The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara subjective well- being dan organizational citizenship behavior pada anggota Dit Samapta Polda DIY. Subjek dalam penelitian ini adalah 45 anggota Dit Samapta Polda DIY. Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini modifikasi dan terjemahan Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985)) dan Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark, dan Tellengen (1988), kedua instrumen yang digunakan untuk mengukur SWB. Dan OCB diukur dengan kuesioner dari Podsakoff, MacKenzie, Moorman, dan Fetter (1990). Data yang diperoleh dari ketiga instrumen dianalisis dengan uji korelasi Product- moment Pearson dengan bantuan SPSS for Windows ver. 22. Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara SWB dan OCB dengan p = 0,000 (p <0,05) dan r = 0,250. SWB memberikan sumbangan efektif sebanyak 25% sedangkan sisanya 75 % berasal dari faktor lain.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ridwanwibow, 2020-08-12 02:07:26

HUBUNGAN ANTARA SUBJECTIVE WELL-BEING DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA ANGGOTA DIT SAMAPTA POLDA DIY

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara subjective well- being dan organizational citizenship behavior pada anggota Dit Samapta Polda DIY. Subjek dalam penelitian ini adalah 45 anggota Dit Samapta Polda DIY. Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini modifikasi dan terjemahan Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985)) dan Positive Affect Negative Affect Schedule (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark, dan Tellengen (1988), kedua instrumen yang digunakan untuk mengukur SWB. Dan OCB diukur dengan kuesioner dari Podsakoff, MacKenzie, Moorman, dan Fetter (1990). Data yang diperoleh dari ketiga instrumen dianalisis dengan uji korelasi Product- moment Pearson dengan bantuan SPSS for Windows ver. 22. Hasilnya menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara SWB dan OCB dengan p = 0,000 (p <0,05) dan r = 0,250. SWB memberikan sumbangan efektif sebanyak 25% sedangkan sisanya 75 % berasal dari faktor lain.

Keywords: Organizational Citizenship Behavior, Subjective Well-being, anggota Dit Samapta Polda DIY

37

jawaban Sesuai (S) mendapat nilai 2, jawaban Cukup Sesuai (CS) mendapat nilai

3, jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat nilai 4, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai

(STS) mendapat nilai 5.

Tabel 1. Blueprint Organizational Citizenship Behavior Scale (OCBS) sebelum
uji coba

No Aspek Aitem Jumlah
1 Altruism Fovaurable 5
2 Sportsmanship 1,10,13,15,23 5

3 Conscientiousness 2,4,7,16,19 5
4 Courtsey 5
3,18,21,22,24
5 Civic virtue 5, 8 ,14,17, 20 5

6, 9, 11, 12

Total 25

Sebelum digunakan dalam penelitian, alat ukur Organizational
Citizenship Behavior di uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui daya beda
aitem (diskriminasi aitem) dan realibilitas aitem. Selain hal tersebut fungsi uji
coba (tryout) adalah untuk mendapatkan sebuah tes dengan panjang minimum
namun dapat menghasilkan pengukuran dengan taraf reliabilitas yang memadahi
sesuai tujuan pengukuran. Tujuan kegiatan uji coba adalah untuk memperoleh
data statistik dengan melakukan pemeriksaan ciri-ciri psikometrik masing-masing
item maupun tes secara keseluruhan melalui kegiatan analisis aitem. (Crocker dan
Algina, dalam Supratiknya, 2014).

Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara
individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut
yang diukur (Azwar, 2005). Batas kriteria koefisien aitem total (rіx) yang diguna-

38

kan dalam penelitian ini adalah 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 daya pembedanya memuaskan. Akan tetapi, bila jumlah
aitem belum mencukupi, peneliti bisa menurunkan sedikit batas kriteria 0.30
menjadi 0,25 tetapi menurukan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak
disarankan (Azwar, 2015).

Uji coba dilakukan pada tanggal 10 Januari 2020 terhadap 50 subjek.
Batas kriteria koefisien aitem-total (rix) yang digunakan adalah 0,30. Berdasarkan
hasil perhitungan dari Organizational Citizenship Behavior Scale (OCBS)
diperoleh daya beda aitem dengan koefisien aitem-total (riX) bergerak dari angka
0,480 sampai 0,899. Hasil tersebut tidak menunjukkan aitem gugur atau tidak
memenuhi kriteria koefisien aitem-total (rix). Distribusi aitem setelah di uji coba
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Blueprint Organizational Citizenship Behavior Scale (OCBS)
setelah uji coba

No Aspek Aitem Fovaurable Jumlah
1 Altruism
1,10,13,15,23 5

2 Sportsmanship 2,4,7,16,19 5
3 Conscientiousness 3,18,21,22,24 5
4 Courtsey 5, 8 ,14,17, 20 5

5 Civic virtue 6, 9, 11, 12 5

Total 25

Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0,00 sampai dengan
1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas (rxx’) yang mendekati angka 1,00 berarti
pengukuran semakin reliabel dan sebaliknya semakin

39

rendah koefisien reliabilitas (rxx’) yang mendekati angka 0,00 berarti pengukuran
semakin tidak reliabel. Akan tetapi, dalam kenyataan koefisien sebesar 1,00 dan
sekecil 0,00 tidak pernah dijumpai. Berdasarkan hasil perhitungan dari
Organizational Citizenship Behavior Scale (OCBS) diperoleh koefisien
reliabilitas alpha (α) sebesar 0,960.
2. Skala Subjective Well-Being

Skala SWB digunakan untuk mengungkap sejauh mana tingkat
kesejahteraan subjektif yang dimiliki oleh subjek penelitian. Skala SWB pada
penelitian ini digunakan untuk mengukur aspek-aspek SWB menurut Diener,
Lucas, dan Oishi (2002) berupa afek positif, afek negatif, dan kepuasan hidup.
Afek positif, merefleksikan emosi yang menyenangkan dan reaksi-reaksi individu
terhadap peristiwa yang menunjukkan bahwa kehidupannya berjalan sesuai yang
diinginkan. Afek negatif, merepresentasikan perasaan yang tidak menyenangkan
dan refleksi dari emosi negatif yang merupakan reaksi atas pengalaman atau
peristiwa hidup yang tidak sesuai yang diharapkan. Kepuasan hidup, melibatkan
persepsi individu tentang hidupnya jika dibandingkan dengan standar atau kriteria
yang telah mereka tentukan.

a. Satisfaction With Life Scale (SWLS)
Aspek Kepuasan hidup diukur dengan menggunakan alat ukur yang

diterjemahkan dari Satisfaction With Life Scale (SWLS) yang dikembangkan oleh
Diener, dkk (1985). SWLS terdiri dari lima aitem favorable dan lima aitem
unfavorable. Skala SWLS dalam penelitian ini menggunkan format Likert dimana
setiap aitem terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S)

40

,Cukup Sesuai (CS), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada aitem

favorable jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat nilai 5, jawaban Sesuai (S)

mendapat nilai 4, jawaban Cukup Sesuai (CS) mendapat nilai 3, jawaban Tidak

Sesuai (TS) mendapat nilai 2, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat

nilai 1. Sedangkan pada pernyataan yang bersifat unfavourable penilaian yang

diberikan adalah jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat nilai 1, jawaban Sesuai

(S) mendapat nilai 2, jawaban Cukup Sesuai (CS) mendapat nilai 3, jawaban

Tidak Sesuai (TS) mendapat nilai 4, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS)

mendapat nilai 5.

Tabel 3. Blueprint SWLS sebelum uji coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Kepuasan hidup 1,6,7,8,17 2,3,4,5,18 10

Total 10

Uji coba dilakukan pada tanggal 10 Januari 2020 terhadap 50 subjek.

