The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by soedito, 2018-09-11 23:13:35

006_BUKU PENG MAKANAN TERNAK PBMT_75

006_BUKU PENG MAKANAN TERNAK PBMT_75

menghasilkan ampas dan dicampur dengan hasil penguapan, dekeringkan
lalu digiling maka diperoleh tankage. Kandungan protein tankage berkis ar
60% dan banyak mengandung vitamin B diantaranya asam pantotenat,

niacin, riboflavin dan vitamin B12. Bahan baku tankage tidak boleh berisi
bulu, kuku, tanduk, kotoran dan isi perut. Penggunaan untuk ternak unggas

berkisar 10% dan kurang disukai karena dapat menimbulkan bau pada
produk ternak (daging, telur dan susu). Komposisi tepung daging adalah
sebagai berikut : Bahan kering 88.5%; Abu 27.73%; protein 61.13%; lemak
11.75%; serat kasar 2.71% dan Beta-N 0.68%.

2. Tepung Darah

Tepung darah diperoleh dari darah ternak yang bersih dan segar, berwarna
coklat kehitaman dan relative sulit larut dalam air. Rasio pembuatan tepung darah
berkisar 5:1 dimana untuk mendapatkan 1 kg tepung darah memerlukan 5 kg
darah segar. Kandungan protein berkisar 85% dengan kadar air 10%. Tepung
darah rendah kandungan kalsium, phosphor dan asam am ino isoleusin dan glysin.
Kurang disukai ternak, sehingga penggunaanya untuk ternak unggas dan babi
dibatasi berkisar 5%. Pemberian tepung darah harus dihentikan sebulan sebelum
ternak dipotong supaya daging tidak bau. Tepung darah bersifat protein Bypass
dalam rumen yaitu 82%, sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber protein
untuk ternak ruminansia Komposisi gizi tepung darah adalah sebagai berikut :
bahan kering 90.00%; Abu 4.00%; protein 85.00%; lemak 1.60%; serat kasar
1.00% dan Beta N 8.40%.

3. Tepung Hati

Tepung hati dibuat dari hati ternak atau ikan yang tidak dikonsumsi manusia
(afkir). Proses pembuatannya melalui tiga tahap yaitu hati diiris-iris, dikeringkan
dan digiling menjadi tepung. Tepung hati mengandung protein berkisar 60-62%;
lemak 16-17% dan banyak mengandung zat besi Fe, Mg dan Cu serta vitamin B1,
riboflavin, niacin dan asam panthotenat.

II. Susu dan Limbah Pengolahan Susu

Anak sapi baru lahir memerlukan susu pertama produksi induk sapi yang
disebut Collestrum, berwarna krem, kental dan bau amis. Collestrum ini diberikan
selama satu minggu dan berfungsi untuk pembentukan antibody untuk daya
immunitas (kekebakan) tubuh. Susu induk mengandung casein dan zat-zat lain
yang dibutuh kan ternak yang sedang berkembang yaitu laktalbumin, mineral dan
globulin. Juga mengandung asam lemak essensial yaitu asam oleat, linoleat dan
arachodonat serta karbohidrat susu yaitu lactosa. Susu banayak mengandung
vitamin yang larut dalam lemak yaitu A,D,E dan K. Susu banyak

Tabel 14. Komposisi Zat Makanan beberapa Pakan Sumber Protein.

Abu Prot. Lemak SK BETN Ca P NaCl

Tp. ikan impor 23.04 62.79 10.15 2.58 5.64 5.37 2.77 1.95

Tp. ikan lokal 30.22 55.51 9.38 1.73 3.57 5.24 2.54 6.95

Tepung udang 18.65 45.29 6.62 17.69 1.53 7.76 1.31

mengandung mineral kalsium dan phosphor serta sedikit minral Fe, Mn, Cu dan I.
Produk sampingan pengolahan susu (Milk by product) yaitu susu skim, butter milk
dan whey.

1. Susu Skim

Susu skim adalah bagian dari susu setelah diambil lemaknya, sehingga
kandungan lemaknya hanya berkisar 0.1 -0.2%. Susu skim banyak mengandung
vitamin B terutama vitamin B12 dan riboflavin. Kualitas susu tergantung dari umur
ternak dan tipe ternak. Komposisi gizi susu skim dalam keadaan kering
mengandung protein 34-35% dengan nilai biologis mencapai 94%. Susu skim
dipergunakan sebagai sumber protein untuk anak sapi baru lah ir setelah periode
pemberian Collestrum dan penggemukan untuk produksi veal (daging anak sapi
muda).

2. Butter Milk

Butter milk merupakan sisa pembuatan mentega dengan kadar lemak lebih
banyak dari susu skim yaitu 0.6-0.7%. Kandungan protein butter milk dalam
keadaan kering yaitu 32-33%. Penggunaan untuk anak sapi berkisar 0.5 kg dalam
ransum komplit.

3. Whey

Whey merupakan sisa pembuatan keju. Biasanya protein sudah terbawa ke
dalam produk keju dan tersisa laktabumin. Kurang disukai karena rasanya pahit
dan tidak bisa diberikan sebagai pakan tunggal. Kandungan protein whey dalam
keadaan kering berkisar 12%. Kandungan gizi whey menyerupai susu skim
dengan kadar lemak lebih tinggi yaitu 0.8%. Pemberian whey untuk ayam sebagai
sumber riboflavin.

III. Limbah Peternakan Ayam

Tepung bulu ayam terbuat dari bulu ayam yang bersih, segar dan belum
mengalami pembusukan, dengan proses hidrolisa. Rasio bobot bulu untuk setiap
jenis unggas berkisar 4-6% dengan rata -rata 6% dari bobot hidup unggas.
Tepung bulu ayam berpotensi sebagai sumber protein untuk ternak. Proses
pembuatan tepung bulu ayam meliputi proses autoclave, perlakuan kimia dan
enzimatis serta fermentasi dengan mikroorganisme. Adanya kandungan keratin
pada bulu ayam menyebabkan daya utilisasi dan daya cerna bulu ayam masih
rendah, sehingga pada proses pembuatan Tepung bulu ayam tidak hanya dengan
proses hidrolisa atau tekanan saja. Indikator lain kualitas Tepung bulu ayam
selain protein kasar adalah kecernaan pepsin. Dibandingkan tepung ikan,
kandungan protein bulu ayam lebih tinggi yaitu 85-90%, energi metabolis (ME)
2287 kkal/kg, dengan kadar serat kasar 1-3%. Defisien terhadap asam amino
lysine, tryptophan, histidin, dan methionin. Dengan kandungan protein kasar yang
tinggi, kadar air tepung bulu ayam tidak melebihi 10%. Taraf penggunaan tepung
bulu ayam untuk ternak berkisar 5-8 % untuk non ruminansia dan 10-15% untuk
ruminansia.

IV. Tepung Ikan

Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau
limbah/sisa bagian-bagian ikan yang tidak diikutsertakan dalam pengalengan.

Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung
ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak
dilakukan pembuangan lemaknya. Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10%
dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet
sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang
ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor
dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah,
sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku
hanya mempunyai kadar protein kasar 55-58% dan termasuk grade C.
pemakaian tepung ikan untuk ransum unggas berkisar 10-15% dengan syarat
sumbangan lemak ransum dari tepung ikan maksimal 1%. Komposisi zat
makanan dapat dilihat pada Tabel 8.

Gambar 29. Tepung Ikan dan Penyimpanannya

V. Tepung Kepala Udang
Tepung kepala udang adalah tepung yang dibuat dari bagian udang yang

tidak dikonsumsi manusia/ekspor terdiri atas kepala dan kulit secara keseluruhan
dan dengan konversi 30-40% dari total tubuh udang. Mutu pakan lebih rendah
dari tepung ikan (protein kasar 43-47%). Kelemahan tepung udang adanya khitin
(yang sulit dicerna) suatu ikatan polisacharida-protein dalam kulit kelompok
udang/crustaceae sebesar 20-30% dengan kecernaan yang rendah 28%.
Kecernaan pakan bisa tinggi (meningkat) bila pengolahan dilakukan dengan
ekstrasi dengan basa. Pemakaian tepung udang dalam ransum ungas maksimal
10%. Komposisi zat makanan dapat dilihat pada Tabel 13.

