah maka warga sekolah terutama peserta didik akan belajar bagaimana menghormati satu sama lain dan memiliki rasa belas kasih atau suka menolong, selain itu akan terjalin tali silaturahim antar warga sekolah dengan baik. Budaya 5S memainkan peranan penting dalam karakter disiplin yaitu siswa akan menjadi lebih baik, menjadi terarah, bisa memahami bagaimana harus hidup dengan orang lain, bagaimana harus menyampaikan sesuatu dengan sopan santun dan menegur sapa terhadap warga sekolah yang lain TANGGAPAN DAN PERTANYAAN 05 Tanggapan Pertanyaan Ibu Desliana : Bagaimana mengatasi/menyikapi perilaku sopan santun yang kurang baik dari peserta didik, khususnya siswa SMK yang usianya mungkin tidak jauh berbeda dengan gurunya. Bapak Ardi : Ramah anak dan Budaya 5S. Kebiasaan 5S mulai terkikis akibat perkembangan teknologi dan maraknya penggunaan gawai pada siswa. Guru berkomunikasi dengan orang tua untuk memperbaiki kebiasaan peserta didik. Maraknya penyebutan nama orang tua diantara peserta didik sebagai perilaku mengejek. Bagaimana peran guru agar 5S tumbuh lagi terutama dalam hal sopan, santun dan sapa? Ibu Imaniar : Setiap guru pada jenjang Pendidikan tentunya membudayakan 5S kepada peserta didiknya. Bagaimana Langkah yang ditempuh pendidik pada masing-masing jenjang Pendidikan agar budaya 5s tetap diterapkan oleh peserta didik walaupun sudah naik ke jenjang Pendidikan yang lebih tinggi? Ibu Evi : Sharing terkait pembiasaan di sekolah yaitu piket guru untuk menyapa peserta didik dimulai dari kepala sekolah sebagai contoh baik bagi guru dan peserta didik. Jika hal ini dibiasakan dari hati, guru akan mengenal muridnya satu persatu walaupun tidak mengampunya secara langsung. Ada peserta didik yang belum mampu membaca, hal ini diatasi dengan meminta bantuan psikolog untuk menganalisis peserta didik tersebut, lalu setelah dinyatakan baik-baik saja, guru bergotong royong memberi bantuan kepada peserta didik tersebut. Apakah hal yang dilakukan ini merupakan tindakan yang mencerminkan ramah anak?
06 JAWABAN PERTANYAAN Ibu Novi : 5S CT (Care/Peduli, Terima kasih). Pembiasaan guru menyambut peserta didik sebelum masuk sekolah di sekitar gerbang. Bisa ditambahkan dengan pembiasaan Ketika proses salaman antara guru dan siswa belum boleh melepas salamnya jika belum menyebutkan nama guru sehingga guru dan siswa lebih saling mengenal. Ibu Rina: Guru (Digugu dan ditiru), guru memberikan contoh secara nyata melalui Tindakan dan perbuatan yang positif. Jika pendidik mampu memberikan teladan, akan terlahir peserta didik yang memiliki budi pekerti yang luhur. Dalam mendampingi peserta didik dalam proses belajarnya, guru melakukan pendekatan secara khusus agar peserta didik merasa nyaman dan dekat dengan gurunya. Sebagai pendidik, jangan hanya terpusat pada kejelekan peserta didik sehingga secara tidak langsung melabeli peserta didik dengan julukan nakal atau negative lainnya, tetapi juga harus mampu melihat sisi positif dari setiap peserta didik sehingga mereka termotivasi untuk senantiasa melakukan kebaikan. Guru dapat memberikan apresiasi terhadap laku positif mereka.
DOKUMENTASI 10
TERIMA KASIH Siang-siang pergi ke desa, Jangan lupa beli alpukat. Demikian presentasi kelompok A, Semoga bisa bermanfaat.