Batas kriteria koefisien aitem-total (rix) yang digunakan adalah 0,30. Berdasarkan

hasil perhitungan dari Skala Pengambilan Keputusan diperoleh daya beda aitem

dengan koefisien aitem-total (riX) bergerak dari angka 0,248 sampai 0,807. Hasil

tersebut menunjukkan 2 aitem gugur atau tidak memenuhi kriteria koefisien

aitem-total (rix) yaitu aitem nomor 1 dan 6. Distribusi aitem setelah di uji coba

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Blueprint SWLS setelah uji coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1 Kepuasan 5,6,7 1,2,3,4,8 8

hidup

Total 8

41

b. Positive and Negative Schedule (PANAS)

Aspek afek posistif dan afek negatif diukur dengan menggunakan alat

ukur yang diterjemahkan dari Positive and Negative Schedule (PANAS) yang

dikembangkan oleh Watson Clark, dan Tellengen (1988). PANAS terdiri dari 16

aitem favorable. Skala PANAS terdiri dari 8 aitem favorable dan 8 aitem

unfavorable yang meliputi 8 aitem afek negatif dan 8 item afek positif. Skala

PANAS dalam penelitian ini juga menggunakan Skala dalam penelitian ini

menggunkan format Likert dimana setiap aitem terdiri dari lima pilihan jawaban,

yaitu Sangat Sesuai (SS),Sesuai (S), Cukup Sesuai (CS), Tidak Sesuai (TS),

Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada aitem favorable jawaban Sangat Sesuai (SS)

mendapat nilai 5, jawaban Sesuai (S) mendapat nilai 4, jawaban Cukup Sesuai

(CS) mendapat nilai 3, jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat nilai 2, dan jawaban

Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat nilai 1. Sedangkan pada pernyataan yang

bersifat unfavourable penilaian yang diberikan adalah jawaban Sangat Sesuai

(SS) mendapat nilai 1, jawaban Sesuai (S) mendapat nilai 2, jawaban Cukup

Sesuai (CS) mendapat nilai 3, jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat nilai 4, dan

jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat nilai 5.

Tabel 5. Blueprint PANAS sebelum uji coba

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Afek Positif 9,11,13,16 10,12,14,15 8

Afek Negatif 19,21,23,25 20,22,24,26 8

Total 16

42

Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara

individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut

yang diukur (Azwar, 2005). Batas kriteria koefisien aitem-total (rіx) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 0,30. Semua aitem yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya memuaskan. Akan tetapi, bila

jumlah aitem belum mencukupi, peneliti bisa menurunkan sedikit batas kriteria

0.30 menjadi 0,25 tetapi menurukan batas kriteria di bawah 0,20 sangat tidak

disarankan (Azwar, 2015).

Uji coba dilakukan pada tanggal 10 Januari 2020 terhadap 50 subjek.

Batas kriteria koefisien aitem-total (rix) yang digunakan adalah 0,30. Berdasarkan
hasil perhitungan dari Skala Pengabilan Keputusan diperoleh daya beda aitem

dengan koefisien aitem-total (riX) bergerak dari angka -,563 sampai 0,855. Hasil
tersebut menunjukkan 3 aitem gugur atau tidak memenuhi kriteria koefisien

aitem-total (rix) yaitu aitem nomor 20,24 dan 25. Distribusi aitem setelah di uji
coba dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Blueprint PANAS setelah uji coba
Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Afek Positif 9,11,13,16 10,12,14,15 8

Afek Negatif 17,18,20 19,21 5

Total 13

Selanjutnya pada uji reliabilitas, menurut Azwar (2015) reliabilitas

merupakan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pada prinsipnya

reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil

yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek

yang sama.

43

Reliabilitas data digunakan untuk mengetahui atau menunjukkan keajegan suatu
tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.
Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0,00 sampai dengan
1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas (rxx’) yang mendekati angka 1,00 berarti
pengukuran semakin reliabel dan sebaliknya semakin rendah koefisien reliabilitas
(rxx’) yang mendekati angka 0,00 berarti pengukuran semakin tidak reliabel. Akan
tetapi, dalam kenyataan koefisien sebesar 1,00 dan sekecil 0,00 tidak pernah
dijumpai. Berdasarkan hasil perhitungan dari SWLS diperoleh koefisien
reliabilitas alpha (α) sebesar 0,910.

E. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini melalui tahapan-tahapan,
yaitu:
1. Mempersiapkan alat ukur yaitu Organizational Citizenship Behavior Scale
(OCBS) dan SWLS.
2. Menyusun skala yang telah divalidasi dalam bentuk booklet untuk
disebarkan kepada para subjek penelitian sesuai kriteria yang telah
ditentukan.
3. Mengurus surat izin penelitian kepada pihak kampus Universitas Mercu
Buana Yogyakarta.
4. Penghadapan kepada Kasubbagrenmin Direktorat untuk penyetoran surat
izin penelitian dan menentukan jadwal pengambilan data penelitian.
5. Pada waktu yang telah ditentukan, peneliti mulai menyebarkan skala
dalam bentuk booklet pada subjek penelitian yang memenuhi kriteria.

44

6. Uji coba skala (try out) dilaksanakan pada waktu yang telah ditentukan.
7. Setelah dilakukan uji reliabilitas dan daya beda aitem menggunakan

program analisis data pada Organizational Citizenship Behavior Scale
(OCBS) dan SWLS.
8. Peneliti membagikan skala penelitian pada tanggal sudah ditentukan pada
subyek.
9. Peneliti mengambil Skala. Berikutnya hasil skor skala dianalisis dengan
program analisis data dengan bantuan softwere SPSS.
10. Setelah dilakukan analisis data dari hasil penelitian dapat mengetahui
hipotesis yang diajukan dalam penelitian diterima atau ditolak.
11. Selanjutnya peneliti dapat di ijinkan oleh Dosen Pembimbing Skripsi
untuk melakukan verifikasi data dan mendaftar ujian skripsi.
12. Peneliti melakukan verifikasi data penelitian dan uji coba kepada Biro
Skripsi UMBY kampus III pada tanggal yang sudah ditentukan.

F. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif. Menimbang hipotesis
penelitian ini yang berupa hipotesis korelasi positif, tingginya skor pada suatu
variabel bersamaan dengan tingginya skor pada variabel lain. Sebaliknya,
rendahnya skor pada suatu variabel bersamaan dengan rendahnya skor pada
variabel lain. Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis statistik
dengan menggunakan Software. Analisis statistik digunakan dengan
pertimbangan bahwa statistik bekerja dengan angka, sifatnya objektif dan
universal dalam artian dapat digunakan hampir dalam semua bidang penelitian
(Hadi, 2004).

45

Metode analisis data adalah suatu metode atau cara yang ditempuh untuk
mengolah data yang sudah terkumpul sehingga memperoleh suatu kesimpulan
dalam penelitian. Guna menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel
digunakan korelasi product moment (Sugiyono, 2015).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian dari OCBS dan SWBS akan dikumpulkan untuk memperoleh

skor empirik dan skor hipotetik. Deskripsi skor data dari kedua variabel tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Variabel N Tabel 7 Data empirik
Deskripsi Data Penelitian
Data hipotetik

Mean Skor SD Mean Skor SD

Min Max Min Max

Organizational

Citizenship

Behavior 45 50 25 125 16,7 117,18 97 125 9,996

Subjective Well

Being 45 63 21 105 14 93,40 68 100 8,727

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel OCB memiliki skor minimum
1 x 25 = 25 dan skor maksimum 5 x 25 = 125. Rerata/mean hipotetik (100 + 50) :
2 = 75 dengan standar deviasi (125 – 25) : 6 = 16,7. Berdasarkan data empirik
diperoleh skor minimum sebesar 97 dan skor maksimum sebesar 125.
Rerata/mean empirik sebesar 117,18 dengan standar deviasi 9,996.

Selanjutnya, hasil perhitungan variabel SWB memiliki skor minimum 1 x
21 = 21 dan skor maksimum 5 x 21 = 105. Rerata/mean hipotetik (84 + 42) : 2 =
63 dengan standar deviasi (75 - -9) : 6 = 14.