BAB V
BAHAN MAKAN AN TERNAK INKONVENSIONAL

Perkembangan penduduk yang pesat mengundang konsekuensi terhadap
penyediaan pangan yang meningkat pula termasuk pangan yang beasal dari hasil
ternak. Dengan demikian upaya produksi ternak tidak akan terlepas dari upaya
penyediaan bahan makanan ternak.

Pada umumnya makanan ternak juga merupakan makanan manusia
sehingga terasa persaingan antara manusia dengan ternak. Keadaan tersebut
harus diatasi dengan upaya penyediaan makanan ternak berasal dari bahan-
bahan yang tidak dikonsumsi manusia dengan kata lain perlu dilakukan
penggalian (explorasi) bahan-bahan makanan ternak yang lain atau perlu
dilakukan penganekaragaman bahan makanan ternak, khususnya bahan
makanan ternak yang tidak lazim digunakan/dikonsumsi ternak namun kandungan
nutrisinya sama atau lebih baik dari yang bisaa dikonsumsi ternak.

Upaya eksplorasi bahan makanan ternak tak lazim (bahan makanan ternak
inkonvensional) ini akan sangat bermanfaat bagi peternak kecil/menengah agar
tidak tergantung kepada bahan makanan ternak konvensional, mengingat
penyerapan bahan makanan ternak konvensional ini pada umumnya telah
dikuasai oleh perusahaan-perusahaan dengan modal yang kuat sehingga para
peternak kecil/menengah tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang besar.

Bahan makanan ternak inkonvensional dapat berasal dari limbah pertanian,
limbah peternakan, limbah perikanan, limbah kehutanan, limbah pengolahan hasil
ternak, hasilk pertanian, hasil kehutanan, limbah pemotongan ternak dan limbah
industri pangan dan minuman. Tujuan pokok bahasan ini adalah memberikan
informasi tentang bahan makanan ternak inkonvensional sebagai alternatif dari
bahan makanan ternak konvensional guna meningkatkan daya mandiri kecil dan
menengah dalam agribisnis yang bebas.

Klasifikasi Bahan Makanan Ternak Inkonvensional

Bahan makanan inkonvensional dapat diklasifikasikan berbeda-beda, namun
Nityanand Pathak (1997) dalam teksbook of feeding processing technology
mengklasifikasikan sebagai berikut:

A. Konsentrat inkonvensional
B. Hijauan inkonvensional

Klasifikasi ini berdasarkan pada umumnya bahan makanan konsentrat
merupakan bahan makanan ternak non hijauan dengan serat kasar maksimal 18%
dari bahan kering. Konsentrat inkonvensional dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Bijian dan butiran

Bungkil jagung

Pengolahan jagung untuk min ya k jagung dapat menghasilkan makanan
ternak yang tergolong inkonvensional yaitu bungkil biji jagung. Komposisi gizi
limbah minyak jagung (%BK) adalah sebagai berikut BK = 88.06%, Abu = 11.10%,

Protein Kasar = 21.89%, Lemak = 0.33%, Serat Kasar = 8.9%, Beta -N = 53.10%,
Ca= 0.06% dan P = 2.18%.

Bungkil jagung dipergunakan sebagai sumber energi untuk ternak.
Penggunaan bungkil jagung untuk ternak telah diteliti oleh Sudaryanti (1981)
bahwa bungkil jagung dapat mengganti bungkil kelapa sebanyak 10 – 20%.
Sedang Nitis (1981) telah menggunakan bungkil jagung untuk unggas 30 – 40%,
Babi 40 – 50% dan sapi sebanyak 30% tetapi Wahyu (1984) menyarankan
penggunaan bungkil jagung tidak lebih dari 20% untuk unggas.

Biji Kecipir (Psophocarpus Tetrabonolobus (L.) DC )

Jenis Psophocarpus mempunyai sembilan species, 2 diantaranya adalah
psophocarpus tetragonolobus dan psophocarpus palustris telah lama digunakan
sebagai sumber pangan. Psophocarpus tetragonolobus tampil lebih produktif.

Tanaman kecipir diduga berasal dari Papua Nugini dan Asia Tenggara dan
tersebar ke Ghana dan Nigeria (NAS, 1975 dan KAY, 1979). Nilai gizi (%BK) biji
kecipir hampir sama dengan kedelai sebagai berikut : Kadar air 8.7 – 24.6%,
Protein 29.8 – 39.0%, Lemak 15.0 – 20.4%, Beta-N 23.9 – 42.0 %, Serat kasar,
3.7 – 16.1% da Abu 3.3 – 4.9%.

Komposisi asam amino biji kecipir mirip dengan kacang kedelai, tetapi agak
berbeda kandungan lisin yaitu masing-masing 9.6 mg/g dan 6.83 mg/g.
Kandungan Trypthopan kecipir (0.73 mg/g) lebih randah daripada kacang kedelai
(1.28 mg/g). Biji kecipir kekurangan asam amino bersulfur methionin dan sistin
sama seperti kedelai.

Kandungan anti nutrisi dalam kecipir juga mirip dengan kedelai yaitu
mengandung anti tripsin dan anti chimotripsin yang dapat menghambat kerja
tripsin dan chimotripsin yang bersifat yang bersifat proteolitik. Untuk
menghilangkan zat anti nutrisi ini dapat dilakukan dengan : perendaman,
pengukusan/pemasakan atau penyanggraian/penggorengan tanpa minyak. Biji
kecipir dapat mengganti kacang kedelai dalam ransum ternak setelah dipanaskan
seperti tersebut di atas.

Biji Kapuk (Ceiba Petanra)

Hasil utama dari tanaman kapuk adalah serat buah kapuk sedangkan biji
kapuk merupakan limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
baku pembuatan minyak biji kapuk. Bungkil biji kapuk dihasilkan dari proses
pembuatan minyak kapuk adalah sebanyak 40% menurut Vademekum Pertanian
(1957) sedangkan PT. Kimia Farma memperoleh hasil sebanyak 70% dan
kotorannya 11%. Pemanfaatan bungkil biji kapuk di masyarakat kita yaitu untuk
pupuk organik tanaman tembakau atau untuk makanan ternak. Kandungan gizinya
(%BK) adalah : BK 90.73%, Abu 6.94%, Protein kasar 31.37%, Lemak kasar
5.83%, Serat kasar 31.81%, Beta-N 32.42%, Ca 0.40% dan P 0.87%. Pemberian
bungkil biji kapuk terhadap ternak adalah sebagai berikut : untuk unggas tidak
lebih 5%.

Bungkil Biji Kapas (Gossypium Irsutum)

Pertanian tanaman kapas menghasilkan hasil utama adalah kapas,
sedangkan biji kapas merupakan hasil sampingan yang dapat diproses menjadi
minyak biji kapas dengan limbahnya yaitu bungkil biji kapas. Bungkil biji kapas
dihasilkan dari proses pembuatan minyak kapas sebanyak 47%. Berdasarkan
McDonald et al (1973) bahwa komposisi kimia (%BK) bungkil kapas adalah :
dengan kulit bahan kering 80%, Abu 7.2%, Protin kasar 25.37%, Lemak Kasar
6.00%, Serat Kasar 27.25% dan Beta-N 34.13%. Sedangkan tanpa kulit
mempunyai komposisi kimia ( 5% BK) adalah : Bahan Kering 90%, Abu 7.39%,
Protein 45.625%, Lemak Kasar 8.80%, Serat Kasar 8.60%, Beta -N 30.35%, Ca
0.20% dan P 1.28%.

