PANTUN TRADISI ASLI INDONESIA
Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam, salah
satunya adalah pantun.
Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah
dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah
sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang.
Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk
pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari
Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni
tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang
spektakuler.[
Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada sesi ke-
15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural
Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).
DEFINISI PANTUN
Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018;
Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat
sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat
diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)
Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu
dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun:
teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba);
kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019)
Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”.
Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan
sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar”
yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)
Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau
rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran,
dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar
2020).
CIRI-CIRI PANTUN
Satu bait terdiri atas empat baris
Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata
Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
Bersajak a-b-a-b
Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang
Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud
KEGUNAAN PANTUN
Komunikasi sehari-hari
Sambutan dalam pidato
Upacara adat
Permainan
Menyatakan perasaan
Lirik lagu
Perkenalan
Berceramah/dakwah
FUNGSI PANTUN SEBAGAI PEMELIHARA BAHASA
Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai
penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir.
Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata
sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif,
bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat,
bahkan hingga sekarang.
Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan
bermain-main dengan kata.
Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah
sebagai alat penguat penyampaian pesan.
PERBEDAAN PANTUN DENGAN KARYA SASTRA LAIN
ASPEK PERBEDAAN PANTUN SYAIR GURINDAM
Baris
• Terdiri dari empat Terdiri dari empat Terdiri dari dua baris.
Sajak
baris. baris.
• Baris pertama dan
kedua disebut
sampiran atau
pembayang.
• Baris ketiga dan
keempat disebut isi.
A-B-A-B A-A-A-A A-A
Hubungan persajakan Antara sampiran dan Keempat barisnya Baris pertama dan
saling berhubungan. kedua merupakan
isi tidak memiliki sebab akibat yang
memiliki keterkaitan.
hubungan sebab
akibat.
Memahami Menguasai
Kaidah/Ciri Perbendaharaan
Pantun Kata
CARA MUDAH
MENULIS PANTUN
Menulis Sampiran Menulis Isi Pantun
Pantun
1. MEMAHAMI KAIDAH/CIRI PANTUN
Memotong rebung pokok kuini,
Menanam talas akar seruntun,
Mari bergabung di malam ini,
Bersama kelas menulis pantun.
1. Pantun di atas terdiri atas empat baris.
2. Baris pertama terdiri atas empat kata, baris kedua terdiri atas empat kata,
baris ketiga terdiri atas empat kata, baris keempat terdiri atas empat kata.
3. Baris pertama terdiri atas sepuluh suku kata, baris kedua terdiri atas
sepuluh suku kata, baris ketiga terdiri atas sepuluh suku kata, baris
keempat terdiri atas sepuluh suku kata.
Memotong rebung pokok kuini, Sampiran/pembayang
Menanam talas akar seruntun, Isi/maksud
Mari bergabung di malam ini,
Bersama kelas menulis pantun.
PERSAJAKAN DAN RIMA DALAM PANTUN
1. Rima akhir
Pohon nangka dililit benalu,
Benalu runtuhkan batu bata,
Mari kita waspada selalu,
Virus corona di sekitar kita.
2. Rima tengah dan akhir
Susun sejajar bungalah bakung,
Terbang menepi si burung elang,
Merdeka belajar marilah dukung,
Wujud mimpi Indonesia cemerlang.
3. Rima awal, tengah dan akhir
Jangan dipetik si daun sirih,
Jika tidak dengan gagangnya,
Jangan diusik orang berkasih,
Jika tidak dengan sayangnya.
4. Rima lengkap
Bagai patah tak tumbuh lagi,
Rebah sudah selasih di taman,
Bagai sudah tak suluh lagi,
Patah sudah kasih idaman.
2. MENGUASAI PERBENDAHARAAN KATA
Kata pada baris isi Kata pada baris sampiran
Tahu Bahum, Perahu, Suhu, dst
Baik Naik, Daik, Asyik, dst
Cinta Pelita, Jelita, Kota, dst
Datang Petang, Batang, Kentang, dst
Suka Cempaka, Cuka, Malaka, dst
Ilmu Kemumu, Tamu, Jamu, dst
Sekolah Belah, Merbah, Sebelah, dst
Hati Melati, Mati, Peti, dst
Orang Parang, Perang, Seberang, dst
Pandai Keledai, Cindai, Tuai, dst
Buku Duku, Suku, Liku, dst
Keluarga Telaga, Pegaga, Tangga, dst
Gembira Bidara, Bahtera, Mutiara, dst
Kasih Selasih, Bersih, dst
LENGKAPI PANTUN BERIKUT
............
............
Apa tanda kasih sejati,
Akan teringat sepanjang masa.
Langkah-langkahnya :
1. Pantun ini memiliki tema cinta kasih
2. Perhatikan kata yang dicetak tebal
3. Carilah kata yang bunyinya sama dengan kata yang dicetak
tebal.
4. Susunlah kalimat pada baris pertama dan kedua.
LANGKAH-LANGKAHNYA :
1. PANTUN INI MEMILIKI TEMA RAJIN BERIBADAH.
2. SUSUNLAH KALIMAT PADA BARIS KETIGA DAN KEEMPAT TERLEBIH DAHULU.
3. SUSUNLAH KALIMAT PADA BARIS PERTAMA DAN KEDUA.
YUK, BERGABUNG MEMBUAT ANTOLOGI PANTUN
https://chat.whatsapp.com/EDSPqnBPnT8AMVFKZ1u22i
Biji selasih jangan dimakan,
Batang tebu akar seruntun,
Terima kasih kami ucapkan,
Bapak ibu kelas menulis pantun.
Pergi berkelah menjaja katun,
Saudagar Arab di tengah pekan,
Segala madah telah disusun,
Salah silap mohon dimaafkan.