46

47

Berdasarkan data empirik diperoleh minimum sebesar 68 dan skor maksimum

sebesar 100. Rerata/mean empirik sebesar 93,40 dengan standar deviasi 8,727.

2. Kategorisasi Variabel

Kategorisasi data penelitian digunakan untuk menempatkan individu

kedalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2006). Kategorisasi skor jawaban subjek

dalam penelitian menggunakan tiga kriteria yaitu tinggi, sedang, rendah.

Klasifikasi skor jawaban subjek dari masing-masing variabel yaitu :

a. OCB

Hasil kategorisasi skor OCB yang dimiliki oleh subjek dapat dilihat pada
tabel berikut ini:

Tabel 8
Kategorisasi Skala OCB

Kategori Pedoman Skor N Persentase

Tinggi > + 1. X >62,5 45 100%
Sedang ( − 1. ) < ≤ ( + 1 ) 37,5 < X≤ 62,5 0 0%
Rendah 0 0%
≤ − 1. X ≤ 37,5 45 100%

Total

Keterangan :

X = Skor subjek

µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standar deviasi hipotetik

N = Jumlah subjek

Berdasarkan hasil kategorisasi Skala OCB menunjukkan bahwa subjek

yang berada dalam katagori tinggi sebesar 100% (45 subjek), katagori sedang

sebesar 0% (0 subjek), dan kategori rendah sebesar 0% (0 subjek), sehingga dapat

disimpulkan pada penelitian ini sebagian besar subjek memiliki OCB dalam

kategori tinggi.

48

b. SWB

Tabel 9
Kategorisasi Skala SWB

Kategori Pedoman Skor N Persentase

Tinggi > + 1. X >77 43 95,6 %
Sedang ( − 1. ) < ≤ ( + 1 ) 49 < X≤ 77 2 4,4 %
Rendah 0 0%
≤ − 1. X ≤ 49 45 100%

Total

Keterangan :

X = Skor subjek

µ = Mean atau rerata hipotetik
σ = Standar deviasi hipotetik

N = Jumlah subjek

Berdasarkan hasil kategorisasi Skala SWB menunjukkan bahwa subjek

yang berada dalam katagori tinggi sebesar 95,6 % (43 subjek), katagori sedang

sebesar 4,4 % (2 subjek), dan kategori rendah sebesar 0% (0 subjek), sehingga

dapat disimpulkan pada penelitian ini sebagian besar subjek memiliki SWB dalam

kategori tinggi.

3. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi product

moment dari Karl Pearson untuk menguji hipotesis. Sebelum dilakukan analisis

korelasi product moment, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari

uji normalitas dan uji linieritas (Hadi, 2015).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel mempunyai sebaran yang terdistribusi normal. Uji

normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model one sample

Kolmogorov-smirnov (KS-Z).

49

Pedoman yang digunakan adalah apabila p > 0.050 maka sebaran data normal dan
apabila p < 0,050 maka sebaran data tidak normal. Berdasarkan hasil uji
normalitas variabel OCB diperoleh KS-Z = 0.249 dengan p = 0.000 dan variabel
SWB diperoleh KS-Z = 0.225 dengan p = 0.000. Data tersebut menunjukkan
bahwa skor variabel OCB dan variabel SWB terdistribusi tidak normal karena
signifikasi (p<0.050), artinya tidak sesuai dengan pedoman uji normalitas (p>
0.050).

Hadi (2015) berpendapat bahwa normal atau tidaknya data dalam penelitian
tidak berpengaruh kepada hasil akhir. Lebih lanjut, ketika subjek dalam jumlah
besar atau jumlah subjek N ≥30 maka dapat dikatakan data terdistribusi normal.
Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah N = 45 (N ≥30). Gani dan Amalia
(2015) juga memiliki pendapat yang sama bahwa apabila jumlah subjek diatas 30
(N ≥30), maka data tetap terdistribusi normal karena normal atau tidaknya suatu
data tidak memmpengaruhi hasil akhir. Hadi (2015) menjelaskan hal ini terjadi
karena uji normalitas hanya memberikan gambaran dari distribusi Gaussian (tidak
bertentangan dari garis plot dan diagram dalam uji normalitas). Oleh karena itu,
tidak ada kaitannya dengan uji linieritas dan korelasi karena kedua uji tersebut
memiliki fungsi yang berbeda. Uji linieritas untuk mengetahui apakah kedua
variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Sedangkan uji korelasi
untuk mengetahui apakah kedua variabel saling berhubungan. Dengan demikian,
variabel pengambilan keputusan dan variabel regulasi emosi dapat digunakan
kelangkah berikutnya yaitu uji linieritas dan uji korelasi.

50

b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel menunjukkan hubungan yang linier. Pedoman yang digunakan adalah
apabila nilai signifikansi p ≤ 0.050 maka kedua variabel penelitian dinyatakan
mempunyai hubungan yang linier dan apabila nilai p > 0.050 berarti kedua
variabel dinyatakan tidak mempunyai hubungan yang linier. Berdasarkan hasil uji
linierlitas diperoleh F = 63,332 dan p = 0.000 yang menunjukkan bahwa
hubungan antara variabel OCB dengan SWB merupakan hubungan yang linier.
c. Uji Korelasi

Setelah dilakukan uji normalitas dan linearitas sehingga semua prasyarat
terpenuhi, maka dilakukan uji hipotesis dengan mengunakan teknik korelasi
product moment (pearson correlation) yang di kembangkan oleh Karl Pearson
(Sugiyono, 2016). Teknik korelasi (pearson correlation) digunakan untuk
menetapkan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dengan variabel
terikat. Pedoman untuk uji korelasi adalah apabila p < 0.050 berarti terdapat
korelasi antara variabel dan apabila p ≥ 0.050 berarti tidak ada korelasi antara
variabel.

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment (pearson correlation)
diperoleh koefisien korelasi (rxy) = 0.500 dengan p = 0.000. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat korelasi antara variabel OCB dengan SWB, sehingga hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hubungan korelasi positif antara
kedua varibel ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan SWB akan diikuti kenaikan
OCB. Sebaliknya setiap penurunan SWB akan diikuti penurunan OCB.
Selanjutnya, koefesien determinasi (R²) yang diperoleh dalam penelitian ini

51

sebesar 0.250. Sumbangan efektif dari besarnya angka koefisien determinasi (R
square) adalah 0,25 atau sama dengan 25 %.

B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara SWB dan OCB
pada Anggota Dit Samapta Polda DIY. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan positif antara OCB dan SWB. Hal ini berarti terdapat persamaan antara
hasil penelitian yang dilakukan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan
terdapat hubungan yang positif antara SWB dan OCB pada anggota Dit Samapta
Polda DIY. Hasil ini juga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat SWB yang
dimiliki subjek maka akan semakin tinggi pula tingkat perilaku OCB yang
dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat SWB yang dimiliki oleh dimiliki
subjek maka akan semakin rendah pula tingkat perilaku OCB yang dimilikinya.

Hubungan positif antara SWB dan OCB pada Anggota Dit Samapta Polda
DIY juga didukung oleh penelitian- penelitaian sebelumnya. Penelitian Purwito,
Nurtjahjanti, dan Ariati (2012) mengenai hubungan antara SWB dengan OCB
pada petugas customer service dari Plasa Telkom Regional Divison IV,
menemukan adanya hubungan positif antara SWB dan OCB. Hasil ini berarti
bahwa semakin tinggi SWB pada Anggota Dit Samapta Polda DIY maka akan
semakin tinggi juga tingkat OCB Anggotanya. Hasil ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Liqwiyanti dan Jangkung (2016) mengenai
hubungan antara SWB dan OCB pada karyawan hotel Aryaduta Jakarta yang
menemukan adanya hubungan positif yang signifikan anatara SWB dan OCB.
Filsafati dan Ratnaningsih (2016) juga menemukan adanya hubungan yang positif
dan signifikan antara SWB dengan OCB pada karyawan PT Jateng Sinar Agung
Sentosa Jateng & DIY.