Protein bungkil kapas mempunyai kualitas yang baik tetapi asam amino
sistin, methionin dan lisin rendah. Bungkil ini kaya akan thiamin tetapi miskin akan
caroten. Energi Metabolisme bungkil biji kapas untuk ternak ruminansia masing-
masing 1.99 kkal/g (dengan kulit) dan 2.84 kkal/g. Bungkil biji kapas mengandung
gossipol yang dapat mempengarusi kuning telur pada proses penyimpanan.

Pemberian bungkil biji kapas untuk ternak sapi perah dengan dosis 50%
akan meningkatkan produksi susu sedangkan Kompyang (1984) menyatakan
dapat sebagai pengganti tepung kedelai dalam ransum ayam petelur sebanyak
50-100%. Pemberian pada babi terbatas sampai 9% dari ransum.

2. Limbah peternakan/hewan

Isi Rumen

Isi rumen diperoleh dari rumen sapi yang telah dipotong (terutama di rumah
pemotongan hewan). Kualitas isi rumen tergantung dari makanan ternak yang
dikonsumsinya. Isi rumen akan mengandung zat antinutrisi bila ternak tersebut
mengkonsumsi zat antinutrisi. Isi rumen tersebut dapat pula mengandung
mikroba patogen (berbahaya) jika proses pengolahan dengan pemanasan tidak
sempurna.

Isi rumen dipisahkan antar cairan dan padatan melalui proses pengepresan.
Padatan dikeringkan dengan suhu 100 0 C sehingga mengandung kadar air 12%
dan juga untuk membunuh bakteri yang patogen.

Penyimpanan isi rumen bentuk padatan dengan temperatur kamar pada
kadar air dibawah 12%. Komposisi kimia isi rumen (%BK) adalah: abu 11%,
protein kasar 17.6%, lemak kasar 2.1%, serat kasar 28%, Beta -N 41.40%, Ca
0.79% dan P 0.67%. Kendala penggunaan isi rumen sebagai makanan ternak
adalah baunya, sehingga palatabilitasnya sangat rendah.

Limbah Penetasan

Termasuk limbah penetasan adalah telur infertil, telur tetas dengan embrio
mati dan anak ayam umur sehari (DOC). Nilai gizinya hampir sama dengan
tepung daging. Tepung limbah penetasan mengandung protein 10-16% untuk
ternak unggas. Selain sebagai sumbe protein tepung limbah penetasan juga
dapat digunakan sebagai sumber mineral kalsium dan phosphor.

Tepung Limbah Kodok

Tepung ini dapat dibuat dari limbah kodok yang terdiri dari tubuh kodok tanpa
paha belakang dengan konversi 70% dari total kodok. Kodok mentah sudah
sering diberikan pada ternak babi dan bebek dengan cara dicacah. Untuk unggas
perlu mengalami pengolahan menjadi tepung. Keuntungan proses penepungan
adalah menghilangkan unsur-unsur yang patogen dan merugikan unggas.
Pemakaiannya dalam ransum berkisar 10%, lebih dari 10% kurang palatabel dan
bau amis yang menyengat. Komposisi zat makanan tepung kodok (%BK) adalah:
abu 18.33%, protein kasar 67.70%, lemak kasar 10.84%, serat kasar 0.61%, Beta-
N 2.18%, Ca 5.14% dan P 2.84%.

Tepung Bekicot

Tepung bekicot merupakan bahan makanan ternak sumber protein hewani
yang dapat menggantikan tepung ikan dalam ransum babi, bebek dan ayam.
Tepung bekicot terbuat dari bekicot mengandung protein 60% (Cresswell dan
Kompiang, 1981), 56.1% (Pujowiyatno, 1982), sedangkan menurut Emmy S.
(1980) adalah 69-70.39%. kandungan serat kasarnya hanya 0.08%, bahan kering
9.19-9.25%. kandungan Ca 2%, P 8%, lysine 0.6%, methionin % dan ME = 3400
kkal/kg.

Cresswell dan Habibie (1981) menunjukkan bahwa penggunaan 10% tepung
bekicot dalam ransum ayam petelur dapat menghasilkan produksi yang sama
dengan kontrol. Lestari Gunawan (1972) menyatakan kombinasi tepung ikan
dengan tepung bekicot pada ransum ayam broiler akan menghasilkan
pertambahan bobot ayam yang lebih baik dari ransum yang hanya mengandung
tepung ikan saja atau tepung bekicot saja. Sedangkan Beng et al (1982) dan
Kompiang (1979) menganjurkan penggunaan tepung bekicot mentah dalam
ransum tidak lebih dari 10% dan 15% untuk bekicot yang direbus.

Keong Mas

Keong mas merupakan sumber protein hewani alternatif untuk ternak.
Rumah atau cangkangnya bisa digunakan sebagai sumber mineral, terutama Ca.
walaupun tidak sebaik kualitas tepung ikan, daging keong mas bisa digunakan
sebagai sumber protein. Komposisi kimianya (%BK) adalah: bahan kering
92.49%, abu 9.03%, protein kasar 30.68%, lemak kasar 3.2%, serat kasar 2.45%,
Beta-N 24.32%, Ca 7.5% dan P 0.97% masalah utama penggunaan keong mas
adalah adanya racun pada lendirnya, tetapi tidak terlalu berbahaya untuk ternak.
Metode pengolahan yang baik akan menghilangkan racun tersebut.
Penggunaannya pada ransum maksimal 15%.

Cacing Tanah (Lumbricus sp.)

Cacing tanah adalah salah satu bahan yang mempunyai potensi sebagai
sumber protein dan merupakan bahan berasal hewan yang belum begitu banyak
digunakan sebagai bahan makanan ternak. Cacing tanah selain jarang
dikonsumsi langsung oleh ternak juga dijumpai pada areal tanah kebun rumput
yang mendapatkan pupuk kandang atau pembuangan sampah yang dalam
keadaan lembab. Berdasarkan penelitian-penelitian pada bedengan yang diberi
kotoran ternak berukuran 0.4072 ha terdapat kurang lebih satu juta ekor cacing

tanah dengan berat 199.76 kg. sedangkan bedengan tanpa kotoran hanya
mencapai dua puluh ribu ekor sampai lima puluh ribu ekor dengan berat antara
22.70-45.40 kg. komposisi kimia cacing tanah (%BK) adalah: bahan kering
92.63%, abu 8.76%, protein 56.44%, lemak kasr 7.84%, serat kasar 1.58%, Beta-
N 17.98%, Ca 0.48% dan P 0.87%.

Keistimewaan cacing tanah adalah mempunyai protein kasar yang tinggi dan
sumber mineral fosfor, akan tetapi Ca-nya rendah. Kandungan asam amino lisin
dan metioninnya lebih tinggi dibandingkan dengan protein biji-bijian. Cacing tanah
mampu mensubstitusi sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedele.
Tepung cacing tanah sebaiknya digunakan sebesar 10% dalam ransum.

3. Protein sel tunggal (PST)
Protein Sel Tunggal adalah protein yang ditemukan dari organisme bersel

satu. Organisme tersebut antara lain: Yeast (ragi), Bacteria, Fungi (jamur) dan
Algae yang ditubuhkan pada media khusus yang disiapkan.

Tipe protein ini dapat diperoleh melalui fermentasi pada petroleum atau sisa
organik dengan p enerangan khusus.