52

Hasil tersebut menunjukkan bahwa karyawan PT Jateng Sinar Agung Sentosa
memiliki tingkat OCB yang tinggi karena memiliki tingkat SWB yang tinggi pula.

SWB merupakan persepsi tentang kehidupan yang meliputi evaluasi
secara kognitif berupa kepusan hidup dan emosional atau afektif (Diener, Oishi,
dan Lucas 2003). Anggota Dit Samapta Polda DIY dikatakan memiliki SWB yang
tinggi apabila memiliki aspek kognitif berupa kepuasan hidup yang tinggi,
memiliki afek positif yang tinggi dan afek negatif yang rendah. Terujinya
hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya evaluasi individu
pada Anggota Dit Samapta Polda DIY baik secara afektif maupun kognitif
mempengaruhi tingkat OCB yang dimilikinya. Jex dan Britt (2008) menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi bagaimana perilaku kerja seseorang
diantaranya adalah afek positif, evaluasi positif dan disposisi. Afek positif
merupakan bagian dari SWB. Jex dan Britt (2008) juga menambahkan bahwa afek
positif sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya OCB. Hal ini karena afek
positif akan meningkatkan perilaku menolong dan perilaku prososial yang
dimiliki oleh seseorang. Afek positif akan membuat tingginya OCB karena
adanya keinginan untuk membantu orang lain, hal ini berhubungan dengan aspek
altruism.

Bakker, Arnold. B., Leiter, Michael. P. (2010) menyatakan bahwa afek
positif mendorong individu untuk bekerja lebih efektif. Emosi positif yang
dirasakan Anggota Dit Samapta Polda DIY akan membuatnya lebih aktif, lebih
memiliki inisitif, bertanggung jawab atas dirinya dan memiliki komitmen yang
tinggi. Hal ini akan menjadikan Anggota Dit Samapta Polda DIY mampu
mencapai tujuannya dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungannya.

53

Sehingga akan mengurangi adanya konflik dengan lingkungan di Dit Samapta
maupun rekan kerja sesame Anggota Kepolisian. Hal ini berhubungan dengan
aspek sporstsmanship OCB.

Wright dan Sablynski (2008) menyatakan bahwa aspek affective dalam
diri seseorang yang terdiri dari fenomena seperti suasana hati dan emosi, telah
terbukti terkait dengan OCB. Afek positif menjadikan Anggota Dit Samapta Polda
DIY ingin melakukan hal-hal di luar tanggungjawabnya yang dimanifestasikan
dalam OCB. Forest, Clark, Mills, dan Isen (William & Shiaw, 1996) menyatakan
bahwa ketertarikan karyawan kepada orang lain dan pekerjaan dengan pandangan
yang menguntungkan dapat mempengaruhi karyawan untuk menunjukkan
perilaku yang menguntungkan anggota organisasi, meningkatkan outcome
organisasi, ataupun keduanya. Selain itu, keadaan afek positif dapat mengarah
pada peningkatan kesadaran sosial sehingga karyawan akan lebih bersedia untuk
menampilkan perilaku prososial. Afek positif akan membuat tingginya OCB dapat
dilihat dari hasil lapangan nilai rata-rata tinggi seperti Anggota Dit Samapta Polda
DIY siap ditempatkan dimanapun oleh atasan di Kepolisian, hal ini berhubungan
dengan aspek sportmanship dengan menjalankan perintah atasan tanpa rasa
mengeluh.

Ramadhani, Ancok, dan Andrianson (2017) juga menemukan bahwa OCB
dipengaruhi secara signifikan oleh faktor affective. Afek positif yang tinggi dan
afek negatif yang redah akan menghasilkan OCB yang tinggi. Sedangkan
tingginya tingkat afek negatif akan mengasilkan OCB yang rendah. Liqwiyanti
dan Jangkung(2016) menemukan OCB memiliki hubungan positif yang signifikan

54

dengan afek positif dan memiliki hubungan yang berarah negatif dengan afek
negatif. Agho, Price, Mueller (Somech & Ron, 2007) menjelaskan hubungan
antara afek negatif dengan OCB, dimana afek negatif cenderung menekan atau
menghambat perilaku altruistik atau membantu. Hal ini dikarenakan Anggota Dit
Samapta Polda DIY yang negatif cenderung memiliki pandangan negatif terhadap
diri sendiri, orang lain dan lingkungan Dit Samapta maupun di lapangan.
Sehingga cenderung menciptakan jarak psikologis dengan orang lain. Hal in akan
membuat mereka kurang memiliki keinginan untuk melakukan perilaku
membantu atau prososial. Data hasil lapangan Afek negatif akan membuat
rendahnya OCB namun dilihat dari hasil lapangan nilai rata-rata tinggi seperti
subjek tidak takut saat harus berada di lingkungan kerja yang baru, hal ini
berhubungan dengan aspek sportmanship dengan menjalankan perintah atasan
tanpa rasa mengeluh.

SWB juga ditandai dengan tingginya kepuasan hidup seseorang.
Liqwiyanti dan Jangkung (2016) menemukan bahwa kepuasan hidup memiliki
hubungan yang sangat signifikan dengan OCB, dimana semakin tinggi kepuasan
hidup seseorang maka akan semakin tinggi pula OCB yang dimilikinya. Adams,
Srivastava, Herriot dan Patterson (2012) juga menemukan hubungan yang positif
yang signifikan antara kepuasan hidup dan OCB. Kepuasan hidup merupakan
kepuasan seseorang terhadap berbagai domain kehidupannya, termasuk kepuasan
terhadap pekerjaannya. Pekerjaan biasanya merupakan hal yang sangat penting
bagi hidup seseorang sehingga memungkinkan adanya saling keterkaitan antara
kepuasan terhadap kehidupan dan kepuasan terhadap pekerjaan (Adams,
Srivastava, Herriot & Patterson, 2012).

55

Penelitian mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB sudah banyak
dilakukan. Salah satunya adalah penelitian Foote dan Tang (Talachi, Gorji, &
Boerhannoeddin, 2014) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara kepuasan kerja dan OCB. Kepuasan hidup pada Anggota Dit
Samapta Polda DIY akan membuat tingginya OCB dapat dilihat dari hasil
lapangan nilai rata-rata tinggi seperti subjek menikmati setiap tugas-tugas yang
diberikan atasan, hal ini berhubungan dengan aspek sportmanship dengan
menjalankan perintah atasan tanpa rasa mengeluh.

Hasil Korelasi diperoleh determinasi (R square) adalah 0,25 atau sama
dengan 25 %. Angka tersebut mengandung arti bahwa variabel SWB (X)
berpengaruh terhadap variabel OCB (Y) sebesar 25%. Sedangkan sisanya (100% -
25% = 75%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan regresi ini atau
viariabel yang tidak diteliti seperti karakteristik tugas, karakteristik individu,
karakteristik organisasi, perilaku kepemimpinan, kepribadian, sikap, karakteristik
pemimpin, karakteristik kelompok, kepuasan kerja, budaya organisasi, dan
motivasi kerja. Hasil ini menunjukkan sebesar 25% kontribusi pengaruh yang
diberikan SWB terhadap OCB.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,5 (p
0,000), sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat
hubungan antara SWB dengan OCB pada Anggota Dit Samapta Polda DIY.
Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
SWB, maka semakin tinggi OCB pada Anggota Dit Samapta Polda DIY.
Sebaliknya semakin rendah SWB, maka semakin rendah OCB pada Anggota Dit
Samapta Polda DIY.
Penelitian ini juga menunjukkan hasil kategorisasi variabel SWB dalam
kategori tingg yaitu sebesar 100% (45 subjek) dan OCB dalam kategori yang
tinggi pula yaitu sebesar 95,6% (43 subjek). Nilai dari koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,25. Artinya, variabel SWB dapat memberikan sumbangan efektif
terhadap varibel OCB sebesar 25% dan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti karakteristik tugas,
karakteristik individu, karakteristik organisasi, perilaku kepemimpinan,
kepribadian, sikap, karakteristik pemimpin, karakteristik kelompok, kepuasan
kerja, budaya organisasi, dan motivasi kerja.

56

57

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan yaitu
sebagai berikut sebagai berikut:

1. Bagi subjek
Bagi subjek, yang sudah memiliki SWB yang tinggi agar tetap
dipertahankan juga diharapkan dapat lebih meningkatkan SWB dengan
menunjukkan OCB yang tinggi. Bagi subjek, yang memiliki SWB yang rendah
diharapkan dapat meningkatkan SWB dengan menunjukkan OCB yang tinggi
seperti aspek kepuasan hidup dengan menikmati setiap tugas-tugas yang diberikan
oleh atasan, aspek afek positif denganberdoa sebelum melakukan suatu pekerjaan,
dan aspek afek negatif dengan tidak takut saat berada dilingkuan kerja yang baru.
2. Bagi instansi
Bagi instansi, SWB subjek yang sudah tinggi dipertahankan dengan
mengelola anggotanya dan mendukung agara SWB tetap tinggi. Bagi instansi,
diharapkan dapat meningkatkan SWB subjek yang sedang dengan meningkatkan
dukungan interpersonal maupun pelatihan psikologi seperti outbond di alam
terbuka perihal SWB agar subjek dapat berpikir terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan, ketika merasa sedih karena kegagalan subjek segera mencari
cara agar kesedihan cepat berlalu, dan menjadikan subjek terus berusaha untuk
menyelesaikan permasalahan yang sulit meskipun terasa berat, sehingga subjek
akan menunjukkan OCB yang baik seperti membantu rekan kerja yang
bermasalah dengan pekerjaannya,menggunakan waktu untuk hal-hal yang positif
pada instansi, selalu mentaati peraturan intsansi tanpa ada yang mengawasi,-

58

menghindari melakukan hal-hal yang menimbulkan masalah dengan rekan kerja,
dan mengikuti perubahan yang terjadi pada instansi.

3. Bagi peneliti selanjutnya
Dalam penyebaran skala dengan subjek anggota kepolisian efektif dengan
google form dikarenakan lebih cepat tanggap saat pengisiannya dikarenakan
dengan hanphone yang sudah dimiliki dapat mengakses google form tersebut
dimana saja dan kapan pun. Di sisi lain juga mempertimbangan waktu yang tepat
saat tidak ada tugas yaitu saat waktu luang anggota yang diteliti. Dengan memberi
hadiah bagi yang beruntung jika cepat dalam menyelesaikan pengisian skala
tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel SWB dapat memberikan
sumbangan efektif terhadap varibel pengambilan keputusan sebesar 25% dan
sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini seperti karakteristik tugas, karakteristik individu, karakteristik
organisasi, perilaku kepemimpinan, kepribadian, sikap, karakteristik pemimpin,
karakteristik kelompok, kepuasan kerja, budaya organisasi, dan motivasi kerja.
Oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lainnya yang tidak di teliti dalam
penelitian ini agar memperkaya ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya dapat
mengetahui hubungan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi OCB pada
anggota Dit Samapta Polda DIY.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, J.W., Srivastava, A., Herriot, P., & Patterson, F. (2012). Careerist orien-
tation and organizational citizenship behavior in expatriates and non-
expatriates. Journal of Career Development, 40(6), 46 -489.

Azwar, S. (2015). Penyusunann skala psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2011). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2005). Penyusunann skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bakker, Arnold. B., Leiter, Michael. P. 2010. Work Engagement: A Handbook of
Essential Theory and Research. New York: Psychology PressBangun, W.
(2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Bradshaw,J; Keung, A; Rees, G & Goswami, H. (2009). Explaining Variations in
The Subjective Well Being of Children: Macro & Micro Approaches. Paper
For Social Policy association Conference , University of Edinburgh.

Cooper, C. L., & Palmer, S. (2007). How to deal with stress. Unites States: Kogan
Page Limited.

Diener, E. (2009). The science of subjective well-being: The collected works of ed
diener: Illinois : Springer.

Diener, E. L. (2002). Subjective Well-being: The Science of Happiness and Life
Satisfaction. In Snyder, C.A. & lopez, S.J. Handbook of Pshychology. New
york: Oxford University Press.

Diener, E., & Scollon, C., (2003). Subjective well-being is desirable, but not the
summum bonum. Subjective well-being. Minneapolis : University of
Minnesota

Diener, E. L. (2005). Subjective well-being: the science of happiness and life
satisfaction. New York: Oxford University Press.

Diponegoro, A.M., & Ru’iya, S. (2013). Peran religiusitas Islami dan kesejahteraan
subyektif terhadap pemaafan remaja siswa Madrasah Aliyah Negeri III
Yogyakarta. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2 (1).

Dougall. William Mc. (1999). An Introduction to Social Psychology, Methuen:
London Barnes & Noble.

59

60

Eid, M dan Larsen, R. J. (2008). The Science of Subjective Well-Being. New York:
The Guilford Press.

Farid, M. & Lazarus, H. (2008). Subjective Wll-Being In Rich and Poor Countries.
Journal of Management Development, 27(10), 16053-1065.

Filsafati, A. I. (2016). Hubungan antara Subjective Well-Being dengan
Organizational Citizenship Behavior pada Karyawan PT. Jateng Sinar
Agung Sentosa Jawa Tengah & DIY. Jurnal Empati, 5, 757 - 758.

Gani, Irwan dan Amalia, Siti. 2015. Alat Analisis Data: Aplikasi Statistik untuk
Penelitian Bidang Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta: PT. Andi Offset.

Hadi, Sutrisno. 2015. Statistika. Yogyakarta: Pustaka PelajarJudge, R. d. (2008).
Perilaku Organisasi, Buku 1, Cet. 12. Jakarta: Salemba Empat.

Heller, D., Judge, T.A., & Watson, D. (2002). The confounding role of personality
and trait affectifity in the relationship between job and life satisfaction.
Journal of Organizational Behavior, vol. 23(7).

Jex, Steve M. 2002. Organizational Psychology: A Scientist Practitioner Approach.
New York: John Wiley & Sons

Judge, T., Locke, E., Durham, C. and Kluger, A. (1998), “Dispositional effects on
job and life satisfaction: the role of core evaluations”, Journal of Applied
Psychology, Vol. 83 No. 1, pp. 17-34

Limbert, C. (2004). Psychological Well-Being and Job Satisfaction Amongst
Military Personel on Unaccommpanied Tours : the Impact of Perceieved
Social Support and Coping Strategies, Journal of Militaryu Pshychology,
16(1),37-45

Liqwiyanti, A. E., & Jangkung, D. Y. (2016) Hubungan Subjective Well-Being dan
Organizational Citizenship Behavior pada KaryawanHotel Aryaduta. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Psikologi, 9, 154,158.

Luthans, F. (2011). Organization behavior: An evidence-based approach. New
York: McGraw-Hill Compa-nies Inc.

Mackenzie, Podsakoff & Dennis W. Organ. (2006). Organizational Citizenship Beha-
vior : It’s Nature, Antecendents and Concequences. Sage Publications, Inc.:
California

61

Nelson, D. L, and C. L. Cooper (2007). Positive Organizational Behavior: Accen-
taunting the Positive at Work. London, SAGE Publications Ltd.

Pramita, A. R. (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi OCB pegawai
kontrak. Jurnal Psikologi Undip, 184.

Proctor, C., Maltby, J., & Linley, P. A. (2011). Strengths use as a predictor of well-
being and healthrelated quality of life. Journal of Happiness Studies, 12(1),
153-169. DOI: 10.1007/s10902- 009-9181-2

Purwito, S. N. (2012). Hubungan antara Subjective Wellbeing dan Organizational
Citizenship Behaviour pada Petugas Customor. Jurnal Psikologi UNDIP,
11, 184-186.