Gambar 30. Protein Sel Tunggal limbah industri L -Lysine

Tipe-tipe PST.
PST dapat dihasilkan melalui proses:
a. Non photosynthetic misalnya yeast, bacteria dan fungi
b. Photosynthetic misalnya Algae

Organisme Non Photosynthetic
Secara tradisional, ragi telah digunakan sebagai sumber protein dan
“unidentified faktor”. Cara ini mempunyai keuntungan: mudah dipanen dan
masalah dikonsumen relatif sedikit. Namun mempunyai juga kerugian: karena
hasil tersebut diatas miskin akan asam amino “bersulfur” seperti methionin.
Kekurangan ini dapat diatasi dengan pemberian MHA (Methionin Hydroxy Analog)
Sedang bila diperoleh dari bakteria maka mempunyai keuntungan:
a. Pertumbuhan lebih cepat

b. Komposisi asam amino lebih seimbang
c . Kandungan protein lebih banyak
d. Bila tidak disenangi manusia maka dapat dijadikan makanan ternak

Kerugian dari cara ini adalah:
a. Mudah rusak
b. Banyak mengandung asam nukleat

Organisme Photoynthetic

Organisme yang berperan adalah algae, dapat menghasilkan bahan/zat
makanan yang dalam jumlah banyak pada luasan relatif sempit. Faktor-faktor
yang berpengaruh adalah:
1. Tipe organisme
2. Temperatur
3. Ketinggian tempat
4. Luas tempat

Potensi hasil produksi ton protein per akre per tahun. Bahan kering algae
yaitu 5-15% dapat diberikan untuk ternak scara langsung atau setelah proses
hidrolisasi. Komposisi zat makanan (dalam BK0 adalah: protein kasar 8-75%,
karbohidrat 4-40%, lemak 1-6%, abu 4-45%, biological value protein dari algae
yaitu 50-70%.

Permasalahn dalam menggunakan PST adalah sebagai berikut:
1. Palatabilitas

Palabilitas dari protein sel tunggal rendah sehingga feed intake berkurang.
Masih sedang diusahakan agar PST dapat berkembang menjadi feed
supplement.
2. Digestibility
Harus ditingkatkan daya cernanya sehingga dapat bersaing dengan protein
yang bisaa digunakan.
3. Asam Nucleat
Banyak diperoleh N protein dalam bentuk asam nukleat dimana dalam
metabolisme akan dihasilkan asam urat. Akumulasi asam urat dalam ginjal
akan menimbulkan batu ginjal. Sedangkan pada ruminansia asam urat dan
mikroorganisme membentuk allantoin yang mudah larut dan dieksresikan lebih
mudah dari tubuh.
4. Toxin
Toxin yang timbul dapat berasal dari: a. dalam atau dihasilkan oleh mikroba itu
sendiri b. karena adanya kontaminasi dari luar.
5. Kualitas prote in
Protein yang dihasilkan dari PST defisien asam amino bersulfur dan mungkin
juga isoleucine.
6. Ekonomi
Selama sumber protein seperti sumberikan, tepung daging masih
memasyarakat digunakan untuk pembuatan ransum dengan harga yang
terjangkau maka PST hanya akan berperan sebagai bahan makanan ternak
alternatif.

BAB VI
PAKAN SUPLEMEN

Dalam penyusunan ransum, pakan sumber energi dan serat yang biasanya
dihasilkan di farm merupakan pakan basal. Pakan tersebut biasanya defisien
protein dan kemungkinan defisien satu atau lebih asam amino, mineral dan
vitamin.

Pakan suplemen merupakan pakan yang dipakai untuk memperbaiki nilai gizi
pakan basal. Biasanya pakan suplemen merupakan konsentrat:
1. Protein, atau satu atau lebih asam amino
2. Satu atau lebih asam mineral
3. Satu atau lebih vitamin dan
4. Campuran mineral, vitamin dan protein

1. Suplemen Protein
Protein suplemen adalah bahan baku yang mengandung protein lebih dari

dua puluh persen protein atau protin ekuivalen. Bahan ini dapat diperoleh dari
ternak, ikan, tanaman, mikroba, juga dari nitrogen bukan protein seperti urea,
biuret dan produk amonia.

Secara umum protein merupakan unsur yang kritis pada ternak muda, ternak
yang tumbuh cepat dan untuk ternak yang berproduksi tinggi. Ternak tidak dapat
mengembangkan potensi genetik mereka, tidak dapat menghasilkan produksi
susu yang tinggi, atau tidak dapat menghasilkan tenaga yang maksimal kecuali
apabila ransum mereka mengandung protein yang cukup.

2. Suplemen Asam Amino
Pada ternak muda yang rumennya belum berfungsi, asam amino

merupakan unsur yang penting. Ternak yang berproduksi tinggi memerlukan
asam amino yang lebih tinggi dan mikroba rumen tidak dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Sehingga kualitas protein ransum lebih penting untuk ternak
yang berproduksi tinggi dibandingkan dengan kandungan protein kasar.

AB

Gambar 31. A. Lysine dan B. Methionin

3. Suplemen Mineral
Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Hampir semua

mineral ditemukan dalam jaringan ternak dan mempunyai fungsi yang sangat
penting dalam proses metabolisme ternak. Metabolisme dan interrelationship
diantara mineral sangat bervariasi dan kompleks. Suatu kelebihan atau
kekurangan mineral tertentu dapat menyebabkan kekurangan atau kelebihan dari
mineral lain.

Komposisi mineral pakan bervariasi tidak hanya karena perbedaan
tanaman dan spesies tetapi juga antar tanaman yang sama dengan varietas yang
berbeda. Leguminosa dan butir-butiran umumnya mengandung kalsium (Ca) dan
magnesium (Mg) lebih banyak dibanding tanaman lain. Banyak peru bahan
komposisi mineral terjadi dalam masa pertumbuhan tanaman. Perbedaan
lingkungan juga sangat mempengaruhi kandungan mineral tanaman seperti jenis
dan kondisi tanah, pengaruh pemupukan, komposit tanaman yang di tanam, serta
cuaca dan iklim. Kebutuhan mineral pada ternak sangat bervariasi tergantung
pada umur ternak, ukuran ternak, jenis kelamin, tipe produksi dan fase
produksinya.

Gambar 32. Mineral Sumber Kalsium (Limestone Granular)

Mineral esensial adalah mineral yang telah terbukti mempunyai peranan
dalam metabolisme tubuh. Hingga tahun 1950 hanya tiga belas mineral yang
diklasifikasikan sebagai mineral esensial yaitu Ca, P, K, Na, Cl, S, Mg, Fe, I, Cu,
Mn, Zn, dan Co. Sejak tahun 1970 Mo, Se, Cr, dan F ditambahkan dalam daftar
dan menyusul Arsen, Boron, Lead, Lithium, Nikel, Silikon, Tin, dan Vanadium
dimasukkan ke dalam mineral esensial.

Klasifikasi Pakan Mineral
Pakan sumber mineral dibagi ke dalam tiga kategori dasar yaitu:

1. Limbah rumah tangga
Limbah rumah tangga sangat potensial digunakn sebagai sumber mineral
seperti tulang dan jaringan sendi yang dihasilkan dari pengolahan daging.
Limbah ini sangat baik digunakan sebagai sumber Ca, P dan beberapa trace
mineral.

2. Mineral dari sumber alam
Pakan ini diperoleh dari alam dan diolah agar aman sebagai pakan.
Contohnya adalah batu phosphat yang dihilangkan flourinenya, NaCl, KCl,
batu dolomit dan CaCO3.

3. Sumber alam sintetis
Sekarang ini sudah banyak sumber mineral sintetis yang telah dikembangkan
dengan harga yang murah dan kemurnian yang sangat tinggi. Sehingga
peternak bisa memberi mineral murni untuk tujuan-tujuan tertentu.

Perlunya Suplemen Mineral
Hanya mineral yang diperlukan seyogyanya disediakan. Kelebihan dan

ketidakseimbangan mineral harus dihindari. Kecuali bahan seperti urea dan
lemak hampir semua pakan dapat menyediakan beberapa mineral. Meskipun
demikian banyak ransum yang telah disusun masih memerlukan satu atau
beberapa mineral makro/mikro.

Mineral makro . Dari beberapa mineral makro yang dibutuhkan ternak, hanya
garam (NaCl), kalsium (Ca), phosphor (P), secara rutin ditambahkan ke ransum
ternak. Makro mineral lain seperti magnesium (Mg), dan sulfur (S) kadang-kadang
ransum ternak dalam kasus tertentu. Magnesium kadang-kadang disediakan
pada daerah dimana tetani masih merupakan masalah. Sulfur secara rutin
ditambahkan ke dalam ransum yang mengandung urea karena urea tidak dapat
menyediakan sulfur seperti halnya protein.