Podsakoff, P. M., MacKenzie, S. B., Moorman,R.H., & Fetter, R. (1990).
Transformational leader behaviors and substitutes for leadership as
determinants of employee satisfaction, commitment, trust, and
organizational citizenship behaviors. Leadership Quarterly, 1(2), 107-
142.

Mackenzie, Podsakoff & Dennis W. Organ. 2006. Organizational Citizenship Beha-
vior : It’s Nature, Antecendents and Concequences. Sage Publications, Inc.:
California

Robbins SP, dan Judge. (2008). Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta : Salemba
Empat.

Sedarmayanti. (2009), Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Bandung:
Penerbit Mandar Maju.

Sena, Uak. (2011). Instrumen penelitian dan Teknik. Rumah Baca.

Somech, A., & Ron, I.(2007). Promoting Organizational Citizenship Behavior in
Schools: The Impact of Individual and Organizational Characteristics.
Educational Administration Quarterly, 43 (1), 38-66.

Spector, P. N. (2008). Industrial and Organizational Psychology. Jurnal Empati,
762.

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:
Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta

62

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma

Sutrisno Hadi, Metodologi Research 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2004
Talachi, R. K., Gorji, M. B., & Boerhannoeddin, A. B. (2014). An Investigation

of the Role of Job Satisfaction in Employees’ Organizational Citizenship
Behavior. Coll. Antropol, 38 (2): 429–436.

Titisari, Purnamie. 2014. Peranan Organizational Citizenship Behavior (OCB) Da-
lam Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Williams, S. dan Shiaw, W. T., (1996), “Mood and Organizational Citizenship Be-
havior : The Effects of Positive Affect on Employee Organizational Citizen-
ship Behavior”, The Journal of Psychology, 133 (5) : 656-668

Wright, C. W., & Sablynski, C. J. (2008). Procedural Justice, Mood, and
Prosocial Personality Influence on Organizational Citizenship Behavior.
North American Journal of Psychology, 10(2).

Yuniar, Nurtjahjanti, dan Rusmawati. (2011). HUBUNGAN ANTARA KEPUA-
SAN KERJA DAN RESILIENSI DENGAN ORGANIZATIONAL CITI-
ZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA KARYAWAN KANTOR PUSAT
PT. BPD BALI. Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No. 1 .

Yunita, C. (2018). https://docplayer.info/144199093-Hubungan-subjective-well-
being-dengan-organizational-citizenship-behaviour-pada-perawat-rumah-
sakit-di-surakarta.html. Dipetik 11 26, 2019, dari
https://docplayer.info/144199093-Hubungan-subjective-well-being-
dengan-organizational-citizenship-behaviour-pada-perawat-rumah-sakit-
di-surakarta.html: https://docplayer.infol

LAMPIRAN 1
Skala Uji Coba SWB dan OCB

63

64

Kepada Yth bapak/ ibu/saudara/i
Yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,
Saya Ridwan Wibowo selaku mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Mercu Buana Yogyakarta. Memohon ijin untuk meminta bantuan dengan merelakan
waktu anda dalam rangka mengisi skala berikut. Data skala akan digunakan sebagai
keperluan try out penyelesaian tugas akhir (skripsi). Sebelum anda mengisi, bacalah
pernyataan dengan baik dan usahakan jangan sampai ada nomor yang terlewati.
Tidak ada penilaian benar atau salah dalam pengisian skala dan semua tanggapan
yang diberikan akan sangat terjaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, anda tidak
perlu ragu untuk menjawab semua pernyataan ini dengan jujur dan terbuka, sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
Terima kasih atas kesediaan dan kesungguhan anda dalam pengisian
skala ini.

Hormat saya,
Ridwan Wibowo

A. Identitas Responden :
Nama (boleh inisial) : Tahun
Usia :
Pangkat :
Lama Dinas

Dengan ini, menyatakan secara sukarela dan penuh kesadaran mengisi
kuesioner ini dan informasi yang diberikan sesuai dengan keadaan saya yang
sebenarnya.

B. Petunjuk Pengisian Skala
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk mengisi sesuai
dengan keadaan diri Anda yang sebenarnya. Berilah tanda ceklis (√) pada
jawaban yang Anda pilih dari tiap-tiap pernyataan. Jika terdapat kesalahan,
Anda dapat mencoret jawaban yang salah dengan membubuhkan tanda minus ( -
) dan kembali mengisi jawaban yang menurut Anda tepat. Terdapat 5 pilihan
jawaban dengan rincian sebagai berikut:

SS : Apabila jawaban tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda
S : Apabila jawaban tersebut Sesuai dengan diri Anda
CS : Apabila jawaban tersebut Cukup Sesuai dengan diri Anda
TS : Apabila jawaban tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda
STS : Apabila jawaban tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda

65

Contoh pengisisan skala : SS S CS TS STS
Pernyataan STS

Saya mampu mengontrol emosi yang √
saya rasakan.

Contoh pengisisan skala jika ada yang salah :

Pernyataan SS S CS TS

Saya mampu mengontrol emosi yang √
saya rasakan.

SKALA 1

No Pernyataan SS S CS TS STS
1 Saya membantu rekan kerja yang

memiliki beban kerja yang berat.
Saya selalu siap memberikan bantuan
2 kepada
rekan kerja yang membutuhkan
bantuan saya.
3 Saya membantu mengambil alih
pekerjaan rekan kerja saya yang tidak
dapat masuk kerja
4 Saya bersedia membantu rekan kerja yang
bermasalah dengan pekerjaannya.
Saya bersedia membantu mengarahkan
5 anggota baru meskipun hal tersebut bukan
merupakan tanggung jawab saya.

6 Saya mempergunakan banyak waktu
saya untuk hal-hal yang positif untuk
instansi, daripada mengeluh hal-hal
yang sepele.
Saya selalu berfokus pada hal-hal yang

7 benar,
daripada melihatnya dari segi negatifnya.
Saya mempercayai bahwa segala sesuatu

8 yang telah ditentukan dan diputuskan oleh
Instansi merupakan hal yang baik

9 Tidak perlu membicarakan hal-hal yang
buruk tentang instansi.

10 Introspeksi diri ketika hasil kerja tidak
sesuai harapan.

11 Saya selalu percaya bahwa dengan bekerja
secara jujur, maka saya akan mendapatkan
bayaran yang sesuai.

12 Kehadiran saya di tempat kerja melebihi
standar minimal yang ditentukan

66

No Pernyataan SS S CS TS STS

13 Saya tidak pernah melebih-lebihkan waktu
istirahat saya.

14 Saya selalu menaati peraturan dan regulasi di
Instansi meskipun tidak ada yang mengawasi.

15 Saya selalu menaati peraturan dan regulasi di
Instansi meskipun tidak ada atasan saya yang
mengawas

16 Saya mencoba untuk menghindari melakukan
hal-hal yang dapat menciptkan masalah
dengan rekan kerja saya.

17 Saya selalu mempertimbangkan dampak dari
perilaku saya terhadap rekan kerja saya.

18 Saya tidak pernah melanggar hak-hak orang
lain di tempat kerja.

19 Saya melakukan langkah antisipasi terhadap
masalah dengan rekan kerja.

20 Saya menyadari bahwa perilaku saya akan.
mempengaruhi pekerjaan rekan kerja saya.

21 Saya terus mengikuti perubahan yang terjadi
di Instansi tempat saya bekerja.

22 Saya menghadiri pertemuan yang saya anggap
penting, meskipun tidak diwajibkan.

23 Saya menghadiri acara atau pertemuan yang
tidak diharuskan, akan tetapi dapat membantu
membentuk citra positif bagai Instansi saya.

24 Saya selalu membaca dan mengikuti setiap
pengumuman yang ada di tempat kerja seperti
jadwal pertemuan, memo, dan lain-lain.

25 Memberi kritik yang membangun untuk
peningkatan kualitas pelayanan instansi.

67

SKALA 2

No Pernyataan SS S CS TS STS

1 Saya merasa nyaman di lingkungan kerja
saya.

2 Saya merasa bosan dengan tugas pelayanan
yang saya kerjakan.

3 Saya sering merasakan berat untuk
mengerjakan pekerjaan saya.

4 Gaji yang didapatkan dari pekerjaan saya
menjadi anggota polri kurang mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari.

5 Terkadang saya berpikir untuk berhenti
menjadi anggota polri.

6 Saya tidak menyesal dengan pilihan hidup
saya menjadi anggota polri.

7 Kebutuhan bulanan saya dapat tercukupi
dengan uang dari gaji yang didapatkan.

8 Saya menikmati setiap tugas-tugas yang
diberikan pada saya.

9 Saya merasa tenang setelah saya berdoa.

10 Saat saya sakit, rekan kerja tidak perhatian
sama saya.

11 Saya merasakan kasih sayang dari rekan kerja
saya.

12 Saya tidak siap ditempatkan dimanapun oleh
atasan saya.
Saya akan memberikan waktu saya untuk

13 mendengarkan cerita atau curhatan rekan
kerja saya

14 Saya merasa dijauhi rekan kerja saya.
15 Saya merasa gelisah setelah saya berdoa.
16 Saya siap ditempatkan dimanapun oleh atasan

Saya.
17 Saya tidak mudah lelah saat harus

mengerjakan pekerjaan saya.
18 Saya sering menunda-nunda pekerjaan yang

diberikan senior atau atasan kepada saya
19 Saya merasa takut saat harus berada di

lingkungan kerja yang baru.
20 Saya merasa siap saat diberikan tugas banyak

dari atasan saya.

68

No Pernyataan SS S CS TS STS
21 Saya merasa gugup saat harus berbicara di

depan umum.
22 Saya suka mencoba sesuatu yang baru.
23 Saya merasa tertekan saat mendapatkan

banyak tugas dari atasan saya.
24 Saya dapat tidur nyenyak saat masalah belum

terselesaikan.
25 Saya tidak dapat tidur nyenyak saat masalah

belum terselesaikan.
26 Saya tidak takut saat harus berada di

lingkungan kerja yang baru.

TERIMA KASIH

☺☺

Pastikan Tidak Ada Pernyatan Yang Terlewati

LAMPIRAN 2
Data Uji Coba SWB dan OCB

69

70

Skor Data Uji Coba SWB dan OCB

No Skor Skor
SWB OCB

1 115 97
2 123 114
3 114 122
4 124 119
5 124 116
6 123 100
7 125 99
8 122 97
9 108 114
10 120 122
11 79 119
12 90 116
13 79 100
14 109 99
15 119 97
16 122 114
17 106 122
18 116 119
19 103 116
20 121 100
21 126 99
22 123 97
23 111 114
24 121 122
25 111 119
26 127 116
27 92 100
28 115 99
29 113 97
30 79 114
31 127 122
32 104 119
33 103 116

71

No Skor Skor
SWB OCB
125
34 126 125
35 82 119
36 126 103
37 112 124
38 126 125
39 126 124
40 120 122
41 126 125
42 126 120
43 108 121
44 118 111
45 126 100
46 102 122
47 124 115
48 111
49 99 97
50 122 125

72

HASIL ANALISIS DAYA BEDA AITEM
SKALA SWB

Case Processing Summary

N%

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.960 25

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's
Alpha if Item
Scale Mean if Scale Variance Total
Item Deleted Deleted
if Item Deleted Correlation
108.92 .960
OCB1 108.72 141.708 .585 .958
OCB2 108.96 144.410 .824 .961
OCB3 108.74 144.570 .497 .958
OCB4 108.90 143.258 .803 .958
OCB5 108.76 138.786 .740 .957
OCB6 108.84 142.717 .835 .958
OCB7 108.76 143.280 .748 .959
OCB8 108.70 147.288 .639 .959
OCB9 108.74 147.520 .594 .959
OCB10 108.74 144.686 .638 .957
OCB11 109.08 142.278 .870 .961
OCB12 108.90 144.320 .480 .958
OCB13 108.82 143.316 .713 .958
OCB14 108.74 144.273 .810 .957
OCB15 144.360 .881

73

OCB16 108.76 144.390 .871 .957
OCB17 108.72 143.430 .899 .957
OCB18 108.84 143.647 .805 .958
OCB19 108.86 143.796 .843 .957
OCB20 108.74 145.380 .743 .958
OCB21 108.80 140.449 .824 .957
OCB22 109.08 141.014 .619 .960
OCB23 109.08 143.340 .487 .962
OCB24 108.72 145.961 .759 .958
OCB25 108.72 148.981 .562 .960

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items
113.36 25
155.868 12.485

Keterangan : Angka bertanda (**) adalah nomor aitem yang gugur

74

HASIL ANALISIS DAYA BEDA AITEM
SKALA OCB

Case Processing Summary

N%

Cases Valid 50 100.0

Excludeda 0 .0

Total 50 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.910 26

Item-Total Statistics

Corrected Item- Cronbach's
Alpha if Item
Scale Mean if Scale Variance Total
Item Deleted Deleted
if Item Deleted Correlation
108.76 .910
SWB1** 109.16 182.758 .297 .901
SWB2 109.20 165.974 .783 .904
SWB3 109.26 167.837 .673 .903
SWB4 108.90 166.441 .672 .901
SWB5 109.12 167.276 .807 .914
SWB6** 108.90 178.393 .248 .906
SWB7 108.82 176.541 .648 .907
SWB8 108.70 179.375 .601 .907
SWB9 109.26 179.765 .644 .900
SWB10 108.88 161.870 .796 .909
SWB11 109.04 179.740 .365 .901
SWB12 108.92 167.998 .816 .905
SWB13 109.10 175.177 .634 .903
SWB14 167.153 .701

75

SWB15 108.94 166.262 .829 .901
SWB16 108.92 179.177 .464 .908
SWB17 108.86 178.898 .512 .908
SWB18 109.22 168.951 .661 .904
SWB19 109.12 164.924 .855 .900
SWB20** 108.96 181.672 .225 .912
SWB21 109.40 168.327 .611 .905
SWB22 108.88 175.332 .725 .905
SWB23 109.08 168.769 .831 .902
SWB24** 111.36 208.521 -.563 .934
SWB25** 109.32 184.875 .035 .920
SWB26 108.92 173.667 .715 .904

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items
113.48 26
188.010 13.712

Keterangan : Angka bertanda (**) adalah nomor aitem yang gugur

LAMPIRAN 3
Skala Penelitian SWB dan OCB

76

77

Kepada Yth bapak/ ibu/saudara/i
Yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,
Saya Ridwan Wibowo selaku mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana Yogyakarta. Memohon ijin untuk meminta bantuan dengan merelakan waktu anda
dalam rangka mengisi skala berikut. Data skala akan digunakan sebagai keperluan penelitian
penyelesaian tugas akhir (skripsi). Sebelum anda mengisi, bacalah pernyataan dengan baik
dan usahakan jangan sampai ada nomor yang terlewati. Tidak ada penilaian benar atau
salah dalam pengisian skala dan semua tanggapan yang diberikan akan sangat terjaga
kerahasiaannya. Oleh karena itu, anda tidak perlu ragu untuk menjawab semua pernyataan
ini dengan jujur dan terbuka, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Terima kasih atas kesediaan dan kesungguhan anda dalam pengisian skala ini.

Hormat saya,
Ridwan Wibowo

A. Identitas Responden :
Nama (boleh inisial) : Tahun
Usia :
Pangkat :
Lama Dinas

Dengan ini, menyatakan secara sukarela dan penuh kesadaran mengisi kuesioner
ini dan informasi yang diberikan sesuai dengan keadaan saya yang sebenarnya.