Mineral Mikro atau Terbatas. Tujuh mineral mikro berikut yang sering
disuplementasikan ke dalam ransum yaitu: Cobalt (Co), Tembaga (Cu), Iodium (I),
Besi (Fe), Mangan (Mn), Selenium (Se) dan Seng (Zn). Meskipun ransum ternak
tidak defisiean akan tujuh mineral di atas, suplemen mineral tersebut ke dalam
ransum tidak berbahaya karena besarnya batas ambang antara tingkat yang
dibutuhkan dengan tingkat toksisitasnya. Juga sedikit ekstramikro diperlukan
karena adanya variasi kandungan mineral dalam pakan, variasi dalam
produktivitas ternak, stres dan hubungan antar nutrien.

Gambar 33. Mineral Sumber Tembaga (CuSO4)

Petunjuk Suplementasi Mineral
Pertimbangan-pertimbangan yang harus diingat oleh peternak sehubungan

dengan suplementasi mineral antara lain:
1. Kebutuhan ternak

Usia, jenis kelamin, berat, dan parameter produksi harus dipertimbangkan.
2. Jenis pakan

Ternak yang menerima ransum konsentrat tinggi akan memerlukan
suplementasi mineral yang berbeda daripada ternak yang menerima ransum
hijauan tinggi.
3. Daerah asal pakan
Kandungan mineral pakan tergantung pada kandungan mineral tanah dan
faktor genetik tanaman.
4. Fasilitas
Jika campuran ditawarkan dengan bebas, maka diperlukan kontainer.

Gambar 34. Mineral Mix

Garam (NaCl)
Garam diperlukan oleh semua kelas ternak, khususnya ternak herbivora

(pemakan hijauan). Rasio kalsium dan natrium pada hijauan pakan dapat
mencapai 17:1, sehingga garam diperlukan untuk mempersempit rasio agar tidak
terjadi aksi metabolik dari tingginya kalsium.

Jumlah garam yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung pada tingkat
pertumbuhan, komposisi ransum, tingkat produksi, dan suhu lingkungan.
Beberapa ternak yang berkeringat lebih banyak dari yang lainnya dan kebutuhan
garamnya berkorelasi positif dengan makin banyaknya keringat. Ternak yang
banyak terkena panas dan bekerja lebih berat memerlukan garam yang lebih
banyak dibandingkan dengan ternak yang normal. Ternak ruminansia yang
digembalakan memerlukan garam untuk menyeimbangkan kalium yang tinggi dan
kalsium yang rendah.

Pemberian garam dapat disediakan dalam bentuk:
1. Garam blok

a. Keuntungan
- memudahkan pemberian
- merangsang penegluaran air ludah
- tidak berbahaya bila konsumsinya berlebihan
b. Kerugian
- ternak kadang-kadang susah untuk memperoleh garam yang cukup.

2. Garam bisaa (bentuk lepas/butiran)
a. Keuntungan
- ternak mudah untuk mengkonsumsinya
b. Kerugian
- harus diproteksi dengan mineral box
- harus tersesia cukup air

3. Sebagai bagian campuran mineral (mineral mix)
a. Keuntungan
- mudah bagi ternak untuk mengkonsumsi kebutuhan garamnya
- menyebabkan ternak mengkonsumsi mineral yang rendah palatabilitasnya
b. Kerugian
- harus diproteksi dengan mineral box
- harus tersedia cukup air
- memeaksa ternak untuk mengkonsumsi mineral yang mungkin tidak
dibutuhkan ternak.

4. Sebagai komponen dari campuran ransum
a. Umumnya ditambahkan 0.25-0.5%
b. Menjamin konsumsi garam yang cukup
c. Dapat meningkatkan palatabilitas

Sumber Garam. Garam yang bisaa digunakan adalah natrium chlorida
(NaCl). Garam ini dapat diperoleh dengan cara penguapan air laut atau dari
pertambangan deposit garam di beberapa tempat di dunia.

Tanda-tanda defisiensi dan keracunan. Secara umum ternak yang defisien
garam akan menunjukan gejala seperti : hilangnnya cita rasa (ternak akan
memakan tanah, dinding atau bahan-bahan lain). Kecepatan pertumbuhan
menurun, kemandulan pada ternak jantan, terlambatnya kematangan seksual
pada ternak betina dan produksi menurun.
Keracunan terjadi ketika tubuh tidak dapat mengeluarkan garam yang cukup untuk
mempertahankan keseimbangan air. Jika ada kelebihan konsumsi garam atau
tidak berfungsinya mekanisme ekskresi maka endema akan terjadi akibat dari
retensi air.

Kalsium (Ca) dan Phosphor (P)

Ketika kalsium sendiri diperlukan, batu kapur atau cangkang kerang giling
biasanya digunakan. Suplemen kalsium yang lain antara lain tepung tulang,
kalsium gluconate, kalsium laktat, dikalsium phosphat dan dolomit.

Suplemen phosphor yang seringkali dipakai adalah ammonium phosphat,
tepung tulang, kalsium phosphat, tanah liat koloid, dikalsium phosphat,
monosodium phosphat dan phosphat deflourinate.

Pemberian Kalsium

1. Kebutuhan supplementasi tergantung pada kualitas ransum. Jika dibutuhkan
bisa ditambahkan dengan menggunakan :
a. Hanya penambahan kalsium
- Batu Kapur
- Tepung kulit kerang
- CacCO3 mengandung kalsium 33-44%, dimana CaCO3 murni mempunyai
konsentrasi Ca 40%.

b. Kalsium dengan tambahan phosphat
- Tepung tulang
- Deflourinated phosphat

Gambar 35. Sumber Kalsium dan Phosphor (Dicalsium Phosphat)

2. Sumber kalsium di atas bisa diberikan dalam bentuk mineral mix pada ransum.

Pemberian Phosphor
1. Kebutuhan supplementasi tergantung pada kualitas ransum, dan dapat

ditambahkan dengan menggunbakan :
a. Tepung tulang

- mengandung phosphor 14%
- merupakan sumber P yang sangat baik.
b. Deflouronated phosphat
- kandungan phosphor 14 -20%
- tersedia dialam dan mengandung flourine pada level yang dapat

menyebabkan keracunan, sehingga perlu dihilangkan flournya sebelum
digunakan.

2. Sumber-sumber phosphor bisa diberikan dalam bentuk mineral mix atau ad
libitum atau ditambahkan langsung pada ransum.

Tabel 14. Beberapa sumber mineral Ca dan P % Ca %P

Bahan 40 -
16.9 24.6
Kalsium Karbonat (CaCO3)
- Monokalsium phosphat (CaH4(PO4)2H2O) 23.3 18
- Dikalsium phosphat (CaHPO4.2H2O) 38.8 20
- Trikalsium phosphat
37-39 -
Kulit kerang 27 13
Tepung tulang arang 24 12
Tepung tulang kukus

Rekomendasi Umum Untuk Supplementasi Mineral

A. Garam dicampurkan 0.25-0.50% dari total ransum
B. Kalsium dan Phosphor ditambahkan untuk menyeimbangkan kebutuhan

atas mineral tersebut dengan menambahkan batu kapur dan tepung tulang
kerang untuk kalsium atau tepung tulang dan deflourinated phosphat untuk
phosphor (Bahan lain bisa dilihat pada tabel 4.)
C. Jika diduga ada kekurangan trace mineral, garam bertrace mineral bisa
digunakan. Garam tersebut murah, tidak berbahaya dan cukup baik.
D. Mineral lain tidak umum ditambahkan, kecuali dalam kondisi khusus.