B. Petunjuk Pengisian Skala
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta untuk mengisi sesuai dengan
keadaan diri Anda yang sebenarnya. Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang Anda
pilih dari tiap-tiap pernyataan. Jika terdapat kesalahan, Anda dapat mencoret jawaban
yang salah dengan membubuhkan tanda minus ( - ) dan kembali mengisi jawaban yang
menurut Anda tepat. Terdapat 5 pilihan jawaban dengan rincian sebagai berikut:

SS : Apabila jawaban tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda
S : Apabila jawaban tersebut Sesuai dengan diri Anda
CS : Apabila jawaban tersebut Cukup Sesuai dengan diri Anda
TS : Apabila jawaban tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda
STS : Apabila jawaban tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda

78

Contoh pengisisan skala :

No Pernyataan SS S CS TS STS
TS STS
1 Saya mampu mengontrol emosi yang √
saya rasakan.

Contoh pengisisan skala jika ada yang salah :

No Pernyataan SS S CS
√√
1 Saya mampu mengontrol emosi yang
saya rasakan.

SKALA 1 SS S CS TS STS

No Pernyataan
1 Saya membantu rekan kerja yang

memiliki beban kerja yang berat.
Saya selalu siap memberikan bantuan
2 kepada rekan kerja yang membutuhkan
bantuan saya.
3 Saya membantu mengambil alih
pekerjaan rekan kerja saya yang tidak
dapat masuk kerja.
4 Saya bersedia membantu rekan kerja yang
bermasalah dengan pekerjaannya.
5 Saya bersedia membantu mengarahkan
anggota baru meskipun hal tersebut
bukan merupakan tanggung jawab
saya.
6 Saya mempergunakan banyak waktu
saya untuk hal-hal yang positif untuk
instansi, daripada mengeluh hal-hal yang
sepele.
Saya selalu berfokus pada hal-hal yang
7 benar, daripada melihatnya dari segi
negatifnya.
Saya mempercayai bahwa segala sesuatu
8 yang telah ditentukan dan diputuskan oleh
Instansi merupakan hal yang baik.
9 Saya melakukan transaksi dengan
mepertimbangkan untung dan rugi.
10 Bagi saya, trading memiliki manfaat yang
besar untuk keberlangsungan hidup saya.

79

No Pernyataan SS S CS TS STS

11 Saya selalu percaya bahwa dengan bekerja
secara jujur, maka saya akan mendapatkan
bayaran yang sesuai.

12 Kehadiran saya di tempat kerja melebihi
standar minimal yang ditentukan

13 Saya tidak pernah melebih-lebihkan waktu
istirahat saya.

14 Saya selalu menaati peraturan dan regulasi di
Instansi meskipun tidak ada yang mengawasi.

15 Saya selalu menaati peraturan dan regulasi di
Instansi meskipun tidak ada atasan saya yang
mengawas

16 Saya mencoba untuk menghindari melakukan
hal-hal yang dapat menciptkan masalah
dengan rekan kerja saya.

17 Saya selalu mempertimbangkan dampak dari
perilaku saya terhadap rekan kerja saya.

18 Saya tidak pernah melanggar hak-hak orang
lain di tempat kerja.

19 Saya melakukan langkah antisipasi terhadap
masalah dengan rekan kerja.

20 Saya menyadari bahwa perilaku saya akan.
mempengaruhi pekerjaan rekan kerja saya.

21 Saya terus mengikuti perubahan yang terjadi
di Instansi tempat saya bekerja.

22 Saya menghadiri pertemuan yang saya anggap
penting, meskipun tidak diwajibkan.

23 Saya menghadiri acara atau pertemuan yang
tidak diharuskan, akan tetapi dapat membantu
membentuk citra positif bagai Instansi saya.

24 Saya selalu membaca dan mengikuti setiap
pengumuman yang ada di tempat kerja seperti
jadwal pertemuan, memo, dan lain-lain.

25 Memberi kritik yang membangun untuk
peningkatan kualitas pelayanan instansi.

80

No Pernyataan SS S CS TS STS
1 Saya merasa bosan dengan tugas pelayanan

yang saya kerjakan.
2 Saya sering merasakan berat untuk

mengerjakan pekerjaan saya.
3 Gaji yang didapatkan dari pekerjaan saya

menjadi anggota polri kurang mencukupi
untuk kebutuhan sehari-hari.
4 Terkadang saya berpikir untuk berhenti
menjadi anggota polri.
5 Kebutuhan bulanan saya dapat tercukupi
dengan uang dari gaji yang didapatkan.
6 Saya menikmati setiap tugas-tugas yang
diberikan pada saya.
7 Saya merasa tenang setelah saya berdoa.

8 Saat saya sakit, rekan kerja tidak perhatian
sama saya.

9 Saya merasakan kasih sayang dari rekan kerja
saya.

10 Saya tidak siap ditempatkan dimanapun oleh
atasan saya.

11 Saya akan memberikan waktu saya untuk
mendengarkan cerita atau curhatan rekan
kerja saya

12 Saya merasa dijauhi rekan kerja saya.
13 Saya merasa gelisah setelah saya berdoa.
14 Saya siap ditempatkan dimanapun oleh atasan

Saya.
15 Saya tidak mudah lelah saat harus

mengerjakan pekerjaan saya.
16 Saya sering menunda-nunda pekerjaan yang

diberikan senior atau atasan kepada saya
17 Saya merasa takut saat harus berada di

lingkungan kerja yang baru.

81

No Pernyataan SS S CS TS STS
18 Saya merasa gugup saat harus berbicara di

depan umum.
19 Saya suka mencoba sesuatu yang baru.
20 Saya merasa tertekan saat mendapatkan

banyak tugas dari atasan saya.
21 Saya tidak takut saat harus berada di

lingkungan kerja yang baru.

TERIMA KASIH

☺☺

Pastikan Tidak Ada Pernyatan Yang Terlewati

LAMPIRAN 4
Data Penelitian SWB dan OCB

82

83

Skor Penelitian SWB dan OCB

No Skor Skor
SWB OCB
112
1 94 125
2 100
3 80 97
4 98 102
5 96 115
6 95 110
7 87 111
8 100 125
9 98 105
10 100 125
11 79 109
12 88 125
13 78 98
14 81 97
15 100 124
16 89 118
17 83 98
18 100 125
19 95 121
20 100 125
21 100 125
22 100 125
23 100 125
24 100 125
25 96 123
26 85 100
27 100 121
28 68 125
29 96 117
30 93 102
31 100 125
32 98 125
33 91 112
34 100 125

84

No Skor Skor
SWB OCB
125
35 68 125
36 100 121
37 96 121
38 96 125
39 99 125
40 100 123
41 100 125
42 100 125
43 100 117
44 92
45 84 99

LAMPIRAN 5
Uji Normalitas Dan Linearitas SWB dan OCB

85

86

HASIL UJI NORMALITAS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total
N Percent
N Percent N Percent
45 100.0%
Organizational 45 100.0% 0 0.0% 45 100.0%
Citizenship Behavior 45 100.0% 0 0.0%
Subjective Well Being

Descriptives

Statistic Std. Error

Organizational Citizenship Mean 117.18 1.490

Behavior 95% Confidence Interval Lower Bound 114.17
Upper Bound
for Mean 120.18
Lower Bound
5% Trimmed Mean Upper Bound 117.86
Median
Variance 123.00
Std. Deviation
Minimum 99.922
Maximum
Range 9.996
Interquartile Range
97

125

28

15

Skewness -.984 .354
Kurtosis
Subjective Well Being Mean -.563 .695
95% Confidence Interval 93.40 1.301
for Mean
90.78

96.02

5% Trimmed Mean 94.38
Median
Variance 96.00
Std. Deviation
Minimum 76.155
Maximum
Range 8.727
Interquartile Range
Skewness 68
Kurtosis
100

32

12

-1.469 .354

1.508 .695


Click to View FlipBook Version