4. Suplemen Vitamin

Vitamin secara umum dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
1. Vitamin yang larut dalam lemak : vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin

K.
2. Vitamin yang larut dalam air : biotin, cholin, folacin (asam folat), inositol,

niacin (asam nicotinat, nikotinamid), asam pantotenat (vitamin B3), asam para
amino benzoat (PABA), riboflavin (vitamin B2), thiamin (vitamin B1), vitamin
B6 (pyridoxin, pyrodoxal, pyridoxiamin), vitamin B12 (cobalamin) dan vitamin C
(asam askorbat)

Pada vitamin yang larut dalam air hanya vitamin C yang tidak termasuk
dalam vitamin B kompleks. Vitamin berasal dari jaringan tanaman kecuali vitamin
C dan vitamin D yang terdapat dalam jaringan hewan hanya apabila hewan
mengkonsumsi pakan yang mengandungnya atau mikroorganisme yang ada
dalam tubuh mensintesisnya.

Vitamin yang larut dalam lemak terdapat dalam jaringan tanaman dalam
bentuk provitamin (precursor vitamin). Dalam kondisi yang baik umumnya ransum
mengandung cukup beberapa vitamin.

Vitamin A

Ada beberapa bentuk vitamin A, yang mempunyai aktivitas biologi berbeda,
yang paling penting adalah bentuk retinol dan dehydroretinol. Retinol dulu disebut
dengan vitamin A1 di dapat sebagai ester (retinyl palmitate) dalam minyak ikan,
minyak hati, lemak susu, dan kuning telur, mempunyai aktivitas biologi sebagai
suatu alkohol, aldehyde dan asam. Bentuk alkohol merupakan bentuk yang

umum, bisaa sebagai retinol, bentuk aldehyde sebagai retinal atau retine dan
bentukasam sebagai asam retinat.

Dehydroretinol atau vitamin A2 berbeda dari retinol karena mempunyai
tambahan ikatan rangkap dan mempunyai ± 40% nilai aktivitas biologinya.
Terdapat pada ikan tawar dan burung yang memakan ikan ini. Sekarang yang
dimaksud dengan vitamin A digunakan untuk retinol dan dehydroretinol. Senyawa
yang berhubungan dengan vitamin A adalah karoten yang terdapat dalam buah-
buahan dan sayuran. Karoten ini juga disebut provitamin A, oleh karena dapat
diubah menjadi vitamin A dan precursor vitamin A karena akan menjadi vitamin
A. Sekurang-kurangnya da 10 karotenoid didapat pada tanaman yang akan
diubah kedalam vitamin A dengan efesiensi yang berbeda-beda. Beta karoten
mempunyai aktivitas vitamin A yang paling tinggi dan dapat menyediakan dua per
tiga dari vitamin A yang seharusnya dalam ransum.

Perbedaan jenis hewan mengubah beta karoten menjadi vitamin A dengan
derajat efesiensi yang berbeda. Konversi tikus untuk mengubah beta karoten
menjadi vitamin A dijadikan standar, yaitu 1 mg beta karoten setara dengan 1667
IU vitamin A. Berdasarkan standar ini didapat angka konversi beta karoten untuk
sapi 24%, domba 24-30%, babi 30%, unggas 100%. Satuan vitamin A yang
digunakan adalah IU atau USP, ini adalah nilai vitamin A untuk tikus 0.3 µg
(mikrogram) vitamin A alkohol atau 0.6 µg beta karoten murni.

Sumber vitamin A adalah minyak ikan, hati dan vitamin A sintesis. Beta
karoten dan vitamin A sangat mudah teroksidasi, sehingga perlu diperhitungkan
kehilangan dalam pengolahan dan penyimpanan bahan makanan ternak. Vitamin
A sintesis lebih banyak digunakan karena lebih stabil.

Vitamin D

Vitamin D adadah vitamin yang hanya terdapat dalam sedikit bahan makanan
dan dapat dibentuk dalam tubuh oleh kulit yang terkena sinar UV yang berasal
dari sinar matahari dengan panjang gelombang pendek dan frekwensi yang tinggi.
Oleh karena itu disebut vitam in cahaya matahari.

Kurang lebih 10 senyawa sterol dengan aktivitas vitamin D telah
diidentifikasikan yang dikenal sebagai provitamin D atau precursor vitamin D. Dari
segi bahan makanan, ergocalciferol (vitamin D2) dan cholacalciferol (vitamin D3)
nama cholacalciferol menunjukan precursornya adalah cholesterol, oleh karena
zat ini sangat erat hubungan kimianya.

Iradiasi UV dan 2 provitamin – ergosterol dan &-dehydrocholerterol didapat
dari hati, minyak ikan dan kulit hewan, sehingga hewan yang kena sinar matahari
dalam waktu lebih lama tidak memerlukan tambahan vitamin D, vitamin D2 dan
vitamin D3 mempunyai aktivitas yang untuk manusia dan beberapa spesies hewan
kecuali untuk unggas vitamin D3 lebih efesien daripada vitamin D2. Sumber ragi
yang diiradiasi, hati, minyak ikan, UV dari sinar matahari.

Vitamin E

Delapan tocopherol dan tocotrienol mempunyai aktivitas vitamin E,
semuanya dikatakan vitamin E telah diidentifikasi. Alpha tocopherol mempunyai

aktivitas paling tinggi, sedangkan tocopherol yang lain mempunyai aktivitas biologi
antara 1-50% dari alpha tocopherol. Bahan yang kaya vitamin E adalah
gandum/hasil ikutannya, jagung/hasil ikutannya, padi/hasil ikutannya, kedele, hay
pastura. Sumber vitamin E sinthesis di-alpha tocopherol acetat, dedak padi dan
lembaga gandum.

Vitamin K
Terkenal sebagai vitamin antihaemorrhage, diperlukan protombin dan faktor

pembeku darah lainnya. Istilah vitamin K menggambarkan secara kimia golongan
senyawa quinone. Sejumlah kimia mempunyai aktivitas vitamin K telah diisolasi
dan dis intesis. Secara alami terdapat 2 bentuk vitamin K yaitu vitamin K1
(Phylloquinone ata phytylmenaquinone) yang terdapat pada tanaman hijau, dan
vitamin K2 (menaquinone atau multiprenyl-menaquinone) yang disintesis banyak
mikroba termasuk bakteri dalam saluran pencernaan.

Senyawa sintesis yang mengandung aktivitas vitamin K telah dibuat, terkenal
dengan nama menadion (2-methyl,1,4,naphthoquinone) dulu dikenal sebagai K3
menadione yang diubah dalam tubuh menjadi K2 mempunyai potensi 2-3 kali
sebagai K1 dan K2. Bahan makanan yang kaya vitamin K adalah butir-butiran,
tepung ikan, hay, bungkil kedele. Sumber vitamin K adalah menadion.

Biotin
Merupakan anggota vitamin B kompleks, mengandung sulfur, merupakan

derivat siklus urea dengan yang melekat pada cincin thiophene. Terdapat luas di
alam, memegang penting dalam metabolisme, karbohidrat, lemak dan protein.
Biotin mudah rusak oleh asam dan alkali keras dan cahaya UV. Bahan makanan
yang kaya biotin adalah kecambah jelei, bungkil kapas, bungkil kedelai, kedelai,
dedak gandum, whey, sorghum. Sumber : biotin sintetis, dedak padi dan ragi.

Choline
Struktur cholin (C6H15NO2) relatif molekul sederhana yang mengandung

gugus methyl, apabila terkena udara mudah mencair (higroskopis), lebih stabil
dalam bentuk kristal garam dengan asam seperti cholin chlorida atau choline
bitartrat. Garam ini cukup stabil terhadap panas dan penyimpanan, tetapi tidak
stabil terhadap basa. Terdapat dalam makanan yang mengandung phospholipid.

Gambar 36. Choline Cloride

Kandungan choline dalam bahan makanan umumnya cukup dengan ransum
yang tinggi protein, akan banyak choline dapat disintesis dari precursor dan asam
amino tertentu. Bahan makanan yang kaya choline adalah tepung biji lobak,
terung, limbah unggas, tepung ikan, tepung daging dan tulang, butir-butiran,
bungkil kapas, bungkil kedele. Hasil ikutan pengolahan susu. Sumber choline
sintesis lembaga gandum, ragi, dedak padi, kedele, lecithin.

Folacin (Asam Folat)

Terdapat dalam beberapa bentuk. Semua bentuk mempunyai aktivitas yang
sama bila dimakan hewan, akan tetapi mempunyai aktivitas yang berbeda untuk
pertumbuhan mikroorganisme. Formula asam folat (asam pteroylmonoglutamat)
terdiri dari pteridine, para amino benzoic acid dan asam glutamat bila pecah
aktivitas nutrisinya hilang. Bentuk aktif biologi dari folacin adalah hasil reduksi
yang disebut dengan asam tetra hydrofolat.

Bahan yang kaya folacin adalah bungkil kapas, bungkil kedele, gandum/hasil
ikutannya, tepung daging, tepung ikan, whey. Sumber: folacin sintesis
(ptoroylglutamic acid atau PGA) lembaga gandum, ragi.

Inositol

Struktur dari senyawa 6 C dengan gugus hydroxy yang hampir mendekati
struktur glukosa. Ada 9 bentuk, akan tetapi hanya myoinositol yang mempunyai
aktivitas biologi. Ester asam hexafosforat dari inositol adalah asam pitat, suatu
senyawa yang mengikat fosfor, menyebabkan P tidak bisa diserap hewan.

Bahan makanan yang kaya inositol adalah tepung hati, butir-butiran, tetes,
tepung daging, limbah jeruk strun, leguminosa, susu, sedangkan sebagai sumber
inositol dapat digunakan inositol sintesis, lembaga gandum dan ragi.

Niacin (asam nikotinat, nicotinamide)

Suatu istilah kumpulan asam nikotinat dan nicotinamide, keduanya bentuk
alami dari vitamin yang sama aktivitasnya dengan niacin. Dalam tubuh mereka
aktive sebagai nicotinamide adenine dinucleotida (NAD) keduanya larut dalam air
(dengan bentuk amide lebih lagi), tidak rusak oleh asam, basa, cahaya, oksidasi
atau panas.

Bahan makanan yang banyak mengandung niacin adalah dedak padi, tepung
ikan, tepung hati, gandum/hasil ikutannya, susu, dan sebagai sumber:
nicotinamide dan niacin sintesis, dedak padi, ragi.

Asam pantothenat (vitamin B 3)

Kata asam pantothenat berasal dari kata Yunani Pantothen yang artinya
disetiap tempat. Struktur asam pantothenat terdiri dari asam pentoat dan asam
amino betha alanine. Asam pantothenat mempunyai sifat larut dalam air, stabil
dalam larutan netral, tetapi rusak oleh asam, basa, terkena lama oleh panas yang
kering, bentuk komersialnya adalah Calsium Pantothenat, juga tersedia dalam
bentuk garam natrium.

Bahan makanan yang kaya asam pantothenat adalah tetes, susu/hasil
ikutannya, tepung hati, bungkil kacang tanah, dedak padi, pollard dan asam
pantothenat sistesis, ragi, dedak padi, torula digunakan sebagai sumber asam
pentothenat.

Para Amino Benzoic Acid (PABA)

PABA diidentifikasikan sebagai suatu zat yang esensial untuk
mikroorganisme. Struktur kimia PABA menyerupai beberapa sulfonilamide, oleh
karena itu dapat menerangkan mengapa ia dapat ikut serta menghambat
pertumbuhan mikroba oleh obat-obat tersebut. Selain mempunyai aktivitas
sebagai suatu faktor pertumbuhan bakteria tertentu, PABA mempunyai aktivitas
folacin apabila diberikan pada hewan yang deisien folacin dimana sintesis folacin
dalam usus terjadi.

Bahan makanan yang kaya PABA adalah tetes, telur, tepung ikan, tepung
hati, bungkil kacang tanah, bungkil kedele, sedangkan sumber dapat digunakan
PABA sintesis, lecithin, lembaga gandum dan ragi.

Riboflavin (vtamin B2)

Struktur kimia ribflavin terdiri dari satu cincin alloxazine yang mengikat pada
derivat alkohol dari gula pentosa ribosa. Riboflavin mempunyai sifat stabil dalam
larutan netral dan asam, akan tetapi rusak oleh basa dan panas, mudah rusak
oleh cahaya terutama UV. Oleh karena stabil terhadap panas maka hanya sedikit
terjadi kehilangan riboflavin dalam pengolahan makanan.

Susu dan hasil ikutannya, tepung hati, limbah unggas, rumput muda
merupakan bahan yang kaya riboflavin, sedangkan riboflavin sintesis dan ragi juga
digunakan sebagai sumber riboflavin.

Thiamin (vitamin B 1)

Disebut juga vitamin anti beri-beri, vitamin anti neuritis, vitamin anti
polyneuritis adalah vitamin yang pertama dari vitamin B komplek yang didapat
dalam bentuk murni, sedangkan nama B1 adalah nama yang diusulkan oleh British
(Inggris) tahun 1927. struktur thiazole yang dihubungkan oleh satu jembatan
nethylene.

Thiamin sintesis dalam bentuk thiamin hydrochlorida yang sudah dipasarkan
lebih stabil dari pada vitamin yang bebas. Thiamin mono nitrat lebih stabil
daripada thiamin hydrochlorida. Derivat thiamin, thiamin propyl disulfida dan
thiamin tetrahydrofurfural disulfida telah disintesis dan sudah dianjurkan untuk
digunakan secara oral. Bahan makanan yang kaya thiamin butir-butiran/hasil
ikutannya, sedangkan thiamin hydrochlorida dan thiamin mononitrat (sintesis)
,dedak padi, ragi dan torula merupakan sumber thiamin.

Vitamin B6 (pyridoxin, pyridoxal, pyridoxamine)

Vitamin B6 adalah kumpulan dari 3 senyawa di alam yang sangat dekat
dengan potensi aktivitas vitamin B6 yaitu pyridoxine, pyridoxal dan pyridoxamine.
Pyridoxine didapat kebanyakan dalam produk tanaman, pyridoxal dan
pyridoxamine didapat dari produk hewan. Vitamin B6 mempunyai sifat stabil
terhadap panas dan asam, tetapi mudah rusak oleh basa dan cahaya UV.
Diantara ketiga bentuk, pyridoxine lebih resisten terhadap pengolahan dan
penyimpanan. Vitamin B6 banyak terdapat dalam tepung hewan, bungkil kedele,
gandum dan hasil ikutannya, sedangkan dedak padi, pyridoxine HCL, lembaga
gandum, ragi dan torula digunakan sebagai sumber vitamin ini.

Vitamin B12 (cobalamin)
Vitamin B12 adalah vitamin dengan struktur yang paling besar dan sangat

kompleks dari semua molekul vitamin. Bagian utama vitamin B12 adalah
C63H90O14N14PCo. Bahan makanan berasal dari hewan dan ikan kaya akan
vitaminini dan ragi juga dapat digunakan sebagai sumber vitamin ini.
Vitamin C (asam askorbat, asam dehydroaskorbat)

Asam askorbat adalah senyawa yang relatif strukturnya sederhana, sangat
dekat denga struktur gula monosacharida. Disintesis dar glukosa dan gula
sederhana lainnya. Oleh tanaman dan kebanyakan hewan. Dua bentuk vitamin C
ada di alam asam askorbat (bentuk reduksi) dan asam dehydroaskorbat (bentuk
oxidasi). Diantara semua vitamin, vitamin C paling tidak stabil dalam larutan,
sangat mudah larut dalam air, tetapi tidak larut dalam lemak. Stabil dalam
keadaan kering, kerusakan dipercepat oleh udara panas, cahaya, basa, enzim
oksidasi, Co dan Fe. Ampas jeruk sitrun, hati, hijauan segar, ubi jalar kaya vitamin
C sedangkan sumbernya adalah vitamin C sintesis, cherry dan tangkai bunga
mawar.

Gambar 37. Vitamin Mix

BAB VII
PAKAN ADITIF

Pemakaian aditif pada ransum ternak secara umum tidak menambah persen
gizi. Hampir semua aditif dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat fisik ransum, daya
suka dan kualitas ransum serta kesehatan ternak.

1. PENGIKAT PELET

Ketika kualitas pelet menjadi perhatian, indeks ketahanan pelet seringkali
berasal dari bahan yang digunakan dan hal ini dipertimbangkan pada saat
penyusunan ransum. Ramsum berbahan utama jagung sulit untuk dibuat pelet
dan biasanya untuk ransum ini memerlukan penambahan sintetik pengikat pelet
yang umumnya berbentuk tepung dapat ditambahkan ke dalam ransum sebesar
5-12 kg/ton. Contoh bahan pengikat pelet adalah natrium bentonit.

2. BAHAN ANTI JAMUR

Negara tropis seperti Indonesia yang mempunyai kelembaban dan
temperatur yang tinggi, jamur dan produk metabolismenya (micotoxin) merupakan
problem utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ternak.
Micotoxin yang dihasilkan oleh jamur aerobic maupun anaerobic selama
penyimpanan seringkali tidak terdeteksi pada ransum. Sejumlah bahan anti jamur
telah tersedia secara komersial, dan hampir semua dari bahan anti jamur ini
menggunakan bahan organik. Mekanisme dari kerja bahan-bahan ini adalah
penurunan pH dari pakan sehingga jamur-jamur tidak dapat tumbuh. Harus
diingat bahwa micotoxin yang sudah ada dalam pakan tidak dapat dihamcurkan
oleh bahan anti jamur. Contoh bahan-bahan anti jamur yang sering dipergunakan
adalah asam propionat, asam asetat, asam sorbic yang umumnya berbentuk
cairan. Bahan-bahan ini dapat ditambahkan ke dalam ransum sebanyak < 1%.
Karena sebagian besar bahan-bahan ini bersifat korosif maka akhir-akhir ini telah
muncul produk yang kurang korosif seperti ammonium proponat.

3. PROBIOTIK

Tidak seperti antibiotik, probiotik lebih memanfaatkan mikroorganisme hidup
daripada produk-produk khusus dari metabolisme mereka. Mikroorganisme asal
bakteri yang seringkali dipergunakan sebagai probiotik adalah spesies
Lactobacillus, Basillus dan Streptococus, sedangkan mikroorganisme asal jamur
dan kapang yang seringkali dipergunakan adalah spesies Aspergillus, Rhizopus
dan Saccharomyces. Produk probiotik pada umumnya berbentuk tepung dan oleh
karena itu pemanfaatannya dapat dicampurka n ke dalam ransum pada saat
pemberian makan sebanyak kurang dari 1%.

4. ENZIM

Banyak jenis enzim yang dijual komersial dan sudah diaplikasikan ke dalam
ransum ternak. Secara umum enzim-enzim ini dapat dikategorikan ke dalam
enzim pemecah karbohidrat, protein dan lemak. Akhir-akhir ini pemanfaatan
enzim ke dalam ransum ternak dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
kecernaan ransum. Termasuk ke dalam enzim ini adalah enzim -enzim pemecah
serat seperti enzim cellulase, ligninase dan hemicellulase.

Enzim phita se juga tersedia secar komersial, enzim ini akan memperbaiki
penggunaan phitat-phosphor yang dapat dimanfaatkan oleh unggas muda, dan
penambahan phitase telah terbukti menngkatkan penggunaan phitat-phosphor
dan sekaligus juga dapat menurunkan ekskresi phosphor ke lingkungan yang
dapat mengakibatkan polusi.

Penambahan enzim ke dalam ransum memerlukan penanganan yang baik
karena enzim pada umumnya tidak stabil pada suhu tinggi dan khususnya pada
keadaan kelembaban yang tinggi. Proses pembuatan pelet akan menghancurkan
beberapa enzim. Akhir-akhir ini masalah di atas dapat ditanggulangi dengan
menyemprotkan enzim setelah proses pembuatan pelet.

5. PIGMEN

Warna kuning ke orange pada jaringan tubuh unggas dan udang disebabkan
oleh macam-macam pigmen karetinoid. Pigmen-pigmen ini mengontrol warna
kuning telur, warna tulang kering dan paruh dari ayam petelur. Pigmenini juga
mempengaruhi warna kulit dari unggas dan udang. Xantophyl merupakan
karetinoid yang terpenting dalam nutrisi unggas, dan bahan pakan alami yang
kaya akan unsur-unsur ini adalah tepung alfafa dan corn gluten meal. Karena
banyak dari ahan alami yang kaya akan karetinoid mempunyai energi yang
rendah, maka akan menjadi sulit untuk mencapai proses pigmentasi tinggkat tinggi
pada daging unggas tanpa menggunakan sumber pigmen sintesis. Canthaxanthin
astaxanthin dan ß-apo-8-asam karoten dapat dipakai untuk membuat warna
kuning pada kulit dan kuning telur unggas.

6. BAHAN FLAVOR

Dibandingkan dengan ternak ruminansia dan manusia, unggas mempunyai
cita rasa yang lebih sedikit. Unggas hanya mempunyai 24 rasa dibandingkan
9000 rasa untuk manusia dan 25000 untuk sapi.

7. KONTROL BAU

Bau feces ternak perlu dikontrol agar tidak mencemari lingkungan, produk
seperti deodrase yang ditambahkan ke ransum sebanyak 100-150 g/ton telah
menunjukan dapat menurunkan tingkat ammonia yang dikeluarkan ternak sebesar
20-30% dan sekaligus juga memperbaiki pertumbuhan dan menurunkan kematian
ternak.

8. BAHAN PENGONTROL CACING

Lantai kandang dan padang penggembalaan sangat mudah untuk terinfeksi
oleh bermacam-macam cacing. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan
menggunakan anti cacing yang ditambahkan ke dalam ransum seperti piperazine
dan hygromycin.

9. ANTICOKSIDIAL

Anticoksidial telah dipakai dalam ransum unggas. Telah lebih dari 20 tahun,
ionophere telah dipakai untuk menanggulangi koksidiosis. Dari segi nutrisi,
pemakaian antikoksidial ini perlu diperhatian karena dapat mempengaruhi
metabolisme pada keadaan tertentu. Monensin merupakan salah satu ionophore
yang sangat bermanfaat dalam menanggulangi koksidiosis.

DAFTAR PUSTAKA

America Feed Industry Association Inc. 1985. Feed Manufacturing Technology.
Arlington, Virginia,

Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta.

Bongdan. A.V. 1977. Tropical Agriculture Series. Longman. London.

Cockerell, I.D. Haliday and D.J. Morgan. 1997. Quality Control in the Animal
Feedstuff Manufacturing Industry. Tropical Product Institute, London.

Cullison, A.E. 1982. Feeds and Feeding. Reston Pub. Inc., Virginia.

Ensminger, M.E., J.E. Oldfield, W.W. Henemann. 1990. Feeds & Nutrition. The
Esminger Pub. Com., California.

Hacc, D.W. 1980. Handling and Storage of Food Grains in Tropical and
Subtropical Area. FAO, Rome.

Hartadi, S., S. Reksodihadiprodjo, A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia, UGM Press, Yogyakarta.

Kamra, D.N. and N. Pathack. 1996. Nutritional Microbiology of Farm Animal. Vicas
Pub. House PVT. Ltd., New Delhi.

Kerjasama Direktorat Jenderal Peternakan dengan Fakultas Peternakan IPB.
1985. Laporan Inventarisasi Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri.
Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Lloyd, L.E., B.E. McDonald, E.W. Crampton. 1978. Pundamentals of Nutrition.
W.H. Freeman and Com., San Francisco.

McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalg, C.A. Morgan. 1995. Animal
Nutrition, 5th Ed. John Wiley & Sons Inc., New York.

Patthack, N. 1997. Textbook of Feed Processing Technology. Vikas Pub. House
PVT. Ltd., New Delhi.

Prosea. 1992. Plant Resources of South-East Asia 4, Forages. Prosea
Foundation, Bogor.


Click to View FlipBook Version